ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh buy back saham dan nilai tukar terhadap harga saham
selama pandemi covid-19. Teknik pemilihan sampel menggunakan non probabilty sampling dan
diperoleh 67 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan buy back
saham digunakan dalam penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisi statitik deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa variabel buy back saham
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Dan nilai tukar (kurs) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham.
Kata kunci : Buy back saham, nilai tukar (kurs) dan harga saham
ABSTRACK
This study aims to examine the effect of stock buybacks and exchange rates on stock prices during the
covid-19 pandemic. The sample selection technique used non-probabilty sampling and obtained 67
companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that carried out stock buybacks used in this
study. The analytical technique used in this research is descriptive statistical analysis. The results of
this study found that the stock buy back variable had a significant positive effect on stock prices. And
the exchange rate (exchange rate) has a negative and significant effect on stock prices.
Keywords : Buy back shares, exchange rate (exchange rate) and stock prices
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan salah satu instrument ekonomi yang mengalami
perkembangan sangat pesat. Pasar modal dapat dijadikan indikator kemajuan suatu
negara dan juga dapat menunjang ekonomi suatu negara. Pasar modal merupakan salah
satu alternatif pilihan untuk berinvestasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan
optimal bagi para investor. Selain sebagai tempat untuk berinvestasi, pasar modal juga
dapat mencerminkan kondisi perekonomian makro suatu negara yang dapat dilihat dari
suatu Indeks Harga Saham.
Indeks Harga Saham adalah suatu indikator yang menggambarkan
pergerakan harga saham. Pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat
pasar sedang aktif atau lesu. Menurut Darmaji dan Fakhruddin (2006:168) di Bursa
Efek Indonesia (BEI) terdapat enam jenis indeks yaitu indeks individual, indeks harga
saham sektoral, indeks harga saham gabungan (IHSG), indeks LQ 45, indeks syariah atau
Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks papan utama dan papan pengembangan.
Pada awal Maret 2020,perekonomian Indonesia dan global menghadapi masalah
baru yang berasal dari sebuah virus corona. Peristiwa pandemic Covid-19 merupakan
virus corona yang pertama kali muncul dari Kota Wuhan, China pada akhir desember
2019. Wabah dari Covid-19 menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia yang
mengakibatkan Kota Wuhan, tempat dimana wabah ini dimulai harus memutuskan
lockdown demi memperhambat laju penyebaran virus.
Adanya peristiwa Virus Corona (Covid-19) ini bukan hanya memberikan
ancaman kepada kesehatan saja akan tetapi juga pada pertumbuhan perekonomian di
suatu negara. Dampak penyebaran Virus Corona (Covid-19) belum dapat dihitung secara
pasti. Tidak bisa dihindari begitupun dengan Indonesia, bertambahnya kasus positif
Corona membawa efek bagi bursa saham.
Rupiah juga terpengaruh virus corona. Nilai tukar mata uang rupiah sudah
tembus ke level 14.000 per USD. Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate
(Jisdor) dari Bank Indonesia (BI) per 2 Maret 2020 menunjukkan, Rupiah terkoreksi ke
angka 14.413 per USD. Sejak 2 Januari 2020 dari level Rp13.895 per USD, kurs rupiah
telah melemah sebesar 3,7%. Pelemahan Rupiah pada awal Februari 2020, utamanya
dipicu sentiment Covid-19.
Bersadarkan uraian diatas peneliti menarik untuk melakukan penelitian tersebut
dengan “Pengaruh Buy back Saham dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham
Gabungan Selama Pandemi Covid-19”.
TINJAUAN PUSTAKA
Theory Signaling
“Signaling theory memberikan informasi masa kini yang akan digunakan
sebagai sinyal perusahaan di masa yang akan datang, reaksi dari sinyal tersebut dapat
dilihat dari reaksi harga saham yang diukur menggunakan return saham sebagai nilai
perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Salah satu informasi yang
dapat mempengaruhi abnormal return adalah pengumuman pembelian kembali saham
(buy back) oleh perusahaan.”
Brigham dan Houston (2015) menyatakan bahwa teori sinyal memberikan
gambaran bahwa sinyal atau isyarat merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan.
