Anda di halaman 1dari 93

FAKTOR – FAKTOR PENGHAM

MBAT DAYA
A SAING

USAHA MIKRO KECIL MENE


ENGAH (UM
MKM)

KULIN
NER DALA
AM MENGH
HADAPI RE
EVOLUSI INDUSTRI 4.0

DI KECAM
MATAN TE
ELANAIPUR
RA KOTA JAMBI

SKRIPSI
S

FADHUL
F
NIM:: EES 1506448

mbimbing:
Pem

Prof. Drr.Subhan,M M.Ag


Efni Aniita, SE,. M.E.Sy

PROGR
RAM STUD OMI SYARIAH
DI EKONO
FAKULT
TAS EKON
NOMI DAN BISNIS ISL
LAM
UN
NIVERSITA
AS ISLAM NEGERI
SU
ULTHAN THAHA
T SAIIFUDDIN
JAMBI 
2019   
MOTTO

ِ ُ‫ﺳ ﱠﺨ َﺮ ْﺍﻟﺒَ ْﺤ َﺮ ِﻟﺘَﺄ ْ ُﻛﻠ‬


َ ‫ﻟَ ْﺤ ًﻤﺎ‬ ُ‫ﻮﺍﻣ ْﻨﻪ‬
ِ ‫ﻁ ِﺮﻳ ًَّﺎﻭﺗ َ ْﺴﺘ َ ْﺨ ِﺮ ُﺟ‬
 ُ‫ﻮﺍﻣ ْﻨﻪ‬ َ  ‫ﻱ‬ ‫َﻭ ُﻫ َﻮﺍﻟﱠ ِﺬ‬
ْ َ‫ﻓ‬ ‫ﻮﺍﻣ ْﻦ‬
 ‫ﻀ ِﻠ ِﻪ‬ ِ ‫ َﻣ َﻮ‬ ‫ ْﻟﻔُ ْﻠ َﻚ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﺴﻮﻧَ َﻬ َﺎﻭﺗ َ َﺮﻯ‬
ِ ُ‫ َﻭ ِﻟﺘ َ ْﺒﺘَﻐ‬ ‫ﺍﺧ َﺮ ِﻓﻴ ِﻪ‬ ُ َ‫ﺗ َ ْﻠﺒ‬ ً‫ِﺣ ْﻠﻴَﺔ‬
  َ‫ﺗ َ ْﺸ ُﻜ ُﺮﻭﻥ‬ ‫َﻭﻟَﻌَﻠﱠ ُﻜ ْﻢ‬
Artinya :Dan dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu
dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan
dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur. 1

(Q.S An Nahl : 14)

   

                                                            
1
  Q.S An Nahl (16) : 14

iv 
 
PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt, Skripsi ini penulis
persembahkan kepada :

1. Abahku A. Syukri Haulani serta mamakku Rojiah Hasan yang telah memberi
kepercayaan kepada saya dalam menuntut ilmu, serta pengorbananmu yang
tak bisa saya hitung satu persatu, serta mendidik saya dari kecil hingga
sekarang .
2. Abang-abangku serta ayukku, dan adikku yang terus tak henti henti untuk
memberi support hingga bisa menyelesaikan tulisan ini
3. Najla Yuniar yang telah mendukung dalam perkuliahan saya
4. Teman Temanku dari sebelum masuknya kuliah hingga lulus bersama terima
kasih atas semangatnya
5. Teman temanku yang tercinta yang ada di kelas A angkatan 2015 yang mana
suka duka kita lalui serta motivasi yang kalian berikan kepada saya
6. Sahabat Akrab saya yang dari masa MTS hingga sekarang masih tetap
berkumpul hingga canda ria bersama saya (MayawTeam), yaitu M. Husnul
Arief, Rijalludin Al-Asyrof, A. Syahnan.
7. Terima kasih kepada sahabatku ilham rosadi yang sudah membantuku hingga
turun untuk melakukan riset bersama.

Dan untuk kalian semua yang telah memberiku semangat

serta selalu mensupportku hingga pada akhirnya aku bisa

menyelesaikan skripsi sekali lagi diriku ingin

mengucapkan TERIMA KASIH SEBESAR BESARNYA.


 
ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pada daya


saing UMKM kuliner dalam menghadapi revolusi industri 4.0 di Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi, Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
sedangkan jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Dalam
penetapan responden peneliti menggunakan snowball, karena keadaan yang kurang
memungkinkan untuk menggunakan metode lainnya. Sehingga peneliti menetapkan
beberapa pelaku usaha yang ada dikawasan Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang
menghambat daya saing para pelaku usaha dibidang kuliner diantaranya :
Pemasaran, Sumber daya manusia, keuangan yang mempengaruhi perkembangan
usaha, metode pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk memajukan
usahanya, kurang tanggapnya pemerintah dalam mencari solusi menghadapi era
digitalisasi atau revolusi industri 4.0 dan kurangnya pemahaman mengenai istilah
dari revolusi industri 4.0, dikarenakan masih sedikit pelaku UMKM kuliner yang
menerapkan digitalisasi dalam usahanya. Sebagian UMKM dari segi promosi dan
penjualannya menggunakan aplikasi pembantu sehingga pelaku UMKM merasa
terbantu akan hal itu.

Kata kunci : Penghambat, Daya Saing, UMKM , Revolusi Industri 4.0

   

vi 
 
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segalapujibagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis diberikan kekuatan dan

ketegaran dalam menyelesaikan skripsi ini dengan judul“Faktor – faktor penghambat

pada daya saing Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) Kuliner dalam

menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi”, shalawat

beriringkan salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW

beserta para sahabat, keluarga dan umatnya sepanjang zaman. Selama penyusunan

dan penulisan skripsi, penulis banyak mendapat bantuan, dukungan dan masukan

baik berupa ide ataupun saran dari berbagai pihak. Selanjutnya dalam rangka

penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, maka penulis tidak lupa mengucapkan

terimaksih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof Dr. Subhan, M.Ag, selaku pembimbing I dan ibu Efni Anita

S.E,M.E.Sy selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing hingga skripsi ini selesai.

2. Bapak Prof. Dr. Subhan,M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam UIN STS Jambi

3. Dr. Rafida, S.E, M.EI WakilDekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN STS Jambi

4. Dr. Novi Mubyarto, S.E, ME. WakilDekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam UIN STS Jambi

5. Dr. HalimahDja’far, M.Fil.l, WakilDekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam UIN STS Jambi

vii 
 
6. Bapak Dr. Sucipto, M.Ag dan ibu G.W.I Awal Habibah, S.E, ME.Sy selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam UIN STS Jambi

7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam semoga ilmu yang

engkau berikan bermanfaat bagi agama, bangsa dan Negara ini.

8. Seluruh Staff dan karyawan khususnya di bagian Tata Usaha (TU) Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi

9. Kepada semua sahabat dan teman-teman senasib seperjuangan terimaksih

atas motivasi dan ilmunya, sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.

10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupun tidak langsung. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dalam

menyelesaikan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan guna

menyempurnakan tugas akhir skripsi ini. Semoga hasil yang terkandung

didalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

   

viii 
 
DAFTAR ISI 

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...........................................i

NOTADINAS.............................................................................................................ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN.........................................................................iii

MOTTO .....................................................................................................................iv

PERSEMBAHAN.......................................................................................................v

ABSTRAK ................................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..............................................................................................vii

DAFTAR ISI..............................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................7

C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7

D. Manfaat Penelitian...................................................................................8

E. Batasan Masalah.......................................................................................8

F. Landasan Teori.........................................................................................8

G. Tinjauan Pustaka...................................................................................19

BAB II. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................................23

ix 
 
B. Setting dan Subjek Penelitian................................................................24

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................24

D. Teknik Analisis Data .............................................................................26

E. Pemeriksaan Keabsahan Data ..............................................................28

BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kecamatan Telanaipura................................................................29

B. Gambaran Umum Kecamatan Telanaipura................................................30

BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Faktor Penghambat pada daya saing UMKM Kuliner di kecamatan


telanaipura kota jambi ...................................................................................37

B. Kesiapan Para pelaku UMKM Kuliner dalam menghadapi revolusi


industri 4.0 kecamatan telanaipura kota jambi..............................................48

C. Analisis SWOT pada UMKM Kuliner......................................................63

BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...............................................................................................69

B. Saran.........................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE


 
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 :Data Pertumbuhan UMKM 2012-2017.......................................2

Tabel 1.2 : Faktor Penghambat daya saing 2017-2018.................................4

Tabel 1.3 : Data Perkembangan UMKM Kota Jambi 2013-2018..................5

Tabel 1.4 : Tinjauan Pustaka.............................................................................17

Tabel 3.1 : Jumlah Kelurahan Serta Luas Wilayah.......................................31

Tabel 3.2 : Data Penduduk........................................................................32

Tabel 3.3 : Mata Pencarian Penduduk.......................................................33

Tabel 3.4 :Jumlah UMKM di Kecamatan Telanaipura Januari Hingga Mei

2019.......................................................................................34

Tabel 4.1 :Klasifikasi UMKM Kuliner Siap Menghadapi Revolusi

industri 4.0.................................................................................58

Tabel 4.2 : Klasifikasi UMKM Kuliner yang belum siap menghadapi Revolusi

Industri 4.0................................................................................58

Tabel 4.3 : Pemanfaatan Teknologi dalam UMKM Kuliner di Kecamatan

Telanaipura Kota Jambi............................................................59

Tabel 4.4 : Klasifikasi Pendidikan Karyawan pada UMKM Kuliner..........63

Tabel 4.5 : Matriks SWOT .....................................................................................66

xi 
 
Daftar Gambar

Gambar 3.1 : Peta Kecamatan Telanaipura...............................................31

Gambar 3.2 : Struktur Kecamatan Telanaipura.........................................36

Gambar 4.1 : Presentase UMKM dalam menghadapi Revolusi Industri......63

xii 
 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan daya dan taraf

hidup masyarakat, karena dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi

maka kebutuhan masyarakat akan terpenuhi. 1 Untuk itu dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat maka perlunya lapangan pekerjaan yang memadai sehingga

dapat membantu perekonomian masyarakat.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam

keadaan ekonomi sosial masyarakat serta menjadi ujung tombak dalam

perekonomian negara dan bisa mengurangi beberapa masalah yang sedang

dihadapi dalam sebuah negara. Masalah tersebut adalah kemiskinan, jumlah

pengangguran yang masih tinggi, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, krisis

utang luar negeri, ketimpangan distribusi pendapatan, masalah urbanisasi dan

defisit neraca pembayaran. 2

UMKM juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam perekenomian

nasional. Pada tahun 2017 jumlah UMKM diperkirakan mencapai 62,9 juta unit

                                                            
1
Skripsi Ade Muhamad alimul basar, IAIN Syekh Nurjati Cirebon : Peranan Usaha kecil
menengah (UKM) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kecamatan cibeureum kabupaten
kuninga.( 4 agustus 2015)
2
Sepris Yonaldi : Kewirausahaan Menumbuhkembangkan umkm di era digital, 2018

 

dan sebagian besar merupakan usaha berskala mikro (98,73 persen). Pertumbuhan

UMKM dalam periode 2012-2017 mencapai 13,98 persen 3

Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998, pengertian Usaha Kecil adalah:

“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara

mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah

dari persaingan usaha yang tidak sehat.” 4

Sektor usaha kecil dan menengah memiliki peranan yang sangat penting

dalam membangun perekonomian masyarakat. Hal ini bila dikaitkan dengan

pemberdayaan ekonomi masyarakat dan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap

oleh usaha kecil dan menengah tersebut. Maka dari itu, usaha kecil dan menengah

perlu dilindungi agar suatu saat tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, serta usaha

kecil dan menengah dapat berfungsi sebagai sarana memeratakan hasil-hasil

pembangunan yang telah dicapai. 5

Faktor penghambat dalam pengembangan usaha pada umumnya ialah

masalah perizinan, soal akses pembiayaan dan informasi kemampuan dalam

mengakses pasar. Untuk masalah perizinan masih sulit dan rumit, sehingga bagi

para pelaku usaha merupakan kendala yang mereka hadapi. Selain masalah

perizinan para pelaku UMKM mengeluhkan masalah akses pembiayaan yang

                                                            
3
Http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1562040307_Sandingan_Data_umkm2012-
2017.pdf
4
Wikipedia : Usaha Kecil dan Menengah, diakses pada 15 februari 2019
5
Prihatin Lumbanraja, Arlina Nurbaity Lubis, Sitti Raha Agoes Salim ”Pengembangan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) Kerajinan Menjahit dan Bordir di Kecamatan
Medan Area Kota Medan”2017.

 

mana bunga kredit bank dinilai masih sangat tinggi, masalah akses informasi dan

kemampuan UMKM dalam mengakses pasar juga masih kurang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi daya saing produk antara lain dipengaruhi

beberapa faktor bisnis dibawah ini :

Tabel 1.2

Faktor penghambat daya Intensitas Permasalahan (%)


saing
Korupsi 13.8
Birokrasi Pemerintah yang 11.1
tidak Efisien
Akses Terhadap Pembiayaan 9.2
Infrastruk yang tidak 8.8
memadai
Ketidakstabilan kebijakan 8.6
Ketidakstabilan kebijakan 6.5
pemerintah / terkorupsi
Tarif Pajak 6.4
Etika Kerja yang buruk dalam 5.8
angkatan kerja nasional
Peraturan Perpajakan 5.2
Inflasi 4.7
Tenaga Pekerja 4.3
Berpendidikan Tidak
memadai
Kriminalitas dan pencurian 4.0
Ketatnya peraturan tenaga 4.0
kerja
Pembatasan Mata Uang 3.3
Asing
Kekurangan Kapasitas untuk 2.5
berinovasi
Pelayanan Kesehatan yang 1.8
buruk
Sumber: World Economic Forum (WEF), 2017-2018 6

                                                            
6
World Forum Economic https://www.weforum.org/ , diakses pada 8 Maret 2019

 

Berdasarkan table diatas, menunjukkan bahwa korupsi menjadi faktor

penghambat daya saing tertinggi di indonesia, karena korupsi memberikan

dampak yang buruk bagi pertumbuhan ekonomi sehingga hal itu dapat

mempengaruhi perekonomian di masyarakat, serta perkembangan dalam dunia

bisnis yang dapat mempengaruhi pendapatan negara.

Salah satu strategi pemasaran yang sedang dilakukan oleh banyak orang,

yaitu menggunakan media sosial. Melalui media sosial kita bisa memperkenalkan

barang atau produk yang ingin kita pasarkan, dari yang kita tahu jangkauan dari

media sosial itu cukup luas. Hal ini karena media sosial merupakan strategi

pemasaran yang baik dan bagus untuk diterapkan.

Sehubungan dengan kontribusi UMKM terhadap kegiatan perekonomian

daerah. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan UMKM dalam menggerakkan

aktivitas ekonomi daerah dan penyediaan lapangan kerja suatu daerah 7 .

Berdasarkan data jumlah UMKM Kota Jambi berkembang pada tahun 2013 itu

terdapat 10.024, yang terdiri dari :

- Usaha Mikro sebanyak 8.729

- Usaha Kecil sebanyak 1.188

- Usaha Menengah sebanyak 107

Data UMKM kota jambi pada tahun 2014 itu sebanyak 10.274 yang terdiri dari:

- Usaha Mikro sebanyak 8.157

- Usaha Kecil sebanyak 1.763

                                                            
7
Jurnal Hario Tamtomo, S.Ei.,M.M , Nor Qomariyah, S.HI , “Strategi Pengembangan Usaha
Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Jambi”

 

- Usaha Menengah sebanyak 354

Presentase Perkembangan UMKM Per-tahun di Kota Jambi (2013-2018)

sebagai berikut :

Tabel 1.3

Data Perkembangan UMKM Kota Jambi 2013-2018

NO Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Jumlah 10.024 10.027 10.556 10.868 11.221 11.641


Umkm

2 Jumlah 29.898 30.664 31.507 32.452 33.506 34.678


Tenaga
Kerja

Sumber Data : Bappeda Kota jambi

Dilihat dari berkembangnya jumlah UMKM setiap tahunnya menunjukkan

peran pentingnya dalam perekonomian serta penyerapan tenaga kerja setiap

tahunnya di kota Jambi 8 .

