Trikonomika
Jilid 17, No.2, Desember 2018, Hal. 43-48
ISSN 1411-514X (cetak) / ISSN 2355-7737 (daring)
Isnaeni Octaviani
isnaeni.octaviani@gmail.com M.
Nur Rianto Al Arif
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir.
H. Djuanda No.95, Cemp. Putih, Ciputat, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15412
Abstrak
Inti dari sistem ekonomi Islam adalah memperkuat sektor riil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh instrumen moneter syariah (seperti SBIS, PUAS dan pembiayaan bank syariah pada sektor riil.
Penelitian ini menggunakan Vector Error Correction Model (VECM) sebagai metode analisisnya. Temuan
tersebut mengungkapkan bahwa berdasarkan Uji estimasi VECM, dalam jangka panjang SBIS dan
pembiayaan bank syariah berpengaruh positif terhadap Indeks Produksi Industri (IPI), sedangkan PUAS
berpengaruh negatif terhadap Indeks Produksi Industri (IPI), selain itu berdasarkan fungsi impuls respon
( IRF ), shock SBIS dan PUAS direspons positif oleh Industrial Production Index (IPI) Kemudian
berdasarkan hasil uji FEVD, variabel PUAS dalam model penelitian ini memiliki kontribusi paling signifikan
terhadap Industrial Production Index (IPI) .
Kata kunci: SBIS; PUAS; pembiayaan bank syariah; indeks produksi industri (IPI); VECM
kontrak wadi'ah. Pada tahun 2008, Bank Indonesia variabel dependen dan variabel independen.
mengganti SWBI dengan instrumen moneter syariah Model VECM secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
yang lebih baik, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
k-1
Sistem keuangan di Indonesia didominasi oleh ÿyt = ÿ0x + ÿ1xt + ÿÿyt-1 + ÿi=1 ÿk ÿyt-1 + ÿt
perbankan. Oleh karena itu, transmisi kebijakan moneter
ganda melalui saluran kredit pada bank konvensional Dimana
maupun pembiayaan bank syariah dinilai sangat penting. yt : Vektor yang memuat semua variabel ÿ0x :
Pembiayaan bank syariah ditujukan untuk kegiatan ekonomi Vektor intersep ÿ1x :
sektor riil. Untuk itu, jalur pembiayaan bank syariah Vektor koefisien regresi
diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi T : Tren waktu
sektor riil dengan meningkatkan produktivitas masyarakat ÿ : Koefisien kecepatan penyesuaian ÿ :
dalam barang dan jasa. Namun pembiayaan yang disalurkan Vektor kointegrasi yt-1 :
oleh perbankan syariah lebih banyak disalurkan kepada Variabel pada level ÿk :
pembiayaan konsumtif, seperti pembiayaan Murabahah Matriks koefisien regresi k-1 : ordo VECM
(Haryoso, 2017). dariVAR k : lag ÿt : Error term
Telah dilakukan beberapa penelitian mengenai pengaruh
kebijakan moneter syariah melalui jalur pembiayaan bank
syariah. Ascarya (2012) yang mengatakan bahwa variabel
syariah seperti pembiayaan bank syariah, pasar uang antar Ada beberapa tahapan dalam pengujian VECM, yaitu
bank syariah (PUAS), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah estimasi VECM, fungsi respon impuls (IRF), forecast error
(SBIS) berpengaruh positif signifikan terhadap sektor riil decomposition variance (FEVD), dan uji kausalitas. Namun,
yang diwakili oleh Indeks Produksi Industri. (IPI). Sedangkan sebelum mengestimasi VECM, ada beberapa tahapan yang
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Karsinah harus dilakukan yaitu pengujian pra estimasi. Uji tersebut
(2016) menunjukkan bahwa variabel pembiayaan dan meliputi uji stasioner data , penentuan lag optimal, dan uji
PUAS berpengaruh positif terhadap sektor riil, sedangkan kointegrasi. Data stasioner dalam penelitian ini menggunakan
variabel SBIS berpengaruh negatif terhadap sektor riil. uji Augmented Dickey-Fuller.
