Anda di halaman 1dari 17

Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No.

2, Juli 2018, 214-

PERILAKU OVERCONFIDENCE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)


(Studi kasus pada Index LQ45 periode 2014-2016)

Indri Hartiyaningsih
Jurusan Manajemen STIE Bank BPD Jateng
Email: indrihartiyan002@gmail.com
Yanuar Rachmansyah
Jurusan Manajemen STIE Bank BPD Jateng
Email: yanuarrachmansyah@stiebankbpdjateng.ac.id
Received: May 2018; Accepted: June 2018; Available online: July 2018

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku overconfidence investor di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2014 hingga 2016. Overconfidence adalah bias psikologis yang dapat
menyebabkan investor melakukan perdagangan yang berlebihan sebagai efek dari keyakinan
bahwa mereka memiliki pengetahuan khusus yang sebenarnya tidak mereka miliki dan membuat
investor overstimate (overestimating) kemampuannya untuk mengevaluasi investasi. Pendekatan
untuk melihat perilaku overconfidence adalah dengan melihat pola hubungan antara return saham,
volatilitas saham, dan volume transaksi.
Dalam penelitian ini digunakan Vector Autoregression (VAR). Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah return saham, volatilitas saham dan volume transaksi bulanan. Sampel yang
digunakan adalah perusahaan yang secara konsisten memasukkan Indeks LQ45 periode 2014
hingga 2016. Analisis VAR menggunakan beberapa metode untuk menjawab masalah penelitian
yaitu estimasi model VAR dan Impulse Response Function. Dari hasil pengujian menggunakan
analisis VAR, menunjukkan bahwa investor Indonesia mengalami overconfidence. Hasil estimasi
Vector Autoregression menunjukkan bahwa hubungan antara return dan volume perdagangan
tidak signifikan, tetapi memberikan kontribusi positif berdasarkan nilai koefisien. Sementara
hubungan antara volatilitas dengan volume perdagangan menunjukkan hasil positif yang
signifikan.
Kata kunci: Overconfidence, Return Saham, Volume Perdagangan, Volatilitas, Vector
Autoregression (VAR), Fungsi Respon Impuls

Abstract
This study purposed to identify overconfidence behavior investor in Indonesia Stock
Exchange from 2014 until 2016. Overconfidence is a psychological bias that can cause investors
to excessive trading as the effect of the belief that they have specific knowledge they do not
actually have and making the overstimate investor (overestimating) his ability to evaluate an
investment. Approach to see the behavior of overconfidence is to see the pattern of relationship
between stock returns, stock volatility and transaction volume.
In this study using the Vector Autoregression (VAR). The data used in this study are the
stock return, volatility of the stock and the volume of monthly transactions. The samples used are
companies that consistently enter Index LQ45 period 2014 until 2016. VAR analysis uses several
methods to answer the research problem that is estimation of VAR model and Impulse Response
Function. From the test results using VAR analysis, show that Indonesian investors experience
overconfidence. The result of Vector Autoregression estimation shows that the relationship
between return and trade volume is not significant, but gives positive contribution based on
coefficient value. While the relationship between volatility with trade volume showed a significant
positive result.
Keywords: Overconfidence, Stock Return, Trading Volume, Volatility, Vector Autoregression
(VAR), Impulse response function
How to Cite: Hartiyaningsih, I., & Rachmansyah, Y. (2018). Perilaku Overconfidence Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Studi
kasus pada Index LQ45 periode 2014-2016). Media Ekonomi dan Manajemen, 33(2), 214-230.

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464 1


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-222

PENDAHULUAN informasi yang tersedia di pasar. Akan


Pasar modal merupakan komponen tetapi teori tersebut tidak dapat
penting dalam perekonomian sebuah memberikan penjelasan adanya anomali-
negara. Banyak perusahaan yang anomali di pasar modal seperti jauary
memanfaatkan pasar modal untuk effect, size effect dan sebagainya.
menyerap investasi sebagai upaya Dewasa ini perilaku investor sudah
memperkuat posisi keuangannya. Pasar tidak sepenuhnya dijelaskan oleh teori
modal adalah pertemuan antara pihak yang keuangan standar. Dalam kenyataannya
kelebihan dana dengan pihak yang investor dalam melakukan investasi tidak
membutuhkan dana dengan cara hanya mempertimbangkan estimasi dari
memperjual belikan sekuritas (Tandellin prospek investasinya namun ada faktor
2010: 26). Pihak yang membutuhkan dana psikologi yang mempengaruhi dalam
adalah perusahaan yang menjual saham keputusan investasi. Fakta yang ada
sedangkan pihak yang kelebihan dana menunjukan bahwa sejak tahun 1990-an
adalah masyarakat atau investor yang akan semakin banyak penelitian yang
menanamkan dananya pada perusahaan menemukan ketidakefisienan pasar.
yang mereka inginkan dengan membeli Semakin banyak penelitian yang
saham. Dalam rangka melaksanakan membuktikan bahwa aspek perilaku ikut
kegiatan investasi tersebut, investor perlu berperan dalam pembentukan harga di
mengambil keputusan investasi. Keputusan pasar modal. Sejak saat itulah mulai
investasi seorang investor selama ini berkembang behavioral finance yang
dilihat dari dua sisi, yaitu : faktor ekonomi membahas sejauh mana aspek psikologi
yang membahas sejauh mana keputusan berpengaruh dalam pengambilan keputusan
tersebut dapat memaksimalkan kekayaan investasi (Asri Marwan, 2013:202-203).
dan behavioral motivation atau motivasi Behavioral finance secara umum
dalam perilaku yang menjelaskan tentang didefinisikan sebagai aplikasi psikologi
keputusan investasi berdasarkan aspek dalam keuangan (Pompian, 2006:4).
psikologis investor (Christiani dan Behavioral finance merupakan pendekatan
Mahastanti, 2011). yang menjelaskan bagaimana manusia
Dalam literatur keuangan ada suatu melakukan investasi yang dipengaruhi oleh
asumsi kuat mengenai pasar modal yang faktor psikologi. Behavioral finance dibagi
telah dibangun sejak lama yaitu tentang menjadi dua topik yaitu behavioral finance
hipotesis pasar efisien (efficiency market macro yang mendeskripsikan anomali-
hypotesis). Menurut fama (1970) dalam anomali dalam hipotesis pasar efisien yang
Jogiyanto (2014:597) suatu pasar mungkin dapat dijelaskan dengan model
dikatakan efisien jika harga-harga behavioral (keperilakuan) dan bahavioral
sekuritas mencerminkan secara penuh finance micro yang menguji perilaku-
informasi yang tersedia (a security of perilaku atau bias-bias psikologis dari
market is efficient if security prices fully investor individual yang membedakannya
reflect the information available). Atinya dari perilaku rasional yang dikemukakan
harga saham akan merefleksikan seluruh oleh teori ekonomi klasik, teori portofolio
informasi yang ada pada saat itu, sehingga dan hipotesis pasar efisien (Pompian,
investor percaya bahwa harga tersebut 2006:9). Ada beberapa jenis psikologi
adalah harga yang fair. Secara keseluruhan yang menyebabkan pada saat kondisi
hipotesis pasar efisien telah menjadi dasar tertentu investor bertidak tidak rasional.
teori keuangan standar yang menjelaskan Salah satu perilaku tidak rasional investor
bahwa pelaku pasar memiliki perilaku adalah perilaku overconfidence.
yang rasional. Pada dasarnya investor Overconfidence adalah perasaan
rasional akan memaksimalkan utilitasnya percaya diri yang berlebih. Overconfidence
(imbal hasil dan risiko) berdasarkan menyebabkan orang overestimate terhadap

2 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-

pengetahuan yang dimiliki dan harapan akan mendapatkan keuntungan


understimate terhadap risiko dan melebih- yang sama di masa mendatang.
lebihkan kemampuan yang dimiliki dalam Hubungan antara volatilitas dengan
hal melakukan kontrol atas apa yang volume perdagangan dapat dijelaskan
terjadi (Nofsinger, 2005:10). Perilaku melalui Teori Prospek yang dikemukakan
overconfidence mencerminkan perilaku oleh Kehneman dan Tversky (1979). Teori
manusia yang irasional karena proses ini menyatakan bahwa seseorang dalam
pengambilan keputusan tidak dilakukan kondisi ketidakpastian, orang akan
berdasarkan prinsip-prinsip rasionalitas memilih pilihan yang menghasilkan
normatif yang mengacu pada expected expected utility terbesar. Teori ini juga
utility tertinggi (Asri Marwan, 2013:147) mengungkapkan adanya ketidak-
Overconfidence membuat investor konsistenan perilaku manusia terhadap
cenderung mengikuti strategi perdagangan risiko demi mendapatkan keuntungan dan
pada masa lalu dengan harapan akan perilakunya ketika menghadapi risiko
mendapatkan gain yang sama di masa akan keugian (asymetry of human choices) (Asri
datang (Griffin, Haris dan Topaloglu, Marwan, 2013:234). Dari teori tersebut
2003). Overconfidence membuat pasar dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi
menjadi tidak seimbang dan bergerak pasar normal, ketika tingkat risiko
dengan pola yang sulit diprediksi. (volatilitas) naik maka investor akan
Perubahan pola tersebut terutama akan cenderung menghindari risiko kerugian
mempengaruhi pola hubungan antara dengan mengurangi transaksinya, sehingga
return, volume perdagangan dan volatilitas. volume perdagangan menurun.
Menurut Gervais dan Odean (2001) return Akan tetapi pasar modal indonesia
masa lalu yang diperoleh investor dapat menunjukan fenomena yang berbeda
digunakan untuk mengidentifikasi perilaku seperti grafik di Gambar 1.
overconfidence investor di pasar keuangan. Hubungan antara return dan volume
Return digunakan untuk perdagangan ditemukan fenomena menarik
mengidentifikasi apakah investor dimana ketika return turun volume
melakukan perdagangan lagi atau tidak. perdagangan meningkat. Hal tersebut
Jika investor memperoleh return tinggi, terlihat pada saham BBCA dan AKRA.
maka dia akan meningkatkan volume Pada bulan Februari sampai April 2015
perdagangan dimasa depan. Sebaliknya saham BBCA ketika return menurun dari
jika investor memperoleh return yang 0.0542, 0.0514 menjadi -0.0911 pada bulan
rendah, mereka tidak akan melakukan April volume perdagangan justru
perdagangan sehingga volume meningkat menjadi dari 230.571.500 ,
perdagangan menurun. Hal serupa juga di 304.450.300 sampai 413.703.700 lebih
kemukakan oleh Statman dan Theorly tinggi dari bulan sebelumnya. Hal yang
(2006) yang melakukan pengujian tentang sama juga terjadi pada saham AKRA yaitu
overconfidence, dia menyatakan bahwa dimana return menurun dari bulan Juni
tingkat overconfidence berubah bersama sampai Agustus 2015 sebesar 0.0821918
return sehingga return dapat digunakan menjadi -0.029536 dan -0.004348 tetapi
untuk mengidentifikasi perilaku volume perdagangan justru meningkat dari
overconfidence. Investor akan lebih 108.511.200, 140.977.800 dan menjadi
overconfidence setelah mendapatkan return 189.376.000. Ketika return turun investor
yang positif dan menurun setelah cenderung lebih agresif menjual beli saham
mendapatkan return yang negatif. yang mengakibatkan volume perdagangan
Berdasarkan pernyataan diatas dapat meningkat. Sebaliknya ketika return saham
disimpulkan bahwa return yang tinggi akan meningkat investor cenderung menahan
membuat investor overconfidence dan akan pembelian sehingga volume perdagangan
menaikan volume perdagangannya dengan menurun, seperti yang terlihat pada saham

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464 3


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-222

AKRA pada bulan november dan saham BBCA ketika volatilitas naik dari
desember 2015 misalnya return saham 0.002 menjadi 0.005 dan 0.049 volume
meningkat dari 0.0338983 menjadi perdagangan juga mengalami kenaikan
0.1762295. Volume perdagangan justru sebesar 216.387.400, 320.311.200 dan
menurun dari 323.279.100 menjadi 364.043.300 pada Mei-Juli 2016.
141.199.300 Fenomena tersebut menunjukan pasar
Selanjutnya hubungan antara modal tidak efisien. Hal tersebut juga
volatilitas dan volume perdagangan tidak didukung oleh penelitian Sindhu dan Waris
sesuai dengan teori prospek. Sebagai (2014) yang menyatakan bahwa return
contoh pada saham AKRA dibulan berhubungan positif dengan volatilias dan
Januari-Maret 2016, volatilitas (tingkat volume perdaganga. Hasil penelitian
risiko) naik dari 0.0158, 0.0164 menjadi tersebut juga didukung oleh penelitian
0.271 yang diikuti dengan kenaikan Salma Zaiane (2013) dimana volatilitas
volume perdagangan dari 94.932.800, berhubungan positif dengan volume
115.246.600 dan 161.164.800 dan pada perdagangan.

BBCA
600.000.000 0,1
500.000.000
0,05
400.000.000
300.000.000 0
200.000.000
-0,05
100.000.000
- -0,1

AVERAGE RETURN = 0.014594884 VOLUME


RETURN

AKRA
350.000.000 0,2
300.000.000 0,15
250.000.000 0,1
200.000.000 0,05
150.000.000 0
100.000.000 -0,05
50.000.000 -0,1
- -0,15

AVERAGE RETURN 0.0115677 VOLUME


RETURN

Gambar 1. Fenomena Yang Berbeda Pasar Modal Indonesia

4 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-

KAJIAN PUSTAKA 3. Pasar Ketiga (Third Market)


Teori Pasar Modal Pasar ketiga merupakan tempat
perdagangan saham atau sekuritas lain
Pasar modal mempunyai peranan di luar bursa (over the counter
penting bagi perekonomian suatu negara. market).
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak 4. Pasar Keempat (Fourth Market)
yang kelebihan dana dengan pihak yang Pasar keempat merupakan bentuk
membutuhkan dana dengan cara perdagangan efek antar pemodal atau
memperjual belikan sekuritas (Tandellin dengan kata lain pengalihan saham
2010: 26). Pihak yang membutuhkan dana dari satu pemegang saham ke
adalah perusahaan yang menjual saham pemegang lainnya tanpa melalui
sedangkan pihak yang kelebihan dana perantara pedagang efek.
adalah masyarakat atau investor yang akan
menanamkan dananya pada perusahaan Investasi
yang mereka inginkan dengan membeli Investasi merupakan penanaman
saham. Pasar modal menurut Undang- modal untuk satu atau lebih aktiva yang
Undang Pasar Modal Pasal 1 No.8 tahun dimiliki dan biasanya berjangka waktu
1995 merupakan kegiatan yang lama dengan harapan mendapatkan
bersangkutan dengan penawaran umum keuntungan dimasa akan datang
dan perdagangan efek, perusahaan publik (Sunariyah,2011:4). Keputusan penanaman
yang berkaitan dengan efek yang modal dapat dilakukan oleh individu
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi maupun sutu entitas yang mempunyai
yang berkaitan dengn efek. Sedangkan kelebihan dana. Dari pengertian tersebut
menurut Keputusan Menteri Keuangan RI dapat disimpulakan bahwa investasi
No.1548/KMK/1990 dalam Sunariyah merupakan penyaluran sumber dana
(2011) pasar modal adalah suatu sistem sekarang dengan menempatkan dana pada
keuangan yang terorganisasi, termasuk suatu emiten berupa pembelian efek berupa
didalamnya adalah bank-bank komersial saham dengan harapan mendapat
dan semua lembaga perantara dibidang keuntungan dimasa akan datang.
keuangan, serta keseluruhan surat berharga Menurut Sunariyah (2011:4) Investasi
yang beredar. dibagi menjadi dua yaitu :
Jenis-jenis pasar modal menurut 1. Investasi Dalam Bentuk Aktiva Riil
sunariyah (2011:12-15) adalah : (Real Assets)
Aktiva riil merupakan aktiva berwujud
1. Pasar Perdana (Primary Market) seperti emas, perak, intan, barang-
Pasar perdana adalah penawaran barang seni dan real estate
saham dari perusahaan yang 2. Investasi dalam Bentuk Surat-Surat
menerbitkan saham (emiten) kepada Berharga (Marketable Securities atau
pemodal selama waktu yang Financial Assets)
ditetapkan oleh pihak sebelum saham Aktiva financial adalah surat-surat
tersebut diperdagangkan di pasar berharga yang pada dasarnya
sekunder. merupakan klain atas aktiva riil yang
2. Pasar Sekunder (Secondary Market) dikuasai oleh suatu entitas. Investasi
Pasar sekunder merupakan pasar pada aset keuangandapat dilakukan
dimana saham dan sekuritas diperjual- dengan dua cara yaitu :
belikan secara luas setelah melalui - Investasi langsung
masa penjualan di pasar perdana. - Investasi tidak langsung
harga saham di pasar sekunder
ditentukan oleh permintaan dan
penawaran antara pembeli dan penjual.

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464 5


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-222

Hipotesis Pasar Efisien (Efficienct 3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong


Market Hypotesis) Form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk
Hipotesis Pasar Efisien (Efficient kuat jika harga-harga sekuritas secara
Market Hypothesis) pertama kali dikemu- penuh mencerminkan (fully reflect)
kakan oleh Eugene Fama. Menurut Fama semua informasi yang tersedia
(1990) dalam Jogiyanto (2014) suatu pasar termasuk informasi yang privat. Jika
sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga pasar efisien dalam bentuk ini, maka
sekuritas mencerminkan secara penuh tidak ada investor yang dapat
informasi yang tersedia (a security market memperoleh keuntungan tidak normal
in efficient if security prices fully reflect (abnormal return) karena mempunyai
the information available). Fama (1970) informasi privat.
membagi tiga macam bentuk utama dari
pasar efisien berdasarkan informasi yang
tersedia di pasar, yaitu : Behavioral Finance
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak Behavioral finance adalah studi
Form) tentang pengaruh psikologi pada perilaku
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk investor dan efek berikutnya di pasar
lemah jika harga-harga dari sekuritas modal. Behavioral finance menarik karena
mencerminkan secara penuh (fully membantu menjelaskan mengapa dan
reflect) informasi masa lalu. Informasi bagaimana mungkin pasar tidak efisien.
masa lalu merupakan informasi yang Menurut Shefrin (2000) behavioral finance
sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar adalah studi yang mempelajari tentang
secara lemah ini berkaitan dengan bagaimana fenomena psikologi
dengan teori langkah acak (random mempengaruhi tingkah laku keuangannya.
walk theory) yang menyatakan bahwa Behavioral finance secara umum
data masa lalu tidak berhubungan didefinisikan sebagai aplikasi psikologi
dengan nilai sekarang. Jika pasar dalam keuangan (Pompian,2006:4).
efisien secara bentuk lemah, maka Menurut Pompian (2006:9) behavioral
nilai-nilai masa lalu tidak dapat finance dibagi menjadi dua yaitu :
digunakan untuk memprediksi harga 1. Behavioral finance macro, yang
sekarang. Ini berarti bahwa untuk mendeskripsikan anomali-anomali
pasar yang efisien bentuk lemah, dalam hipotesis pasar efisien yang
investor tidak dapat menggunkan mungkin dapat dijelaskan dengan
informasi masa lalu untuk men- model behavioral (keperilakuan).
dapatkan keuntungan yang tidak 2. Behavioral finance micro, yang
normal. menguji perilaku-perilaku atau bias-
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat bias psikologis dari investor individual
(Semistong Form) yang membedakannya dari perilaku
Pasar dikatakan efisien setengah kuat rasional yang dikemukakan oleh teori
jika harga-harga sekuritas mencermin- ekonomi klasik, teori portofolio dan
kan semua informasi (fully reflect) hipotesis pasar efisien.
semua informasi yang dipublikasikan
(all publicly available information) Menurut Ricciardi (2000) behavioral
termasuk informasi yang berada di finance merupakan suatu disiplin ilmu
laporan-laporan keuangan perusahaan yang didalamnya melekat informasi
emiten. berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) dan
terus menerus berintegrasi sehingga
pembahasannya tidak bisa dilakukan
isolasi.

6 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-

Sosiology
Psychology Finance

Economic Economic
Behavioral
Finance

Behavior Accounting
Behavior Economic

Invesment

Sumber : Ricciardi (2005:10)


Gambar 2. Keterlibatan Behavioral Finance dengan berbagai disiplin ilmu

Gambar 2 memperlihatkan bahwa puan mereka untuk mengevaluasi


behavioral finance dipengaruhi oleh perusahaan sebagai investasi yang
beberapa faktor yaitu sosiologi, keuangan, potensial. Akibatnya, mereka bisa
ekonomi, akuntansi dan psikologi. Hal tidak memperhatikan informasi negatif
tersebut menerangkan bahwa behavioral yang biasanya mengindikasikan tanda
finance tidak semata-mata selalu bersifat peringatan bahwa pembelian saham
rasional namun juga dipengaruhi oleh tidak boleh dilakukan atau stok yang
krtidakrasionalan yaitu seperti psikologi sudah dibeli harus dijual.
dan sosiologi. 2. Investor yang overconfidence dapat
melakukan perdagangan secara
Overvonfidence
berlebihan sebagai akibat kepercayaan
Overconfidence adalah perasaan
bahwa mereka memiliki pengetahuan
percaya diri yang berlebih. Overconfidence
khusus yang tidak dimiliki orang lain.
menyebabkan orang overestimate terhadap
Perilaku perdagangan yang berlebihan
pengetahuan yang dimiliki dan under-
telah terbukti menghasilkan return
stimate terhadap risiko dan melebih-
yang buruk dari waktu ke waktu.
lebihkan kemampuan yang dimiliki dalam
3. Karena mereka tidak tahu, tidak
hal melakukan kontrol atas apa yang
mengerti, atau tidak memperdulikan
terjadi (Nofsinger, 2005 :10 dalam
data statistik kinerja investasi historis,
Nugroho dan Kartini 2015). Seorang yang
overconfidence investor dapat
overconfident akan merasa lebih pintar dan
meremehkan risiko penurunan mereka.
memiliki lebih banyak informasi
Akibatnya, dapat mengalami kinerja
(Pompian, 2006:51). Menurut (Pompian,
portofolio yang buruk.
2006: 54) investor yang mengalami
4. Overconfidence investor memiliki
overconfidence akan mengalami kesalah
portofolio yang kurang terwakili,
investasi, diantaranya adalah :
sehingga mengambil risiko lebih besar
1. Investor yang overconfidence
tanpa perubahan risiko yang sepadan.
menaksir secara berlebihan kemam-
Seringkali, overconfidence investor

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464 7


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-222

bahkan tidak tahu mereka menerima dengan perilakunya terhadap risiko). Terori
lebih banyak risiko daripada yang ini juga menjelaskan bagaimana investor
biasanya dapat mereka toleransi menilai secara probabilistik berbagai
Kesalahan-kesalahan yang biasanya outcomes (kejadian atau hasil) dengan
muncul sebagai akibat adanya perilaku memperhatikan risiko dan peluang masing-
overconfidence dalam kaitannya dengan masing serta membuat keputusan
investasi dipasar keuangan menurut berdasarkan nilai potensial kerugian
Pompian (2006:59-60) yaitu (losses) dan keuntungan (gains).
1. Overconfidence dapat menyebabkan
investor melakukan excessive trading HIPOTESIS
(transaksi yang berlebihan) sebagai Hubungan antara Return (Mret) dan
efek dari keyakinan bahwa mereka Volume Perdagangan (Mturn)
memiliki pengetahuan khusus yang
Return merupakan hasil yang
sebenarnya mereka tidak miliki.
diperoleh dari investasi terdiri dari capital
2. Overconfidence membuat investor
gain (loss) dan yield. Sedangkan volume
overstimate (menaksir terlalu tinggi)
perdagangan merupakan jumalah lembar
kemampuannya dalam mengevaluasi
saham yang diperdagangkan secara harian
suatu investasi.
(Jogiyanto, 2010). Volume perdagangan
3. Overconfidence menyebabkan investor
merupakan instrumen yang digunakan
understimate (menaksir terlalu rendah)
untuk melihat reaksi pasar modal terhadap
terhadap risiko dan cenderung
informasi melalui parameter volume saham
mengabaikan risiko.
yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno,
4. Overconfidence menyebabkan investor
2000). Menurut Gervais dan Odean (2001)
memiliki kecenderungan tidak
return masa lalu yang diperoleh investor
mendiversifikasi portofolio
dapat digunakan untuk mengidentifikasi
investasinya.
perilaku overconfidence investor di pasar
Perilaku overconfidence mencermin- keuangan. Return digunakan untuk
kan perilaku manusia yang irasional karena mengidentifikasi apakah investor
pengambilan keputusan tidak dilakukan melakukan perdagangan lagi atau tidak.
bedasarkan prinsip-prinsip rasionalitas Jika investor memperoleh return tinggi,
normatif yang mengacu pada expected maka dia akan meningkatkan volume
utility tertinggi (Asri Marwan, 2013). perdagangan dimasa depan. Sebaliknya
Lichtensein dan Fischhoff (1997) jika investor memperoleh return yang
mengatakan bahwa fenomena over- rendah, mereka tidak akan melakukan
confidence merupakan kecenderungan perdagangan sehingga volume perdaga-
pengambilan keputusan tanpa disadari ngan menurun.
untuk memberikan bobot penilaian yang Hal serupa juga di kemukakan oleh
berlebih pada pengetahuan dan akurasi Statman dan Theorly (2006) yang
informasi yang dimiliki serta mengabaikan melakuakan pengujian tentang over-
informasi publik yang tersedia. confidence, dia menyatakan bahwa tingkat
overconfidence berubah bersama return
Teori Prospek sehingga return dapat digunakan untuk
Teori Prospek dikemukakan oleh mengidentifikasi perilaku overconfidence.
Kahneman dan Tversky (1979). Teori ini Investor akan lebih overconfidence setelah
bertentangan dengan manfaat harapan yang mendapatkan return yang positif dan
banyak dipakai dalam menerangkan proses menurun setelah mendapatkan return yang
pengambilan keputusan. Teori prospek negatif. Berdasarkan pernyataan diatas
pada dasarnya adalah sebuah teori yang dapat disimpulkan bahwa return yang
menyangkut keputusan yang akan diambil tinggi akan membuat investor
investor dengan melihat risiko (berkaitan overconfidence dan akan menaikan volume

8 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-

perdagangannya dengan harapan akan saham-saham yang lebih beresiko. Mereka


mendapatkan keuntungan yang sama di memilih saham tersebut tanpa
masa mendatang. menganalisis ulang melalui analisis
H1 : Terdapat hubungan positif antara fundamental maupun teknikal melainkan
Return (Mret) dan Volume hanya merujuk pada perolehan keuntungan
Perdagangan (Mturn) besar yang mereka dapatkan pada transaksi
sebelumnya. Hipotesis tersebut didukung
Hubungan antara Volatilitas dengan oleh penelitin Shindu dan Waris (2014),
Volume Perdagangan (Mturn) Salma Zaiane (2013) yang hasil
Hubungan antara volatilitas dengan penelitiannya menunjukan bahwa
volume perdagangan dapat dijelaskan volatilitas berhubungan positif dengan
melalui Teori Prospek yang dikemukakan volume perdagangan saham.
oleh Kehneman dan Tversky (1979). Teori H2 : Terdapat hubungan positif antara
ini menyatakan bahwa seseorang dalam Volatilitas dengan Volume
kondisi ketidakpastian, orang akan Perdagangan (Mturn)
memilih pilihan yang menghasilkan
expected utility terbesar. Teori ini juga
mengungkapkan adanya ketidak-
METODE PENELITIAN
konsistenan perilaku manusia terhadap
risiko demi mendapatkan keuntungan dan Definisi Konsep
perilakunya ketika menghadapi risiko
keugian (asymetry of human choices) (Asri Definisi konsep merupakan definisi
Marwan, 2013:234). Dari teori tersebut secara konseptual yang diberikan pada
dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi setiap konsep (variabel konstruk) yang
normal, ketika tingkat risiko (volatilitas) diajukan dalam penelitian, untuk
meningkat maka investor cenderung akan memudahkan dalam memahami gambaran
mengurangi transaksinya terhadap suatu topik secara umum.Variabel yang
saham, sehingga volume perdagangan digunakan dalam penelitian ini adalah
saham menurun. Variabel Endogen yang terdiri dari Return
Akan tetapi bias overconfidence dan Volume Perdagangan dan Variabel
menyebabkan investor understimate Eksogen yaitu Volatilitas.
(menaksir terlalu rendah) terhadap risiko
dan cenderung mengabaikan risiko serta Definisi Operasional
tidak sepenuhnya mempertimbangkan
Untuk meneliti suatu konsep data
kemungkinan timbulnya kerugian dalam
secara empiris maka konsep tersebut harus
portofolio mereka (Pompian, 2006: 60).
dioperasionalkan dengan cara
Hal ini terjadi karena investor terlalu
mengubahnya menjadi variabel yang
percaya diri pada penilaiannya sendiri dan
mempunyai nilai. Penjelasan operasiona
memberikan bobot yang berlebih pada
dari variabel-variabel dalam penelitian ini
pengetahuan serta akurasi informasi yang
adalah seperti Tabel 1.
dimiliki dengan mengabaikan informasi
publik yang tersedia, sehinga membuatnya
justru lebih agresif bertransaksi pada

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464 9


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-222

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

Variabel Devinisi Operasionalisasi


Return (Mret) Hasil yang diperoleh dari 𝑃𝑡 −𝑃𝑡−1
investasi 𝑅i𝑡 =
𝑃𝑡−1
Rit : Return saham perusahaan i pada
periode t
Pt : Harga saham i pada periode t
Pt-1 : Harga2 saham i pada periode t-1
Volatilitas Volatilitas menggambarkan 𝑆 = 1 ∑𝑛 (𝑅𝑡 −𝑅̅𝑡 )2
tingkat risiko yang dihadapi 𝑛−1 𝑡=1
pemodal karena S : standar
deviasi
mencerminkan fluktuasi
n : jumlah observasi
harga
Rt : return saham i
Rt : rata-rata retrn saham
Vol.Perdagan Volume perdagangan
gan (Mturn) adalah jumlah saham yang 𝑀𝑇𝑢𝑟𝑛
diperdagangkan dalam 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑i𝑝e𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛
periode tertentu. Penelitian = 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏e𝑟e𝑑𝑎𝑟
ini menggunakan periode
bulanan

Populasi Dan Sampel sejumlah 12 bulan selama 3 tahun sebesar


Populasi dalam penelitian ini adalah 36 data observasi.
seluruh perusahaan yang masuk dalam
kelompok Index LQ45 yang ada pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016. Metode Analisis
Dengan menggunakan purposive sampling, Penelitian ini menggunakan analisis
peneliti memberikan pertimbangan melalui kuantitatif sebagai metode analisis data.
kriteria-kriteria sebagai prasyarat unit Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
analisis pada penelitian ini. Kriteria-kriteria mengumpulkan data yang sudah ada
yang dimasksud dalam penelitian ini adalah: kemudian mengolah dan menyajikan dalam
1. Perusahaan-perusahaan yang konsisten bentuk tabel, grafik dan dibuat analisis agar
berada di List LQ45 minimal dua dapat ditarik kesimpulan sebagai dasar
tahun pada periode 2014-2016. pengambilan keputusan (Ghozali, 2011).
2. Saham dari emiten aktif Teknik analisis yang digunakan dalam
diperdagangkan selama periode tahun penelitian ini adalah model Vektor
2014 sampai dengan 2016. Autoregression (VAR) menggunakan
3. Ketersediaan dan kelengkapan data software aplikasi Eviews 9.
selama periode pengamatan 2014- VAR (Vector Autoregression) adalah
2016. pendekatan non‐struktural (lawan dari
Berdasarkan kriteria tersebut, maka pendekatan struktural, seperti pada
terdapat 40 (emapat puluh) perusahaan. persamaan simultan) yang menggambarkan
Selanjutnya data sampel dalam penelitian hubungan yang “saling menyebabkan”
ini menggunakan data rata-rata dari (kausalistis) antar variabel dalam sistem.
perusahaan sampel sehingga diperoleh data Metodologi VAR pertama kali

1 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-

dikemukakan oleh Sims (1980). Dalam diterima dan H1 ditolak yang artinya
tahap awal pengujian variabel penelitian ini data tidak stasioner.
menggunakan metode VAR (Vektor 2. Jika τ – nilai statistik > dari T tabel
Autoregression) digunakan apabila data McKinnon Critical Value, berarti H0
yang digunakan adalah stasioner seluruhnya ditolak dan H1 diterima yang artinya
pada tingkat level. Penyusunan model VAR data stasioner.
dalam penelitian ini terdiri dari beberaapa
tahapan, sebelum tahapan pengujian dan Pengujian ini juga dapat didasarkan
perhitungan dilakukan maka seluruh data pada perbandingan antara nilai probability
harus disamakan dulu satuannya. ADF dengan nilai signifikansi 5% dengan
Dalam penelitian ini data diuji syarat sebagai berikut:
kestasioneritas datanya dengan mengguna- 1. Jika niali probability ADF < 5%
kan uji akar unit (unit root test) (0,05), berarti H0 ditolak yang
menggunakan metode Augmented Dickey artinya data stasioner
Fuller (ADF). Apabila data stasioner pada 2. Jika niali probability ADF > 5%
tingkat level maka dilanjutkan dengan (0,05), berarti H0 diterima yang
persamaan VAR biasa (unrestricted VAR) artinya data tidak stasioner
yang terdiri dari dua persamaan guna Hasil uji stasioneritas Augmented
menentukan panjang lag VAR yang Dickey Fuller (ADF) yang dilakukan
optimal selanjutnya dilakukan uji stabilitas terhadap sampel penelitian ditunjukan pada
model VAR dan dilanjutkan dengan uji Tabel 2.
kausalitas granger, uji kointegrasi serta Karena dari data variabel-variabel
pemodelan sistem VAR. Jika hasil uji ADF tersebut tidak seluruhnya stasioner pada
menunjukan hasil data yang tidak stasioner tingkat level atau terdapat salah satu data
maka dalam uji kointegrasi hasil datanya variabel yang tidak stasioner yaitu Market
bisa saling kointegrasi dan tidak saling Return, maka perlu dilakukan differincing
kointegrasi. Apabila data tidak stasioner data untuk menstasionerkan data-data yang
seluruhnya pada tingkat level dan saling belum stasioner. Hasil uji Augmented
kointegrasi maka dapat menggunakan Dickey Fuller (ADF) Firs Difference
model VECM (Vektor Error Correction dijelaskan Tabel 3.
Model) yang merupakan pengembangan Dilihat dari Tabel 3, melalui uji
model VAR untuk analisa lebih mendalam stasioneritas pada tingkat first difference
adanya data yang tidak stasioner. Jika data bahwa nilai ADF test statistik pada Market
tidak stasioner seluruhnya pada tingkat Return, Market Turnover dan Volatilitas
level dan tidak saling kointegrasi maka nilainya lebih besar dari nilai uji critical
dapat menggunakan model VAR dengan value 5% dan nilai probablity ADF pada ke
data bentuk differensi (VAR in difference). tiga variabel tersebut nilainya lebih kecil
dari signifikansi 5%. Dapat disimpulakan
HASIL DAN PEMBAHASAN H0 ditolak yang artinya data stasioner pada
Uji stasioneritas tingkat first diffeence.
Dalam penelitian ini data diuji dengan Penentun Panjang Lag
menggunakan Augmented Dickey Fuller Penentuan lag optimal dapat
(ADF). Data yang stasioner menurut uji ditentukan dengan menggunakan beberapa
ADF memiliki nilai absolut yang lebih besar kriteria yaitu : LR (Likelihood Ratio), AIC
dari nilai kritisnya (Widarjono, 2007). (Akaike Information Criterion), SIC
Pengujian τ – nilai statistik yang diperoleh (Schwarz Information Criterion), FPE
kemudian dibandingkan dengan t tabel nilai (Final Prediction Error), dan HQ (Hannan-
McKinnon Critical Value dengan syarat : Quinn Information Criterion). Berdasarkan
1. Jika τ – nilai statistik < dari T tabel perhitungan pada masing-masing kriteria
McKinnon Critical Value, berarti H0

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464 1


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-222

yang tersedia pada program Eviews, lag VOLATILITAS bulan lalu meningkat
optimal ditandai dengan tanda * (bintang). sebesar 1 persen, akan menyebabkan
Kriteria pemilihan lag optimal adalah pada perubahan MTURN bulan ini meningkat
LR yang terbesar atau pada AIC, SC, FPE sebesar 1.590168 persen.
dan HQ bernilai kecil (Juanda dan Junaidi,
2012: 138). Hasil uji VAR Lag Order MRET = C + 0.887649 MRET (-1)
Selection Criteria yang menunjukan lag + 0.058332 MTURN (-1) -0.141303
optimal dijelaskan Tabel 4. VOLATILITAS
Pemilihan lag optimal dalam
penelitian ini menggunakan kriteris AIC dan Dari persamaan di atas terlihat
SIC. Berdasarkan hasil uji Lag Order pengaruh lag 1 Market Return (MRET) dan
Selection Criteria menunjukan bahwa lag 1 Market Turnover (MTURN) signifikan
adalah kelambanan yang optimal yang terhadap MRET. Sedangkan dan
ditunjukan dengan nilai kriteria AIC dan VOLATILITAS tidak signifikan. Apabila
SIC. perubahan MRET bulan lalu meningkat
sebesar 1 persen, akan menyebabkan
Estimasi Model VAR perubahan MRET bulan ini meningkat
Estimasi model VAR digunakan sebesar 0.887649 persen. Apabila
untuk menjawab rumusan dari hipotesis. perubahan MTURN bulan lalu meningkat
Estimasi dalam VAR menggunakan jumlah sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan
lag yang telah ditentukan berdasarkan MRET bulan ini meningkat sebesar
kriteria perhitungan lag optimal. Lag yang 0.058332 persen. Koefisien variabel
optimal diperlukan untuk menentukan volatilitas menunjukan nilai -0.141303,
dalam kerangka menangkap pengaruh dari yang artinya apabila perubahan
setiap peubah lainnya dalam VAR (Juanda VOLATILITAS bulan lalu meningkat 1
dan Junaidi, 2012 : 138). Dalam penelitian persen, akan menyebabkan MRET bulan ini
ini menggunakan lag 1 berdasarkan pada menurun sebesar 0.141303 persen.
lag lengh criteria. Sebagai perbandingannya Uji Kausalitas Granger (Granger
dapat dengan menggunakan nilai kritis t- Causality)
statistik 2,03. Jika nilai t-statistik variabel
mendekati 2,03 atau lebih besar 2,03 maka Uji kausalitas adalah pengujian untuk
dikatakan signifikan. Hasil estimasi model menentukan hubungan sebab akibat antara
VAR dijelaskan Tabel 5. peubah dalam sistem VAR. Hubungan
sebab akibat ini dapat diuji dengan
Model persamaan yang terbentuk menggunakan uji kausalitas granger (Juanda
adalah: dan Junaidi, 2012:145). Hipotesis yang
MTURN = C + 0.823635 MRET (-1) + dipakai dalam uji kausalitas granger adalah :
0.091162 MTURN (-1) + 1.590168  H0 : suatu variabel tidak menyebabkan
VOLATILITAS satu variabel lainnya
 H1 : suatu variabel menyebabkan satu
variabel lainnya
Apabila perubahan MTUR bulan lalu Jika nilai F statistik > F kritis (F tabel)
meningkat sebesar 1 persen, maka akan pada level signifikansi maka H0 ditolak,
menyebabkan perubahan MTURN pada yang berarti bahwa antar satu variabel
bulan ini meningkat sebesar 0.091162 dengan satu variabel lainnya saling
persen. Selanjutnya koefisien regresi mempengaruhi. Hasil dari uji kausalitas
variabel MRET sebesar 0.823635 artinya granger dijelaskan Tabel 6.
apabila perubahan MRET bulan lalu Dari hasil yang diperoleh di Tabel 6
meningkat sebesar 1 persen, akan dapat disimpulkan bahwa variabel MTURN
menyebabkan MTURN meningkat sebesar secara statistik signifikan mempengaruhi
0.823635 persen. Apabila perubahan MRET yang dibuktikan dengan nilai F-

1 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-

Statistik lebih besar dari nilai F tabel (3,27) nilai F-Statistik < F tabel (3,2) atau H0
yang artinya H0 ditolak atau suatu variabel diterima, sehingga dapat disimpulkan
menyebabkan variabel lainnya. Sedangkan kausalitas yang terjadi adalah kausalitas satu
MRET secara statistik tidak signifikan arah.
mempengaruhi MTURN dibuktikan dengan

Tabel 2. Hasil uji stasioneritas Augmented Dickey Fuller (ADF) pada Tingkat Level
Variabel ADF Test Statistic Critical Value 5% Prob ADF Ket
Tidak
MRET -2.263341 -2.948404 0.1890
Stasioner
MTURN -5.849520 -2.948404 0.0000 Stasioner
VOLATILITAS -7.143035 -2.948404 0.0000 Stasioner

Tabel 3. Hasil uji stasioneritas Augmented Dickey Fuller (ADF) pada First Difference
Variabel ADF Test Statistic Critical Value 5% Prob ADF Ket
MRET -8.322157 -2.948404 0.0000 Stasioner
MTURN -9.696069 -2.948404 0.0000 Stasioner
VOLATILITAS -6.227965 -2.948404 0.0000 Stasioner

Tabel 4. Hasil Uji Lag Selection

Tabel 5. Estimasi Model VAR

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464 1


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-222

Tabel 6. Hasil Uji Kausalitas Granger

PEMBAHASAN perdagangan kedepannya dengan


Hipotesis pertama menduga terdapat keyakinan bahwa return yang didapat akan
hubungan positif antara return saham lebih besar. Tanpa berpikir panjang
(MRET) dengan volume perdagangan layaknya investor rasional, dengan modal
(MTURN) ditolak. Namun berdasarkan keyakinan yang kuat dan mengabaikan
hasil uji analisis yang dilakukan dengan informasi pasar yang masuk, investor
model VAR dan Impulse Response tersebut terus melakukan perdagangan
Fumction (IRF) menunjukan hasil bahwa saham sehingga meningkatkan volume
koefisien regresi variabel MRET sebesar perdagangan menjadi lebih tinggi.
0.823635 artinya apabila perubahan Hipotesis kedua menduga terdapat
MRET bulan lalu meningkat sebesar 1 hubungan positif antara volatilitas dengan
persen, akan menyebabkan MTURN volume perdagangan (MTURN) diterima.
meningkat sebesar 0.823635 persen. Hal Berdasarkan estimasi model VAR dipeoleh
tersebut mengindikasikan adanya hasil nilai statistik 3.69768 > t-statistik
hubungan positif namun tidak signifikan (2,03) yang artinya volatilitas secara
karena dari hasil estimasi model VAR statistik berpengaruh signifikan terhadap
dimana nilai statistik 0.56955 < t statistik volume perdagangan (MTURN). Dalam
(2,03) yang menunjukan hubungan tidak estimasi model VAR koefisien regresi
signifikan antara MRET dengan MTURN. volatilitas sebesar 1.590168, artinya
Artinya market return yang diperoleh apabila perubahan Volatilitas bulan lalu
sebelumnya dapat mempengaruhi meningkat sebesar 1 persen, akan
pergerakan market turnover dimasa menyebabkan perubahan MTURN bulan
mendatang namun pengaruhnya tidak ini meningkat sebesar 1.590168 persen.
terlalu besar. Hasil tersebut berbeda Sehingga dapat disimpulkan terdapat
dengan temuan Sindhu dan Waris (2014), hubungan positif signifikan antara
Statman dan Theorly (2006) bahwa return volatilitas dengan volume perdagangan
berhubungan positif signifikan dengan (MTURN). Hal tersebut tidak sesuai
volume perdagangan. Berdasarkan hasil dengan teori prospek yang menyatakan
analisi yang diperoleh dapat bahwa seseorang dalam kondisi
mengidentifikasi adanya perilaku ketidakpastian, orang akan memilih pilihan
overconfidence di Bursa Efek Indonesia. yang menghasilkan expected utility
Hal tersebut terjadi karena ketika suatu terbesar, dimana ketika volatilitas (tingkat
saham memberikan return positif kepada risiko) naik investor akan menghindari
investor, pada saat itulah timbul keinginan kerugian dengan mengurangi transaksinya
dalam diri investor untuk meningkatkan sehngga volume perdagangan saham

1 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-

menurun. Akan tetapi bias overconfidence mengenai keadaan perekonomian yang


menyebabkan investor menjadi dipublikasikan serta investor disarankan
understimate (menaksir terlalu rendah) harus tetap mempertimbangkan volatilitas
terhadap adanya risiko dan cenderung (tingkat risiko) yang diperoleh sebelum
mengabaikan tingkat risiko sehingga bertransaksi agar dapat memperoleh
membuatnya justru lebih agresif keuntungan. Hal tersebut dilakukan agar
bertransaksi saham dan meningkatkan investasi yang dilakukan dapat mem-
volume perdagangan. Hasil penelitian berikan kepuasan yang optimal.
tersebut didukung oleh penelitian Shindu
dan Waris (2014), Salma Zaiane (2013). Saran
Dari kesimpulan dan pembahasan
sebelumnya, terdapat beberapa saran yang
PENUTUP
diajukan dalam penelitian ini, diantaranya
Simpulan adalah:
Simpulan yang dapat diambil dari Untuk penelitian yang akan datang
hasil pembahasan mengenai perilaku disarankan untuk mencari ruang lingkup
overconfidence di bursa efek Indonesia populasi yang berbeda dan lebih luas dari
periode 2014 sampai 2016 yang dilihat dari populas dalam penelitian ini, Pengambilan
hubungan market return dengan market populasi dalam penelitian ini hanya dari
turnover dan volatilitas adalah sebagai perusahaan yang masuk ke dalam Index
berikut LQ45 periode 2014-2016. Hal tersebut
Dari hasil penelitian dan pembahasan sangat membatasai jumlah perusahaan
membuktikan bahwa H1 : Terdapat yang bisa masuk sebagai sampel
hubungan positif antara Maket Return penelitian. Penelitian selanjutnya agar
dengan Market Turover, ditolak dan H2 : menggunkan seluruh perusahaan yang
Terdapat hubungan positif signifikan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai
antara Volatilitas dengan Market Turnover, populasinya, sehingga perusahaan yang
diterima. memiliki market capital kecil tetapi likuid
juga terwakili serta menambah rentang
Dari pembahasan analisis data dapat waktu penelitian menjadi 5 tahun atau 10
ditarik kesimpulan bahwa Investor di tahun.
Bursa Efek Indonesia mengalami
overconfidence yang mana ditunjukan oleh Untuk penelitian selanjutnya terkait
sikap investor dalam menanggapi perilaku overconfidence, peneliti me-
guncangan (shock) market return, nyarankan untuk menggunakan data
volatilitas (tingkat risiko) dan market mingguan bahkan harian agar dapat
turnover. Walaupun demikian, dampak memberikan gambaran yang lebik konkrit
overconfidence yang terjadi relatif kecil mengenai hubungan antar variabel yang
dan tidak terlalu mempengaruhi bursa efek. digunakan. Apalagi jika model VAR tetap
Maka investor dalam melakukan investasi digunakan, akan lebih baik jika
seharusnya tidak terpaku pada perolehan pengujiannya menggunakan data yang
return masa lalunya dengan harapan lebih banyak.
mendapatkan return yang sama bahkan DAFTAR PUSTAKA
yang lebih tinggi dimasa akan datang serta
melakukan analisis ulang lagi dalam Abaoub & Zaiane. (2009). Investor
pengambilan keputusan investasi di Overconfidence and Trading Volume;
kemudian hari dengan melakukan riset The Case of An Emergent Market.
seperti mempelajari laporan keuangan International Review of Business
perusahaan, kinerja perusahaan, track Research Papers, 5(2), 213-222.
record atau portofolio dan informasi

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464 1


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-222

Anoraga, P., & Pakarti, P. (2006). Napitupulu, V. & Syahyunan. (2012).


Pengantar Pasar Modal, cet V. Pengaruh Return Saham, Volume
Jakarta: PT Rineka Cipta. Perdagangan Dan Volatilitas Harga
Budi, B. (2010). Behavioral Finance, udah Saham Terhadap Bid Ask Spread Pada
Waktunya. Jakarta: PT Evolitera. Perusahaan Yang Melakukan Stock
Split Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Cristianti & Mahastanti. (2011). Faktor- Departemen FE USU, Sumatra Utara.
Faktor yang Dipertimbangkan Investor
dalam Melakukan Investasi. Journal Nugraha, N. F. & Kartini. (2015).
Manajemen dan Terapan. 4(3), 37-51. Pengaruh Ilusion of Control,
Overconfidence dan Emotion terhadap
Doddy, A.. (2012). Ekonometrika Esensi Pengambilan Keputusan Investasi
dan Aplikasi dengan menggunakan pada Investor di Yogyakarta. Jurnal
Eviews. Jakarta: Erlangga. Inovasi dan Kewirausahaan, 4(2),
Fischhoff, B., Solvic, P., & Lischtenstein, 114-122.
S. (1997). Knowing With Certainly : Pompian, M. (2006). Behavioral Finance
The appropriateness of Extreme and Wealth Management : How to
Confidence. Journal of Experimental Built Optimal Portofolios that
Psikology Human Preseption and Account for Investor Biases. New
Performance. 3(4), 552. Jersey: John Wiley and Sons,Inc.
Gervais & Odean. (2001). Learning to be Diakses November 2017.
Overconfidence. Review of Finansial Santoso, S. (2014). Statistik Multivariate
Studies 14, 1–27. Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex Media
Griffin, M. Etc. (2003). The Dynamics of Komputindo.
Institutional and Individual Trading. Shefrin. (2000). Beyond Greed and Fear:
The Journal of Finance, 6. Understanding Behavioral Finance
Hartono, J. (2014). Teori Portofolio dan and the Psychology of Investing.
Analisis Investasi Edisi Kesepuluh. Shindu, M. I. & Waris, F. (2014).
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Overconfidence and Turnover:
Juanda, B. & Junaidi. (2012). Ekono- Evidence from Karachi Stock
metrika Deret Waktu Teori dan Exchange. European Journal of
Aplikasi. Bogor: IPB Press. Business and Management, 6(7), 128-
135.
Mahyus, E. (2014). Ekonometrika Dasar
untuk Penelitian Di bidang Ekonomi, Statman, M. & Thorley, S. (2006). Investor
Sosial dan Bisnis. Jakarta: Mitra Overconfidence and Trading Volume.
Wacana Media. The Review of Financial Studies,
19(4). Doi :10.1093/rfs/hhj032.
Marwan, A. (2013). Keuangan
Keperilakuan. Yogyakarta: BPFE Suad, H. (1998). Dasar – Dasar Portofolio
Yogyakarta. dan Analisis Sekuritas Edisi Kedua.
Yogyakarta: UPP-AMP YKPN
Maulana, R. & Yatini. (2013). Analisis
Pergerakan Return Saham dan Volume Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Perdagangan sebelum dan Sesudah Kuantitatif , Kualitatif dan Kombinasi
Pengumuman Laporan Keuangan. (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
JMA, 18(2), 88. Sunariyah. (2011). Pengantar Penge-
tahuan Pasar Modal Edisi Keenam.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

1 p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464


Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 33 No. 2, Juli 2018, 214-

Sutrisno. (2000). Manajemen Keuangan.


Yogyakarta: Ekonosia.
Victor, R. & Helen, S.K. (2000). What is
Behavioral Finance?. Bussines,
Education and Technology Journal, 1-
9.
Zaiane, S. (2013). Overconfidence,
Trading Volume and The Disposition
Effect: Evidence from The Shenzhen
Stock Market of China. Issues in
Bussiness Management and Eco-
nomics, 1(7), 163-175.
Tandellin, E. (2010). Portofolio dan
Investasi Teori dan Aplikasi Edisi
Pertama.Yogyakarta : Kanisius IKAPI.
Tim Studi Volatilitas Pasar Modal
Indonesia dan Perekonomian Dunia.
(2011). Volatilitas Pasar Modal
Indonesia dan Perekonomian Dunia.
Kementrian Keuangan Republik
Indonesia.
Widarjono, A. (2007). Ekonometrika Teori
dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis Edisi Kedua. Yogyakarta:
Ekonisia Fakultas Ekonomi UII.
Wiryaningtyas, D. P. (2016). Behavioral
Finance dalam Pengambilan
Keputusan. Prosiding Seminar
Nasional UNEJ, 339-344.
Undang- Undang No 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal.
www.idx.co.id
www.sahamok.com
www.yahoofinance.com

p-ISSN: 0854-1442 (Print) e-ISSN: 2503-4464 1

Anda mungkin juga menyukai