Revolusi industri terdapat perubahan cara hidup dan proses kerja manusia

secara fundamental, dimana dengan kemajuan teknologi informasi dapat

mengintegrasikan dalam dunia kehidupan dengan digital yang dapat memberikan

dampak bagi seluruh disiplin ilmu. Dengan perkembangan teknologi informasi

yang berkembang secara pesat mengalami terobosan diantaranya dibidang

artificiall intellegent (Kecerdasan buatan), dimana teknologi komputer suatu

disiplin ilmu yang mengadopsi keahlian seseorang kedalam suatu aplikasi yang

                                                            
8
http://bappeda.jambikota.go.id/renstra-diskop-umkm di akses pada 7 Maret 2019

 

berbasis teknologi dan melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang

dikendalikan secara otomatis.

Teknologi digital hadir pada revolusi industri 4.0, yang berdampak terhadap

kehidupan manusia diseluruh dunia. Dalam Revolusi industri 4.0, semua proses

dilakukan secara sistem otomatis didalam semua proses aktivitasi, dimana

perkembangan teknologi internet semakin berkembang tidak hanya

menghubungkan manusia seluruh dunia namun juga menjadi suatu basis bagi

proses transaksi perdagangan dan transportasi secara online 9 .

Pada kota Jambi, pemanfaatan teknologi juga sudah mulai diterapkan pada

usaha kecil menengah dan para pelaku usaha kecil menengah saat ini sudah

cerdas dengan menggunakan teknologi untuk mempromosikan produk-produk

dari usahanya tersebut. Yang dulunya hanya mempromosikan lewat koran atau

selebaran kertas. Saat ini, para pelaku usaha kecil menengah dapat

mempromosikannya melalui media sosial seperti, Facebook , Instagram , serta

beberapa aplikasi penyedia seperti Grabfood, GoFood, dan lain sebagainya.

Apalagi di Kecamatan Telanaipura yang mana merupakan salah satu pusat

Provinsi Jambi, serta banyaknya aktivitas yang terjadi di kawasan tersebut dan

banyaknya kawasan perkantoran , sekolahan , kampus yang sangat strategis untuk

para pelaku usaha untuk mendirikan usahanya ditempat tersebut. Maka hal itulah

yang melandaskan penulis sangat tertarik untuk menelitinya.

                                                            
9
Jurnal Musamba Vol 3 No 2 oktober 2018, “Pengaruh Revolusi industri pada kewirausahaan
demi kemandirian ekonomi”.

 

Perkembangan revolusi industri 4.0, tidak semua pelaku usaha kecil

menengah dibidang kuliner mengetahui tentang revolusi industri 4.0 serta dapat

memanfaatkan perkembangan teknologi. Hal ini dikarenakan kurangnya

pengetahuan akan hal teknologi tersebut yang menjadikan faktor penghambat

pelaku usaha kecil menengah dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang akan

penulis bahas dalam penelitian ini.

Maka dari itu, penelitian ini penting untuk dilanjutkan dengan judul “

Faktor-Faktor Penghambat Pada Daya Saing UMKM Kuliner Dalam Menghadapi

Revolusi Industri 4.0 Di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis dapat

mengajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Faktor Penghambat daya saing UMKM di bidang Kuliner di kecamatan

telanaipura kota Jambi?

2. Kesiapan UMKM di bidang kuliner menghadapi revolusi industri 4.0 di

Kecamatan Telanaipura kota Jambi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Faktor Penghambat dalam daya saing UMKM di

Kecamatan Telanaipura kota Jambi

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Kesiapan para pelaku UMKM di bidang kuliner

menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Kecamatan Telanaipura kota Jambi



 

Manfaatnya

1. sebagai pembelajaran bagi kita semua bagaimana menghadapi revolusi industri

4.0 dengan menggunakan teknologi di zaman sekarang

2. dari segi akademis dan non akademis, memberikan wawasan terhadap

keilmuan dalam bidang ekonomi

D. Batasan Masalah

Untuk menjaga agar pembahasannya tidak meluas, maka peneliti membatasi

penulisan proposal skripsi ini hanya UMKM bidang kuliner di Kecamatan

Telanaipura kota Jambi saja.

E. Landasan Teori

1. Revolusi Industri 4.0

Merujuk beberapa literatur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Revolusi Industri terdiri dari dua kata yaitu revolusi dan industri. Revolusi berarti

perubahan yang bersifat sangat cepat, 10 sedangkan pengertian industri adalah

usaha pelaksanaan proses produksi. Apabila kita gabungkan, maka pengertian

revolusi industri adalah suatu perubahan yang berlangsung cepat dalam

pelaksanaan proses produksi, dimana yang semula pekerjaan proses produksi itu

dikerjakan oleh manusia digantikan oleh mesin, sedangkan barang yang

diproduksi mempunyai nilai tambah yang komersial.

Pada konteks revolusi industri, dapat diterjemahkan bahwa proses yang

terjadi sebenarnya adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung

secara cepat dan menyangkut dasar kebutuhan pokok dengan keinginan

masyarakat. Dasar perubahan ini sebenarnya adalah keinginan untuk memenuhi


                                                            
10
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/revolusi (diakses jambi pada 15 februari 2019)

 

kebutuhan manusia secara cepat dan berkualitas. Revolusi Industri telah

mengubah cara kerja manusia dari penggunaan manual menjadi otomatisasi atau

digitalisasi. Inovasi menjadi kunci eksistensi dari perubahan itu sendiri.

Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-

Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Revolusi industri ini pun sedang

berjalan dari masa ke masa. Dekade terakhir ini sudah dapat disebut memasuki

fase ke empat 4.0. Perubahan fase ke fase memberi perbedaan artikulatif pada sisi

kegunaaannya. Fase pertama (1.0) bertempuh pada penemuan mesin yang menitik

beratkan (stressing) pada mekanisasi produksi. Fase kedua (2.0) sudah beranjak

pada etape produksi massal yang terintegrasi dengan quality control dan

standarisasi. Fase ketiga (3.0) memasuki tahapan keseragaman secara massal yang

bertumpu pada integrasi komputerisasi. Fase keempat (4.0) telah menghadirkan

digitalisasi dan otomatisasi perpaduan internet dengan manufaktur. 11

Secara objektif tidak dapat dipungkiri bahwa revolusi industri terkini

menyimpan beragam keuntungan dan tantangan besar yang harus dihadapi bagi

setiap orang yang terlibat didalamnya. Khususnya soal ekonomi bagi suatu bangsa

dan negara. Salah satu keuntungan yang diperoleh adalah menemukan peluang

baru yang diikuti oleh tantangan baru. Disisi lain, keadaan tersebut memunculkan

kompetisi yang makin ketat baik antar sesama individu/perusahaan dalam negeri

maupun dengan perusahaan asing. Kompetisi ini justru semakin meningkatkan

kualitas internal maupun ekternal setiap individu/perusahaan.

Revolusi industri juga memunculkan ekonomi berbasis teknologi atau yang

lebih dikenal dengan ekonomi digital. Pada era ini, potensi Indonesia lebih besar
                                                            
11
BKSTI ub.ac.id /wp-content/upload/2017/10/keynote Speker Drajad Irianto.pdf
10 
 

kepada dunia. Indonesia merupakan empat negara besar dengan jumlah penduduk

sekitar 260 juta penduduk yang terdiri dari multikultural dan terbagi pada daerah

kepulauan yang terpisah jarak, ruang dan waktu. Jumlah penduduk yang besar ini

dan mayoritas penduduknya ada pada rentang usia 15-64 tahun, dimana usia

tersebut merupakan usia produktif.

Besarnya angka usia produktif ini dapat dikatakan sebagai bonus demografi.

Secara sederhana bonus demografi dapat diartikan sebagai peluang (window of

oppurtunity) yang dinikmati suatu negara akibat dari besarnya proporsi penduduk

produktif. Bonus demografi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan perkapita. Struktur penduduk yang didominasi usia produktif

berpotensi meningkatkan tabungan dan meminimalkan konsumsi.

Pengalaman adalah guru terbaik (experience is the best teacher), demikian

perkataan bijak. Belajar dari pengalaman negara-negara maju dengan memajukan

pendidikan karakter bangsa, maka bangsa tersebut akan maju pula dalam ilmu

pengetahuannya, budaya dan teknologi.

Jaman yang terus berkembang dan perubahan pola hidup manusia

menjadikan kebutuhan manusia juga berganti, terutama dalam kebutuhan primer

yang salah satunya adalah makanan dan minuman. Disisi lain jumlah penduduk

Indonesia yang setiap tahun terus meningkat, hal ini yang menyebabkan

kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pangan semakin meningkat pula 12 .

Semakin meningkatnya kebutuhan pangan tersebut, tentunya akan mendatangkan

peluang-peluang bisnis yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia.


                                                            
12
  Siti Laeliyah, “Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Kuliner Dalam Perspektif Ekonomi
Islam (Studi Kasus Pada Usaha Kang Bagong Catering Semarang)”, (Semarang : Universitas Islam
Negeri Walisongo, 2017), hlm. 3.
11 
 

Industri kuliner di Indonesia mengalami pertumbuhan, bahkan terus

mengalami kenaikkan pada tahun-tahun mendatang. Industri kuliner masih akan

tetap menjadi andalan dari sektor industri pengolahan non migas. Pertumbuhan

industri kuliner tetap tumbuh dan menjadi sektor unggulan, karena didukung oleh

kuatnya permintaan di dalam negeri, yang diakibatkan oleh semakin

meningkatnya konsumen kelas menengah di dalam negeri. Semakin besar dan

terbukanya pasar di dalam negeri yang menjadi daya tarik, namun akan

menimbulkan ancaman masuknya produk sejenis dari negara lain. Maka dari itu,

dibutuhkan upaya yang serius dalam meningkatkan daya saing, dengan mengatasi

sejumlah permasalahan, seperti infrastruktur, kompetensi dan produktivitas tenaga

kerja, iklim investasi dan teknologi, serta kondisi kelembagaan birokrasi. 13

Berdasarkan data Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah lebih 85 juta

penduduk Indonesia menggunakan jaringan internet. Disinilah Indonesia

mempunyai peluang dalam e-commerce dan pengembangan ekonomi digital

(Detiknews, 3/2/2018). 14

Berbagai inovasi digital ekonomi telah lahir dan terus berkembang, antara

lain Tokopedia, Bukalapak, Go-Jek, Ruang Guru dan berbagai start-up yang terus

tumbuh mengatasi masalah yang ada di masyarakat secara digital. Teknologi

digital akan menciptakan 3,7 juta pekerjaan baru dalam 7 tahun mendatang dan

mayoritas bergerak pada sektor jasa. Tantangannya adalah peningkatan keahlian

                                                            
13
   https://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/pertumbuhan-industri-makanan-akan-tetap-
naik/32680, diakses pada 20 oktober 2019, pukul 17.05
14
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis-/d-3848673/bicara-era-digital-sri-mulyani-
akan-ada-pergeseran-jenis-tenaga-kerja . (Diakses 26 februari 2019)
12 
 

diri (skill) yang harus ditingkatkan dengan cara yang tepat pula dan kemauan

untuk melakukan inovasi secara berkelanjutan (suistanable).

Industri kreatif kini telah menjelma menjadi kekuatan baru menjadi sektor

gemilang dalam penopang perekonomian Indonesia. Pelaku usaha ini mengerti

cara memahami dengan selalu inovatif dan adaptif terhadap permintaan minat dan

perubahan selera pasar. Sehingga, mampu menciptakan peluang kerja secara

massal ditengah ancaman putus hubungan kerja secara massal pula. 15

2. UMKM

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang

berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan

undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha

Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini.

                                                            
15
Hendra Suwardana “Revolusi Industri 4.0 berbasis Revoluisi Mental (Jurnal Vol 1 No 2 “
Hal 102-110(2017).
13 
 

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini. 16

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan Usaha Kecil (UK) adalah entitas usaha yang mempunyai

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp

1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha

milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp

200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termnasuk tanah dan bangunan. 17

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UKM berdasarkan

kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga

kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan

19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99

orang 18 .

A. Klasifikasi UMKM

Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4

(empat) kelompok yaitu :

                                                            
16
UU Republik Indonesia No 20 tahun 2008 tentang UMKM
17
Dekpod.go.id : data umkm
18
Badan Pusat Statistik : Ukm Berdasarkan Kuantitas Tenaga Kerja
14 
 

a. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan

kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.

Contohnya adalah pedagang kaki lima

b. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum

memiliki sifat kewirausahaan

c. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

d. Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)

Persamaan. 19

Untuk meningkatkan kesempatan, kemampuan, dan perlindungan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah, telah ditetapkan berbagai kebijakan tentang

pencadangan usaha, pendanaan, dan pengembangannya yang belum optimal. Hal

itu dikarenakan kebijakan tersebut belum dapat memberikan perlindungan,

kepastian berusaha, dan fasilitas yang memadai untuk pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah.

Sehubungan dengan itu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu

diberdayakan dengan cara:

a. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah

b. Pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 20

                                                            
19
Jurnal Arief Rahmana : Peranan Teknologi Informasi dalam peningkatan daya saing usaha
kecil menengah (Yogyakarta, Juni 2009)
20
UU Republik Indonesia No 20 tahun 2008 , “Usaha Mikro , Kecil ,Dan Menengah di bagian
tentang Penjelasan”
15 
 

Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta

kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam perekonomian nasional,

maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan

berkesinambungan.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang

strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam

pendistribusian hasil-hasil pembangunan. UMKM diharapkan mampu

memanfaatkan sumber daya nasional, termasuk pemanfaatan tenaga kerja yang

sesuai dengan kepentingan rakyat dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang

maksimum. 21

Bisnis kuliner menjadi bisnis yang sedang berkembang di Indonesia. Pada

saat ini, banyak bermunculan makanan yang unik, adanya wisata kuliner, dan tren

kuliner sebagai gaya hidup masyarakat, menjadi bukti bahwa bisnis ini

berkembang dengan pesat di Indonesia 22 . dipenuhi banyaknya jenis kuliner yang

bisa memanjakan lidah pembeli. Setiap daerah di Indonesia hampir memiliki

masakan daerah yang bisa dibanggakan. Persaingan antara produk industri kuliner

lokal mengalami persaingan dengan produk industri yang berasal dari luar. Setiap

industri kuliner memiliki pembeli sesuai selera masing-masing, baik yang senang

                                                            
21
Dani Danuar Tri U, “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis
Ekonomi Kreatif Di kota Semarang”. (Semarang , 2013)
22
  Akbar Faisal, Tesis: “Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Bisnis Kuliner Studi
Pada Beberapa Usaha Kuliner Skala Kecil Dan Menengah Di Yogyakarta”, (Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada, 2014), hlm 1.
16 
 

untuk memiliki minat terhadap produk industri kuliner lokal maupun yang

berminat dengan produk industri kuliner dari luar.

