Abstrak
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG merupakan indikator nilai
semua saham yang diperjualbelikan di dalam pasar modal. Perusahaan yang
menjual efek, baik dalam bentuk saham maupun obligasi memiliki tujuan untuk
menambah pendanaan perusahaan dari masyarakat melalui pasar modal.
Pendanaan perusahaan melalui pasar modal dengan menjual saham maupun
obligasi mampu menjadi sumber pendanaan utama, baik untuk pemerintah
maupun swasta. Di awal tahun 2020 ini, setidaknya sudah ada lebih dari 600
perusahaan yang mencatatkan IPO (Initial Public Offering) di Bursa Efek
Indonesia dan diprediksi akan terus bertambah setiap tahunnya. Nilai saham suatu
perusahaan dipengeruhi oleh banyak hal, semakin tinggi nilai saham suatu
perusahaan, dapat dikatakan perusahaan tersebut semakin bagus. Disini IHSG
berperan untuk merangkum semua nilai saham yang berada di Bursa Efek
Indonesia, sehingga tinggi rendahnya IHSG merupakan implikasi dari harga
saham setiap perusahaan. Dengan masuk dan menyebarnya Covid-19 ini, secara
tidak langsung mempengaruhi nilai saham yang berada di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci : Indeks Harga Saham Gabungan, Saham, Pasar modal, Covid-19
A. Pendahuluan
Peran efek dalam suatu perusahaan sangatlah penting, dimana efek baik
dalam bentuk saham maupun obligasi dapat sebagai sumber utama pendanaan
operasional perusahaan. Perusahaan yang telah IPO (Initial Public Offering) akan
menjual sahamnya ke masyarakat melalui pasar modal. Pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang
maupun jangka pendek yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang atau
pun modal sendiri. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam
pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut
sebagai bursa efek.
1
saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks oleh karena itu, IHSG atau
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indeks harga saham yang paling
sering diperhatikan oleh investor dalam berinvestasi di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu
panduan penting untuk menganalisis kinerja saham perusahaan – perusahaan yang
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara keseluruhan. Menurut
Purwanta dan Hendy (2006:47) “indeks Harga Saham merupakan indikator yang
dapat digunakan investor untuk mengetahui pergerakan pasar”
Dalam pelaksanaan transaksi jual beli saham dalam pasar modal banyak
faktor yang mempengaruhi nilai saham di setiap perusahaan, baik itu faktor
internal maupun faktor eksternal perusahaan. Harga saham di bursa efek dan pasar
modal ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran, semakin banyak
investor yang akan membeli saham tersebut, maka harga saham cenderung untuk
bergerak naik, sebaliknya semakin banyak investor yang menjual saham tersebut
maka harga akan cenderung bergerak turun. Setiap perusahaan yang menerbitkan
saham di pasar modal atau IPO (Initial Public Offering) menginginkan harga
sahamnya tinggi, tingginya harga saham berarti akan semakin tinggi pula nilai
modal yang dapat dihimpun perusahaan. Faktor – faktor tersebut akan menjadi
risiko ketika tidak ditangani secara khusus, disini peran menejemen risiko
sangatlah penting. Salah satu faktor eksternal yang bisa menjadi risiko dalam
suatu perusahaan tersebut adalah Covid-19. Sejak awal tahun 2020, terdapat
wabah virus yang berasal dari Wuhan, China. Nama virus ini adalah Corona, virus
ini menyerang system pernapasan manusia, dampaknya, orang yang sudah positif
terkena virus ini akan memiliki risiko meninggal lebih besar. Setelah menyebar di
negara China, wabah virus ini menyebar semakin luas hingga lebih ke 150 negara
termasuk Indonesia. Awal Maret 2020 terdapat warga Indonesia yang positif
2
terkena virus ini dan pada 27 Maret 2020 sudah terdapat 1000 lebih orang yang
positif terkena Corona. WHO (Word Health Organizatios) atau Organisasi
Kesehatan Dunia sudah menyatakan virus ini sebagai Pandemi dan menetapkan
virus ini dengan nama Covid-19. Pereokonomian negara – negara yang terdampak
Covid-19 ini mulai menurun secara drastis. China sebagai negara dengan
perekonomian terbesar ke-2 setelah Amerika juga mengalami turunnya
perekonomian mereka, dan negara – negara yang memiliki kerjasama dengan
China juga terkena dampaknya.
