Anda di halaman 1dari 10

Paper Teori Perilaku Keuangan (Behaviour Of Finance)

Dwinami Dilga Febri


Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
dwinamidilgaa@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana teori perilaku keuangan mempengaruhi
perilaku investor dalam mengambil keputusan investasi. Pengambilan keputusan merupakan suatu
proses pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam pengaruh situasi yang
kompleks. Pengambilan keputusan investasi akan sangat dipengaruhi informasi yang diterima, juga
tingkat kemampuan dan pengetahuan investor tentang investasi.Sebuah hasil studi membentuk suatu
model yang menggambarkan perilaku investor dalam pengambilan keputusan investasi.Bahwa,investor
dalam proses pengambilan keputusan investasi mempertimbangkan informasi akuntansi. Akan tetapi,
faktor psikologi investor yang tercermin sebagai sinyal pribadi lebih mendominasi.

Jadi, meskipun hasil analisis empirik menunjukkan bahwa pengaruh informasi akuntansi terhadap
nilai-nilai pasar adalah tidak konsisten, namun investor menyatakan bahwa informasi akuntansi yang
disajikan oleh perusahaan tetap menjadi pertimbangan penting dalam proses pengambilan keputusan
investasi. Sinyal pribadi lebih mendominasi investor sebagai pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan investasi, sebab investor memiliki kecenderungan psikologis untuk lebih mempertimbangkan
sinyal pribadi dibandingkan sinyal publik. Fenomena psikologis tersebut mengakibatkan harga saham
tidak mencerminkan harga (nilai) wajarnya. Investor berpendapat bahwa pasar modal Indonesia berada
dalam kondisi yang tidak efisien, manajer dapat memilih waktu yang tepat untuk menerbitkan saham,
yaitu pada saat harga cukup tinggi di atas nilai wajarnya. Artinya, nilai pasar tidak mencerminkan
ketersediaaninformasi

Kata kunci : perilaku investor, pengambilan keputusan investasi

1. PENDAHULUAN seluruh informasi yang tersedia pada saat itu


1.1 Latar Belakang (Fama, 1970; 1976: 133). Hipotesis pasar
Penelitian yang telah dilakukan efisien (Efficient Market Hypothesis) yang
semenjak tahun 1990-an menunjukkan bahwa dikemukakan oleh Fama sebelumnya telah
teori keuangan standar (Standar Finance) mengubah cara pandang kita tentang
memiliki keterbatasan dalam menjelaskan bagaimana cara kerja pasar modal. Persaingan
pergerakan harga saham atau berbagai surat yang sangat ketat antar investor akan
berharga lainnya. Tidak jarang ditemukan menyebabkan harga saham merefleksikan
fenomena dalam pasar modal yang seluruh informasi yang ada saat itu, sehingga
bertentangan dengan teori keuangan standar investor dapat mempercayai bahwa harga
yang telah di bangun selama ini. tersebut adalah harga yang fair. Akibatnya,
Dalam berbagai literatur keuangan, ada secara teori, pelaku pasar yang aktif tidak
satu asumsi kuat mengenai pasar modal yang mungkin memperoleh abnormal return (beat the
telah dibangun sejak lama, yaitu hipotesis pasar market) secara terus menerus karena investor
efisien. Satu artikel yang sangat penting di lain akan mengetahui aksi yang dilakukan oleh
bidang keuangan telah ditulis oleh Fama (1970) seorang investor. Sehingga satu-satunya cara
berkaitan dengan konsep pasar modal efisien. untuk memperoleh return yang lebih tinggi
Suatu pasar dikatakan efisien apabila pasar adalah dengan cara berinvestasi pada aset-aset
tersebut efisien dalam mengelola informasi, yang lebih berisiko.
dimana harga-harga sekuritas yang terbentuk Secara keseluruhan hipotesis pasar
pada suatu waktu tertentu mencerminkan efisien telah menjadi dasar teori keuangan klasik
yang menjelaskan bahwa pelaku pasar memiliki 1985). Adanya faktor psikologi tersebut
perilaku yang rasional. Sejatinya, investor yang mempengaruhi berinvestasi dan hasil yang akan
rasional akan memaksimalkan utilitasnya, yaitu dicapai.
return yang tinggi dan risiko yang kecil Perdebatan yang muncul antara
berdasarkan informasi yang tersedia di pasar. hipotesis pasar yang efisien dengan
Hampir semua teori ekonomi berpendapat kenyataannya mendorong munculnya wawasan
bahwa investor selalu berupaya untuk yang lebih dalam lagi yang berfokus pada
memaksimalkan utilitasnya yang merujuk pada psikologi sebagai faktor penting dalam teori
pengambilan keputusan diantara pilihan yang keuangan. Faktor psikologi mempengaruhi
berisiko. Jika investor bertindak rasional maka keputusan berinvestasi dari seorang investor
pada saat harga saham menurun, maka saham dan hasil yang akan dicapai. Oleh karenanya,
tersebut akan dibeli. Sebaliknya, jika harga analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu
suatu saham meningkat, maka saham tersebut psikologi dan ilmu keuangan dikenal dengan
akan dijual. tingkah laku keuangan atau perilaku keuangan
Namun teori ini tidak mampu (Behavioural Finance).
