SKRIPSI
Oleh :
SYAMSUDIN
NIM: SHE. 130149
ض مِنْكُم
ٍ ن َترَا
ْعَ ن ِتجَارَ ًة
َ ن َتكُو
ْ َطلِ إِلَّا أ
ِ ن آمَنُوا ال تَأْكُلُوا أَمْوَاَل ُكمْ َبيْنَ ُكمْ بِالْبَا
َ يَا أ َُّيهَا الَّذِي
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesama dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku suka sama suka di antara kamu.”. (Q.S. An-Nisa’(4):29).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini bertujuan mengungkap tentang jual pinang berkulit menurut hukum
Islam (Studi di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur). Sebagai tujuan antaranya adalah untuk mengetahui
proses terjadinya praktik jual beli beli pinang berkulit yang dilakukan oleh
masyarakat di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur,dan untuk mengetahui perspektif hukum Islam dalam jual
beli pinang berkulit yang dilakukan oleh masyarakat Desa Siau Dalam Kecamatan
Muara Sabak Timur. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis ditemukan bahwa yang
mempengaruhi terjadinya praktik jual beli pinang berkulit di dalam karung adalah
karena petani ingin mempercepat pekerjaannya dan mudah mendaptkan uang
secepatnya, sedangkan pembeli mendapatkan harga yang lebih murah di
bandingkan dalam membeli keadaan yang sudah siap dikocek. Ketidak jelasan
tersebut dikarenakan pinang yang dijual tidak terlihat dengan jelas kuantitas dan
kualitasnya. Namun berdasarkan pengakuan dari petani dan pembeli dalam
praktik jual beli pinang berkulit didalam karung tidak menyebabkan kerugian baik
terhadap petani maupun pembeli. Sehingga praktik jual beli pinang berkulit
dikategorikan dalam jual beli yang sedikit gharar, dan ketentuannya dikembalikan
kepada adat dan kebiasaan, dan diperbolehkan menurut mazhab Imam Malik yang
terdapat sedikit gharar.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunianya
”. Shalawat serta salam kami haturkan kepada nabi Muhammad Saw, karena
berkat perjuangan beliau kita dapat merasakan indahnya hidup seperti saat ini.
dalam rangka memperoleh gelar (S1) ilmu Hukum Ekonomi Syar’iah fakultas
skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehubungan dengan keterbatasan yang
mungkin agar inti dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca di
kemudian hari.
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga penulis
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA., selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
ix
3. Bapak H. Hermanto, Lc, M. HI., Ph. D., selaku Wakil Dekan 1 bidang
4. Ibu DR. Rahmi Hidayati, S. Ag., M. HI., selaku Wakil Dekan II bidang
5. Ibu DR. Yuliatin, S. Ag., M. HI., selaku Pembantu Dekan III bidang
Saifuddin Jambi
7. Ibu Pidayan Sasnifa, SH., M. Sy., selaku sekertaris jurusan Hukum Ekonomi
Jambi, yang selama ini telah membantu segala urusan yang ada dijurusan dan
penyusunan skripsi.
Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yang selama ini telah
membantu segala urusan yang ada dijurusan dan banyak membantu penulis
10. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan dan karyawati
x
11. Semua pihak yang ikut serta membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis skripsi ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu
dan jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan data dan pengetahuan yang
dimiliki oleh penulis.. untuk itu penulis menghargai kritik dan saran yang
khususnya bagi penulis dan umumnya untuk mahasiswa dan seluruh yang
SYAMSUDIN
NIM: SHE 130149
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
MOTTO ........................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 62
B. Saran-saran ................................................................................. 62
C. Kata Penutup.............................................................................. 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
papan, dan lain sebagainya. Kebutuhan seperti ini tidak pernah putus dan tidak
akan berhenti selama manusia masih hidup. Manusia dituntut untuk mampu
dan berhubungan dengan orang lain guna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
memfasilitasi pertukaran barang dan jasa saat manusia belum menemukan uang.
Sejarah barter dapat ditelusuri kembali hingga tahun 6000 SM. Diyakini bahwa
yang lebih baik dari barter dikembangkan di Babilonia. Berbagai barang pernah
digunakan sebagai standar barter semisal tengkorak manusia. Item lain yang
memiliki ayam dan membutuhkan jagung, maka seseorang tersebut akan mencari
orang lain yang memiliki jagung untuk ditukar dengan ayam yang dimilikinya.
Kelemahan dari barter ini adalah terkadang sulit untuk mencari orang lain yang
bersedi
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Barter, diakses 10 Oktober 2018 pukul 21.12 WIB.
1
2
ditukarkan barang yang dimilikinya, harga atau nilai tukar yang sulit ditentukan,
sulit dibagi dalam satuan yang lebih kecil, dan sulit disimpan dalam jangka waktu
manusia mulai menggunakan daya pikirnya untuk menemukan cara yang lebih
efektif dalam pertukaran barang yang dibutuhkan. Pada akhirnya manusia berhasil
menciptakan uang sebagai alat pertukaran yang lebih efektif dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Pertukaran yang dilakukan antara satu pihak dengan pihak yang lain
Ridha yang dikutip oleh Abdul Rahman Ghazaly, dkk, muamalah adalah tukar
menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah
ditentukan.2 Dalam pengertian yang lain, kata muamalah yaitu peraturan yang
mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam hal tukar-menukar harta
Jual beli adalah salah satu bentuk interaksi bertukar manfaat. Jual beli
kebutuhan yang diinginkan. Orang yang memiliki suatu kebutuhan akan mencari
Dengan kata lain jual beli menjadi sarana pemenuhan kebutuhan yang didalamnya
2
Abdul Rahman Ghazaly, dkk.,Fiqh Muamalat, ed.1, cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm. 4.