3
Dalam menangani virus ini, Kementrian Keuangan, OJK, PT Bursa Efek
Indonesia, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, dan PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia juga telah mengeluarkan kebijakan – kebijakan untuk mengatasi situasi
seperti ini. Kebijakan tersebut mulai dari trading halt atau pembekuan selama 30
menit jika IHSG turun 5 %, sampai pemberian insentif. Bank Indonesia juga telah
mengeluarkan kebijakan yang intinya mempersingkat jam operasional BI Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Dalam paper ini, penulis akan membahas dan menganalisis dampak dari
virus Covid-19 ini terhadap nilai IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan di
Indonesia.
C. Tujuan Pembahasan
4
3. Menanggapi bagaimana pengaruh dari kebijakan – kebijakan yang
telah dikeluarkan oleh Pemerintah, OJK, KSEI, dan KPEI.
D. Manfaat Pembahasan
E. Tinjauan Pustaka
5
Wеіghtеd Avеragе Іndеx. Data ІHSG dalam pеnеlіtіan іnі dі ambіl darі alamat
wеbsіtе rеsmі yahoo yaіtu www.fіnancеyahoo.com dеngan kodе pеncarіan ^JKSЕ.
Pasar Modal
6
melihat perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan
leading indikator bagi trend perekonomian suatu negara.
7
para pemodal akan dapat melakukan diversifikasi investasi atau keberagaman
investasi, dalam artian membentuk portofolio, sesuai dengan risiko yang siap
mereka tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Sukses atau tidaknya
suatu pasar modal sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal
maupun faktor eksternal di antaranya penawaran dan permintaan sekuritas,
kondisi politik dan ekonomi suatu negara, masalah hukum dan peraturan serta
perandari lembaga-lembaga pendukung atau Lembaga – Lembaga yang saling
berkaitan dengan pasar modal. Faktor tersebut harus saling mendukung antara satu
dengan yang lain karena tanpa terciptanya kesinambungan seluruh faktor tersebut
maka pasar modal akan susah berkembang seperti yang diharapkan.
Virus Covid-19
Ada berbagai teori tentang di mana kasus pertama atau pasien nol tersebut
mungkin berasal. Kasus pertama yang dikenal dari coronavirus novel ditelusuri
kembali ke 1 Desember 2019 di Wuhan , Hubei, Cina. Klaim kemudian yang tidak
dikonfirmasi, mengutip dokumen pemerintah China, menunjukkan bahwa korban
pertama adalah seorang pria berusia 55 tahun yang jatuh sakit pada 17 November
2019. Pada 27 Maret 2020, outlet berita mengutip pemerintah melaporkan bahwa
seorang wanita berusia 57 tahun, yang dites positif mengidap penyakit
coronavirus pada 10 Desember 2019 dan dideskripsikan dalam The Wall Street
Journal pada 6 Maret 2020, mungkin pasiennya nol. Pada 30 Desember,
sekelompok dokter dari Rumah Sakit Pusat Wuhan, yang dipimpin oleh Dr. Ai
Fen, meluncurkan peringatan tentang "coronavirus mirip SARS". Delapan dari
dokter ini ditangkap oleh pemerintah Cina dengan tuduhan menyebarkan desas-
desus palsu, termasuk dokter Li Wenliang . Dalam sebuah wawancara dengan
majalah Renwu , Ai Fen mengatakan dia ditegur setelah memperingatkan
atasannya dan rekan-rekannya tentang virus mirip Sars yang terlihat pada pasien
pada bulan Desember. Dalam bulan berikutnya, jumlah kasus virus corona di
Hubei secara bertahap meningkat menjadi beberapa ratus, sebelum meningkat
dengan cepat pada Januari 2020. Pada 31 Desember 2019, cukup banyak kasus
pneumonia yang tidak diketahui telah dilaporkan ke otoritas kesehatan di Wuhan,
8
ibukota Hubei provinsi, untuk memicu penyelidikan. Ini sebagian besar terkait
dengan Pasar Grosir Makanan Laut Huanan , yang juga menjual hewan
hidup; dengan demikian virus dianggap memiliki asal zoonosis. Selama tahap
awal wabah, jumlah kasus bertambah dua kali lipat setiap tujuh setengah hari.
