Anda di halaman 1dari 10

JUDULNYA APA?????

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis pengaruh kurs, suku
bunga, inflasi, dan produk domestik bruto terhadap harga saham. Teori yang digunakan
adalah teori agensi.
Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan sumber
data sekunder. Variabel independen yang digunakan adalah kurs, suku bunga, inflasi, dan
produk domestik bruto. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham perusahan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linear berganda- Ordinary Least Square.
Kata kunci: Harga saham, Indeks Harga Saham, Kurs, Suku Bunga, Inflasi, Produk
Domestik Bruto.

I. PENDAHULUAN
Investor pasar modal di Indonesia terus mengalami peningkatan. Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI) mencatat, jumlah investor saham mengalami kenaikan sebesar 19%
dari 364.456 menjadi 433.607 (lihat Kustodian Sentral Efek Indonesia) 1. Selain itu, Bursa
Efek Indonesia (BEI) juga telah merilis sejumlah program untuk mendorong jumlah investor
di dalam negeri. Salah satu program yang tengah gencar, yakni Yuk Nabung Saham(lihat
Bursa Efek Indonesia)2. Saham adalah salah satu komoditi investasi yang tergolong beresiko
tinggi karena sifatnya yang peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik oleh
pengaruh yang bersumber dari luar atau pun dalam negeri (Lukisto dan Anastasia 2014).
Fluktuasi harga saham yang tidak menentu dan mengandung risiko menyebabkan
ketidakpastian investor dalam menentukan keputusan investasinya (Priatinah dan Kusuma
2012). Menurut Tandelilin (2010, 341) kemampuan investor dalam memahami dan
1 Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI) mencatat kenaikan jumlah investor dari
364.456 per akhir Desember 2014 menjadi 433.607 per 28 Desember 2015.
2 Yuk Nabung Saham adalah sebuah campaign yang mengajak masyarakat
Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal melalui share saving sebagai upaya
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam mengembangkan industri pasar modal di
Indonesia.

meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatan
keputusan investasi yang menguntungkan.
Indikator ekonomi makro yang turut mempengaruhi fluktuasi harga saham telah
dilakukan analisis oleh penelitian-penelitian terdahulu. Hasil penelitian Jawaid dan Haq
(2012) mengatakan bahwa nilai tukar dan suku bunga dapat digunakan dalam pembuatan
keputusan investasi pada saham sektor bank. Penelitian yang serupa dilakukan Mardiyati dan
Rosalina (2013) berdasarkan uji secara simultan nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham properti. Selain itu, GDP
(Gross Domestic Product) atau bisa disebut sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk
faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Penelitian Lukisto dan Anastasia (2014)
menjelaskan laju pertumbuhan PDB (growth) berpengaruh signifikan positif secara parsial
terhadap indeks harga saham sektoral. Pendapat tersebut diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan Arif (2014) bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel risiko sistematik
eksternal Produk Domestik Bruto (PDB), terhadap harga saham di Indonesia.
Banyak sekali penelitian terdahulu mengkaji mengenai pengaruh nilai tukar, suku
bunga, inflasi dan PDB terhadap fluktuasi harga saham pada tingkat sektor. Jawaid dkk.
(2012) melakukan penelitian nilai tukar dan suku bunga terhadap keputusan investasi pada
sektor bank. Mardiyati dkk. (2013) melakukan penelitian serupa terhadap indeks harga saham
properti. Lukisto dkk. (2014) melakukan penelitian laju pertumbuhan PDB terhadap harga
saham sektor properti di Indonesia periode tahun 1994-2012. Untuk menindak lanjuti
penelitian-penelitian terdahulu dengan mengambil persoalan yang sama, penting untuk
memperluas jumlah sampel guna mencakup seluruh populasi yang ada di pasar modal yaitu
seluruh perusahaan tercatat di BEI.
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena beberapa alasan. Pertama, seiring
dengan meningkatnya jumlah investor seperti yang telah tercatat oleh KSEI, kebutuhan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perkembangan harga saham dan faktor
yang mempengaruhi, juga semakin meningkat. Kedua, harga saham menjadi indikator
penting yang menunjukan kondisi ekonomi Indonesia sehingga pergerakan naik turunnya
harga saham dan penyebabnya menarik untuk diamati. Terakhir, penelitian ini penting karena
masih terbatasnya jumlah sampel yang digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Untuk meningkatkan kewajaran harga saham maka diperlukan jumlah sampel yang besar.
Pada penelitian ini, kami akan mengkaji apakah faktor nilai tukar, suku bunga, inflasi dan