Purnomo (2010) mengatakan bahwa kebanyakan perusahaan melakukan stock
repurchase adalah untuk memberikan informasi atau sinyal positif kepada para pemegang
saham mengenai kondisi perusahaan. Pembelian kembali saham dipandang sebagai
JURNAL AKUNTANSI KEUANGAN
indikasi bahwa saham dinilai undervalued, sementara manajemen memiliki tingkat free
cash flows yang tinggi sehingga manajemen lebih memilih untuk melakukan pembelian
kembali saham perusahaan dengan harapan jika jumlah lembar saham yang beredar
berkurang dan dividen perlembar saham naik, maka harga pasar saham akan meningkat
(Sartono, 2014:298)
Implikasi dari signaling theory tersebut secara umum akan memberikan dampak
terhadap harga saham seluruh sekuritas perusahaan yang berisiko mengalami penurunan
(Junizar & Septiani, 2013). Karena, ketika manajer mendeteksi adanya penurunan nilai
pada harga saham perusahaan dan hal tersebut mempengaruhi minat investor jangka
panjang, maka manajer harus melakukan pembelian kembali saham ketika harga saham
mengalami penurunan (Råsbrant, 2011).
dan biaya operasional perusahaan dan pada ahirnya dapat mempengaruhi harga saham
suatu perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar diantaranya sebagai berikut :
1. Laju inflasi. Di pasar valuta asing maupun perdagangan Internasional baik
dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta
asing., sehingga perubahan harga dalam negeri dipandang sebagai faktor
yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing.
2. Tingkat pendapatan. Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan rill
terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan rill dalam negeri
diperkirakanakan melemahkan kurs mata uang asing, sedangkan pendapatan
rill dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing dibandingkan
dengan supply yang tersedia.
3. Suku Bunga. Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktifitas dalam negeri
menjadi lebih menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar
negeri.Terjadinya penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai
mata uang.
Harga Saham
Menurut Jogiyanto (2014) nilai pasar adalah harga saham yang terjadi dipasar
bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan
oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan.
Sedangkan menurut Kamaruddin (2004) harga saham adalah harga yang dibentuk dari
interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka
terhadap profit perusahaan.
Harga saham di pasar modal setiap saat dapat mengalami perubahan, salah
satunya adalah disebabkan oleh pengumuman hingga sebuah peristiwa. Menurut Samsul
(2006), beberapa peristiwa yang mempengaruhi harga saham adalah :
1. Pengumuman pembagian deviden tunai
2. Pengumuman split
3. Pengumuman right issue
4. Pengumuman saham bonus atau saham deviden
5. Pengumuman waran
6. Rencana merger dan akuisisi
7. Rencana transaksi benturan kepentingan
8. Perubahan variabel makro dan mikro ekonomi
9. Peristiwa politik internasional
10. Pergerakan indeks saham
11. Peristiwa politik nasional
12. January effect
13. Insider information
14. Perubahan sikap ekonomi melalui leading indicator.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang penguji ambil yaitu variabel pengaruh buy back
saham dan nilai tukar terhadap harga saham selama masa pandemi covid-19 dimana
kerangka konseptual teoritis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada
telaah berbagai pustaka yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil telaah pustaka tersebut di
atas, maka kerangka konseptual teoritis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Uji F
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang dimana
kebenarannya harus dibuktikan sehingga dapat diterima atau ditolak.Menurut (Supranto,
2000). Hipotesis merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin
benar,dansering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan/pemecahan persoalan
ataupun untuk penelitian lebih lanjut.
H1 : Buy back saham berpengaruh terhadap harga saham selama masa pandemi covid-19
H2 : Nilai tukar berpengaruh terhadap harga saham selama masa pandemi covid-19
H3 : Buy back saham dan nilai tukar berpengaruh terhadap harga saham selama masa
pandemi covid-19
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Objek Penelitian
Penelitian tentang Pengaruh buy back saham dan Nilai tukar (Kurs) terhadap
harga saham selama masa pandemi covid 19 menggunakan metode penelitian kuantitatif,
metode penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan seberapa besar pengaruh buy
back saham dan Nilai tukar (Kurs) terhadap harga saham selama pandemic covid-19.
Objek penelitian merupakan sasaran untuk memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan untuk permasalahan yang diteliti (Sugiyono, 2016). Objek penelitian ini
adalah perusahaan yang melakukan buy back saham dan data nilai tukar rupiah terhadap
Dollar As.