Pada awal dan pertengahan Januari 2020, virus menyebar ke provinsi-provinsi
Cina lainnya, dibantu oleh migrasi Tahun Baru Cina dan Wuhan menjadi pusat
transportasi dan pertukaran kereta api utama. Pada 20 Januari, Cina melaporkan
hampir 140 kasus baru dalam satu hari, termasuk dua orang di Beijing dan satu
di Shenzhen . Data resmi kemudian menunjukkan bahwa 6.174 orang sudah
mengalami gejala pada 20 Januari 2020. Pada 10 Januari, berdasarkan laporan dari
otoritas China, WHO mengeluarkan penasehat perjalanan yang meminta
pelancong untuk mengikuti pedoman "untuk mengurangi risiko umum infeksi
saluran pernapasan akut saat bepergian di atau dari daerah yang terkena dampak
(saat ini Kota Wuhan)". Sementara mencatat bahwa cara penularan virus tidak
jelas, itu menyarankan terhadap "penerapan segala larangan perjalanan atau
perdagangan di Tiongkok". Pada 12 Januari, berdasarkan informasi tambahan
dari Komisi Kesehatan Nasional China, WHO menyatakan bahwa "pada tahap ini,
tidak ada infeksi di antara petugas layanan kesehatan, dan tidak ada bukti jelas
penularan dari manusia ke manusia." Pada 24 Januari, WHO memperbarui
penasihat perjalanannya dengan merekomendasikan pemutaran masuk dan keluar
sambil terus memberi saran terhadap pembatasan perjalanan. Pada 30 Januari,
WHO menyatakan wabah itu sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat dari
Kepedulian Internasional . Pada 24 Februari, direktur WHO Tedros
Adhanom memperingatkan bahwa virus tersebut dapat menjadi pandemi global
karena meningkatnya jumlah kasus di luar Tiongkok. Pada 11 Maret, WHO secara
resmi menyatakan wabah koronavirus sebagai pandemi, setelah periode penularan
tingkat komunitas yang berkelanjutan di banyak wilayah di dunia. Pada 13 Maret,
WHO mendeklarasikan Eropa sebagai pusat pandemi baru setelah tingkat kasus
Eropa baru melampaui wilayah di dunia selain China. Pada 16 Maret 2020, jumlah
total kasus yang dilaporkan di seluruh dunia di luar China telah melebihi kasus di
daratan Tiongkok. Pada 19 Maret 2020, Cina melaporkan tidak ada kasus
9
domestik baru (tidak termasuk kasus yang diimpor kembali dari luar negeri) untuk
pertama kalinya sejak wabah, sementara jumlah total kematian yang dilaporkan di
Italia melampaui kasus China. Per 29 Maret 2020 , lebih dari 664.000 kasus telah
dilaporkan di seluruh dunia; lebih dari 30.800 orang telah meninggal dan lebih
dari 142.000 telah pulih. Amerika Serikat telah menyalip Cina dan Italia untuk
memiliki jumlah kasus terkonfirmasi tertinggi di dunia. Pada tanggal 27 Maret
2020, para ilmuwan Cina melaporkan bahwa sebanyak 10% dari mereka yang
telah pulih dari COVID-19 dan dites negatif, dinyatakan positif lagi.
Virus ini terutama menyebar selama kontak dengan jarak dekat dan
oleh tetesan pernapasan atau droplets yang dihasilkan ketika orang batuk atau
bersin. Tetesan – tetesan pernapasan mungkin dihasilkan selama bernafas tetapi
virus ini umumnya tidak mengudara . Orang juga dapat menangkap COVID-19
dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi oleh virus ini dan kemudian
memegang wajah mereka khususnya bagian mata, mulut, dan hidung.
Kemungkinan paling besar untuk menular adalah saat orang bergejala, meskipun
penyebaran mungkin terjadi sebelum gejala muncul atau waktu inkubasi. Waktu
antara paparan dan onset gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat berkisar
dari 2 hingga 14 hari. Gejala umum termasuk demam, batuk, dan sesak napas .
Komplikasi yang mungkin terjadi antaralain pneumonia dan sindrom gangguan
pernapasan akut . Belum ada vaksin yang diketahui atau pengobatan
antivirus khusus untuk mengatasi virus Covid-19 ini. Pengobatan primer adalah
terapi simtomatik dan suportif .
F. Pembahasan
10
masuk dalam skenario terburuk jika tidak mengatasi dengan benar pandemi ini
Ekonomi Indonesia bisa masuk dalam skenario terburuk jika tidak mengatasi
dengan benar pandemi ini. Pada perdagangan Selasa (24/3), indeks harga saham
gabungan IHSG ditutup turun 1,3 % di level 3.937. Sepanjang pekan
tersebut, IHSG telah menyentuh posisi terendahnya sepanjang delapan tahun
terakhir. IHSG sempat jatuh di level 3.000 yakni pada 24 Juni 2012 di posisi
3.955,58. Untuk mengatasi meluasnya dampak Covid-19 di pasar modal, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) merilis beberapa kebijakan. Di antaranya, trading halt atau
pembekuan selama 30 menit jika IHSG turun lebih dari atau sama dengan 5
%. Trading halt pertama kali sepanjang sejarah pasar modal Indonesia
berlangsung pada Kamis, 12 Maret 2020 dan telah terjadi lima kali sejak itu.