3
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, ed. 1, cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2012),
hlm. 2.
3
sejumlah uang yang dimilikinya untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan, sedangkan orang yang menawarkan barang atau jasa tersebut akan
Dalam melakukan proses jual beli setiap manusia akan selalu berupaya
dikelola dan memperkirakan keuntungan yang akan didapat. Tidak jarang manusia
akan melakukan berbagai cara agar jual beli yang dilakukannya mendapatkan
Jual beli sebagai salah satu bentuk perikatan atau perjanjian ini pada umumnya
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya dari sisi serah terima
barang, dapat dilakukan dengan tunai, uang dibayar dimuka dan barang menyusul,
barang diterima di muka dan uang menyusul, serta barang dan uang tidak tunai.4
Keberagaman bentuk jual beli yang dibuat oleh manusia untuk memperoleh
keuntungan dan lebih dari itu juga untuk memudahkan dalam proses transaksi.
Transaksi atau aqd dalam fiqh al-muamalat adalah keterkaitan atau pertemuan
ijab dan Kabul yang berakibat timbulnya hukum. Ijab adalah penawaran yang
diajukan oleh salah satu pihak. Kabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan
mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama. Akad
merupakan tindakan hukum dua pihak, karena akad pertemuan ijab yang
4
Ibid., hlm. 109.
5
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-Syari’ah, ed. 1, cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 241.
4
tersebut agar tidak merugikan salah satu pihak atau merugikan kedua pihak yang
melakukan jual beli. Maka Islam sebagai agama yang sempurna (komprehensif)
yang mengatur aspek kehidupan manusia, baik akidah, ibadah, akhlak maupun
muamalah.6 Kegiatan jual beli di dalam hukum ilmu fikih termasuk ke dalam
wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya
berdasarkan pengertian fikih muamalah tersebut, dalam praktiknya jual beli harus
berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah agar jual beli tersebut
mendapat ridha Allah. Serta Islam sangat menekankan kepada umatnya agar
dalam setiap transaksi jual beli harus didasari oleh i’tikad yang baik dan
Agar tercipta jual beli yang menguntungkan dan tidak ada pihak yang
beberapa bentuk jual beli yang dilarang. Jual beli yang dilarang tersebut terbagi
atas dua, pertama jual beliyang dilarang dan hukumnya tidak sah (batal), yaitu jual
beli yang tidak memenuhi syarat dan rukun, dan kedua jual beli yang hukumnya
sah tetapi dilarang, yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan rukunnya,
6
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, hlm. 2.
5
tetapi ada beberapa faktor yang menghalangi kebolehan proses jual beli. Sesuai
ٍن تَرَاض
ْ َن تَكُونَ تِجَارَ ًة ع
ْ طلِ إِلَّا َأ
ِ ن آمَنُوا ال تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَا
َ يَا أَيُّهَا الَّذِي
مِنْكُم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesama dengan jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku suka sama suka di antara kamu.”.7
transaksi seperti jual beli yang dilakukan oleh umat manusia terhindari dari cara-
cara yang batil, karena Islam sangat menjaga hak-hak setiap orang dan
kemaslahatan umat agar pertukaran dapat berjalan dengan lancar dan teratur.
Salah satu dari kegiatan jual beli yang dilarang oleh hukum Islam adalah
jual beli gharar. Gharar adalah semua jual beli yang mengandung ketidak jelasan
atau keraguan tentang adanya komoditi yang menjadi objek akad, ketidak jelasan
akibat, dan bahaya yang mengancam antara untung dan rugi, pertaruhan atau
perjudian.8 Gharar ini terjadi bila mengubah sesuatu yang seharusnya bersifat
Seperti praktik jual beli pinang berkulit yang lakukan di Desa Siau Dalam
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Petani Pinang
menjual pinang yang telah di panen dalam keadaan yang sudah di dalam karung.
Adapun yang mendasari petani untuk menjual pinang berkulit adalah untuk
7
an-Nisa’ (4): 29.
8
Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis, cet. 1,
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 18.
9
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, hlm. 29.
6
hanya melihat dari sisi luarnya saja tanpa mengetahui isi dalam karung apakah
yang ada didalam karung tersebut berkualitas baik semuanya atau kurang baik.
Dalam jual beli pinang seperti yang di lakukan para petani pinang, bisa jadi
pembeli tersebut untung dan juga rugi sebab, berbeda dengan jual beli pinang
yang sudah di kocek oleh penjual sudah pasti pembeli mendapatkan keuntungan
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Praktik Jual
Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap praktik jual beli
adalah terdapat ketidak jelasan terhadap objek yang diperjual belikan. Pinang
berkulit tersebut tidak diketahui secara pasti baik kondisi maupun jumlah
masih sesuai dengan kaidah-kaidah hukum Islam, dalam hal ini khususnya fikih
muamalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktik jual beli pinang berkulit yang dilakukan oleh petani pinang
Jabung Timur?
