Anda di halaman 1dari 107

1

PELUANG DAN TANTANGAN SERTIFIKASI HALAL PADA


PRODUK MAKANAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KOTA JAMBI

SKRIPSI

MEGA KOMALA SARI


NIM. EES 150751

PEMBIMBING:
Dr. NOVI MUBYARTO, SE.,ME
ADDIARRAHMAN, S.H.I.,M.S.I

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
2
3
4
5

MOTTO
❑⧫◆ ⧫ ⧫
⧫ ⧫⬧ ❑⧫ 
◆ ⬧  
⧫     ⧫➔⬧
 ⧫⧫➔☺
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
haramkan apa-apa yang baik yang telah allah halalkan bagi kamu, dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas”. (QS Al-Ma’idah: (05): 87).1

1
Asy-Syifa Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( semarang : Raja Publishing), hlm.106.
6

PERSEMBAHAN

▪ ◆❑▪  



Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya yang telah memberikan ku kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini
Ayah dan Ibuku

Ku persembahkan skripsi ini untuk kedua orangtua ku tersayang ayah ku Hapni


dan ibuku Riana dan Markona yang telah banyak berkorban. terimakasih telah
mendidik, membina, membimbing, dan mendoakan ku dengan ketulusan hati sehingga
dapat menempuh sekaligus menyelesaikan masa studi di UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
Saudaraku
Terimakasih untuk kakak ku tersayang hendri irwansya, anton alexsandra, bambang,
dan iwan serta ayukku Nita, arma, susi, meni, Yulis dan ratna. Yang telah
mendoakan dan memberi semangat untukku.
Terimakasih ponakan ku tersayang Marcel, Naufal, Aranty dan Aisyah yang telah
memberikan semangat dalam mewujudkan cita-cita dan harapan bicik mu

Terimakasih Bapak dan Ibu Guru (Ustadz dan Ustadzah)


Yang selalu menjadi inspirasi ku memberi motivasi di saat aku terjatu, menawarkan
harapan di saat aku terbangun mengingatkan di saat lupa, menasehati di saat salah
dan mengapresiasi di saat benar semoga jasa-jasa bapak dan ibu guru dibalas oleh
Allah SWT dengan keadaan husnul khatimah
Adik dan sahabat-sahabat ku
Widiastuti, indah, Nailis, dewi, wahyuni, mei dan kak hasan mereka slalu ada
mendukungku
Dewan pembimbing (demisioner 06)
Dan segenap pengurus Asrama Ma’had Al-Jami’ah
Yang slalu mewarnai kehidupanku susah, senang, dan sedih bersama
Semoga kalian di berikan kebahagian dunia dan akhirat
Aamiin Ya Rabbal’alamin
7

ABSTRAK

Mega Komala Sari; EES150751; Peluang Dan Tantangan Sertifikasi Halal


Pada Produk Makanan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Jambi.

Makanan halal menjadi bisnis yang menguntungkan tidak hanya


dikalangan Negara-negara yang mayoritas muslim tetapi juga Negara-
negara non muslim. Indonesia merupakan Negara dengan populasi muslim
terbesar di dunia, meskipun demikian, Indonesia baru sebatas pasar dan
belum menjadi pelaku, sedangkan industri makanan halal global dirajai
oleh Thailand yang hanya memiliki persentase penduduk muslim sebesar 5
persen dan telah mengukuhkan diri sebagai dapur halal dunia. Menurut
perry, industri semacam tersebut adalah hasil dari dikembangkannya rantai
pasok halal atau halal supply chain. Maksudnya adalah produksi barang
atau jasa dari hulu hingga hilir memiliki standar dan sertifikasi halal. di
Indonesia jumlah sertifikasi halal tidak sesuai dengan jumlah UMKM
yang ada di Indonesia contoh di Kota Jambi. Menurut perkembangan
jumlah UMKM di Kota Jambi sebesar 10.763. Sedangkan jumlah UMKM
yang memiliki sertifikasi halal tersebut hanya sebesar 5 % dari Jumlah
UMKM yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
penyebab produsen Usaha Mikro Kecil dan Menengah Makanan di Kota
Jambi tidak memiliki Sertifikat Halal. Penelitian dilakukan dengan cara
mengobservasi data sekunder dan melakukan wawancara ke pada UMKM
yang bersangkutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan UMKM
tidak memiliki sertifikat halal tersebut adalah memang tidak ada kemauan
dari pemilik usaha tersebut, kepercayaan kepada allah Swt, bahwa rizki itu
tidak kemana-mana, mengutamakan rasa pada produk untuk pemasaran,
cukup dengan memiliki izin dinas kesehatan saja, tidak ada biaya, proses
yang terlalu rumit dan lama, jangka waktu berlaku sertifikat halal yang
singkat hanya 2 tahun. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa
faktor penyebab yang paling dominan adalah kurangnya pemahaman dan
kesadaran dari UMKM tersebut mengenai sertifikat halal itu sendiri.

Kata Kunci: Peluang, Tantangan, Sertifikat Halal, Produk, UMKM.


8

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Swt atas
limpahan rahmat dan karuniaNya, yang mana dalam penulisan skripsi ini selalu
diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Peluang dan Tantangan Sertifikasi Halal Pada Produk Makanan UMKM
di Kota Jambi”. Tidak lupa pula iringan shalawat serta salam penulis sampaikan
kepada junjungan Nabi Muhammad Saw.
Kemudian setelah melewati berbagai proses, tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang penulis hadapi, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Bagi penulis menyelesaikan karya kecil ini merupakan suatu kebanggaan
tersendiri, meskipun sepintas terlihat sangat jauh dari kata memuaskan. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Dr. Novi
Mubyarto,.SE.,ME selaku Pembimbing Skripsi I dan Bapak
Addiarrahman,S,H.I.,M,S.I selaku Pembimbing Skripsi 2 yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
Terimakasih pula kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis yaitu,
kepada:
1) Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2) Bapak Prof. Dr. Subhan, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN STS Jambi.
3) Ibu Dr. Rafidah, SE.,M.EI., Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
4) Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE.,ME Selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum, Keuangan dan Perencanaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS
Jambi.
5) Ibu Dr. Halimah Dja'far, M.Fil.l, Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama Luar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
6) Bapak Dr. Sucipto, MA dan Ibu G.W.I Awal Habibah M.E.Sy, selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN STS Jambi.
9

7) Bapak / Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan / karyawati Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
8) Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun
tidak langsung.
Kemudian, terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh Civitas
Akademik Ma’had Al-Jami’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi atas
bimbingannya selama ini terkhusus kepada Ust. H. Abu Mansur Al-Maturidi Lc.,
M.Hi, Ummi Shinta Wati MF, M.Pd, Ukhty Shelvy Annisah Nasution S.Pd,
Ukhty Athaya Ulfah S.Pd terima kasih yang sedalam-dalamnya atas didikan
mentalitasnya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan tegar. Dan
juga kepada sahabat-sahabat perjuangan Dewan Pembimbing (Demisioner 6)
Ma’had Al-Jami’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, terima kasih untuk
sharing nya dan semangatnya serta menjadi sahabat-sahabat terbaik ku, begitu
juga kepada semua teman-teman senasib dan seperjuangan Indah Lestari, Nailis
Sa’adah, Dessy Meisyah, serta anak-anak Akuntansic terima kasih atas
motivasinya. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini Ust. Andes Saputara S.E Sy, Ust. Suprapno, M.Pd.I Gustia dan lainnya
yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih semuanya.

Akhir kata, penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk hasil yang lebih baik di
kemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya rabbal
‘alamin.

Jambi, Agustus 2019


Penulis

Mega Komala Sari


EES.150751
10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii
NOTA DINAS ..................................................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 12
C. Batasan Masalah…………………………………………………………… 13
D. Tujuan Penelitian .. ………………………………………………………... 13
E. Kegunaan Penelitian……………………………………………………….. 15
F. Kerangka Teori...... ………………………………………………………... 39
G. Tinjauan Pustaka ... ………………………………………………………... 46
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ....................................................................... 48
B. Pendekatan Penelitian……………………………………………………… 48
C. Jenis dan Sumber Data……………………………………………………... 49
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………..... 50
E. Teknik Analisis Data………...……………………………………………... 53
F. Sistematika Penulisan……………………………………………………..... 56
G. Jadwal penelitian .. ………………………………………………………… 57
11

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Sejarah Singkat Kota Jambi ........................................................................ 59
B. Letak Geografis ... ....................................................................................... 59
C. Visi dan Misi Kota Jambi ............................................................................ 60
D. Perkembangan UMKM di Kota Jambi ........................................................ 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


A. Penyajian Data Umum ................................................................................. 65
B. Peluang Dan Tantangan Sertifikasi Halal Produk Makanan UMKM Di Kota
Jambi ................... ...................................................................................... 68
C. Prosedur Memperoleh Sertifikat Halal Pada Produk Pangan ...................... 76
D. Faktor Penyebab Produsen Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Makanan
Tidak Memiliki Sertifikat Halal .................................................................. 83

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......... ....................................................................................... 88
B. Saran .................... ....................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
12

DAFTAR SINGKATAN

UMKM : Usaha Mikro Kecil Dan Menengah


DISKOP : Dinas Koperasi
BPS : Badan Pusat Statistik
MUI : Majelis Ulama Indonesia
USD : US Dolallar
BI : Bank Indonesia
ISEF : Indonesia Sharia Economic Festival
PKL : Pedagang Kaki Lima
RUU-JPH : Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal
MD : izin untuk usaha industri besar dan bersifat local
LP-POM : Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika
SJH : Sistem Jaminan Halal
TQM : Total Quality Manajement

LPE : Laju Pertumbuhan Ekonomi


MEA : Masyarakat Ekonomi ASEAN
ASEAN : Association of Southeast Asian Nations (Asosiasi Negara-negara
Asia Tenggara)
AHI : Auditor Halal Internal
13

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Estimasi Populasi Muslim Dunia pada 2020


Tabel 1.2 : Perkembangan UMKM di Kota Jambi Pertahun (2015-2018)

Tabel 1.3 : Kriteria UMKM Berdasarkan Aset dan Omset

Tabel 1. 4 : Kriteria UMKM Berdasarkan Jumlah Tenaga kerja

Tabel 1.5 : Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1 : Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 2.2 : Jadwal Penelitian
14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran


Gambar 4.1 : Proses Sertifikasi Halal yang di Lakukan LPPOM
15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Usaha mikro kecil dan menengah merupakan usaha yang mampu

memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi

secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses

pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong

pertumbuhan ekonomi dan berperan mewujudkan stabilitas nasional.

Dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi

ekonomi yang berkeadilan, salah satu kegiatan atau usaha yang sangat

berpotensi untuk memberikan kontribusi ke arah tersebut adalah kegiatan

ekonomi berskala kecil dan menengah yang jumlahnya sangat banyak dan

tersebar di seluruh tanah air. Populasi muslim di seluruh dunia untuk saat

ini sudah mendekati angka 2 miliyar dengan estimasi populasi muslim

akan mencapai 2,049 milyar jiwa pada kurun waktu sekitar tahun 2020

yang akan datang sebagaimana dijelaskan Pada Tabel 1.1 yang ada di

bawah ini:2

2
Kettani, Houssain. "2010 world muslim population." proceedings of the 8th Hawaii
Internafional Conference on Arts and Humanifies. 2010. Hlm.51
16

Tabel 1.1
Estimasi Populasi Muslim Dunia pada 2020

Benua Populasi Muslim Jumlah Rasio


(%) Muslim Muslim
(%)
Asia 4,737,480,856 30.68 1,453,601,910 70.94
Africa 1,302,294,870 41.64 542,322,842 26.47
Eropa 741,164,497 5.77 42,735,724 2.09
Amerika 1,053,854,176 0.94 9,931,849 0.48
Oseania 41,274,369 1.29 530,669 0.03
World 7,876,068,770 26.02 2,049,122,995 100
Sumber: Kettani (2010)

Berdasarkan tabel 1.1 populasi muslim di seluruh dunia diperkirakan

mencapai 2,049 milyar jiwa dengan populasi terbesar muslim di dunia berada

pada benua Asia dengan persentase sebesar 70.94% dan di posisi kedua diikuti

oleh benua Afrika dengan persentase sebesar 26.47%. Populasi muslim tumbuh

secara berkala sebesar 1,75 % tiap tahunnya.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah umat muslim semakin

tumbuh dengan pesat tiap tahunnya. Permintaan konsumsi makanan halal

meningkat secara pesat sejalan dengan ekspansi 2,1 miliar populasi muslim di

seluruh dunia. Menurut Mariam perkembangan pasar halal di seluruh dunia

adalah sekitar USD 2,1 triliun dan pada tahun 2011 diperkirakan bahwa

perkembangan pasar untuk sektor makanan halal adalah USD 661 milyar3.

Pasar halal tumbuh cepat dan meningkat sekitar 25% per tahun 4. Makanan

halal menjadi bisnis yang menguntungkan tidak hanya di kalangan negara-

negara dengan mayoritas muslim tetapi juga negara-negara non-muslim.

Dilihat dari perspektif Islam, konsep halal merupakan hal yang wajib bagi

3
Hanzaee, Kambiz Heidarzadeh, and Mohammad Reza Ramezani. "Intention to halal
products in the world markets." Interdisciplinary Journal of Research in Business 1.5 (2011): 1-7.
4
Izzuddin, Ahmad. "Pengaruh Label Halal, Kesadaran Halal dan Bahan Makanan
terhadap Minat Beli Makanan Kuliner." Jurnal Penelitian IPTEKS 3.2 (2018):hml, 101.
17

seorang muslim. Halal berarti diperbolehkan atau diijinkan dalam agama Islam

(Alquran Surat Albaqarah 168-169). Oleh sebab itu, muslim akan mencari

produk untuk dikonsumsi sesuai dengan ajaran agama yang telah diterima. Hal

ini ditandai dengan banyaknya permintaan produk halal yang sudah memiliki

sertifikat Halal di dunia5.

Sehingga secara global kesadaran akan pentingnya halal dan kualitas

barang oleh konsumen muslim perlu ditingkatkan, sehingga menimbulkan

persepsi baru tentang halal. Tidak lagi sebatas ajaran agama, millennials

menganggap halal adalah gaya hidup sehat dan cool yang kian mengglobal.

Terlihat dari banyaknya produsen (baik dari negara mayoritas maupun

minoritas muslim) yang berlomba menghadirkan produk halal untuk memenuhi

permintaan konsumen. Dari hasil State of the Global Islamic Economy Report

yang dirilis oleh Dinar Standard dan Thomson Reuters memperkirakan bahwa

potensi pasar sektor makanan dan gaya hidup halal global yang berkembang

pesat dengan pengeluaran konsumen di angka $1.62 triliun pada tahun 2012

diperkirakan akan mencapai $2.47 triliun pada tahun 2018 Produk halal sudah

menjadi tren.

Bahkan Indonesia memiliki impian jadi pusat produk halal dunia.

Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Hal ini

membuat Indonesia menjadi pasar terbesar di dunia bagi produk- produk halal.

5
AbuTalib, Mohamed Syazwan, and M. R. Mohd Johan. "Issues in halal packaging: a
conceptual paper." International Business and Management 5.2 (2012): 94-98.
18

"Indonesia adalah pasar terbesar produk makanan, fashion halal di dunia,".6

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers

Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Grand City, Surabaya, Rabu

(8/11/2017). Meskipun demikian, Indonesia baru sebatas pasar dan belum

menjadi pelaku. Padahal, Indonesia sebenarnya sangat mampu untuk

memproduksi produk-produk halal yang dapat dikonsumsi di dalam negeri

maupun diekspor. Industri halal global malah dirajai oleh sejumlah negara

yang bukan negara dengan persentase penduduk muslim yang besar.

Industri makanan halal global dirajai oleh Thailand yang hanya memiliki

persentase penduduk muslim sebesar 5 persen. Thailand telah mengukuhkan

diri sebagai dapur halal dunia. Sementara itu, Australia telah memproduksi

dan mengekspor daging sapi halal. Korea Selatan yang terkenal dengan industri

kecantikannya juga merajai industri kosmetik halal dunia. Adapun industri

tekstil halal didominasi oleh China.