Kemudian, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) meminta PT Bursa Efek Indonesia, PT
Kliring Penjaminan Efek Indonesia, dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
untuk memangkas waktu operasional transaksi jual beli saham. Langkah ini
sebagai adaptasi dari kebijakan Bank Indonesia yang mempersingkat jam
operasional BI Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Mulai tanggal 30 Maret
2020, waktu perdagangan atau jual beli di bursa efek dibagi menjadi dua sesi atau
dua bagian. Transaksi perdagangan pertama mulai pukul 09.00 Waktu Indonesia
Bagian Barat hingga 11.30 WIB dan sesi kedua dimulai dari pukul 13.30 hingga
15.00. Sedangkan hari kerjanya tetap dari Senin sampai Jumat. Tak hanya
mempengaruhi harga saham pada bursa efek Indonesia, virus Covid ini juga
mempengaruhi nilai kurs rupiah terhadap valuta asing, khususnta Amerika
Serikat. Harga jual dolar Amerika Serikat di lima bank besar menembus Rp 17
ribu. Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau JISDOR
menempatkan nilai rupiah di posisi 16.608 per dolar Amerika.
Mengutip Bloomberg, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam di Asia. Angka
itu juga merupakan yang terendah sejak krisis pada bulan Juli tahun 1998.
11
Global Macroeconomic Impacts of Covid-19” ekonom Australian National
University, Warwick McKibbin dan Roshen Fernando meramalkan dan
memprediksikan bahwa kegawatan yang luar biasa akan terjadi. Keduanya
menyebutkan dampak virus corona atau Covid 19 ini akan jauh lebih buruk dari
pada Flu Spanyol yang pada 1918-1919 telah menjadi pandemi paling mematikan
sepanjang sejarah manusia dengan menelan 40 juta lebih korban jiwa. Dampak
ekonomi Covid-19 diperkirakan dan diprediksi bisa mencapai US$ 2,4 triliun atau
sekitar Rp 39.304 triliun. Jauh lebih besar dari pada penyakit pernapasan akut
SARS yang pada 2003 lalu memangkas ekonomi dunia sebesar lebih dari US$ 40
miliar atau Rp 656,72 triliun. Kedua ekonom tersebut telah membuat setidaknya
tujuh skenario berdasarkan beberapa indikator, seperti tingkat sebaran virus
corona, kasus, dan jumlah korban tewas di berbagai negara di dunia. Skenario satu
sampai tiga adalah jika virus corona hanya terjadi di Tiongkok dan bersifat
sementara waktu saja. Skenario empat hingga enam adalah jika virus corona
menyebar ke seluruh penjuru dunia dan hanya bersifat sementara. Sedangkan pada
skenario tujuh yaitu ketika wabah corona meluas ke seluruh dunia dan skala
ringan, namun akan berulang pada tahun-tahun yang akan mendatang. Skenario
yang pertama adalah equity risk premium atau guncangan pasar modal. Kemudian
ada suplai tenaga kerja, biaya produksi, permintaan konsumsi, dan belanja
pemerintah. Secara garis besar, Indonesia akan dan telah menghadapi risiko
kenaikan equity risk premium atau guncangan pasar modal, penurunan suplai
tenaga kerja, kenaikan biaya produksi, penurunan permintaan, dan kenaikan
anggaran belanja baik anggaran Negara atau APBN maupun anggaran daerah atau
APBD. Berdasarkan simulasi tersebut, keduanya memperkirakan, pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada 2020 akan terkoreksi sekitar 1,3 % pada skenario empat;
2,8 % pada skenario lima; 4,7 % pada skenario enam, dan sekitar 1,3 % pada
skenario tujuh. Sebelumnya, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau APBN tahun 2020, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa
mencapai 5,3 %. Dengan skenario empat saja, pendapatan domestik bruto (PDB)
Indonesia akan jatuh di kisaran 4 %.
12
McKibbin dan Fernando menyebutkan bahwa dampak terjadinya wabah
penyakit virus Corona terhadap pasokan tenaga kerja tidak sebatas hanya pada
kematian saja. Sebab, selain penderita menjadi tak produktif dalam bekerja,
kinerja anggota keluarga yang merawat mereka akan terdampak atau tertular.
Apalagi, sekitar 70 % pekerja perempuan juga bertanggung jawab atas
kelangsungan rumah tangga mereka masing - masing, termasuk kesehatan anggota
keluarganya. Dalam kasus Covid-19, masa karantina yang disarankan oleh para
medis adalah selama 14 hari, lebih dari jatah cuti tahunan karyawan itu digunakan
agar tubuh bisa membentuk system imun agar bisa mengatasi virus ini. Semakin
banyak pekerja yang terinfeksi, semakin tinggi pula biaya produksi yang
ditanggung oleh perusahaan - perusahaan. Kondisi tersebut diperparah dengan
kendala impor bahan baku dan barang modal yang berasal dari Tiongkok yang
menjadi epicentrum atau pusat pandemic Covid 19 ini. Hal tersebut
mengakibatkan harga barang pun menjadi naik. Kenaikan harga barang, ditambah
penghasilan yang menurun akibat penyakit (jika tidak di-PHK) adalah kombinasi
fatal pemukul daya beli. Pemerintah harus mengantisipasi merosotnya konsumsi
yang selama ini jadi penyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka, kuncinya
adalah realokasi anggaran. Pemerintah perlu mempercepat pengajuan rancangan
APBN Perubahan 2020 dan mendorong pemerintah daerah melakukan hal yang
sama. Melihat berbagai scenario yang telah dibuat oleh McKibbin dan Fernando
tersebut, ekonomi Indonesia pada tahun 2020 ini dan tahun-tahun yang akan
mendatang akan sangat bergantung pada penanganan pandemi virus corona.
Makin buruk penanganan, korban akan terus berjatuhan dan sulit untuk
membendung dan mengatasi dampak ekonomi yang disebabkannya tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menyampaikan
beberapa scenario. Menurutnya, skenario paling moderat yaitu
ketika pandemi Covid-19 bisa segera ditangani dengan baik
sehingga ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di atas 4 %.
Dengan adanya pembatasan penerbangan dan kegiatan
perdagangan internasional yang terganggu akan berdampak
besar terhadap perekonomian Indonesia. Jika itu terjadi,
13
Pertumbuhan ekonomi bisa di kisaran 2,5 %, bahkan 0 % pada
tahun 2020 ini. Kelesuan Global Akibat Covid-19 ini Indonesia
tak hanya sendiri. Pada Februari lalu, Bank Pembangunan Asia
atau ADB telah memperingatkan potensi kerugian ekonomi global
bisa sebesar US$ 347 miliar atau Rp 5.697 triliun akibat virus
corona atau covid-19 ini. Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada
juga memaparkan, bahwa terdapat banyak ketidakpastian terkait
penyebaran tentang virus corona atau Covid-19 ini termasuk
dampak ekonominya bagi negara – negara di dunia. Untuk itu
dibutuhkan beberapa skenario agar memberikan lebih jelas
gambaran kelamnya akibat covid-19. ADB membuat sejumlah
skenario terkait kerugian yang dapat timbul akibat virus corona.
Pada skenario dasar, virus ini diperkirakan menimbulkan
kerugian US$ 77 miliar dan memangkas pertumbuhan ekonomi
global 0,1 %.
G. Kesimpulan
14
Dengan adanya berbagai kebijakan dari pemerintah guna mengatasi
penyebaran virus ini, sektor perusahaan akan mengalami imbasnya. Dengan
adanya kebijakan WFH atau Work From Home serta Social Distancing tersebut
akan mengakibatkan penurunan kinerja dari Karyawan suatu perusahaan dan
secara langsung maupun tidak langsung, hal tersebut akan mempengaruhi
meningkatnya biaya produksi dan akan berimbas pada meningkatnya harga barang
di pasar. Sektor saham juga akan terpengaruh oleh wabah virus Covid-19 ini.
Banyak perusahaan yang sudah berada di Bursa Efek Indonesia mengalami
penurunan nilai saham secara drastic mulai awal tahun 2020. Akibatnya IHSG
atau Indeks Harga Saham Gabungan sebagai parameter perekonomian Indonesia
juga akan menurun.
15
Daftar Pustaka
Appa, Y. 2014. Pengaruh Inflasi dan Kurs Rupiah/Dolar Amerika terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).eJournal
Administrasi Bisnis 2 (4) : 498
Darmadji, Tjipto dan Hendry M.F., 2001. Pasar Modal di Indonesia, Salemba
Emapat, Jakarta.
https://katadata.co.id/telaah/2020/03/26/ekonomi-indonesia-dalam-skenario-
terburuk-akibat-virus-corona diakses pada 27 Maret 2020
16