Sampel
Dengan menggunakan metode non probability samplin. sampel yang digunakan
Emiten atau perusahaan publik yang sahamnya tercatat di Bursa efek dapat melakukan
pembelian kembali sahamnya berdasarkan mekanisme yang diatur dalam POJK Nomor
2/POJK.04/2013.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data
sekunder. penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian dengan melakukan
penelitian pada populasi atau sampel yang diperoleh nantinya berupa angka. Data
kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka yang dapat di hitung, yang
diperoleh dari laporan keuangan masing-masing emiten.Data harga saham pembukaan
saat melakukan buy back dan harga saham penutupan.
Sumber Data
Sumber data penulisan yaitu www.idx.co.id dan situs resmi Bank Indonesia
www.bi.go.id , world.bank.com serta sumber-sumber referensi lain dalam buku,jurnal
maupun publikasi lainnya.
Observations 67 67 67
Sumber: Data, Diolah (2022)
Berdasarkan hasil komputasi Descriptive Statistics dari 67 data observasi variabel
harga saham selama pandemi covid-19 memiliki nilai maksimum minimum berturut-turut
4.480000 dan 4.480000 sedangkan nilai rata-ratanya 772.7087 dan nilai tengah nya
sebesar 772.7087 dengan simpangan baku 895.1922 Variabel buy back saham memiliki
nilai maksimum minimum berturut-turut 960.0000 dan 1.020000 sedangkan nilai rata-
rata nya 325.8675 dan nilai tengah 244.0000 dengan simpangan baku 293.4040.Terakhir
variabel nilai tukar memiliki nilai maksimum minimum berturut-turut 29.26200 dan
13.60700 sedangkan nilai rata-rata nya 16.67815 dan nilai tengah sebesar 14.81800
dengan simpangan baku nya 3.764142.
Uji Multikolinearitases
Asumsi multikolinearitas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas
dari gejala multikolinearitas. Gejala multikolinearitas adalah gejala korelasi antar variabel
independen. Gejala ini ditunjukan dengan korelasi yang signifikan antar variabel
independen (Purbayu dan Ashari, 2005:238).
Tabel 2
Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors
Date: 01/15/22 Time: 20:17
Sample: 1 67
Included observations: 67
Dari hasil uji multikolinearitas di atas dapat dilihat bahwa nilai Centered VIF nya
sebesar 1.010291 < dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
multikolinearitas pada variabel penelitian tersebut. Dengan hasil ini maka satu uji asumsi
klasik telah terpenuhi.
Uji Autokorelasi
JURNAL AKUNTANSI KEUANGAN
Uji autokolerasi merupakan kolerasi yang terjadi antara residual pada satu
pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Autokorelasi dapat diketahui
melalui Uji Breusch-Godfrey, dimana jika nilai prob < 0,05 maka terjadi gejala
autokorelasi sedangkan jika nilai prob > 0,05 maka tidak terjadi gejala autokorelasi
adalah pengujian yang digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya korelasi serial
dalam model regresi atau untuk mengetahui apakah di dalam model yang digunakan
terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati.
Tabel 3
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/15/22 Time: 20:19
Sample: 1 67
Included observations: 67
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Dari hasil uji autokorelasi diatas dapat dilihat bahwa prob 0.5460 > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi dalam model penelitian.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
Sample: 1 67
Included observations: 67
Prob(F-statistic) 0.053264
yang sedang menghadapi issue atau masalah tertentu dalam mengantisipasi penurunan
kinerja yang berdampak pada penurunan harga saham. Buyback dilakukan ketika harga
saham sedang berada dibawah harga riilnya, pada prinsipnya Buyback Saham ini
mengurangi jumlah lembar saham yang beredar di masyarakat sehingga penawaran
saham berkurang maka sesuai hukum ekonomi dasar bahwa ketika supply berkurang
maka harga akan naik, perusahaan yang melakukan buyback dapat membeli sahamnya
kembali dengan harga murah dibawah harga riil lalu ketika kondisi sudah stabil maka
akan dijual kembali dengan haga yang lebih tinggi sehingga memperoleh Capital Gain,
buyback juga dapat membuat perusahaan lebih efisien yaitu mengurangi beban dividen
dan juga dengan melakukan aksi pembelian saham kembali menghindari perusahaan
diakuisisi oleh perusahaan lain.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Mulia (2009) yaitu pengumuman
buy back dianggap memberikan pengaruh terhadap harga saham yang mengalami
penurunan dikarenakan perusahaan memberikan sinal yang bai tentang prospek
perusahaan di masa mendatang, sehingga akan berdampak pada perubahan harga saham.