Menurut Perry, industri semacam tersebut adalah hasil dari

dikembangkannya rantai pasok halal atau halal supply chain. Maksudnya

adalah, produksi barang atau jasa dari hulu hingga hilir memiliki standar dan

sertifikasi halal. " Halal supply chain adalah jejaring, aktivitas ekonomi yang

bisa memproduksi dan memenuhi berbagai kebutuhan produk dan jasa halal,"

di Indonesia dalam mengembangkan rantai pasok halal, belajar dari

pengalaman negara lain, perlu fokus pada sektor yang memiliki keunggulan

6
Sakina Rakhma Diah Setiawan "Negara Mana yang Rajai Industri Halal Dunia ",
Artikel Surabaya, Kompas.com. html, (di akses 11 April 2019).
19

kompetitif. Dalam kasus Indonesia, sektor yang paling memiliki keunggulan

daya saing adalah makanan halal. Oleh sebab itu, pengembangan rantai pasok

halal perlu dipercepat. Rantai pasok halal ini pun harus terintegrasi, baik dari

sisi usaha besar, menengah, maupun kecil termasuk pemberdayaan ekonomi

pesantren dan kelompok-kelompok muslim lain. Indonesia perlu menyusun

program dan melaksanakan program untuk membentuk halal Supply Chain

supaya mampu untuk bersaing di produk- produk halal unggulan yang

mendunia.

Fakta empiris lain di Indonesia menunjukkan bahwa penduduk tanah air

yang mayoritas muslim, wajar jika negara memproteksi atau melindungi umat

Islam dari mengonsumsi makanan, obat-obatan dan kosmetika yang berasal

dari jenis dan zat yang tidak halal7. Secara faktual, perlindungan terhadap

konsumen telah diatur melalui Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 dengan

penjelasan sebagaimana pasal 4 yang antara lain menyebutkan, bahwa

konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa, serta berhak atas informasi yang benar,

jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Artinya, dalam hal kehalalan suatu produk makanan, produsen

berkewajiban menjamin kehalalan produknya. Bahkan di dalam pasal 8, yang

antara lain mengatur larangan terhadap pelaku usaha agar tidak memproduksi

dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan

7
Dr. Prima Aswirna. S.Si. Msc, Silvina Febriyanti, Msi.”Pengabdian Berbasis Kebijakan
Peningkatan Pemahaman Masyarakat Tentang Pentingnya Mengkonsumsi Produk Halal Bagi
Pemuka Agama Islam Kota Padang”, Skripsi :Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat Kompetitif
UIN Imam Bonjol Padang, (2018),hlm.4-7.
20

janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi

penjualan barang dan/atau jasa tersebut, juga tidak boleh melanggar ketentuan

berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan

dalam label8.

Seterusnya realita juga menunjukkan negara belum bisa memberikan

jaminan kepastian kehalalan sebuah produk sesuai standar syariat islam. Itu

sebabnya, untuk melayani hak-hak konsumen muslim sangat diperlukan

regulasi yang jelas dan tegas, karena tidak semua umat muslim (baik sebagai

konsumen maupun produsen) paham syariat islam mengenai standar halal atau

tidak halal9. Hendaknya disetiap kota atau daerah yang ada di indonesia

mengeluarkan regulasi seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota

Balikpapan.

Mereka memandang perlu untuk mengeluarkan Fatwa tentang Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Syariah, untuk memberikan panduan

kepada pelaku UMKM dan pemahaman kepada masyarakat agar kegiatan

usaha UMKM diridhai Allah Swt, tidak menimbulkan kerugian dan kerusakan

baik dalam masyarakat maupun di alam semesta. Pengendalian kehalalan

produk makanan baru sebatas pada persoalan kandungan bahan, lingkungan

proses pengolahan, dan prosedur standar pengolahan. Bagaimana dengan cara

memperoleh bahan pangan, jenis bahan pangan, atau cara penyembelihan jika

bahan pangan tersebut adalah daging binatang belum mendapat perhatian.

Tentu menjadi sebuah. keprihatianan, dan jika komoditas pangan yang beredar

8
ibid
9
ibid
21

di tengah masyarakat belum terjamin kehalalannya maka umat Islam adalah

pihak yang paling dirugikan.

Dalam pandangan Islam, sertifikasi halal merupakan bagian dari etika


bisnis Islam. Sistem ekonomi bisnis “dalam pandangan islam mempunyai
pengawasan internal atau ketulusan yang ditimbulkan oleh iman didalam hati
ummat muslim dan menjadikan pendamping untuknya. Ekonomi syariah
bertujuan untuk manusia mencukupi kebutuhan hidupnya yang disyariatkan
oleh Allah swt. Manusia membutuhkan hidup dengan pola kehidupan yang
agamis sekaligus manusiawi sehingga ia bisa melaksanakan kewajibannya
kepada Tuhan, diri dan keluarganya serta sesama manusia. Secara garis besar
tuntunan mengenai permasalahan dalam bisnis Islam yaitu tidak
memperbolehkan umat Islam “untuk bekerja mencari uang semena-mena dan
dengan cara apapun seperti penipuan, curang, dan perbuatan haram lainnya
Sedangkan dalam islam telah allah jelaskan dalam al-Qur’an mengenai
larangan tersebut antaralain, yaitu salah satu nya didalam QS Al-Baqarah ayat
:188.
⬧◆❑ ❑➔⬧ ◆
⧫ ⧫
◼  ❑➔◆
⬧ ❑➔→⧫ ⧫
 ◆❑ 
⧫❑☺◼➔⬧ ◆ 

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu
mengetahui”. 10
Berdasarkan ayat tersebut orang Islam diperintahkan untuk tidak memakan

harta sesamanya dengan secara batil. Husayn Syathah dan Shidiq Muhammad

10
Asy-Syifa Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( semarang : Raja Publishing), hlm.112
22

alAmîn al-Dhâhir menjelaskan alasan etika dalam berbisnis sangat diperlukan

yaitu: (1) Rusaknya moral yang makin merajalela pada perusahaan

belakangan ini. (2) Kejadian di lapangan menjelaskan bahwa kuatnya

pengembangan etika unggul dapat membawa nama baik perusahaan. Aplikasi

dari“nilai moralitas dalam bisnis tersebut merupakan tanggung jawab bagi

setiap pelaku bisnis. Pada umumnya etika sangat berpengaruh terhadap

pelaku bisnis yang paling utama dalam hal kepribadian, tindakan dan

perilaku. Bagi ummat Muslim nilai-nilai ini merupakan rangsangan dari

keimanannya kepada Allah.11

Jambi adalah sebuah Provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di

bagian tengah Pulau Sumatra. Jambi adalah satu dari tiga provinsi di

Indonesia yang ibukotanya bernama sama dengan nama provinsinya, selain

Bengkulu, Daerah khusus Ibukota Jakarta, dan Gorontalo. Provinsi Jambi

secara geografis terletak antara 0,45° Lintang Utara, 2,45° Lintang Selatan

dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Kondisi geografis yang cukup

strategis di antara kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran

provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam

yang melimpah.

Kebutuhan industri dan masyarakat di kota-kota sekelilingnya didukung

suplai bahan baku dan bahan kebutuhan dari provinsi ini. Masyarakat Jambi

merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi,

11
Saifullah, Muhammad. "Etika bisnis Islami dalam praktek bisnis Rasulullah."
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 19.1 (2011).
23

yakni Suku Melayu Jambi dan keturunan atau rumpun minang yang menjadi

mayoritas (Kerinci, Tanjung Tebo, Kuamang, Sarolangun dan Suku Asli

Anak Dalam, dan perantau dari Sumatra Barat) di Provinsi Jambi.

Sejarah dan budaya merupakan bagian dari varian Rumpun

Minangkabau. Adat dan budaya mereka dekat dengan budaya Minang.

Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam yaitu sebesar

94,27%, sedangkan selebihnya merupakan pemeluk agama Kristen Protestam

2,90%, Katolik 1,30%, Buddha 1,29%, Konghucu 0,12% dan sebagian kecil

pemeluk agama Hindu 0,08%.12

Imam Bastian, Kabid UMKM Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM

Kota Jambi, Mengataka bahwa jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) mengalami peningkatan setiap tahunnya.13 Hal ini karena

masyarakat mencoba membuka usaha sendiri dengan modal yang mereka

miliki. Berdasarkan data yang mencatat 10.763 UMKM yang ada pada tahun

2018 dengan jenis usaha yang beragam, usaha yang di gelutinya mulai dari

sektor kuliner, fashion, pendidikan, otomotif, agro, teknologi informasi,

hingga pedagang kaki lima (PKL) dan ojek.:

Berikut adalah tabel data perkembangan UMKM Kota Jambi.

12
https://www.google.com/ tentang+jambi+wikipedia,akses 3 juni 2019.
13
Thomas Aquinus,” Tiap Tahun Jumlah UMKM di Jambi Meningkat Hingga Melebihi
10 Ribu,”Trubus.id/diakses ( 08 nomvember 2018).html.
24

Tabel 1.214

Perkembangan UMKM di Kota Jambi Pertahun (2015-2018)

JUMLAH RASIO JUMLAH SERTIFIKASI

TAHUN UMKM 100% HALAL

2015 10.545 0,14 15

2016 10.704 0,54 58

2017 10.763 3,11 335

2018 10.763 5,0 539

TOTAL 8,79 947

Sumber : Dokumen Dinas Koperasi dan UMKM kota Jambi .

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa menurut keterangan data diatas

adalah UMKM di Kota Jambi mengalami peningkatan setiap tahunnya

sedangkan jumlah UMKM yang sudah memilki sertifkat halal hanya 5 %, dari

jumlah UMKM yang ada. Pengusaha mikro dan kecil hingga saat ini masih

kurang peduli terhadap jaminan kehalalan produknya, meskipun ada bantuan

dalam proses sertifikasi. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh pengamat

produk halal yang juga mantan Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, bahwa

hampir semua industri menengah dan besar sudah mendapatkan sertifikasi

halal, sementara kelompok usaha kecil masih sedikit yang telah tersertifikasi

14
Dokumen Diskop UMKM”,Kota Jambi ,Indikator Urusan Umkm kota Jambi. (04
november 2018.)
.
25

halal.15 Hal ini membuat masyarakat menjadi khawatir terhadap produk yang

diciptakan dan ditawarkan oleh Usaha Kecil dan menengah. Sementara

himbauan dari pemerintah, berdasarkan Undang-Undang Jaminan produk

Halal (RUU-JPH) Nomer 33, tahun 201416. Undang-undang tersebut dalam

pasal 4 menyebutkan bahwa “Semua produk termasuk produk makanan dan

farmasi harus tersertifikasi halal”. Berdasarkan kenyataan dengan himbauan

diatas bahwa realisasi dari UUD tersebut belum sepenuhnya terlaksana.

Sertifikat yang seharusnya dimiliki guna meyakinkan konsumen atas

kebersihan dan kehalalan produk makanan itu diabaikan.

Hal inilah yang membuat penulis ingin mengkaji Apakah faktor

penyebab produsen usaha kecil dan menengah makanan tidak memiliki

sertifikat halal Berdasarkan penelitian terdahulu dari T. Maryati, R.syarief dan

R. Hasbullah yang berjudul “Analisis Kendala Dalam Pengajuan Sertifikat

Halal (Studi Kasus: Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah Makanan Beku

di Jabotabek)”17 yang hasilnya adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah

tidak memiliki fasilitas produksi yang layak dan berproduksi menggunakan

mesin berteknologi sederhana. Izin edar MD merupakan faktor kendala bagi

UMKM makanan beku mengajukan sertifikat halal.

15
Dr. Prima Aswirna. S.Si. Msc, Silvina Febriyanti, Msi.”Pengabdian Berbasis
Kebijakan Peningkatan Pemahaman Masyarakat Tentang Pentingnya Mengkonsumsi Produk
Halal Bagi Pemuka Agama Islam Kota Padang”, Skripsi :Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat
Kompetitif UIN Imam Bonjol Padang, (2018),hlm.4-7.
16
Pidato Kepala BPJPH Kemenag Sukoso, ”Mulai Oktober 2019 seluruh produk wajib
bersertifikat halal Pada Seminar Dan Workhsop Tantangan Dan Peluang Industri Halal,” di
selenggarakan oleh Universitas Mathalaul Anwar Serang (10 April 2019).html.
https://www.antaranews.com, di akses 10 April 2019.
17
T.Maryati R,Syarief , R.Hasbullah,” Analisis Faktor Kendala dalam Pengajuan Sertifikat
Halal. (Studi Kasus: Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Makanan Beku di
Jabodetabek).skripsi(Fakultas Teknologi Pertanian, IPB 2016). Di akses 05 mei 2018.
26

Tentunya setiap UMKM pasti mempunya kendala yang sama dan berbeda

dalam mengajukan sertifikasi halal namun yang lebih penting di ketahui oleh

pelaku usaha adalah sisi positif dari memiliki sertifikat tersebut agar menjadi

motivasi untuk menjadi pelaku usaha yang baik dan sesuai syariat islam.

Berdasarkan latar belakang tersebut, menarik untuk dilanjutkan menjadi

sebuah penelitian dengan judul : “Peluang dan Tantangan Sertifikasi Halal

Pada Produk Makanan UMKM di Kota Jambi.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana peluang dan tantangan sertifikasi halal pada produk

makanan UMKM di Kota Jambi.?

2. Bagaimana prosedur memperoleh sertifikat halal pada produk pangan?

3. Apakah penyebab produsen usaha kecil dan menengah makanan tidak

memiliki sertifikat halal ?

C. Batasan Masalah
Batasan masalah dibuat untuk membantu penulis dalam

menyelesaikan permasalahan dengan cara memilih tempat penelitian yang

dianggap sesuai dengan yang diharapkan dan mengingat luasnya cakupan

masalah pelanggaran terhadap hak-hak konsumen, maka ruang lingkup

permasalahan dalam penelitian ini di batasi, yakni yang dilihat Apakah

penyebab usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) makanan tidak


27

memiliki sertifikat halal produknya di Kecamatan Telanai Pura,

Kecamatan Kota Baru, dan kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Mengetahui peluang dan tantangan sertifikasi halal produk

makanan UMKM di Kota Jambi.?

b. Mengetahui prosedur memperoleh sertifikat halal pada produk

pangan?

c. Mengetahui penyebab produsen usaha kecil dan menengah

makanan tidak memiliki Sertifikat Halal ?

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain :

a. Sebagai bahan acuan bagi penelitian sejenis yang mungkin akan

dilakukan selanjutnya.

b. Memberikan informasi kepada pelaku usaha dan pemerintah.

c. Memberikan informasi terhadap permasalahan pelaku usaha untuk

mengajukan sertifikasi halal kepada pihak yang bersangkutan.


28

Dengan tercapainya tujuan-tujuan penelitian tersebut, maka ada beberapa

kegunaan (manfaat) yang dapat diambil antara lain :

a. Penulis, penelitian ini sebagai studi awal dan menambah wawasan

mengenai bagaimana proses pengajuan sertifikat halal atau label halal

dalam produk.

b. Mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi

para mahasiswa dalam penelitian selanjutnya dan menambah wawasan

baru bagi mahasiswa ekonomi dalam praktik dunia bisnis.

c. Pelaku Usaha, diharapkan dapat memotivasi kesadaran dan berguna

bagi pelaku usaha untuk memiliki kepercayaan masyarakat dalam

memasuki pasar global serta bertanggung jawab menggunakan

sertifikat/label halal tersebut dengan sebaik-baiknya.

d. Masyarakat, merupakan sumber referensi dan saran pemikiran bagi

kalangan akademisi dan praktisi didalam menunjang penelitian

selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi

peneliti yang lain.

e. Pemerintah, penelitian ini sebagai salah satu media sosialisasi

pemerintah kepada masyarakat/produsen dalam memberikan informasi

dalam dunia bisnis.


29

E. Kerangka Teori
Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah penulis uraikan dan

Sebagai mana mestinya setiap penelitian memerlukan landasan teori yang

berkaitan dan akan menunjang yang akan di teliti. Yaitu “Peluang dan

Tantangan Sertifikasi Halal Produk Makanan UMKM di Kota Jambi.”

Oleh sebab itu dalam pemecahan permasalahan yang tercantum dalam

pokok masalah berikut ini di sajikan beberapa pokok telaah pustaka untuk

memperoleh kerangka teori atau landasan yang berkenaan dengan

penelitian.