7
2. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap praktik jual pinang berkulit yang
dilakukan oleh petani dan pembeli di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara
C. Batasan Masalah
permasalahan, maka dalam skripsi ini penulis hanya memfokuskan pada bentuk
praktik jual beli pinang berkulit yang dilakukan oleh petani dan pembeli di Desa
Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
1. Tujuan Penelitian:
a. Untuk mengetahui proses terjadinya praktik jual beli pinang berkulit yang
dilakukan oleh petani dan pembeli di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara
b. Untuk mengetahui perspektif hukum Islam terhadap praktik jual beli pinang
2. Manfaat Penelitian:
diperoleh di perkuliahan dengan fakta yang sesuai dengan kondisi yang ada
c. Secara akademis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S1) pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Universitas Islam
E. Kerangka Teori
Secara terminologi fikih jual beli disebut dengan al-ba’i yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal al-ba’i
dalam terminologi fikih terkadang dipakai untuk pengertian lawannya, yaitu lafal
a. Menurut Hanafiah pengertian jual beli (al-ba’i) secara definitif yaitu tukar-
menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang
b. Menurut Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, bahwa jual beli (al-ba’i) yaitu
tukar-menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik daan
kepemilikan.11
Pengertian praktik jual beli pinang berkulit di dalam penelitian ini adalah
jual beli pinang antara petani dan pembeli dimana pinang telah dipanen
dimasukkan kedalam karung tanpa takaran berat tertentu. Kondisi pinang yang
10
Ibid., hlm. 110.
11
Ibid.
9
pinang dari luar karung dan berdasarkan informasi yang diterima dari penjual
Pinang yang di telah di panen dari kebun langsung di jual oleh petani
kepada pembeli secara borongan dalam bentuk karungan yang dilakukan oleh
pembeli pinang. Adapun yang mendasari petani menjual pinang dalam karungan
mencungkilnya terlebih lagi jika dalam keadaan musim hujan dan lambat proses
jualnya.12
Informasi yang di peroleh dari pembeli mengenai kondisi pinang dari penjual
Berdasarkan cirri-ciri pada pinang tersebut, hampir dapat dipastikan kuantitas dan
kualitas hasil panen yang baik. Sehingga praktik jual beli pinang berkulit didalam
karung ini telah dilakukan berulang kali oleh petani dan pembeli.
a. Al-Qur’an
12
Wawancara dengan Kasang,Petani Pinang di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak
Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur 9 September 2018.
13
Observasi Tanda-tanda Buah Pinang Layak Panen, di Desa Siau Dalam Kecamatan
Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur 9 September 2018.
10
ض
ٍ ن َترَا
ْعَ ن ِتجَارَ ًة
َ ن تَكُو
ْ ل إِلَّا َأ
ِطِ ن آ َمنُوا ال َتأْكُلُوا َأمْوَالَكُمْ بَيْ َنكُمْ بِالْبَا
َ يَا أَيُّهَا الَّذِي
ِمنْكُم
pokok muamalah keharta bendaan yang adil dan diperbolehkan dalam al-Quran.
Adapun dasar yang dijadikan prinsip dalam muamalah keharta bendaan ada dua
hal, yaitu melarang memakan makanan yang batil dan saling merelakan.15
Berkaitan dengan larangan memakan makanan yang batil, hal ini berarti
mencari harta dengan jalan yang batil juga dilarang. Jual beli yang batil termasuk
jual beli yang tidak benar (ghayr shahih). Jual beli yang tidak benar adalah yang
b. As-Sunnah:
ُ ُض
للا ُال َع ُْن نَ هفعُ َع ُْن َع ْب هُد ه
َ للا ْب هُن َُع َُر َر ه ُف َأخ َ ََْبنَُ َم ه ك
ُ َ للا ْبنُ يوس َُح َّدثَنَا َع ْبدُ ه
ُ َّ ّل للاُ عَلَ ْي هُه َو َس َُّّل َنَ َى َع ُْن ب َ ْي ُع ه الث َّ َما هُر َح
ّت ي َ ْبد َُو َص ََل َُحا ُ َّ َع ْْن َما َأ َُّن َرس ْو َُل للاُ َص
َُ َنَ َى الْ َبائه َُع َوالْم ْب َتا
.ع
Artinya: “Dari Malik, dari Nafi’, dari Abdullah bin Umar RA bahwasanya
Rasulullah SAW melarang menjual buah-buahan hingga tampak
masak. Beliau melarang penjual dan pembeli.”.17
Larangan bagi penjual adalah untuk mencegahnya agar tidak memakan harta
saudaranya dengan cara yang batil. Sedangkan larangan bagi pembeli adalah
dan tidak membantu pembeli mengerjakan perbuatan yang batil. disamping itu,
setelah masak secara mutlak, baik tidak langsung dipetik maupun lagsung dipetik,
sebab hukum sesuatu setelah batasan suatu larangan berbeda dengan hukum
adanya batasan. Sementara dalam hal ini larangan tersebut dibatasi hingga buah
itu masak. Maksudnya pada saat itu buah telah terbebas dari hama sampai pembeli
merasa yakin akan dapat memetiknya. Berbeda dengan sebelum buah itu masak,
dilkakukan sebelum terjadi. Akan halnya sudah terjadi, maka kadang sesudah di
petik dan kadang sebelum bercahayanya buah- buahan dan atau sesudahnya. Dan
masing-masing dari kedua bentuk yang terakhir ini kadang berupa penjualan
bebas, atau dengan syarat tetap di pohon, atau dengan syarat dipotong.19
Sementara dalam praktik jual beli pinang berkulit masih pada penelitian ini,
18
Ibid., hlm. 341.
19
Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid, Cet.1, ( Semarang : Asy- Syifa’, 1990), hlm,
50.