PDB memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap harga saham pada perusahaan
tercatat di BEI.
II.

KAJIAN TEORI

Teori agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pihak prinsipal yaitu
pemegang saham dengan manajer sebagai agen, dengan salah satu elemen kuncinya adalah
bahwa prinsipal dan agen memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda. Teori agensi
mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan diri sendiri. Prinsipal
diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi di
perusahaan, sedangkan agen diasumsikan menerima kepuasan tidak hanya dari keuangan
tetapi juga tambahan seperti waktu luang, kondisi kerja yang menarik, dan jam kerja yang
fleksibel (Anthony dan Govindarajan 2011)
Pada penelitian ini, teori agensi menghubungkan antara variabel dependen yaitu harga
saham dengan masing-masing variabel independen, tetapi tidak menghubungkan antar
variabel independen satu dengan variabel independen lainnya.
Harga Saham
Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga
saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan
oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal (Priatinah dan Kusuma 2012).
Harga saham yang berlaku di pasar modal dipengaruhi oleh mekanisme pasar yaitu
permintaan dan penawaran, artinya semakin banyak permintaan saham maka harga saham
tersebut akan cenderung meningkat, begitu juga sebaliknya (Patar, Darminto, dan Saifi 2014)
Produk Domestik Bruto (PDB)
(PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun,
atau dapat diartikan pula sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh
faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing dalam satu tahun tertentu
(Kewal 2012). Dalam Arif (2014) Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah output total
yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai
barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan
kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu.

Secara teori peningkatan PDB mencerminkan peningkatan daya beli konsumen di


suatu negara yang akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa persusahaan, dan
akan meningkatkan profit perusahaan tersebut. Peningkatan profit perusahaan akan
mendorong peningkatan harga saham. Sehingga dapat dikatakan bahwa PDB bepengaruh
positif terhadap harga saham. Teori tersebut diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Arif (2014) dalam periode 2007-2013 menyatakan bahwa produk
domestik bruto memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal yang sama
dinyatakan dalam hasil penelitian Hismendi, Hamzah, dan Musnadi (2013) bahwa PDB dan
harga saham berpengaruh signifikan.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan :
H1 : Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh Bank
Sentral yaitu Bank Indonesia. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering kali diindentikkan
dengan aktiva yang bebas resiko atau risikonya nol (Lukisto dan Anastasia 2014). Suku
bunga SBI adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Dwita dan
Rahmidani 2012, 64).
Secara teori perubahan suku bunga SBI mempengaruhi harga saham secara terbalik
atau negatif, artinya ketika suku bunga SBI naik maka harga saham turun demikian juga
sebaliknya. Hal ini terjadi karena umumnya masyarakat banyak yang mengalihkan dananya
dari investasi pada perbankan dan memilih untuk menginvestasikan modalnya pada saham,
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan reksadana. Teori tersebut diperkuat dengan hasil pada
penelitian Lukisto dan Anastasia (2014), suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif terhadap
indeks harga saham, apabila suku bunga SBI naik maka akan mengakibatkan indeks harga
saham menurun demikian juga sebaliknya. Hal yang sama diungkapkan oleh Amarasinghe
(2015) bahwa suku bunga merupakan faktor signifikan yang negatif terhadap perubahan
harga saham.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah :
H2 : Suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap harga saham