1) Peluang
Peluang dalam bahasa inggris disebut dengan opportunity yaitu adalah

kesempatan, sedangkan dalam kewirausahaan iyalah sebuah

kesempatan yang harus dan bisa dimanfaatkan oleh seseorang pemilik

bisnis atau wirausaha demi mendapatkan suatu tujuan tertentu yang


18
dinginkan. Menurut arif F. Hadiparanata peluang usaha merupakan

sebuah resiko yang harus diambil dan di hadapi untuk mengelola dan

mengatur segala urusan yang ada hubungannya dengan finansial.

Menurut Thomas W. zimmerer peluang usaha merupakan sebuah

terapan yang terdiri dari kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan

masalah dan melihat kesempatan yang dihadapi setiap hari.

18
http://www.dosenpendidikan,” 5 Pengertian Peluang Usaha Menurut Parah Ahli, Akses 5
juni 2019
30

2). Tantangan
Tantangan dalam KBBI yaitu, hal atau objek yang menggugah tekad untuk

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja

lebih giat dan sebagainya).19 Indonesia merupakan pasar yang besar dan

cukup diperhitungkan di negara ASEAN, dengan adanya MEA akan

menjadikan tantangan bagi pelaku usaha di Indonesia karena dengan

terbukanya pasar antara negara-negara ASEAN ini akan menambah

persaingan yang cukup ketat.

3). Sertifikasi halal


Sertifikasi halal merupakan fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia

(MUI) yang menyatakan kehalalan suatu produk. Dikeluarkan melalui

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LP-POM) dan

komisi fatwa telah berikhtiar untuk memberikan jaminan produk makanan

halal bagi konsumen muslim melalui instrumen sertifikat halal.”20

Sertifikat halal selain sebagai perlindungan konsumen dari berbagai

macam makanan yang tidak layak sesuai syari’at islam khususnya

indonesia yang mayoritas agama islam, juga mendorong kompetisi dan

menjadi keunggulan,sertifikat halal saat ini menjadi salah satu poin untuk

daya saing di perdagangan internasional.Tujuan pelaksanaan sertifikasi

halal pada produk pangan, obat-obatan dan kosmetika adalah untuk

memberikan kepastian kehalalan suatu produk sehingga dapat

19
https://kbbi.web.id,akses. 6 april 2018.
20
Ramlan,nahrowi” Sertifikasi Halal Sebagai Penerapan Etika Bisnis Islami Dalam
Upaya Perlindungan Bagi Konsumen Muslim.” Skripsi. (Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Sumut ) 2018,hlm.147-148.
31

menentramkan batin yang mengkonsumsinya. Sertifikat halal ini dapat

digunakan untuk pembuatan label halal.

Komitmen Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka secara

terus-menerus melakukan penelitian dan selanjutnya memberikan label

halal terhadap berbagai jenis makanan, kosmetik dan daging olahan yang

beredar di masyarakat dalam berbagai kemasan secara kontinu terus

dilaksanakan dalam upaya memberikan kepastian status makanan yang

akan dikonsumsi dan produk kosmetik yang akan dipakai.

UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

juga mengatur tentang kehalalan dalam Pasal 58 yang menyebutkan

bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya

melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standarisasi,

sertifikasi dan registrasi dalam rangka menjamin produk hewan yang

aman, sehat, utuh dan halal. Kemudian dikenal ada Sistem Jaminan Halal

(SJH) yaitu sebuah sistem yang mengelaborasi, menghubungkan,

mengakomodasi dan mengintegrasikan konsep-konsep syariat Islam

khususnya terkait dengan halal dan haram, etika usaha dan manajemen

keseluruhan, prosedur dan mekanisme perencanaan serta implementasi

dan evaluasinya pada suatu rangkaian produksi atau olahan bahan yang

akan dikonsumsi umat Islam.

Prinsip sistem jaminan halal pada dasarnya mengacu pada konsep

Total Quality Manajement (TQM) yaitu sistem manajemen kualitas


32

terpadu yang menekankan pengendalian kualitas pada setiap lini. Sistem

jaminan halal harus dipadukan dalam keseluruhan manajemen yang

berpijak pada empat konsep dasar, yaitu komitmen yang kuat untuk

memenuhi permintaan dan persyaratan konsumen, meningkatkan mutu

produksi dengan harga yang terjangkau, produksi bebas dari kerja ulang

serta bebas dari penolakan dan penyidikan.

Oleh karena itu maka penting untuk memberikan label halal pada

setiap kemasan makanan yang akan diproduksi agar kaum Muslim

merasa aman mengkonsumsinya dan terbebas dari dosa. Pemberian label

halal pada pangan yang dikemas bertujuan agar masyarakat memperoleh

informasi yang benar dan jelas atas setiap produk pangan, baik

menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan

lain yang diperlukan. Khusus pencantuman label halal ditujukan untuk

melindungi masyarakat yang beragama Islam agar terhindar dari produk

makanan yang tidak halal.

Dengan adanya labelisasi halal dapat dijadikan sebagai tanda yang

memudahkan konsumen untuk memilih produk-produk pangan yang

akan dikonsumsinya sesuai dengan keyakinan agama Islam yang

dianutnya. Untuk mencapai hal tersebut perlu menekankan pada tiga

aspek yaitu zero limit, zero defect dan zero risk. Dengan penekanan pada

3 zero tersebut tidak boleh ada sedikit pun unsur haram, tidak boleh ada

proses yang menimbulkan ketidak halalan produk dan tidak

menimbulkan risiko dengan penerapannya.


33

Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti “melepaskan” dan

“tidak terikat”, secara etimolgis halâl berarti hal-hal yang boleh dan

dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-

ketentuan yang melarangnya.21 Atau diartikan segala sesuatu yang bebas

dari bahaya duniawi dan ukhrawi. Sedangkan tayyib berarti makanan

yang tidak kotor atau rusak dari segi zatnya atau tercampur benda najis

dengan pengertian baik. Dan makanan yang menyehatkan. Islam

21
Dea Ariska, Perlindungan Hukum Konsumen terhadap Makanan dan Minuman yang
Tidak Bersertifikat Halal,Journal Skripsi: Universitas Lampung, 2017.hlm.44
34

memberikan penjelasan mengenai persoalan-persoalan mana saja yang

halal dan mana saja yang haram. Dalam masalah makanan, misalnya,

pada dasarnya Islam menghalalkan semua jenis makanan dan minuman

yang baik dan bergizi (al-thayyibât) dan mengharamkan semua jenis

makanan dan minuman yang menjijikan (al-khabâ’its). Ketentuan

tersebut kemudian diperinci lagi oleh Allah dalam surat al-Baqarah ayat

173.

‫عا ٍد فَال‬
َ ‫اغ َوال‬
ٍ َ‫غي َْر ب‬ ُ ‫ض‬
َ ‫ط َّر‬ ِ َّ ‫ير َو َما أ ُ ِه َّل بِ ِه ِلغَي ِْر‬
ْ ‫اَّلل فَ َم ِن ا‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََّم َولَ ْح َم ْالخِ ْن ِز‬
َ ‫إِنَّ َما َح َّر َم‬

ٌ ُ‫غف‬
. )١٧٣( ‫ور َرحِ ي ٌم‬ َ ‫اَّلل‬ َ ‫إِثْ َم‬
َ َّ ‫علَ ْي ِه إِ َّن‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,


darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS.Al-Baqarah : 173)22
Ayat tersebut menjelaskan secara tegas mengenai 4 (empat) jenis

makanan yang haram dikonsumsi yaitu bangkai, darah, babi, dan

binatang yang disembelih untuk selain Allah. Sementara itu, hanya ada 1

(satu) jenis minuman yang diharamkan, yaitu khamar sperti dijelaskan

oleh Allah Swt dalam surat al-Maidah ayat 90. Di luar itu, hadis-hadis

Nabi Saw menambahkan beberapa jenis binatang yang haram dikonsumsi

seperti biantang buasa yang bertaring, berkuku tajamm, binatanh yang

hidup di dua alam (darat dan laut), potongan dari binatang yang masih

hidup, dan sebagainya.

22
Bukhara, Al-qur’an Tajwid dan Terjemah, Al-Baqarah: 172-173, (Bogor, Sygma, 2008)
hlm. 154.
35

Sementara itu dalam “Panduan Sertifikat Halal” yang dikeluarkan

oleh Departemen Agama, dijelaskan bahwa produk yang halal adalah

produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam,

antara lain:23

1. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi;

2. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-

bahan yang berasal dari organ manusia, darah, dan kotoran;

3. Semua bahan yang bersal dari hewan yang disembelih menurut tata

cara syariat Islam;

4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengolahan,

tempat pengelolaan dan transportasi tidak boleh digunakan untuk

babi dan/atau barang tidak halal lainnya. Jika pernah digunakan untuk

babi dan/atau barang tidak halal lainnya terdahulu harus dibersihkan

dengan tata cara syariat Islam; dan

5. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.

Maka, secara umum makanan dan minuman yang haram terdiri dari

binatang, dan tumbuh-tumbuhan sebagai berikut:24

1. Binatang: bangkai, darah, babi, dan hewasn yang disembelih dengan

nama selain Allah (Q.S 2: 173). Hewan yang dihalalkan akan berubah

statusnya menjadi haram apabila mati karena tercekik, terbentur,

jatuh tertanduk, diterkam binatang buas dan yang disembelih untuk

23
Dea Ariska, Perlindungan Hukum Konsumen terhadap Makanan dan Minuman yang
Tidak Bersertifikat Halal, Journal Skripsi: Universitas Lampung, 2017.hlm.176
24
Ibid.hlm. 179
36

berhala (Q.S 5: 3), kecuali ikan dan belalang boleh dikonsumsi tanpa

disembelih. Binatang yang dipandang jijik atau kotor menurut naluri

manusia (Q.S 7: 157). Binatang dan burung buas yang bertaring dan

memiliki cakar, binatang-bianatang yang oleh ajaran Islam

diperintahkan membunuhnya seperti ular, gagak, tikus, anjing galak,

dan burung elang dan sejenisnya, binatang-binatang yang dilarang

membunuhnya seperti semut, lebah, burung hudhud, belatuk, hewan

yang hidup di dua jenis alam seperti kodok, penyu dan buaya.

2. Tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, dan buah-buahan boleh dimakan

kecuali yang mendatangkan bahaya atau memabukan baik secara

langsung maupun melalui proses. Maka semua jenis tumbuh-

tumbuhan yang mengandung racun atau yang memabukan haram

dimakan.

3. Semua jenis minuman adalah halal kecuali minuman yang

memabukan seperti arak dan yang dicampur dnegan benda-benda

najis, baik sedikit maupun banyak. Keterangan produk halal

sangatlah penting bagi warga negara Indonesia yang mayoritas

penduduknya beragama Islam. Sudah seharusnya produk-produk

yang diproduksi harus memiliki sertifikat halal dan/atau label halal

pada kemasan produk tersebut, agar barang yang dijual kepada

konsumen terkhususnya konsumen muslim aman untuk dikonsumsi.

Dalam hal ini, bukan hanya konsumen muslim yang terlindungi, tapi

juga bagi konsumen non muslim juga akan mendapatkan manfaatnya.


37

4.) Produk
Dalam arti luas produk ialah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

proses sehingga produk berkaitan erat dengan teknologi menurut Undang-

Undang perlindungan konsumen pasal 1 angka 4 bahwa “ barang adalah

setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak

maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan,

dipakai, atau dimanfaatkan oleh konsumen.”25

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

diperhatikan, dipakai, dimiliki, atau dikonsumsikan sehingga dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan.26 Dari pengertian ini dapat

disimpulkan bahwa hampir semua yang termasuk produksi adalah

benda nyata yang dapat dilihat, diraba, dan dirasakan. Karena produk

adalah benda ril, maka jenisnya cukup banyak. Secara garis besar

jenis-jenis produk bisa kita perinci menjadi dua jenis, yaitu produk

konsumsi dan produk industri. Produk konsumsi (consumer products)

adalah barang yang dipergunakan oleh konsumen akhir atau rumah

tangga dengan maksud tidak untuk dibisniskan atau dijual lagi.

Barang-barang yang termasuk jenis produk konsumsi ini antara lain

sebagai berikut:

a. Barang kebutuhan sehari-hari (convenience goods), yaitu barang yang

umumnya sering kali dibeli, segera dan memerlukan usaha yang sangat

25
Dea Ariska, Perlindungan Hukum Konsumen terhadap Makanan dan Minuman yang
Tidak Bersertifikat Halal, Tesis: Universitas Lampung, 2017.hlm.15
26
M. Tohar.”Membuka Usaha Kecil.” Kanisius: Yogyakarta: hlm.23.
38

kecil untuk memilikinya, misalnya barang kelontong, baterai, dan

sebagainya.

b. Barang belanja (shopping goods), yaitu barang yang dalam proses

pembelian dibeli oleh konsumen dengan cara membandingkan

berdasarkan kesesuaian mutu, harga, dan model, misalnya pakaian,

sepatu, sabun, dan lain sebagainya.

c. Barang khusus (speaciality goods), yaitu barang yang memiliki ciri-

ciri unik atau merk kas dimana kelompok konsumen berusaha untuk

memiliki atau membelinya, misalnya mobil, kamera, dan lain

sebagainya.

d. Produk industri (business products), adalah barang yang akan menjadi

begitu luas dipergunakan dalam program pengembangan pemasaran.

Barang industri juga dapat dirinci lebih lanjut jenisnya antara lain

sebagai berikut.

a) Bahan mentah, yaitu barang yang akan menjadi bahan baku secara

fisik untuk memproduksi produk lain, seperti hasil hutan, gandum,

dan lain sebagainya.

b) Bahan baku dan suku cadang pabrik, yaitu barang industri yang

digunakan untuk suku cadang yang aktual bagi produk lain,

misalnya mesin, pasir, dan lain sebagainya.

c) Perbekalan operasional, yaitu barang kebutuhan sehari-hari bagi

sektor industri, misalnya alat-alat kantor, dan lain-lain.


39

Produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai

dengan syariat Islam, yaitu: (1) Tidak mengandung babi dan bahan yang

berasal dari babi. (2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan

seperti bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran dan

lain-lain. (3) Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih

menurut tata cara syariat Islam. (4) Semua tempat penyimpanan,

penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan transportasinya tidak

boleh digunakan untuk babi. (5) Semua makanan dan minuman yang tidak

mengandung khamar.

5). Usaha Mikro Kecil dan Menengah.


a. Pengertian usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)

Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. Pasal 1 dari UU terebut,

dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria

usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Usaha kecil

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang buka merupakan anak

perusahan atau bukan anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.27

27
Undang-Undang .No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, Pasal 1
40

Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau usaha besar yang

memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam UU

tersebut. Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan

untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6

adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria

sebagai berikut :

1) Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak

Rp.50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.

2) Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan

paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300

juta hingga maksimum Rp.2.500.000,00, dan.

3) Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih

lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.1 milyar hasil

penjualan tahunan di atasRp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50

milyar.19
41

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah

lembaga pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan

Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan jumlah pekerja

sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha mikro

usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.

Menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah unit

usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5

sampai 19 pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99

orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang

masuk dalam kategori usaha besar.28 Usaha mikro kecil dan menengah

merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. masa

depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha mikro kecil dan

menengah untuk berkembang mandiri.

Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah paada GDP di

Indonesia tahun 1999 sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan

kontribusi usaha kecil dan mikro, serta 18% merupakan usaha

menengah. Pentingnya kedudukan usaha mikro kecil dan menengah

dalam perekonomian nasional bukan saja karena jumlahnya yang

banyak, melainkan juga dalam hal penerapan tenaga kerja. Disamping

usaha mikro kecil dan menengah juga dapat menghasilkan devisa yang

cukup besar melalui kegiatan ekspor komoditas tertentu dan

memberikan kontribusi terhadap product Domestic Bruto (PDB).

28
Dokumen Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesi, Profil Bisnis Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, (UMKM),2015.
42

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat

penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan

terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya

krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat

mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik yang imbasnya

berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang semakin terpuruk,

sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat mempertahankan

kegiatan usahanya.

Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah

terwujudnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang

tangguh dan mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan berperan

utama dalam produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku,

serta dalam permodalan untuk menghadapi persaingan bebas.29

b. Kriteria UMKM

Kriteria UMKM dikelompokan berdasarkan jumlah aset dan omset

yang dimiliki masing-masing badan usaha sebagaimana rumusan

undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, sedangkan

pengelompokan berdasarkan jumlah karyawan yang terlibat dalam

sebuah usaha tidak dirumuskan dalam undang-undang tersebut.