12
berkeyakinan pinang yang ada didalam karung dalam kondisi baik. Keyakinan
c. Ijma’
Adapun dalil ijma’ adalah bahwa ulama sepakat tentang halalnya jual beli
dan haramnya riba berdasarkan dari ayat dan hadis.20 Para ulama sepakat
memperbolehkan jual beli, karena sebagian besar kebutuhan seseorang itu ada
pada kepemilikan orang lain, sementara orang itu tidak ingin memberikan
kepadanya dan adanya syariat jual beli merupakan sarana untuk mencapai apa
d. Qiyas
mempersamakan hukum sesuatu kasus yang tidak dinashkan dengan hukum kasus
berikut: usia buah 3 bulan,permukaan kulit buah pinang menguning , dan buah
20
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, hlm. 104.
21
Djazuli, Ilmu Fiqh: Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam, Cet. 5,
(Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 77.
13
menunjukkan tanda-tanda seperti perubahan warna dan sudah dapat untuk untuk
dipanen. Sedangkan pada buah pinang yang telah layak untuk dipanen
menunjukkan tanda-tanda seperti usia tanam serta perubahan fisik pada buah
pinang.
e. ‘Urf
Kata ‘urf berasal dari kata ‘arafa, ya’rifu ( )عرف يرفsering diartikan
menurut Badran sebagaimana yang dikutip Amir Syarifuddin adalah apa-apa yang
dibiasakan dan diikuti oleh orang banyak, baik dalam bentuk ucapan atau
Ditinjau dari segi obyeknya jual beli termasuk dalam ‘urf ‘amali, yaitu
kebiasaan manusia tentang sesuatu dalam bentuk perbuatan yang diadatkan atau
22
Shahih Bukhari, Jilid 12, No. 2196. Lihat Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah:
Shahih Bukhari, penerjemah Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), hlm. 338.
23
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, cet. 7, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 412.
14
dalam bentuk muamalah yang bersifat materi. Yang dimaksud dengan perbuatan
Kaidah ini mencakup berbagai aspek dalam syariat, baik muamalat, penunaian
hak, dan yang lain. Karena penentuan hukum suatu perkara dalam syariat
Adat kebiasaan (‘urf) dalam jual beli juga mempunyai peran yang sangat
penting sebagai salah satu dalil untuk menetapkan hukum syara’, kaidah hukum
Islam menyatakan adat istiadat (‘urf) yang digunakan sebagai hukum pelaksanaan
jual beli dapat dijadikan sumber hukum Islam bila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
24
Suhar AM, Metodologi Hukum Islam (Ushul Al-Fiqh), (Jambi: Salim Media Indonesia,
2015), hlm. 139.
25
“Qawa’id Fiqhiyah,” https://almanhaj.or.id/2508-kaidah-ke-9-urf-dan-kebiasaan-
dijadikan-pedoman-pada-setiap-hukum-dalam-syariat.html, akses 12 september 2018.
15
1) ‘Urf harus berlaku terus menerus (untuk semua peristiwa tanpa terkecuali)
peristiwa).
2) ‘Urf yang diajadikan sumber hukum bagi suatu tindakan tersebut yaitu yang
3) Tidak ada penegasan (nash) yang berlawanan dengan ‘urf. Pemakaian ‘urf
sebab syara’ harus dapat digunakan dengan ‘urf tersebut dapat tetap dipakai.
Ditinjau dari segi ketentuan hukumnya maka ‘urf terbagi menjadi dua, yaitu:
1) ‘Urf sahih adalah adat kebiasaan masyarakat yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan aturan-aturan hukum Islam. Dengan kata lain ‘urf yang
Praktik jual beli pinang berkulit di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara
Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur sudah menjadi suatu bentuk
kebiasaan. Praktik jual beli Pinang berkulit yang dilakukan petani dan pembeli
telah berlangsung sejak tahun 2011. Dalam prakteknya, baik petani maupun
26
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, Ed. 1, cet. 2, (Jakarta: Hamzah, 2011), hlm. 210-211.
16
ُ َ ََُا ْ َُل ُْصلُُ ه ُِْفُاُلْمُ َُعاَُم َهُلُُْا ُلُ َُب َُحةُُُا َُّلَُُأ ُْنُُي َدَُ َُّلُ َُدهُلُْي كُلُُع
َُْ ّل
َُتُهرُيَُْمهَا
ِ ِ
Artinya: “Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.27
Maksud dari kaidah ini adalah bahwa dalam setiap muamalah dan transaksi,
pada dasarnya boleh, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, kerja sama
Berdasarkan pengakuan dari petani dan pembeli, jual beli yang mereka lakukan
merasa terzalimi.
Perjanjian Jual beli merupakan akad dari sejumlah akad yang diatur oleh
agama. Jika dilihat dari kitab-kitab fikih akan ditemukan hukum yang terdapat
dalam perjanjian jual beli, yaitu mubah, wajib, sunat, makruh dan haram.29
27
A. Djazuli, Kaidah- Kaidah Fikih : Kaidah- Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah yang Praktis, Ed. 1, Cet.2, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2007), hlm. 130.
28
Hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer, Ed. 1, Cet.5, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hlm. 192.
29
Aiyub Ahmad, Fikih Lelang: Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif, (Jakarta:
Kiswah,2004), hlm. 13-16.
17
a. Mubah
Mubah adalah hukum asal dari perjanjian jual beli, hal ini sesuai dengan
Sesuai dengan ayat di atas, hukum jual beli pada dasarnya adalah boleh (mubah),
yang diharamkan dalam muamalah adalah apabila jual beli tersebut mengandung
unsur riba, karena riba itu bisa merugikan salah satu pihak dan dilarang oleh
agama.
b. Wajib
Hukum jual beli menjadi wajib apabila dalam keadaan terpaksa karena
melarat atau ketiadaan makanan sehingga jika barang tersebut tidak dijual dapat
Jual beli seperti ini biasanya terjadi ketika ada peperangan yang lama atau
30
Al-Baqarah (2): 275.
18
c. Sunah (mandub)
hukumnya sunah. Karena dalam Islam dianjurkan untuk berbuat baik kepada
Hukum sunah (mandub) ini hanya berlaku apabila jual beli tersebut
dilakukan dengan keluargnya sendiri atau sahabat terdekatnya, karena Islam lebih
kekerabatan yang baik. Akan tetapi, apabila salah satu keluarga atau sahabat tidak
d. Makruh
e. Haram
Hukum dalam bermuamalah itu dapat berubah menjadi haram apabila benda
yang menjadi objeknya itu adalah sesuatu yang memang telah diharamkan oleh
Suatu transaksi harus memenuhi rukun dan syarat yang harus ada dalam
setiap transaksi. Jika salah satu rukun tidak ada dalam transaksi yang dilakukan,
Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli ada empat, yaitu:
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang
Para ulama fikih sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu
1) Berakal.
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan Kabul itu sebagai
berikut:
31
Abdul Rahman Ghazaly, dkk.,Fiqh Muamalat… hlm. 71.
32
Ibid.,hlm. 71-77.
20
berikut:
2) Dapat dimanfaatkan secara syar’i walaupun pada masa yang akan datang.
pembayaran dengan cek dan kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar
(al-muqqyadhah) maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang
Selain itu, para ulama fiqh juga mengemukakan syarat-syarat lain, yaitu:
a. Syarat sah jual beli. Para ulama fiqh menyatakan bahwa suatu jual beli
1) Jual beli itu terhindar dari cacat, seperti kriteria barang yang diperjualbelikan
itu tidak diketahui, baik jenis, kualitas, maupun kuantitasnya, jumlah harga
21
tidak jelas, jual beli itu mengandung unsur paksaan, tipuan, mudarat, serta
2) Apabila barang yang diperjualbelikan itu benda bergerak, maka barang itu
boleh langsung dikuasai penjual. Adapun barang tidak bergerak boleh dikuasai
setempat.
b. Syarat yang terkait dengan jual beli. Jual beli baru boleh dilaksanakan apabila
c. Syarat yang terkait dengan kekuatan hukum akad jual beli. Para ulama fiqh
sepakat bahwa suatu jual beli baru bersifat mengikat apabila jual beli itu
terbebas dari segala macam khiyar (hak pilih untuk meneruskan atau
membatalkan jual beli). Apabila jual beli itu masih mempunyai hak khiyar,
maka jual beli itu belum mengikat dan masih boleh dibatalkan.
Jual beli yang dilarang terbagi dua: pertama, jual beli yang dilarang dan
hukumnya tidak sah (batal). Kedua , jaul beli yang hukumnya sah tetapi dilarang,
yaitu jual beli yang telah memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi ada beberapa
faktor yang menghalangi kebolehan proses jual beli. Bentuk-bentuk jual beli yang
Bentuk jual beli yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:
33
Abdul Rahman Ghazaly, dkk.,Fiqh Muamala. hlm. 80-86.
22
1) Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh diperjualbelikan.
Adapun bentuk jual beli yang dilarang karena barangnya yang tidak boleh
diperjualbelikan yaitu air susu ibu dan air mani (sperma) binatang.
2) Jual beli yang dilarang karena belum jelas (samar-samar) antara lain:
b) Jual beli barang yang belum tampak. Misalnya menjual ikan dikolam/laut, dan
6) Jual beli muhaqalah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di sawah atau
di ladang.
7) Jual beli mukhadharah, yaitu menjual buah-buahan yang masih hijau (belum
pantas dipanen).
10) Jual beli munabazah, yaitu menjual buah yang basah dengan buah yang
kering.
b. Jual beli terlarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-pihak terkait,
antara lain:
diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Gharar dari segi fikih berarti penipuan dan
a. Gharar dalam kuantitas. Gharar dalam kuantitas terjadi dalam kasus ijon,
dimana penjual menyertakan akan membeli buah yang belum tampak di pohon
b. Gharar dalam kualitas contohnya adalah seorang peternak yang menjual anak
sapi yang masih dalam kandungan induknya. Dalam kasus ini terjadi
bahwa anak sapi tersebut akan lahir dengan sehat tanpa cacat, dan dengan
34
M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general): konsep dan sistem operasional,
Cet. 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 46.
35
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, hlm. 29-30.
24
memberi pembiayaan murabahah rumah1 tahun dengan margin 20% atau dua
terjadi karena harga yang disepakati tidak jelas, apakah 20% atau 40%.
d. Gharar dalam waktu contohnya adalah seseoarang menjual barang yang hilang
dengan harga X dan disetujui oleh pembeli. Dalam kasus ini terjadi ketidak
tidak tahu kapankah barang yang hilang itu dapat ditemukan kembali.
Jual beli gharar yang dilarang adalah jual beli hashah (lemparan) dengan
cara apapun, sebab terjadi kesamaran dan ketidakjelasan harga atau benda yang
dijual, jual beli tipuan dan ketidakjelasan dalam jual beli, sebab hal itu
menyebabkan salah satu pihak tidak rela jika benar-benar terjadi.36 Selain itu jual
beli bibit yang terdapat dalam tulang rusuk binatang jantan, unta yang masih
dalam kandungan, burung yang terbang di udara, ikan yang berenang di air, dan
buah-buahan yang belum masak pada pohonnya juga merupakan jual beli gharar
yang dilarang. Dilarangnya jual beli seperti tersebut karena tidak dapat
36
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis ayat al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta:
Widya Cahaya, 2009), hlm. 22.
37
Yusuf Al-Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, Terj. Syed Ahmad Semait, Cet. 4,
(Singapura: Pustaka Islamiyah Pte Ltd, 2004), hlm. 414.
25
Menurut Imam An-Nawawi larangan jual beli gharar merupakan salah satu
asas jual beli. Dalam hal ini ada dua perkara yang dikecualikan dari larangan jual
beli gharar. Pertama, apa yang masuk dalam barang yang diperjualbelikan, karena
jika dipisahkan jual beli itu tidak sah. Kedua, apa yang sepertinya dapat ditolerir;
baik karena nilainya sangat rendah atau karena sulit dibedakan dan dipisahkan.
Contoh untuk bagian pertama adalah jual beli fondasi rumah serta hewan yang ada
air susunya dan hewan yang hamil. Sedangkan contoh bagian kedua adalah
pakaian yang bagian dalamnya dilapisi kain tipis, dan meminum dari timba.38
kebiasaan yang berlaku. Jual beli beli gharar yang ringan tidaklah dilarang
seperti menjual hasil tanaman (ubi-ubian) yang ada di dalam tanah, seperti ubi,
38
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah: Shahih Bukhari… hlm. 217.
26
sedikit gharar.39
F. Tinjauan Pustaka
Kajian dan pembahasan tentang jual beli menurut hukum Islam bukan
merupakan wacana yang baru tetapi telah diuraikan secara jelas dan rinci oleh
para fuqaha. Pembahasan tentang jual beli ini banyak terdapat dalam kitab klasik,
kitab fikih dan literatur Islam lainnya. Semua menjadi acuan dan inspirasi dalam
disimpulkan bahwa penelitian tentang jual beli dalam perspektif hukum Islam
sudah pernah dilakukan akan tetapi obyek kajian dan permasalahan yang berbeda.
Berdasarkan dari studi pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian
sebelumnya yang cukup relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu :
tahun 2013 dengan judul “ Tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual beli buah
jeruk karungan (Studi di Desa Bukit Subur Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten
39
Yusuf Al-Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, alih bahasa Syed Ahmad Semait,
Cet. 4, (Singapura: Pustaka Islamiyah Pte Ltd, 2004), hlm. 415-416.
27
Muaro Jambi). Proses pelaksanaan jual beli jeruk secara karungan di Desa Bukit
subur, yang pertama ketika buah jeruk siap dipanen petani langsung menjualnya
ke tengkulak, kedua, tengkulak hanya melihat keadaan buah jeruk dari luar saja
dan kemudian para pihak melakukan transaksi dan petani langsung mendapatkan
uang, ketiga disaat itu penjual/petani melakukan kecurangan dengan cara buah
yang bagus yang manis, matang sempurna di atas sedangkan buah yang kurang
bagus, yang masam, yang matangnya tidak sempurna ditaruh dibawah. Praktek
jual beli buah jeruk yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bukit Subur dengan
cara menipu dimana dengan cara buah jeruk yang bagus, yang manis ditaruh
diatas sedangkan buah jeruk yang tidak bagus dan masam ditaruh di bawah
menurut Hukum Islam adalah dilarang (haram) apalagi adanya unsur kesengajaan
untuk melakukan jaul beli yang menipu. Sikap seperti ini tidak dibolehkan karena
Kedua, Ali Mursidi mahasiswa IAIN STS Jambi tahun 2013 dalam
skripsinya yang berjudul “ Jual beli putik durian dalam perspektif hukum Islam
Provinsi Jambi). Proses jual beli putik durian atau buah durian yangbelum masak
yang datang dan melakukan pengecekan ke kebun warga yang terdapat pohon
jumlah putik atau buah yang baru jadi atau buah yang belum masak pada
40
Siti Marwiyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Jeruk Karungan
(Studi di Desa Bukit Subur Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi)”, Skripsi IAIN
STS Jambi, (2012), hlm. 59-60.
28
Islam tentang jual beli putik atau buah durian yang belum masak yang dilakukan
oleh masyarakat desa Mekarsari Kecamatan Kumpeh Hulu adalah Haram dalam
Ketiga, Nur Aripin mahasiswi IAIN STS Jambi tahun 2012 dengan judul
“ Jual Beli duku yang belum masak (majak) ditinjau dari hukum Islam (Studi
Kasus Di Desa Teluk Rendah Kecamatan Tebo Ilir). Proses jual beli buah duku
yang belum masak yang dilakukan di desa Teluk Rendah Kecamatan Tebo Ilir
adalah diawali dengan survei pembeli ke kebun atau warga yang memiliki
jumlah buah duku yang baru jadi atau buah yang belum masak di pohon, dan
menentukan harga dilanjutkan dengan transaksi jual beli. Pandangan hukum Islam
tentang jual beli duku yang belum masak yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Teluk Rendah Kecamatan Tebo Ilir adalah boleh hukumnya, karena jual bedengan
sistem ini sudah lama dilaksanakan dan tidak merugikan kedua belah pihak.42
41
Ali Mursidi, “ Jual Beli Putik Durian Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di
Desa Mekarsari Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi)”, Skripsi IAIN STS
Jambi, (2013), hlm. 56-57.
42
Nur Aripin, “Jual Beli Duku Yang Belum Masak (majak) Ditinjau Dari Hukum Islam
(Studi Kasus Di Desa Teluk Rendah Kecamatan Tebo Ilir)”, (2012), hlm. 59-60.
BAB II
METODE PENILITIAN
1. Tempat Penelitian
Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang membahas tentang Jual Beli
pengambilan data dari kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur
dan pembeli serta tokoh agama mengenai jual beli yang terdapat ketidak jelasan.
2. Waktu Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
tentang penelitian lapangan yaitu tentang Jual Beli Pinang Berkulit Menurut
Hukum Islam secara karungan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Siau Dalam
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Penelitian ini
akan meneliti permasalahan mengenai bagaimana praktik jual beli pinang berkulit
di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dan bagaimana perspektif hukum Islam dalam jual beli pinang berkulit
Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
29
30
penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara
1) Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data diproleh langsung dari sumber pertama.44 Data
primer disini adalah merupakan data pokok yang di peroleh melalui hasil hasil
wawancara dan observasi dilapangan. Data yang termasuk dalam penelitian ini
adalah data- data tentang praktik jual beli buah pinang berkulit didalam karung
yang ditinjau dari hukum Islam yang dilakuakan oleh masyarakat Desa Siau
b. Data Sekunder
selama proses penelitian yaitu berupa dokumentasi yang berkenaan dengan Desa
Siau Dalam dan kajian pustaka yang berkenaan dengan jual beli dalam Islam.
43
Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 25.
44
Ibid, hlm. 30.
45
Ibid
31
Sumber data adalah subjek dimana data dapat di peroleh. Adapun yang
menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah orang dan materi yang ada di
a) Kepala Desa
b) Pemuka agama
c) Tokoh Masyarakat
d) Warga Masyarakat
Untuk mendapatkan data yang betul- betul akurat dan lengkap, maka
1) Observasi
diteliti dalam hal ini panca indra manusia (penglihatan, dan pendengaran) di
perlakukan untuk menangkap gejala yang diamati. Apa yang di tangkap tadi di
mekanisme jual beli buah pinang berkulit karungan yang di lakukan masyarakat di
Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur. Observasi juga dilakukan
penelitian.
46
Rianto Adi. Metode Penelitian dan Hukum ( Jakarta : Granit . 2005), hlm .70.
32
2) Wawancara
Wawancara adalah situasi peran antara peribadi bertatap muka (face- to-
mendalam dan detail tentang, Bagaimana praktik jual beli pinang berkulit di Desa
Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur
dan Bagaimana perspektif hukum Islam dalam jual beli pinang berkulit di Desa
Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur .
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal- hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
berhubungan dengan jual beli dalam hukum Islam, yang penulis kumpulkan
dengan menggunakan kajian pustaka dan penelaah buku yang membahas tentang
muamalah, dan terutama tentang jual beli dalam hukum Islam yang sesuai degan
47
Amiruddin dan Zainal Asikin,Pengantar Metode Penelitian Hukum. Hlm. 72.
48
Ibid,hlm 75
33
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
unit,melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga muda di pahami oleh
1) Analisis Domain
menyeluruh tentang situasi sosial yang di teliti atau objek penelitian.50 Analisis ini
untuk menganalisis data yang di peroleh dari lapangan penelitian secara garis
besarnya yaitu mengenai Jual Beli Pinang Berkulit Menurut Hukum Islam (Studi
Kasus di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung
Jabung Timur).
2) Analisis Taksonomi
49
Sugiono, Metode Penelitian kombinasi ( Mixid Methods), ( Bandung : ALFABETA,
2012),hlm.333.
50
Ibid,hlm.347.
51
Ibid,hlm.353.
34
3) Analisis komponensial
Jual Beli Pinang Berkulit Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Siau
F. Sistematika Penulisan
Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis skripsi, baik yang
mencakup background, pemikiran tentang tema yang di bahas, dengan sub bab
kegunaan Penelitian perlu diungkap menjadi suatu sub bab tersendiri. Agar
pembahasan ini lebih terarah dan tidak adanya perluasan masalah maka penulis
perlu membatasi penelitian ini pada sub bab batasan Masalah serta agar mudah
untuk di pahami maka terdapat sub bab Kerangka Teori yang membahas
mengenai pengertian jual beli. Serta penulis dirasakan perlu melakukan Tinjauan
atau tulisan lampau mempunyai kaitan dengan topik yang diangkat dalam tulisan
52
Ibid,hlm.356.
35
ini. Tujuan dari penelusuran ini tidak lain adalah untuk melihat bahwa topic atau
pembahasan utama yang diangkat dalam tulisan saat ini belum pernah dilakukan
oleh penulis atau peneliti sebelumnya, yang demikian akan terhindar dari asumsi
teori penulisan diulas dalam Bab II Metode Penelitian. Bab ini lebih banyak
penelitian maka dalam penulisan perlu adanya tempat dan waktu penelitian yang
dibahas dalam sub bab tersendiri yaitu tempat dan waktu penelitian yang
menjelaskan mengenai kapan waktu penelitian dan terdapat beberapa sub bab
Bab tiga membahas mengenai detail Lokasi gambaran secara umum Desa
Siau Dalam.