memberikan penjelasan tentang sejumlah Keadaan pasar yang sebenarnya
ketidakkonsistenan (anomaly) pasar modal, menurut teori perilaku keuangan tidaklah efisien,
misal January Effect, Day of the week effects, investor merancang portofolio mereka juga tidak
returns over trading and non-trading periods, hanya mendasarkan pada teori portofolio saja
stock return volatility and the internet tetapi ada unsur psikologi didalamnya. Terakhir,
phenomenon (termasuk kebutuhan pasar modal menurut pandangan perilaku keuangan, return
sebagai imbas dari kejatuhan saham-saham yang diharapkan oleh investor tidak hanya
berbasis internet di akhir tahun 1990-an), ditentukan oleh perbedaan risiko.
kejatuhan pasar modal di tahun 1929 dan 1987 Secara lebih jelas, behavioural finance
serta dampak dari krisis subprime mortgage di adalah studi yang mempelajari bagaimana
tahun 2007-2008. fenomena psikologi mempengaruhi tingkah laku
Dari berbagai literatur yang ada saat ini keuangannya (Shefrin, 2000). Perilaku
dapat disimpulkan bahwa keuangan standar keuangan mempelajari bagaimana manusia
membangun beberapa pondasi dasar, yaitu secara aktual berperilaku dalam sebuah
investor memiliki sifat rasional, yang berarti penentuan keuangan (Nofsinger, 2001).
bahwa mereka selalu mendasarkan keputusan Dalam dua dekade terakhir, teori
mereka dalam berinvestasi berdasarkan dasar- perilaku keuangan telah menambahkan
dasar pemikiran ekonomi terkait dengan beberapa aspek baru ke dalam studi pada pasar
investasi. Keuangan standar juga mempercayai keuangan. Dengan menggabungkan faktor
bahwa pasar berada pada kondisi yang efisien psikologi ke dalam keuangan dan ekonomi.
dan para pelaku pasar merancang portofolio (Kahneman et al., 1982; Thaler, 1992; Shefrin,
mereka sesuai dengan aturan yang ada dalam 1999) berupaya untuk menjelaskan bagaimana
teori portofolio. Return yang diharapkan dalam persepsi para pelaku pasar dan reaksi mereka
teori keuangan standar juga dipercaya dapat terhadap ketidakpastian yang akan
dijelaskan oleh teori Asset Pricing dimana mempengaruhi keputusan investasi dan akan
perbedaan return yang diharapkan hanya mempengaruhi pergerakan harga sekuritas.
ditentukan oleh risiko. Behavioral finance telah ditetapkan sebagai
Dewasa ini perilaku investor sudah tidak cabang teori baru dalam keuangan dengan
sepenuhnya seperti yang dijelaskan oleh teori menggabungkan pengetahuan psikologi,
keuangan klasik. Pada kenyataannya investor sosiologi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya (Buss,
dalam melakukan investasi tidak saja hanya 2009, Bernheim, Douglas, 2008).
menggunakan estimasi atas prospek dari Ada beberapa jenis fenomena psikologi
investasi nya, tetapi faktor psikologi juga ikut yang menyebabkan pada saat-saat tertentu
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam terkadang investor cenderung berperilaku tidak
menentukan investasi tersebut. Salah satu rasional. Untuk itu, kami akan memaparkan
contoh yang cukup menarik yaitu adanya behavioral finance theory secara lebih lengkap
rasional terikat (bounded rationality) dalam pada makalah ini.
berinvestasi. Pada sisi lain terjadi juga investor 1.2 Rumusan Masalah
menjual secepatnya saham yang dimiliki bila Berdasarkan latar belakang diatas maka
kelihatan sudah untung dan menahan saham dapat dirumuskan permasalahan sebagai
sangat lama ketika harga saham turun (Shefrin, berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan dan makalah ini adalah:
definisi teori behavioral finance? 1. Menjelaskan sejarah perkembangan dan
2. Teori apa saja yang termasuk dalam teori definisi teori behavioral finance.
behavioral finance? 2. Menjabarkan teori-teori yang termasuk
3. Bagaimana hasil studi empirikal dari teori kedalam teori behavioral finance.
behavioral finance? 3. Memaparkan salah satu hasil studi emprikal
1.3 Tujuan Penelitian dari teori behavioral finance.
Berdasarkan rumusan masalah yang
menjadi titik tolak maka tujuan penulisan
2. PEMBAHASAN Chicago. Thaler menjadi anomali karena
2.1 Sejarah Perkembangan dan Definisi Teori menyimpang dari pemikiran ekonomi neoklasik
Behavioral Finance yang dikembangkan dari sekolah pemikir
Perkembangan dan kemunculan ekonomi (economic schools of thought) di
behavioral finance diawali dengan penolakan Universtas Chichago. Keduanya menulis
terhadap hipotesa pasar efisien. Profesor Robert desertasi doktoralnya bersandarkan paradigma
J. Shiller dari Universitas Yale adalah seorang pasar efisien tetapi akhirnya membelot dengan
yang mempunyai pengaruh besar dengan mengembangkan behavioral finance.