Kriteria UMKM yang ditentukan berdasarkan aset dan omset yang

dimiliki dapat dilihat di table.

29
Ibid.
43

Tabel 1.3
Kriteria UMKM Berdasarkan Aset dan Omset
No Uraian Aset Omset

1. Usaha mikro Maksimum Maksimum

Rp50 juta Rp300 juta

2. Usaha kecil >Rp50 – 500 >Rp300 – 2,5

juta milyar

3. Usaha >Rp500juta – 1 >Rp2,5milyar–

menengah milyar 50 milyar

Sumber: BPS

Tabel 1.4

Kriteria UMKM Berdasarkan Jumlah Tenaga kerja

No Kelompok UMKM Jumlah Tenaga kerja

1. Usaha mikro Kurang dari 4 orang

2. Usaha kecil 5 sampai dengan 19

orang

3. Usaha menengah 20 sampai dengan 99

orang

Sumber : BPS

c. Ciri-ciri Umkm
44

UMKM tidak hanya berbeda dari aspek modal, omset, dan jumlah

tenaga kerja. Perbedaan UMKM dengan usaha besar dapat pula

dibedakan berdasarkan ciri-ciri yang terdapat dalam UMKM itu

sendiri. Menurut Saifuddin Sarief ciri-ciri usaha mikro yaitu :

1. Belum melakukan menejemen/pencatatan keuangan, sekalipun

yang sedehana atau masih sangat sedikit yang mampu membuat

neraca usahanya.

2. Pengusaha atau SDM nya berpendidikan rata-rata sangat renda,

umumnya tingkat SD, dan belum memiliki jiwa wirausaha yang

memadai.

3. Pada umumnya, tidak/belum mengenal perbankan, tetapi lebih

mengenal renternir atau tengkulak.

4. Umunya, tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas

lainya, termasuk NPWP.

5. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki pada umumnya kurang

dari 4 orang. Anggota dari suatu koperasi tertentu biasanya

berskala mikro.

6. Perputaran usaha umumnya cepat, mampu menyerap dana yang

relatif besar. Dalam situasi krisis ekonomi, kegiatan usahanya tetap

berjalan, bahkan mampu berkembang karna biaya manajemenya

relatif rendah.

7. Pada umumnya, pelaku usaha mikro memiliki sifat tekun,

sederhana, serta dapat menerima bimbingan.


45

Ciri-ciri usaha kecil yaitu :

a) Pada umumnya, sudah melakukan pembukuan/manajemen

keuangan. Walaupun masih sederhana, tetapi keuangan perusahaan

sudah mulai dipisahkan dari keuangan keluarga dan sudah

membuat neraca usaha.

b) SDM nya sudah lebih maju dengan rata-rata pendidikan SMA dan

sudah memiliki pengalaman usaha.

c) Pada umumnya, sudah memiliki usaha dan persyaratan legalitas

lainya termasuk NPWP.

d) Sebagaian besar sudah berhubungan dengan perbankan, tetapi

business planning, studi kelayakan, dan proposal kredit kepada

bank sehingga masih sangat memerlukan jasa pendamping.

Ciri-ciri usaha menengah yaitu :

a) Pada umumnya, telah memiliki manajemen dan organisasi yang

lebih baik, lebih teratur, bahkan lebih, modren dengan pembagian

tugas yang jelas antara bagian keuangan, pemasaran, dan produksi.

b) Telahmelakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem

akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan pengauditan dan

penilaian atau pemeriksaan, termasuk yang dilakukan oleh bank.

c) Telah melakukan pengaturan atau pengelolaan dan menjadi

onggota organisasi perburuhan.

d) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas.

e) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.


46

f) Belum memiliki akses ke perbankan tetapi sebagian sudah

memiliki akses non bank.

g) Tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas.30

d. Karakteristik UMKM

Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk

dikembangkan karena pasar yang luas, bahan baku yang mudah

didapat serta sumber daya manusia yang besar merupakan variabel

pendukung perkembangan dari usaha kecil tersebut akan tetapi perlu

dicermati beberapa hal seiring perkembangan usaha kecil rumahan

seperti: perkembangan usaha harus diikuti dengan pengelolaan

manajemen yang baik, perencanaan yang baik akan meminimalkan

kegagalan, penguasaan ilmu pengetahuaan akan menunjang

keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem produksi yang efisien

dan efektif, serta melakukan terobosan dan inovasi yang menjadikan

pembeda dari pesaing merupakan langkah menuju keberhasilan dalam

mengelola usaha tersebut. Dalam buku Pandji Anoraga diterangkan

bahwa secara umum, sektor usaha memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a) Sistem pembukuan yang relatif administrasi pembukuan sederhana

dan cenderung tidak mengikuti kaidah admistrasi pembukuan

standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to date sehingga sulit

untuk menilai kerja usahanya.

30
Budiarto, Rachmawan, et al. Pengembangan UMKM Antara Konseptual dan
Pengalaman Praktis. UGM PRESS, 2018.
47

b) Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang

sangat tinggi.

c) Modal terbatas.

d) Pengalaman menejerial dalam mengelola perusahaan masih

sangat terbatas.

e) Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan

untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisieni jangka

panjang.

f) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar

sangat terbatas.

g) Kemampuan untuk sumber dana dari pasar modal terendah,

mengingat keterbatasan salam sistem administrasinya. Untuk

mendapatkan dana dipasar modal, sebuah perusahaan harus

mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.

Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro menyiratkan adanya

kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya

masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal terutama

yang berkaitan dengan pendanaan yang tampaknya sulit untuk

mendapatkan solusi yang jelas.

e. Asas dan Tujuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Menurut Pasal 2 dan 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang

UMKM, menyebutkan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah

berasaskan pada:
48

1) Kekeluargaan

2) Demokrasi ekonomi.

3) Kebersamaan.

4) Efisiensi berkeadilan.

5) Berkelanjutan.

6) Berwawasan lingkungan.

7) Kemandirian.

8) Keseimbangan kemajuan, dan

9) Kesatuan ekonomi nasional.

Adapun tujuan usaha mikro, kecil dan menengah ialah

menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka

membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi

yang berkeadilan.

f. Pendanaan dan Pembiayaan UMKM

1. Aspek Pendanaan

Berdasarkan pasal 8 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM,

aspek pendanaan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat

(1) huruf a ditujukan untuk :

a) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM

untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga

keuangan bukan bank.

b) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas

jaringannya, sehingga dapat diakses oleh UMKM.


49

c) Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara

cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d) Membantu para pelaku usaha mikro dan usaha kecil untuk

mendapatkan pembiayaan dan jasa atau produk keuangan

lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan

bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional

maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh

pemerintah.

2. Aspek Pembiayaan

Sebagaimana pasal 21 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM,

aspek pembiayaan UMKM diatur :

a) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan

bagi Usaha Mikro dan Kecil.

b) Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan

dari penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada

Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman,

penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.

c) Usaha besar nasional dan asing dapat menyediakan

pembiayaan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil

dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan

pembiayaan lainnya.
50

d) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat

memberikan hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan

mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak

mengikat untuk Usaha Mikro dan Kecil.

e) Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dapat memberikan insentif

dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan

tarif sarana dan prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepada dunia

usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan

Kecil.31

2. Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

telah memberikan perlindungan kepada konsumen muslim terkait

dengan produk halal, yaitu terdapat dalam Pasal 8 ayat (1) huruf h yang

berbunyi bahwa “tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,

sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label”. Isi dari

pasal tersebut telah jelas bahwa pelaku usaha harus mengikuti ketentuan

yang ada sebelum memperdagangkan produknya kepasaran.32

31
Dokumen Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesi, Profil Bisnis Usaha
Mikro, Kecil, Dan Menengah, (UMKM),2015
32
Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Tama Cet II, 2001), 32-34.
51

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Menurut Sri Handayani konsumen (sebagai alih bahasa dari consumen),

secara harfiah berarti" seseorang yang membeli barang atau

menggunakan jasa''; atau ''seseorang atau sesuatu perusahaan yang

membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu'' juga ''sesuatu

atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah

barang", ada pula yang memberikan arti lain yaitu konsumen adalah

''setiap orang yang menggunakan barang atau jasa dalam berbagai

perundang-undangan negara”. Az. Nasution juga menjelaskan beberapa

batasan tentang konsumen, yakni:

a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa

digunakan untuk tujuan tertentu;

b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang

dan/jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain

atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);

c. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat dan

menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi

kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan

tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 2 undang-undang perlindungan

konsumen (UUPK) pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai


52

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan”.33 Menurut Dewi, konsumen

adalah seseorang yang menggunakan produk dan atau jasa yang

dipasarkan. Sedangkan kepuasan konsumen adalah sejauh mana harapan

para pembelian seorang konsumen dipenuhi atau bahkan dilebihi oleh

sebuah produk. Jika harapan konsumen tersebut dipenuhi maka ia akan

merasa puas, dan jika melebihi harapan konsumen, maka konsumen akan

merasa senang.

Pengertian Konsumen menurut Philip Kotler dalam bukunya

Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang

membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.

Islam mengatur segenap perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, islam mengatur

bagaimana manusia bisa melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang

membawa manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Islam telah

mengatur jalan hidup manusia lewat AL-Qur’an dan AL-Hadist supaya

manusia dijauhkan dari sifat yang hina karena perilaku konsumsinya.

Perilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan

Rasulullah SAW akan menjamin kehidupan manusia yang lebih

sejahtera. Konsumsi yang islami selalu berpedoman pada ajaran islam.

Diantara ajaran yang penting berkaitan dengan konsumsi, misalnya

33
Ibid hlm.36
53

perlunya memperhatikan orang lain. Dalam berkonsumsi seorang

muslim harus menyadari bahwa ia menjadi bagian dari masyarakat.

Maka dalam berkonsumsi dituntut untuk saling menghargai dan

menghormati keberadaan sesamanya.

Bila keadaan menjadi kesadaran bersama maka akan terbangun

kehidupan yang berkeadilan, terhindar dari kesenjangan sosial atau

diskriminasi sosial. Hal ini diperjelas dalam QS An-Nisaa’ ayat :29

ٍ ‫ع ْن ت ََرا‬
‫ض‬ َ ً ‫جرة‬ ِ ‫َيأَيُّ َها اَّل ِذيْنَ َءا َمنُوا َال تَأ ْ ُكلُوا أَ ْم َوا لَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم ِب ْال‬
َ ‫بط ِل ِإ َّال أَ ْن تَ ُكو نَ ِت‬

َ ُ‫ِم ْن ُك ْم َو َال تَ ْقتُلُوا أَ ْنف‬


‫س ُك ْم ِإ َّن هللاَ كَا نَ ِب ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

Artinya :”hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh didirmu.
Sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu”. (QS An-
Nisaa’ : 29).34

Dalam hadist disampaikan bahwa setiap muslim wajib membagi

makanan yang dimasaknya kepada tetangganya yang merasakan bau dari

makanan tersebut. Selanjutnya juga diharamkan bagi seorang muslim

hidup dalam keadaan serba berkelebihan sementara ada tetangganya yang

menderita kelaparan. Hal ini adalah tujuan konsumsi itu sendiri, dimana

seorang muslim akan lebih mempertimbangkan mashlahah dari pada

utilitas. Pencapaian mashlahah merupakan tujuan dari syariat islam

(maqashid syariah) yang tentu saja harus menjadi tujuan dari kegiatan

konsumsi.

34
Bukhara, Al-qur’an Tajwid dan Terjemah, An-nisaa’: 29, (Bogor, Sygma, 2008) hlm.83
54

F. Tinjaun Pustaka
Dari beberapa literatur yang telah dikaji sebelumnya, peneliti

menemukan banyak pembahasan yang berkenaan dengan sertifikat halal

dan Tabel halal.

Table 1.5

Tinjauan Pustaka

No Peneliti Alat Analisis Judul Hasil Penelitian

(Tahun)

1 KN.Sofyan Yuridis Kepastian hukum Sertifikasi halal adalah fatwa

Hasan Normatif sertifikasi dan tertulis MUI yang menyatakan

(2014) labelisasi halal kehalalan suatu produk pangan

produk pangan. sesuai dengan syari’at islam

bertujuan untuk memberikan

kepastian hukum bagi yang

mengkonsumsinya. Namun

regulasi yang ada masih terkesan

sektoral,parsial dan inkonsistensi

serta tidak sistemik dan sertifikasi

halal itu bukan merupakan suatu

kewajiban (mendatory) bagi

pelaku usaha, tetapi bersifat

sukarela (voluntary).akibatnya

sertifikat halal dan label halal

belum mempunyai legitimasi

hukum yang kuat, sehingga tidak

menciptakan jaminan kepastian


55

hukum kehalalan produk

pangan.35

2 Panji Adam Yuridis Kedudukan Kedudukan sertifikasi halal

(2017) Normatif sertifikasi halal dalam sistem hukum Nasional di

dalam sistem Indonesia mempunyai kedudukan

hukum nasional yang sentral, karena sertifikasi

sebagai upaya halal termasuk dalam Undang-

perlindungan Undang Nomor 33 Tahun 2014

konsumen dalam tentang Jaminan Produk Halal

hukum islam. yang secara sistem hukum

merupakan bagian dari sistem

hukum, yaitu substansi hukum

yang mempunyai kekuatan hukum

dan kepastian hukum serata

bersifat imperatif.

Dan hal ini sebagai upaya

perlindungan konsumen dalam

hukum Islam.

Fatwa halal yang dihasilkan oleh

MUI ditaati dan dipatuhi oleh

pemerintah dan umat Islam.36

35
KN.sofyan Hasan,” Kepastian Hukum Sertifikasi Dan Labelisasi Halal Produk
Pangan.” Skripsi.(Fakultas HukumUniversitas Sriwijaya Palembang.2014).
36
Panji Adam, ”Kedudukan sertifikasi halal dalam sistem hukum nasional sebagai upaya
perlindungan konsumen dalam hukum islam.Skripsi.(Fakultas Syariah UNISBA.2017).
56

3 T.Maryati Deskriptif Analisis Faktor UMKM makanan beku di

R. Syarief kualitatif Kendala dalam Jabodetabek adalah pelaku usaha

R.Hasbullah Pengajuan mikro, tidak memiliki fasilitas

(2016) Sertifikat Halal. produksi yang layak dan

(Studi Kasus: berproduksi menggunakan mesin

Pelaku Usaha berteknologi sederhana.Izin edar

Mikro, Kecil dan MD merupakan faktor kendala

Menengah bagi para UMKM makanan beku

Makanan Beku di mengajukan sertifikat halal.

Jabodetabek) Strategi yang dapat

direkomendasikan adalah

pembinaan UMKM berproduksi

yang baik secara intens dan

birokrasi pengurusan MD

dipermudah dan dipercepat.37

4 Mulyaningrum Deskriptif Perilaku Berdasarkan hasil penelitian dapat

dan Erik masyarakat sunda diambil kesimpulan sebagai

Syawal Verifikatif. muslim dalam berikut:1)Pengetahuan

Alghifari mengonsumsi masyarakat Sunda Muslim di

(2018) produk halal di kota Kota Bandung menunjukkan

bandung. tingkat kualitas yang sangat

tinggi.Sangat tingginya

pengetahuan tersebut

menunjukkan bahwa masyarakat

37
T.Maryati R,Syarief , R.Hasbullah,” Analisis Faktor Kendala dalam Pengajuan
Sertifikat Halal. (Studi Kasus: Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Makanan Beku di
Jabodetabek).skripsi(Fakultas Teknologi Pertanian, IPB 2016).
57

Sunda Muslim sangat memahami

indikator-indikator produk haram

terutama terkait dengan indikator

dasar seperti haram memakan

babi, darah, adanya unsur najis,

mengonsumsi khamer, dan

sejenisnya; 2) Perilaku

masyarakat Sunda Muslim di

Kota Bandung dalam

mengkonsumsi produk halal dapat

dilihat dari beberapa indicator

berikut : (a) Seberapa sering

mereka memeriksa komposisi

bahan/ label halal, pada indikator

ini hampir seluruh responden

menjawab sering; (b)

Mengonsumsi produk kemasan

yang tidak mencantumkan label

halal, pada indikator ini hampir

seluruh responden menjawab

jarang; (c) Makan dan minum di

restoran yang tidak bersertifikasi

halal, pada indikator ini hampir

seluruh responden menjawab

jarang; (d) Menggunakan produk

kemasan dan makan di restoran

yang diragukan kehalalannya,


58

pada indikator ini hampir seluruh

responden menjawab jarang; (e)

Seberapa sering mereka

mendorong, menginformasikan

tentang produk halal dan

mengajak orang lain untuk tidak

menggunakan produk yang tak

berlabel halal, pada indikator ini

hampir seluruh responden

menjawab sering; 3) Perilaku

masyarakat Sunda Muslim di

Kota Bandung secara signifikan

dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan tentang produk halal.

