Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR AKTIVA, DAN

PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM


DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
(Studi Kasus Sector Consumer Goods Industry Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 - 2018)

SKRIPSI :

Oleh:
ISNAENI DESTYANAFIROH FAUZIAH
NIM : 1.4.16.002

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE ASSHOLEH
PEMALANG
2020
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR AKTIVA, DAN
PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM
DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
(Study Kasus Sector Consumer Goods Industry Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 - 2018)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan


Jenjang Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana
Program Studi Manajemen
STIE ASSHOLEH PEMALANG

SKRIPSI :

Oleh:
ISNAENI DESTYANAFIROH FAUZIAH
NIM : 1.4.16.002

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE ASSHOLEH
PEMALANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : ISNAENI DESTYANAFIROH FAUZIAH

Nomor Induk Mahasiswa : 1.4.16.002

Program Studi : Manajemen

Judul SKRIPSI : ” ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS,


STRUKTUR AKTIVA, DAN PERTUMBUHAN
PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN
STRUKTUR MODAL SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING” ( Studi Kasus Sector Consumer Goods
Industry Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 –
2018 )

Disahkan pada tanggal : ……………………………………….

Pembimbing I Pembimbing II

H. ALI IMRON, SE, M.Si SURIPTO, SE, M.Si,Ak


NIP: 19730905 200501 1 002 NIDN.0607087201

Mengetahui,
STIE ASSHOLEH PEMALANG
KETUA

H.NOOR ROSYADI,SE,MM
NIDN. 0630105901

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan perekonomian suatu negara salah satunya dapat direflesikan oleh

aktivitas pasar modal yang ada di negara tersebut. Sebagai pasar yang sedang

berkembang ( emerging market ), pergerakan harga saham di pasar modal Indonesia

berfluktuasi relatif tinggi. Secara sederhana perubahan harga saham mencerminkan

perubahan minat investor terhadap harga saham tersebut. Jika permintaan terhadap

suatu saham tinggi maka harga saham tersebut akan cenderung naik, demikian

sebaliknya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah

informasi dari luar perusahaan ( eksternal ), seperti daftar peringkat saham tren yang

sedang terjadi, dan lain – lain. Manajer perusahaaan juga dituntut untuk

memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham ( shareholder ). Untuk dapat

memenuhi tujuan perusahaan, maka diperlukan pengambilan keputusan yang tepat

dari pihak perusahaan . Salah satu keputusan yang penting bagi perusahaan yakni

keputusan mengenai struktur modal. Banyak faktor yang mempengaruhi struktur

modal secara umum diantaranya ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan,

keuntungan ( profitabilitas ), pajak, manajemen, leverage, likuiditas, non debt tax,

risiko bisnis dan lain sebagainya. Penelitian ini memfokuskan faktor – faktor seperti

profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan,dan harga saham terhadap

struktur modal.

Pada umumnya, perusahaan yang besar memiliki profitabilitas tinggi,


1
memiliki stabilitas penjualan yang bagus atau tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal

perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

periode tertentu ( Setiawan 2006 ). Profitabilitas disini diukur menggunakan ratio (


return on equity ) ROE yang dapat menggambarkan tingkat return yang dihasilkan

perusahaan bagi pemegang saham. ( Weston dan Brigham 1991) perusahaan dengan

tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil.

Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian

besar kebutuhan pendanaan perusahaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

Profitabilitas dapat digunakan sebagai penentuan kemajuan suatu perusahaan .

Ukuran perusahaan yang menggambarkan maju tidaknya suatu perusahaan

ditunjukkan pada total aktiva, jumlah penjualan, rata – rata penjualan, dan rata – rata

total aktiva (Riyanto, 2001). Dalam penggunaan utang, perusahaan yang maju lebih

banyak menggunakan utang dibandingkan dengan perusahaan berkembang. Semakin

besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga

semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang

besar pula untuk menunjang operasionalnya.

Struktur aktiva adalah komposisi aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan

(Mai 2006). Struktur aktiva juga dapat mempengaruhi perusahaan dalam menentukan

alternatif pendanaan eksternal karena dianggap memiliki tingkat risiko kebangkrutan

yang rendah dari pada perusahaan dengan risiko aktiva tetap yang rendah menurut

Wahidahwati (2002).

Prestasi baik yang dicapai perusahaan dapat dilihat di dalam laporan keuangan

yang dipublikasikan oleh perusahaan. Perusahaan berkewajiban untuk

mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini

sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan

investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham. Untuk menilai kondisi

keuangan dan prestasi perusahaan , analisis keuangan memerlukan beberapa tolak

ukur . Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan
dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interprestasi dari

macam - macam rasio dapat memberikan informasi yang lebih baik tentang kondisi

keuangan dan prestasi keuangan perusahaan bagi para analisis yang lebih ahli dan
4
berpengalaman dibandingkan pengaruh yang hanya didasarkan atas data keuangan

sendiri – sendiri yang tidak berbentuk rasio.

Keputusan pembelanjaan yang akan digunakan penentuan perimbangan

pembelanjaan yang baik, atau penentuan struktur modal yang optimal. Keputusan

pemenuhan dana mencakup berbagai perimbangan berbagai pertimbangan apakah

perusahaan akan menggunakan sumber internal maupun sumber eksternal, yang

berasal dari hutang atau obligasi, atau dengan saham baru.

Struktur modal perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri hutang

jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Weston & Coepland,

199:19). Menurut Abas Kartadinata (1999:4-5) struktur keuangan menggambarkan

susunan keseluruhan sebelah kredit neraca yang terdiri atas hutang jangka pendek,

hutang jangka panjang , modal saham dan laba ditanam kembali. Sedangkan struktur

modal adalah susunan atau perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman jangka

panjang, jadi struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan . Besar

kecilnya angka rasio struktur modal menunjukkan banyak sedikitnya jumlah pinjaman

jangka panjang daripada modal sendiri yang diinvestasikan pada aktiva tetap yang

digunakan untuk memperoleh laba operasi. Semakin besar angka rasio struktur modal

berarti semakin banyak jumlahnya.

Teori struktur modal ini sangat penting karena setiap ada perubahan struktur

modal akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan hal ini disebabkan masing

- masing jenis modal mempunyai biaya modal sendiri. Besarnya biaya modal

keseluruhan ini nantinya akan digunakan sebagai (cut of rate) pada pengambilan
keputusan investasi. Oleh karena itu kebijakan struktur modal akan mempengaruhi

keputusan investasi . Penggunaan dari masing – masing jenis modal mempunyai

pengaruh perbedaan terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Penggunaan modal

asing akan menurunkan keuntungan perusahaan sebab harus membayar bunga dan

bunga sebagai penunjang laba. Bunga sendiri juga dimanfaatkan sebagai pengurang

pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan . Sedangkan modal itu sendiri yang

komposisinya berupa pembayaran dividen diambilkan dari keuntungan setelah pajak.

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat

perkembangannya sehingga menjadi alternatif yang disukai perusahaan untuk mencari

dana. Perkembangan bursa efek disamping dilihat dengan semakin banyaknya

anggota bursa juga dapat dilihat dari perubahan harga saham yang diperdagangkan.

Perubahan harga saham dapat memberi petunjuk tentang kenaikan dan penurunan

aktivitas pasar modal serta pemodal dalam melakukan transaksi jual beli saham.

Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan

mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan diminati oleh para

investor. Berikut harga saham dari perusahaan kategori sector consumer goods

industry di Bursa Efek Indonesia :

Tabel 1
Daftar Harga Saham
Bursa Efek Indonesia Tahun 2020
No Nama Perusahaan Harga Per Index
Lembar Saham
1. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 11.200 -0,88%
2. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 10.075 -1,23%
3. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 6.225 -0,40%
4. PT. Delta Djakarta Tbk 4.750 -1,04%
5. PT. Mayora Indah Tbk 2.070 +1,47%
6. PT. Sekar Laut Tbk 1.610 +0,00%
Sumber : IDX
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa PT Multi Bintang Indonesia Tbk tentu

meningkatkan perhatian investor kepada saham – saham yang harga sahamnya tinggi
secara nominal per unit.Saham PT Multi Bintang Indonesia Tbk yang berada di Rp

11.200/lembar saham tetapi mengalami penurunan index sebeasar -0,88% dari harga

saham sebelumnya Tentu nilai nominal tersebut berat untuk investor ritel, apalagi

untuk investor pemula yang hanya punya modal deposito Rp 5 juta untuk bertransaksi

saham. Karena itu, investor ritel tentu berharap harga saham emiten yang terlampau

tinggi dapat dipecah dengan metode stock split. Stock split adalah mekanisme

pemecahan nilai saham yang membuat kepemilikan jumlah unit saham akan

bertambah sesuai dengan rasio yang ditetapkan manjaemen emiten saham. Meskipun

harga tinggi itu belum sekaligus mencerminkan murah – mahalnya valuasi saham

perusahaan, tetapi tingginya harga saham dapat mereduksi minat investor ritel kecil

untuk mencicil saham tersebut ke dalam portofolionya. Valuasi murah mahalnya

sebuah saham haruslah melihat dari kinerja perseroan sekaligus harga pasarnya.

Selain faktor tersebut di atas yang menentukan perkembangan perusahaan.

Laba yang diperoleh juga mempengaruhi kemajuan perusahaan suatu perusahaan dan

berdampak juga terhadap realitabilitas harga saham perusahaan di bursa efek

Indonesia. Karena semakin laba yang diperoleh suatu perusahaan meningkat berarti

kredibilitas perusahaan tersebut tidak diragukan lagi keberadaannya. Laba

komprehensif juga menentukan realitabilitas perusahaan, dikarenakan cara

menghitungnya laba bersih ditambah atau dikurangi pendapatan komprehensif

lainnya. Berikut data laba komprehensif perusahaan sector consumer good industry di

Bursa Efek Indonesia:

PT. Delta Djakarta merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi

minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun

1985. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam minuman sekaligus distributor

beberapa merek bir terbaik di dunia. Dibawah merek dagang Anker, Carslberg, Sun
Miguel, dan Kuda Putih. Perusahaan ini juga merupakan figure kunci dalam pasar

minuman non alkohol di Indonesia dengan mereknya Sodaku dan Soda Ice. Dari

kalimat tersebut dapat ditarik kesimpulan kemajuan perusahan PT. Delta Djakarta

sebagai berikut :

Gambar 1
Grafik Kemajuan Perusahaan
PT. Delta Djakarta
Rp400,000,000,000
Rp350,000,000,000
Rp300,000,000,000
Rp250,000,000,000 Triwulan 1
Rp200,000,000,000 Triwulan 2
Rp150,000,000,000 Triwulan 3
Rp100,000,000,000 Triwulan 4
Rp50,000,000,000
Rp-

Sumber : Data Sekunder

Dari gambar 1 di atas menunjukkan laba komprehensif perusahaan PT. Delta

Djakarta dari tahun 2017 - 2019 mengalami fluktuasi dilihat dari laba komprehensif

perusahaan triwulan ke 4 setiap tahunnya atau laba komprehensif pada triwulan

terakhir dan dapat diketahui bahwa kemajuan perusahaan terkecil pada tahun 2017

triwulan ke 1 sebesar Rp 76.948.874.000 sedangkan terbesar pada tahun 2018

triwulan ke 4 sebesar Rp 347.689.774.000.

PT. Indofood CBP Sukses Makmur didirikan pada tanggal 2 September 2009

dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 1 Oktober 2009. Perusahaan ini

bergerak di bidang makanan. Merek – merek yang dimiliki Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk, antara lain : produk mie instan, penyedap makanan, makanan ringan,

nutrisi dan makanan khusus. Dari kalimat tersebut dapat ditarik kesimpulan kemajuan

perusahan PT. Indofood CBP Sukses Makmur sebagai berikut :

Gambar 2
Grafik Kemajuan Perusahaan
PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Rp7,000,000,000
Rp6,000,000,000
Rp5,000,000,000
Triwulan 1
Rp4,000,000,000
Triwulan 2
Rp3,000,000,000
Triwulan 3
Rp2,000,000,000
Triwulan 4
Rp1,000,000,000
Rp-
2017 2018 2019 Sumber :

Data Sekunder

Dari gambar 2 di atas menunjukkan laba komprehensif perusahaan PT.

Indofood CBP Sukses Makmur dari tahun 2017 - 2019 mengalami kestabilan

peningkatan dilihat dari laba komprehensif perusahaan triwulan ke 4 setiap tahunnya

atau laba komprehensif pada triwulan terakhir dan dapat diketahui bahwa kemajuan

perusahaan terkecil pada tahun 2017 triwulan ke 1 sebesar Rp 1.244.432.000

sedangkan terbesar pada tahun 2019 triwulan ke 4 sebesar Rp 5.736.489.000

PT. Indofood Sukses Makmur didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan

nama PT. Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada

tahun 1990. Kantor pusat berlokasi di Jakarta, Indonesia. Sedangkan pabrik dan

perkebunan dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, dan Malaysia. Ruang lingkup kegiatan perusahaan ini antara

lain terdiri mendirikan dan menjalankan industry makanan olahan, bumbu penyedap,

minuman ringan, kemasan minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil

pembuatan karung terigu. Sehingga dapat disimpulkan grafik kemajuan perusahaan

PT. Indofood Sukses Makmur sebagai berikut :

Gambar 3
Grafik Kemajuan Perusahaan
PT. Indofood Sukses Makmur
Rp7,000,000,000
Rp6,000,000,000
Rp5,000,000,000
Rp4,000,000,000 Triwulan 1
Triwulan 2
Rp3,000,000,000 Triwulan 3
Rp2,000,000,000 Triwulan 4

Rp1,000,000,000
Rp-
2017 2018 2019
Sumber : Data Sekunder

Dari gambar 3 di atas menunjukkan laba komprehensif perusahaan PT.