Penelitian yang dilakukan Melanthon dan Astiri (2019) menyimpulkan bahwa jika buy
back meningkat maka harga saham perusahaan juga ikut meningkat.
.
Pengaruh Nilai tukar Berpengaruh terhadap Harga Saham Selama masa Pandemi
Covid-19
Hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa nilai tukar berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap harg saham sehingga H 2 diterima. Hal ini berarti
peningkatan kurs USD akan menyebabkan IHSG melemah. Hal ini dimungkinkan oleh
adanya pengalihan investasi dari pasar modal ke pasar valas, karena investor berusaha
mendapatkan return yang lebih besar di pasr valas (Gede, 2006). Selain itu naiknya nilai
kurs menjadi sinyal negatif bagi pasar modal, hal ini dikarenakan melemahnya Rupiah
menyebabkan gairah investasi menurun karena investor lebih suka menanamkan
modalnya keluar negeri.
Penelitian ini diperkuat dengan penelitian oleh Witjaksono (2010) menemukan
hasil bahwa kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG, sama halnya dengan
Kewal (2012) mengemukakan bahwa kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan.
Pengaruh Buy back Saham dan Nilai tukar Berpengaruh terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan aplikasi Eviews Tabel 4.6 di atas
didapatkan nilai F hitung didapatkan nilai F hitung = 3.071066 dengan signifikansi
sebesar 0.043264 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima yang artinya buy
back saham dan nilai tukar secara simultan berpengaruh terhadap harga saham selama
masa pandemi covid-19.
demikian saat kurs USD terhadap rupiah meningkat maka harga saham akan
mengalami kenaikan.
3. Hasil pengujian secara statistik buy back saham dan nilai tukar berpengaruh
secara simultan terhadap harga saham, sehingga H3 diterima.
Keterbatasan Peneliti
Penelitian ini memeiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Keterbatasan hasil penelitian antara lain:
1. Penelitian ini hanya menguji variabel Buy back Saham , Nilai Tukar dan Harga
Saham. Hal ini mungkin terabaikannya varaibel-variabel lain yang mungkin
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap Harga Saham.
2. Periode dalam pengamatan penelitian ini terbatas hanya 2020, yang mungkin
apabila lebih dari masa penelitian akan membuat penelitian ini lebih
berpengaruh.
Saran
Adapun kesimpulan diatas, maka saran yang dapat penulis berikan untuk penulisan
skripsi sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti tentang penelitian yang sama,
pengaruh buy back saham dan nilai tukar terhadap harga saham selama
pandemi Covid-19 dapat menambahkan variabel lain yang mungkin lebih
berpengaruh.
2. Untuk penelitian selanjutnya agar hasil yang didapatkan lebih baik, sebaiknya
menambah jumlah masa pengamatan yang lebih luas.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ni Putu Ayu Darmayanti, S. (2017). Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga Dan Inflasi
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia. E-
Jurnal Manajemen, 4391-4421.
Rumapea, M. (2019). Analisis Pengaruh Stock Buy back Terhadap Harga Saham
Dan Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Junal Akuntansi dn Keuangan Methodist, 164-174.
Ririn Noviyanti Putri. (2020). Indonesia Dalam Menghadapi Covid-19. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 705-709
Saragih, A. E. (2015). Pengaruh Pengumuman Pembelian Kembali Terhadap
Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. JRAK, 115-138.
Selvi Annisa, N. (2020). Pengaruh Covid-19, Nilai Tukar Rupiah dan Indeks Harga
Saham Gabungan Asing Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Jurnal Manajemen dan Organisasi (JMO), 170-178.
Yudhinanto, A. (2018). Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Harga Emas
Dunia, Indeks Dow Jones, dan Indeks Hanga Seng Terhadap IHSG (Studi
Pada BEI Periode 2007-2016). Jurnal Ekonomi, 67-81.