Pengetahuan telah berkontribusi

dalam membentuk tingkat

pemahaman dasar bagi

masyarakat Sunda Muslim

tentang produk halal (Kasmawati,

2014). Dasar pemahaman ini

berpengaruh terhadap perilaku

masyarakat Sunda Muslim.38

5 Danang kuantitatif Pengaruh Berdasarkan hasil analisis data

waskito Sertifikasi dan pembahasan pada bab

(2015) halal,Kesadaran sebelumnya, Maka dapat diambil

38
Mulyaningrum,Erik Syawal Alghifari,” Perilaku Masyarakat Sunda Muslim Dalam
Mengonsumsi Produk Halal Di Kota Bandung.Skripsi( Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas
Pasundan.2018).
59

halal, Dan Bahan kesimpulan sebagai berikut:

Makanan Terhadap 1.Variabel Sertifikasi halal

Minat beli Produk Berpengaruh positif terhadap

makanan halal minat beli. Hal Ini dapat dilihat

(studi dari hasil pengujian diperoleh

Pada mahasiswa nilai tingkat signifikansi 0.000,

Muslim di signifikansi lebih kecil dari 0,05

yogyakarta). (P<0,05), dan koefisien regresi

Mempunyai nilai positif.

2.Variabel Kesadaran halal

Berpengaru H positif terhadap

minat beli. Hal Ini dapat dilihat

dari hasil pengujian diperoleh

nilai tingkat signifikansi 0,000,

signifikansi lebih kecil dari 0,05

(P<0,05), dan koefisien regresi

Mempunyai nilai positif.

3.Variabel Bahan Makanan

Berpengaruh positif terhadap

minat beli. Hal Ini dapat dilihat

dari hasil pengujian diperoleh

Nilai tingkat signifikansi 0,011,

signifikansi lebih kecil dari 0,05

(P<0,05), dan koefisien regresi

Mempunyai nilai positif.

4.Variabel Sertifikasi haLal,

kesadaran halal, Bahan Makanan


60

Secara Bersama-Sama

berpengaruh positif terhadap

minat beli. Hal ini dapat Dilihat

dari hasil pengujian diperoleh

dengan signifikansi sebesar 0,000,

dengan nilai signifikansi lebih

kecil dari 0,05 (P<0,05).675.

Besarnya Adjusted R Square

adalah sebesar 0,288. Hal ini

Menunjukkan bahwasertifikasi

haLal, kesadaran halal,

BahanMakananMempengaruhi

minat beli sebesar 28,8%.

Sedangkan sisanya sebesar 71,2%

dipengaruhi oleh faktor lain yang

tidak diteliti oleh peneliti.39

Sejauh ini dalam pengetahuan penulis belum ada yang melakukan

penelitian ini dan belum menemukan kajian khusus objek dan judul yang

sama yang mengangkat tentang Peluang dan Tantangan Sertifikasi Halal

Produk Makan UMKM di Kota Jambi. Khususnya di kecamatan Telanai

Pura, kecamatan danau telu, dan kecamatan Kota Baru Kota Jambi.

Adapun perbedaannya dalam objek penelitian ini yakni Usaha Mikro Kecil

39
Danang Waskito,“Pengaruh Sertifikat Halal, Kesadaran Halal, Dan Bahan Makanan
Terhadap Minat Beli Produk Makanan Halal (Studi Pada Mahasiswa Muslim Di Yogyakarta),
skripsi,(Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.2015)
61

dan Menengah yang belum dan sudah memiliki sertifikat halal produk

makanannya. Dengan menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif

melalui Analisis SWOT sehingga dapat mengetahui apakah penyebab

produsen Usaha kecil dan Menengah makanan tidak memiliki sertifikat

halal.

G. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran

dari penelitian yang di sintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah

keperpustakaan. Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian

terdahulu maka kerangka pemikiran dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

Gambar 1.1

PELUANG

UMKM SERTIFIKASI
HALAL
TANTANGAN
62

BAB II

METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian
Penulis mengambil penelitian pada pelaku Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang mempunyai produk makanan di kecamatan,

Telanai Pura, Kota Baru dan Danau Teluk kota Jambi. Alasan penulis

mengambil lokasi tersebut adalah bahwa jumlah usaha perdagangan yang

paling banyak di Kecamatan Telanai pura, Kota Baru dan Danau Teluk

kota Jambi. Lokasi tersebut memiliki kelompok usaha perdagangan

makanan dan minuman (cincau, aneka minuman, cafe,roti, rumah makan,

pempek dan makanan ringan). Mengingat kendala biaya dan tranportasi

selain itu jarak tempat tinggal dengan lokasi mudah untuk dijangkau

penulis. Selain itu penulis ingin kecamatan ini sebagai kawasan yang

terjamin kehalalan dari produk makanan dan minumannya khususnya.

2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau

terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data yang

terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokkan menurut jenis,

sifat atau kombinasinya. Sesudah datanya lengkap kemudian dibuat

kesimpulan.40 Alasan yang melatarbelakangi mengambil jenis penelitian

deskriptif adalah untuk memberikan fakta-fakta atau kejadian-kejadian

40
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), hlm. 3.
63

secara sistematis dan akurat mengenai sifat populasi atau daerah tertentu,

yaitu untuk memberikan gambaran fakta kendala yang terjadi.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filosofi postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek

yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan

secara triagulasi (gabungan), analisis data yang bersifat induktif/kualitatif,

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.41 Untuk itu, dalam penelitian ini, permasalahan yang

diangakat adalah tentang peluang dan tantangan sertifikasi halal produk

makan UMKM di Kota Jambi dan berfokus pada faktor penyebab

produsen kecil menengah makanan tidak memiliki sertifikat Halal.

Teknik penentuan subjek adalah menggunakan purposive sampling.42

Purposive sampling dilakukan dengan mengambil Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri

spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Yakni UMKM yang sudah

memiliki sertifikasi halal dan yang belum memiliki sertifikasi halal

produknya, yang bertempat di kecamatan Telanai Pura, Danau teluk, dan

Kota Baru Kota Jambi.

3. Jenis Dan Sumber Data


Secara umum jenis dan sumber data dapat diklasifikasikan menjadi

dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data

41
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta
2014), hlm. 9.
42
Nasution.s, metode reserch penelitian ilmiah (Jakarta : PT.Bumi Aksara 2007),hlmn.
64

pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang diperoleh secara langsung

dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian atau keseluruhan data

hasil penelitian yang diperoleh di lapangan. Data primer tidak diperoleh

melalui sumber perantara atau pihak kedua dan seterusnya. Adapun data

sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara tidak

langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh dengan cara

mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentik, karena sudah

diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.43

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis data yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung

dari hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dari

yang bersangkutan. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh

dari dokumen-dokumen atau literatur-literatur kepustakaan seperti buku-

buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya dalam mengumpulkan data

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Berkaitan dengan bagaimana

data dalam penelitian ini diperoleh. Metode atau cara pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

43
Nasution. S, Metode Reserch Penelitian Ilmiah (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2007), hlm.
34.
65

a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi

dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga

objek-objekalam yang lain.44 Observasi atau pengamatan langsung

adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian

langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang

mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara

jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.

b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden.45 Adapun metode wawancara yang

penulis gunakan adalah wawancara sistematis dan wawancara terarah.

Wawancara sistematis adalah wawancara yang dilakukan dengan

terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman tertulis tentang

apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Pedoman wawancara

ini digunakan oleh peneliti sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari

awal sampai akhir wawancara, kerena biasanya pedoman tersebut telah

disusun sedemikian rupa sehingga merupakan sederetan daftar

pertanyaan.

44
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2013) hlm 145
45
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta, 2013,Kencana),hlm.
132
66

Wawancara terarah adalah wawancara yang dilaksanakan secara

bebas, tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok

permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden yang telah

dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti

melakukan tanya jawab atau wawancara secara langsung kepada

pelaku usaha tersebut.

c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

yang digunakan untuk menelusuri historis. Dalam hal ini data yang

peneliti gunakan adalah berasal dari buku-buku, dan Data lain yang

bersumber dari referensi studi kepustakaan melalui jurnal, artikel dan

bahan lain dari berbagai situs website yang mendukung.

Tabel 2.1

Instrumen Pengumpulan Data (Ipd)

Peluang dan Tantangan Sertifikasi Halal Pada Produk Makanan

UMKM di Kota Jambi.

No Teknik Sub Pertanyaan Sasaran Ket

1 Observasi/ Peluang dan tantangan Lokasi Pengamatan

pengamatan sertifikasi halal produk Penelitian berperanserta

makanan UMKM di kota (observation)

jambi.

2 Wawancara 1. Tentang UMKM Lokasi Wawancara

2. Produk Penelitian Mendalam


67

3. Sertifikasi sudah/belum (Indept

4. Pemasaran produk interview)

5. Omset/Pendapatan

3 Analisis SWOT Penulis Penulis

4 Dokumentasi Data dokumen yang Lokasi Dokumentasi

berkaitan dengan subjek Penelitian

penelitian

Catatan:

pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan subjek penelitian.

5. Tekhnik Analisi Data


Analisis data adalah penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih

praktis dibahas dan diinterprestasikan.46 Yaitu diadakan pemisahan

sesuai dengan jenis dan masing-masing data, kemudian diupayakan

analisanya dengan menguraikan dan menjelaskan sehingga data tersebut

dapat diambil pengertian dan kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif

analisis dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan deskriptif analisis

dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu dengan cara

memberikan gambaran mengenai data atau kejadian berdasarkan fakta-

fakta yang tampak pada situasi yang diselidiki peneliti dan objek yang

46
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta
2015), hlm. 245.
68

diteliti terpisah, proses penelitian yang dilakukan melalui pengukuran

dengan alat yang baku yaitu analisis SWOT.

Analisis SWOT merupakan metode penyusunan strategi perusahaan atau

organisasi, baik domestik maupun internasional. SWOT singkatan dari

Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T), atau

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.47 S dan W merupakan faktor

dalam, sedangkan O dan T merupakan faktor luar. Analisa SWOT

digunakan untuk mengidentifikasi faktor guna membuat strategi

perngembangan perusahan/organisasi baik untuk jangka pendek maupun

panjang.

Dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT adalah perkembangan

hubungan atau interaksi antar-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan

terhadap unsur-unsur eksternal, yaitu peluang dan ancaman. Di dalam

penelitian analisis SWOT kita ingin memperoleh hasil berupa kesimpulan

berdasarkan keempat faktor tersebut yang sebelumnya telah dianalisis

adapun alur analisis data dalam penelitian ini adalah:

a. Reduksi Data
Data yang telah diperoleh melalui observasi dan wawancara perlu

dipilih mana data yang bisa dikatakan relevan dan dapat disajikan

serta data yang terfokus dari pemecahan masalah serta menjawab

pertanyaan penelitian yang berlangsung mulai dari awal hingga akhir

penelitian. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

47
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Gramedia Pustaka
Utama, 1998.
69

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.48

b. Penyajian Data
Data secara sistematis disajikan agar mudah dipahami berkaitan

dengan fokus penelitian yakni mengenai peluang dan tantangan

sertifikasi halal produk makanan UMKM di Kota Jambi, serta faktor

penyebab produsen kecil menengah makanan tidak memiliki

Sertifikat Halal. sehingga dapat terungkap apa yang sebenarnya

terjadi.

c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari keseluruhan penelitian

yang utuh dan penelitian ini disimpulkan saat penelitian berlangsung.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan

demikian kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungki juga

tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara

dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

48
Ibid, hlm. 247.
70

6. Sistematika Penulisan
Tujuan dari sistematika penulisan ini adalah memberikan gambaran

secara umum mengenai isi dari penelitian ini. Sehingga dapat terlihat

kesinambungan antara bab satu dengan bab lainnya. Penulis membagi

pembahasan dalam penelitian ini dalam V (lima) bab.

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memaparkan latar belakang masalah yang

menjadi objek penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, dan sistematika

penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Pada Bab ini diuraikan tentang metode penelitian dalam penulisan

skripsi ini. Berisi tentang tempat dan waktu penelitian, pendekatan

penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode

analisis yang digunakan untuk memberikan jawaban atas permasalahan

penelitian yang ada.

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam Bab ini penulis menerangkan secara umum Kota Jambi dan isu

pertumbuhan ekonomi Kota Jambi.


71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini adalah inti dari penelitian, hasil analisis data dan pembahasan.

Pada bab ini data-data yang telah dikumpulkan, dianalisis dengan

menggunakan alat analisis yang telah disiapkan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini merupakan bagian akhir yang penting berisikan tentang

kesimpulan dan berisi saran-saran yang direkomendasikan kepada pihak-

pihak tertentu serta penulis mengungkapkan keterbatasan penelitian.

7. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal dan pra riset,

kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi.

Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka penulis mengadakan

pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam waktu yang berurutan.

Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.:

Tabel: 2.2
Jadwal Penelitian

BULAN DAN TAHUN


TAHAP
N
PENELITIA NOV/2018 Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 Mei-19 Jun-19
O
N

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
pembuat
an
proposal
1 skripsi
pengajua
n
proposal
2 skripsi
penunjuk
an dosen
3 pembimb
72

ing
konsultas
i dosen
pembimb
4 ing
seminar
5 proposal
perbaika
n hasil
6 seminar
lulus
seminar
pengesah
7 an judul
permoho
nan izin
8 riset
pengump
9 ulan data

1 penyusun
0 an data

1 analisis
1 data
penulisan
1 draf
2 skripsi
penyusun
an dan
1 penggand
3 aan
ujian
skripsi
1 (munaqas
4 ah)

Keterangan : Jadwal penelitian dapat berubah-ubah.


73

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Sejarah Singkat Kota Jambi


Pada tahun 1945 tersebut sesuai Undang-undang no.1 tahun 1945

wilayah Indonesia terdiri dari Provinsi, Karesidenan, Kewedanaan dan

Kota. Tempat kedudukan Residen yang telah memenuhi syarat, disebut

Kota tanpa terbentuk struktur Pemerintahan Kota. Dengan demikian

Kota Jambi sebagai tempat kedudukan Residen Keresidenan Jambi

belum berstatus dan memiliki pemerintahan sendiri. Kota Jambi baru

diakui berbentuk pemerintahan ditetapkan dengan ketetapan Gubernur

Sumatera No. 103 tahun 1946 tertanggal 17 Mei 1946 dengan sebutan

Kota Besar dan Walikota pertamanya adalah Makalam. Mengacu pada

Undang-undang No. 10 tahun 1948 Kota Besar menjadi Kota Praja.

Kemudian berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 1965 menjadi Kota

Madya dan berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 1999 Kota Madya

berubah menjadi Pemerintah Kota Jambi sampai sekarang.49

2. Letak Geografis
Kota Jambi merupakan ibu kota Provinsi Jambi yang lebih dikenal

dengan sebutan Jambi Kota Beradat. Wilayah Kota Jambi dikelilingi

oleh wilayah Kabupaten Muaro Jambi baik dari arah Utara, Selatan,

Barat maupun di sebelah Timur. Secara geografi wilayah Kota Jambi

terletak di antara : 103301,67Bujur Timur sampai 103400,22Bujur

49
https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/,akses 24 juli 2019
74

Timur 01302,98Lintang Selatan sampai 01401,07Lintang

Selatandengan luas wilayah 205,38 Km2 atau sekitar 0,38 persen dari

luas Provinsi Jambi. Wilayah Kota Jambi secara keseluruhan terdiri atas

daratan dengan luas 20.538 ha atau seluas 205,38 Km2. 50

Kota Jambi mempunyai luas 205,8 km2 atau 0,39 persen dari luas

Provinsi Jambi dengan ketinggian 8 kaki 10 meter dari permukaan laut.

beriklim tropis yang terdiri dari dataran rendah, dengan rata-rata suhu

maksimum 31,930c, terdiri dari 62 Kelurahan, 8 (delapan) kecamatan,

yaitu Kota Baru 77,78 km2; Kecamatan Jambi Selatan 34,07 km2;

Kecamatan Jelutung 7,92 km2; Kecamatan Pasar Jambi 4,02 km2 ;

Kecamatan Telanaipura 30,39 km2 ; Kecamatan Danau Teluk 15,70

km2; Kecamatan Pelayangan 15,29 km2; Kecamatan Jambi Timur 20,21

km2.