Nilai Tukar Mata Uang atau Kurs


Nilai tukar mata uang atau kurs adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara
lainnya. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu
pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang
di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjualbelikan terhadap mata uang
domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang (Lukisto
dan Anastasia 2014). Dalam Patar, Darminto, dan Saifi (2014) yang dimaksud dengan nilai
tukar mata uang adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat
juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing.
Menurut teori, semakin kuat nilai tukar mata uang atau kurs rupiah terhadap dollar
maka akan menurunkan harga saham, dan sebaliknya. Hal tersebut dikuatkan dengan hasil
penelitian Hismendi, Hamzah, dan Musnadi (2013) menyatakan bahwa nilai tukar mata uang
memiliki pengaruh signifikan yang negatif terhadap harga saham, yang mengindikasikan
apabila nilai tukar rupiah meningkat, maka akan menurunkan harga saham, dan sebaliknya.
Sesuai dengan hasil penelitian Kewal (2012) bahwa nilai tukar mempengaruhi harga saham
secara negatif dan signifikan.
Oleh karena teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan:
H3: Nilai tukar mata uang atau kurs memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham
Inflasi
Inflasi adalah suatu kondisi dimana tingkat harga meningkat secara terus menerus atau
dapat dikatakan inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara
umum mengalami kenaikan (Arif 2014). Dapat dikatakan inflasi apabila terjadi kenaikan
harga barang yang mengakibatkan kenaikan harga pada barang-barang lainnya. Inflasi timbul

karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation3), dari sisi permintaan (demand
pull inflation4), dan dari ekspektasi inflasi5. Inflasi harus dikendalikan dan dalam keadaan
stabil, karena inflasi yang tinggi menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun
sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang,
terutama orang miskin, bertambah miskin. Apabila inflasi tidak stabil akan menyulitkan
keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada
akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi (Lihat Bank Indonesia).
Ketika laju inflasi terus meningkat maka akan mengakibatkan investor menarik investasi
sahamnya untuk dialihkan ke investasi dalam bentuk real estate dan hal tersebut akan
berpengaruh terhadap pergerakan harga saham. Semakin tinggi inflasi akan semakin
menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan, dan dengan turunnya profit perusahaan akan
mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut.
Hasil penelitian Dwita dan Rahmidani (2012) menguatkan teori tersebut bahwa inflasi
memiliki pengaruh signifikan yang negatif terhadap harga saham perusahaan di sektor
restoran, hotel dan pariwisata periode tahun 2005-2010, dimana inflasi yang terjadi
menyebabkan kenaikan harga sehingga biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan yang
akan meningkat secara relevan sehingga akan mengurangi tingkat keuntungan yang dimiliki
oleh perusahaan. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Arif (2014) pada periode 20072013 serta penelitian Patar, Darminto, dan Saifi (2014) dalam periode 2009-2013 bahwa
inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, makan hipotesis yang dikemukakan
adalah :
3 Cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri,

peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah, serta bencana alam yang
mengakibatkan terjadinya kelangkaan distribusi.
Demand pull inflation disebabkan oleh tingginya permintaan barang dan jasa relatif
terhadap ketersediaannya. Dalam makroekonomi digambarkan permintaan total (agregate
demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Karena adanya kenaikan permintaan
masyarakat, mengakibatkan kenaikan harga dari barang dan jasa tersebut.
4

5 Ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi yang

menggunakan ekspektasi angka inflasi untuk keputusan kegiatan ekonominya.

H4 : Inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham

III.

METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun


Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling, yang merupakan metode pemilihan sampel tidak secara acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Patar, Darminto, dan Saifi 2014).
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif,
untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel independen secara
bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri terhadap variabel dependen. Hubungan
fungsional antara satu variabel dependen dengan variabel independen dilakukan dengan
regresi berganda. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square Regression
(Lukisto dan Anastasia 2014).
Menurut Hismendi, Hamzah, dan Musnadi (2013) menggunakan model sebagai
berikut:
IHSG = .f (KURS, Inflasi, SBI, Pertumbuhan GDP) ....(1)
Y = + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + e . (2)
Persamaan (1) dan (2) dimodifikasi ke dalam model penelitian ini dengan rumus
persamaan regresi:
IHSG = + 1 KURS + 2 SBI + 3 INF + 4GDP+e .. (3)
dimana:
IHSG

: Indeks Harga Saham Gabungan

: konstanta

1, 2, 3, 4 : Koefisien regresi
KURS

: Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US (Rp : $)

SBI

: Suku bunga SBI (persen)

INF

: Inflasi (persen)

GDP

: Pertumbuhan GDP (Rp)

: error
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui dokumentasi, yaitu

mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder yang sumber datanya mencatat data bulanan (Lukisto dan
Anastasia 2014).
Variabel independen nilai tukar diukur dengan menggunakan kurs tengah Dollar US
terhadap Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia setiap bulannya. Variabel independen
suku bunga yang merupakan harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau
harga dari penggunaan uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan pada
saat mendatang diukur dengan SBI yang diambil dalam jangka waktu satu bulan (Mardiyati
dan Rosalina 2013).
Dalam Kewal (2012), pengukuran laju inflasi berasal dari laju Inflasi yang tercatat
dan diterbitkan oleh BPS tiap akhir bulan, dan pertumbuhan PDB dihitung dari data
pertumbuhan PDB yang digunakan 3 bulanan.
Sumber data sekunder berasal dari (Patar, Darminto, dan Saifi 2014):
a. Indonesia Stock Exchange (IDX) Statistics periode
b. Data pendukung dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id , website
Badan Pusat Statistik yaitu www.bps.go.id dan website Bank Indonesia (BI) yaitu
www.bi.go.id
Selain itu, pengujian hipotesis menggunakan uji t, sedangkan pengujian model regresi
menggunakan uji F. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% (Kewal 2012).

Amarasinghe, AAMD. 2015. Dynamic Relationship between Interest Rate and Stock Price:
Empirical Evidence from Colombo Stock Exchange. International Journal of
Business and Social Science 6 (4): 92-97.
Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen.
Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Arif, Dodi. 2014. Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan BI
Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia Periode 2007 2013.
Jurnal Ekonomi Bisnis 19 (3): 63-77.
Bank Indonesia. Pengenalan Inflasi. http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/
Contents/Default.aspx (diakses 24 Maret 2016).
Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen
terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 13 (1): 57-66.
Dwita, V., dan R. Rahmidani. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar terhadap
Return Saham Sektor Restoran Hotel dan Pariwisata. Jurnal Kajian Manajemen
Bisnis 1 (1): 59-74.
Hismendi, A. Hamzah, dan S. Musnadi. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Sbi, Inflasi dan
Pertumbuhan GDP terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi 1 (2): 16-28.
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia 8 (1): 53-64.
Lukisto, J., dan N. Anastasia. 2014. Dampak Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham
Sektor Properti di Indonesia Periode Tahun 1994-2012. Jurnal Analisa 3 (2): 9-21.
Patar, A., Darminto, dan M. Saifi. 2014. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi
Pergerakan Harga Saham. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 11 (1): 1-9.
Priatinah, D., dan P.A. Kusuma. 2012. Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per
Share (EPS), dan Dividen Per Share (DPS) terhadap Harga Saham Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Nominal 1 (1):
50-64.

Profilet, K.A., dan F.W. Bacon. 2013. Dividend Policy and Stock Price Volatility in the
U.S. Equity Capital Market. Journal of Business and Behavioral Sciences 25 (2): 6372.
Mardiyati, U., dan A Rosalina. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga dan
Inflasi terhadap Indeks Harga Saham. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia 4 (1):
1-15.

Anda mungkin juga menyukai