Masyarakat yang ingin meningkatkan perekonomian serta mengurangi

tingkat pengangguran, membuka usaha perorangan maupun badan. Orang selalu

berpikir kreatif untuk menciptakan hal baru agar tidak tertinggal, salah satunya

dalam bidang kuliner. Usaha kuliner adalah suatu bisnis yang paling banyak

digeluti bahkan hingga di kalangan anak muda, karena daya jual dalam bidang ini

cukup menjanjikan mengingat setiap hari semua orang membutuhkan makanan. 23

Bisnis makanan menjadi usaha yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia,

hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menganggap dengan membuka usaha

bisa membuat hidupnya menjadi lebih berkecukupan. Meskipun dalam membuka

usaha itu nantinya akan banyak menghadapi masalah-masalah yang cukup berat,

tetapi permasalahan itu tidak menjadi alasan bagi masyarakat Indonesia untuk

tidak membuka usaha kuliner.

3. Faktor Penghambat Daya Saing

Daya saing umumnya dihubungkan dengan konsep comparative advantage,

yakni dimilikinya unsur-unsur yang mendorong proses produksi yang

memungkinkan satu negara menarik investor untuk melakukan investasi ke

negaranya, tidak ke negara yang lain. Advantage di sini adalah situasi yang

memungkinkan pemodal mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin.

Misalnya dengan menyediakan lahan murah, upah buruh murah, dan suplai bahan

mentah produksi yang terjamin keberlansungannya dengan harga yang lebih murah
                                                            
23
  Linsia Portia Dam Lea Emilia Farida, “Prospek Dan Tantangan Bisnis Kuliner (Kelompok
Makanan Jadi) di Banjarmasin”, Issn 2541-6014, (Kalimantan Selatan : Politeknik Negeri
Banjarmasin, 2018)  
17 
 

daripada harga yang ditawarkan oleh negara lain. Artinya, kekuatan modal dan

keunggulan teknologi menjadi kunci penentu peningkatan daya saing (penjualan

produk) satu negara. 24

Daya saing adalah adanya kompetisi, khususnya kompetisi internal. Sebelum

produk yang dihasilkan oleh satu bangsa disandingkan dengan produk bangsa-

bangsa lain, harus dipastikan bahwa produk itu sudah dijual kepada bangsa itu

sendiri. Untuk bisa benar-benar menghasilkan produk unggulan atau pemilik usaha

yang handal untuk bersaing di dunia internasional, perIu diciptakan kompetisi di

tiap tingkatan masyarakat. Hanya melalui persaingan internal maka satu bangsa

dapat bertahan pada kompetisi regional maupun global. 25

Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD) menyebutkan bahwa daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri,

daerah, negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan

faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi

persaingan internasional. Oleh karena itu, daya saing industri merupakan

fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan pembangunan industri

nasional didahului dengan mengkaji sektor industri secara utuh sebagai dasar

pengukurannya. 26

Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan

peranannya dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai

                                                            
24
   Riswandha Imawan, “Peningkatan Daya Saing: Pendekatan Paradigmatik- Politis”, Volume 
6, Nomor I, Juli 2002 (79‐104),Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2002, hlm. 84‐85 
25
   Ibid., hlm. 85  
26
Sudaryanto Dkk: Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean
(Oktober,2011)
18 
 

hambatan dan kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dalam hal

produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi,

permodalan, serta iklim usaha.

Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran :

a. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi

b. Penyedia lapangan kerja terbesar

c. Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan

masyarakat,

d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi

e. Kontribusinya terhadap neraca pembayaran. sebagai pilar perekonomian

nasional, UMKM ternyata bukan sektor usaha yang tanpa masalah.

Dalam perkembangannya, sektor ini justru menghadapi banyak masalah yang

sampai saat ini belum mendapat perhatian serius untuk mengatasinya. 27

Selain masalah permodalan yang disebabkan sulitnya memiliki akses

dengan lembaga keuangan karena ketiadaan jaminan (collateral), salah satu

masalah yang dihadapi oleh pelaku UMKM adalah kurangnya pemahaman

mengenai teknologi, apalagi di zaman sekarang ini serba menggunakan teknologi

Dengan adanya teknologi, banyak sekali keuntungan yang di dapat yaitu, adanya

efisiensi waktu dan proses produksi akan lebih mudah. Dengan itu dalam sehari

hasil, produksi akan lebih banyak. Dengan jumlah produksi yang lebih banyak,

maka keuntungan yang didapat pun akan lebih menguntungkan.

                                                            
27
Ekonomi Modernisasi Vol 3 no 3, Mohamad Nur Singgih : Strategi penguatan usaha mikro
kecil menengah (UMKM) sebagai refleksi pembelajaran krisis ekonomi indonesia (Oktober, 2007)
19 
 

F. Tinjauan Pustaka

Untuk Menghindari Penelitian dengan objek yang sama, maka dilakukan

kajian-kajian terhadap beberapa penelitian, ada beberapa dari penelitian yang

memiliki keterkaitan dengan judul penulis.

Tabel 1.4

Tinjauan Pustaka

No Penulis/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Darwanto/2013 28 Peningkatan daya Disini dapat

saing UMKM disimpulkan bagaimana

berbasis inovasi dan para pelaku UMKM ini

kreativitas (Strategi dapat berkreativitas

Penguatan Property dibidangnya masing

Right Terhadap masing serta

Inovasi dan mengembangkan

Kreativitas) produknya dan

dilindungi oleh hak

cipta dari produknya

tersebut dengan

kekuatan hukum yang

telah diatur oleh undang

undang yang berlaku.

                                                            
28
Darwanto , “Peningkatan daya saing Umkm berbasis inovasi dan kreativitas (Strategi
Penguatan Properti Right Terhadapa Inovasi Dan Kreativitas)
20 
 

2 Tona Aurora Pemanfaatan Dapat disimpulkan

Lubis/2016 29 teknologi informasi masih rendahnya

pada usaha mikro pemahaman para pelaku

kecil dan menengah UMKM terhadap

di kota jambi teknologi informasi,

serta rendahnya

ketersediaan dalam

investasi

3 Junaidi/2017 30 Kualitas Sumber Dalam Penelitiannya

daya manusia dan penulis memusatkan

sifat kewirausahaan penelitiannya pada

pelaku industri kualitas dari sumber

kreatif usaha mikro daya manusia dalam

kecil dan menengah peningkatan industri

di Kota Jambi kreatif di kota jambi,

karena Sumber daya

manusia merupakan

faktor utama dalam

bidang industri kreatif

ini serta juga

                                                            
29
Tona Aurora Lubis, “Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Kota Jambi
30
Junaidi, “ Kualitas Sumberdaya manusia dan sifat kewirausahaan pelaku industri kreatif
usaha mikro kecil dan menengah di Kota Jambi
21 
 

memaparkan

karakteristik dari usaha

industri kreatif umkm

yang ada kota jambi

4 Rulyanti Susi Analisi faktor- Dapat disimpulkan

Wardhani, yulia faktor yang bahwa sumber daya

agustina/2010 31 mempengaruhi daya manusia tidak

saing Pada sentra mempengaruhi daya

industri makanan saing terhadap sentra

khas bangka di kota industri makanan khas

pangkal pinang bangka dikota

pangkalpinang

dikarenakan tidak

memenuhi syarat.

5 Steven Identifikasi Dalam skripsinya

Wijaya/2019 32 Tingkat yang berjudul

Kesiapan Identifikasi

Industri Tingkat Kesiapan

Makanan dan Industri Makanan

Minuman Dan

                                                            
31
Rulyanti Susi Wardhani, Yulia Agustina , “Analisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya
saing Pada sentra industri makanan khas bangka di kota pangkal pinang”
32
Steven Wijaya , “Identifikasi Tingkat Kesiapan Industri Makanan dan Minuman dalam
Revolusi Industri 4.0 (Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2019)
22 
 

dalam Revolusi Minuman Dalam

Industri 4.0 Revolusi Industri

4.0, menjelaskan

tentang kesiapan

industri makanan

dan minuman

dalam menghadapi

revolusi industri

4.0. Steven

Wijaya mengambil

empat perusahaan

sebagai

penelitiannya

Setelah dikaji lebih lanjut ternyata dari penelitian-penelitian tersebut hanya

mengkaji sebatas bagaimana peningkatan daya saing UMKM dengan

meningkatkan sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologinya. Tidak ada

penjelasan lebih mendalam tentang bagaimana kesiapan pelaku UMKM Kuliner

dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan bagaimana faktor penghambatnya.

Untuk itu penulis ingin mengkaji lebih mendalam tentang Faktor – faktor

penghambat pada daya saing UMKM Kuliner dalam menghadapi revolusi industri

4.0 di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.


23 
 

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan

sebuah data dalam melakukan sebuah penelitian. 33 Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif menurut strauss dan corbin (1997), yang dimaksud dengan penelitian

kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang

tidak dapat peroleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-

cara lain dari kuantifikasi (pengukuran) 34 . Penelitian Kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memberi fenomena tentang apa yang dialam oleh subyek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,dan lain – lain. Proses

pengumpulan data diperlukan metode dalam suatu penelitian, dalam penelitian ini

menggunakan teknik snowball.

Teknik sampling snowball adalah suatu metode untuk mengidentifikasi,

memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang

menerus. Pendapat lain mengemukakan teknik sampling snowball (bola salju)

adalah metoda sampling dimana sampel didapatkan melalui proses bergulir dari

satu responden ke responden lainnya, biasanya metoda ini digunakan untuk

menerangkan pola - pola sosial, atau komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas

tertentu. Dalam pelaksanaannya, teknik sampling snowball merupakan suatu

teknik yang multitahapan, didasarkan pada analogi bola salju, yang dimulai

                                                            
33
V. Wiratna Sujarweni : metodologi penelitian bisnis & ekonomi (2015)hal.10
34
Ibid: hal.21
24 
 

dengan bola salju yang kecil kemudian membesar secara bertahap karena ada

penambahan salju ketika digulingkan dalam bentangan salju 35 .

B. Setting dan Subyek Penelitian

1. Setting Penelitian

merupakan suatu keadaan atau tempat dimana subjek penelitian itu berada.

Penelitian ini dilakukan dikawasan kecamatan telanaipura kota jambi.

Mengapa peneliti mengambil lokasi penelitian disini karena kawasan ini

merupakan kawasan yang padat dan menjadi lokasi yang strategis bagi pelaku

umkm yang tersebar di kecamatan telanaipura kota jambi.

2. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini memfokuskan kepada umkm - umkm kuliner

yang tersebar di kecamatan telanaipura kota jambi; bertujuan agar

mempermudah dalam memperoleh data penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua cara yang dilalui untuk kepentingan pengumpulan data dalam

penelitian ini :

A. Riset Lapangan (field research)

Dalam riset lapangan ini , ada tiga metode dalam mendapatkan data primer

yang peniliti butuhkan :

1. Observasi

Observasi berasal dari kata observation yang berarti pengamatan.

Observasi merupakan suatu kegiatan dalam mendapatkan informasi yang

                                                            
35
Nina nurdiani, “Teknik sampling snowball dalam penelitian lapangan” , ComTech Vol. 5
No. 2 Desember 2014 : 1110-1118, (Dki Jakarta : universitas binus, 2014) ,hlm1112-1114
25 
 

diperlukan untuk memperoleh sebuah gambaran riil suatu peristiwa atau

kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian 36 . Kemudian mencatat

hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

2. Wawancara

Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

secara langsung ataupun tanpa tatap muka dengan cara melakukan tanya

jawab langsung dengan narasumber yang bersangkutan dengan harapan

agar mendapatkan hasil yang maksimal berdasarkan informasi yang di

dapatkan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode untuk memperoleh sebuah informasi yang

berbentuk berupa dokumen-dokumen, buku, artikel, jurnal, wawancara,

foto dan lain sebagainya, kemudian dikumpulkan untuk dijadikan sebagai

penunjang dalam penelitian ini.

B. Riset Kepustakaan (library research)

Dalam riset kepustakaan ini peneliti membaca, meneliti, dan

mempelajari bahan-bahan tertulis seperti majalah, buku-buku, artikel,

jurnal, dan informasi tertulis lainnya, khususnya yang berhubungan dengan

Faktor Penghambat daya saing Umkm serta Revolusi industri 4.0

Melalui riset ini akan didapatkan konsep, teori, dan definisi-definisi

yang akan penulis gunakan sebagai landasan berpikir dan analisa melalui

                                                            
36
Metode pengumpulan data penilitian kualitatif : materi kuliah metodologi penelitian PPs UIN
Maliki Malang.
26 
 

proses penulisan. Data yang diperoleh melalui data ini merupakan data

sekunder.

D. Teknik Analisis data

Menurut mudjiarahardjo analisis data adalah sebuah kegiatan untuk

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan

mengkategorikannya, sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau

masalah yang ingin dijawab 37 .analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian

antara data satu dengan data yang lain. Fakta atau informasi tersebut kemudian

dipilih dan dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa

dijadikan data yang pada akhirnya bisa ditarik menjadi sebuah kesimpulan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis interaktif

sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. 38 Setelah selesai

penelitian ini, maka dilakukan pengolahan data dari hasil Observasi, wawancara

dan dokumentasi, data yang diperoleh terlebih dahulu diseleksi menurut kelompok

variabel-variabel tertentu dan dianalisis melaluisegi kualitatif, dengan teknik :

1. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), weaknesses

(kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman). Dimana SWOT ini

dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi yang

berorientasi Profit dan Non Profit dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan

organisasi tersebut secara lebih komprehensif.Sedangkan analisis SWOT adalah

                                                            
37
Ibid. Hal:33
38
Mattway B. Miles dan A. Michael Huberman. Quallitative data analysis. London, Baverly
Hills, 1984, Hal.18-21.
27 
 

penilaian/ assasment terhadap hasil idendifikasi situasi, untuk menentukan apakah

suatu dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan, peluang atau ancaman.

Analisi SWOT digunakan untuk identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan

kekuatan, meminimalkan kelemahan, memanfaatkan peluang sekaligus mengatasi

ancaman. Menurut Pearce dan Robinson yang dimaksud faktor-faktor analisis

SWOT adalah :

1) Kekuatan (strengths)

Kekuatan (strengths) adalah sumber daya keterampilan atau keunggulan lain

terhadap pesaing atau kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh

perusahaan.  

2) Kelemahan (weaknesses)

Kelemhan (weaknesses) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam

sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat

kinerja.

3) Peluang (opportunity)

Peluang (opportunity) merupakan situasi penting yang menguntungkan

dalam lingkungan perusahaan.