3. Visi dan Misi


1. Visi

Merupakan rumusan mengenai keadaan atau arah yang diinginkan pada

akhir periode perencanaan. Dalam hubungan dengan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Jambi (20 tahun) yaitu tahun

2025. Visi kota Jambi terintegrasi secara utuh dengan visi pembangunan

nasional dan provinsi yang tertuang dalam RPJP nasional dan RPJP

Provinsi Jambi tahun 2005-2025. Kemudian juga tidak terpisahkan dari

50
https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/
75

tujuan pembangunan nasional yang tertuang dalam UUD 1945 yaitu

ingin mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Namun dalam pembuatan visi harus memenuhi karekteristik

ringkas, padat dan jelas. Berdasarkan situasi dan kondisi historiskota

Jambi pada masa lalu, potensi sumber daya alam dan manusia,

permasalahan serta analisis prediksi situasi dan kondisi, dan tantangan

yang dihadapi dua puluh tahun kedepan,serta arah pembangunan jangka

panjang nasional dan provinsi Jambi, maka dapat dirumuskan visi

pembangunan daerah kota Jambitahun 2005-2025 adalah :51

“Kota Jambi sebagai Pusat Perdagangan Barang dan Jasa, yang

Religius dan Berbudaya.”

Visi tersebut mengarah pada pencapaian tujuan daerah yang

diharapkan 20 tahun ke depan adalah terwujudnya Kota Jambi sebagai

Pusat perdagangan barang dan jasa yang penduduknya religius dan

berbudaya luhur. Religius mengandung maksud bahwa seluruh

masyarkat Kota Jambi adalah masyarakat yang beragama. Terlaksananya

kewajiban agama bagi masing-masing pemeluknya dapat meningkatkan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kemuliaan Moral, etika dan

menjamin keharmonisan hubungan antar dan intern umat beragama.

Pembangunan kota diarahkan kepada upaya mengoptimalkan

pemanfaatan potensi kota Jambi dalam bidang perdagangan baik untuk

produk industri kecil, menengah dan besar, sehingga Jambi akan menjadi

51
https://jambikota.go.id/new/sejarah-kota-jambi/
76

pusat perdaganganbarang dan jasa. Kota Jambi sebagai ibu kota provinsi

Jambi merupakan pusat berbagai kegiatan baikadministrasi

pemerintahan maupun perekonomian daerah. Dengan demikian adalah

suatu kewajaran bila pada masa yang akan datang peran kota Jambi

menjadi kian strategis dalam memajukan perekonomian daerah.Untuk

itu persiapan sarana prasarana pendukung terwujudnya kota Jambi

sebagai pusat perdagangan barang dan jasa perlu mendapat perhatian.

2. Misi

Merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan

dlaksanakan untuk mewujudkan visi tersebut. Untuk itu, ada beberapa

misi yang ingin diembankan dalam pembangunan jangka panjang kota

Jambi sebagai berikut :

a. Mewujudkan pembangunan kota Jambi yang berbasis kepada

masyarakat yang beriman, bertaqwa, berilmu, dan menghargai nilai-

nilai luhur budaya lokal.

b. Mewujudkan kawasan perdagangan barang dan jasa yang mampu

menjadi simpul perdagangan baik antar kabupaten maupun provinsi

yang berbasis kepada rancangan tata kota sesuai tata ruang wilayah.

c. Mengembangkan infrastruktur transportasi yang menghubungkan

pusat pemukiman, fasilitas umum, dan pusat kegiatan ekonomi

d. Mengembangkan pendidikan yang berorientasi kepada peningkatan

akses, mutu dan relevansi melalui peningkatkan sarana dan prasarana


77

serta mengembangkan kualitas pendidikan yang berorientasi kepada

permintaan sektor riil.

e. Mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan,

profesionalisme dan produktivitas tinggi serta mempunyai integritas

dalam melaksanakan program dan kegiatanpembangunan daerah,

baik sebagai birokrat pelaksana pembangunan maupun sebagai aktor

pembangunan lainnya.

f. Peningkatan kualitas aparatur pemerintahan yang berorientasi kepada

penegakan hukum dan demokratisasi, sehingga terjadi persaingan

yang fair dalam segala aktivitas ekonomi, pemerintahan dan politik.

g. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif dan efisien,

berwibawa dan terpercaya melalui sistem pengawasan dan

pembinaan yang sinergis dan berkesinambungan.

h. Peningkatan sumber pembiayaan pembangunan melalui optimalisasi

potensi penerimaan daerah

i. Mewujudkan kota Jambi menjadi kota yang mempunyai daya saing

tinggi terutama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan

pemerintahan dalam era otonomi dan globalisasi.

j. Menciptakan keterkaitan antar wilayah melalui kerjasama baik

regional maupun global yang saling menguntungkan yang berbasis

kepada ekonomi kerakyatan.

k. Pemberdayaan pengusaha kecil menengah dan koperasi yang

didukung dengan pemberdayaan masyarakat dengan


78

mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada

mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis pada SDA dan SDM

yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan

l. Mewujudkan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh pengentasan

kemiskinan, meningkatnya kualitas kehidupan yang layak,

bermartabat dan tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan,

sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.

m. Peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta

kesejahteraan dan perlindungan anak

n. Menciptakan kota Jambi menjadi kota yang bersih, aman dan tertib

serta estetik melalui pendekatan kota hutan tropis yang ramah

lingkungan dan mendukung bagi berkembangnya sosial budaya dan

ekonomi masyarakat.

4. Perkembangan UMKM di Kota Jambi.


Jumlah UMKM di Provinsi Jambi pada tahun 2018 meningkat

sebanyak 3,25 ribu unit atau meningkat 3,23 %, sehingga jumlah UMKM

di Provinsi Jambi pada tahun 2018 telah mencapai 104,15 ribu unit.

Peningkatan jumlah UMKM tersebut diiringi dengan peningkatan jumlah

tenaga kerja yang terserap sebanyak 8,36 ribu orang, sehingga total jumlah

tenaga kerja pada UMKM tahun 2018 adalah sebanyak 184,124 ribu

orang.52

52
http://jambiprov.go.id/v2/berita-fachrori-sampaikan-lkpj-tahun-2018.html. Akses 23
Mei 2019.
79

5. Isu Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi


Kota jambi saat ini adalah sebuah kota besar yang mampu

menjalankan kedudukannya sebagai pusat kegiatan nasional di wilayah

Sumatera. Wali Kota Jambi Syarif Fasha mengatakan.53 “Laju

pertumbuhan ekonomi (LPE) kota itu meningkat sebesar 0,8 persen dari

capaian LPE tahun sebelumnya sebesar 4,68 persen. Pada tahun 2018 LPE

tumbuh 5,48 persen, Capaian tersebut melampaui capaian LPE Pemerintah

Provinsi Jambi yang sebesar 4,71 persen dan LPE nasional yang sebesar

5,17 persen”.

Salah satu factor penyebab meningkatnya LPE kota itu karena upaya

pemerintah yang terus mempertajam tujuan dan capaian program

pembangunan di bidang ekonomi. Dimana pembangunan ekonomi tersebut

diarahkan untuk peningkatan investasi, pembangunan dan peningkatan

infrastruktur perdagangan dan jasa, melanjutkan pembinaan dan penataan

PKL, termasuk melakukan pemberdayaan bagi pelaku usaha kecil

menengah dan Koperasi.

53
https://www.antaranews.com/berita/891058/laju-pertumbuhan-ekonomi-kota-jambi-
lampaui-nasional.html. Akses 2 mei 2019
80

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Umum


Berdasarkan hasil penelitian Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang

menjadi tempat penelitian. Secara umum dibagi dua yaitu UMKM yang

bersertifikasi halal dan yang belum memiliki sertifikasi halal produknya,

Antara lain sebagai berikut :54

1. Nama Tempat Usaha adalah “Bakso Pak De, Monggo” usaha ini

dimiliki oleh Bapak Bejo yang mana usaha ini dirintis selama 22 tahun

lamanya, dengan modal awal yang hanya Rp 500.000. dengan modal

yang sedikit bapak bejo atau yang sering di sapa pakde menjajakan

usaha baksonya dengan cara berkeliling di setiap harinya, setelah 18

tahun berjualan keliling pakde berinisiatif untuk membuka tempat

sendiri dan mencari lokasi yang strategis untuk berjualan yaitu tepat di

depan Kampus UIN STS Jambi dan disamping Puskesmas.

Namun saat itu baru beberapa bulan berjualan pakde harus pindah

lokasi karna tidak di perbolehkan berjualan disana oleh pihak yang

memiliki hak tempat tersebut, karna hal tersebut usaha pakde banyak

mengalami kehilangan konsumen untuk jangka wakwu selama 4 bulan,

setelah itu pakde berusaha untuk berjualan di daerah itu lagi namun

dengan cara memindahkan sedikit kebelakang dari tempat biasa dan

54
Wawancara Penulis dengan Pemilik UMKM . Kecamatan Telanai Pura , 27-
28 juni 20119, Melalui Rekaman Audio.
81

saat ini pakde berjualan lagi di Jl. Arif rahman Hakim, depan UIN

STS Jambi, di blakang Resto Nagoya.

Telanai Pura Kota Jambi. Saat ini usaha pakde sudah cukup

terkenal sehingga banyak konsumen dari kalangan mahasiswa dan

plajar yang setiap harinya mampir ke lokasi usaha tersebut. Saat ini

pendapatan dari hasil usaha nya adalah 30 juta per/ hari nya, dan saat

ini pakde sudah memilki cabang yaitu di samping puskesmas mendalo

jambi. Meskipun dengan penghasilan yang cukup besar tetapi

usahanya belum memiliki sertifikat halal, inilah yang menjadi salah

satu factor pakde untuk bisa saja kehilangan konsumen karna isu-isu

makanan yang tidak halal. .

2. Usaha “Dendeng Batokok PUSAKO” Jl. Arifrahman Hakim, Telanai

Pura, Kota Jambi. adalah usaha milik keluarga Ibuk Wiwin Winarni

yang mana telah berdiri selama 13 tahun, Usaha rumah makan ini

menjual aneka makanan dan lauk-pauk ( Rendang, dendeng, gulai,

sambal, tumis sayur, dll). Ibuk wiwin memulai usaha nya dengan

modal sebesar 2 juta dengan bantuan dari suaminya dalam

menjalankan bisnis saat ini telah memiliki penghasilan setiap bulannya

sebesar 30 juta, dengan itu ibuk wiwin berencana untuk membuka

cabang lagi namun usaha ini belum memiliki sertifikat halal usahanya.

3. Usaha Kerupuk Kemplang Maulana 88 bertempat di Jl. Rawa Sari,

Kota Baru Jambi. Yang mana usaha ini di kelolah oleh perusahaan

keluarga bapak maulana dari Palembang. Salah satu cabang yang


82

dimiliki oleh bapak maulana berlokasi di kota Jambi yang di kelola

oleh bapak saputra, usaha ini menyediakan kerupuk dan kemplang

yang terbuat dari ikan kakap dan ikan tenggiri berikut adalah bentuk

nya yaitu :( kancing, sanggul, peser, usus,dll.) Usaha ini sudah berjalan

lebih dari 5 tahun khusnya yang berada di kota jambi. Dengan

penghasilan per bulannya sebesar 24 juta rupiah. Meskipun begitu

usaha krupuk ini belum memiliki sertifikat halal sehingga bisa saja

membuat susah dalam pemasaran.

4. Usaha “Omah’E Kebab” Usaha yang menyediakan kuliner Spesial

Kebab dan Steak bertempat di Jl.Abuthalib Pematang Sulur, Telanai

Pura, Kota Jambi. Usaha ini punya bapak Hendi Ahmad Fauzi yang di

bangun pada tahun 2016 hingga sekarang, dan sudah berjalan selama

3 tahun, dengan modal sebesar 2 juta bapak Hendi dapat membuat

usaha ini berkembang dengan baik. Saat ini penghasilan per/bulan

usaha ini adalah 30 juta. Usaha ini sudah memiliki sertifikat halal

sehingga mudah dalam pemasarannya.

5. Tradisional Kue “BERKAH” adalah usaha rumahan yang di jalankan

oleh ibuk Mahmudah dan ibuk Lia yang bertempat di Desa, Ulu

Gedong, Kec, Danau Teluk Kota Jambi. Usaha ini sudah berjalan

selama 10 tahun, yang mana aneka kue kering dan basah di tawarkan

ke pembeli dengan cara di titipkan kewarung-warung terdekat. Selain

itu ibuk mahmudah menerima pesanan kue dari warga untuk berbagai

acara terlebih untuk hari raya adapun kue yang sering dijual adalah
83

(Kerupuk ikan, Dodol, Kue Bengen, lapis, Bolu Roti Coklat dll.)

dengan modal sebesar 1 juta ibuk mahmudah memulai usahanya dan

saat ini sudah memiliki penghasilan perbulan sebesar 30 juta. Dan

usaha ini sudah memiliki sertifikat halal.

6. Usaha Kerupuk Ikan Olahan “Cempaka Shofyah” adalah usaha

keluarga yang di jalankan oleh ibuk Shofyah yang bertempat di Desa,

Ulu Gedong, Kec, Danau Teluk Kota Jambi. Usaha ini sudah berjalan

selama 17 tahun dengan pendapatan sebesar 24 juta per/ bulan produk

yang diolah adalah Ikan dan Produk Olahannya. Ibu shofyah

memasarkan produknya dengan cara berjualan di rumah dan

menitipkan di toko-toko cina di pasar angso duo. Selain itu ibuk

shofyah juga memasarkan produknya dengan cara online melalui

aplikasi fb, ig, dll. Dan usaha ini sudah memiliki sertifikat halal.

B. Peluang dan Tantangan Sertifikasi Halal Pada Produk


Makanan UMKM di Kota Jambi.
Produk yang bersertifikat halal memiliki peluang pasar yang besar,

dengan perkiraan pemasaran produk halal di pasar global saat ini telah

mencapai nilai lebih dari 600 miliar dolar. Permintaan terhadap produk

halal di pasar global akan meningkat terus, dengan pertumbuhan sekitar

25% per tahun55. Karena populasi muslim di seluruh dunia diperkirakan

mencapai 2,049 milyar jiwa dengan populasi terbesar muslim di dunia

55
Izzuddin, Ahmad. "Pengaruh Label Halal, Kesadaran Halal Dan Bahan Makanan
Terhadap Minat Beli Makanan Kuliner." Jurnal Penelitian IPTEKS 3.2 (2018):hml, 101.
84

berada pada benua Asia dengan persentase sebesar 70.94% dan di posisi

kedua diikuti oleh benua Afrika dengan persentase sebesar 26.47%.

Populasi muslim tumbuh secara berkala sebesar 1,75 % tiap

tahunnya. Selain itu dengan produk yang bersertifikat halal Indonesia

sebagai negara dengan penduduk muslim yang besar seharusnya dapat

menjadi penjamin produk halal terbaik di dunia kedepannya, dan dapat

menjadi Negara peng-ekspor berbagai produk halal khususnya pada sektor

makanan. ini sesuai apa yang di ungkapkan oleh Bapak Siar antara lain

sebagai berikut:

“Sebenarnya dengan memiliki sertifikat halal produk-produk yang


ada di Indonesia dapat dengan mudah dipasarkan ke jenjang global,
khususnya bagi UMKM yang ada di Jambi dengan menggunakan
sertifikat halal mereka lebih mudah untuk memasarkan produknya
ke Kota-Kota lain yang ada di Indonesia, bahkan bisa sampai ke
luar negeri jika mereka menyadarinya.”56
Berdasarkan wawancara diatas, bahwa peluang dari sertifikasi halal

produk makanan itu adalah mempunyai peluang pasar yang sangat besar

bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah dalam meraih keuntungan

yang baik dan barokah.