mengungkapkan bahwa pasar adalah tidak Sejak tahun 1991, Richard H. Thaler
sepenuhnya efisien. Melalui kertas kerja yang bersama dengan Robert J. Shiller dari
berjudul Do stock price move too much to be Universitas Yale mengkoordinasi workshop pada
justified by subsequent changes in dividends National Biro Economic Research (NBER)
yang dipublikasi di The American Economic dengan dukungan dana dari Russell Sage
Review pada tahun 1981, ia menunjukkan Foundation. Sejak saat itu penelitian dengan
terjadinya excess volatility antara harga saham tema behavioral finance semakin berkembang
dengan fundamental yang mendasarinya, harga pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan
saham berflutuasi lebih tinggi dari tumbuhnya kertas kerja yang mengambil topik
fundamentalnya. Kertas kerja tersebut behavioral finance. Jurnal-jurnal ilmiah utama
menimbulkan perdebatan yang luas dari ilmu keuangan seperti The Journal of Finance
kalangan akademisi. dan Journal of Financial Economics sudah
Pada saat Shiller menunjukkan adanya menjadi media publikasi. Perkembangan
ketidakefisienan pasar melalui excess volatility, tersebut menunjukkan bahwa kalangan
ia sendiri tidak mengetahui faktor apa yang akademisi keuangan menerima keberadaannya
menerangkan pasar menjadi tidak efisien. dan behavioral finance menjadi cara berpikir
Dipengaruhi oleh istrinya yang seorang baru dalam memahami fenomena ekonomi
mahasiswa doktoral bidang psikologi pada keuangan.
universitas Daleware, ia mencoba menawarkan Pengintegrasian ilmu psikologi kedalam
penjelasan ketidakefisienan pasar dengan ilmu ekonomi dan keuangan membuat Daniel
pendekatan ilmu sosial dan pada makalah yang Kahneman, yang memodelkan perilaku manusia
berjudul Stock Prices and Social Dynamics mengambil resiko dari ilmu psikologi kedalam
(sekarang pemikiran tersebut sebagai ilmu ekonomi dengan nama teori prospek yang
paradigma standar dari behavioral finance) pada dihadiahi nobel ekonomi tahun 2002.
pertemuan di Brooking Institute. Jika dibandingkan dengan ilmu
Ejekan tidak hanya secara lisan dalam keuangan periode sebelumnya, behavioral
konferensi, secara tertulis G. William Schwert finance masih berumur lebih muda. Ia sudah
salah seorang pendukung hipotesa pasar efisien dikembangkan tidak hanya sebatas konsepsi
menjulukinya dengan sosiolog amatiran. Pada tetapi sudah diturunkan menjadi metode
konferensi tersebut menghasilkan kesimpulan operasional untuk menganalisis dan
bahwa setiap pergerakan pasar saham harus menjelaskan keberadaan mispricing harga
mempunyai landasan rasional. Ia merespon saham. Menjelaskan mengapa individu tidak
kesimpulan tersebut dengan mengatakan bahwa melakukan diversifikasi seperti saran Markowitz
kesimpulan tersebut adalah kesalahan satu dari (1952, 1959) dan bagaimana noise trader
kesalahan terbesar dari sejarah pemikiran menciptakan pasar yang tidak efisien.
ekonomi Investor dalam melakukan investasi
Pelopor lain dari behavioral finance tidak hanya menggunakan estimasi atas
adalah Richad H. Thaler, seorang profesor prospek instrumen investasi, tetapi faktor
ekonomi dan ilmu keperilakuan dari Universitas psikologi juga sudah ikut menentukan investasi
tersebut. Bahkan, berbagai pihak menyatakan perilaku rasional atau menetapkan
bahwa faktor psikologi investor ini mempunyai pengambilan keputusan sebagai sebuah bias
peran yang paling besar dalam berinvestasi. atau kesalahan; melainkan untuk memahami
Salah satu contoh yang cukup menarik yaitu dan memprediksikan implikasi-implikasi
adanya rasional terikat (bounded rationality) sistematis pasar keuangan dari sudut pandang
dalam berinvestasi. Pada sisi lain terjadi juga psikologi. Walaupun demikian, Olsen
investor menjual secepatnya saham yang menekankan bahwa sejauh ini belum ada teori
dimiliki bila kelihatan sudah untung dan keuangan perilaku yang terintegrasi, dan yang
menahan saham sangat lama ketika harga ditemukan dalam literatur adalah sebatas pada
saham turun (Shefrin, 1985). Adanya faktor mengidentifikasi atributatribut pengambilan
psikologi tersebut mempengaruhi berinvestasi keputusan dalam berinvestasi di pasar.
dan hasil yang akan dicapai. Oleh karenanya, Menurut Bodie et al. (2009),
analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu menjelaskan ada dua pemikiran, bahwa investor
psikologi dan ilmu keuangan dikenal dengan tidak selalu dapat memproses data dengan cara
tingkah laku atau perilaku keuangan yang benar sehingga menciptakan probabilitas
(Behavioural Finance). distribusi yang salah terhadap prediksi return
Perilaku keuangan menyelidiki aspek masa depan. Kedua, jika distribusi dalam
interaksi yang ada di dalam otak manusia, keadaan sebenarnya, investor cenderung juga
dihadapkan dengan ketidakpastian membuat membuat keputusan yang tidak optimal. Dua
keputusan ekonomi. Ciri-ciri manusia yang pemikiran ini menguatkan bahwa investor dapat
paling umum adalah (takut, marah, serakah, mengambil keputusan secara irasional.
mementingkan diri sendiri) menempatkan Behavioural finance dimasukkan dalam
penekanan pada keputusan kita tentang uang. pengambilan keputusan karena bisa menjadi
Akal, alasan (konsekuensi jangka panjang dari faktor penggerak harga pasar.
tindakan yang diambil) dan emosi Fuller (2000) menjelaskan tiga poin
(mempertimbangkan tindakan) semua saling penting dalam behavioural finance. Pertama
terkait. adalah penjelasan bahwa behavioural finance
Perilaku manusia umumnya reaktif, adalah penggabungan antara ekonomi klasik
bukan proaktif; Oleh karena itu, sulit untuk dan keuangan dengan psikologi dan ilmu
membuat prediksi atas dasar aturan yang pengambilan keputusan, dan perlu diketahui
sempit. Perilaku keuangan relatif mudah untuk bahwa ilmu pengambilan keputusan juga
menjelaskan mengapa individu telah membuat berkembang mengikuti perkembangan zaman,
keputusan, tetapi mengalami kesulitan dalam sehingga penerapan teori ekonomi klasik yang
mengukur apa efek dari keputusan tersebut relatif bersifat baku, berbeda-beda seiring
terhadap individu. Perilaku keuangan dengan perkembangan zaman. Kedua, Fuller
mempelajari efek faktor sosial, kognitif, dan (2000) menjelaskan bahwa behavioural finance
emosional pada keputusan ekonomi individu adalah suatu percobaan untuk menjelaskan apa
dan lembaga serta konsekuensi untuk penyebab beberapa anomali-anomali keuangan
kepentingan dan alokasi sumber daya. yang sudah terlihat dan dibukukan dalam literasi
Keuangan perilaku tidak mengambil karakteristik keuangan. Banyaknya studi kasus dan
dari pembuat keputusan sebagai ketetapan, observasi dari kejadian sebelumnya diharapkan
fokusnya adalah pada proses non-ekuilibrium, dapat menjadi dasar pengembangan teori
tindakan agen yang beragam dengan behavioral finance di masa depan. Diharapkan
rasionalitas yang terbatas yang mungkin belajar anomali-anomali keuangan tersebut dapat
dari pengalaman dan interaksi. dijelaskan melalui teori-teori baru. Ketiga,
Perilaku keuangan merupakan suatu behavioral finance adalah suatu bidang studi
ilmu yang mempelajari bagaimana manusia yang menjelaskan bagaimana investor secara
menyikapi dan bereaksi atas informasi yang ada sistematis membuat judgement yang salah atau
dalam upaya untuk mengambil keputusan yang mental mistakes.
dapat mengoptimalkan tingkat pengembalian Adapun perkembangan behavioural
dengan memperhatikan risiko yang melekat di finance, yang memasukkan faktor kekuatan
dalamnya (unsur sikap dan tindakan manusia emosi dan psikologi investor di pasar keuangan
merupakan faktor penentu dalam berinvestasi) adalah:
(Litner, 1998:7). 1. Mackay (1841) menyajikan kronologis tentang
Menurut Olsen (1998:11) perilaku kepanikan yang terjadi di pasar keuangan
keuangan tidak mencoba untuk mendefinisikan
sebagai cerminan dari adanya aspek psikologis 2.2 Teori Yang Termasuk Dalam Teori Behavioral
investor. Finance
2. Bon (1895) mengajukan gagasan tentang 2.2.1 Prospect Theory (Teori Prospek)
peran crowds yang dapat diartikan sebagai Salah satu teori pengambilan keputusan
investor di pasar, dan perilaku dari perilaku dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty) yang
kelompok yang mencoba kemampuan di bidang paling terkenal adalah teori prospek (prospect
keuangan, psikologi, sosial, sosiologi, dan theory). Teori ini dikembangkan oleh dua orang
sejarah. ilmuan terkemuka dari Amerika Serikat, yaitu
3. Selden (1912) menerapkan perilaku keuangan Daniel Kahneman dan Amos Tversky sekitar
dalam konteks psikologi di pasar modal. tahun 1979. Daniel Kahneman kemudian
Ritter (2003) menjelaskan beberapa menjadi psikolog pertama dan satu-satunya
bias yang mempengaruhi perilaku manusia pada yang memenangkan nobel ekonomi pada 2002
umumnya: dan menjadi salah satu penemuan terbesar
a. Heuristics dalam bidang behavioral finance. Prinsip-prinsip
Untuk penyederhanan proses yang diajukan oleh teori prospek meliputi:
pengambilan keputusan, manusia cenderung a. Fungsi Nilai (value function)
mambuat rule of thumb atau aturan standar Teori prospek mendefinisikan nilai di
yang sederhana untuk mengambil keputusan. dalam kerangka kerja bipolar diantara perolehan
Sebagai contoh, 80/20 rule yang diungkapkan (gains) dan kehilangan (losses).keduanya
pertama kali oleh ekonom Italia bernama bergerak dari titik tengah yang merupakan
Vilfredo Pareto banyak digunakan oleh manajer referensi netral. Fungsi nilai bagi suatu
keuangan untuk menyusun portofolionya. perolehan (mendapatkan sesuatu) akan
b. Overconfidence berbeda dengan kehilangan sesuatu. Value bagi
Ritter (2003) juga menjelaskan bahwa suatu kehilangan dibobot lebih tinggi,
investor cenderung berinvestasi secara sedangkan value bagi suatu perolehan dibobot
berlebihan hanya pada saham yang mereka lebih rendah.
sudah biasa atau familiar. Investor cenderung Contoh: Pada uang 1 juta. Kehilangan
merasa terlalu percaya diri. uang 1juta dirasakan lebih tinggi nilai kerugian
c. Framing bila dibandingkan dengan keuntungan yang
Pola berfikir manusia bisa dimanipulasi dirasakan seseorang ketika memperoleh uang 1
dengan presentasi konsep yang dikemas lebih juta. Dengan kata lain, lebih tinggi kualitas
menarik. Sebagai contoh, Bodie (2009) kesedihan yang di rasakan seorang ketika
menjelaskan bahwa permainan coin toss yang kehilangan uang 1 juta, dari pada kualitas
meberikan imbalan $50 pada tails dan hadiah kegembiraan yang dirasakan ketika
sebesar $50 yang di-bundling dengan kekalahan mendapatkan uang 1 juta. Jadi antara
$50 jika keluar heads. Walaupun kedua hal keuntungan dengan kerugian merupakan 2 hal
diatas dapat menimbulkan kerugian $50, yang tidak simetris.
perilaku investor akan berbeda terhadap b. Pembingkaian (framing)
masing-masing taruhan. Teori prospek memprediksi bahwa
d. Representativeness prefensi (kecenderungan memilih) akan
Investor cenderung meremehkan rata- tergantung pada bagaimana suatu persoalan
rata jangka panjang dan memberikan perhatian dibingkai atau di formulasikan.
lebih pada jangka pendek, sehingga investor c. Perhitungan Psikologis (psychological
cenderung overreact pada jangka pendek. accounting)
Sebagai contoh, dimana pemikiran bahwa Psychological accounting atau
return atas saham yang tinggi adalah normal perhitungan mental atau psikologis adalah orang
hanya karena melihat rata-rata historical return yang membuat keputusan tidak hanya
yang tinggi. membingkai pilihan-pilihan yang ditawarkan,
e. Conservatism tetapi juga membingkai hasil serta akibat dari
Bodie, Kane, Marcus (2009) juga menjelaskan pilihan-pilihan itu.
bahwa investor cenderung bereaksi terlalu d. Probabilitas (probability)
lambat tentang perkembangan yang terjadi. Teori prospek berpandangan
Berlawanan dengan bias representativeness, kecenderungan orang dalam membuat
investor menjadi underreact karena keputusan merupakan fungsi dari bobot
conservatism. keputusan (decision weight). Bobot keputusan
ini tidak selalu dihubungkan dengan besar
kecilnya peluang atau frekuensi kejadian. daripada investasi di saham perusahan lain
Fenomena ini berlaku pada kejadian yang karena investasi di perusahaan lain masih
menimbulkan kerugian berskala besar. Seperti ambigu.
bencana alam, wabah penyakit, kelaparan dan d. Ambiguity aversion memunculkan
bom huklir. aspek khusus yaitu adanya competence effect.
e. Efek kepastian (certainty effect) Competence effect muncul ketika seseorang
Teori prospek memprediksi bahwa dihadapkan pada situasi ambigu, dia
pilihan yang dipastikan tanpa risiko sama sekali menggunakan judgment bahwa dia merasa
akan lebih disukai dari pada pilihan yang masih cukup kompeten untuk mengatasi situasi
mengandung risiko meski kemungkinannya ambigu tersebut sehingga terkadang
sangat kecil. Sebab, orang-orang cenderung menyebabkan seorang investor menerima
menghilangkan sama sekali adanya risiko resiko yang lebih tinggi dari yang seharusnya.
(eliminate) dari pada hanya mengurangi
(reduce). 2.2.4 Competence Effect
2.2.2 Sentimen Investor Di pasar keuangan, investor membuat
Shleifer (2000) mendefinisikan keputusan berdasarkan probabilitas subyektif
sentiment investor sebagai keyakinan perilaku mereka. Heath dan Tversky (1991)
berbasis heuristic atau aturan praktis daripada mengemukakan kompetensi sebagai efek
rasionalitas Bayesian dalam membuat hipotesis bahwa kesediaan masyarakat untuk
keputusan investasi. Ini terjadi ketika preferensi bertindak atas penilaian mereka sendiri di
dan kepercayaan investor memenuhi bukti daerah tertentu akan tergantung pada
psikologis daripada model ekonomi standar. kompetensi subyektif mereka, yaitu mereka
Sementara beberapa peneliti merujuk sentimen merasa terampil atau memiliki pengetahuan
investor sebagai kecenderungan berdagangan dalam konteks yang area di pasar keuangan,
di kebisingan ketimbang berdasarkan informasi kompetensi individu investor yang dirasakan
(Black, 1986; De Long et al, 1990, Shleifer & dalam memahami informasi keuangan dan
Vishny 1997; Baker & Wurgler, Yuan 2009), peluang investasi mengakui akan
yang lain menyebutnya pesimisme investor yang mempengaruhi kesediaan mereka untuk
berlebihan (bearish) atau optimis (bullish) melakukan investasi aktif keputusan, daripada
terhadap harga pasar saham saat ini dan masa didiamkan selama tidak aktif atau bahkan tidak
depan (Shefrin, 2007; Brown & Cliff, 2004) ada investasi sama sekali.
2.2.3 Ambiguity Aversion Health dan Tversky (1991) melakukan
Ellsberg (1961) mendefinisikan penelitian yang berhubungan dengan ambiguity
ambiguity aversion sebagai keinginan untuk aversion. Penelitian ini memunculkan konsep
menghindari hal-hal yang belum jelas (ambigu), competence effect yang menyatakan bahwa
meskipun tidak akan meningkatkan expected tingkat ambiguity aversion seseorang
utility. Pompian (2006) menunjukkan bahwa efek dipengaruhi oleh tingkat subjective competence
negatif yang dapat ditimbulkan dalam (kompetensi subyektif). Ketika seseorang
pengambilan keputusan investasi beresiko merasa memiliki kemampuan dan pengetahuan
dengan adanya perilaku ambiguity aversion yang tinggi dalam suatu hal, mereka akan lebih
investor sebagai berikut : memilih untuk berinvestasi pada kondisi yang
a. Ambiguity aversion mungkin menyebabkan distribusi probabilitasnya masih ambigu
investor meminta kompensasi yang lebih tinggi berdasarkan pendapat (judgment) mereka
untuk resiko yang dihadapi ketika melakukan sendiri. Sebaliknya, seseorang yang merasa
investasi dalam suatu aset tertentu sehingga tidak kompeten, mereka akan lebih memilih
investor mungkin hanya melakukan investasi berinvestasi pada situasi yang tidak ambigu.
yang konservatif. Health dan Tversky (1991) menjelaskan
b. Ambiguity aversion mungkin menyebabkan competence effect menggunakan eksperimen
investor hanya berinvestasi pada indeks saham mengenai hasil dari pertandingan sepakbola.
di negaranya sendiri karena lebih familiar Partisipan diminta menilai kompetensi subyektif
disbanding jika harus berinvestasi di indeks mereka dalam pengetahuan tentang sepakbola,
Negara lain. kemudian diminta untuk memprediksi hasil suatu
c. Ambiguity aversion mungkin dapat pertandingan sepakbola. Selanjutnya partisipan
menyebabkan investor lebih memilih disuruh memilih, apakah akan bertaruh pada
berinvestasi pada employers stock (saham hasil pertandingan sepakbola tersebut atau
perusahaan dimana seseorang bekerja) bertaruh dalam lotere yang distribusi
probabilitasnya untuk menang diketahui. Hasil transaksi yang terlalu berlebihan) sebagai efek
penelitian ini menemukan bahwa partisipan dari keyakinan bahwa mereka memiliki
yang merasa memiliki kompetensi dalam bidang pengetahuan khusus yang sebenarnya tidak
sepakbola lebih menyukai untuk bertaruh pada mereka miliki.
pertandingan sepakbola daripada bertaruh di 2. Overconfidence menyebabkan investor
lotere. menjadi overestimate (menaksir terlalu tinggi)
Pengaruh kompetensi sangat relevan kemampuannya dalam mengevaluasi suatu
untuk memahami perilaku investor. Di pasar investasi.
keuangan, investor selalu dibutuhkan untuk 3. Overconfidence dapat menyebabkan investor
membuat keputusan berdasarkan ambigu, menjadi underestimate (menaksir terlalu rendah)
probabilitas subjektif. Sangat mungkin bahwa terhadap adanya risiko dan cenderung
latar belakang pendidikan mereka dan mengabaikan risiko.
karakteristik demografi lainnya membuat 4. Overconfidence menyebabkan investor
beberapa investor merasa lebih kompeten dari memiliki kecenderungan tidak mendiversifikassi
yang lain dalam memahami berbagai informasi portofolio investasinya.
keuangan dan kesempatan yang tersedia bagi Cheng (2007) mengatakan bahwa
mereka. overconfidence merupakan karakteristik yang
2.2.5 Overconfidence paling umum ditemui dalam diri manusia yang
Overconfidence berbeda dengan merefleksikan kecenderungan seseorang untuk
competence effect. Dalam literatur psikologi menaksir terlalu tinggi (overestimate) terhadap
overconfidence dapat diartikan sebagai kemampuannya, kemungkinannya untuk
keyakinan bahwa distribusi probabilitas prediksi berhasil dan probabilitas bahwa seseorang
seseorang lebih tinggi dari sesungguhnya. tersebut akan memperoleh outcomes yang
Sedangkan dalam berbagai literatur keuangan, positif serta akurasi dari pengetahuan yang
overconfidence didefinisikan sebagai penaksiran dimiliki.
yang terlalu tinggi (overestimating) dalam Dalam model teoritis investor
menilai suatu financial aset (Odean (1998), overconfident melebih-lebihkan presisi
Gervais and Odean (2001). pengetahuan mereka tentang nilai dari sebuah
Glaser and Weber (2003) mengatakan keamanan financial. Odean (1998) menunjukkan
bahwa ada tiga aspek atau elemen dari bahwa perdagangan investor overconfident lebih
overconfidence yaitu : dari investor rasional dan melakukan hal itu
a. Miscalibration yaitu probabilitas subyektif menurunkan utilitas rata-rata mereka, karena
akan lebih tepat daripada probabilitas yang investor terlalu percaya perdagangan terlalu
sesungguhnya. agresif ketika mereka menerima informasi
b. Better-than-average effect yaitu orang tentang nilai dari keamanan. Jadi investor
cenderung berpikir bahwa dia memiliki overconfident lebih kuat dalam penilaian mereka
kemampuan yang di atas rata-rata. sendiri dan kepedulian sendiri kurang dengan
c. Illusion-of-control yaitu suatu keyakinan yang keyakinan orang lain.
lebih dalam hal kemampuan untuk memprediksi Investor yang baru-baru ini telah
atau hasil yang lebih memuaskan ketika meningkatkan keberhasilan overconfidence
seseorang memiliki keterlibatan yang lebih di mereka akan melakukan perdagangan lebih aktif
dalamnya. dan lebih spekulatif. Karena mereka
Lichtenstein dan Fischhoff (1977) mengantisipasi bahwa upaya beralih ke online
mengatakan bahwa fenomena overconfidence trading akan diamortisasi selama perdagangan
merupakan kecenderungan pengambil yang lebih, para investor lebih cenderung untuk
keputusan tanpa disadari untuk memberi bobot online. Biais et.al (2002) yang menemukan
penilaian yang berlebihan pada pengetahuan bahwa perilaku overconfidence menyebabkan
dan akurasi informasi yang dimiliki serta kecenderungan investor untuk berinvestasi pada
mengabaikan informasi publik yang tersedia. saham-saham yang tidak memberikan
Pompian (2006) mengatakan bahwa kesalahan - keuntungan (unprofitable investment).
kesalahan yang biasanya muncul sebagai akibat Daniel et.al (1998) juga menyimpulkan
adanya perilaku overconfidence dalam bahwa secara rata-rata perilaku overconfidence
kaitannya dengan investasi di pasar keuangan di pasar keuangan akan menyebabkan
adalah sebagai berikut : kerugian, namun dalam beberapa kasus tertentu
1. Overconfidence dapat menyebabkan investor investor dengan perilaku overconfidence akan
melakukan excessive trading (perdagangan /
menghasilkan return yang melebihi investor percaya bahwa herding dapat menolong mereka
rasional. untuk memperoleh informasi yang berguna dan
2.2.6 Excessive Trading Theory dapat dipercaya. Herding dapat menyebabkan
Teori mengenai excessive trading (perdagangan tindakan tidak rasional yang berkenaan pada
yang terlalu berlebihan) pertama kali harga, khususnya harga saham yang
dikemukakan oleh Odean (1998) dan Daniel dipengaruhi sentimen tertentu, yang sulit untuk
et.al (1998). Secara teori mereka mengatakan dijelaskan (Devenow dan Welch, 1996:605).
bahwa perilaku overconfidence tinggi yang Istilah 'herding' menggambarkan
ditunjukkan dengan derajat miscalibration yang kecenderungan institusi atau individu untuk
tinggi akan membawa pada kecenderungan menunjukkan kesamaan dalam perilaku mereka
investor untuk melakukan strategi trading yang dan dengan demikian bertindak seperti
agresif dan berlebihan. Pada akhirnya hal kawanan. Teori ini menunjukkan beberapa jenis
tersebut akan menyebabkan kinerja investasi perilaku herding, yang didefinisikan oleh
yang buruk (poor performance). berbagai penjelasan. Berdasarkan kategorisasi
2.2.7 Perilaku Herding umum, Bikhchandani dan Sharma (2001),
Herding adalah sebuah perilaku investor herding dibedakan antara herding yang
yang tidak rasional sebagaimana yang disengaja (Intentional Herding) dan perilaku
dijelaskan dalam teori keuangan klasik herding yang tidak disengaja (Unintentional
dikarenakan para pelaku pasar atau investor Herding).
tidak membuat keputusan dalam berinvestasi Intentional Herding
sesuai dengan dasar-dasar pemikiran dalam Perilaku herding yang disengaja
ekonomi terkait dengan investasi, namun (Intentional Herding) lebih sentimen dan
mereka bertindak berdasarkan tindakan investor melibatkan imitasi pelaku pasar lainnya,
lain apabila mereka berada pada kondisi yang sehingga menstimulasi pembelian atau
sama atau mengikuti konsensus pasar. penjualan saham yang sama terlepas dari
Akibatnya, terkadang mereka akan keyakinan sebelumnya atau informasi yang ada.
mendapatkan return yang tidak sesuai atau Jenis herding yang ini dapat menyebabkan
mereka harus menanggung risiko yang tidak harga aset gagal untuk mencerminkan informasi
seharusnya di ambil. fundamental, volatilitas eksaserbasi, dan
Menurut Devenow dan Welch (1996), destabilisasi pasar, sehingga memiliki potensi
pandangan tentang herding adalah perilaku untuk membuat, atau setidaknya memberikan
yang tidak rasional berfokus pada psikologi kontribusi, untuk gelembung dan crash di pasar
investor yang mengabaikan kepercayaan keuangan, lihat Morris dan Shin (1999) dan
mereka dan mengikuti tindakan investor lain. Persaud (2000), namun beberapa teori ekonomi
Sedangkan pandangan mengenai herding termasuk model Information Cascade (Avery
adalah tindakan yang rasional berfokus pada dan Zemsky (1998) dan Scharfstein dan Stein
informasi lingkungan. (1990)) menunjukkan bahwa bahkan herding
Chang et al. (2000) menyebutkan yang disengaja dapat bersikap rasional dari
perilaku ini sebagai suatu proses dimana pelaku perspektif pedagang.
pasar mendasarkan keputusan investasi mereka Unintentional Herding
pada tindakan kolektif saja, dan menekan Perilaku herding yang tidak disengaja
keyakinan mereka sendiri. Patterson dan (Unintentional Herding) pada dasarnya didorong
Sharma (2007:4) mencatat bahwa "herding dan muncul karena institusi yang mungkin
terjadi ketika sekelompok investor melakukan menguji faktor-faktor yang sama dan menerima
perdagangan di sisi yang sama dari pasar dalam informasi pribadi yang berkorelasi,
sekuritas yang sama selama periode waktu menyebabkan mereka untuk sampai pada
yang sama atau ketika investor mengabaikan kesimpulan yang sama tentang saham individu,
informasi pribadi mereka sendiri dan bertindak Hirshleifer, Subrahmanyam and Titman (1994).
seperti investor yang dilakukan investor lainnya". Model herding yang disengaja
Herding di pasar keuangan (Intentional Herding) biasanya menganggap
diidentifikasikan sebagai suatu kecenderungan bahwa hanya ada sedikit informasi yang dapat
perilaku investor mengikuti tindakan investor dipercaya di pasar dan pedagang tidak yakin
yang lain (Luong dan Ha, 2011:21). Pada tentang keputusan mereka dan dengan
perspektif perilaku, herding dapat menyebabkan demikian mengikuti orang banyak. Sebaliknya,
munculnya penyimpangan emosi. Investor lebih dalam kasus herding yang tidak disengaja
memilih melakukan herding saat mereka (Unintentional Herding), pedagang mengakui
informasi publik dapat diandalkan, Akibatnya, secara teori pelaku pasar yang aktif
menafsirkannya sama dan dengan demikian tidak mungkin memperoleh abnormal return
mereka semua berakhir di sisi yang sama dari (beat the market) secara terus menerus karena
pasar. Untuk kedua jenis herding tersebut, investor lain akan segera tahu aksi yang
tingkat herding terkait dengan ketidakpastian dilakukan oleh seorang investor.
atau ketersediaan informasi. Namun teori ini tidak mampu
Chang et al. (2000), memberikan empat memberikan penjelasan tentang sejumlah
alasan mengapa investor bertransaksi pada ketidakkonsistenan (anomaly) pasar modal,
arah yang sama yaitu : misal January Effect, Day of the week effects,
a) Investor mengolah informasi yang sama, returns over trading and non-trading periods,
seperti yang terjadi pada pasar emerging stock return volatility and the internet
market yang memiliki keterbatasan informasi phenomenon (termasuk kebutuhan pasar modal
mikro dan lebih fokus pada informasi makro. sebagai imbas dari kejatuhan saham-saham
b) Investor lebih memilih saham dengan ciri-ciri berbasis internet di akhir tahun 1990-an),
umum yaitu prudent, liquid atau bette-known. kejatuhan pasar modal di tahun 1929 dan 1987
c) Para manajer investasi cenderung mengikuti serta dampak dari krisis subprime mortgage di
langkah transaksi yang dilakukan manager yang tahun 2007-2008. Menyadari ketidakmampuan
lain guna menjaga reputasinya. Bikhchandani traditional finance untuk menjelaskan anomaly
dan Sharma (2001), menjelaskan bahwa dalam fenomena pasar uang dan pasar modal,
terdapat dua kategori manajer investasi yaitu maka para peneliti keuangan mulai mengkaitkan
high skilled dan low skilled. Manajer dengan low fenomena yang ada dengan aspek perilaku
skilled mengikuti arah yang diterapkan oleh (behavioral finance).
manajer high skill.
d) Para manajer investasi mengikuti valuasi harga Fuller (2000) menjelaskan tiga poin
saham dari manajer lainnya (Guiterrez dan penting dalam behavioural finance. Pertama
Kelley, 2009). Hal ini menguatkan dugaan adalah penjelasan bahwa behavioural finance
kemungkinan perilaku herding oleh investor adalah penggabungan antara ekonomi klasik
institusi cenderung terjadi karena adanya dan keuangan dengan psikologi dan ilmu
tekanan peer pressure antar sesama manajer pengambilan keputusan, dan perlu diketahui
keuangan. bahwa ilmu pengambilan keputusan juga
Bikhchandani dan Sharma (2001) juga berkembang mengikuti perkembangan zaman,
menambahkan bahwa ketika memiliki sehingga penerapan teori ekonomi klasik yang
keterbatasan informasi, investor akan mengikuti relatif bersifat baku, berbeda-beda seiring
gerakan investor lain dalam mengambil dengan perkembangan zaman. Kedua, Fuller
keputusan berinvestasi yang pada akhirnya (2000) menjelaskan bahwa behavioural finance
akan mengabaikan signal miliknya dan adalah suatu percobaan untuk menjelaskan apa
mengikuti keputusan mayoritas (perilaku penyebab beberapa anomali-anomali keuangan
herding) dan membentuk suatu information yang sudah terlihat dan dibukukan dalam literasi
cascade. Perilaku herding terjadi ketika pasar keuangan. Banyaknya studi kasus dan
tidak transparan yaitu apabila investor observasi dari kejadian sebelumnya diharapkan
menghadapi ketidakpastian sumber informasi dapat menjadi dasar pengembangan teori
publik dan menerima ketidakjelasan sinyal behavioral finance di masa depan. Diharapkan
tentang masa depan perusahaan (Kremer dan anomali-anomali keuangan tersebut dapat
Nautz, 2012). dijelaskan melalui teori-teori baru. Ketiga,
behavioral finance adalah suatu bidang studi
3. PENUTUP yang menjelaskan bagaimana investor secara
3.1 Kesimpulan sistematis membuat judgement yang salah atau
Pada keuangan traditional finance atau mental mistakes.
standard finance mengungkapkan mengenai
efficient-market hypothesis yang dikembangkan 4. DAFTAR PUSTAKA
oleh Eugene Fama (1965), beranggapan bahwa http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/1234
di pasar yang efisien harga atas suatu sekuritas 56789/39709/Chapter
yang terbentuk merupakan cermin dari semua %20I.pdf;jsessionid=2A40B1D96A57BEC57541
informasi yang tersedia dan relevan tentang 737C825D9FA4?sequence=5
sekuritas tersebut. Dengan kata lain, harga yang
terbentuk merupakan nilai wajar (fair value).
http://ueu5730.weblog.esaunggul.ac.id/2013/01/
06/perilaku-keuangan-by-behavioral-finance-
solution-eda-403/

https://indopremier.com/ipotstock/newsDetail.ph
p?
jdl=Teori_Perilaku_Keuangan&news_id=13920&
group_news=IPOTNEWS&taging_subtype=FIN
ANCIALPLANNINGEDUCATION&name=&secti
on

https://www.researchgate.net/publication/28139
4263_Perilaku_Keuangan_Dalam_Pengambilan
_Keputusan_Berinvestasi_Properti_Residential_
di_Surabaya

http://keuanganperilaku.blogspot.co.id/2012/01/
perkembangan-behavioral-finance.html

Anda mungkin juga menyukai