4) Ancaman (threats)

Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam

lingkungan perushaan. 39

                                                            
39
  Tedjo Tripomo dan Udan, Manajemen Strategi, Rekayasa Sains, Bandung, 2013,
hlm118
28 
 

E. Pemeriksaan keabsahan data

Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu sendiri, untuk keperluan atau sebagai pembanding

terhadap data tersebut. Dan trianggulasi ini dipilih agar dapat menguji tingkat

kepercayaan data dilapangan. Agar dapat tercapai perlu dilakukan antara lain:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakana sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang lain, orang biasa ataupun ahli

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan. 40

                                                            
40
Lexy J Moleong, Metodologi penelitian kualitatif(Bandung: PT Remaja rosdakarya,2006).
Hal.331
29 
 

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kecamatan Telanaipura

Kota jambi merupakan ibu kota dari provinsi jambi dipisahkan oleh sungai

batanghari, jembatan aur duri menjadi penghubung antara dua kawasan tersebut,

luas dari kota jambi sekitar 205,43km2 dan jumlah penduduknya berjumlah

610.854 jiwa pada tahun 2018. Kota jambi berdiri pada tanggal 28 mei 1401 dan

dibentuk sebagai pemerintah daerah otonom kota madya berdasarkan ketetapan

Gubernur Sumatera Nomor 103/1946, tanggal 17 mei 1946. Kemudian

ditingkatkan menjadi kota besar dalam lingkungan daerah provinsi Sumatera

Tengah. Kemudian kota Jambi resmi menjadi Provinsi Jambi pada tanggal 6

Januari 1957 berdasarkan undang – undang No 61 tahun 1958. 41

Dalam segi penamaan, kecamatan Telanaipura berasal dari nama Raja yaitu

Tan Telanai. Telanai biasanya dihubungkan dengan kawasan disekitar kantor

Gubernur Jambi 42 . Telanaipura menjadi nama baru untuk kota Jambi pada

tanggal 1 Januari 1963, yang ditetapkan dengan keputusan DPRDGR Tingkat 1

no. 1/KPTS/1963, yang isinya merubah nama kota Jambi menjadi Telanaipura

sejak 1 Januari 1963 43

                                                            
41
Wikipedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jambi (Diakses pada 4 Oktober 2019, pukul
09.34 WIB)
42
Nurul Fahmi : ”Lagak Budak Jambi”, media inspirasi 2013, Jelutung , Jambi, hlm. 11.
43
Tim penyusun cerita rakyat jambi : “Tan Talanai Beserta dua buah cerita rakyat daerah
jambi lainnya” Proyek pengembangan media kebudayaan departemen pendidikan kebudayaan jakarta,
Hlm 1
30 
 

B. Gambaran Umum Kecamatan Telanaipura

1. Letak Geografis

Kecamatan Telanaipura merupakan salah satu kecamatan dari 11 Kecamatan

yang ada di wilayah Kota Jambi dengan jumlah penduduk yang setiap tahunnya

mengalami peningkatan secara signifikan dan memiliki luas total 30,39 km2,

kecamatan Telanaipura memiliki letak strategis yang dilalui oleh jalur transportasi

darat yaitu Jalur Lintas Sumatera dan jalur transportasi air yaitu sungai

Batanghari, kecamatan Telanaipura terletak di perkantoran Pemerintah Daerah

Tingkat I Jambi dan juga merupakan daerah yang memiliki karakteristik kota dan

desa karena letaknya dekat dengan pusat kota dan berbatasan langsung dengan

Kabupaten Muaro Jambi. 44

Kecamatan Telanaipura terletak di pusat pemerintahan Provinsi Jambi.

Secara geografis Kecamatan Telanaipura memiliki bentuk wilayah datar dan

sedikit berbukit, dengan memiliki luas wilayah sebesar 30,39 Km2. Dalam

pembagian wilayahnya Kecamatan Telanaipura dibatasi oleh :

Bagian Selatan : Kecamatan Alam Barajo & Kecamatan Kota Baru

Bagian Utara : Sungai Batanghari

Bagian Timur : Kecamatan Danau Sipin

Bagian Barat : Kabupaten Muaro Jambi

                                                            
44
Laporan Kinerja (Lkj) Kecamatan Telanaipura Kota jambi tahun 2018
31 
 

 
Gambar Peta Kecamatan Telanaipura 3.1

Peta diatas menunjukkan kawasan kecamatan telanaipura yang memiliki 11

Kelurahan meliputi luas kelurahan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1

Jumlah Kelurahan serta luas wilayah di kecamatan Telanaipura

No Kecamatan Kelurahan Luas (Km2)

1 Telanaipura - Telanaipura 1,29

- Simpang IV Sipin 1,53

- Selamat 1,40

- Sungai Putri 1,59

- Legok 3,41

- Murni 0.36
32 
 

- Solok 1,12

- Pematang Sulur 2,98

- Buluran Kenali 2,06

- Teluk Kenali 2,34

- Penyengat Rendah 12,31

JUMLAH 30,39Km2

Sumber : Badan Pusat Statistik (Kecamatan Telanaipura dalam Angka 2018)

1. Penduduk

Kecamatan Telanaipura adalah kecamatan terbesar ketiga setelah kecamatan

Kotabaru dan Jambi Selatan. Luas wilayah Kecamatan Telanaipura adalah 30,39

km2. 45 Kelurahan yang terluas adalah Kelurahan Penyengat Rendah dan yang

terkecil adalah Kelurahan Murni. Diantara 11 (sembilan) kelurahan di Kecamatan

Telanaipura, kepadatan penduduk terbesar ada pada tiga kelurahan, yaitu

Kelurahan Murni, Solok Sipin, dan Simpang IV Sipin.

3.2

Tabel Data Penduduk

No Jenis Kelamin Jumlah/orang

1 Laki-laki 2.834 Orang

2 Perempuan 2.634 Orang

Jumlah 5.468 Orang

Sumber : Kantor Lurah Telanaipura

                                                            
45
Badan Pusat Statistik Kota Jambi : Kecamatan Telanaipura Dalam angka 2018
33 
 

Pada tabel 3.2 di atas menjelaskan penduduk di Kelurahan Telanaipura,

pada tahun 2019 berjumlah 5468 orang. Laki-laki berjumlah 2834 orang dan

perempuan berjumlah 2634 orang.

2. Ekonomi

Telanaipura merupakan kecamatan yang kegiatan perekonomiannya cukup

baik di Kota Jambi. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan industri kecil dan

rumah tangga. Kecamatan Telanaipura juga banyak terdapat unit usaha yang

menjadi salah satu sumber penghasilan penduduk Telanaipura maupun penduduk

kecamatan sekitarnya.

Tabel 3.3

Mata Pencarian Penduduk

No Mata Pencarian Jumlah

1 Buruh Bangunan 306 Orang

2 Pedagang 569 Orang

3 Pengusaha 225 Orang

4 Pensiunan 165 Orang

5 Pegawai Negeri (sipil /ABRI) 568 Orang

Sumber : Kantor Lurah Telanaipura

Pada tabel 3.3 di atas memaparkan tentang mata pencarian di Kelurahan

Telanaipura bagi yang berumur 10 tahun keatas, yaitu pengusaha yang berjumlah

225 orang, buruh bangunan berjumlah 306 orang, pedagang berjumlah 569 orang,
34 
 

pensiunan berjumlah 165, dan pegawai negeri (sipil/ABRI) berjumlah 568

orang. 46

Jumlah UMKM yang terdata di kecamatan telanaipura itu berjumlah 125

UMKM berdasarkan data pada tabel 3.4 di bawah ini

Tabel 3.4

Jumlah Data UMKM

Januari – Mei 2019

No Bulan Jumlah UMKM

1 Januari 27 UMKM

2 Februari 35 UMKM

3 Maret 23 UMKM

4 April 13 UMKM

5 Mei 27 UMKM

Jumlah 125 UMKM

Berdasarkan tabel 3.4 diatas menunjukkan bahwa jumlah umkm yang

terdaftar di kecamatan telanaipura ialah 125 UMKM dan ada 18 UMKM dibidang

kuliner.

3. Pemerintahan

Kecamatan Telanaipura pada tahun 2016 hingga sekarang memiliki 6

kelurahan terdiri dari, Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Simpang IV Sipin,

Kelurahan Pematang Sulur, Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan Penyengat

                                                            
46
BAPPEDA KOTA JAMBI, Kelurahan telanaipura
35 
 

Rendah, dan Kelurahan Teluk Kenali. Sebelum terjadinya pemekaran dengan

Kecamatan Danau Sipin, Kecamatan Telanaipura memiliki 11 (sebelas)

kelurahan. 47 Dan jumlah RT (Rukun Tetangga) di Kecamatan Telanaipura ada

132 RT. 48

Kecamatan Telanaipura melanjutkan visi dan misi yang digagas oleh bapak

Sy.Fasha selaku walikota jambi. Dengan visi dan misi sebagai berikut

“Terwujudnya kecamatan telanaipura sebagai urat nadi dan barometer

pembangunan menuju kota jambi terkini” yang memiliki makna Terwujudnya

Telanaipura kota jambi sebagai salah satu kegiatan agrobisnis pendidikan,

perdagangan dan jasa serta memberikan pelayanan pembangungan penduduk

pemukiman penduduk yang handal dengan didukung sumber daya manusia yang

bersaing profesional dan beretika untuk kesejahteraan masyarakat. Memiliki misi

sebagai berikut :

1. Memfasilitasi pembangunan infrastruktur kecamatan yang berwawasan

lingkungan

2. Menjadi ujung tombak dalam peningkatan perekonomian berbasis potensi

masyarakat menuju kesejahteraan sosial

3. Mewujudkan masyarakat kecamatan yang berakhlak, berbudaya dan

berdaya saing

4. Memberikan pelayanan melalui SDM kecamatan yang profesional dan

bersih.

                                                            
47
Hartono, S.E , Sekretaris Camat Telanaipura, wawancara, Jambi, 8 Oktober 2019
48
Badan Pusat Statistik Kota Jambi : “Kecamatan Telanaipura dalam angka 2018”
36 
 

Gambar 3.2

Struktur Kecamatan Telanaipura

Camat

Drs. Noviarman

Sekretaris Sekretaris Camat

Muhammad Ali, S.E Hartono, S.E

Kasi Pelayanan Umum Kasi Pemerintahan Kasi Pemberdayaan


Masyarakat
Hj. Mardiani, S.E Shella Novelina S.Stp MH
Maryati, A.Md

Kasi Trantib Kasubag Perencanaan Kasi Kesos


Keuangan
Umar Fatmawati DM, S.E
Hasiah S.E

Kasubag umum dan


kepegawaian

Sumarlin, S.Kom

Sumber : Kecamatan Telanaipura


37 
 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis akan memaparkan hasil riset lapangan yang peneliti

lakukan kepada pelaku UMKM Kuliner yang ada di kecamatan telanaipura. Pada

bab ini akan memfokuskan pada pembahasan faktor penghambat pada daya saing

umkm kuliner di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi dan Kesiapan para pelaku

UMKM Kuliner dalam menghadapi revolusi industri 4.0 di Kecamatan

Telanaipura Kota Jambi.

1. Faktor Penghambat Pada Daya Saing UMKM Kuliner di Kecamatan

Telanaipura

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 dalam tentang

standar proses, mendefinisikan daya saing merupakan kemampuan untuk

menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan

yang dimaksud adalah kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, kemampuan

menghubungkan dengan lingkungannya, kemampuan meningkatkan kinerja tanpa

henti, kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Dengan

menggunakan kinerja atau melihat indikator tertentu sebagai acuan, maka dapat

diukur tingkat kekuatan dan kelemahan suatu daya saing. 49

Menurut Porter menjelaskan strategi bersaing (Porter’s Five Forces) dengan

mengenalkan 3 jenis strategi generik yaitu:

                                                            
49
Permendiknas No 41 Tahun 2007 : Standar Proses
38 
 

1. Strategi Biaya Rendah (cost leadership) Strategi biaya rendah menekankan

pada upaya memproduksi produk standar dengan biaya per unit yang sangat

rendah.

2. Strategi Pembedaan Produk (differentiation) Strategi pembedaan produk

mendorong perusahaan untuk menemukan keunikan tersendiri dalam pasar

yang jadi sasarannya. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen

potensial yang relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan

keputusannya (price insensitive).

3. Strategi Fokus

Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing pada

segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani

kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan

keputusannya pembelian relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Strategi ini

biasa digunakan oleh pemasok “niche market” (segmen khusus/ khas dalam

pasar tertentu). 50

Penghambat menurut kamus besar bahasa indonesia,hambat merupakan kata

dasar dari penghambat berarti membuat sesuatu menjadi lambat atau tidak lancar.

Penghambat bisa diartikan orang yang menghambat, alat yang digunakan untuk

menghambat. Hambatan merupakan suatu keadaan yang dapat menyebabkan

                                                            
50
Melissa Carmia Elias : Analisistrategi bersaing pada perusahaan biro perjalanan di
Malang” Volume 6, No. 2, (2018) 1-6 Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen,
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya.
39 
 

pelaksanaan terganggu. 51 Jadi dapat disimpulkan penghambat adalah suatu

keadaan dalam kegiatan operasionalnya tidak lancar atau mengalami gangguan.

UMKM pada umumnya mengalami permasalahan dari faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal dalam permasalahan yang dialami oleh pelaku

UMKM adalah Modal , Sumber daya manusia rendah yang terkendala dari segi

pendidikan formal maupun non formal,umkm belum untuk memanfaatkan potensi

pasar yang ada dan rendahnya penetrasi pasar yang dikarenakan produktifitas

yang terbatas dan kualitas produk tidak mampu bersaing di dunia pasar. Faktor

Eksternal adalah iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya sarana dan

prasarana usaha.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rahmad Suhardiman selaku

penjual Roti Bakar tentang faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah tentang cara


menghadapi era digital atau revolusi industri 4.0 dan kondisi cuaca
yang tidak tentu” . 52

Bapak Rahmad Suhardiman adalah penjual roti bakar yang memiliki varian

rasa yang beragam dan mengikuti selera pasar. beliau telah menjalani usaha

tersebut selama 4 tahun dan dalam membuka usaha tersebut, pelaku usaha ini

menggunakan modal sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Muhammad Ikhsan selaku pemilik

warung yang menyajikan sarapan pagi mengenai faktor yang menghambat daya

saing usahanya :

                                                            
51
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penghambat (diakses jambi pada 17 oktober 2019)
52
Wawancara : Rahmad Suhardiman , selaku pemilik usaha Roti Bakar , 13 Oktober 2019, jam
20.17 WIB
40 
 

“ Kurangnya sosialisasi pemerintah mengenai era digitalisasi dan belum


tersedianya tempat bagi pelaku usaha khususnya pedagang kaki
lima”. 53

Bapak muhammad ikhsan merupakan pemilik warung sarapan pagi beliau telah

menjalani usahanya selama 7 tahun dan dalam memulai usahanya, beliau

memakai modal sendiri. Beliau memanfaatkan era digitalisasi dengan baik, yaitu

memasukkan usahanya kedalam aplikasi pembantu dengan tujuan

mempromosikan usahanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Megawati selaku pemilik warung

Gado–gado mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Belum tersedianya kebijakan pemerintah daerah dalam menyelesaikan


permasalahan-permasalahan yang terjadi pada pelaku UMKM. Masalah
tersebut dari segi modal yang berasal dari bank. Tingginya bunga dalam
peminjaman di bank memberatkan pelaku UMKM yang baru memulai
usaha. Hal lain yang menjadi faktor penghambat adalah kurang
mampunya pelaku usaha dalam mempromosikan produknya di era
digitalisasi yang menyediakan kemudahan bagi penjual dan pembeli”. 54

Ibu megawati ialah pemilik dari warung Gado-gado yang mana ibu megawati

ini sudah menjalankan usahanya selama 3 Tahun, dimana awal membuka usahanya

beliau memakai modal sendiri, serta usaha ibu megawati ini sudah memiliki 2

cabang yaitu di karya maju dan di simpang pulai, yang mana setiap harinya usaha

ibu megawati ini ramai, dari kalangan pekerja, mahasiswa, serta pengemudi Ojek

Online.

                                                            
53
Wawancara : Muhammad Ikhsan, selaku pemilik warung sarapan pagi, 15 Oktober 2019,
jam 10.39 WIB
54
Wawancara : Megawati, selaku pemilik warung Gado-gado , 16 Oktober 2019, jam 10.44
WIB
41 
 

Berdasarkan wawancara dengan bapak Jefri selaku pemilik usaha Roti Bakar

mengenai faktor-faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Dengan adanya revolusi industri 4.0 membantu kami dalam usaha.