Selain itu ada beberapa peluang bagi UMKM, yang di ungkapakan

oleh Bapak Hendi Ahmad Fauzi, Ibu sopiah dan Ibu Mahmudah jika kita

memiliki sertifikat halal tersebut yaitu:

“Sejak mendapatkan sertifikat halal, kami mendapatkan


kepercayaan penuh dari konsumen baik muslim atau non muslim

56
Wawancara dengan bapak Siar, Staf bagian UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Jambi, Kec, Kota baru, Kota Jambi 27 Juni 2019,. Rekaman Audio.
85

yang mulai berdatangan untuk membeli produk kami. Ditandai


dengan meningkatnya penjualan dan bertambahnya pendapatan
kami dari yang sebelumnya. Selain itu kami memiliki kebebasan
untuk memasarkan produk kami tanpa harus takut dengan
banyaknya pesaing yang lain khususnya UMKM di Kota Jambi
ini.”57
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pemilik usaha yang

sudah bersertifikat halal diatas, bahwa mereka dapat memegang

kepercayaan penuh konsumen dan masyarakat untuk memasarkan

jualannya, selain itu kebebasan dalam penjualan membuat pendapatan

mereka meningkat hal ini bisa dilihat melalui Analisis SWOT yang di

lakukan penulis melalui rekaman audio terdengar jelas perbedaan antara

sebelum dan sesudah memiliki sertifikat halal.

Dibalik semua faktor peluang tersebut, Indonesia masih

dihadapkan beberapa tantangan yang besar untuk terjun pada bisnis halal

global. Pada sisi domestik, di antaranya adalah masih minimnya sejumlah

produk dalam Negeri yang telah mendaftarkan standardisasi halal pada

MUI. Pada saat ini baru ada 37% produk yang telah tersertifikasi halal

MUI di Indonesia sedangkan di Kota Jambi baru 5%.58 Hal ini disebabkan

oleh kesadaran masyarakat, UMKM dan pelaku Industri Indonesia

terhadap produk-produk halal masih rendah. Padahal, sertifikasi halal

adalah kunci utama suatu produk dapat diterima di pasar dunia.

57
Hendi Ahmad Fauzi, Ibu sopiah dan Ibu Mahmudah , pemilik salah satu
Umkm Kota Jambi yang memiliki sertifikat halal produknya, Telanai Pura Kota Jambi
28 Juni 2019, Rekaman audio.
58
Dokumen Diskop UMKM”,Kota Jambi ,Indikator Urusan Umkm kota Jambi.
(04 november 2018.)
86

Sementara di tataran global, serbuan produk impor khususnya

sektor makanan dan minuman menjadi tantangan yang cukup berat.

Indonesia sebagai negara muslim terbesar adalah pasar yang menggiurkan

bagi negara lain untuk berlomba-lomba meraih konsumen. Malaysia yang

hanya berpenduduk sebanyak 11,78% dari penduduk Indonesia saja, justru

mampu menjadi negara urutan pertama produsen makanan halal dunia.

Selain tantangan eksternal, Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan

internal, diantaranya adalah kesadaran berkompetisi masyarakat yang

lemah, tidak sadarnya masyarakat Indonesia akan standardisasi halal dan

pemahaman hukum yang kurang. Begitu juga di Kota Jambi Seperti yang

di katakan oleh bapak siar antara lain sebagai berikut:

“Banyaknya UMKM di kota jambi ini yang tidak sadar akan


keuntungan dengan memiliki sertifikasi halal produk mereka,
namun pihak pemerintah tetap berusaha untuk mensosialisasikan
mengenai sertifikasi halal tersebut kepada masyarakat khususnya
pelaku-pelaku usaha.”59
Selanjutnya apa yang dikatakan oleh Bapak Bejo, Ibu Wiwin

Winarni dan Bapak Saputra selaku Pemilik UMKM yang tidak memiliki

sertifikat halal tersebut antara lain sebagai berikut:

“Saya tidak terlalu memikirkansi sampai kesana mengenai


sertifikasi halal karna selama ini saya berjualan hanya
mengandalkan rasa dari produk saya dan percaya bahwa rezki
sudah ada yang menentukannya yaitu allah swt.”60

59
Wawancara dengan bapak Siar, Staf bagian UMKM Dinas Koperasi dan
UMKM Kota Jambi, Kec, Kota baru, Kota Jambi 27 Juni 2019,. Rekaman Audio.
60
Bapak Bejo, Ibu Wiwin Winarni dan Bapak Saputra, pemilik salah satu Umkm
Kota Jambi yang tidak memiliki sertifikat halal produknya, Telanai Pura Kota Jambi 28
Juni 2019, Rekaman audio.
87

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa mereka memang tidak

menyadari tentang ketentuan hukum dan keuntungan memiliki sertifikasi

halal tersebut, ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi pemerintah

Kota Jambi Khususnya yang menangani UMKM Kota Jambi untuk lebih

banyak mencari solusi dan mensosialisasikan peraturan pemerintah

tersebut. Agar kesadaran masyakat untuk ikut andil memajukan kota nya

masing-mangsing dalam bidang Perekonomian masyarakat Indonesia.

Analisis SWOT adalah didasarkan pada hubungan atau interaksi

antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap

unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Petunjuk umum yang

sering diberikan untuk perumusan adalah memanfaatkan kesempatan dan

kekuatan (O dan S). Analisis ini diharapkan membuahkan rencana jangka

panjang. Mengatasi atau mengurangi ancaman dan kelemahan (T dan W).

Analisa ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu

rencana perbaikan (short-term improvement plan).

Tahap awal proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan,

kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki organisasi.

Berdasarkan penelitian melalui wawancara dan observasi di lapangan

dengan UMKM yang sudah memiliki dan belum miliki sertifikat halal

produknya, berikut faktor-faktor kunci dan internal (Kekuatan dan

Kelemahan) dan eksternal (Peluang dan Ancaman) yang dimiliki adalah:


88

1. Kekuatan (strengths)

Merupakan kekuatan yang terdapat di UMKM yang sudah memiliki

sertifikat halal yaitu:

a. Memiliki kepercayaan penuh konsumen baik muslim atau-pun non

muslim.

b. Memiliki keungulan tersendiri dalam persaingan.

c. Kebebasan dalam memasarkan produknya kemana-mana.

2. Kelemahan ( Weakness)

a. Jumlah produk yang bersertifikasi halal sangat sedikit.

b. Waktu berlaku sertifikat yang cuma dua tahun saja

c. Biaya dalam mengajukan sertifikasi cukup besar.

d. Proses sertifikasi yang cukup lama.

e. Rasa dari produk tidak dapat mempengaruhi sertifikat halal.

f. kesadaran berkompetisi masyarakat yang lemah terhadap sertifikasi

halal.

g. Pemahaman hukum mengenai wajib sertifikasi yang kurang.

3. Peluang (Opportunities)

a. Dengan adanya kepercayaan yang dimiliki produsen dari

konsumen, ini dapat membantu produsen dengan mudah

mengembangkan usahanya.

b. Dengan memiliki keunikan dalam bersaing produsen lebih mudah

menarik pelanggan baik muslim maupun non muslim.


89

c. Dengan potensi pasar yang luas produsen lebih mudah masuk ke

pasar halal global.

4. Ancaman (Treaths)

a. Banyaknya produk makanan dan minuman impor yang

bersertifikat halal yang tersebar di Indonesia membuat produk

lokal semakin tinggi tingkat persaingannya.

b. Dengan jumlah produk yang bersertifikat halal hanya sedikit,

Indonesia khususnya kota jambi belum mampu menjadikan Negara

Indonesia sebagai produsen produk halal dunia.

c. Dengan sedikitnya masa waktu berlaku sertifikasi halal dan biaya

pembuatan yang mahal, serta lamanya proses pengajuan sertifikasi

bisa membuat produsen melakukan kecurangan dalam berdagang

seperti memalsukan label halal yang ada pada produknya tanpa

melalui pemeriksaan terlebih dahulu dan membuat masyarakat

semakin resah.

d. Dengan kurangnya kesadaran dan pemahaman hukum masyarakat

mengenai sertifikasi halal membuat masyarakat banyak tidak

perduli tentang sertifikasi halal tersebut.

e. Dengan memiliki rasa produk yang pas di lidah masyarakat atau

konsumen mereka merasa sertifikasi halal produknya tidak terlalu

di butuhkan untk uasahanya.


90

Berdasarkan analisis SWOT maka dapat dirumuskan strategi-

strategi sebagai berikut :

1. Strategi SO (Strengths-Opportunitiess)

Yaitu strategi yang disusun dengan memanfaatkan kekuatan dan

peluang dari sertifikasi halal untuk perkembangan UMKM.

a. Mengembangkan Produk makanan yang halal secara lebih baik

sehingga dapat bersaing dengan produk lainnya.

b. Menjaga kualitas dari produk agar tetap sesuai dengan syariat

islam

c. Melaukan variasi dan inovasi produk untuk dapat bersaing di pasar

halal global.

2. Strategi ST (Strengths – Treaths)

Strategi yang disusun dengan memanfaatkan kekuatan sertifikat halal

untuk menghadapi ancaman dimasa yang akan datang. Yaitu:

a. Produsen harus menjaga kualitas produk lokal mereka untuk

menghadapi produk-produk impor yang masuk keindonesia.

b. Meningkatkan produksi produk –produk yang bersertifikasi halal

untuk dapat menjadikan Indonesia sebagai produsen dari produk

halal di pasar global.

3. Strategi WO (Weakness –Opportunities)

Yaitu strategi yang disusun dengan melihat kelemahan Sertifikat halal

dengan mempertimbangkan peluang dimasa yang akan datang.


91

a. Perlunya adanya perencanaan untuk meningkatkan jumlah produk

yang bersertifikat halal.

b. Perlunya adanya pertemuan antara pemerintah dengan UMKM

untuk menjelaskan pemahaman hukum dan keuntungan yang

dimiliki oleh sertifikasi halal agar dapat menyadarkan masyarakat.

c. Perlu adanya kesepakatan yang baik antara UMKM dan

pemerintah mengenai peraturan dalam sertifikasi halal.

4. Strategi WT (Weakness – Treaths)

yaitu strategi yang disusun untuk meminimalkan kelemahan sertifikat

halal yang ada dan mengurangi hambatan ataupun ancaman di masa

yang akan datang.

a. Perlunya kerjasama pemerintah dengan produsen-produsen untuk

meningkatkan jumlah produk yang bersertifikat halal.

b. Perlunya sosialisali pemerintah kepada UMKM mengenai

pemahaman hukum dan keuntungan yang dimiliki oleh sertifikasi

halal agar dapat menyadarkan masyarakat.

c. Perlu adanya kesepakatan yang baik antara UMKM dan

pemerintah mengenai peraturan dalam sertifikasi halal.


92

C. Prosedur Memperoleh Sertifikat Halal Pada Produk


Pangan.
Proses sertifikasi halal oleh LPPOM MUI terdiri dari beberapa tahap,

sebelum melakukan pendaftaran, perusahaan yang bersangkutan harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut :61

1. Ketentuan bagi perusahaan yang akan mendaftar

a. Sebelum produsen mengajukan sertifikat halal terlebih dahulu

harus mempersiapkan Sistem Jaminan Halal. Penjelasan rinci

tentang Sistem Jaminan Halal dapat merujuk kepada Buku

Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal yang dikeluarkan

oleh LP POM MUI.

b. Berkewajiban mengangkat secara resmi seorang atau tim

Auditor Halal Internal (AHI) yang bertanggungjawab dalam

menjamin pelaksanaan produksi halal.

c. Berkewajiban menandatangani kesediaan untuk diinspeksi

secara mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya oleh

LPPOM MUI.

d. Membuat laporan berkala setiap 6 bulan tentang pelaksanaan

Sistem Jaminan Halal.

Setelah syarat tersebut terpenuhi kemudian perusahaan dapat

mengajukan pendaftaran untuk sertifikasi halal.

61
http://www.halalmui.org/Prosedur sertifikasi halal MUI.
93

2. Prosedur Sertifikasi Halal

Pertama-tama produsen yang menginginkan sertifikat halal

mendaftarkan ke sekretariat LPPOM MUI dengan ketentuan sebagai

berikut:62

a. Bagi Industri Pengolahan:

1) Produsen harus mendaftarkan seluruh produk yang diproduksi

di lokasi yang sama dan/atau yang memiliki merek/brand yang

sama.

2) Produsen harus mendaftarkan seluruh lokasi produksi termasuk

maklon dan pabrik pengemasan.

3) Ketentuan untuk tempat maklon harus dilakukan di perusahaan

yang sudah mempunyai produk bersertifikat halal atau yang

bersedia disertifikasi halal.

b. Bagi Restoran dan Katering:

1) Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh menu yang

dijual termasuk produk-produk titipan, kue ulang tahun serta

menu musiman.

2) Restoran dan katering harus mendaftarkan seluruh gerai, dapur

serta gudang.

c. Bagi Rumah Potong Hewan:

1) Produsen harus mendaftarkan seluruh tempat penyembelihan

yang berada dalam satu perusahaan yang sama.

62
http://www.halalmui.org/Prosedur sertifikasi halal MUI
94

3. Setelah Penggolongan Berdasarkan Kategori Usaha, Beberapa Hal

Yang Harus Dilakukan Perusahaan Pemohon:63

a. Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal

bagi produknya, harus mengisi borang yang telah disediakan.

Borang tersebut berisi informasi tentang data perusahaan, jenis dan

nama produk serta bahan-bahan yang digunakan.

b. Borang yang sudah diisi beserta dokumen pendukungnya

dikembalikan ke sekretariat LP POM MUI untuk diperiksa

kelengkapannya, dan bila belum memadai perusahaan harus

melengkapi sesuai dengan ketentuan.

c. LPPOM MUI akan memberitahukan perusahaan mengenai jadwal

audit. Tim Auditor LPPOM MUI akan melakukan

pemeriksaan/audit ke lokasi produsen dan pada saat audit,

perusahaan harus dalam keadaan memproduksi produk yang

disertifikasi.

d. Hasil pemeriksaan/audit dan hasil laboratorium (bila diperlukan)

dievaluasi dalam Rapat Auditor LPPOM MUI. Hasil audit yang

belum memenuhi persyaratan diberitahukan kepada perusahaan

melalui audit memorandum. Jika telah memenuhi persyaratan,

auditor akan membuat laporan hasil audit guna diajukan pada

Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya.

63
http://www.halalmui.org/Prosedur sertifikasi halal MUI
95

e. Laporan hasil audit disampaikan oleh Pengurus LPPOM MUI

dalam Sidang Komisi Fatwa Mui pada waktu yang telah

ditentukan.

f. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika

dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah

ditentukan, dan hasilnya akan disampaikan kepada produsen

pemohon sertifikasi halal.

g. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah

ditetapkan status kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI.

h. Sertifikat Halal berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal

penetapan fatwa.

i. Tiga bulan sebelum masa berlaku Sertifikat Halal berakhir,

produsen harus mengajukan perpanjangan sertifikat halal sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan LPPOM MUI.

4. Kemudian Dilakukanlah Tata Cara Pemeriksaan (Audit) Mulai Dari

Manajemen, Bahan-Bahan Baku, Dll. Pemeriksaan (Audit) Produk

Halal Mencakup:64

a. Manajemen produsen dalam menjamin kehalalan produk (Sistem

Jaminan Halal).

b. Pemeriksaan dokumen-dokumen spesifikasi yang menjelaskan asal-

usul bahan, komposisi dan proses pembuatannya dan/atau sertifikat

halal pendukungnya, dokumen pengadaan dan penyimpanan bahan,

64
http://www.halalmui.org/Prosedur sertifikasi halal MUI
96

formula produksi serta dokumen pelaksanaan produksi halal secara

keseluruhan.

c. Observasi lapangan yang mencakup proses produksi secara

keseluruhan mulai dari penerimaan bahan, produksi, pengemasan dan

penggudangan serta penyajian untuk restoran/catering/outlet.

d. Keabsahan dokumen dan kesesuaian secara fisik untuk setiap bahan

harus terpenuhi.

e. Pengambilan contoh dilakukan untuk bahan yang dinilai perlu.

5. Sistem Pengawasan Sertifikat Halal:

a. Perusahaan wajib mengimplementasikan Sistem Jaminan Halal

sepanjang berlakunya Sertifikat Halal.

b. Perusahaan berkewajiban menyerahkan laporan audit internal setiap 6

(enam) bulan sekali setelah terbitnya Sertifikat Halal.

c. Perubahan bahan, proses produksi dan lainnya perusahaan wajib

melaporkan dan mendapat izin dari LPPOM MUI.