Berbeda dengan hasil sebelumnya, Istiqomah (2012) dalam
penelitiannya menghasilkan bahwa variabel SBIS
berpengaruh positif signifikan terhadap sektor riil yang HASIL DAN DISKUSI
diwakili oleh Produk Domestik Bruto (PDB).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji Metode pengujian data stasioner yang digunakan
dampak kebijakan moneter syariah melalui jalur kredit dalam penelitian ini menggunakan uji Augmented Dickey-
terhadap sektor riil yang diwakili oleh Industrial Production Fuller (ADF) dengan taraf nyata 5%. Jika nilai statistik uji
Index (IPI). Salah satu kontribusi dalam penelitian ini adalah ADF lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon atau jika nilai
untuk menguji pengaruh instrumen moneter syariah probabilitas uji statistik ADF lebih kecil dari Alpha 0,05 maka
terhadap sektor riil dalam jangka pendek dan jangka dapat dikatakan data yang digunakan stasioner (tidak ada
panjang . akar unit). Berdasarkan Uji ADF, tidak semua data yang
digunakan dalam penelitian ini stasioner pada level tersebut.
METODE Semua data stasioner adalah signifikan pada tingkat
perbedaan pertama. Berdasarkan hasil uji ADF pada
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini, hanya variabel pembiayaan bank syariah
data sekunder berupa time series bulanan. Data yang yang stasioner pada level tersebut. Sedangkan variabel
digunakan adalah: (1) data tingkat Indeks Produksi Industri SBIS, PUAS, dan IPI stasioner pada level First Difference
(IPI) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik sebagai (untuk detail lihat Tabel 1).
proksi pertumbuhan ekonomi atau representasi sektor riil; Penentuan Lag Optimal pada penelitian ini berdasarkan
(2) Data biaya Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) nilai Schwarz Criterion (SC), dimana nilai lag terendah
diperoleh dari SEKI BI, data tingkat imbal hasil pasar uang dengan nilai Schwarz Criterion (SC) menunjukkan lag yang
antar bank syariah (PUAS) diperoleh dari SEKI BI; (3) Data optimal. Pada pengujian penelitian ini panjang lag dilakukan
total pembiayaan bank syariah diperoleh dari Statistik dari lag 1 sampai lag 8. Hasil pengujian menunjukkan
Perbankan Syariah. bahwa model pada penelitian ini memiliki lag optimal 1,
dimana nilai Schwarz Criterion (SC) terendah yaitu
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian -7.319159 berada pada jeda 1.
ini adalah metode VECM untuk menganalisis peran Hasil estimasi persamaan VAR yang terbentuk harus
pembiayaan bank syariah dan instrumen moneter syariah diuji stabilitasnya. Persamaan VAR dikatakan stabil jika nilai
yaitu SBIS dan PUAS terhadap output yang diwakili oleh modulusnya lebih kecil dari 1. Berdasarkan uji stabilitas
tingkat Indeks Produksi Industri (IPI). Analisis VECM VAR, nilai modulus semua akar memiliki nilai modulus
digunakan untuk melihat hubungan jangka panjang dan jangka kurang
pendekdari 1 atau lebih kecil dari 1
antara
Machine Translated by Google
di lag 2, sehingga model stabil di lag. Kondisi ini menunjukkan bahwa imbal hasil SBIS dibandingkan tingkat imbal hasil PUAS.
hasil IRF dan FEVD valid. Berdasarkan uji estimasi VECM pada Tabel 3, dalam jangka
Uji kointegrasi digunakan untuk mengetahui adanya kointegrasi pendek hanya variabel SBIS yang berpengaruh terhadap Indeks
antar variabel dan untuk menentukan metode apa yang akan Produksi Industri (IPI). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
digunakan. Jika tidak ada kointegrasi antar variabel, maka metode dilakukan oleh Setiawan dan Karsinah (2016).
yang digunakan adalah model VAR yang hanya dapat mengestimasi Menurut Setiawan dan Karsinah (2016), hal ini menunjukkan bahwa
hubungan jangka pendek. Jika terdapat kointegrasi antar variabel, kebijakan moneter syariah memerlukan jeda waktu untuk mencapai
metode yang tepat untuk menganalisis hubungan jangka panjang dan tujuan akhir yang ingin dicapai. Ramadhan dan Beik (2013)
jangka pendek adalah metode VECM. VECM dapat memperkirakan mengatakan bahwa ketika terjadi guncangan moneter, pembiayaan
hubungan jangka panjang dan pendek antar variabel. bank syariah dapat dipulihkan dan distabilkan lebih baik daripada
kredit bank konvensional. Rafsanjani dan Sukmana (2014), El Ayyubi
Uji kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan Johansen dkk. (2017) juga menyimpulkan bahwa perbankan syariah dapat
Trace Statistics Test. Jika nilai Trace Statistics lebih tinggi dari nilai mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, mereka
kritis yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 5%, maka terjadi juga menemukan bahwa dampak SBIS terhadap pembiayaan lebih
kointegrasi antar variabel. signifikan dibandingkan SBI. Sedangkan dalam jangka panjang
Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dalam model terdapat tiga variabel instrumen moneter syariah yaitu SBIS dan PUAS serta
persamaan terkointegrasi. Oleh karena itu, metode VECM merupakan variabel pembiayaan bank syariah signifikan dalam mempengaruhi
metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Indeks Produksi Industri (IPI).
Uji kausalitas Granger dalam penelitian ini digunakan untuk
melihat hubungan antar variabel apakah memiliki hubungan satu Uji Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk melihat
arah, dua arah atau tidak ada hubungan antara keduanya. Berdasarkan bagaimana respon Indeks Produksi Industri (IPI) akibat shock atau
hasil uji Granger Causality ditemukan adanya hubungan satu arah dinamika variabel pembiayaan, SBIS, dan PUAS (detail dapat dilihat
antara variabel SBIS dengan variabel PUAS. Hal ini sejalan dengan pada lampiran). Berdasarkan hasil analisis Impulse Response
teori yang menyatakan bahwa tingkat fee SBIS berperan sebagai rate Function (IRF) yang melibatkan variabel pembiayaan, SBIS, dan
of syariah moneter policy yang akan mempengaruhi tingkat PUAS sebagai impuls yang dikejutkan oleh perilaku perekonomian,
pengembalian Pasar Uang Antar Bank (PUAS) Syariah. Selain itu, terlihat bahwa guncangan variabel pembiayaan tampaknya belum
hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan satu arah direspons oleh Industri. Variabel Indeks Produksi (IPI) pada periode
antara variabel pembiayaan bank syariah dengan variabel Indeks pertama. Guncangan ini mulai direspon negatif oleh Indeks Produksi
Produksi Industri (IPI). Terdapat hubungan satu arah antara Industri (IPI) periode kedua sebesar 0,00017% dan mulai mengalami
pembiayaan bank syariah dengan Indeks Produksi Industri (IPI) peningkatan pada periode ke-3.
karena kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah
diarahkan untuk mendorong sektor riil.
Respon Industrial Production Index (IPI) terhadap guncangan yang
terjadi pada variabel pembiayaan mulai stabil pada periode ke-8.
Namun berdasarkan uji Granger Causality, tidak terdapat Respon negatif Industrial Production Index (IPI) terhadap
hubungan antara variabel PUAS terhadap variabel pembiayaan. guncangan atau shock yang terjadi pada variabel pembiayaan bank
Padahal seharusnya tingkat pengembalian PUAS dapat mempengaruhi syariah dalam penelitian ini mengikuti penelitian yang dilakukan oleh
jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah, sehingga Sukmana dan Kassim (2010). Pada penelitian yang dilakukan oleh
akan tercipta mekanisme transmisi kebijakan moneter syariah yang Sukmana dan Kassim (2010), menunjukkan bahwa variabel total
berkelanjutan. Hasil Granger Causality pada penelitian ini sejalan pembiayaan merespon secara positif shock atau guncangan yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ascarya (2012), bahwa alur terjadi pada variabel total simpanan.
transmisi kebijakan moneter syariah dengan tujuan akhir output (IPI) Dalam konteks mekanisme transmisi kebijakan moneter, hal ini dapat
menunjukkan bahwa tidak ada kesinambungan jalur imbal hasil dari menjelaskan ketika terjadi kenaikan suku bunga kebijakan yang
Tingkat tarif SBIS ke output, dimana alirannya terputus di PUAS. kemudian akan berdampak pada depresiasi total simpanan.
SBIS hanya mempengaruhi pasar keuangan (PUAS), sedangkan Pergerakan ini selanjutnya akan berdampak pada penurunan total
pembiayaan bank syariah mempengaruhi output (IPI). pembiayaan yang selanjutnya akan berdampak sama pada penurunan
output riil yang ditunjukkan oleh respon negatif variabel Industrial
Production Index (IPI) terhadap total pembiayaan. Menurut Sukmana
dan Kassim (2010), kebijakan moneter kontraktif akan mengurangi
Belum adanya kesinambungan mekanisme transmisi kebijakan kemampuan bank untuk menyalurkan pinjaman atau pembiayaan
moneter syariah dalam mempengaruhi output dikarenakan pada kepada nasabah yang selanjutnya akan menimbulkan dampak
periode 2011 – 2016 jumlah transaksi perbankan syariah di PUAS depresiasi pada sektor riil.
masih sedikit.
Jumlah transaksi perbankan syariah pada PUAS selalu lebih rendah
dibandingkan transaksi perbankan syariah pada instrumen SBIS. Guncangan yang terjadi pada variabel SBIS
Fakta ini bisa jadi karena lebih tinggi nampaknya belum direspons oleh Industrial Production
Machine Translated by Google
Variabel Indeks (IPI) pada periode pertama. Guncangan Fakta tersebut menunjukkan bahwa transmisi
ini mulai direspon positif oleh variabel Indeks Produksi kebijakan moneter syariah jalur pembiayaan belum
Industri (IPI) periode kedua sebesar 0,006%. Respon memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Indeks
variabel Indeks Produksi Industri (IPI) menurun pada Produksi Industri (IPI) sebagai proksi output di sektor riil.
periode ke-3 dan mulai stabil pada periode ke-7. Di sisi Fakta tersebut dapat disebabkan karena Indonesia
lain, guncangan atau shock yang terjadi pada variabel memiliki lima jalur transmisi kebijakan moneter dalam
SBIS direspon secara positif oleh variabel Indeks Produksi mempengaruhi output, yaitu jalur suku bunga, nilai tukar,
Industri (IPI). ekspektasi, harga aset, dan jalur pembiayaan.
Kecilnya pengaruh variabel jalur pembiayaan dalam
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang transmisi kebijakan moneter syariah merupakan tujuan
dilakukan oleh Pratama (2014) dan Ascarya (2012). akhir dari output penelitian yang dilakukan oleh Setiawan
Perubahan yield SBIS berdampak positif terhadap Indeks dan Karsinah (2016). Menurut Setiawan dan Karsinah
Produksi Industri (IPI). Menurut Ascarya (2012), perilaku (2016), variabel jalur konvensional memiliki pengaruh
resiprokal acuan kebijakan moneter syariah (SBIS) yang lebih signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
menunjukkan perilaku yang sama dengan variabel syariah dibandingkan variabel jalur syariah dikarenakan pangsa
lainnya seperti pembiayaan dan imbal hasil pada PUAS perbankan konvensional di Indonesia cukup besar dimana
yang bersifat positif dalam menghambat dan meredam pangsa perbankan konvensional mencapai 95%.