Tetapi penghambat kami yaitu pemesanan palsu di ojek online oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab, sehingga kami harus membayar
pajak ” 55

Bapak Jefri merupakan pemilik usaha roti bakar yang mana dalam membuka

usahanya menggunakan modal sendiri tanpa meminjam ke bank atau atau

semacamnya, beliau telah menekuni usahanya selama 4 tahun.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Rosdiana selaku pemilik usaha warung

yang menyajikan sarapan pagi mengenai faktor-faktor yang menghambat daya

saing usahanya :

“ Akses internet yang kurang baik terkadang menghambat saya sebagai


pelaku usaha. Karena dengan cepat dan mudahnya akses internet saya,
maka promosi usaha akan berjalan dengan stabil” 56

Ibu Rosdiana adalah pemilik warung sarapan pagi yang menyediakan seperti

nasi gemuk, lontong, gado-gado dan yang lainnya, ibu rosdiana ini sudah

menjalankan usahanya selama 3.5 tahun, yang mana beliau masih menggunakan

sistem ekonomi konvensional.

Berdasarkan wawancara saya dengan Bapak Habibi selaku pemilik Kafe

Analogi mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya:

“ Kemampuan yang rendah menjadi masalah utama pelaku usaha.


Sebagai pelaku usaha, kita memerlukan kemampuan tentang
                                                            
55
Wawancara : Jefri, selaku pemilik usaha Roti Bakar, 10 Oktober 2019 , jam 19.15 WIB
56
Wawancara : Rosdiana selaku pemilik usaha warung sarapan pagi, 7 Oktober 2019 , jam
08.05 WIB
42 
 

pemahaman tentang revolusi industri 4.0 dan cara untuk berhadapan


dengan hal itu. Sikap diri yang terampil akan membuat kita yang
bergerak dibidang perdagangan akan bertahan dan nantinya kita akan
lebih berkembang dengan baik” 57

Bapak Habibi merupakan pemilik kafe analogi dan ketua satu bidang kaderisasi

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jambi telah menjalani Usahanya selama

3.5 tahun dan menggunakan modal sendiri.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Arif pratama selaku pemilik usaha

Rumah Makan mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Penghambat terbesar saya dalam usaha di masa saat ini adalah


peretasan aplikasi oleh pihak yang tertentu. Jika seseorang tersebut
merupakan pesaing dari usaha saya dan memiliki kemampuan dalam
peretasan sistem digital. Maka usaha saya akan terancam dan sulit untuk
berkembang ” 58

Bapak Arif pratama selaku pemilik usaha rumah makan yang mana

usahanya telah ia jalani selama 6 tahun dan usahanya masih menggunakan sistem

pembukuan secara manual, dan dalam mengawali usahanya beliau menggunakan

modal sendiri dalam membuka usahanya

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Hermawan selaku pemilik usaha Tahu

Sumedang mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Hal yang menghambat kami dalam usaha kami yaitu cuaca yang panas,
karena yang kami sajikan adalah gorengan. Dengan cuaca yang dingin
maka penjualan kami sedikit meningkat. Meskipun gadget membantu

                                                            
57
Wawancara :Habibi, selaku pemilik usaha Kafe Analogi, 12 Oktober 2019, jam 22.19 WIB
58
Wawancara : Arif pratama, selaku pemilik usaha Rumah Makan, 5 Oktober 2019, jam 14.25
WIB
43 
 

kami dari segi promosi, tetaplah cuaca sangat berpengaruh dalam


penjualan ” 59

Bapak Arif pratama merupakan pemilik usaha tahu sumedang yang mana ia

telah menjalankan usahanya selama 4 tahun, serta beliau memakai modal sendiri

karena beliau takut kalau meminjam di bank, karena bunga yang harus dibayarnya

cukup tinggi.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Suhartono selaku pemilik usaha Bakso

dan Mie Ayam mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Saya berpandangan bahwa gadget bisa membantu kami yang bergerak


di bidang kuliner. Tetapi minimnya pengetahuan kami dalam
memanfaatkannya adalah hal yang menjadi masalah yang cukup besar.
Karena kami lahir pada masa-masa yang belum mengenal teknologi, di
masa saat ini kami sangat kesulitan menggunakan gadget. ” 60

Bapak Suhartono adalah pemilik usaha Bakso dan Mie Ayam yang sudah 5

tahun menjalankan usahanya tersebut, awal membuka usahanya beliau meminjam

uang ke keluarga terdekatnya sebagai modal awal usahanya tersebut, ia enggan

meminjam ke bank, dan bapak Suhartono ini masih menggunakan metode

penjualan konvensional.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Dian selaku pemilik usaha Nasi Goreng

mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Pedagang yang tidak rutin menjual. Pedagang jenis ini hanya menjual
dagangannya di waktu-waktu tertentu sesuai keinginan. Penjual ini tidak

                                                            
59
Wawancara : Hermawan, selaku pemilik usaha Tahu Sumedang, 28 September 2019, jam
16.30 WIB
60
Wawancara : Suhartono, selaku pemilik usaha Bakso dan Mie Ayam, 20 September 2019,
jam 19.35 WIB
44 
 

berdagang bukan karena masalah yang mendesak, tetapi karena memang


sedang tidak ingin berjualan” 61

Ibu Dian merupakan pemilik usaha Nasi Goreng yang mana Ibu Dian baru

menjalankan usahanya selama 2 tahun, pada awal membuka usahanya Ibu Dian

menggunakan modal sendiri dari uang pensiunan suaminya dalam menjalankan

usahanya Ibu Dian selalu menawarkan sesuatu yang menjadi ciri khas pada Usaha

Nasi Gorengnya yaitu dengan memberi pertanyaan kepada pembeli tentang

bagaimana rasa dari Nasi Gorengnya

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Dewi Maryanti selaku pemilik usaha

Gado-gado dan Soto Ayam mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing

usahanya :

“ Harga yang cukup tinggi dalam penjualan akan membuat konsumen


yang datang ke warung menjadi berat untuk membeli, sehingga pembeli
memilih untuk hanya sesekali dalam membeli disana” 62

Ibu Dewi Maryanti ini selaku pemilik usaha yang telah menjalankan usahanya

selama 3 tahun, dalam membuka usahanya beliau menggunakan modal dari uang

anaknya yang sudah bekerja, Ibu Dewi ini menerima pesanan dalam skala banyak.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Fitri selaku pemilik usaha Bubur Ayam

mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Sistem pengaturan uang yang kurang bagus menjadikan suatu usaha


sulit untuk berkembang. Uang yang keluar tidak sesuai dengan jumlah
uang yang masuk dalam kas penjual. Di era revolusi industri tentulah

                                                            
61
Wawancara : Dian selaku pemilik usaha Nasi Goreng, 17 September 2019, jam 20.20 WIB
62
Wawancara : Dewi Maryanti selaku pemilik usaha Gado-gado dan Soto Ayam, 13
September 2019, jam 07.45 WIB
45 
 

penggunaan teknologi sangat bermanfaat, pengetahuan tentang sistem


pengaturan uang seharusnya bisa diakses dengan mudah” 63

Ibu Fitri adalah seorang pelaku usaha yang telah membuka usahanya selama

hampir 4 tahun dalam membuka usahanya Ibu Fitri menggunakan modal sendiri,

dalam menjalankan usahanya beliau menggunakan pembukuan secara manual

tidak menggunakan bantuan komputer dalam melakukan pembukuan tersebut

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Aryani selaku pemilik usaha Mie Ayam

mengenai faktor-faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Kurang siapnya modal usaha dalam kehidupan berdagang. Jika modal


itu tidak cukup, maka pedagang harus siap untuk merugi . Karena jika
modal yang hanya berjumlah cukup nantinya akan membuat pelaku
usaha kesulitan dalam menghadapi masalah-masalah kedepannya nanti
” 64

Ibu Aryani adalah seorang pelaku usaha Mie Ayam yang mana dalam

menjalankan usahanya Ibu Aryani ini mengalami kesulitan dalam modal usahanya

yang hanya sekedar cukup dan Ibu Aryani meminjam uang kepada bank untuk

menambah modal usahanya.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Fenti selaku pemilik usaha Sate Ayam dan

Sate Daging mengenai faktor-faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Kemampuan yang rendah menjadi masalah utama pelaku usaha.


Sebagai pelaku usaha, kita memerlukan kemampuan tentang pemahaman
tentang revolusi industri 4.0 dan cara untuk berhadapan dengan hal itu.
Sikap diri yang terampil akan membuat kita yang bergerak dibidang
perdagangan akan bertahan dan nantinya kita akan lebih berkembang
dengan baik. Minimya pegawai juga menjadi masalah, karena dalam

                                                            
63
Wawancara : Fitri selaku pemilik usaha Bubur Ayam, 10 September 2019, jam 07.35 WIB
64
Wawancara : Aryani selaku pemilik usaha Mie Ayam, 22 September 2019, jam 17.37 WIB
46 
 

melayani pembeli disaat ramai membuat kami sebagai pelaku usaha


menjadi kesulitan” 65

Ibu Fenti merupakan pelaku usaha yang menjual Sate Ayam dan Sate Daging

dan menggunakan modal besar dalam menjalankan usahanya tersebut. Dalam

menjalankan usahanya Ibu Fenti menggunakan modal dari keluarga terdekatnya

serta melakukan peminjaman di bank untuk menambah modal usahanya dan sudah

menjalankan usahanya selama 4.5 tahun.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nurlia selaku pemilik usaha Pecel Lele

mengenai faktor faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Biaya gaji karyawan yang rendah dalam suatu usaha. Ditengah


kehidupan yang menuntut seseorang untuk lebih bersaing, maka pemilik
usaha terkadang merendahkan jumlah dari gaji karyawannya agar
modalnya bisa dikelola dengan baik. Padahal dengan merendahkan gaji
dari karyawan membuat karyawan berhenti dan membuat pemilik usaha
kesulitan dalam mengendalikan usahanya yang ditinggal karyawannya” 66

Ibu Nurlia pelaku usaha yang menjual Pecel Lele yang menggunakan modal

sendiri dalam menjalankan usahanya sehingga mengalami hambatan dari segi

modal usaha maka Ibu Nurlia memilih untuk mengambil pinjaman kepada

seseorang yang mempunyai dana lebih dan memang orang tersebut membuka

peminjaman dan Ibu Nurlia telah menjalankan usahanya tersebut selama 4 tahun.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Toni Suherman selaku pemilik usaha

Rumah Makan mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya :

                                                            
65
Wawancara : Fenti selaku pemilik usaha Sate Ayam dan Sate Daging, 10 Oktober 2019, jam
19.07 WIB
66
Wawancara : Nurlia selaku pemilik usaha Pecel Lele, 13 September 2019, jam 21.09 WIB
47 
 

“ Minimnya pengetahuan saya manajemen yang baik dan saya masih


belum menggunakan komputer untuk mencatat hasil dari penjualan saya.
Padahal sebenarnya kemampuan tentang komputer sangat diperlukan
pada masa saat ini” 67

Bapak Toni Suherman adalah pemilik usaha rumah makan yang mana beliau

menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya, dalam modal tersebut

bersumber dari tindakan menggadaikan mobilnya ke bank. Usahanya ini sudah

berjalan selama 5.5 tahun.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Marlina selaku pemilik usaha Pangsit

mengenai faktor-faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Saya senang dengan adanya teknologi seperti saat ini. Saya merasa
terbantu dengan adanya hal tersebut. Ada hal yang memang
menghambat saya dalam berusaha pada masa saat ini. Penghambatnya
yaitu persaingan yang kurang sehat dalam perdagangan. Karena pada
masa saat ini, banyak pelaku usaha yang mulai memasukan usahanya
dalam aplikasi pembantu ” 68

Ibu Marlina adalah pemilik usaha Pangsit yang mana sudah menjalankan

usahanya selama 6 Tahun, yang mana dalam menjalankan usahanya Ibu Marlina

menggunakan modal sendiri serta masih menggunakan metode ekonomi

konvensional.

Berdasarkan hasil wawancara kepada bapak Hengki selaku pemilik usaha

Rumah Makan Pitaruah mengenai faktor yang menghambat daya saing usahanya :

“ Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, perlunya peran pemerintah


dalam mengatasi kenaikan harga bahan baku untuk usahanya tersebut,
tidak adanya peran pemerintah dalam mensosialisasikan era digitalisasi

                                                            
67
Wawancara : Toni Suherman selaku pemilik usaha Rumah Makan, 7 September 2019, jam
11.37 WIB
68
Wawancara : Marlina selaku pemilik usaha Pangsit, 7 September 2019, jam 15.43 WIB
48 
 

atau revolusi industri 4.0 serta kurangnya pelatihan yang diberikan oleh
pemerintah”. 69

Dari wawancara tersebut, dapat saya simpulkan usaha yang dijalankan oleh

bapak hengki ini memiliki faktor penghambat dalam menjalankan usahanya ialah

tidak mudah untuk membangun usahanya tersebut karena beliau melakukannya

secara otodidak tanpa adanya peran pemerintah dalam memberikan suatu pelatihan,

serta harapannya agar pemerintah untuk selalu menstabilkan bahan-bahan pokok

agar tidak terbebani.

Dapat disimpulkan dalam hasil wawancara ini bahwa faktor penghambat pada

daya saing yang dihadapi oleh pelaku UMKM ialah Modal, Sumber daya manusia

yang rendah, keahlian dari segi marketing, kurangnya inovasi yang dilakukan

pelaku UMKM

2. Kesiapan Pelaku UMKM Kuliner dalam menghadapi Revolusi industri

4.0

a. Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri adalah perubahan cepat dari segi usaha mencapai produksi

dengan menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga masukan (input), tenaga

penggerak (move), tenaga pemroses maupun tenaga penghasil (output). Revolusi

Industri pertama kali terjadi pada periode antara tahun 1750-1850 dimana

terjadinya perubahan dalam skala besar dari segi pertanian, manufaktur,

pertambangan, transportasi dan teknologi serta memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap bidang sosial, ekonomi dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai

                                                            
69
Wawancara : Hengki , selaku pemilik Rumah Makan Pitaruah, 14 Oktober 2019, jam 14.06
WIB
49 
 

dari Britania Raya (Kerajaan Inggris = United Kingdom ) dan setelah itu menyebar

ke Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang dan pada akhirnya menyebar ke seluruh

dunia. 70

Revolusi Industri 2.0 atau juga dikenal sebagai revolusi teknologi , yaitu

merupakan peristiwa fase pesatnya industrialisasi di akhir abad ke-19 dan awal

abad ke-20. Revolusi Industri ditandai dengan munculnya pembangkit tenaga

listrik. Penemuan ini mengahadirkan kemunculan dari pesawat telepon, mobil,

pesawat dan lain sebagainya. 71

Revolusi industri 2.0 terjadi pada saat ditemukannya listrik, alat komunikasi,

kimia dan minyak tahun 1870-1900. Pada masa ini penggunaan produksi besi dan

baja semakin meluas juga penggunaan telegraph serta pemanfaatan minyak bumi

menjadi periode awal dimanfaatkannya listrik. Beberapa perkembangan industri

yang dapat dirasakan seperti penggunaan energi listrik untuk menggerakan mesin

dan produksi masal yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi listrik pada

ban berjalan dalam pabrikasi. 72

Revolusi industri 3.0 terjadi pada saat ditemukannya komputer, internet dan

telpon genggam tahun 1960 sampai sekarang. Pada revolusi industri ke tiga industri

manufaktur yang dulu menggunakan mesin-mesin beralih dengan memanfaatan

listrik dan kemudian menjadi industri digital. Pola komunikasi dengan teknologi

digital mendorong percepatan akses informasi dan komunikasi. Perkembangan

                                                            
70
Gunawan, Mencari Peluang di Revolusi Industri 4.0 untuk Melalui Era Disrupsi 4.0,
Maslamah Media Mandiri, Jakarta, 2019, hlm. 3-4.
71
Ibid., hlm. 14.
72
Almatius Setya Marsudi dan Yunus Widjaja, “Industri 4.0 Dan Dampaknya Terhadap
Financial Technology Serta Kesiapan Tenaga Kerja Di Indonesia”, Ikraith Ekonomika, Vol 2 No 2
Bulan Juli 2019, Jakarta : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019, hlm. 3.
50 
 

industri yang dapat dirasakan seperti otomatisasi produksi dengan memanfaatkan

peralatan elektronik dan komputer. 73

Menurut Kanselir Jerman, Angela Merkel berpendapat bahwa Industri 4.0

adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri

melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri

konvensional. 74 Indonesia mengalami kehidupan perekonomian yang fluktuatif.

Berbagai masalah ekonomi dihadapi oleh masyarakat Indonesia dengan cukup

sulit untuk mengatasinya. Salah satu permasalahan tersebut adalah minimnya

kemampuan bangsa Indonesia dalam menghadapi kemajuan dari segi digitalisasi.

Ekonomi digital adalah ekonomi yang berdasarkan pada barang dan jasa yang

berasal dari perangkat elektronik dan diperdagangkan melalui perdagangan

elektronik. Dalam konomi digital terdapat bisnis yang memiliki hubungan dengan

produksi elektronik dan proses manajemen yang berhubungan dengan mitra yang

dilakukan dengan transaksi internet ataupun teknologi website. 75

Menkominfo mengatakan bahwa hampir semua dunia telah memposisikan

masuk digital ekonomi, seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan India yang sudah

memiliki kapitalisasi pasar perdagangan secara elektronik (e-commerce) yang

besar. Menkominfo juga mengemukakan bahwa UMKM di Indonesia sebanyak

50.000 dan memberikan sumbangan kepada gross domestic product/GDP senilai

50 persen, sedangkan di Amerika Serikat sudah mencapai mencapai 60 persen.


                                                            
73
Ibid., hlm. 3.
74
Hoedi Prasetyo, Wahyudi Sutopo : Industri 4.0 : “Telaah klasifikasi aspek dan arah
perkembangan riset”,Politeknik ATMI Surakarta dan Universitas Sebelas Maret : 2018,hal 19
75
Arief Iman Santoso dkk, “kesiapan UMKM Industri kreatif Kota Surakarta Dalam
Menghadapi Masyarakat EkonomiDigital (Digital Economy Ecosystem)”, Seminar Nasional
Pengabdian Kepada Masyarakat 2017, ISBN 978-602-6428-12-7, (UNS : 2017), hal. 273.
51 
 

Keberadaan UMKM tebukti bisa bertahan dan menjadi penggerak ekonomi,

terutama setelah krisis ekonomi. Masalah-masalah yang dihadapi oleh UMKM

adalah keterbatasan modal kerja, sumber daya manusia yang rendah dan kurang

mampunya masyarakat dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 76

Digitalisasi membuat bangsa Indonesia bisa mempermudah kehidupannya

dari segala bidang, termasuk pula bidang ekonomi. Pada bidang ekonomi,

digitalisasi bisa menjadi sarana bagi pelaku usaha dalam memperkenalkan

usahanya kepada khalayak. Tetapi, hanya sebagian orang yang bisa

memanfaaatkan era digitalisasi. Masih banyak pelaku usaha yang masih

menerapkan metode ekonomi konvensional dan tidak menggunakan teknologi

dalam memajukan usahanya.

Kesiapan Kota Jambi dalam menghadapi era digitalisasi masih sangat

minim. Hal ini dikarenakan masyarakat Jambi belum mampu untuk menghadapi

era digitalisasi, khususnya pelaku usaha. Masyarakat Jambi bahkan masih banyak

yang belum mengetahui tentang revolusi industri 4.0 atau era digitalisasi. Tetapi,

ada juga beberapa pelaku usaha yang menggunakan digitalisasi dalam usahanya.

Berdasarkan wawancara kepada bapak Habibi selaku pemilik Kafe Analogi

mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :

“Hal yang membuat masyarakat Jambi belum siap dalam menghadapi


era digitalisasi, yaitu dikarenakan pelaku usaha yang berusia 40 hingga
50 tahun masih banyak yang belum bisa menggunakan teknologi
(gadget), masyarakat Jambi belum bisa mengikuti arus dari revolusi
industri 4.0 dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh
                                                            
76
Ibid., hal. 273.
52 
 

pemerintah dan belum adanya program khusus yang dari pemerintah


untuk mendukung UMKM di era revolusi industri 4.0”. 77

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Megawati selaku pemilik Gado-gado

mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0

“ Saya menganggap revolusi industri 4.0 di Jambi masih belum cukup


dikenal oleh masyarakat. Jadi saya merasa bahwa masyarakat Jambi
belum mampu menghadapinya, karena minimnya pengetahuan tentang
revolusi industri 4.0” 78

Berdasarkan wawancara saya kepada bapak Rahmad Suhardiman selaku

penjual roti bakar tentang kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi

industri 4.0 :

“Tidak adanya sosialisasi pemerintah mengenai revolusi industri 4.0 atau


era digitalisasi dan diperlukannya pelatihan mengenai bagaimana
memanfaatkan kelebihan yang diambil dari teknologi serta kurangnya
pemahaman tentang teknologi. Dalam kegiatan usaha, pelaku usaha
melakukan inovasi terhadap produk usaha agar memiliki nilai jual lebih
dari inovasi yang saya lakukan agar konsumen merasa puas terhadap
barang yang saya tawarkan”. 79

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Rosdiana selaku pemilik usaha warung

sarapan pagi mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri

4.0 :

“ Masih belum siap. Karena sistem yang diterapkan di masa revolusi


industri 4.0 pada umumnya bersumber dari barat, sedangkan kita adalah
negara timur. Dua hal ini sulit untuk diterapkan dengan cepat, karena
saling bertentangan” 80

                                                            
77
Wawancara : Habibi selaku pemilik cafe analogi , Sabtu 12 Oktober 2019, Jam 22.19 WIB
78
  Wawancara : Megawati selaku pemilik Gado-gado, 16 Oktober 2019, Jam 10.44 WIB
79
Wawancara : Rahmad Suhardiman selaku pemilik usaha roti bakar, 13 Oktober 2019, Jam
20.20 WIB
80
Wawancara : Rosdiana selaku pemilik usaha warung sarapan pagi,7 Oktober 2019 , Jam
08.05 WIB
53 
 

Berdasarkan wawancara kepada Bapak Jefri selaku pemilik usaha Roti

Bakar mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0:

“ UMKM di Jambi masih belum cukup siap dalam menghadapi revolusi


industri 4.0, karena belum ada pelatihan mengenai pemanfaatan
teknologi modern pada masa revolusi industri 4.0 dalam
memaksimalkan promosi dan produksinya” 81

Berdasarkan wawancara kepada Bapak Arif Pratama selaku pemilik usaha


Rumah Makan mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 :

“ Belum terlalu siap, meskipun sudah ada beberapa UMKM yang


menggunakan teknologi untuk mendukung usahanya, perlunya peran
pemerintah dalam memberikan pemahaman yang lebih tentang revolusi
industri 4.0” 82

Berdasarkan wawancara kepada Bapak Hermawan selaku pemilik usaha

Tahu Sumedang mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi

industri 4.0 :

“ Kurang siap dengan sepenuhnya. Karena belum ada kegiatan pelatihan


dalam penggunaan sistem digital dan internet. Saya yang sudah cukup
tua seperti ini, jadi sangat sulit untuk belajar mengenai hal itu ” 83

Berdasarkan wawancara kepada Bapak Suhartono selaku pemilik usaha

Bakso dan Mie Ayam mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi

revolusi industri 4.0 :

“ Saya melihat masyarakat Jambi bisa dengan mudah memahami sendiri


tentang pemanfaatan teknologi. Dengan datangnya revolusi industri 4.0
bisa disambut dengan baik oleh masyarakat Jambi ” 84

                                                            
81
  Wawancara : Jefri selaku pemilik usaha roti bakar,10 Oktober 2019 , Jam 19.15 WIB
82
Wawancara : Arif pratama, selaku pemilik usaha Rumah Makan, 5 Oktober 2019, jam 14.25
WIB
83
  Wawancara : Hermawan, selaku pemilik usaha Tahu Sumedang, 28 September 2019, jam
16.30 WIB
54 
 

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Dian selaku pemilik usaha Nasi Goreng

mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :

“ Rendahnya pendidikan dari karyawan yang bekerja di salah satu


UMKM membuat karyawan itu sulit untuk mengoperasikan komputer,
UMKM di Jambi masih enggan menggunakan komputer dalam
transaksi usahanya. Sehingga UMKM di Jambi masih belum mampu
bersaing di masa revolusi industri 4.0. ” 85

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Dewi Maryanti selaku pemilik usaha

Gado-gado dan Soto mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi

industri 4.0 :

“ Revolusi industri 4.0 akan memberikan dampak buruk. Dampak buruk


itu adalah terlalu bergantungnya pelaku usaha terhadap teknologi,
sehingga tenaga manusia akan digantikan oleh mesin. Hal ini memicu
pemberhentian dalam skala besar terhadap karyawan yang bekerja di
UMKM ditengah populasi penduduk yang banyak. Saya rasa, UMKM
di Jambi belum bisa menghadapi permasalahan itu ” 86

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Fitri selaku pemilik usaha Bubur Ayam

mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :

“ Pembaruan dalam usaha sangat dibutuhkan pada masa revolusi


industri 4.0. Usaha tanpa pembaruan membuat sulit untuk berkembang.
Karena jika usaha kita sama dengan usaha yang lain, maka hasil yang
kita dapatkan tetaplah sama. UMKM di Jambi masih banyak yang
belum melakukan pembaruan, sehingga UMKM di Jambi saat ini belum
siap terhadap revolusi industri 4.0” 87

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Aryani selaku pemilik usaha Mie Ayam

mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :


                                                                                                                                                                           
84
Wawancara : Suhartono, selaku pemilik usaha Bakso dan Mie Ayam, 20 September 2019,
jam 19.35 WIB
85
  Wawancara : Dian selaku pemilik usaha Nasi Goreng, 17 September 2019, jam 20.20 WIB
86
Wawancara : Dewi Maryanti selaku pemilik usaha Gado-gado dan Soto Ayam, 13
September 2019, jam 07.45 WIB
87
  Wawancara : Fitri selaku pemilik usaha Bubur Ayam, 10 September 2019, jam 07.35 WIB
55 
 

“ Pada umumnya UMKM di Jambi hanya memanfaatkan hp sebagai


pendukung usahanya, khususnya saya sendiri menerima pesanan yang
banyak dengan media hp. Maka dengan pernasalahan ini membuat
Jambi belum mampu untuk menghadapi revolusi industri 4.0” 88

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Fenti selaku pemilik usaha Sate Ayam

dan Sate Daging mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi

industri 4.0 :

“Saya melihat memang ada beberapa UMKM di Jambi menggunakan


komputer sebagai pembantu, tapi mereka berpandangan bahwa bisa
mengendalikan usaha tanpa menggunakan komputer. Karena mereka
masih menganggap mampu untuk mengendalikan usaha. Saya
menyimpulkan bahwa UMKM di Jambi belum bisa menghadapi
revolusi industri 4.0 karena hal tersebut” 89

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Nurlia selaku pemilik usaha pecel lele

mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :

“ Saya merasakan bahwa pemerintah sudah menyediakan segalanya.


Entah itu berasal dari kebijakan maupun sarana untuk menjalani
revolusi industri 4.0. maka saat ini, tinggal masyarakat
mengembangkan dirinya sendiri. UMKM di Jambi sudah bisa
menghadapi revolusi industri 4.0, karena sudah mendapat bantuan dari
pemerintah” 90

Berdasarkan wawancara kepada Bapak Toni Suherman selaku pemilik


usaha Rumah Makan mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 :

“ Saya merasa Jambi dengan keadaan yang lemah terhadap penggunaan


teknologi seperti saat ini, belum siap untuk menghadapi revolusi
industri 4.0. ” 91

                                                            
88
  Wawancara : Aryani selaku pemilik usaha Mie Ayam, 22 September 2019, jam 17.37 WIB
89
  Wawancara : Fenti selaku pemilik usaha Sate Ayam dan Sate Daging, 10 Oktober 2019, jam
19.07 WIB
90
  Wawancara : Nurlia selaku pemilik usaha Pecel Lele, 13 September 2019, jam 21.09 WIB
91
 Wawancara : Toni Suherman selaku pemilik usaha Rumah Makan, 7 September 2019, jam
11.37 WIB 
56 
 

Berdasarkan wawancara kepada Ibu Marlina selaku pemilik pangsit


mengenai kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :

“ Jambi membutuhkan sosok pemerintah yang mendukung jalannya


revolusi industri dengan baik, masih banyak yang bahkan belum
mengetahui tentang revolusi industri 4.0. jadi saya melihat bahwa
UMKM di Jambi belum mampu untuk menerima revolusi industri 4.0
” 92

Berdasarkan wawancara saya bersama Bapak Hengki selaku pemilik Rumah

Makan pitaruah mengenai kesiapannya dalam menghadapi revolusi industri 4.0 :

“ Hal yang dibutuhkan oleh pedagang agar mampu bersaing dalam


menghadapi revolusi industri 4.0 adalah dengan memberikan pelayanan
yang baik bagi pembeli, sehingga menghadirkan kesan yang baik.
dengan hal itu, maka konsumen akan menjadi pelanggan tetap. Dalam
menjalani bisnis yang bergerak dibidang kuliner pada era digitalisasi
diperlukan cita rasa yang enak di lidah pembeli. Jika hanya terpaku
pada promosi dengan sosial media, maka penjual akan mendapatkan
omset penjualan yang standar.” 93
Sebagaimana Islam telah mengajarkan bagi pelaku usaha untuk

memperhatikan kualitas dan keberadaan produk. Islam melarang jual beli produk

yang belum jelas (gharar) bagi pembelinya. Pasalnya disini berpotensi terjadinya

penipuan dan ketidakadilan terhadap salah satu pihak. Selain keberadaan suatu

produk, Islam juga memerintahkan untuk memperhatikan kualitas produk, barang

yang dijual harus terang dan jelas kualitasnya, sehingga pembeli dapat dengan

mudah memberi penilaian. 94 Tentang kualitas dan keberadaan produk Allah SWT.

Berfirman dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 267 :

                                                            
92
  Wawancara : Marlina selaku pemilik usaha Pangsit, 7 September 2019, jam 15.43 WIB
93
Wawancara : Hengki selaku pemilik rumah makan pitaruah , 14 Oktober 2019, Jam 14.25
WIB
94
Muhammad Firdaus. : Dasar dan strategi pemasaran syariah (Jakarta: Renaisan,2005), hal
23
57 
 

ِ ‫ﺴ ْﺒﺘ ُ ْﻢ َﻭ ِﻣ ﱠﻤﺎ ﺃ َ ْﺧ َﺮﺟْ ﻨَﺎ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ِﻣﻦَ ْﺍﻷ َ ْﺭ‬


َ ‫ﺽ ۖ َﻭ َﻻ ﺗ َﻴَ ﱠﻤ ُﻤﻮﺍ ﺍ ْﻟ َﺨ ِﺒ‬
ُ‫ﻴﺚ ِﻣ ْﻨﻪ‬ ِ ‫ﻳَﺎ ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ ﺃَ ْﻧ ِﻔﻘُﻮﺍ ِﻣ ْﻦ َﻁ ِﻴّﺒَﺎ‬
َ ‫ﺕ َﻣﺎ َﻛ‬

‫ﻏﻨِ ﱞﻲ َﺣ ِﻤﻴﺪ‬ ‫ﺂﺧﺬ ﻳ ِﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺃ َ ْﻥ ﺗ ُ ْﻐ ِﻤﻀُﻮﺍ ﻓِﻴ ِﻪ ۚ َﻭﺍ ْﻋﻠَ ُﻤﻮﺍ ﺃَﻥﱠ ﱠ‬


َ َ‫ﻪﻠﻟﺍﺍ‬ ْ َ‫ﺗ ُ ْﻨ ِﻔﻘُﻮﻥَ َﻭﻟ‬
ِ ‫ﺴﺘ ُ ْﻢ ِﺑ‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bersedekahlah dari sebaik-baik

hasil usahamu dan dari apa yang kami tumbuhkan untukmu dari bumi. Dan jangan

sengaja memilih yang busuk untuk kamu sedekahkan, padahal kamu sendiri tidak

mau menerimanya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan

ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. 95

Berdasarkan ayat di atas, Islam mengajarkan bila ingin memberikan hasil

usaha yang baik berupa barang maupun pelayanan atau jasa hendaknya

memberikan yang berkualitas, jangan memberikan yang buruk atau tidak

berkualitas kepada orang lain.

Berdasarkan wawancara saya dengan bapak Muhammad Ikhsan selaku


pemilik warung sarapan pagi mengenai kesiapannya dalam menghadapi revolusi
industri 4.0 :

“ Ada manfaatnya menggunakan teknologi ini karena bisa membantu


dalam segi penjualan, tidak adanya sosialisasi pemerintah mengenai
revolusi industri 4.0 ,diperlukan semacam pelatihan mengenai teknologi
serta pemahaman apa itu revolusi industri 4.0 sehingga bisa jadi lebih
siap dalam menghadapi hal tersebut.” 96

Dari pembahasan tersebut para pelaku UMKM khususnya di bidang kuliner

belum mampu menghadapi era digitalisasi karena masih minimnya pengetahuan

mengenai teknologi, serta kebanyakan para pelaku umkm ini tidak melakukan

inovasi inovasi terhadap produk usahanya, kurangnya peran pemerintah dalam

memberikan pemahaman mengenai revolusi industri 4.0.

                                                            
95
Q.S Al Baqarah : ayat 267
96
Wawancara : Muhammad Ikhsan selaku pemilik warung sarapan pagi , 15 oktober 2019, Jam
10.45 WIB
58 
 

Klasifikasi UMKM Kuliner Di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi yang sudah siap
menghadapi Revolusi Industri 4.0 :

Tabel 4.1

No. Pelaku Usaha Umur Jenis Usaha Modal Teknologi


Pendukung
Usaha
1 Habibi 28 tahun Kafe Rp. 80.000.000 Gadget atau
gawai
2 Megawati 33 tahun Penjual Rp. 25.000.000 Gawai dan
gado-gado aplikasi
pendukung
3 Rahmad 25 tahun Penjual roti Rp. 10.000.000 Gawai dan
Suhardiman bakar aplikasi
pendukung
4 Hengki 31 tahun Rumah Rp. 15.000.000 Gadget atau
Makan gawai
5 Muhammad Ihsan 49 tahun Warung Rp. 7.000.000 Gawai dan
Sarapan aplikasi
Pagi pendukung

Klasifikasi UMKM Kuliner Di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi yang belum siap
menghadapi Revolusi Industri 4.0

Tabel 4.2

No. Pelaku Usaha Umur Jenis Usaha Modal Teknologi


Pendukung
Usaha
1 Rosdiana 48 tahun Warung Sarapan Rp. 9.000.000 Gadget atau
Pagi gawai
2 Jefri 37 tahun Penjual Roti Bakar Rp. 12.000.000 Gadget atau
gawai
3 Arif Pratama 43 tahun Rumah Makan Rp. 13.000.000 Gadget atau
gawai
4 Hermawan 55 tahun Tahu Sumedang Rp. 5.000.000 Tidak
Menggunakan
Teknologi
5 Suhartono 43 tahun Bakso dan Mie Rp. 11.000.000 Gadget atau
Ayam gawai
6 Dian 39 tahun Nasi Goreng Rp. 9.000.000 Gadget atau
gawai
7 Dewi 35 tahun Penjual Gado-Gado Rp. 10.000.000 Gadget atau
Maryanti dan Soto gawai
59 
 

8 Fitri 41 tahun Bubur Ayam Rp. 8.500.000 Gadget atau


gawai
9 Aryani 45 tahun Mie Ayam Rp. 6.000.000 Gadget atau
gawai
10 Fenti 36 tahun Sate Ayam Dan Sate Rp. 17.000.000 Gadget atau
Daging gawai
11 Nurlia 43 tahun Pecel Lele Rp. 15.000.000 Gadget atau
gawai
12 Toni 54 tahun Rumah Makan Rp. 17.500.000 Gadget atau
Suherman gawai
13 Marlina 40 tahun Pangsit Rp. 5.000.000 Gadget atau
gawai

Pemanfaatan teknologi dalam UMKM Kuliner Di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi


yang belum siap menghadapi Revolusi Industri 4.0

Tabel 4.3

No  Pelaku Usaha Umur Jenis Usaha Pemanfaatan


Teknologi dalam
Usaha
1 Habibi 28 tahun Kafe Menggunakan
Media Sosial dalam
mempromosikan
usahanya
2 Megawati 33 tahun Penjual gado-gado Menggunakan
Aplikasi Pembantu
(Grabfood dan
Gofood)
3 Rahmad 25 tahun Penjual roti bakar Menggunakan
Suhardiman Aplikasi Pembantu
(Grabfood dan
Gofood)
4 Hengki 31 tahun Rumah Makan Menggunakan
Media Sosial dalam
mempromosikan
usahanya
5 Muhammad 49 tahun Warung Sarapan Menggunakan
Ihsan Pagi Aplikasi Pembantu
(Grabfood dan
Gofood)
6  Rosdiana 48 tahun Warung Sarapan Menerima Pesanan
Pagi hanya
menggunakan
Gawai yang belum
60 
 

ada internetnya

7  Jefri 37 tahun Penjual Roti BakarBelum


menggunakan
media sosial
sebagai tempat
promosi dan Gawai
8  Arif Pratama 43 tahun Rumah Makan Menerima pesanan
hanya
menggunakan
gawai yang belum
ada internetnya
9 Hermawan 55 tahun Tahu Sumedang Belum
menggunakan
media sosial
sebagai tempat
promosi dan Gawai
10 Suhartono 43 tahun Bakso dan Mie Menerima Pesanan
Ayam hanya
menggunakan
Gawai yang belum
ada internetnya 

11  Dian 39 tahun Nasi Goreng Tidak


Menggunakan
Gawai dan media
sosial dalam
mempromosikan
usahanya
12  Dewi Maryanti 35 tahun Penjual Gado-Gado Menerima Pesanan
dan Soto hanya
menggunakan
Gawai yang belum
ada internetnya 
13  Fitri 41 tahun Bubur Ayam Menerima Pesanan
hanya
menggunakan
Gawai yang belum
ada internetnya 
61 
 

14  Aryan
ni 45 tahun Mie Ayam
m Menerima Pesanan
hanya
menggunaakan
Gawai yanng belum
ada interneetnya 
15  Fenti 36 tahun Sate Ayamm Dan Sate Menerima Pesanan
Daging hanya
menggunaakan
gawai yanng belum
ada interneetnya
16  Nurliaa 43 tahun Pecel Lelee Menerima Pesanan
hanya
menggunaakan
gawai yanng belum
ada interneetnya
17  Toni Suherman
S 54 tahun Rumah Maakan Menerima Pesanan
hanya
menggunaakan
gawai yanng belum
ada interneetnya
18  Marlin
na 40 tahun Pangsit Tidak
menggunaakan
teknologi dan
gawai dalam
menjalankkan
usahanya
 

Gambar 4..1

Presenta
P se UMKM dalam m mengh hadapi 
revolussi industrri 4.0
UM
MKM yang siap p 
m
menghadapi  UMKM yaang 
revvolusi industri  belum siap 
4.0 menghad dapi 
28% revolusi ind
dustri 
4.0
72%

 
62 
 

  Berdasarkan Gambar diatas, jumlah UMKM yang siap dalam menghadapi

revolusi industri 4.0 berjumlah lima UMKM dan UMKM Kota Jambi yang belum siap

menghadapi Revolusi Industri 4.0 berjumlah 13 UMKM. Dari gambar diatas berarti

masih sedikit UMKM yang sudah bisa menghadapi revolusi industri 4.0 dan hanya

sedikit UMKM yang menggunakan aplikasi pembantu dalam promosi usahanya. 28%

UMKM yang siap menghadapi revolusi industri 4.0 dan 72% UMKM yang belum siap

menghadapi revolusi industri 4.0 Bentuk siapnya UMKM dalam menghadapi revolusi

industri 4.0 dilihat dari sumber daya manusia, modal, pengetahuan tentang teknologi

dan teknologi yang digunakan. 

Alasan pelaku usaha tidak menggunakan teknologi dalam UMKM di kota Jambi, yaitu

1. Usia yang sudah cukup tua

2. SDM yang rendah

3. Modal

4. Tidak terlalu membutuhkan teknlogi dalam usahanya

Klasifikasi Pendidikan Karyawan pada UMKM Kuliner di Kecamatan Telanaipura

Kota Jambi :

Tabel : 4.4

No. Pelaku Usaha Umur Jenis Usaha Karyawan Pendidikan


Karyawan
1 Arif Pratama 43 tahun Rumah 3 orang Tamat SMA
Makan
2 Aryani 45 tahun Mie Ayam 2 orang Tamat SMA
3 Dewi Maryanti 35 tahun Penjual 3 orang 2 orang Tamat
Gado-Gado SMA dan satu
dan Soto orang tamat SMP
4 Dian 39 tahun Nasi Goreng 3 orang Tamat SMA
63 
 

5 Dewi Maryanti 35 tahun Penjual 2 orang Tamat SMA


Gado-Gado
dan Soto
6 Fitri 41 tahun Bubur Ayam Tidak Ada*
7 Fenti 36 tahun Sate Ayam 3 orang Tamat SMA
Dan Sate
Daging
8 Habibi 28 tahun Kafe 2 orang Tamat SMA
9 Hengki 31 tahun Rumah 4 orang 2 orang tamat
Makan SMA dan 2
orang tamat SMP
10 Hermawan 55 tahun Tahu Tidak ada
Sumedang
11 Jefri 37 tahun Penjual Roti 2 orang Tamat SMA
Bakar
12 Marlina 40 tahun Pangsit Tidak Ada
13 Megawati 33 tahun Penjual 3 orang 1 orang tamat
Gado-gado SMA dan 2
orang tamat SMP
14 Muhammad Ihsan 49 tahun Warung Tidak Ada
Sarapan Pagi
15 Nurlia 43 tahun Pecel Lele 3orang Tamat SMA
16 Rosdiana 48 tahun Warung 2 orang 1 orang tamat
Sarapan Pagi SMA dan 1
orang tamat SMP
17 Suhartono 43 tahun Bakso dan 3 orang Tamat SMA
Mie Ayam
18 Toni Suherman 54 tahun Rumah 4 orang 3 orang tamat
Makan SMA dan 1
orang tamat SMP

Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

karyawan sebagian besar tamatan SMA dan sebagian kecil tamatan SMP. Untuk

yang tamatan Pendidikan SMA Berjumlah 32 Orang dan Tamatan Pendidikan

SMP sebanyak 7 Orang.

Analisis SWOT pada UMKM kuliner

Analisis SWOT merupakan analisa yang tepat digunakan dalam penelitian ini.

SWOT merupakan akronim untuk kata-kata “Strenght” (kekuatan),“Weakness”


64 
 

(kelemahan), “ Opportunities” (peluang) dan “Threats” ( ancaman), faktor

kekuatan dan kelemahan dalam tubuh organisasi termasuk satuan bisnis tertentu,

sedangkan faktor peluang dan ancaman merupakan faktor lingkungan yang

dihadapi organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis tersebut. 97

Berdasarkan observasi langsung dilapangan maka dapat diketahui kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman UMKM Kuliner di Kecamatan Telanaipura

Kota Jambi yaitu sebagai berikut :

a. Kekuatan / Strengths

1. Tempat yang strategis karena berada dikawasan perkantoran, kampus,

sekolah, dan indekos

2. Harga yang terjangkau

3. Pelaku Usaha dengan usia produktif

4. Ramah terhadap pelanggan

5. Terus berinovasi

6. Kualitas Produk yang terjamin 98

b. Kelemahan / Weaknesses

1. Keterbatasan modal dan bahan baku

2. Pemasaran yang masih tradisional


                                                            
97
   Wikipedia, “Analisis SWOT”, Diakses dari https://id.m.wikipedia.org.//wiki/Analisi_SWOT
pada tanggal 11 November 2019 pukul 19.43
98
  Wawancara : Habibi selaku pemilik cafe analogi , Sabtu 12 Oktober 2019, Jam 22.19 WIB
65 
 

3. Minimnya pengetahuan mengenai digitalisasi

4. Pelaku Usaha yang berusia tidak produktif

5. Tingginya harga jual produk makanan dan minuman 99

c. Peluang/ Opportunities

1. Mudahnya Akses dalam pembelian produk makanan dan minuman

2. Mudahnya penjual untuk mempromosikan usahanya

3. Pelaku usaha dan pembeli mengerti mengenai digitalisasi

4. Mudahnya Akses menuju tempat pelaku usaha

5. Promosi produk usaha menggunakan media sosial 100

d. Ancaman / Thtreats

1. Banyaknya Jenis Usaha yang sama

2. Rawan akan penggusuran

3. Strategi pemasaran yang masih tradisional

4. Kurangnya perhatian dari pemerintah mengenai digitalisasi

5. Persaingan yang tidak sehat 101

                                                            
99
  Wawancara : Hengki selaku pemilik rumah makan pitaruah , 14 Oktober 2019, Jam 14.25
WIB
100
  Wawancara : Megawati selaku pemilik Gado-gado, 16 Oktober 2019, Jam 10.44 WIB
101
  Wawancara : Muhammad Ikhsan selaku pemilik warung sarapan pagi , 15 oktober 2019,
Jam 10.45 WIB
66 
 

Tabel 4.5 :

Bentuk Matriks SWOT

INTERNAL STRENGH (S) WEAKNESSES (W)


1. Tempat yang strategis 1. Keterbatasan modal
karena berada dan bahan baku
dikawasan 2. Pemasaran yang
perkantoran, kampus, masih tradisional
sekolah dan indekos 3. Minimnya
2. Harga yang terjangkau pengetahuan
EKSTERNAL 3. Pelaku Usaha dengan mengenai digitalisasi
usia produktif 4. Pelaku Usaha yang
4. Ramah terhadap berusia tidak
pelanggan produktif
5. Terus berinovasi 5. Tingginya harga jual
6. Kualitas Produk yang produk makanan dan
terjamin minuman
OPPORTUNITY (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Mudahnya Akses dalam 1. Lokasi yang strategis 1. Bagi pelaku usaha
pembelian produk mendukung dalam yang mengalami
makanan dan minuman penjualan usaha. keterbatasan modal
2. Mudahnya penjual 2. Pelaku usaha yang agar melakukan
untuk mempromosikan memanfaatkan peminjaman, guna
usahanya melalui teknologi dengan baik menyelesaikan
aplikasi pembantu bisa memberikan masalah keterbatasan
3. Pelaku usaha dan keuntungan. modal.
pembeli mengerti 3. Memberikan 2. Memaksimalkan
mengenai digitalisasi pelayanan yang baik aplikasi pembantu
4. Mudahnya Akses kepada konsumen agar dalam meningkatkan
menuju tempat pelaku konsumen merasa penjualan produk
usaha puas. usaha.
5. Promosi produk usaha 4. Selalu menjaga 3. Meningkatkan
menggunakan media kualitas produk usaha kualitas produk usaha,
sosial dan memaksimalkan sehingga pembeli
6. Mudahnya pelaku usaha promosi pada era tidak
dalam akses digitalisasi saat ini. mempermasalahkan
peminjaman modal dari 5. Melakukan inovasi mahalnya produk
akses internet terhadap produk usaha tersebut.
usaha, sehingga 4. Menjaga cita rasa dari
produk usaha bisa produk usaha tersebut,
bersaing secara sehingga penjualab
kompetitif. dapat berjalan dengan
stabil.
67 
 

THEREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

1. Banyaknya Jenis Usaha 1. Meningkatkan Pelaku Usaha harus


yang sama pemahaman tentang meningkatkan pemahaman
2. Rawan akan teknologi, sehingga mengenai teknologi secara
penggusuran pelaku usaha bisa mandiri, sehingga dengan
3. Strategi pemasaran yang bersaing dan mudahnya akses dari segi
masih tradisional meningkatkan promosi dan penjualan
4. Kurangnya perhatian Produktifitas dalam bisa dimanfaatkan dengan
dari pemerintah usahanya. baik.
mengenai digitalisasi 2. Mendaftarkan usaha
5. Persaingan yang tidak kepada lembaga
sehat pemerintah setempat,
sehingga penggusuran
bisa terhindari.
Sumber data : diolah sendiri

Berdasarkan analisis lingkungan faktor internal dan eksternal pada UMKM

Kuliner, maka dapat menggunakan matriks SWOT untuk mengetahui strategi yang

digunakan oleh pelaku usaha dalam bersaing di era digitalisasi atau revolusi industri

4.0. dari matriks SWOT tersebut, bisa dipahami mengenai strategi yang dilakukan oleh

pelaku usaha dalam menghadapi persaingan di era digitalisasi, memaksimalkan

penggunaan teknologi digital untuk mendukung UMKM Kuliner di Kecamatan

Telanaipura Kota Jambi :

1. Lokasi yang strategis mendukung dalam penjualan usaha.

2. Pelaku usaha yang memanfaatkan teknologi dengan baik bisa memberikan

keuntungan.

3. Memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen agar konsumen merasa

puas.

4. Selalu menjaga kualitas produk usaha dan memaksimalkan promosi pada era

digitalisasi saat ini.


68 
 

5. Melakukan inovasi terhadap produk usaha, sehingga produk usaha bisa

bersaing secara kompetitif.

6. Bagi pelaku usaha yang mengalami keterbatasan modal agar melakukan

peminjaman, guna menyelesaikan masalah keterbatasan modal.

7. Memaksimalkan aplikasi pembantu dalam meningkatkan penjualan produk

usaha.

8. Meningkatkan kualitas produk usaha, sehingga pembeli tidak

mempermasalahkan mahalnya produk usaha tersebut.

9. Menjaga cita rasa dari produk usaha tersebut, sehingga penjualab dapat

berjalan dengan stabil.

10. Meningkatkan pemahaman tentang teknologi, sehingga pelaku usaha bisa

bersaing dan meningkatkan Produktifitas dalam usahanya.

11. Mendaftarkan usaha kepada lembaga pemerintah setempat, sehingga

penggusuran bisa terhindari.

12. Pelaku Usaha harus meningkatkan pemahaman mengenai teknologi secara

mandiri, sehingga dengan mudahnya akses dari segi promosi dan penjualan

bisa dimanfaatkan dengan baik.


69 
 

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Faktor – faktor penghambat pada daya saing UMKM

Faktor-faktor penghambat pada daya saing yang dialami pelaku UMKM di

kecamatan telanaipura ialah rendahnya sumber daya manusia, kurangnya modal

yang dimiliki pelaku UMKM, kurangnya sarana prasarana yang disediakan oleh

pemerintah, faktor cuaca yang tidak menentu, kurangnya pelatihan yang diberikan

oleh pemerintah dalam melakukan usaha, tidak adanya link dalam peminjaman

modal, Harga jual yang terlalu tinggi, tidak mampu membaca keinginan dari

konsumen, kurangnya promosi yang dilakukan para pelaku UMKM, kurangnya

keseriusan dalam berdagang

2. Kesiapan para pelaku umkm kuliner dalam menghadapi revolusi industri

4.0

Kurangnya pemahaman dalam mengenai teknologi,tidak adanya sosialisasi

dari pemerintah mengenai teknologi, belum siap dalam menghadapi era

digitalisasi, faktor usia menjadi penyebab dalam kesiapan para pelaku UMKM

dalam menghadapi revolusi industri, enggan menerapkan teknologi dalam

berwirausaha,faktor modal menjadi tidak siap dalam menghadapi era digitalisasi

ini, rendahnya pendidikan para pelaku UMKM, kurangnya pelatihan yang

diberikan oleh pemerintah dalam menghadapi revolusi industri.


70 
 

Saran

Berdasarkan penelitian ini saran yang bisa diberikan oleh penitili adalah :

1. Kepada Pemerintah

Perlunya peran pemerintah dalam memperkenalkan revolusi industri

4.0 terhadap pelaku umkm sehingga para pelaku umkm lebih siap dalam

menghadapi revolusi industri 4.0. serta menstabilkan harga barang - barang

pokok sehingga para pelaku umkm terbantu akan murahnya harga barang

tersebut dan tidak menjadikan patokan para pelaku umkm untuk menaikkan

harga produk usahanya. Mengadakan pelatihan pelatihan mengenai digitalisasi

kepada para pelaku umkm. Memperkuat keamanan Cyber physical sistem

(menghubungkan teknologi dengan dunia nyata), agar tidak terjadinya

pelemahan sistem yang merugikan pelaku usaha maupun konsumen.

2. Kepada Pelaku UMKM

Pelaku umkm harus membuka diri terhadap perkembangan zaman,

khususnya terhadap era digitalisasi atau revolusi industri 4.0; pelaku umkm

harus menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi pada era digitalisasi atau

revolusi industri 4.0; pelaku umkm diharapkan bisa memanfaatkan teknologi

dalam tujuan berhasilnya penjualan.

3. Kepada Konsumen

Harus berhati – berhati dalam melakukan transaksi secara online agar

bisa menghindari penipuan yang sering terjadi pada transaksi jual beli online.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya. 2013.General Book Departement, Solo : PT.


Tiga Serangkai pustaka mandiri.

Ade Muhamad alimul basar 2015. Peranan Usaha kecil menengah (UKM)
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kecamatan
cibeureum kabupaten kuningan. IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Akbar Faisal, Tesis: “Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Pada


Bisnis Kuliner Studi Pada Beberapa Usaha Kuliner Skala Kecil Dan
Menengah Di Yogyakarta”, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,
2014), hlm 1.

Arief Rahmana . Peranan Teknologi Informasi dalam peningkatan daya


saing usaha kecil menengah (Yogyakarta, Juni 2009)

Badan Pusat Statistik Kota Jambi : Kecamatan Telanaipura Dalam angka


2018

BKSTI ub.ac.id /wp-content/upload/2017/10/keynote Speker Drajad


Irianto.pdf

Badan Pusat Statistik : Ukm Berdasarkan Kuantitas Tenaga Kerja

Dani Danuar Tri U, “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif Di kota Semarang”. (Semarang ,
2013)

Ekonomi Modernisasi Vol 3 no 3, Mohamad Nur Singgih . Strategi


penguatan usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai refleksi
pembelajaran krisis ekonomi indonesia (Oktober, 2007)

Hendra Suwardana “Revolusi Industri 4.0 berbasis Revoluisi Mental (Jurnal


Vol 1 No 2 “ Hal 102-110(2017).

Hario Tamtomo, S.Ei.,M.M , Nor Qomariyah, S.HI .“Strategi Pengembangan


Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Jambi”

Imam Gunawan : Metode Penelitian Kualitatif

Laporan Kinerja (Lkj) Kecamatan Telanaipura Kota jambi tahun 2018

Mattway B. Miles dan A. Michael Huberman. Quallitative data analysis.


London, Baverly Hills, 1984, Hal.18-21.
Linsia Portia Dam Lea Emilia Farida, “Prospek Dan Tantangan Bisnis
Kuliner (Kelompok Makanan Jadi) di Banjarmasin”, Issn 2541-6014,
(Kalimantan Selatan : Politeknik Negeri Banjarmasin, 2018)

Metode pengumpulan data penilitian kualitatif : materi kuliah


metodologi penelitian PPs UIN Maliki Malang.

Moeleong, J. 1995. Penelitian kualitatif. Bandung: Roksadaya.

Melissa Carmia Elias : Analisistrategi bersaing pada perusahaan biro


perjalanan di Malang” Volume 6, No. 2, (2018) 1-6 Program Manajemen
Bisnis, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Petra, Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya.

Muhammad Firdaus. : Dasar dan strategi pemasaran syariah (Jakarta:


Renaisan,2005), hal 23

Musamba Vol 3 No 2 oktober 2018, “Pengaruh Revolusi industri


pada kewirausahaan demi kemandirian ekonomi”.

Nina nurdiani, “Teknik sampling snowball dalam penelitian


lapangan” , ComTech Vol. 5 No. 2 Desember 2014 : 1110-1118, (Dki
Jakarta : universitas binus, 2014) ,hlm1112-1114

Nurul Fahmi : ”Lagak Budak Jambi”, media inspirasi 2013, Jelutung ,


Jambi, hlm. 11.

Prihatin Lumbanraja, Arlina Nurbaity Lubis, Sitti Raha Agoes Salim


”Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) Kerajinan
Menjahit dan Bordir di Kecamatan Medan Area Kota Medan”2017.

Permendiknas No 41 Tahun 2007 : Standar Proses

Rulyanti Susi Wardhani, Yulia Agustina ,“Analisi faktor-faktor yang


mempengaruhi daya saing Pada sentra industri makanan khas
bangka di kota pangkal pinang

Sepris Yonaldi 2018 .Kewirausahaan Menumbuhkembangkan umkm di era


digital,

Siti Laeliyah, Skripsi: “Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Kuliner


Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada Usaha Kang
Bagong Catering Semarang)”,(Semarang :Universitas Islam Negeri
Walisongo,2017), Hlm.3.
Steven Wijaya , “Identifikasi Tingkat Kesiapan Industri Makanan dan
Minuman dalam Revolusi Industri 4.0” (Universitas Katolik Widya
Mandala, Surabaya, 2019)

Sudaryanto Dkk, “ Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar


Bebas Asean” (2011)

Tim penyusun cerita rakyat jambi : “Tan Talanai Beserta dua buah cerita
rakyat daerah jambi lainnya” Proyek pengembangan media
kebudayaan departemen pendidikan kebudayaan jakarta, Hlm 1

Tedjo Tripomo dan Udan, Manajemen Strategi, Rekayasa Sains, Bandung,


2013,hlm118

UU Republik Indonesia No 20 tahun 2008 tentang UMKM

V. Wiratna Sujarweni : metodologi penelitian bisnis & ekonomi (2015)hal.10

https://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/pertumbuhan-industri-makanan-
akan-tetap-naik/32680, diakses pada 20 oktober 2019, pukul 17.05

Http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1562040307_Sandingan_Data_um
km2012-2017.pdf

https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis-/d-3848673/bicara-era-
digital-sri-mulyani-akan-ada-pergeseran-jenis-tenaga-kerja  .  (Diakses 
    26 februari 2019)

http://bappeda.jambikota.go.id/renstra-diskop-umkm di akses pada 7 Maret


2019

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penghambat (diakses jambi pada 17 oktober


2019)

Wikipedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Jambi (Diakses pada 4


Oktober 2019, pukul 09.34 WIB)

Wikipedia : Usaha Kecil dan Menengah, diakses pada 15 februari 2019

Wikipedia, “Analisis SWOT”, Diakses dari


https://id.m.wikipedia.org.//wiki/Analisi_SWOT pada tanggal 11
November 2019 pukul 19.43

World Forum Economic https://www.weforum.org/ , diakses pada 8 Maret 2019


Dokumentasi

Suasana Warung Sarapan Pagi

Bersama Penjual Roti Bakar Matmat

 
 

Suasana Warung Makan Pitaruah

Foto Bersama Pak Hartono S.E (Sekcam Telanaipura)


 

Foto bersama pegawai ibu megawati

Wawancara Bersama Bapak Hengki selaku pemilik warung pitaruah

 
 

Salah Satu wujud revolusi industri 4.0

 
 

Wawancara Bersama Penjual roti bakar matmat

 
 

Gambaran Pemanfaatan dari Revolusi Industri 4.0

Wawancara bersama pemilik warung sarapan pagi


LAMPIRAN

Wawancara

1. Apakah Anda Mengetahui Tentang Revolusi Industri 4.0 atau Era Digitalisasi ?

2. Bagaimana bentuk modal yang digunakan dalam usaha ini?

3. Bagaimana bentuk hambatan daya saing UMKM dibidang kuliner di Kecamatan

Telanaipura, Kota Jambi ?

4. Bagaiamana cara saudara/i untuk menghadapi hambatan dalam usaha anda ?

5. Apakah ada sosialisasi tentang revolusi industri 4.0. dari pemerintah. Jika ada,

Bagaimana bentuknya ?

6. Bagaimana kesiapan saudara/i sebagai pelaku usaha dalam menghadapi Era Digitalisasi

atau Revolusi industri 4.0 ini ?

7. Bagaimana tanggapan pelaku usaha dalam menghadapi persaingan secara sehat yang

terjadi diantara masing-masing pelaku usaha di era digitalisasi atau revolusi industri 4.0 ?

8. Apa yang menjadi penyebab pelaku usaha untuk tidak menggunakan teknologi dalam

kegiatan berusaha ?

9. Bagaimana dampak revolusi industri 4.0 yang dirasakan oleh pelaku usaha ?

10. Bagaimana bentuk saudara/i dalam memanfaatkan teknologi di era revolusi industri

dalam usaha anda ?


CURRICULUM VITAE

Nama : Fadhul

Tempat/ Tgl Lahir : Jambi, 16 Januari 1998

Email/ Surat : ffadhul01@gmail.com

No. Kontak/ HP : 0812 – 7438 – 6602

Alamat : Jl. Sentot Ali Basa, Kel. Payo Selincah

Kec. Paal Merah, RT. 19

Nama Ayah : H. A. Syukri Haulani

Nama Ibu : Rojiah Hasan

Riwayat Pendidikan

1. SD : SD-IT Al-Faqih

2. SMP : MTS As’ad

3. SMA : MAS As’ad

Pengalaman Organisasi

1. Anggota Bidang Informasi dan Komunikasi Pergerakan Mahasiswa Islam


Indonesia (PMII) Rayon Ekonomi bisnis islam UIN STS Jambi 2016-2017
2. Wakil Sekretaris Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Islam 2017-2018
3. Ketua Bidang Komunikasi Senat Mahasiswa UIN STS Jambi 2018-2019
4. Bidang Informasi dan Komunikasi Fornas Mebi Wilayah Sumatera 2018-2019

Anda mungkin juga menyukai