6. Prosedur Perpanjangan Sertifikat Halal:

a. Produsen harus mendaftar kembali dan mengisi borang yang

disediakan.

b. Pengisian borang disesuaikan dengan perkembangan terakhir produk.

c. Produsen berkewajiban melengkapi kembali daftar bahan baku, matrik

produk versus bahan serta spesifikasi, sertifikat halal dan bagan alir

proses terbaru.

d. Prosedur pemeriksaan dilakukan seperti pada pendaftaran produk baru.


97

e. Perusahaan harus sudah mempunyai manual Sistem Jaminan Halal

sesuai dengan ketentuan prosedur sertifikasi halal di atas.

Gambar 4.165
Berikut Proses sertifikasi halal yang dilakukan LPPOM dalam bentuk

diagram alir :

65
http://www.halalmui.org/Prosedur sertifikasi halal MUI
98

D. Penyebab Produsen Usaha Mikro Kecil dan Menengah


Makanan Tidak Memiliki Sertifikat Halal.
Seiring berkembanganya jumlah UMKM yang ada di kota jambi

maka semakin meningkat pula jumlah sertifikat halal yang di miliki oleh

umkm tersebut, namun kenyataannya sangatlah tidak sesuai apa yang telah

di perkirakan tersebut dengan data yang ada dari Dinas Koperasi dan

UMKM Kota Jambi, menunjukkan bahwa jumlah sertifikat halal yang ada

hanya 5 % dari 10.763 UMKM yang ada. Hal ini dikarenakan banyaknya

UMKM yang tidak memiliki sertifikat halal dengan berbagai alasan yang

mereka katakan . berikut beberapa alasan yang di kemukakan oleh Bapak

Bejo sebagai berikut:

“Alasan saya belum mengsertifikasi halal usaha saya yaitu karena


memang belum mau dan dengan modal keyakinan saja bahwa saya
tidak macam-macam dalam pembuatan produk saya dan saya yakin
bahwa rezeki itu tidak kemana-mana. Meskipun tidak bersertifikasi
halal selama ini lancar-lancar saja karna saya mementingkan rasa
jika konsumen suka maka mereka akan dating lagi.” 66
Dari hasil wawancara diatas, bahwa faktor penyebab produsen

usaha kecil dan menengah makanan tidak memiliki sertifikat halal adalah

memang tidak ada kemauan dari pemilik Usaha tersebut, dan Bermodalkan

kepercayaan bahwan rizki itu tidak kemana-mana, dan Rasa produk yang

dimiliki yang paling utama dalam pemasaran.

Selanjutnya beberapa alasan yang di kemukakan oleh lbu Wiwin

Winarni antara lain sebagai berikut :

66
Bapak Bejo, Pemilik Usaha Bakso Monggo, Jl, Arif rahman hakim,Telanai
Pura Kota Jambi, 28 Juni 2019. Rekaman Audio.
99

“Alasan saya belum mengsertifikasi halal usaha saya karena saya


belum mau, dan saya sudah pernah di periksa oleh dinas kesehatan
dan mereka bilang tidak apa-apa karna memang saya sangat
menjaga kebersihan saat saya membuat menu makanan yang ingin
saya jual, selain kebersihan saya mengutamakan rasa untuk
memasarkan produk saya dan selain itu biaya yang dibutuhkan
untuk sertifikasi cukup mahal seperti usaha menengah kebawah
yang saya miliki.”67
Jadi berdasarkan wawancara diatas, bahwa faktor penyebab

produsen usaha kecil dan menengah makanan tidak memiliki sertifikat

halal adalah memang tida kada kemauan dari pemilik usaha tersebut dan

Bermodalkan menjaga kebersihan dan cita rasa produk yang akan dijual,

selain itu kendala biaya yang tidak mencukupi.

Selanjutnya beberapa alasan yang di kemukakan oleh Bapak

Saputra antara lain sebagai berikut:

“Alasan saya belum mengsertifikasi halal usaha saya karena saya


belum mau dan saya sudah mendapat ijin dari dinas kesehatan
palembang untuk memasarkan produk saya, selain itu biaya yang
dibutuhkan untuk sertifikasi terlalu mahal untuk Usaha Kecil
Menengah Kebawah seperti ini.”68
Jadi berdasarkan wawancara diatas, bahwa faktor penyebab

produsen usaha kecil dan menengah makanan tidak memiliki sertifikat

halal adalah memang tidak ada kemauan dari pemilik usaha tersebut dan

sudah mendapat ijin dinas kesehatan saja sudah cukup, selain itu kendala

biaya yang tidak cukup.

67
lbu Wiwin Winarni, Pemilik Usaha Rumah Makan Dendeng Batokok
PUSAKO, Jl. Arif Rahman Hakim,Telanai Pura Kota Jambi, 28 Juni 2019. Rekaman
Audio.

68
Bapak Saputra, Pemilik Usaha Kerupuk Kemplang Maulana 88, Jl. Rawa Sari,
Kota Baru Jambi, 28 Juni 2019. Rekaman Audio.
100

Selanjutnya beberapa alasan yang di kemukakan oleh Bapak Hendi

Ahmad Fauzi antara lain sebagai berikut:

“ Menurut saya alasan tidak mengsertifikasi produknya adalah gak


ada niat yang kuat, faktor biaya yang masih kurang, proses dalam
sertifikasi yang terlalu rumit dan lama.”69
Jadi berdasarkan wawancara diatas, bahwa faktor penyebab

produsen usaha kecil dan menengah makanan tidak memiliki sertifikat

halal adalah Tidak ada niat yang kuat untuk sertifikasi, selain itu karna

biaya dan proses yang terlalu rumit dan lama. Selanjutnya beberapa alasan

yang di kemukakan oleh Ibuk Mahmudah antara lain sebagai berikut:

“ Menurut saya alasan tidak mengsertifikasi produknya adalah


faktor biaya yang masih kurang, proses dalam sertifikasi yang
terlalu rumit dan lama. Selain itu jangka waktu berlaku Sertifikat
yang hanya 2 tahun saja.”70
Jadi berdasarkan wawancara diatas, bahwa faktor penyebab

produsen usaha kecil dan menengah makanan tidak memiliki sertifikat

halal adalah karena biaya dan proses yang terlalu rumit dan lama, selain

itu jangka waktu berlaku sertifikat yang singkat hanya 2 tahun.

Selanjutnya beberapa alasan yang di kemukakan oleh Ibu Sopiah

antara lain sebagai berikut:

69
Bapak Hendi Ahmad Fauzi, Pemilik Usaha Omah’E Kebab, Jl.Abuthalib
Pematang Sulur, Telanai Pura, Kota Jambi, 28 Juni 2019. Rekaman Audio.

70
Ibuk Mahmudah, Pemilik Usaha Tradisional Kue “BERKAH, Desa, Ulu
Gedong, Kec, Danau Teluk kota Jambi, 28 Juni 2019. Rekaman Audio.
101

“ Menurut saya alasan tidak mengsertifikasi produknya adalah


belum mau saja atau faktor biaya yang masih kurang, dan proses
dalam sertifikasi yang terlalu rumit dan lama.”71
Jadi berdasarkan wawancara diatas, bahwa faktor penyebab

produsen usaha kecil dan menengah makanan tidak memiliki sertifikat

halal adalah produsen tersebut belum mau untuk sertifikasi, karna biaya

dan proses yang terlalu rumit dan lama.

Berdasarkan hasil dari wawancara penulis dengan beberapa

narasumber diatas bahwa alasan UMKM di kecamatan Telanai Pura Kota

Jambi tidak memiliki sertifikat halal produknya dikarenakan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Memang tidak ada kemauan dari pemilik usaha tersebut.

2. Bermodalkan kepercayaan bahwan rizki itu tidak kemana-mana.

3. Rasa produk yang dimiliki yang paling utama dalam pemasaran.

4. Karena sudah merasa memiliki izin dinas kesehatan saja sudah cukup.

5. Biaya yang tidak mencukupi.

6. Proses yang terlalu rumit dan lama.

7. Jangka waktu berlaku sertifikasi yang singkat selama 2 tahun tidak

sesuai dengan lamanya proses pembuatan.

71
Ibu Sopiah, Pemilik Usaha Kerupuk Ikan, Desa, Olak Kemang, Kec, Danau
Teluk Kota Jambi, 28 Juni 2019. Rekaman Audio.
102

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di 6 UMKM yang

belum memiliki dan yang sudah memiliki sertifikat halal produknya yaitu

dapat diambil kesimpulan bahwah selain dari potensi pasar yang kuat

sertifikasi halal juga memiliki tantangan yaitu salah satunya jumlah

sertifikat halal yang sedikit. Berikut adalah faktor penyebab usaha mikro

kecil dan menengah (UMKM) makanan tidak memiliki sertifikat halal

produknya di Kecamatan, Telanai Pura, Kota Baru Dan Danau Teluk Kota

Jambi. Adalah sebagai berikut:

1. Memang tidak ada kemauan dari pemilik usaha tersebut.

2. Bermodalkan kepercayaan kepada allah swt , bahwan rizki itu tidak

kemana-mana.

3. Rasa produk yang dimiliki yang paling utama dalam pemasaran.

4. Karena sudah merasa memiliki izin dinas kesehatan saja sudah cukup.

5. Biaya yang tidak mencukupi.

6. Proses yang terlalu rumit dan lama.

7. Jangka waktu berlaku sertifikasi yang singkat selama 2 tahun tidak

sesuai dengan lamanya proses pembuatan.


103

B. Saran
1. Bagi Usaha mikro kecil dan menengah khususnya produsen makanan

olahan , diharapkan untuk konsisten melaksanakan sistem jaminan

halal selama proses produksi di perusahaan hingga ke tangan

konsumen dan selalu memperbaharui sertifikasi halal pada produk

yang dijual sehingga kegiatan bisnisnya akan terus berkembang.

2. Bagi Pemerintah sebagai pelaksana undang-undang Jaminan Produk

Halal, diharapkan melakukan langkah-langkah implementasi bertahap

berupa sosialisasi, mempersiapkan sistem pengawasan dan sanksi

kepada produsen terkait sertifikasi halal sehingga di tahun 2019 nanti

pelaksanaan jaminan produk halal benar-benar dapat dilaksanakan.

3. Bagi LPPOM MUI sebagai lembaga sertifikasi halal terbesar di

Indonesia, diharapkan mampu memberikan edukasi yang meluas

kepada produsen makanan dan konsumen terkait keamanan dan

kehalalan pangan, serta mempermudah mekanisme pengurusan

sertifikat halal bagi produsen tanpa mengurangi kinerja pengelolaan

lembaga.

4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan untuk melakukan penelitian

dengan pihak yang mengeluarkan sertifikat halal tersebut, agar lebih

jelas mengetahui permasalahan yang ada pada pengajuan dan

pemberian sertifikat halal tersebut.


104

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Asy-Syifa Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( semarang : Raja Publishing).


Bukhara, Al-qur’an Tajwid dan Terjemah, Al-Baqarah: 172-173, (Bogor,
Sygma, 2008)
Budiarto, Rachmawan, et al. Pengembangan UMKM Antara Konseptual
dan Pengalaman Praktis. UGM PRESS, 2018
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi, Jakarta, 2013
Dokumen Diskop UMKM”,Kota Jambi ,Indikator Urusan Umkm kota
Jambi. (04 november 2018.)
Dokumen Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesi, Profil Bisnis
Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah, (UMKM),2015.
Ervina sari siphutar “ Analisis Hukum Terhadap Badan Usaha Kecil
Menengah Makanan Yang Tidak Mendaftarkan Produknya Ke
Bpom Dan Lebel Halal Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Pada
Majelis Ulama Kota Medan).”Journal . Universitas Al Azhar,
2007
Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan
Konsumen, Jakarta: Gramedia Pustaka Tama Cet II, 2001.
M. Tohar.”Membuka Usaha Kecil.” Kanisius: Yogyakarta: 2018
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis.
Gramedia Pustaka Utama, 1998.
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010)
Undang-Undang .No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, Pasal 1
Veithzal Rivai, Andi Buchari, Islamic Economics Ekonomi Syariah Bukan
Opsi Tetapi Solusi, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta 2015.
105

Nasution. S, Metode Reserch Penelitian Ilmiah, Jakarta: PT. Bumi Aksara


2007.
B. Lain-lain
Akbar salmani “ penaruh inflasi,suku bunga,dan produk domestik bruto

terhadap permintaan kredit umkm.skripsi :2018

AbuTalib, Mohamed Syazwan, and M. R. Mohd Johan. "Issues in halal

packaging: a conceptual paper." International Business and

Management 5.2 (2012).

Dea Ariska, Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Makanan dan

Minuman Yang Tidak Bersertifikat Halal, journal skripsi:

Universitas Lampung, 2017.

Danang Waskito,“Pengaruh Sertifikat Halal, Kesadaran Halal, Dan

Bahan Makanan Terhadap Minat Beli Produk Makanan Halal

(Studi Pada Mahasiswa Muslim Di Yogyakarta), skripsi,(Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.2015)

Purwanti paju, “Jaminan sertifikat produk halal sebagai salah satu

perlindungan terhadap konsumen menutut undang-undang no 8

tahun 1999”, E-journal Universitas Sam Ratulangi Manado,

(2016).

Hendro,”BPOM menemukan produk kecap jepang dan makanan yang

mengandung unsur babi”Metrojambi.com/,”diakses 13 november

2018 pukul 09:15 wib.

Thomas Aquinus,” Tiap Tahun Jumlah UMKM di Jambi Meningkat

Hingga Melebihi 10 Ribu,”Trubus.id/diakses 08 nomvember 2018


106

Majlis ulama indonesia”jumlah sertifikat halal produk di kota jambi.

Ramlan,nahrowi” sertifikasi halal sebagai penerapan etika bisnis islami

dalam upaya perlindungan bagi konsumen muslim.” Skripsi.

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumut 2018.

www.http/: bps// file.xl.data jumlah UMKM kota jambi.2013-2018.

KN.sofyan Hasan,” Kepastian hukum sertifikasi dan labelisasi halal

produk pangan.” Skripsi.(Fakultas HukumUniversitas Sriwijaya

Palembang.2014).

Panji Adam, ”Kedudukan sertifikasi halal dalam sistem hukum nasional

sebagai upaya perlindungan konsumen dalam hukum

islam.Skripsi.(Fakultas Syariah UNISBA.2017).

T.Maryati R,Syarief , R.Hasbullah,” Analisis Faktor Kendala dalam

Pengajuan Sertifikat Halal. (Studi Kasus: Pelaku Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah Makanan Beku di

Jabodetabek).skripsi(Fakultas Teknologi Pertanian, IPB 2016).

Mulyaningrum,Erik Syawal Alghifari,” Perilaku masyarakat sunda

muslim dalam mengonsumsi produk halal di kota

bandung.skripsi( Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas

Pasundan.2018).

Hanzaee, Kambiz Heidarzadeh, and Mohammad Reza Ramezani.

"Intention to halal products in the world markets."

Interdisciplinary Journal of Research in Business 1.5 (2011):


107

Izzuddin, Ahmad. "Pengaruh Label Halal, Kesadaran Halal Dan Bahan

Makanan Terhadap Minat Beli Makanan Kuliner." Jurnal

Penelitian IPTEKS 3.2 (2018):

Kettani, Houssain. "2010 world muslim population." proceedings of the

8th Hawaii Internafional Conference on Arts and Humanifies.

2010

Sakina Rakhma Diah Setiawan "Negara Mana yang Rajai Industri Halal

Dunia ", Artikel Surabaya, Kompas.com. html, (di akses 11 April

2019).

Dr. Prima Aswirna. S.Si. Msc, Silvina Febriyanti, Msi.”Pengabdian

Berbasis Kebijakan Peningkatan Pemahaman Masyarakat

Tentang Pentingnya Mengkonsumsi Produk Halal Bagi Pemuka

Agama Islam Kota Padang”, Skripsi :Hasil Penelitian Pengabdian

Masyarakat Kompetitif UIN Imam Bonjol Padang, (2018).

Pidato Kepala BPJPH Kemenag Sukoso, ”Mulai Oktober 2019 seluruh

produk wajib bersertifikat halal Pada Seminar Dan Workhsop

Tantangan Dan Peluang Industri Halal,” di selenggarakan oleh

Universitas Mathalaul Anwar Serang (10 April 2019).html.

https://www.antaranews.com, di akses 10 April 2019.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai