Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH SENTIMEN INVESTOR TERHADAP REAKSI PASAR

PADA BURSA EFEK INDONESIA

Agus Zainul Arifin


Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta
Agusza1808@gmail.com
Andreas
Staf PT. Sumber Dipa Asia
andreaschandra93@gmail.com

Abstract : This study aims to examine the impact of investor’s sentiment toward
Stock Price (IHSG) during the period from January 2009 to December 2015. This
research uses monthly data from January 2009 to December 2015 for each
variable. This research also uses trading volume and consumer confidence index
for proxies. Multiple regression analysis is applied in this study. The results
shows that trading volume and consumer confidence index simultaneously have
significant effect toward Stock Price (IHSG). Partially, consumer confidence has
significant effect toward Stock Price (IHSG), while trading volume does not.

Keywords: Investor’s sentiment, Consumer’s Confidence, Stock Volume, Stock


Price

Abstrak: Penelitian ini untuk menguji sentimen investor terhadap harga saham
gabungan (IHSG) selama periode Januari 2009 sampai Desember 2015 dengan
menggunakan data bulanan. Sentmen investor menggunakan proksi volume
perdagangan dan indeks kepercayaan konsumen. Analisis menggunakan analisis
regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan volume perdagangan dan indeks
kepercayaan konsumen secara bersama-sama berpengaruh terhadap Harga Saham
Gabungan (IHSG). Kepercayaan konsumen berpengaruh positif terhadap Harga
Saham Gabungan (IHSG), sedangkan volume perdagangan tidak berpengaruh
terhadap harga saham (IHSG).

Kata kunci: Sentimen Investor, Kepercayaan Konsumen, Volume Saham, Harga


Saham

1
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kerugian besar yang dialami investor tentunya berdampak untuk mengambil
tindakan. Investor akan mengambil langkah supaya kerugian tersebut tidak
semakin besar. Dengan menjual saham tersebut. Namun tindakan tersebut bisa
saja dilakukan investor dengan dasar yang tidak kuat dikarenakan sentimen
investor yang mengatakan bahwa nilai dari saham yang dimilikinya akan terus
jatuh dan tidak akan naik lagi. Pemikiran seperti itu dinamakan panic selling,
dimana langkah investor pada saat menjual saham secara langsung tanpa berpikir
panjang diakibatkan karena kepanikan investor terhadap merosotnya harga saham
yang begitu tajam.
Sentimen investor adalah pandangan atau pendapat para investor
mengantisipasi harga saham pada suatu pasar. Sentimen investor akan bereaksi
negatif apabila pasar memberi sentimen negatif, dan sebaliknya. Keynes (1954
dalam Bank, 2014:1) mengatakan bahwa suatu pasar adalah subjek gelombang
sentimen yang bersifat optimis dan pesimis. Gelombang ini belum memiliki
alasan dan belum sah yang tidak memberikan dasar yang kuat untuk melakukan
perhitungan. Gelombang ini sebuah dorongan untuk kegiatan yang membuat roda
berputar. Seorang yang rasional akan memilih dan menghitung semampunya,
tetapi sering kali hasilnya jatuh kembali pada motif investor pada sentimen atau
kesempatan.
Sentimen investor, atau disebut juga sebagai sentimen pasar, tidak bisa
dihitung, tetapi ada indikator yang mendukung sentimen tersebut muncul.
Indikator yang mendukung itu seperti pandangan investor akan setiap cash flow
dari tiap perusahaan, lalu berapa trading volume yang dilakukan oleh investor
pada saat melakukan transaksi di bursa, dan consumer confidence index yang
dapat berpengaruh terhadap sentimen investor.
Consumer confidence adalah tingkat keyakinan para konsumen tentang
bagaimana kondisi situasi ekonomi yang sedang terjadi di suatu negara. Karena
consumer confidence dinilai pnting bagi pengambil keputusan, Sehingga ada suatu
organisasi yang melakukan survey di beberapa wilayah untuk mengetahui
bagaimana konsumen itu memandang situasi ekonomi yang sedang berjalan.
Market turnover juga merupakan indikator dari investor sentiment. Indikator
market turnover berupa seberapa banyaknya jumlah transaksi yang di lakukan
dibandingkan dengan banyaknya jumlah saham suatu perusahaan yang
diterbitkan. Dari indikator ini terlihat tingkat likuiditas pasar saham perusahaan
tersebut. Seperti yang dilansir pada www.jurnalasia.com, Analis Riset PT
Infovesta Utama, Vilia Wati mengatakan bahwa aksi jual saham yang dilakukan
oleh investor asing menjadi pemberat kinerja IHSG dan reksa dana berbasis
saham sepanjang tahun ini.
Gambar 1 memperlihatkan tentang perkembangan harga saham IHSG dari
tanggal 1 Januari 2015 sampai dengan 29 Oktober 2015, menandakan bahwa
harga saham IHSG yang awalnya cenderung naik, kemudian bergerak menurun.
Tentu hal ini membuat para investor mengambil langkah untuk mengamankan
saham mereka supaya tidak merugi.

2
Gambar 1. Perkembangan IHSG
Sumber : www.finance.yahoo.com
Tujuan penelitin ini adalah mengungkapkan alasan tentang sentimen
investor dengan melihat bagaimana pola pandang investor terhadap pergerakan
harga saham. Investor juga memperhatikan volatilitas harga saham, yaitu
bagaimana harga saham naik mencapai titik tertingginya secara tajam, kemudian
kembali turun secara derastis. Kondisi ini disebut sentimen investor yang negatif.
Begitu pula sebaliknya, ketika harga saham yang dari jatuh sampai harga
terendah, kemudian bounce back ke atas dengan derastis. Kondisi ini dikatakan
sentimen investor yang positif, dan mungkin saja investor akan bersiap untuk
melakukan selling. Sentimen investor juga bisa dikaitkan dengan behavioral
finance, yaitu sentimen investor bisa menjadi overconfidence.
Fenomena overconfidence terlihat bagaimana perilaku investor yang merasa
percaya diri dengan pembelian saham yang dipilihnya. Namun perilaku
overconfidence ini membuat pelaku investor biasanya menjadi noise trader, yang
merupakan kebiasaan investor untuk tidak melihat sisi analisis fundamental, tetapi
melihat analisis trend saja. Sehingga investor terlalu cepat mengambil keputusan
dalam pembelian saham yang dipilihnya.
Semua indikator yang disebutkan itu terpampang jelas pada laporan
keuangan dari perusahaan tersebut. Sehingga, analisis fundamental menjadi satu
faktor yang penting untuk pertimbangkan investor sebelum terburu-buru
menempatkan posisi di bursa saham. Pada nyatanya, ada banyak model perilaku
dalam pasar sekuritas, seperti yang dikatakan oleh De Long et al. (1990 dalam
Baker dan Wurgler ,2007:4), bahwa ada dua tipe investor : Pertama, rasional
arbiter yang bebas bersentimen dan traders irasional mudah bersikap sentimen
(baik positif atau negatif) dari faktor luar. Kedua, para investor berkompetisi
dalam pasar kemudian menetapkan harga dan mengharapkan return yang tinggi.

3
Tetapi para arbiter memiliki keterbatasan. Keterbatasannya adalah berupa biaya
yang dikeluarkan dan resiko bertransaksi.
De Bont (1985 dalam Boubaker and Talbi, 2014:290) mengatakan bahwa
sentiment index mempunyai hubungan negatif dengan future returns. Penemuan
ini berlawanan dengan hasil penemuan Otoo (1999) dengan studinya mengenai
consumer confidence terhadap sentiment investor. Consumer confidence
menggunakan consumer confidence index dari Universitas Michigan, dan returns
menggunakan data Wilshire 5000 index. Period data selama tahun 1980-1999.
Floros dan Vougas (2007:98) mengatakan bahwa hubungan antara volume
perdagangan dengan returns pada indeks saham Yunani menyatakan bahwa tidak
adanya hubungan yang positif. Penelitian tersebut menggunakan metode GARCH
dan GMM. Schaul (2013) menemukan bukti lain yaitu adannya hubungan
signifikan antara volume perdagangan dengan returns pada Taiwan Stock Index
dengan menggunakan metode VAR.
Berdasarkan latar pada belakang, masalah penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh sentimen investor terhadap harga pasar saham pada Bursa
Efek Indonesia selama peride tahun 2009-2015

b. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi dari latar belakang
kemudian dilakukan pembatasan terhadap masalah-masalah tersebut, maka
penulis mengemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh indikator trading volume dari investor sentiment
terhadap indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh indikator consumer confidence index dari investor
sentiment terhadap indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh indikator trading volume dan consumer confidence
index dari investor sentiment terhadap indeks harga saham gabungan di
Bursa Efek Indonesia?

c. Tujuan dan Manfaat


Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh investor sentiment
terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia.
Manfaat penelitian, pertama bagi investor, diharapkan investor atau calon
investor bisa memilih dengan teliti saham apa yang lebih menguntungkannya,
bukan hanya mengandalkan sentimen yang tidak didukung dengan informasi yang
jelas. Kedua, Memberi informasi bagi para akademisi dan praktisi, terutama
menyangkut pengaruh investor sentiment terhadap indeks harga saham gabungan.

2. LANDASAN TEORI
Investasi merupakan kegiatan seseorang dalam menanamkan modal yang
dimilikinya dalam suatu bidang tertentu, salah satu diantaranya adalah investasi
pada saham. Tujuan utama investasi adalah untuk mencari pendapatan atau tingkat
pengembalian (return), baik berupa pendapatan dividen dan capital gain.
[Sunariyah (2003:4), Halim (2005:4)]

4
Jogiyanto (2008:143) menyatakan capital gain diperoleh dari perbedaan
harga saham antara saat membeli dan ketika dijualkembikan. Rusdin (2005:68)
dan Dominic (2008:19) menyatakan bahwa harga saham dapat didefinisikan
sebagai sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
Baker dan Wurgler (2006:1648) menyatakan bahwa sentimen dari investor
itu timbul akibat adanya kecenderungan investor untuk melakukan spekulasi.
Sentimen tersebut mendorong permintaan yang relatif untuk melakukan investasi
yang spekulatif. Setiap investor yang berinvestasi pada portofolio saham memiliki
sentimen yang berbeda-beda. Sentimen tersebut didasari oleh perilaku dan sifat
masing-masing investor. Ada investor yang memandang suatu saham itu akan
mencapai profit di masa yang akan datang, dan ada juga yang tidak. Sentimen
tersebut didasari oleh bagaimana investor tersebut menilai saham yang
dimilikinya. Situasi dan kondisi dari berita-berita, seperti pelaporan laporan
keuangan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dapat menyebabkan
sentimen investor menjadi berubah terhadap saham yang dimilikinya.
Widoatmojo (1996:189) mengatakan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) adalah ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai
macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi. Ang
(1997:146) menyatakan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang
tercatat dalam suatu bursa efek.
Sentimen Investor (Investor Sentiment)
Beer (2013:51) menyatakan bahwa sentimen investor adalah kepercayaan
tentang bagaimana arus kas masa depan dan resiko investasi yang tidak dapat
diukur dengan hasil yang pasti oleh fundamental. Zhang (2008:9) mengatakan
bahwa sentimen investor adalah kepercayaan partisipan pasar tentang arus kas
relative masa depan dengan beberapa norma tujuan, dimana nilai fundamental
yang mendasari instrument keuangan tersebut. Baker dan Wurgler (2006:271)
menjelaskan bahwa sentimen investor merupakan suatu kecenderungan untuk
spekulasi atau optimis atau pesimis dalam suatu asset yang diberikan.
Abbondante (2010:287) menyatakan bahwa volume perdagangan adalah
sejumlah saham yang diperjualbelikan setiap harinya. Ambar dan Sudibyo
(1998:242) menyatakan bahwa volume perdagangan merupakan jumlah saham
emiten yang ditransaksikan dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak
penjual dan pembeli selama periode. Ambarwati (2008) menyatakan bahwa
volume perdagangan merupakan jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada
hari tertentu. Volume perdagangan yang besar menunjukkan suatu saham yang
aktif dan artinya sedang digemari oleh investor.
Chen (2015:55) menyatakan bahwa keyakinan konsumen merupakan
optimism atau pesimisme dari para konsumen tentang keadaan ekonomi dan
situasi finansial para konsumen tersebut. Celik, Aslanoglu, dan Deniz (2010:2)
mengatakan bahwa teori indeks keyakinan konsumen merupakan suatu komposisi
yang digunakan untuk mengukur kemampuan dan kerelaan satu individual untuk
membeli dengan harapan kemungkinan terdapat suatu tambahan informasi untuk
menentukan tingkah laku konsumen. Yang dan Copeland (2014:13) mengatakan

5
bahwa keyakinan konsumen merupakan suatu survey data bisnis yang dilaporkan
oleh komisi eropa, ekonomi dan organisasi yang berkepentingan di bidang
finansial dengan responden yang dinilai tentang bagaimana ekspetasi ekonomi
atau finansial mereka dalam periode 12 bulan ke depan dengan beberapa bahasan
seperti: situasi umum ekonomi, penilaian tentang pengangguran, posisi finansial
rumah tangga dan tabungan pribadi.
Proksi Variabel Sentimen Investor
Sentimen investor adalah salah satu indikator untuk memprediksi volatilitas
harga saham dalam jangka waktu tertentu. Namun untuk mengukur sentimen
tersebut, tentu ada banyak proksi yang dapat digunakan, sehingga dapat diketahui
bagaimana sentimen tersebut dapat mempengaruhi volatilitas harga saham. Baker
dan Wurgler (2007), menyebutkan ada beberapa macam proksi untuk mengukur
investor sentiment tersebut, yaitu: 1. Investor Surveys 2. consumer Confidence 3.
Mutual fund flows 4. Trading volume 5. Dividend premium 6. Closed-end fund
discounts 7. First-day returns on initial public offerings 8. Volume of initial public
offerings
Investor Surveys, Shiller dalam Baker dan Wurgler (2006:11) mengatakan
bahwa telah mengadakan survey tentang sikap investor sejak tahun 1989. Survey
tersebut secara acak diberikan kepada investor rumahan dan penulis berita
keuangan Investor Intelligence.
Consumer confidence. Baker dan Wurgler (2007) menyatakan bahwa
Consumer confidence merupakan keyakinan para konsumen tentang bagaimana
kondisi situasi ekonomi yang sedang terjadi di suatu negara. Sehingga ada suatu
organisasi yang melakukan survey di beberapa wilayah untuk mengetahui
bagaimana konsumen itu memandang situasi ekonomi yang sedang berjalan
Mutual Fund Flows. Saunders dan Millon (2011:208), menyatakan mutual
funds adalah institusi finansial yang bergerak pada kebutuhan finansial terhadap
individual dan perusahaan yang berinvestasi pada portfolio aset yang
terdiversifikasi. Mutual fund yang siap untuk dijual sahamnya kepada para
investor dan mendapatkan saham yang mereka inginkan pada nilai pasar tertentu.
Funds tersebut akan menyediakan peluang untuk investor kecil untuk berinvestasi
pada sekuritas finansial dan risiko diversifikasi.
Trading Volume. Baker dan Stein (2004 dalam Baker dan Wurgler
(2006:11) menyatakan bahwa pada saat short-selling memiliki harga yang lebih
besar dibandingkan saat opening dan closing pada posisi long, maka investor yang
irasional akan cenderung untuk melakukan transaksi dan demikian menambah
likuiditasnya ketika mereka optimis dan membeli saham yang sedang naik
dibandingkan dengan ketika mereka pesimis dan membeli saham yang sedang
jatuh.
Dividend Premium. Alexander, Sharpe, dan Bailey (1993:420), pendapatan
pada suatu perusahaan sangat penting bagi pemegang saham karena pendapatan
tersebut mengindikasikan bagaimana perusahaan memutuskan membayar dividen
atau tidak kepada pemegang saham. Karena apabila pihak manajemen suatu
perusahaan tersebut dapat membayar dividen yang lebih, maka pemegang saham
akan semakin sejahtera, tetapi apabila tidak membayarkan dividen, pemegang
saham akan berpikir dua kali untuk menginvestasikan sahamnya pada perusahaan

6
tersebut. Marjin tersebut yang menjadi pola pandang sentiment investor terhadap
pembayaran dividen.
Closed-end fund discount. Closed-end fund discount adalah suatu
perusahaan investasi yang menerbitkan saham tetap, dimana kemudian
diperdagangkan pada bursa saham. Reksa dana tertutup merupakan perbedaan
antara nilai aset bersih saham dan harga pasar saham tersebut.
IPO First-Day Returns. IPO terkadang mendapatkan pendapatan return
yang cukup besar ketika pertama kali diterbitkan pada hari pertama perdagangan
yang membuat sulit untuk menemukan keterlibatan antusias dari investor.
IPO Volume. Permintaan untuk IPO seringkali menjadi suatu hal yang
sangat sensitif terhadap sentimen investor. Fakta mengatakan bahwa volume IPO
dapat menunjukkan fluktuasi yang tinggi, dengan jumlah di atas 100 saham per
bulan dengan periode yang sama dan nol saham perbulan.
Berdasarkan pemahaman tentang proksi sentimen investor, data yang
tersedia hanya dua yaitu (1) Trading Volume, dan (2) Investor Confidence.
Pengaruh sentimen investor terhadap harga saham
Baker dan Wurgler (2006, 2007), menyatakan bahwa apabila sentimen
investor berada pada posisi rendah, kemudian returns akan lebih tinggi untuk
kapitalisasi yang rendah, dengan ukuran perusahaan lebih kecil, lebih muda,
tingginya volatilitas, saham tidak menguntungkan, tidak adanya pembayaran
dividen, perusahaan–perusahaan spekulatif dengan potensi growth ekstrim, maka
investor akan mengurangi investasinya Namun ketika sentimen investor berada
pada posisi tinggi, maka beberapa kategori saham relatif rendah. Hal seperti
obligasi dan saham yang lebih aman cenderung tidak dikendalikan oleh sentimen.
Nilai dari suatu perusahaan dengan sejarah penghasilan yang panjang, aset yang
jelas, dan dividen yang stabil akan kurang subyektif, dan oleh karena itu, saham–
saham akan tidak begitu pengaruh dengan fluktuasi dalam kecenderungan untuk
berspekulasi.
Mian dan Sankaraguruswamy (2012:1358), menyatakan bahwa ada satu
kunci penting dalam penelitian pengaruh antara sentimen investor terhadap harga
saham,yaitu pada saat sentimen investor tinggi, kecenderungan investor dalam
berspekulasi juga tinggi, sehingga mereka memiliki kelebihan optimistik dalam
penilaian arus kas masa depan terhadap aset dan estimasi yang rendah pada resiko.
Salah satu dari estimasi yang berlebihan tentang arus kas atau estimasi yang
kurang pada resiko, akan mengarah terhadap penilaian yang berlebihan pada aset,
seperti saham. Demikian sebaliknya, apabila pada saat periode sentimen rendah.
Kesalahan pada penilai yang diakibatkan oleh sentimen pada arus kas masa depan
ini membuat hubungan negatif antara sentimen dengan risiko yang disesuaikan
dengan tingkat pengembalian, terutama untuk saham spekulatif yang berlebihan.
Miler (1977) dalam Lei (2005:30) memberikan argumentasi bahwa harga
saham hanya menggambarkan opini yang paling optimis diantara para investor
ketika batasan short-sales diberikan. Short-sales adalah suatu cara yang
digunakan dalam penjualan saham dimana investor/trader meminjam dana (on
margin) untuk menjual saham (yang belum dimiliki) dengan harga tinggi dengan
harapan akan membeli kembali pada saat harga saham turun dan mengembalikan
pinjaman saham ke pialangnya. Jadi, short sales digunakan oleh investor untuk

7
mengambil posisi long yang sebenarnya investor/trader belum memiliki saham
tersebut, namun sudah bisa diperdagangkan di pasar saham dengan berharap harga
saham tersebut turun agar mendapatkan returns yang diharapkan. Namun, cara
seperti ini tidak dapat dilakukan di BEI karena ketetapan hukum di Indonesia
yang melarang short sales.
Bolaman dan Mandaci (2014) menyatakan tentang pengaruhnya antara
keyakinan konsumen dengan harga saham. Ia menyatakan bahwa apabila
keyakinan konsumen bertambah, itu menandakan bahwa masyarakat cenderung
menggunakan pendapatannya untuk membeli produk yang dijual oleh perusahaan.
Sehingga perusahaan mendapatkan profit, dan profit tersebut dapat meningkatkan
harga saham yang dimiliki perusahaan tersebut. Harga saham perusahaan naik,
tentu akan mendorong indeks harga saham gabungan yang ada pada Bursa Efek
Indonesia. Hasil
Pengaruh volume perdagangan terhadap harga saham
Easley dan O'Hara (1990) dalam Sukamulja (2002), menyatakan bahwa
frekuensi perdagangan itu menjadi informasi dalam perubahan harga karena pasar
menduga informasi berasal dari trader dan lack of trader. Hasil penelitian tersebut
didukung oleh Harris dan Raviv (1993) yang menyatakan adanya hubungan
positif antara jumlah transaksi dengan perubahan harga secara absolute. Meskipun
dalam penelitiannya, tidak diungkapkan bahwa volume tiap transaksi memiliki
peran dalam volatilitas harga. Chan dan Fong (2000) menunjukkan bahwa volume
tiap transaksi perdagangan juga mempengaruhi hubungan antara volume
perdagangan dengan volatilitas harga saham.
Sukamulja (2002) dalam Susilawati (2008:287) menyatakan bahwa adanya
volatilitas harga saham disebabkan oleh munculnya perdagangan. Perdagangan
terjadi karena adanya perbedaan opini antara nilai yang diharapkan dari sekuritas
yang dihasilkan dengan informasi yang sama.
Sabri (2008:5) mengatakan bagaimana pengaruh volume perdagangan dapat
terlihat pada fakta bahwa harga dapat bergerak dikarenakan volume transaksi
yang ada, tingginya volatilitas dari harga saham disebabkan oleh volatilitas
volume dan aktivitas trading. Beberapa studi mengungkapkan adanya hubungan
signifikan antara volume dengan pergerakan harga saham dan volatilitas, oleh
karena fakta bahwa volume perdagangan merupakan sumber resiko yang
disebabkan oleh informasi-informasi yang ada.
Hou et al. (2009) menyatakan bahwa dengan menggunakan volume
perdagangan sebagai proksi sejak argumentasi mereka tentang perdagangan yang
aktif melibatkan perhatian para investor dalam menganalisa portofolio dan aset
fundamental. Ketika mereka kurang memperhatikan terhadap suatu saham,
mereka akan cenderung untuk tidak berminat melakukan transaksi saham tersebut,
namun ketika mereka memperhatikan lebih pada suatu saham, perilaku yang bias
seperti overconfidence akan mudah terjadi pada opini yang heterogen antara para
investor tentang saham tersebut, sehingga lebih menghasilkan jumlah transaksi
yang lebih banyak.
Pengaruh keyakinan konsumen terhadap harga saham
Chen (2015:55) mengatakan tentang tingkatan keyakinan konsumen yang
menggambarkan bagaimana keyakinan konsumen terhadap situasi perekonomian

8
dan kemampuan pendapatan mereka, kedua faktor tersebut dapat berpengaruh
terhadap keputusan ekonomi mereka, seperti menabung dan kegiatan berbelanja.
Oleh karena itu, keyakinan konsumen dipertimbangkan sebagai indikator
performa ekonomi. Apabila konsumen merasa yakin dengan pendapatan mereka
dimasa yang akan datang, mereka akan rela untuk melakukan pembelian, namun
di situasi yang sama, apabila keyakinan konsumen rendah, maka konsumen akan
cenderung untuk menabung lebih dan mengurangi konsumsi.
Bolaman (2014:53) berpendapat tentang hubungan keyakinan konsumen
dengan harga saham. Jika keyakinan konsumen berkurang, pengeluaran konsumen
juga akan berkurang yang menyebabkan profit perusahaan dan nilai saham akan
mengalami pengurangan. Dan juga berlaku sebaliknya. Bolaman (2014) juga
mengungkapkan alasan lain bahwa publikasi tentang indeks keyakinan konsumen
mungkin akan berpengaruh terhadap efek psikologis terhadap harga pasar.
Meskipun banyak peneliti berharap bahwa perubahan dalam keyakinan konsumen
akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham.
Ferrer, Salaber, dan Zalewska (2012) menyatakan bahwa hubungan antara
harga saham dengan keyakinan konsumen berbanding terbalik dengan apa yang
dinyatakan oleh penelitian sebelumnya. Penelitian mengungkapkan bahwa harga
saham dapat memengaruhi tingkat keyakinan konsumen dengan melalui
traditional wealth effect. Maksudnya adalah bahwa semakin tingginya harga
saham dalam arti semakin tinggi kekayaan suatu konsumen, maka akan semakin
tinggi juga tingkat optimismenya dalam penilaian harga saham tersebut, atau
banyak menilai dengan menggunakan pergerakan harga saham sebagai indikator
untuk mendapatkan informasi. Tingginya harga saham juga bisa digunakan oleh
beberapa ahli ekonomi untuk menyatakan tanda situasi kondisi ekonomi pada
masa yang akan datang.
Penelitian yang Relevan
Menurut Darwis (2013) bahwa tidak adanya pengaruh signifikan antara
volume perdagangan terhadap return saham LQ-45 di BEI. Penelitian tersebut
didukung dengan Chen et. al (2001:162) yang menyatakan bahwa tidak selalu
ditemukan hubungan kausal antara variabel volume perdagangan dengan return.
Ni et.al.(2015) meneliti tentang pengaruh sentiment investor terhadap stock
returns per bulan pada pasar saham Shanghai Stock Exchange (SSE). Ia
menyatakan bahwa adanya hubungan signifikan dalam periode bulan pertama
sampai dengan bulan yang ke 24. Variabel yang digunakan sebagai proksi adalah
IPO dan turnover rate. Sampel yang digunakan adalah 336 perusahaan Large &
Mid & Small Cap Index dalam periode Januari 2005 sampai dengan September
2013. Berdasarkan hasil penelitian, sentimen investor merupakan faktor penting
dalam mempengaruhi harga saham. Saham dengan tingkat pengembalian tinggi
lebih dipengaruhi oleh sentimen investor bila dibandingkan dengan saham dengan
tingkat pengembalian rendah. Ini menunjukkan bahwa saham dengan tingkat
pengembalian tinggi mudah untuk over valued. Selain itu, saham dengan tingkat
pengembalian rendah tidak begitu mudah dipengaruhi oleh sentimen investor, dan
dapat ditandai bahwa saham dengan tingkat pengembalian rendah mudah untuk
under valued. Hasil ini juga diperkuat oleh teori yang dibuat oleh Jyoti dan

9
Jitendra (2015), menyatakan bahwa seseorang yang mempertimbangkan sedikit
pendapatan adalah kerugian dan besarnya pendapatan adalah keuntungan.
Uygur dan Tas (2014) dalam penelitian tentang pengaruh sentimen investor
dalam sektor ekonomi yang berbeda menyatakan bahwa hasil dari sentimen
investor terhadap volatilitas kondisional pada industry, financial, dan food and
beverages. Hasil menunjukkan signifikan apabila dibandingkan dengan sektor lain
seperti ritel atau telekomunikasi. Model yang digunakan adalah E-GARCH model
untuk menentukan apakah sentimen investor memiliki pengaruh dalam volatilitas
kondisional di sektor index yang bervariasi. Proksi yang digunakan adalah volume
perdagangan Istanbul Stock Exchange 100 dengan data mingguan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sayim et. Al (2013) tentang efek individual
sentimen investor terhadap industri stock return dan volatilitas menyatakan adanya
hubungan yang signifikan antara kedua variable tersebut. Namun dalam penelitian
ini menemukan bahwa adanya pengaruh signifikan negatif pada volatilitas industri
di bidang sektor keuangan Amerika dan otomotif. Data Variabel yang digunakan
adalah The American Association of Individual Investors Index (AAII) sebagai
proksi individual sentimen investor.
Kumari dan Mahakud (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh
sentimen investor terhadap stock return yang ada di pasar saham India. Hasil juga
ditemukan bahwa returns di masa lampu dan sentimen investor berpengaruh
positif dan negatif terhadap volatilitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Bolaman dan Mandaci (2014) menyatakan
hasil dari pengaruh consumer confidence index terhadap pasar saham adalah
signifikan, dan merupakan salah satu faktor untuk mempresentasikan pergerakan
saham tersebut. Variabel yang digunakan adalah consumer confidence index yang
diambil datanya melalui website Bank Sentral Turki dan indeks BIST100 yang
dapat diambil datanya melalui website Borsa Istanbul.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan laterbelakang masalah, kerangka teori, penelitian relevan, dan
batasan permasalahan, maka kerangka pemikiran yang guna memperkirakan
tentang bagaimana pengaruh sentimen investor terhadap harga saham dapat
disajikanpada Gambar 2.
Trading Volume

Harga saham

Consumer
Confidence

Gambar 2. Kerangka Pemikiran


Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang sudah diungkapkan diatas, maka
hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
H1= Terdapat pengaruh signifikan trading volume terhadap indeks harga saham
gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2015.

10
H2 = Terdapat pengaruh signifikan consumer confidence terhadap indeks harga saham
gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2015.
H3 = Terdapat pengaruh signifikan trading volume dan consumer confidence secara
bersama-sama terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2015.

3. METODE PENELITIAN
Subjek dan Objek Penelitian
subjek penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia. BEI
menyediakan data tentang objek penelitian berupa volume perdagangan dan
indeks saham (IHSG). Data diperoleh melalui situs www.finance.yahoo.com. BI
menyediakan data untuk objek penelitian indeks keyakinan konsumen. Data
inidiperoleh melalui situs www.bi.go.id.
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dan perifikatif. Metode penelitian
dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari operasional variabel, penentuan
jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan diakhiri dengan rancangan
teknik analisis data. Setelah itu, data akan diuji dengan beberapa pengujian seperti
statistic deskriptif, uji stasioneritas, uji kausal granger, uji penentuan lag length,
estimasi VAR, dan uji IRF. Setelah data sudah diuji oleh beberapa pengujian
tersebut, maka untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen, data tersebut diolah dengan menggunakan regresi
berganda.
Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka pemikiran dan hipotesis yang telah diajukan, maka
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variabel dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks
harga saham gabungan (IHSG) penutupan tiap akhir bulan (closing price)
periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2015.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Volume perdagangan
Volume perdagangan adalah volume rata-rata harian tiap bulan periode
Januari 2009 sampai dengan Desember 2015.
b. Indeks Keyakinan Konsumen
Data indeks keyakinan konsumen didapat data sekunder dari situs Bank
Indonesia (www.bi.go.id) yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Indeks
dihitung dengan metode balance score (net balance + 100). Jika indeks diatas
100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti pesimis.
Data historis bulanan indeks keyakinan konsumen pada periode Januari 2009
sampai dengan Desember 2015.
Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
Metode sampel yang digunakan adalah non-probability sampling, dengan
menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 84 sampel yang
didasarkan pada penelitian tahun 2009-2015 dalam bulanan. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder,

11
Uji Hipotetsis statistik
Uji Stasioner Data menggunakan Dickey-Fuller test. Untuk melihat sifat
hubungandialkukan uji kausalitas granger. Penetapan berapa panjang lag yang
akan digunakan untuk uji selanjutnya yaitu menggunakan lag default yang
digunakan oleh Eviews 6. Lag di bawah default, yaitu menggunakan AIC = 2, dan
lag di atas default, yaitu menggunakan AIC = 10. Uji estimasi VAR, untuk
melihat apakah variabel Y memengaruhi X dan demikian pula sebaliknya odel
analisis regresi berganda dapat disajikan sebagai berikut.:

Keterangan :
Y = IHSG
= konstanta
= koefisien regresi
TVOL = volume perdagangan
IKK = keyakinan konsumen
= kesalahan (standard error

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Statistik Deskriptif
Pada bagian analisis statistik deskriptif ini menyajikan hasil berupa nilai
statistic yang ada pada penelitian tersebut. Nilai tersebut antara lain mean,
median, maxsimum, minimum, standar deviation, skewness, kurtosis, Jarque-
Bera, Probability, sum, Sum Sq. Dev. dan observation. Berikut adalah hasil data
yang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1; Statistik Deskriptif
LOGPRICE LOGTVOL LOGIKK
 Mean 8.226378  21.80461  4.712989
 Median  8.327621  21.95493 4.716264
 Maximum  8.615892  22.40044  4.792479
 Minimum  7.158887  18.86066  4.530447
 Std. Dev.  0.328240  0.643438  0.056003
 Skewness -1.434064 -3.315862 -0.807583
 Kurtosis  4.707076  15.49991  3.571825
 Jarque-Bera  38.99094  700.7965  10.27510
 Probability  0.000000  0.000000  0.005872
 Sum  691.0158  1831.587  395.8911
 Sum Sq. Dev.  8.942542  34.36300  0.260316
 Observations   84  84  84
Berdasarkan dari tabel 1 menyatakan nilai standar deviasi lebih kecil
daripada rata-rata menandakan bahwa jarak nilai maksimum dan minimum
kecil. Rata-rata variabel LOGIKK memiliki nilai sebesar 4.712989 dan
standar deviasinya sebesar  0.056003, standar deviasi lebih kecil
dibandingkan dengan rata-rata, menandakan bahwa jarak nilai maksimum
dan minimum kecil . Dari nilai kemencengan (skewness) dapat dilihat
bahwa ketiga variabel tersebut memiliki skewness negative, berarti ketiga

12
variabel tersebut memiliki kemencengan kurva ke kiri. Ke tiga variabel
yang memiliki nilai kurtosis positif, ini berarti kurva memiliki distribusi
yang mengerucut.

2. Uji Stasioneritas
Uji stasioner dilakukan pada data time series berupa indeks harga saham,
volume perdagangan, dan indeks keyakinan konsumen dengan menggunakan Uji
Akar Unit (Unit Root Test) yang menerapkan model Augmented Dickey-Fuller
(ADF) Test. Adapun hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3

Tabel 2.Hasil uji stasioner Data pada tingkat level


Probabilitas ADF test statistic
Variabel
Tingkat Level Kesimpulan
LOGPRICE 0.0004 Stasioner
LOGIKK 0.0011 Stasioner
LOGTVOL 0.0000 Stasioner

Berdasarkan hasil uji stasioner dari tabel 2 menyatakan bahwa


probabilitas ADF test statistic pada tingkat level dari variabel penelitian
sudah mendapati kesimpulan stasioner.
3. Penentuan Lag Length
Penentuan lag length yang optimal ditunjukan agar residual dari regresi
menampilkan proses white noise sehingga model dapat mengestimasi actual erros
secara tepat. Tabel 3 adalah hasil dari pengujian lag length:
Tabel 3. Data Pengujian Lag Length
Lag AIC
0 -3.026089
1* -7.174253*
2 -7.093932
3 -6.978813
4 -6.817073
5 -6.766556
6 -6.6638719
7 -6.597496

Berdasarkan hasil pengujian Tabel 3, maka jumlah lag yang omptimal


dengan kriteria nilai AIC terkecil adalah lag 1 (hasil ditunjukan dengan adanya
penandaan bintang).
4. Uji Kausalitas Granger
Uji Kausalitas Granger digunakan untuk melihat arah hubungan variabel
berdasarkan penentuan lag optimal pada pengujian sebelumnya, yaitu lag 1. Hasil
dari pengujian dapat ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4.Hasil Uji Kausalitas Granger


Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

13
LOGTVOL does not Granger Cause
0.29193 0.5905
LOGPRICE
83
LOGPRICE does not Granger Cause
0.09045 0.7644
LOGTVOL
LOGIKK does not Granger Cause
0.61252 0.4361
LOGPRICE
83
LOGPRICE does not Granger Cause
0.89213 0.3477
LOGIKK
LOGIKK does not Granger Cause
8.8E-05 0.9925
LOGTVOL
83
LOGTVOL does not Granger Cause
0.26261 0.6097
LOGIKK

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa pengujian hipotesis nol yang


menyatakan bahwa LOGTVOL tidak memiliki hubungan dengan LOGPRICE
karena nilai α > 5% sehingga dapat diartikan bahwa LOGTVOL tidak
mempengaruhi LOGPRICE. Sebaliknya, LOGPRICE tidak memiliki hubungan
dengan LOGTVOL. Hubungan LOGIKK dengan LOGPRICE, dan sebaliknya,
tidak mempunyai hubungan signifikan. Kesimpulan yang sama diperoleh untuk
mebunagn antara LOGIKK dengan LOGTVOL tidak memiliki hubungan dengan
LOGTVOL signifikan.

5. Estimasi VAR
Dalam estimasi VAR ini digunakan untuk melihat apakah variabel
independen memengaruhi variabel dependen atau sebaliknya. Hasil uji disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Estimasi VAR
t-statistic LOGIKK LOGPRICE LOGTVOL t-tabel
LOGIKK(-1) - 0.82125 -0.35429 1.725
LOGPRICE(-1) 0.89113 - 0.19040 1.725
LOGTVOL(-1) -0.69049 0.23324 - 1.725

Berdasarkan tabel 5, maka dapat disimpulkan hasil analisis estimasi


VAR yang dapat dilihat dati nilai t-tabel. Hasil t-tabel < 1,96. Inidikasi ini
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel dalam model penelitian
tidak berpengaru secara signifikan.
6. IRF
IRF disajikan berupa gambar. Fungsi IRF adalah menggambarkan
ekspektasi k-periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu variabel akibat
inovasi dari variabel terhadap variabel yang lain. Hasilnya disajikan pada Gambar
2.

14
Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E.
Response of LOGIKK to LOGIKK Response of LOGIKK to LOGPRICE Response of LOGIKK to LOGTVOL
.04 . 04 . 04

.03 . 03 . 03

.02 . 02 . 02

.01 . 01 . 01

.00 . 00 . 00

-.01 -.01 -.01


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOGPRICE to LOGIKK Response of LOGPRICE to LOGPRICE Response of LOGPRICE to LOGTVOL


.06 . 06 . 06

.04 . 04 . 04

.02 . 02 . 02

.00 . 00 . 00

-.02 -.02 -.02


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Response of LOGTVOL to LOGIKK Response of LOGTVOL to LOGPRICE Response of LOGTVOL to LOGTVOL


.5 .5 .5

.4 .4 .4

.3 .3 .3

.2 .2 .2

.1 .1 .1

.0 .0 .0

-.1 -.1 -.1


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 3. Grafik IRF

Berdasarkan Gambar 3, dapat dijelaskan analisis dan diinterprestasikannya


sebagai berikut
1. Gambar respons LOGIKK terhadap shock LOGIKK itu sendiri tidak perlu
diinterpretasikan karena itu merupakan shock variabel sendiri. Namun dilihat
dari grafik bahwa grafik menunjukkan penurunan secara perlahan.
2. Gambar respons LOGIKK terhadap shock variabel LOGPRICE menunjukkan
penurunan sangatlah kecil, bisa dikatakan asimtot atau mendekati nol.
3. Gambar respons LOGIKK terhadap shock variabel LOGTVOL menunjukkan
nilai sangatlah kecil, bisa dikatakan asimtot atau mendekati nol.
4. Gambar respons LOGPRICE terhadap shock variabel LOGIKK menunjukkan
bahwa pada awal periode, adanya shock LOGIKK yang direspons positif oleh
LOGPRICE. Namun secara perlahan menuju negatif tetapi tidak begitu
signifikan pergerakannya.

15
5. Gambar respons LOGPRICE terhadap shock variabel LOGPRICE tidak perlu
diinterpretasikan karena respons variabel LOGPRICE terhadap shock variabel
LOGPRICE itu sendiri.
6. Gambar respons LOGPRICE terhadap shock variabel LOGTVOL
menunjukkan bahwa respons sangat kecil sekali atau mendekati nol.
7. Gambar respons LOGTVOL terhadap shock LOGIKK menunjukkan bahwa
pada awal periode terdapat shock pada LOGTVOL direspons positif oleh
LOGIKK hingga periode 4, namun periode 5 dan selanjutnya menurun bahkan
menuju respons negatif.
8. Gambar respons LOGTVOL terhadap shock variabel LOGPRICE
menunjukkan bahwa respons sangatlah kecil.
9. Gambar respons LOGTVOL terhadap shock variabel LOGTVOL tidak perlu
diinterpretasikan.

7. Analisis Regresi Ganda


Hasil analisis regresi ganda disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Analisis Regresi Ganda


Dependent Variable: LOGPRICE
Method: Least Squares
Date: 02/04/16 Time: 23:27
Sample: 2009M01 2015M12
Included observations: 84

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C -8.290992 2.335818 -3.549503 0.0006


LOGIKK 2.872119 0.544705 5.272798 0.0000
LOGTVOL 0.136719 0.047410 2.883786 0.0050

R-squared 0.421016     Mean dependent var 8.226378


Adjusted R-
squared 0.406720     S.D. dependent var 0.328240
F-statistic 29.45015 Prob(F-statistic) 0;00000
LS LOGPRICE C LOGIKK LOGTVOL

8. Pengujian Hipotesis
Hasil uji hipotesis statistik disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 diperlukan untuk
menguji pengauh secara partial (t-test) maupun secara bersama (F-test). Hasil uji t
test dengan melihat nilai Prob pada Tabel 6, maka dapat disimpulkan, yaitu:
a. Volume perdagangan berpengaruh positif terhadap IHSG.
b. Keyakinan konsumen berpengaruh positif terhadap IHSG.
c. Volume perdagangan dan Keyakinan konsumen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap IHSG.

B. Pembahasan

16
Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya pengaruh antara volume
perdagangan dengan indeks harga saham gabungan. Hasil tersebut sependapat
dengan kerangka teori yang sudah dibahas sebelumnya, menyatakan bahwa ada
nya pengaruh volume perdagangan terhadap harga saham. Sabri (2008:5)
menyatakan bahwa tentang pengaruh volume perdagangan dapat terlihat pada saat
harga bergerak dikarenakan volume transaksi yang ada. Hal tersebut muncul
dikarenakan adanya fakta bahwa volume perdagangan merupakan sumber resiko
yang disebabkan oleh informasi-informasi yang ada. Namun, penelitian yang
dilakukan oleh peneliti serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Darwis.
Dalam penelitian Darwis (2009) menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh yang
signifikan antara volume perdagangan dengan indeks harga saham. Kemudian
hasil Darwis tersebut didukung oleh Chen et. al (2000:163) yang menyatakan juga
bahwa tidak selalu adanya hubungan yang signifikan antara volume perdagangan
dengan return. Tetapi hasil mengenai variabel volume perdagangan terhadap
harga saham yang menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh variabel volume
perdagangan dengan harga saham itu hanya sedikit penelitian yang ada. Sehinga
dapat diketahui bahwa investor masih membutuhkan indeks volume perdagangan
dari suatu negara untuk memutuskan investasi pada negara tersebut atau
menginvestasikan dananya untuk saham yang ada di negara tersebut.
Adanya pengaruh signifikansi antara keyakinan konsumen terhadap indeks
harga saham gabungan. Apabila hasil penelitian yang sudah dilakukan dikaitkan
dengan kerangka teori. Maka adanya keserasian antara hasil penelitian dengan
kerangka teori. Menurut Bolaman (2014) menyatakan tentang pengaruhnya antara
keyakinan konsumen dengan harga saham bahwa apabila keyakinan konsumen
bertambah, itu menandakan bahwa masyarakat cenderung menggunakan
pendapatannya untuk membeli produk yang dijual oleh perusahaan. Sehingga
perusahaan mendapatkan profit, dan profit tersebut dapat meningkatkan harga
saham yang dimiliki perusahaan tersebut. Harga saham perusahaan naik, tentu
akan mendorong indeks harga saham gabungan yang ada pada Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bolaman dan Mandaci (2014) yang mengindikasikan bahwa adanya hasil yang
signifikan antara pengaruh keyakinan konsumen dengan pasar saham dan
merupakan salah satu faktor penting dalam mempresentasikan pergerakan saham
tersebut.
Hubungan gabungan variabel antara volume perdagangan dan keyakinan
konsumen terhadap indeks harga saham gabungan menunjukkan adanya pengaruh
dengan probabilitas (0.000000) dalam hasil penelitian. Ini menunjukkan bahwa
meskipun hasil penelitian menyatakan ketidakadaannya pengaruh antara volume
perdagangan dengan indeks harga saham gabungan, Tetapi apabila penelitian
ditambahkan variabel independen seperti keyakinan konsumen dengan volume
perdagangan, maka terdapat pengaruh terhadap indeks harga saham gabungan.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil analisis data dan pembahasan, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

17
a. Volume perdagangan secara parsial memengaruhi indeks harga saham
gabungan Bursa Efek Indonesia periode Januari 2009 hingga Desember 2015.
b. Keyakinan konsumen secara parsial memengaruhi indeks harga saham
gabungan pada Bursa Efek Indonesia periode Januari 2009 hingga 2015.
c. Volume perdagangan dan Keyakinan konsumen secara bersama-sama
mempengaruhi indeks harga saham gabungan pada Bursa Efek Indonesia
periode Januari 2009 hingga Desember 2015.

2. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan peneliti melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan data penelitian untuk volume
perdagangan dapat diperpanjang periodenya, supaya hasil untuk analisis data
dapat lebih spesifik lagi. Indikator untuk mengukur sentimen investor juga
dapat ditambah supaya dapat lebih terukur dengan tepat.
b. Untuk para investor atau calon investor, diharapkan bahwa saat menaksir
suatu saham, harus memerhatikan faktor-faktor lain. Tidak hanya melihat satu
sisi saja. Untuk melakukan suatu transaksi, tidak hanya dengan menggunakan
sentimen saja, namun juga banyak berbagai pertimbangan seperti melihat sisi
fundamental.

DAFTAR PUSTAKA

Abbondante P, 2010. Trading Volume and Stock Indices. American Journal of


Economics and Business Administration 2 (3), 287-292
Alexander G.J., Sharpe W.F., and Bailey J.V. 1993. Fundamental of Investments
second edition. USA: Prentice-Hall
Ambar W.H. dan Sudibyo, Bambang. 1998. Pengaruh Publikasi Laporan Arus
Kas terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1, No. 2. Hal. 239-254
Ambarwati, Sri Dwi Ari, 2008. “Pengaruh Return Saham, Volume Perdagangan
Saham, dan Varians Return Saham terhadap Bid-Ask Spread Saham pada
Perusahaan Manufaktur yang tergabung dalam Indeks LQ 45 Periode
Tahun 2003-2005”. Jurnal Siasat Bisnis.Vol.12
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia Edisi Pertama.
Jakarta: Mediasoft Indonesia
Bank M. 2014. Investor Sentiment in Financial Markets: Working paper.
Austria: University of Innsbruck.
Baker, M., and Wurgler, J., 2006. Investor sentiment and the cross-section of
stock returns. Journal of Finance 61 (4), 1645–1680
Baker, M., and Wurgler, J., 2007. Investor sentiment in the stock market.
Journal of Economic Perspectives, 21 (2), 129–151
Beer F, 2013. Measuring Stock Market Investor Sentiment. Journal of Applied
Business Research. Vol. 29, No. 1. Hal. 51-68

18
Bolaman O, and Mandaci P.E ,2014. Effect of Investor Sentiment on Stock
Markets. Journal of Financial Research and Studies. ISSN 1309-1123,
hal. 51-64
Boubaker A, and Talbi M, 2014. The Impact of Investor Sentiment on the
Tunisian Stock Market. Journal of Business Studies Quarterly. Vol. 6, No.
1. Tunisia: El Manar University
Celik S, Aslanoglu E, and Deniz P, 2010. “The Relationship between Consumer
Confidence and Financial Market variables in Turkey during the Global
Crisis”. 30th Annual Meeting of The Middle East Economic Association,
Allied Social Science Associations. Atlanta
Chan K.C, and Fong, W.M, 2000. Trade Size, Order Imbalance and The
Volatility-Volume Relation. NBER Working Paper
Chen M.H, 2015. “Understanding the Impact of Changes in Consumer
Confidence on Hotel Stock Performance in Taiwan”. International
Journal of Hospitality Management 50, 55-65
Darwis 2013. “Pengaruh Volume Perdagangan Terhadap Return Saham LQ-45
Selama Bulan Ramadhan di BEI”. Palembang: STIE MDP
Dominic H.T. 2008. Berinvestasi Di Bursa Saham. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Ferrer E, Salaber J, and Zalewska A, 2012. Sensitivity of Consumer Confidence
to Stock Markets’ Meldowns. Spanyol dan United Kingdom: Universitas
Navarra dan Universitas Bath
Floros C, and Vougas V.D. 2007. Trading Volume and Returns Relationship in
Greek Stock Index Futures Market: GARCH vs. GMM. International
Research Journal of Finance and Economics.
http://www.eurojournals.com/finance.htm
Harris, M, A. And Raviv 1993. Differences in Opinion Make a Horse Race.
Review of Financial Studies 6
Hou, K., L. Peng and Xiong, 2009. A Tale of Two Anomalies: National Bureau
of Economic Research Papers. Sumber:
http://www.princeton.edu/~wxiong/papers/anomaly.pdf
Jyoti, Kumari, and Jitendra, M., 2015. Does Investor Sentiment Predict the Asset
Volatility? Evidence from Emerging Stock Market India. Journal of
Behavioral and Experimental Finance. India. Sumber:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jbef.2015.10.001
Lei C.Y, 2005. The Trading Volume Trend, Investor Sentiment, and Stock
Returns. Disertasi. USA: Universitas Louisiana. Sumber:
http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-06232005-133134/unrestricted/
Lei_dis.pdf
Mian G. M, and Sankaraguruswamy S, 2012. Investor Sentiment and Stock
Market Response to Earnings News. American Accounting Association.
Vol. 87. No. 4, 1357-1384
Ni Z.X, Wang D.Z, and Xue W.J, 2015. Investor Sentiment and Its Nonlinear
Effect on Stock Returns. Economic Modelling (50), Hal. 266-274. Sumber:
www.elsevier.com/locate/ecmod
Otoo, 1999. Consumer Sentiment and The Stock Market. Washington DC

19
Sabri N.R, 2008. The Impact of Trading Volume on Stock Price Volatility in the
Arab Economy. , Palestina: Birzeit University
Saunders A, and Cornet M.M. 2011. Financial Institutions Management, A risk
management approach seventh edition. Singapura: McGraw Hill
, Widoatmojo. Sawidji 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta:
Jurnalindo Aksan Grafika
Sayim M, Morris P.D, and Rahman H, 2013. “The Effect of US Individual
Investor Sentiment on Industry-Specific Stock Returns and Volatility”.
Review of Behavioral Finance. Vol. 5, No. 1. Hal 58-76
Schaul K, 2013. The Impact of Search-Based Measure of Sentiment on Equity
Market Returns. Belanda: Tilburg University
Sukamulja S. 2002.What blinks stock market price?. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Jakarta
Uygur U, Tas O, 2014. The Impacts of Investor on Different Economic Sectors:
Evidence from Istanbul Stock Exchange. Borsa Istanbul Review. Istanbul
Yang Y, and Copeland L 2014. “The Effects of Sentiment on Market Return and
Volatility and The Cross-Sectional Risk Premium of Sentiment-affected
Volatility”.United Kingdom: Cardiff Business School
Zhang C, 2008. Defining, Modeling, and Measuring Investor Sentiment.
Berkeley: Universitas California
www.finance.yahoo.co.id
www.bi.go.id

20

Anda mungkin juga menyukai