Indofood Sukses Makmur dari tahun 2017 - 2019 mengalami kestabilan peningkatan

dilihat dari laba komprehensif perusahaan triwulan ke 4 setiap tahunnya atau laba

komprehensif pada triwulan terakhir dan dapat diketahui bahwa kemajuan perusahaan

terkecil pada tahun 2018 triwulan ke 1 sebesar Rp 1.618.172.000 sedangkan terbesar

pada tahun 2019 triwulan ke 4 sebesar Rp 6.588.662.000.

PT. Mayora Indah merupakan kelompok bisnis yang memproduksi makanan

terkemuka di Indonesia. Mayora Indah telah berkembang menjadi salah satu

perussahaan Fast Moving Consumer Goods Industry yang telah diakui keberadaannya

secara global. Terbukti bahwa Mayora Indah telah menghasilkan berbagai produk

berkualitas yang saat ini menjadi merek – merek terkenal di dunia, seperti Kopiko,

Danisa, Astor, Energen, Torabika, dan lain – lain. Perusahaan ini pertama kali

didirikan sejak 17 Februari 1977 sebagi sebuah industri biskuit rumah sederhana yang

hingga sekarang mampu berkembang dengan pesat menjadi salah satu kelompok

usaha yang terintegrasi di Indonesia. Berikut grafik kemajuan perusahaan PT. Mayora

Indah :

Gambar 4
Grafik Kemajuan Perusahaan
PT. Mayora Indah
Rp2,500,000,000,000
Rp2,000,000,000,000
Rp1,500,000,000,000 Triwulan 1
Triwulan 2
Rp1,000,000,000,000 Triwulan 3
Rp500,000,000,000 Triwulan 4
Rp-
2017 2018 2019

Sumber : Data Sekunder

Dari gambar 4 di atas menunjukkan laba komprehensif perusahaan PT.

Mayora Indah dari tahun 2017 - 2019 mengalami kestabilan peningkatan dilihat dari

laba komprehensif perusahaan triwulan ke 4 setiap tahunnya atau laba komprehensif

pada triwulan terakhir dan dapat diketahui bahwa kemajuan perusahaan terkecil pada

tahun 2017 triwulan ke 1 sebesar Rp 367.326.074.664 sedangkan terbesar pada tahun

2018 triwulan ke 4 sebesar Rp 2.020.050.505.649.

PT. Multi Bintang Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dalam bidang industri minuman keras di Indonesia. Perusahaan ini pertama kali

didirikan dengan nama NV Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen pada tanggal 3

Juni 1929 di Medan, Sumatera Utara. Berikut data kemajuan perusahaan :

Gambar 5
Grafik Kemajuan Perusahaan
PT. Multi Bintang Indonesia

Rp1,400,000,000,000
Rp1,200,000,000,000
Rp1,000,000,000,000
Rp800,000,000,000 Triwulan 1
Triwulan 2
Rp600,000,000,000 Triwulan 3
Rp400,000,000,000 Triwulan 4
Rp200,000,000,000
Rp-
2017 2018 2019
Sumber : Data Sekunder

Dari gambar 5 di atas menunjukkan laba komprehensif perusahaan PT. Multi

Bintang Indonesia dari tahun 2017 - 2019 mengalami penurunan dilihat dari laba
komprehensif perusahaan triwulan ke 4 setiap tahunnya atau laba komprehensif pada

triwulan terakhir dan dapat diketahui bahwa kemajuan perusahaan terkecil pada tahun

2018 triwulan ke 1 sebesar Rp 212.529.000.000 sedangkan terbesar pada tahun 2017

triwulan ke 4 sebesar Rp 1.320.897.000.000.

PT. Sekar Laut merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri,

pertanian, perdagangan dan pembangunan, khususnya dalam industry di sektor

manufaktur, untuk sub sektor makanan dan minuman. Produk – produk yang

dihasilkan adalah : kerupuk, saos, sambal, bumbu masak, dan roti. Perusahaan

memulai industri rumah tangga di bidang perdagangan dan produk kelautan sejak

tahun 1966, di Kota Sidoarjo, Jawa Timur. Kemudian, usaha berkembang menjadi

pabrik kerupuk udang. Hal inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya PT. Sekar Laut

Tbk. Berikut ini grafik kemajuan PT. Sekar Laut :

Gambar 6
Grafik Kemajuan Perusahaan
PT. Sekar Laut

Rp50,000,000,000
Rp45,000,000,000
Rp40,000,000,000
Rp35,000,000,000
Rp30,000,000,000 Triwulan 1
Rp25,000,000,000 Triwulan 2
Rp20,000,000,000 Triwulan 3
Rp15,000,000,000 Triwulan 4
Rp10,000,000,000
Rp5,000,000,000
Rp-
2017 2018 2019
Sumber :

Data Sekunder

Dari gambar 6 di atas menunjukkan laba komprehensif perusahaan PT. Sekar

Laut dari tahun 2017 - 2019 mengalami kestabilan peningkatan yang sangat signifikan

dilihat dari laba komprehensif perusahaan triwulan ke 4 setiap tahunnya atau laba

komprehensif pada triwulan terakhir dan dapat diketahui bahwa kemajuan perusahaan
terkecil pada tahun 2017 triwulan ke 1 sebesar Rp 3.145.893.664 sedangkan terbesar

pada tahun 2019 triwulan ke 4 sebesar Rp 46.740.939.016.

Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang mempunyai struktur aktiva yang

baik maka kemampuan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba semakin tinggi

yang dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan pada perusahaan tersebut dan tingkat

kesehatan perusahaan menggunakan rasio profitabilitas yang dapat diukur dengan

Return On Equity (ROE). Perusahaan dengan penjualan dan profitabilitas yang relatif

stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban

yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualan dan

profitabilitasnya tidak stabil. Sehingga dengan banyaknya sumber modal maka

semakin tinggi struktur modalnya dan membuat perusahaan tersebut semakin maju,

dikarenakan kemajuan perusahaan berdampak pada kenaikan harga saham perusahaan

tersebut.

Dari beberapa penelitian empiris, ditemukan inkonsistensi hasil penelitian

yaitu Nunky Rizka Mahapsari dan Abdullah Taman (2013), menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Terdapat pengaruh positif

struktur aktiva terhadap struktur modal. Terdapat pengaruh positif pertumbuhan

penjualan terhadap struktur modal. Hubungan profitabilitas, struktur aktiva,

pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara simultan menunjukkan hasil

yang signifikan. Dan hasil yang sama juga di dapat pada hubungan profitabilitas,

struktur aktiva, pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara parsial

menunjukkan hasil yang signifikan. Begitu juga dengan hasil hubungan profitabilitas,

struktur aktiva, dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara simultan

melalui struktur modal.menunjukkan hasil yang signifikan.


Berdasarkan gap riset tersebut ( research gap ) sehingga peneliti ingin

meneliti lebih lanjut dan penelitian ini akan mengangkat fenomena permasalahan

yang terjadi pada sector consumer goods industry Bursa Efek Indonesia. Baik dari

profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, harga saham dan struktur

modal.

Berdasarkan fenomena permasalahan dan research gap yang telah diuraikan

di atas, maka penelitian ini mengambil judul “ Profitabilitas, Struktur Aktiva, Dan

Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham Dengan Struktur Modal

Sebagai Variabel Intervening Consumer Goods Industry Yang Terdaftar di BEI

2016 – 2018”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dikemukakan rumusan masalah

sebagai berikut :

a. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel profitabilitas terhadap

struktur modal Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI

periode 2016 – 2018 ?

b. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel struktur aktiva terhadap

struktur modal Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI

periode 2016 – 2018 ?

c. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel pertumbuhan penjualan

terhadap struktur modal Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di

BEI periode 2016 – 2018 ?

d. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel profitabilitas struktur

aktiva, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal secara simultan


Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2016 –

2018 ?

e. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel profitabilitas, struktur

aktiva, dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara parsial

Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2016 –

2018 ?

f. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel profitabilitas, struktur

aktiva, dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara simultan melalui

struktur modal Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI

periode 2016 – 2018 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

a. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh profitabilitas terhadap struktur

modal Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2016 –

2018.

b. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh struktur aktiva terhadap struktur

modal Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2016 –

2018.
c. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap

struktur modal Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI

periode 2016 – 2018.

d. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, dan

pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal secara simultan Perusahaan

Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018.

e. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh profitabilitas, struktur aktiva,

pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara parsial Perusahaan

Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018.

f. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, dan

pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara simultan melalui struktur

modal Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2016

– 2018

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut

1. Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan mampu memperjelas hasil penelitian sebelumnya

dan dapat memberikan wawasan dan pandangan lebih jauh mengenai

profitabilitas, struktur aktiva dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham

serta dapat menadi referensi tambahan dalam bidang keuangan untuk penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis / Peneliti


Bagi peneliti dapat menerapkan teori – teori yang telah dipelajari saat dalam

perkuliahan. Peneliti dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas setelah

melakukan penelitian terutama mengenai profitabilitas, struktur aktiva,

pertumbuhan penjualan, harga saham, dan struktur modal Perusahaan

Consumer Goods yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018.

b. Bagi STIE Assholeh Pemalang

Sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang

manajemen keuangan, dan ilmu manajemen suatu perusahan yang dapat

dijadikan sebagai bahan wacana dan pustaka bagi mahasiswa atau pihak lain

yang memiliki ketertarikan meneliti tentang Pengaruh Profitabilitas, Struktur

Aktiva, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham dengan Struktur

Modal sebagai Variabel Intervening serta dapat pula dijadikan penelitian lebih

lanjut untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih sempurna.

c. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, sumbangan

pemikiran bagi perusahaan sector consumer goods tentang pengembangan

modal saham. Selain itu juga menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan – kebijakan di

bidang keuangan di masa depan khususnya dalam menerapkan cara – cara

untuk meningkatkan profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan,

harga saham, dan struktur modal sehingga mendukung pencapaian perusahaan.


BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dapat memberikan kontribusi dalam

penelitian ini, yaitu peneliti dapat mengetahui hal - hal apa saja yang dapat

mempengaruhi dalam variabel suatu penelitian serta dapat membantu peneliti menarik

suatu kesimpulan atas pemecahan masalah yang ada. Penelitian – penelitian tersebut

dapat menambah wawasan dan informasi bagi peneliti dalam bidang ilmu

pengetahuan yang dikaji. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang relevan sebagai

pedoman dalam penelitian disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2
Penelitian Terdahulu

No Peneliti / Judul Variabel Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian


Penelitian
1. Pengaruh - Profitabilitas (X1) - Uji Analisis - Tidak terdapat
Profitabilitas, - Struktur Aktiva deskriptif pengaruh
Struktur Aktiva, (X2) - Uji Normalitas positif
dan Pertumbuhan - Pertumbuhan - Uji Profitabilitas
Penjualan terhadap Penjualan (X3) Multikolinearitas terhadap
Harga Saham - Harga Saham (Y) - Uji Autokorelasi Struktur
dengan Struktur - Struktur Modal (Z) - Uji Modal
Modal sebagai Heteroskedastisitas - Tidak terdapat
Variabel Data pengaruh
Intervening (Studi - Uji Hipotesis negatif
19 10
kasus pada Struktur
perusahaan Aktiva
manufaktur di BEI terhadap
Periode 2009 - Struktur
2011) Nunky Rizka Modal
Mahapsari dan - Terdapat
Abdullah Taman pengaruh
(Jurnal Fakultas positif
Ekonomi Pertumbuhan
Univesitas Negeri Penjualan
Yogyakarta) 2013 terhadap
Struktur
Modal
- Tidak terdapat
pengaruh
negatif
Profitabilitas,
Struktur
Aktiva, dan
Pertumbuhan
Penjualan
terhadap
Struktur
Modal
- Terdapat
pengaruh
positif
Profitabilitas
terhadap
Harga Saham.
Tidak terdapat
pengaruh
positif
Struktur
Aktiva
terhadap
Harga Saham.
Tidak terdapat
pengaruh
negatif
Pertumbuhan
Penjualan
terhadap
Harga Saham.
Terdapat
pengaruh
negatif
Struktur
Modal
terhadap
Harga Saham
- Terdapat
Pengaruh
positif
Profitabilitas,
Struktur
Aktiva, dan
Pertumbuhan
Penjualan
terhadap
Harga Saham
melalui
Struktur
Modal
2. Pengaruh Struktur - Struktur Aktiva - Uji - Variabel
Aktiva, (X1) Multikolinearitas struktur aktiva
Profitabilitas, dan - Profitabilitas (X2) - Uji Autokorelasi berpengaruh
Pertumbuhan - Pertumbuhan - Uji signifikan
Penjualan Penjualan (X3) Heteroskedastisitas terhadap
Terhadap Struktur - Struktur Modal (Y) - Uji Normalitas struktur modal
Modal (Studi - Uji Analisis linear - Variabel
Kasus di PT. berganda profitabilitas
Semen Gresik, - Uji F berpengaruh
Tbk) Erna Julita - Uji T signifikan
( Jurnal Politeknik terhadap
Cahaya Surya struktur modal
Kediri ) dan - Variabel
Wibowo Andoko pertumbuhan
(Jurnal Universitas penjualan
Pawyatan Daha berpengaruh
Kediri ) 2013 signifikan
terhadap
struktur modal
3. Pengaruh - Profitabilitas (X1) - Uji F - Variabel
Profitabilitas, - Pertumbuhan - Uji T Profitabilitas,
Pertumbuhan Penjualan (X2) - Uji Asumsi Klasik Pertumbuhan
Penjualan, Struktur - Struktur Aktiva - Uji Regresi Linear Penjualan,
Aktiva dan Ukuran (X3) Berganda Struktur
Perusahaan - Ukuran Perusahaan Aktiva, dan
terhadap Struktur (X4) Ukuran
Modal (Studi - Struktur Modal (Y) Perusahaan
Kasus pada terbukti
Perusahaan berpengaruh
Property and Real secara
Estate yang bersama –
terdaftar di BEI sama atau
tahun 2011 – 2013) secara
Andreas Naibaho, simultan
Topowijono, dan terhadap
Devi Farah Azizah Struktur
(Jurnal Fakultas Modal
Ilmu Administrasi - Variabel
Universitas Profitabilitas
Brawijaya Malang) dan Ukuran
2015 Perusahaan
terbukti tidak
berpengaruh
secara
signifikan,
tetapi variabel
Pertumbuhan
Penjualan dan
Struktur
Aktiva
berpengaruh
signifikan
terhadap
Struktur
Modal.
4. Pengaruh - Pertumbuhan - Uji Normalitas - Pertumbuhan
Pertumbuhan Penjualan (X1) - Uji Penjualan
Penjualan, Struktur - Struktur Aktiva Multikolinearitas berpengaruh
Aktiva, Dan (X2) - Uji positif dan
Pertumbuhan - Pertumbuhan Heteroskedatisitas signifikan
Aktiva Terhadap Aktiva (X3) - Uji Autokorelasi terhadap
Struktur Modal - Struktur Modal (Y) - Uji Analisis Struktur
(Studi Kasus Regresi Linear Modal
Restaurant Pawitra Berganda - Struktur
Sari di Ubud - Uji T Aktiva
Periode 2011 – berpengaruh
2014), Ni Made positif dan
Novione Purnama signifikan
Dewi Suweta dan terhadap
Made Rusmala struktur modal
Dewi (Jurnal - Pertumbuhan
Fakultas Ekonomi aktiva
dan Bisnis berpangaruh
Universitas positif dan
Udayana, Bali) tidak
2016 signifikan
terhadap
struktur modal

5. Pengaruh Struktur - Struktur Aktiva - Uji Statistik - Secara Parsial


Aktiva, (X1) Deskriptif Struktur
Profitabilitas, dan - Profitabilitas (X2) - Uji Chow Aktiva
Pertumbuhan - Pertumbuhan - Uji Hausman berpengaruh
Penjualan Penjualan (X3) - Uji Regresi Data negatif
Terhadap Struktur - Struktur Modal (Y) Panel terhadap
Modal (Studi pada - Uji F Struktur
Perusahaan - Uji T Modal
Telekomunikasi - Uji Koefisien - Profitabilitas
yang terdaftar di Determinasi yaitu ROA
BEI Tahun 2011- tidak
2015) Mohamad berpengaruh
Rizky, Khairunnisa secara parsial
S.E, M.M, dan terhadap
Annisa Nurbaiti Struktur
S.E, M.Si (Jurnal Modal.
Prodi S1 - Secara parsial
Akuntansi, Pertumbuhan
Fakultas Ekonomi Penjualan
dan Bisnis, tidak
Universitas berpengaruh
Telkom) 2016 terhadap
Struktur
Modal
6. Pengaruh - Profitabilitas (X1) - Uji Statistik - Profitabilitas
Profitabilitas, - Struktur Aset (X2) Deskriptif berpengaruh
Struktur Aset, - Pertumbuhan - Uji Normalitas negatif
Pertumbuhan Penjualan (X3) - Uji Asumsi Klasik terhadap
Penjualan, dan - Ukuran Perusahaan - Uji Struktur
Ukuran Perusahaan (X4) Multikolinearitas Modal, artinya
Terhadap Struktur - Struktur Modal (Y) - Uji Autokorelasi semakin tinggi
Modal (Studi - Uji Profitabilitas
Kasus Perusahaan Heteroskedastisitas maka Struktur
Manufaktur di BEI - Uji Koefisien Modal akan
Periode 2012- Determinasi semakin
2014) Andi Kartika - Uji F berkurang.
(Jurnal - Uji T - Struktur
UNISBANK) 2016 Aktiva tidak
berpengaruh
terhadap
Struktur
Modal
- Pertumbuhan
Penjualan
tidak
berpengaruh
terhadap
Struktur
Modal
- Ukuran
Perusahaaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Struktur
Modal, artinya
semakin tinggi
Ukuran
Perusahaan
maka akan
meningkatkan
Struktur
Modal.
7. Pengaruh - Profitabilitas (X1) - Uji Analisis - Profitabilitas
Profitabilitas, - Struktur Aktiva Statistik Deskriptif berpengaruh
Struktur Aktiva dan (X2) - Uji Normalitas negatif dan
Ukuran Perusahaan - Ukuran Perusahaan - Uji Linearitas tidak
Terhadap Struktur (X3) - Uji signifikan
Modal ( Studi - Struktur Modal (Y) Multikolinearitas terhadap
Kasus Perusahaan - Uji Struktur
Manufaktur yang Heteroskedastisitas Modal
terdatar di BEI - Uji Koefisien - Struktur
periode 2009 – Determinasi Aktiva
2012) Yurian Ajie - Uji F berpengaruh
Suryaman (Jurnal - Uji T positif dan
Prodi Akuntansi signifikan
Universitas Negeri terhadap
Yogyakarta) 2016 Struktur
Modal
- Ukuran
Perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Struktur
Modal

B. Manfaaat Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, maka manfaat yang dapat diambil yaitu

dapat memberikan kontribusi bagi peneliti dalam penyusunan skripsi yaitu peneliti

dapat mengetahui hal apa saja yang dapat mempengaruhi variabel suatu penelitian

serta dapat membantu peneliti menarik kesimpulan atas pemecahan masalah yang ada.

Penelitin – penelitian tersebut dapat memperluas wawasan serta menambah informasi

peneliti.
Adapun persamaan dan perbedaan dari penelitian yang diteliti denan peniliti

terdahulu adalah :

a. Persamaan

Variabel yang digunakan peneliti memiliki persamaan dengan peneliti

terdahulu pada Nunky Rizka Mahapsari (2013), Erna Julita dan Wibowo Andoko

(2013), Andreas Naibaho, Topowijono, dan Devi Farah Azizah (2015), Mohamad

Rizky, Khairunnisa S.E,M.M, Annisa Nurbaiti S.E, M.Si (2016), Andi Kartika

(2016), Yurian Ajie Suryaman (2016) yaitu pada variabel profitabilitas. Pada

penelitian Nunky Rizka Mahapsari (2013), Erna Julita dan Wibowo Andoko

(2013), Andreas Naibaho, Topowijono, dan Devi Farah Azizah (2015), Ni Made

Novione Purnama Dewi Suweta dan Made Rusmala Dewi (2016), Mohamad

Rizky, Khairunnisa S.E,M.M, Annisa Nurbaiti S.E, M.Si (2016), Yurian Ajie

Suryaman (2016) yaitu pada variabel struktur aktiva. Pada penelitian Nunky Rizka

Mahapsari (2013), Erna Julita dan Wibowo Andoko (2013), Andreas Naibaho,

Topowijono, dan Devi Farah Azizah (2015), Ni Made Novione Purnama Dewi

Suweta dan Made Rusmala Dewi (2016), Mohamad Rizky, Khairunnisa S.E,M.M,

Annisa Nurbaiti S.E, M.Si (2016), Andi Kartika (2016) yaitu pada variabel

pertumbuhan penjualan. Pada Penelitian Nunky Rizka Mahapsari (2013) yaitu

pada variabel harga saham. Pada penelitian Nunky Rizka Mahapsari (2013), Erna

Julita dan Wibowo Andoko (2013), Andreas Naibaho, Topowijono, dan Devi

Farah Azizah (2015), Ni Made Novione Purnama Dewi Suweta dan Made

Rusmala Dewi (2016), Mohamad Rizky, Khairunnisa S.E,M.M, Annisa Nurbaiti

S.E, M.Si (2016), Andi Kartika (2016), Yurian Ajie Suryaman (2016) yaitu pada

variabel struktur modal. Terdapat persamaan penggunaan alat analisis yaitu

analisis statistik yang berupa Uji Asumsi Klasik, Uji Regresi Linear Berganda dan
Uji Hipotesis. Selain itu, terdapat persamaan penggunaan alat uji yaitu Uji

Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, Uji

Regresi Linear Berganda, Uji t Parsial, Uji F, dan Uji Koefisien Determinasi (R 2).

Dan ada persamaan alat uji variabel intervening dalam penelitian ini

menggunakan Uji Regresi Linear Berganda.

b. Perbedaan

Perbedaan yang terlihat antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan adalah terdapat beberapa variabel yang berbeda yaitu variabel ukuran

perusahaan pada penelitian yang dilakukan oleh Andreas Naibaho, Topowijono,

dan Devi Farah Azizah (2015), Andi Kartika (2016), Yurian Ajie Suryaman

(2016). Variabel struktur aset pada penelitian yang dilakukan oleh Andi Kartika

(2016). Perbedaan objek penelitian berlaku pada penelitian terdahulu oleh Erna

Julita dan Wibowo Andoko, 2013 (Studi Kasus di PT. Semen Gresik,Tbk), Ni

Made Novione Purnama Dewi Suweta dan Made Rusmala Dewi 2016 (Studi

Kasus Restaurant Pawitra Sari di Ubud). Selain itu, terdapat perbedaan alat uji

yaitu Uji Chow ,Uji Hausman, dan Uji Regresi Data Panel.

C. Telaah Pustaka

1. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

Harga saham merupakan harga penutupan pasar saham selama periode

pengamatan untuk tiap-tiap jenis saham yang dijadikan sampel dan

pergerakannya senantiasa diamati oleh para investor.

Salah satu konsep dasar dalam manajemen keuangan adalah bahwa

tujuan yang ingin dicapai manajemen keuangan adalah memaksimalisasi nilai


perusahaan. Bagi perusahaan yang telah go public, tujuan tersebut dapat

dicapai dengan cara memaksimalisasi nilai pasar harga sahamyang

bersangkutan. Dengan demikian pengambilan keputusan selalu didasarkan

pada pertimbangan terhadap maksimalisasi kekayaan para pemegang saham.

Sartono (2008:70) menyatakan bahwa “Harga saham terbentuk melalui

mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Apabila suatu saham

mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham cenderung naik.

Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran maka harga saham cenderung

turun”.

Menurut Jogiyanto (2008:167) pengertian dari harga saham adalah

“Harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang

ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran

saham yang bersangutan di pasar modal”.

Menurut Brigham dan Houston (2010:7) harga saham adalah “Harga

saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi kekayaan

pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham

perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus

kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “rata rata” jika

investor membeli saham”.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk sesuai permintaan dan

penawaran dipasar jual beli saham dan biasanya merupakan harga penutupan.

b. Jenis – Jenis Harga Saham

Adapun jenis – jenis harga saham menurut Widiatmojo (2005 : 54)

adalah sebagai berikut :


1) Harga Nominal

Harga yang tecantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh

emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya

harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal

biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2) Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat

dibursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh

penjamin emisi (underwrite) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui

berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya

untuk menentukan harga perdana.

3) Harga Pasar

Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi

kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang

satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut

dicatat dibursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari

penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan

harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya,

karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi

harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari

diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

4) Harga pembukaan

Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau

pembeli pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat dimulainya

hari bursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan harga sesuai
dengan yang diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam keadaan demikian,

harga pembukuan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya harga

pasar mungkin juga akan menjadi harga pembukaan. Namun tidak selalu

terjadi.

5) Harga Penutupan

Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau

pembeli pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja

terjadi pada saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu

saham, karena ada kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kalau ini yang

terjadi maka harga penutupan itu telah menjadi harga pasar. Namun

demikian, harga ini tetap menjadi harga penutupan pada hari bursa

tersebut.

6) Harga Tertinggi

Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang

terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu saham

lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.

7) Harga Terendah

Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah yang

terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi

atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama. Dengan

kata lain, harga terendah merupakan lawan dari harga tertinggi.

8) Harga Rata-Rata

Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan

terendah.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga

saham di pasar modal, hal ini terjadi karena harga saham dapat mempengaruhi

oleh faktor eksternal dari perusahaan maupun faktor internal perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston (2010:33) harga saham dipengaruhi oleh

beberapa faktor utama yaitu:

1) Faktor internal

a) Pengumuman tentang pemasaran produksi penjualan seperti

pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk

baru, laporan produksi, laporan keamanan, dan laporan penjualan.

b) Pengumuman pendanaan, seperti pengumuman yang berhubungan

dengan ekuitas dan hutang.

c) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of

director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur,

manajemen dan struktur organisasi.

d) Pengumuman pengambilalihan diverifikasi seperti laporan merger

investasi, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan

diakuisisi, laporan investasi dan lainnya.

e) Pengumuman investasi seperti melakukan ekspansi pabrik

pengembangan riset dan penutupan usah lainnya.

f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti

negosiasi baru, kotrak baru, pemogokan dan lainnya.

g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalaba

sebelum akhir tahun viscal dan setelah akhir tahun vicscal earning per
share (EPS), dividen per share (DPS), Price Earning Ratio, Net profit

margin, return on assets (ROA) dan lain-lain.

2) Faktor eksternal

a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan

dan deposito kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan

regulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b) Pengumuman hukum seperti tuntutan terhadap perusahaan atau

terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

c) Pengumuman industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan

insider trading, volume atau harga saham perdagangan pembatasan

atau penundaan trading.

2. Struktur Modal

a. Pengertian Struktur Modal

Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal

asing dengan modal sendiri. Modal asing dalam hal ini adalah utang jangka

panjang maupun jangka pendek. Sedangkan modal sendiri terbagi atas laba

ditahan dan penyertaan kepemilikan perusahaan.

Menurut Halim (2007:78), Struktur modal adalah perimbangan jumlah

hutang jangka pendek yang bersifat tetap, hutang jangka panjang, saham

preferen dan saham biasa. Dalam teori struktur modal dinyatakan mengenai

apakah perubahan struktur modal berpengaruh atau tidak terhadap nilai

perusahaan, dengan asumsi keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak

berubah. Apabila ada pengaruhnya, berarti struktur modal yang terbaik, tetapi

jika tidak ada pengaruhnya, berarti tidak ada struktur modal yang terbaik.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang

mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga

memaksimumkan harga saham. Untuk itu, dalam penetapan struktur modal

suatu perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang

memengaruhinya.

Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan karena

baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi

finansial perusahaan, terutama dengan adanya utang yang sangat besar akan

memberikan beban kepada perusahaan.

b. Komponen Struktur Modal

Menurut Riyanto (2008:227) komponen struktur modal tersusun atas

modal asing dan modal sendiri, berikut ini penjelasan selengkapnya.

1) Modal Asing

Modal asing atau utang merupakan modal yang asalnya dari luar

perusahaan yang bersifat sementara bekerja pada perusahaan dan untuk

perusahaan yang terkait modal tersebut adalah hutang yang hingga waktu

yang harus dibayar kembali.

Pada saat pengambilan keputusan akan pemakaian utang ini harus

dipertimbangkan besarnya biaya tetap yang timbul dari utang dalam

bentuk bunga yang akan menyebabkan semakin tingginya leverage

keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian untuk para

pemegang saham biasa. Modal asing atau utang bisa dibedakan menjadi

tiga jenis yakni berikut ini:

a) Utang Jangka Pendek (Short-term Debt)


Utang jangka pendek merupakan modal asing yang

pengembalian waktunya paling lama adalah satu tahun. Beberapa

besar utang jangka pendek terdiri atas kredit perdagangan yakni kredit

yang dibutuhkan untuk bisa terselengaranya perusahaan.

b) Utang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt)

Utang jangka menengah adalah utang yang jangka

pengembalian waktunya lebih dari satu tahun atau kurang dari 10

tahun. Utang jangka menengah dibagi menjadi dua yakni Term Loan

dan Leasing Term Loan adalah kredit usaha dengan umur lebihd ari

satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Leasing adalah suatu alat atau

cara untuk memperoleh servis dari sebuah aktiva tetap yang pada

dasarnya merupakan sama seperti halnya jika kita melakukan

penjualan obligasi untuk memperoleh servis dan hak milik atas aktiva

tersebut, yang membedakan pada leasing tidak diikuti dengan hak

milik.

c) Utang Jangka Panjang (Long-term Debt)

Utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktu

pengembaliannya adalah panjang, biasanya lebih dari 10 tahun.

Bentuk utang jangka panjang diantaranya pinjaman obligasi dan

pinjamam hipotek. Pinjaman obligasi adalah pinjaman dalam jangka

waktu yang panjang, untuk debitur menerbitkan surat pengakuan utang

yang memiliki nominal tertentu.Pinjaman hipotek adlaah pinjaman

jangka panjang yang mana pemberi uang (kreditor) diberikan hak

hipotek di sebuah barang tidak bergerak, supaya jika pihak debitur


tidak memenuhi kewajibannya, barang tersebut bisa dijual dan dari

hasil penjualan itu bisa dipakai untuk menutup tagihannya.

2) Modal Sendiri

Modal sendiri atau ekuitas adalah modal yang asalnya dari pemilik

perusahana dan ditanam dalam perusahaann dalam jangka waktu yang

tidak menentu lamanya. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam

perusahaan untuk jangka waktu yang tidak mempunyai batas, sedangkan

modal pinjaman mempunyai jatuh tempo. Dalam suatu perusahaan modal

sendiri bisa dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain:

a) Modal Saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam

suatu PT. Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil

penjualan sahamnya “akan tetap tertanam” di dalam perusahaan

tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu

bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu

pemegang saham dapat menjual sahamnya. Adapun jenis-jenis dari

modal saham adalah saham biasa (common stock), saham preferen

(preferred stock), dan saham kumulatif preferen (cummulative

preferred stock).

b) Cadangan

Cadangan di sini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk

dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa

waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan (reserve that are

surplus). Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal

sendiri. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri ialah antara lain:
1) Cadangan ekspansi

2) Cadangan modal kerja

3) Cadangan selisih kurs

4) Cadangan yang menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang

tidak diduga sebelumnya (cadangan umum).

Adapun cadangan yang tidak termasuk dalam modal sendiri antara

lain ialah cadangan depresiasi, cadangan piutang ragu-ragu, dan

cadangan yang bersifat utang (cadangan untuk pensiun pegawai,

cadangan untuk membayar pajak). Untuk cadangan depresiasi,

sekarang banyak digunakan istilah “akumulasi depresiasi”

(accumulated depreciation).

Di dalam PT sering pula terdapat apa yang disebut “cadangan

rahasia” dan “cadangan diam”. Cadangan rahasia adalah cadangan

yang besar jumlahnya tidak nampak dalam neraca dan besar jumlahnya

tidak mudah diketahui. Cadangan diam pada prinsipnya tidak berbeda

dengan cadangan rahasia, yaitu yang besar jumlahnya tidak nampak

atau tidak tercantum dalam neraca, tetapi dapat diduga adanya nilai

cadangan di dalam perusahaan.

Cadangan rahasia dan diam pada prinsipnya dapat dibentuk dengan


cara:

1) Mengadakan penilaian yang lebih rendah pos-pos aktiva daripada


nilai yang sebenarnya.
2) Mengadakan penilaian yang lebih tinggi pos-pos utang daripada

nilai yang sebenarnya.

Adanya cadangan rahasia tersebut adalah terutama dalam

hubungannya dengan soal pembayaran dividen. Pemegang saham pada


umumnya menghendaki agar seluruh atau sebagian besar dari

keuntungan yang diperoleh perusahaan hendaknya dibagikan sebagai

dividen. Tetapi di lain pihak pimpinan perusahaan (direksi)

menghendaki agar supaya perusahaan yang dipimpinnya dapat terus

berkembang.

Untuk keperluan perkembangan atau perluasan perusahaan

diperlukan adanya cadangan, dan cadangan hanya dapat dibentuk dari

laba yang diperolehnya. Apabila semua keuntungan dibayarkan sebagai

dividen maka perusahaan tidak dapat membentuk cadangan. Oleh

karena itu agar supaya perusahaan dapat membentuk cadangan yang

tidak diketahui oleh pemegang saham atau pihak luar ialah dengan cara

membentuk cadangan rahasia.

c) Laba Ditahan

Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat

sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh

perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan

tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan di

atas. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai

penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut

merupakan “keuntungan yang ditahan” (retained earning).

Di dalam neraca sering “cadangan” dan “laba ditahan”

dijadikan satu dalam pos “retained earning” atau pos sisa-sisa laba,

misalnya sisa-sisa laba tahun 1966, 1967, 1968. Adapun keuntungan

akan memperbesar “retained earning” yang ini berarti akan

memperbesar modal sendiri. Sebaliknya adanya kerugian yang diderita


akan memperkecil “retained earning” yang ini berarti akan

memperkecil modal sendiri. Dengan kata lain dapatlah dikatakan

bahwa adanya saldo laba akan memperbesar modal sendiri dan adanya

saldo kerugian akan memperkecil modal sendiri. Dengan demikian

jelaslah bahwa “saldo laba” dan “saldo rugi” merupakan elemen

daripada modal sendiri.

c. Teori Struktur Modal

1) Teori Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal

mempunyai pengaruh nilai perusahaan, dimana struktur modal bisa berubah

- ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

2) Teori Pendekatan Modigliani dan Miller

a) Teori MM tanpa pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani

dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal

tidak relevan atau tidak memengaruhi nilai perusahaan. MM

mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka

(Brigham dan Houston, 2001, p.31) yaitu:

- Tidak terdapat agency cost

- Tidak ada pajak

- Investor dapat berutang dengan tingkat suku bunga yang sama

dengan perusahaan

- Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen

mengenai prospek perusahaan di masa depan

- Tidak ada biaya kebangkrutan


- Earning Before Interest and Taxes ( EBIT ) tidak dipengaruhi oleh

penggunaan dari hutang

- Para investor adalah price – takers

- Jika terjadi kebangkrutan maka asset dapat dijual pada harga pasar (

market value ).

b) Teori MM dengan pajak

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM

memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada

pemerintah yang berarti merupakan aliran kas keluar. Utang bisa

digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai

pengurang pajak.

3) Teori Trade off dalam Struktural Modal

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001),

“Perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, di mana

penghematan pajak (tax shields) dari tambahan utang sama dengan biaya

kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81).

Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya

kebangkrutan (bankruptcy costs) atau re-organization, dan biaya keagenan

(agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu

perusahaan.

Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal

memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency

costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap

mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai

imbangan dan manfaat penggunaan utang. Tingkat utang yang optimal


tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang

maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress).

Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir

dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan

keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan

tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya

dengan cara meningkatkan rasio utangnya, sehingga tambahan utang

tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer

keuangan yang berpikir demikian.

Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur

modal perusahaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan

bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi

cenderung rasio utangnya rendah. Hal ini berlawanan dengan pendapat

trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif

antara tingkat profitabilitas dan rasio utang.

4) Teori Pecking Order

Teori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan yang

mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat

utang yang lebih kecil. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-

urutan preferensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam teori

pecking order adalah sebagai berikut:

a) Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal

tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan

perusahaan.
b) Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan

pada perkiraan kesempatan investasi.

c) Karena kebijakan dividen yang konstan, digabung dengan fluktuasi

keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan

menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih

besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat

tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.

d) Jika pandangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan

surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan

memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga campuran

seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai

pilihan terakhir.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam

menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti

skenario urutan (hirarki) yang disebutkan dalam pecking order theory.

Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995)

menyatakan bahwa “perusahaan-perusahaan di negara berkembang lebih

memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada berutang dalam membiayai

perusahaannya”. Hal ini berlawanan dengan pecking order theory yang

menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan utang

terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan

pendanaan eksternal.

5) Teori Asimetri Informasi dan Signaling 

Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan

perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan


risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari

pihak lainnya. Teori ini terdiri dari:

a) Myers dan Majluf

Menurut teori ini ada asimetri informasi antara manajer dengan

pihak luar. Manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai

kondisi perusahaan dibandingkan pihak luar.

b) Signaling

Mengembangkan model di mana struktur modal (penggunaan

utang) merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika

manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan

karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, maka manajer akan

mengkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manajer bisa

menggunakan utang lebih banyak sebagai sinyal yang lebih kredibel.

Karena perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai

perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang.

Investor juga diharapkan akan menangkap sinyal tersebut dengan

pemahaman bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.

6) Teori Keagenan ( Agency Approach )

Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi

konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang

saham dengan manajer adalah konsep free cash flow. Ada kecenderungan

manajer ingin menahan sumber daya sehingga mempunyai kontrol atas

sumber daya tersebut. Utang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi

konflik keagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan utang,


maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk

membayar bunga.

Untuk melakukan perhitungan yang benar mengenai struktur modal,

perusahaan perlu menggunakan software akuntansi online semacam Jurnal.

Jurnal merangkum semua pencatatan keuangan perusahaan Anda ke dalam

sistem akuntansi yang bisa digunakan untuk menghasilkan laporan

keuangan sesuai kebutuhan perusahaan kapan pun dan di mana pun.

Dengan teknologi cloud dan sistem keamanan yang telah tersertifikasi,

Jurnal akan menjaga data keuangan Anda tetap aman tanpa takut

menghadapi resiko kehilangan.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

1) Struktur Aktiva (tangibility)

Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya

tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari

modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan utang bersifat pelengkap.

Perusahaan yang semakin besar aktivanya dan terdiri dari aktiva lancar

akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang.

Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur

modal suatu perusahaan.

2) Kesempatan Perusahaan (Growth Opportunity)

Kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal

yang menguntungkan. Teori agensi menggambarkan hubungan yang negatif

antara growth opportunity dan leverage. Di mana, perusahaan dengan

tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan

dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.


3) Ukuran Perusahaan ( Firm Size )

Kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal

yang menguntungkan. Teori agensi menggambarkan hubungan yang negatif

antara growth opportunity dan leverage. Di mana, perusahaan dengan

tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan

dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.

4) Profitabilitas

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana

internal yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas

rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan

berinvestasi menggunakan utang yang relatif kecil (Bringham & Houston,

2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai

sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara

internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap

struktur modal perusahaan.

5) Resiko Bisnis

Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan

pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negatif

terhadap leverage perusahaan.

e. Rasio Stuktur Modal

Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur struktur modal yang

dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan yang nantinya akan

mempengaruhi pertimbangan para investor mengenai kondisi perusahaan

diantaranya yaitu:

1) DER (debt to equity ratio )


Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah hutang yang

diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan

oleh pemilik perusahaan. Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan debt

to equity ratio sebagai ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan

keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk

kreditor. Investor tidak hanya berorientasi terhadap laba, namun

memperhitungkan tingkat risiko yang dimiliki oleh perusahaan, apabila

investor memutuskan menginvestasikan modal yang dimilikinya di

perusahaan tersebut. Tingkat risiko perusahaan dapat tercermin dari debt to

equity ratio yang menunjukkan seberapa besar modal sendiri yang dimiliki

oleh perusahaan dalam memenuhi kewajiban–kewajiban perusahaan.

Kewajiban berupa hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek.

Semakin tinggi tingkat hutang yang dimiliki perusahaan, maka semakin

berisiko perusahaan tersebut, sebaliknya semakin rendah tingkat

pengembalian hutangnya maka risiko perusahaan juga semkain rendah.

Rumusnya :

DER = Total Hutang / Total Ekuitas

2) DAR (Debt to Asset Ratio )

Rasio ini mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai

oleh kreditur. Investor tidak hanya berharap laba, namun memperhitungkan

tingkat pendapatan yang akan diterima perusahaan. Tingkatan pendapatan

perusahaan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya permintaan akan saham

dimana hal tersebut juga akan mempengaruhi nilai perusahaan. DAR dapat
digunakan para calon investor sebagai dasar untuk menanamkan

investasinya ke dalam perusahaan karena menggambarkan total aset yang

dapat menggambarkan tingkat pengembalian yang akan diterima

perusahaan Dewi et al., (2014). Sehingga perusahaan perlu dipahami pada

titik mana yang dianggap aman untuk peminjaman. Titik aman adalah jika

pinjaman itu maksimal adalah 40% dari jumlah nilai aset.

Rumusnya :
DAR = Total Hutang / Total Aktiva

3) LDER (Long term Debt to Equity Ratio)

Rasio ini mengukur besar kecilnya penggunaan hutang jangka

panjang dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan. Tujuannya adalah

untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan jaminan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan

antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh

perusahaan.

Rumusnya :

LDER = Hutang Jangka Panjang / Total Ekuitas

4) LDAR (Long term Debt to Asset Ratio)

Rasio ini membandingkan hutang jangka panjang perusahaan (long

term debt) dengan total aktiva (total asset). Rasio yang menggambarkan

berapa proporsi hutang jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk

membiayai aktivanya untuk menunjukkan investasi–investasi aktiva atau

aset perusahaan Joni dan Lina (2010).

Rumusnya
LDAR = Hutang Jangka Panjang / Total Aset
3. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran

dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan

mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka

profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah

pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai

profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Menurut

Munawir (2007:33) mengemukakan bahwa "profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba". Menurut I Made Sudana (2011:22)

Profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki seperti aktiva, modal atau

penjualan perusahaan”.

Menurut R. Agus Sartono (2010:122) , yang menyatakan bahwa

“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri” Menurut

Kasmir (2011:196) , yang menyatakan bahwa “Rasio profitabilitas merupakan

rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan’’.

Menurut Susan Irawati (2006:58), yang menyatakan bahwa “Rasio

keuntungan atau profitability ratio adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan

kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode

tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat

kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien’’


Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat efektifitas pengelolaan

(manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang

dihasilkan dari penjualan dan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini

menunjukkan efisiensi perusahaan.

b. Tujuan Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir, tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi pihak

internal perusahaan dan bagi pihak luar perusahaan antara lain:

1) Untuk mengetahui besaran laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu.

2) Untuk membandingkan posisi laba perusahaan tahun

sebelumnya dengan tahun sekarang.

3) Untuk mengukur perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4) Untuk mengukur besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.

5) Untuk menilai produktivitas seluruh dana perusahaan yang

dipakai berupa modal pinjaman maupun modal sendiri.

6) Untuk mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

7) Untuk menilai kinerja setiap karyawan dalam melakukan pekerjaannya.

8) Untuk mengevaluasi perkembangan atau kemunduran kinerja perusahaan

sehingga bisa dilakukan upaya agar masalah yang terjadi tidak berlarut-

larut.

9) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba 

melalui seluruh kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan


penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan unsur unsur

laporan keuangan.

10) Untuk menggambarkan tentang tingkat efektifitas manajemen

dalam melaksanakan kegiatan operasional.

c. Manfaat Rasio Profitabilitas

Manfaat yang didapatkan oleh pihak luar perusahaan, terutama pihak-

pihak yang berhubungan atau memiliki kepentingan dengan perusahaan.

Manfaat rasio profitabilitas antara lain:

1) Memperoleh gambaran tentang tingkat laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode (satu tahun).

2) Posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang bisa

dibandingkan dan dievaluasi.

3) Memahami perkembangan laba perusahaan dari waktu ke waktu.

4) Mendapat gambaran tentang laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

5) Produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri bisa dilihat dan dijadikan patokan yang

sesuai konsep dasar akuntansi untuk merencanakan kegiatan pada periode

berikutnya.

d. Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas

1) Margin Laba Kotor ( Gross Profit Margin )

Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai

persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan.

Laba kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus kas memaparkan besaran
laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang

terpakai untuk memproduksi produk atau jasa.

Margin Laba Kotor ini sering disebut juga dengan Gross Margin

Ratio (Rasio Marjin Kotor). Gross profit margin mengukur efisiensi

perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar gross profit

margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan yang

menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan

(sales) yang berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka

perusahaan kurang baik dalam melakukan kegiatan operasional. Rumus

perhitungan laba kotor sebagai berikut.:

Gross Profit Margin = (laba kotor / total pendapatan) x 100%

2) Margin Laba Bersih ( Net Profit Margin )

Net profit margin atau margin laba bersihmerupakan rasio

profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah

dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan.

Margin laba bersih ini disebut juga profit margin ratio. Rasio ini

mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi

Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit

margin dihitung dengan rumus berikut ini.

Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan

3) Rasio Pengembalian Aset ( Return On Assets Ratio ) 

Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk

menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait


sumber daya atau total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam

mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini. Rumus Rasio

Pengembalian Aset sebagai berikut.

4) Return On Equity Ratio ( Ratio Pengembalian Ekuitas )

Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi

pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase.

ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang

diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan

pemegang saham preferen). Return on equity menunjukkan seberapa

berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth), sehingga tingkat

keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham

perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut

rentabilitas usaha. Rumus Return On Equity sebagai berikut.

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang


Saham

5) Rasio Pengembalian Penjualan (Return on Sales)

Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan

tingkat keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel

produksi seperti upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum

dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan

yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga disebut margin

operasional (operating margin) atau Margin pendapatan operasional


(operating income margin). Berikut ini rumus untuk menghitung return

on sales (ROS).

ROS = ( Laba Setelah Pajak / Penjualan ) x 100%

6) Pengembalian Modal yang digunakan (Return on Capital Employed )

Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio

profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang

dipakai dalam bentuk persentase (%).  Modal yang dimaksud adalah

ekuitas suatu perusahaan ditambah kewajiban tidak lancar atau total aset

dikurangi kewajiban lancar. ROCE mencerminkan efisiensi dan

profitabilitas modal atau investasi perusahaan. Laba sebelum pengurangan

pajak dan bunga dikenal dengan istilah ”EBIT” yaitu Earning Before

Interest and Tax. Berikut ini 2 rumus ROCE yang sering digunakan.

ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Modal Kerja

Atau

ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga /

( Total Aset – Kewajiban )

7) ROI (Return On Investment )

Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung

dari laba bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on

investment berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara

keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva

secara keseluruhan yang tersedia pada perusahaan. Semakin tinggi rasio


ini berarti semakin baik kondisi suatu perusahaan. Rumus Return on

Investment berikut ini.

ROI = (( Laba Atas Investasi – Investasi Awal ) / Investasi)) x


100%

8) EPS (Earning Per Share)

Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai

tingkat kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba untuk

perusahaan. Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon

pemegang saham sangat memperhatikan earning per share karena

menjadi indikator keberhasilan perusahaan. Rumus earning per share

sebagai berikut.

EPS = Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Saham Preferen /


Jumlah Saham Biasa yang Beredar

4. Struktur Aktiva

a. Pengertian Struktur Aktiva

Struktur aktiva pada penelitian ini diproyeksikan oleh Fixed Asset (FA)

atau aktiva tetap yang dijadikan jaminan untuk memenuhi kebutuhan

Perusahaan. Struktur aktiva menggambarkan proporsi antara aktiva total aktiva

dengan aktiva tetap perusahaan. Sebab perusahaan yang memiliki aktiva tetap

yang besar akan lebih mudah mendapatkan modal dari luar perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2010,hal,22) menyatakan “struktur

kekayaan ialah perimbangan baik dalam artian absolut maupun dalam artian

relatif anatara aktiva lancar dan aktiva tetap.


Sedangkan menurut Suad Husnan Husnan dan Enny Pudjiastuti (2012,hal.6)

menyatakan bahwa “keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva

perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan

perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tetap”.

Formulasi dari struktur aktiva adalah sebagai berikut :

Struktur Aktiva = ( Aktiva Tetap / Total Aktiva ) x 100%

Dari teori diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan struktur

aktiva adalah struktur Aset mengambarkan proporsi atau perbandingan antara

total aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dengan total aktiva

perusahaan.

b. Jenis – Jenis Aktiva

Aktiva adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dan merupakan

sumber daya yang dimiliki bertujuan untuk menghasilkan profit, yang

diklarifikasikan menjadi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

Menurut Rambe, dkk. (2015, hal.42) menyatakan bahwa “aktiva dapat

diklarifikasikan menjadi dua yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar”

Dari dua pengelompokan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.:

1)      Aktiva lancar

Yaitu, uang kas dan lainnya yang dapt diharapkan untuk dicairkan

atau ditukarkan menjadi uang tunai. Pos-pos yang termasuk dalam aktiva

lancar adalah : kas, surat-surat berharga, piutang dagang, piutang wesel,

penghasilan yang masih harus diterima, dan biaya dibayar dimuka.

2)      Aktiva tidak lancar


Yaitu, aktiva yang mempunyai masa penggunaan yang relative

panjang dalam arti tidak akan habis dipakai dalam satu tahun dan tidak

dapat dengan segera dijadikan kas. Aktiva tidak lancar ada yang berbentuk

aktiva berwujud dan tak berwujud. Pos-pos yang termasuk dalam aktiva ini

adalah ; Investasi, aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva lainnya.

Sedangkan menurut Kasmir (2012,hal.39) menyatakan bahwa

“klarifikasi aktiva terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lainnya”.

Dari beberapa klarifikasi aktiva tersebut penjelasannya sebagai berikut ;

1)      Aktiva Lancar

Aktiva lancar merupakan harta atau kekayaan yang dapat segera

diuangkan pada saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun, dan

merupakan aktiva paling likuid dibandingkan jenis aktiva lain. Komponen

yang dari aktiva lancar antara lain kas, surat-surat berhaga, piutang,

persedian, dan sewa dibayar dimuka.

2)      Aktiva tetap

Aktiva tetap merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang yang

digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun. Aktiva tetap dapat

dibagi menjadi dua macam, yaitu aktiva berwujud seperti : tanah,

bangunan, mesin, kendaraan. dan aktiva tak berwujud seperti hak paten,

merek dagang, goodwill dan lainnya.

3)      Aktiva lainnya

Aktiva lainnya merupakan harta atau kekayaan yang tidak dapat

digolongkan ke dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Komponen yang

ada dalam aktiva lainnya adalah bangunan dalam proses, piutang jangka

panjang, tanah dalam penyelesaian dan lainnya.


Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis aktiva atau

kekayaan perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu aktiva lancar dan aktiva

tidak lancar.

c. Manfaat Struktur Aktiva

Struktur aktiva memiliki manfaat besar pada suatu perusahaan. Sebab

semakin besar aktiva tetap yang dimiliki suatu perusahaan maka semakin

tinggi jumlah pendanaan yang didapat dari luar perusahaan, hal ini disebab

jumlah aktiva yang relatif besar dapat menjadi jaminan

Menurut Agus Sartono (2010, hal.248), menyatakan bahwa :

“Perusahaan yang memiliki aset tetap alam jumlah besar dapat menggunakan

utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan

besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan

dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya asset tetap dapat digunakan

sebagai jaminan utang perusahaan”.

Sedangkan menurut Dermawan Sjahrial (2008, hal. 205) menyatakan

bahwa :“Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar

dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini di sebabkan karena dari

skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber

dana dibandingkan dengan perusahaan kecil”.

Dari teori-teori diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat dari

struktur modal adalah Sebagai jaminan dalam melakukan pinjaman dan

sumber kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya.

d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur aktiva

Struktur Aktiva merupakan cerminan kekayaan yang dimiliki perusahaan

ini semua dapat dilihat baik dari aktiva lancar maupun hutang lancar. Namun
Struktur aktiva lebih menilai kepada seberapa besar aktiva tetap perusahaan

dalam mendominasi komposisi kekayaan atau asset Perusahaan. Sehinnga

diartikan bahwa faktor-faktor yang membentuk aktiva tetap akan

mempengaruhi seberapa besar Struktur aktiva Perusahaan.

Adapun faktor-faktor pembentuk aktiva tetap menurut Hery (2012,

hal.118) menyatakan bahwa ; “dalam beberapa kasus, perusahaan juga dapat

melakukan investasi jangka panjang dalam bentuk aktiva tetap, seperti tanah,

yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud bukan untuk digunakan dalam

kegiatan operasi bisnis, malainkan untuk tujuan spekulasi (investasi)”.

Sedangkan menurut Suad Husnan Husnan dan Enny Pudjiastuti (2012,

hal.6) menyatakan bahwa ; “dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan

pada berbagai aktiva perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. kalau

kegiatan memperoleh dana berarti perusahaan menerbitkan aktiva financial

(seperti saham dan obligasi). Maka kegiatan menanamkan dana

mengakibatkan perusahaan memiliki aktiva riil (seperti tanah, mesin,

persedian, merk dagang dan sebagainya)”

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi struktur aktiva adalah tergantung dari kegiatan dan aktivitas

investasi yang dilakukan oleh perusahaan.

5. Pertumbuhan Penjualan

a. Pengertian Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan merupakan perubahan kenaikan ataupun

penurunan penjualan dari tahun ke tahun yang dapat dilihat pada laporan laba

rugi perusahaan. Perusahaan yang baik dapat dilihat dari penjualannya dari
tahun ke tahun yang terus mengalami kenaikan, hal tersebut berimbas pada

meningkatnya keuntungan perusahaan sehingga pendanaan internal

perusahaan juga meningkat. Secara keuangan tingkat pertumbuhan dapat

ditentukan dengan mendasarkan pada kemampuan keuangan perusahaan.

Tingkat pertumbuhan yang ditentukan dengan hanya melihat kemampuan

keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat pertumbuhan atas

kekuatan sendiri dan tingkat pertumbuhan berkesinambungan. Tingkat

pertumbuhan atas kekuatan sendiri merupakan tingkat pertumbuhan

maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa membutuhkan dana eksternal

atau tingkatpertumbuhan yang hanya dipicu oleh tambahan atas laba

ditahan.tingkat pertumbuhan berkesinambungan adahlah tingkat pertumbuhan

maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa melakukan pembiayaan

modal tetapi dengan memelihara perbandingan antara hutang dengan modal.

Sedangkan menurut Rudianto (2009:56) menyatakan bahwa pertumbuhan

penjualan merupakan volume penjualan pada tahun-tahun mendatang,

berdasarkan data pertumbuhan volume penjualan historis.

Definisi pertumbuhan penjualan menurut Widarjo dan Setiawan (2009)

adalah sebagai berikut : “Pertumbuhan penjualan mencerminkan kemampuan

perusahaan dari waktu ke waktu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan

penjualan suatu perusahaan maka perusahaan tersebut berhasil menjalankan

strateginya. ” Sedangkan menurut Barton, et al. (1989) adalah sebagai berikut:

“Pertumbuhan penjualan mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi

periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa

yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator

permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri.”


Berdasarkan definisi diatas sampai bahwa pertumbuhan penjualan

menggambarkan peningkatan penjualan dari tahun ke tahun. Tingginya tingkat

sales growth menunjukan semakin baik suatu perusahaan dalam menjalankan

operasinya.

b. Jenis – Jenis Pengukuran Pertumbuhan

Menurut Kasmir (2012:107) rasio pertumbuhan ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1) Pertumbuhan penjualan.

Pertumbuhan penjualan menunjukan sejauh mana perusahaan dapat

meningkatkan penjualannya dibandingkan dengan total penjualan secara

keseluruhan.

2) Pertumbuhan laba bersih

Pertumbuhan laba bersih menunjukan sejauh mana perusahaan dapat

meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh keuntungan bersih

dibandingkan dengan total keuntungan secara keseluruhan.

3) Pertumbuhan pendapatan per saham.

Pertumbuhan pendapatan per saham menunjukan sejauh mana

perusahaan dapat meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh

pendapatan atau laba per lembar saham dibandingkan dengan total laba

per saham secara keseluruhan.

4) Pertumbuhan dividen per saham


Pertumbuhan dividen per saham menunjukan sejauh mana perusahaan

dapat meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh dividen saham

dibandingkan dengan total dividen per saham secara keseluruhan.

6. Bursa Efek Perusahaan Industri

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan , baik surat utang

(obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen

lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun

institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan

berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan

prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan

instrumen jangka panjang yaitu :

1) Saham

Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling

popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan

ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain,

saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor

karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang

atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim


atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah sebagai berikut :

a. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan

perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham

dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka

pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu

yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam

periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak

mendapatkan dividen.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa;

a)     Dividen tunai artinya kepada pemegang saham diberikan dividen

berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham

b) dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan

dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki

seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen

saham tersebut.

b. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.

Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di

pasar sekunder.

c. Manfaat nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas

perusahaan
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-

hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan

maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya

permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga

saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply

dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang

sifatnya spesifik atas saham tersebut

Saham yang diterbitkan emiten ada 2 macam, yaitu:

a) Saham Biasa

yaitu saham yang biasa kita lihat diperjualbelikan di Bursa Efek,

yang keuntungannya bisa berupa dividen dan capital gain.

b) Saham Preferen

yaitu saham yang punya prioritas lebih dari saham biasa untuk

pembagian dividennya, bersifat kumulatif, dan bisa ditukar dengan

saham biasa dengan syarat tertentu.

2) Obligasi

Obligasi adalah surat pengakuan hutang suatu perusahaan yang akan

dibayar pada waktu jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Penghasilan

yang diperoleh dari obligasi berupa tingkat bunga yang akan dibayarkan

oleh perusahaan penerbit obligasi tersebut pada saat jatuh tempo.

3) Reksa Dana

Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat

pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki

banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari


masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan

investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.

Selain itu Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal

lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.Umumnya, Reksa Dana

diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio

Efek oleh Manajer Investasi.Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal

No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) didefinisikan bahwa Reksa Dana

adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh

manajer investasi.

Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama, adanya

dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam

portofolio efek, dan Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.

Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa Dana merupakan dana

bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang

dipercaya untuk mengelola dana tersebut.

Undang – Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal

mendefinisikan pasar modal sebagai “ kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan

dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan Efek “.

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara

karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu :


1. Sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk

mendapakan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh

dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi,

penambahan modal kerja, dan lain – lain.

2. Sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti

saham, obligasi, reksa dana, dan lain – lain. Dengan demikian, masyarakat

dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik

keuntungan dan risiko masing – masing instrumen.

D. Kerangka Pemikiran Teoritis

Salah satu tolak ukur investor dalam menentukan investasinya adalah kinerja

perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dinilai dari harga saham perusahaan tersebut.

Profitabilitas merupakan salah satu tolak ukur kesehatan perusahaan. Selain itu

kesehatan perusahaan dapat dilihat dari keadaan aktiva yang ada di neraca. Hal lain

yang dapat digunakan untuk mengukur kesehatan perusahaan adalah pertumbuhan

penjualan. Semakin stabil penjualan yang terjadi di perusahaan maka kinerja

perusahaan tersebut semakin baik. Setiap perusahaan harus pandai menyusun dalam

menyusun struktur modalnya karena keadaan struktur modal akan berakibat langsung

pada posisi keuangan perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan.

Kemajuan perekonomian suatu negara salah satunya dapat direflesikan oleh

aktivitas pasar modal yang ada di negara tersebut. Sebagai pasar yang sedang

berkembang ( emerging market ), pergerakan harga saham di pasar modal Indonesia

berfluktuasi relatif tinggi. Secara sederhana perubahan harga saham mencerminkan

perubahan minat investor terhadap harga saham tersebut. Jika permintaan terhadap

suatu saham tinggi maka harga saham tersebut akan cenderung naik, demikian

sebaliknya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah
informasi dari luar perusahaan ( eksternal ), seperti daftar peringkat saham tren yang

sedang terjadi, dan lain – lain. Struktur modal juga berpengaruh. Faktor yang

mempengaruhi struktur modal secara umum diantaranya ukuran perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, keuntungan ( profitabilitas ), pajak, manajemen, leverage,

likuiditas, non debt tax, risiko bisnis dan lain sebagainya.

Profitabilitas (X1) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

(Munawir, 2007:33). Struktur Aktiva (X2) ialah perimbangan baik dalam artian

absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dan aktiva tetap (Bambang

Riyanto, 2010:22). Pertumbuhan penjualan (X3) merupakan volume penjualan pada

tahun – tahun mendatang, berdasarkan data pertumbuhan volume penjualan historis

(Rudianto, 2009:56).

Harga Saham (Y) adalah harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat

tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan

penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal (Jogiyanto, 2008:167). Struktur

modal (Z) adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat tetap,

hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa ( Halim, 2007:78 )

Kelima variabel tersebut akan diuji pengaruh antar variabelnya. Variabel harga

saham sebagai variabel bebas ( dependen variabel ). Variabel struktur modal sebagai

variabel penghubung ( intervening variabel ). Sedangkan variabel profitabilitas,

struktur aktiva, dan pertumbuhan penjualan sebagai variabel terikat ( independen

variabel ). Dari uraian tersebut dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai

berikut .
Gambar 7
Model Penelitian

PROFITABILITAS
H5
(X1)
H1

STRUKTUR H2 STRUKTUR H6 HARGA


H4
AKTIVA (X2) MODAL (Z) SAHAM (Y)
H3
H5

PERTUMBUHAN
PENJUALAN (X3)
H5

E. Pengembangan Hipotesis

Menurut ( Sugiyono, 2006 ) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

berdasarkan pada teori.

1) Pengaruh Profitabilitas ( X1 ) terhadap Struktur Modal ( Z )

Profitabilitas yang di ukur mengunakan ROA (Return on Assets) dengan

nilai yang tinggi berarti laba perusahaan meningkat sehingga perusahaan


cenderung menggunakan modalnya sendiri semakin meningkat. Artinya, semakin

tinggi keuntungan yang diperoleh maka semakin rendah menggunakan pinjaman

sehingga semakin rendah struktur modalnya. Hal ini, menujukkan bahwa

profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif terhadap struktur modal yang artinya

semakin tinggi profitabilitas (ROA) maka semakin rendah penggunaan utang

jangka panjang. Sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Erna Julita dan

Wibowo Andoko (2013) berjudul “ Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan

Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal pada PT. Semen Gresik, Tbk “

dengan hasil profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Nunky

Rizka Mahapsari dan Abdullah Taman (2013) yang berjudul “ Pengaruh

Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham

dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur

di BEI Periode 2009 – 2011 “ meneliti hubungan profitabilitas tidak berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal. Andi Kartika (2016) yang berjudul “ Pengaruh

Profitabilitas, Struktur Aset, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan

terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012 – 2014

“ meneliti hubungan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur

modal. Dari penelitian diatas yang mendukung penelitian ini, maka dapat diajukan

hipotesis sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara Profitabilitas terhadap


Struktur Modal Pada Sector Consumer Goods Industry yang
terdaftar di BEI periode 2016 – 2018

2) Pengaruh Struktur Aktiva (X2) terhadap Struktur Modal (Z)


Aktiva tetap merupakan aktiva yang peka terhadap risiko karena

memiliki waktu perputaran yang yang panjang. Suatu perusahaan yang memiliki

aktiva yang peka terhadap risiko dalam jumlah yang tinggi akan menggunakan

pendanaan secara internal terebih dahulu dan mengurangi penggunaan modal

asing. Berdasarkan hal tersebut maka semakin besar jumlah aktiva tetap yang

dimiliki oleh perusahaan maka perusahaan akan menggunakan modal sendiri, serta

apabila memiliki aktiva lancar dalam jumlah yang tinggi maka akan digunakan

pendanaan dengan hutang jangka pendek. Hasil studi empiris menyatakan bahwa

terdapat pengaruh signifikan antara struktur aktiva terhadap struktur modal seperti

yang diungkapkan oleh Yurian Ajie Suryaman (2016) dengan judul “ Pengaruh

Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2012 “ .

Nunky Rizka Mahapsari dan Abdullah Taman (2013) yang berjudul “ Pengaruh

Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham

dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur

di BEI Periode 2009 – 2011 “ meneliti hubungan struktur aktiva berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal. Andi Kartika (2016) yang berjudul “ Pengaruh

Profitabilitas, Struktur Aset, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan

terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012 – 2014

“ meneliti hubungan struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur

modal. Berdasarkan hasil yang mendukung, maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara Struktur Aktiva terhadap Struktur


Modal Pada Sector Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI
periode 2016 – 2018

3) Pengaruh Pertumbuhan Penjualan (X3) terhadap Struktur Modal


(Z)
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi

maka memiliki permintaan penjualan yang semakin tinggi pula sehingga akan

membutuhan sumber dana yang tinggi untuk mendanai operasionalnya biasanya

perusahaan akan memilih sumber pendanaan eksternal sebagai tambahan sumber

dana. Pertumbuhan penjualan berbanding lurus dengan kebutuhan modal yang

dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini,

menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur

modal. Artinya, semakin tinggi pertumbuhan penjualan maka semakin tinggi pula

penggunaan utang jangka panjang. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ni Made Novione Purnama Dewi Suweta dan Made Rusmala Dewi dengan judul

“Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva dan Pertumbuhan Aktiva

terhadap Struktur Modal pada Restaurant Pawitra Sari di Ubud”. Sehingga dapat di

rumuskan hipotesis tiga (H3), yaitu pertumbuhan penjualan berpengaruh positif

terhadap struktur modal. Nunky Rizka Mahapsari dan Abdullah Taman (2013)

yang berjudul “ Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Pertumbuhan

Penjualan terhadap Harga Saham dengan Struktur Modal sebagai Variabel

Intervening pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2009 – 2011 “ meneliti

hubungan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Andi Kartika (2016) yang berjudul “ Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset,

Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada

Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2012 – 2014 “ meneliti hubungan

pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Berdasarkan sejumlah hasil yang mendukung, maka dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:
H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara Pertumbuhan Penjualan terhadap
Struktur Modal Pada Sector Consumer Goods Industry yang terdaftar di
BEI periode 2016 – 2018

4) Pengaruh Profitabilitas (X1), Struktur Aktiva (X2), dan Pertumbuhan


Penjualan (X3) terhadap Struktur Modal (Z) secara Simultan

Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan karena

baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi

finansial perusahaan, terutama dengan adanya utang yang sangat besar akan

memberikan beban kepada perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Nunky Rizka Mahapsari dan Abdullah Taman (2013) yang berjudul “

Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Pertumbuhan Penjualan terhadap

Harga Saham dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening pada

Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2009 – 2011 “ meneliti hubungan

profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal

secara simultan menunjukkan hasil berpengaruh signifikan. Andreas Naibaho,

Topowijono dan Devi Farah Azizah (2015) yang berjudul “ Pengaruh Profitabilitas,

Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur

Modal pada Perusahaan Property and Real Estate yang terdaftar di BEI tahun

2011-2013 “ meneliti hubungan profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur

aktiva, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

secara simultan. Erna Julita dan Wibowo Andoko (2013) yang berjudul “ Pengaruh

Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur

Modal pada PT.Semen Gresik, Tbk “ meneliti hubungan struktur aktiva,

profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan, berpengaruh signifikan terhadap

struktur modal secara simultan. Sehingga dapat di rumuskan hipotesis empat (H 4),

yaitu profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan berpengaruh positif


terhadap struktur modal. Dari penelitian diatas yang mendukung penelitian ini,

maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

H4 : Terdapat pengaruh signifikan antara Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan


Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Pada Sector
Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018

5) Pengaruh Profitabilitas (X1), Struktur Aktiva (X2), dan Pertumbuhan


Penjualan (X3), terhadap Harga Saham (Y) secara Parsial

Harga saham adalah harga saham di bursa saham pada saat tertentu yang

ditentukan oleh pelaku pasar dan oleh permintaan dan penawaran saham yang

bersangkutan di pasar modal. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nunky Rizka Mahapsari dan Abdullah Taman (2013) yang berjudul “ Pengaruh

Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham

dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur

di BEI Periode 2009 – 2011 “ yang meneliti hubungan profitabilitas, struktur

aktiva, pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara parsial menunjukkan

hasil berpengaruh signifikan. I Putu Sucita wijaya dan I Made Karya Utama (2014)

yang berjudul “ Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset dan Pertumbuhan Penjualan

terhadap Struktur Modal serta Harga Saham pada Perusahaan Property dan Real

Estate di BEI Periode 2010 – 2012 “ yang meneliti hubungan profitabilitas,

struktur aset, dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara parsial

menunjukkan hasil berpengaruh signifikan. Titi Detiana (2011) yang berjudul “

Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap Harga

Saham pada Perusahaan LQ 45 di BEI Periode 2004 – 2008 “ yang meneliti

hubungan rasio keuangan, pertumbuhan penjualan , dan dividen terhadap harga


saham secara parsial menunjukkan hasil tidak berpengaruh signifikan. Dari

penelitian diatas yang mendukung penelitian ini, maka dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut :

H5 : Terdapat pengaruh antara Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan


Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham Pada Sector Consumer
Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018

6) Pengaruh Profitabilitas (X1), Struktur Aktiva (X2), dan Pertumbuhan


Penjualan (X3) terhadap Harga Saham (Y) secara Simultan melalui Struktur
Modal (Z)

Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang

mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga

memaksimumkan harga saham. Untuk itu, dalam penetapan struktur modal suatu

perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang memengaruhinya.

Pengaruh tidak langsung profitabilitas, struktur aktiva, dan pertumbuhan penjualan

terhadap harga saham melalui struktur modal. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nunky Rizka Mahapsari dan Abdullah Taman (2013) yang berjudul

“ Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Pertumbuhan Penjualan terhadap

Harga Saham dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening pada

Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2009 – 2011 “ yang meneliti hubungan

profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan terhadap harga saham secara

simultan melalui struktur modal menunjukkan hasil berpengaruh signifikan. .

Wardatul Kamaliyah, Marathalka Prajawati dan Basir Sagena (2018) yang berjudul

“ Pengaruh Profitabilitas, terhadap Harga Saham melalui Struktur Modal sebagai

Variabel Intervening pada Perusahaan Sektor Otomotif dan Komponennya di BEI

Periode 2012 – 2016“ yang meneliti hubungan profitabilitas terhadap harga saham

secara simultan melalui struktur modal menunjukkan hasil berpengaruh signifikan.

Muhammad Sukarno, Riana Sitawati dan Sam’ani (2016) yang berjudul “ Pengaruh
Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga

Saham dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan LQ

45 di BEI Periode 2010 – 2015 “ yang meneliti hubungan profitabilitas,

pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan terhadap harga saham secara simultan

melalui struktur modal menunjukkan hasil berpengaruh signifikan.sehingga dapat

di rumuskan hipotesis enam (H6) yaitu, Terdapat pengaruh positif profitabilitas,

struktur aktiva, dan pertumbuhan penjualan secara simultan terhadap harga saham

setelah melalui struktur modal sebagai variabel intervening. Dari penelitian diatas

yang mendukung penelitian ini, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

H6 : Terdapat pengaruh signifikan antara Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan


Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham melalui Struktur
Modal sebagai Variabel Intervening Pada Sector Consumer Goods
Industry yang terdaftar di BEI periode 2016 - 2018

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data menurut sifatnya sebagai berikut (Sugiyono, 2003) :

a). Data Kualitatif

Data Kualitatif adalah data yang berbentuk angka atau dengan kata lain

data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Dalam penelitian ini berupa
latar belakang organisasi, struktur organisasi, dan data – data lain yang diambil

dari dokumen organisasi,

b). Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Data

kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua yaitu data diskrit dan data kontinum.

Data diskrit adalah data yang diperoleh dari hasil menghitung, sedangkan data

kontinum adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran.

2. Sumber Data

a). Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera dapat diperoleh dari

sumbernya, diamati, dan dicatat pertama kalinya (Umar, 2003). Dalam

penelitian ini tidak terdapat data primer.

b). Data Sekunder


84
Data Sekunder adalah pengumpulan data yang telah diolah lebih lanjut

dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya

dalam bentuk tabel, diagram. Umumnya data sekunder diperoleh dari objek

penelitian, studi pustaka , penelitian terdahulu, literatur, ataupun internet yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder dari perusahan industri makanan dan

minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu laporan

triwulan sub sektor perusahaan yang tercatat pada periode 2016 – 2018.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan mengakses situs di Bursa Efek

Indonesia www. idx.co.id, penelitian terdahulu, dan sumber – sumber lain yang
relevan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

pustaka dan studi dokumentasi.

3. Populasi dan Teknik Pengumpulan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti

(Sunarto,2012). Sedangkan menurut Sugiyono (2012) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. penelitian ini menggunakan populasi perusahaan

manufaktur, khususnya yang bergerak dalam industri barang konsumsi (makanan

dan minuman 2018).

2. Teknik Pengumpulan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (sugiyono,2012). Apabila sampel kurang dari 100 maka dapat

diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Untuk mengetahui

besarnya ukuran sampel digunakan rumus pendekatan slovin, (Husein Umar,2005 :

78)

Berdasarkan jumlah sampel maka sampel yang kemudian dalam penelitian ini

sebesar 72 sampel data keuangan. Berikut tabel distribusi populasi dan sampel :

Tabel 3
Distribusi Populasi dan Sampel

Data Triwulan Tahun


No Nama Perusahaan
2017 2018 2019

1 PT. Delta Djakarta ,Tbk 4 4 4

2 PT. Indofood CBP Sukses Makmur ,Tbk 4 4 4


3. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 4 4 4

4. PT. Mayora Indah, Tbk 4 4 4

5. PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk 4 4 4

6. PT. Sekar Laut,Tbk 4 4 4

Jumlah 24 24 24

Total 72

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan jumlah sampel dilakukan dengan

teknik pengambilan sampel purposive sampling. Purposive sampling adalah salah

satu teknik  sampling non random sampling dimana peneliti menentukan

pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan

tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

Dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria

yang ditentukan (Meythi, 2006:7). Atas dasar pertimbangan tertentu :

1). Merupakan perusahaan manufaktur yang tergabung dalam sector consumer

goods industry yang memproduksi makanan dan minuman.

2). Merupakan perusahaan yang masih terdaftar dalam BEI pada tahun 2016 -

2018 dalam sector consumer goods industry.

4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015,38) adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk


menghindari kesalahan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini ada beberapa

variabel yang akan dijelaskan yaitu :

1. Variabel Dependen

Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2011:61). Variabel

dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Harga Saham.

Harga saham adalah rasio untuk mengukur keuntungan yang diterima dari

setiap per lembar sahamnya. Jika rasio yang didapat rendah berarti perusahaan

tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan memperhatikan pendapatan.

Pendapatan yang rendah karena penjualan yang tidak lancar atau berbiaya tinggi.

2. Variabel Intervening

Menurut sugiyono  (2007), bahwa  variabel intervening adalah sebuah

variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas

(independen) dan variabel terkait (dependen) menjadi hubungan yang tidak

langsung dan tidak bisa diukur dan diamati. Variabel intervening (Z) dalam

penelitian ini adalah Struktur Modal.

Menurut Keownet.al (2000)  struktur modal adalah paduan atau kombinasi

sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.  Disini peneliti

menggunakan rumus DAR, untuk memudahkan proses penelitian Struktur Modal.

3. Variabel Independen

Variabel bebas atau variabel independen. Menurut Sugiyono (2011:61)

variabel bebas adalah “Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel

independen (X) dalam penelitian ini adalah Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan

Pertumbuhan Penjualan.
Menurut Sartono, pengertian profitabilitas adalah rasio untuk mengukur

kemampuan untuk perusahaan untuk menghasilkan laba baik hal terkait dengan

penjualan, aset ataupun laba. Menurut Bambang Riyanto (2010,hal,22) menyatakan

“struktur kekayaan ialah perimbangan baik dalam artian absolute maupun dalam

artian relative antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Definisi sales growth menurut

Widarjo dan Setiawan (2009) adalah sebagai berikut : “Pertumbuhan penjualan

(sales growth) mencerminkan kemampuan perusahaan dari waktu ke waktu.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka perusahaan

tersebut berhasil menjalankan strateginya.

5. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Tujuan dalam analisis data adalah agar bisa menjelaskan data yang telah

dikumpulkan sehingga lebih mudah untuk dimanfaatkan serta dapat memberikan

jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan, keterangan dan kesimpulan dari

masalah yang diteliti.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan penganalisaan data dengan menggunakan

data – data yang berwujud keterangan dan tidak dapat diukur dengan angka –

angka untuk menjelaskan perhitungan secara kualitatif.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara profitabilitas,

struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, terahadap harga saham dengan struktur

modal sebagai variabel intervening pada consumer goods industry yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia 2016 – 2018. Analisis kuantitatif ni juga digunakan untuk

menginterprestasikan hasil penelitian dalam bentuk angka – angka yang kemudian

diolah dan dipakai untuk pengujian hipotesis.


3. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linier berganda, yaitu analisis regresi yang mampu menjelaskan hubungan

antara variabel terikat (dependen) dengan variabel bebas (independen) yang lebih

dari satu (Nafarin, 2007). Analisis linier berganda dalam penelitian ini digunakan

untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan

Penjualan terhadap Harga Saham dengan Struktur Modal sebagai Variabel

Intervening pada perusahaan consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016-2018. Untuk dapat melakukan analisis regresi linier

berganda diperlukan uji asumsi klasik. Langkah-langkah uji asumsi klasik pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal jika data

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas. Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari

grafik distribusi normal (Ghozali, 2011). Pada prinsipnya deteksi normalita

dilakukan dengan melihat grafik normal probability plot. Dasar pengambilan

keputusannya adalah sebagai berikut :

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


b) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya yang tidak menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas

( Ghozali, 2011 ).

Selain menggunakan grafik normal probability plot deteksi normalitas juga

dapat dilihat dengan uji kolmogrov smirnov (K – S). Uji K-S dilakukan dengan

membuat hipotesis :

a) Jika nilai Asymp. Sig. ( 2 – failed ) ≥ 0,05 data berdistribusi normal.

b) Jika nilai Asymp. Sig. ( 2 – failed ) ≥ 0,05 data berdistribusi tidak normal.

2. Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi yang cukup kuat antara variabel bebas. Jika terdapat

korelasi yang cukup kuat akan menyebabkan problem multikolinieritas. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang cukup kuat antara

variabel independen. Identifikasi secara statistik untuk menunjukkan ada

tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF

(Variance Inflation Factor). Indikasi adanya multikolinieritas yaitu apabila VIF

lebih dari 10. Sebaliknya apabila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi

multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas adalah suatu asumsi kritis dari model linier klasik

yaitu gangguan karena residual penelitian memiliki varian yang berbeda. Jika

asumsi ini tidak dipenuhi dalam suatu model linear maka model penelitian ini

kurang baik. Model regresi baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara

memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model adalah dilihat


dari pola gambar scatter plot model tersebut. Gambar scatterplot menyatakan

model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.

2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Selain menggunakan plot gambar scatter plot, penelitian ini juga

menggunakan uji Glejser. Dalam uji Glejser ada tidaknya heteroskedastisitas

dilakukan dengan melihat nilai signifikansi hasil regresi apabila lebih besar dari

0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan

terikat dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linear. Perhitungan uji

linearitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS untuk melihat

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tersebut bersifat linear

atau tidak. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity

dengan pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai

hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kuarang dari 0,05

(Hidayat,2013). Dasar penelitian keputusan dalam uji linearitas adalah :

1) Jika nilai signifikan (Linearity) < 0,05 maka hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen adalah linear .

2) Jika nilai signifikan (Linearity) > 0,05 maka hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen adalah tidak linear.

5. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data

pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya.

Jika terjadi autokorelasi maka dapat dikatakan koefisien korelasi yang diperoleh

kurang akurat. Identifikasi secara statistik ada tidaknya gejala autokorelasi dapat

dilakukan dengan menghitung nilai Durbin Watson (DW). Kriteria penilaian

dengan uji Durbin Watson adalah sebagai berikut:

Tabel 4
Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Keputusan
Tidak ada Tolak 0 < d < Dl
autokorelasi positif
Tidak ada Tidak ada keputusan dL ≤ d ≤ Du
autokorelasi positif

Tidak ada Tolak 4 - dL < d < 4


autokorelasi negatif
Tidak ada Tidak ada keputusan 4 - dU ≤ d ≤ 4 – dL
autokorelasi negatif
Tidak ada Terima dU < d < 4 – dU
autokorelasi positif /
negatif
Sumber : Gujarati ( 2006 )

b. Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua

atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif

atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai

variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan

biasanya berskala interval atau rasio. Persamaan regresi linear berganda sebagai

berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn


Keterangan:

Y =   Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X1 dan X2 =   Variabel independen

a =   Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)

b =   Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun

penurunan)

c. Uji Hipotesis

1. Uji Parsial ( Uji – t )

Uji t dilakukan untuk mengetahui berarti tidaknya suatu variabel

independen dalam memengaruhi variabel dependen secara parsial. Hipotesis

dirumuskan sebagai berikut:

1) H01 : b1 0, artinya tidak terdapat pengaruh negatif dari profitabilitas terhadap

struktur modal.

Ha1 : b1 0, artinya terdapat pengaruh negatif dari profitabilitas terhadap

struktur modal.

2) H02 : b1 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dari struktur aktiva

terhadap struktur modal.

Ha2 : b1 0, artinya terdapat pengaruh positif dari struktur aktiva terhadap

struktur modal.

3) H03 : b1 0, artinya tidak terdapat pengaruh positif dari ukuran perusahaan

terhadap struktur modal.

Ha3 : b1 0, artinya terdapat pengaruh positif dari ukuran perusahaan terhadap

struktur modal.
Keputusan uji parsial hipotesis dibuat dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) Jika tingkat signifikansi lebih besar dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa

H0 diterima, sebaliknya Ha ditolak.

b) Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 5%, maka dapat disimpulkan bahwa

H0 ditolak, sebaliknya Ha diterima.

2. Uji Simultan ( Uji – F )

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah permodelan yang dibangun

memenuhi kriteria atau tidak dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1) Merumuskan Hipotesis

H0 : β1, β2, β3 = 0

(tidak ada pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, dan ukuran

perusahaan terhadap struktur modal).

Ha : β1, β2, β3 ≠ 0

(ada pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, dan ukuran

perusahaan terhadap struktur modal).

2) Memilih uji statistik, memilih uji F karena hendak menentukan

pengaruh berbagai variabel independen secara bersama-sama

terhadap variabel dependen.

3) Menentukan tingkat signifikansi yaitu d = 0,05 dan df = k/n-k-1

4) Menghitung F-hitung atau F-statistik dengan bantuan paket program

komputer SPSS, program analisis regression linear.

5) Membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel, dengan

ketentuan:
Apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka variabel independen

signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).

3. Koefisien Determinasi ( Adjusted R2)

Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

Nilai koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Kelemahan mendasar pada penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap

jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan

satu variabel independen, maka R2 pasti akan meningkat tanpa melihat apakah

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh

karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R2 untuk

mengevaluasi model regresi karena Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2011).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Kd = r2 x 100%

Keterangan :

Kd = Koefisien Determinasi

r2 = Koefisien Korelasi

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

a) Jika Kd mendeteksi nol (0), maka pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen lemah.


b) Jika Kd mendeteksi satu (1), maka pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen kuat.

d. Analisis Jalur (Path Analysis)

Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis

jalur (Path Analysis). Analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk

manaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan

sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali,2006). Persamaan jalur pada penelitian ini

adalah :

(1) Z = b1X +e1

(2) Y = b2X + b3Z + e2

Keterangan :

X = Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan

Penjualan

Z = Struktur Modal

Y = Harga Saham

b1, b2, b3 = Koefisien Jalur

e1, e2 = Variabel atau faktor residual

Analisis jalur (Path Analysis) dalam penelitian ini adalah Struktur Modal.

Analisis jalur akan membantu dalam melihat besarnya koefisien secara langsung

dan tidak langsung dari variabel terikat terhadap variabel bebas, dengan

memperhatikan besarnya koefisien. Maka bias dibandingkan besarnya pengaruh

secara langsung atau tidak langsung. Berdasarkan nilai koefisien tersebut, akan

diketahui variabel mana yang memberikan pengaruh terbesar dari pengaruh terkecil

terhadap variabel terikat. Berikut gambar model analisis jalur pada penelitian ini :

Gambar 8
Model Analisis Jalur (Path Analysis)

e1 e2
P5
PROFITABILITAS
(X1)
P1

P2 STRUKTUR P6 HARGA
STRUKTUR MODAL (Z) SAHAM (Y)
P4 AKTIVA (X2) P3
P5

PERTUMBUHAN
PENJUALAN (X3) P5

Keterangan :

P1 : Pengaruh Profitabilitas (X1) terhadap Struktur Modal (Z).

P2 : Pengaruh Struktur Aktiva (X2) terhadap Struktur Modal (Z).

P3 : Pengaruh Pertumbuhan Penjualan (X3) terhadap Struktur Modal

(Z).

P4 : Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan

Penjualan terhadap Struktur Modal secara Simultan.

P5 : Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan

Penjualan terhadap Harga Saham secara Parsial.

P6 : Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Pertumbuhan

Penjualan terhadap Harga Saham secara Simultan melalui

Struktur Modal.

Analisis regresi mediasi dalam penelitian ini dilakukan dengan dua

metode yaitu metode kausal step dan product of coefficient.

a). Metode Kausal Step


Analisis regresi variabel mediasi dengan metode kausal step

dikembangkan oleh Baron dan Kenny (1986). Untuk memahami pengujian

mediasi menggunakan metode ini, digunakan tiga persamaan yaitu sebagai

berikut :

Persamaan I : Y= α1 + cX1 + cX2 + cX3

Persamaan II : Z = α2 + aX1 + aX2 + aX3

Persamaan III : Y = α3 + c’X1 + c’X2 + c’X3 + bZ

Keterangan :

X1 = Profitabilitas

X2 = Struktur Aktiva

X3 = Pertumbuhan Penjualan

Y = Harga Saham

Z = Struktur Modal

α1, α2, α3 = Konstanta

a, b, c, c’ = Koefisien Variabel

b). Metode Product Of Coefficient

Analisis regresi variabel mediasi dengan metode Product Of Coefficient

dikembangkan oleh Sobel (1982). Oleh karena itu uji ini sering disebut uji

Sobel. Uji variabel mediasi dengan metode ini dilakukan dengan menguji

kekuatan pengaruh tidak langsung variabel bebas (X) terhadap variabel

tergantung (Y) melalui variabel mediasi (Z). Untuk memahami pengujian

mediasi menggunakan metode ini, digunakan dua persamaan yaitu sebagai

berikut :
Persamaan I : Z = α1 + b1X1 + b1X2 + b1X3 + e1

Persamaan II : Y = α2 + b2X1 + b2X2 + b2X3 + b3Z + e2

Keterangan :

X1 = Profitabilitas

X2 = Struktur Aktiva

X3 = Pertumbuhan Penjualan

Y = Harga Saham

Z = Struktur Modal

α1, α2 = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien Variabel

e1, e2 = Error

Untuk mengetahui pengaruh variabel mediasi yaitu variabel struktur

modal digunakan sobel test. Menurut Baron dan Kenny dalam Ghozali (2011)

suatu variabel disebut variabel intervening jika variabel tersebut ikut

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Uji

Sobel ini dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung

variabel independen kepada variabel dependen melalui variabel mediasi dengan

Producct Of Coefficient. Analisis regresi variabel mediasi dengan metode

Producct Of Coefficient dikembangkan oleh Sobel (1982). Strategi ini dinilai

lebih mempunyai kekuatan secara statistik daripada metode formal lainnya

termasuk pendekatan Baron dan Kenny (Preacher dan Hayes,2004). Secara

lebih lengkap, berikut ini rumus variabel intervening struktur modal yaitu :

Sαb= √ d2Sα2 + c2Sb2 + b2Sc2 + α2Sd2 + Sα2Sb2Sc2Sd2

Dimana :

α : Koefisien direct effect profitabilitas terhadap struktur


modal

b : Koefisien direct effect struktur aktiva terhadap struktur

modal

c : Koefisien direct effect pertumbuhan penjualan terhadap

struktur modal

d : Koefisien direct effect struktur modal terhadap harga

saham

Sα : Standar error koefisien profitabilitas terhadap struktur

modal

Sb : Standar error koefisien struktur aktiva terhadap struktur

modal

Sc : Standar error koefisien pertumbuhan penjualan terhadap

struktur modal

Sd : Standar error koefisien struktur modal terhadap harga

saham

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung dari variabel

independen terhadap variabel dependen, maka perlu menghitung nilai z dari

koefisien b dengan rumus sebagai berikut :

αb
z=
Sab

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Jika zhitung > ztabel maka ada pengaruh mediasi.

Jika zhitung < ztabel maka tidak ada pengaruh mediasi.

Anda mungkin juga menyukai