inflasi serta mendorong dan meningkatkan produksi atau Asnuri (2013), Wisandani, dkk. (2017) menyimpulkan
pertumbuhan ekonomi. bahwa kebijakan moneter saat ini tidak sejalan dengan
Guncangan yang terjadi pada variabel PUAS terlihat sektor riil. Perekonomian (termasuk di Indonesia)
belum direspons oleh variabel Indeks Produksi Industri didominasi oleh transaksi virtual. Padahal, Widodo (2017)
(IPI) pada periode pertama. Guncangan variabel PUAS menyatakan bahwa kebijakan moneter syariah mampu
mulai direspon positif oleh variabel Indeks Produksi Industri mendorong stabilitas harga. Mansur (2013), Permatasari
(IPI) pada periode kedua sebesar 0,005% dan mengalami et al. (2013) menyatakan bahwa harus ada sinergi antara
peningkatan pada periode ke-5 dan mulai stabil pada kebijakan moneter dan fiskal untuk mendukung
periode ke-8. pertumbuhan sektor riil.
Guncangan variabel PUAS yang direspon positif oleh
variabel Indeks Produksi Industri (IPI) . Hasil ini mengikuti KESIMPULAN
penelitian yang dilakukan oleh Ascarya (2012). Menurut
Ascarya (2012), return di pasar uang syariah berdampak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak
positif dalam hal berdampak pada peningkatan output dan instrumen moneter syariah terhadap sektor riil. Berdasarkan
juga bersifat permanen. Fakta ini dapat menjelaskan uji kausalitas Granger dapat diketahui bahwa alur transmisi
kapan bagi hasil naik; akan menyebabkan investasi kebijakan moneter syariah melalui jalur pembiayaan belum
meningkat sehingga mampu meningkatkan output. sesuai dengan teori. Fakta ini disebabkan jalur transmisi
yang terputus pada variabel PUAS. Berdasarkan uji
Struktur dinamis antar variabel dalam VAR ditunjukkan VECM, dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek hanya
melalui analisis Forecast Error Variance Decomposition variabel SBIS yang berdampak pada indeks produksi
(FEVD), dimana pola FEVD menunjukkan sifat kausalitas industri. Hasil ini membuktikan bahwa transmisi kebijakan
multivariat antar variabel dalam model VECM. Pemilahan moneter membutuhkan jeda waktu untuk mencapai
variabel dalam analisis FEVD ini berdasarkan faktorisasi sasarannya. Dalam jangka panjang variabel pembiayaan
Cholesky. Berdasarkan hasil pengujian FEVD pada bank syariah dan SBIS berpengaruh positif terhadap
Gambar 2 diperoleh informasi bahwa variabel yang indeks produksi industri, namun variabel PUAS
memiliki kontribusi signifikan terhadap Indeks Produksi berpengaruh negatif terhadap indeks produksi industri.
Industri (IPI) urutan pertama adalah variabel PUAS diikuti
variabel pembiayaan, dan SBIS memiliki kontribusi terkecil Selain itu, pengujian IRS menunjukkan bahwa indeks
terhadap Produksi Industri Indeks (IPI). produksi industri merespon positif shock yang terjadi pada
variabel SBIS dan PUAS. Namun shock pada variabel
Pada periode pertama, fluktuasi Indeks Produksi pembiayaan bank syariah direspon negatif oleh indeks
Industri (IPI) masih dipengaruhi oleh variabel Indeks produksi industri.
Produksi Industri (IPI) sebesar 100%. Kemudian pada Selain itu, hasil FEVD menunjukkan fluktuasi indeks
periode terakhir, fluktuasi Indeks Produksi Industri lebih produksi industri pada akhir periode masih lebih banyak
banyak dipengaruhi oleh variabel PUAS sebesar 17,95%. dipengaruhi oleh variabel indeks produksi industri itu
Kemudian diikuti oleh variabel pembiayaan yang memiliki sendiri. Fakta tersebut menunjukkan bahwa transmisi
kontribusi sebesar 13,98%. Variabel SBIS memiliki kebijakan moneter syariah pada jalur pembiayaan masih
kontribusi sebesar 2,51% terhadap Indeks Produksi belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
Industri (IPI). indeks produksi industri.
Machine Translated by Google
80
60
0
5 10 15 20 25 30 35 40
LOGIPI LOGPEMB
SBIS HANCUR