Pembahasan di Bab IV :
yang ada dalam penelitian ini, yaitu mengenai Bagaimana praktek jual beli pinang
berkulit menurut hukum islam di dalam karungan yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Siau Dalam dan Perspektif hukum Islam dalam jual beli pinang berkulit di
36
didalam karungan di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten
Bab V adalah Penutup mengenai yang terdiri dari kesimpulan dan Saran-
Kesimpulan ditarik dari pembuktian atau dari uraian yang telah di tulis terdahulu
dan bertalian erat dengan pokok masalah. Kesimpulan bukan resume atau ikhtisar
dari apa yang ditulis terdahulu. Kesimpulan adalah jawaban masalah berdasarkan
data yang diperoleh kesimpulan bertujuan agar pembaca dapat melihat gambaran
seutuhnya dari penelitian berikutnya, segala bentuk opini dan pemikiran lebih
G. Jadwal Penelitian
Tabel 1
Jadwal Penelitian
Tahun 2016
No. Keterangan Mei Juni Agustus November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul x
2 Pembuatan x
proposal
3 Perbaikan x
proposal dan
seminar
x
Tahun 2018
Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4 Surat Riset x
5 Pengumpulan X x
Data
6 Pembuatan
Skripsi x x
Bimbingan dan
7 X
Perbaikan
Agenda dan
8 x
Ujian Skripsi
BAB III
Nama Desa Siau Dalam diambil dari nama sebuah sungai berukuran
sedang yang mengalir dari arah utara kea rah selatan (Sungai Siau), membelah
Desa ini menjadi dua bagian, yaitu bagian timur atau disebut oleh masyarakat
setempet parit tanjung dan bagian barat atau disebut oleh masyarakat setempat
Pemukiman penduduk desa pertama kali adalah para pendatang dari pulau
Sulawesi ( Suku Bugis) sekitar tahun seribu Sembilan ratus enam puluan, tepatnya
disekitar sungai dan beberapa saat kemudian di ikuti dengan kelompok keluarga
lain, baik yang langsung dari pulau Sulawesi maupun orang-orang bugis yang
telah berdomisili kuala dendang. Muara Sabak,Kuala Jambi dan lainnya, serta
petani yang memerlukan lokasi pasang surut, kemudian mereka mulai mengolah
lahan untuk tanaman pangan (padi) dan selanjutnya menanam kelapa yang
Perkembangan penduduk desa mengalami arus turun naik dari periode ke periode
seperti pada akhir tahun seribu sembilan ratus tujuh puluan dan awal seribu
Sembilan ratus delapan puluan jumlah penduduk datang cukup banyak tetapi,
mulai tahun seribu sembilan ratus sembilan puluan jumlah pendatang cukup
banyak, tetapi mulai tahun seribu Sembilan ratus Sembilan puluan jumlah
38
39
Penduduk yang meinggalkan desa sampai saat masih memiliki lahan dan tidak
diolah sehingga menjadi semak dan belukar terutama pada parit delapan daman
pada lokasi ini masih ditemukan bekas lahan persawahan yang sudah ditumbuhi
warga Siau) yang dikepalai oleh seseorang yang disebut dengan kepala kampong
atau lebih popular disebut dengan panggilan datuk. Setelah diberlakukan undang-
undang No.lima Tahun seribu Sembilan ratus tujuh puluh sembilan tentang
pemerintahan Desa, maka pada tahun seribu Sembilan ratus delapan puluh sebutan
kampong berubah menjadi Desa yang dikepalai oleh seseorang yang disebut
dengan Kepala Desa, namun sampai sekarang masih tetap popular dengan sebutan
Datuk. Sejak berdirinya Desa sampai sekarang telah tercatat lima orang pemimpin
Tabel 2
54
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
40
B. Aspek Geografis
Desa Siau Dalam terletak di pesisir pantai Timur Provinsi Jambi, secara
geografis desa ini berada pada muara sungai siau dengan koordinat geografis
Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Desa Siau
Dalam terdiri dari 24 RT dan 4 Dusun. Desa ini memiliki luas wilayah 4,800 ha
di tepi jalan aspal kalau dilihat dari pusat desa. Penduduk yang bermukim disini
penduduk di kawasan pemukiman ini membuka toko kebutuhan pokok dan toko
manisan.55
Tabel 3
Tabel 4
Jarak dan Waktu Tempuh Aksebilitas Desa Siau Dalam Kecamatan Muara
Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.57
55
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
56
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
57
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
42
Kepemilikan lahan di Desa Siau Dalam masih belum merata dalam artian
bahwa tidak semua masyarakat desa memiliki lahan yang cukup untuk usaha
pemilikan lahan yang cukup luas oleh beberapa orang di desa. Status kepemilikan
lahan di desa kebanyakan berdasarkan warisan keluarga dan sedikit sekali yang
merupakan hasil jual beli. Dari tahun ke tahun semakin menurunnya produksi
lahan pangan maka banyak yang mengalih fungsikan lahan untuk pengembangan
perkebunan rakyat.
C. Struktur Pemerintahan
organisasi desa dalam dalam pemerintahan dan susunan para aparat desa, untuk
lebih jelasnya tentang tugas pemerintahan Desa Siau Dalam , berikut ini
1. Kepala Desa berfungsi yaitu bertanggung jawab atas jalannya kegiatan roda
administrasi atau surat menyurat dan pengarsipan surat masuk atau surat
keluar.
perlengkapan kantor dan juga berfungsi merincikan semua kegiatan yang ada
5. Kasi Pemerintahan bertanggung jawab atas kegiatan yang ada dan melakukan
pembangunan Desa.
7. Kasi Kesra yaitu melakukan pembinaan terhadap mayarakat baik itu di bidang
Tabel 5
Struktur pemerintah Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdasarkan Jabatan59
NAMA JABATAN
58
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam , Kecamatan Muara Sabak Timur 2018
59
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam , Kecamatan Muara Sabak Timur 2018
44
jalannya roda pemerintahan desa dapat berjalan dengan baik, semoga melalui
struktur di atas dari masing-masing pihak dapat melaksanakan kegiatan dan tugas
D. Aspek Demografis
1. Kependudukan
Jumlah penduduk keseluruhan di Desa Siau Dalam adalah 2.177 jiwa (640
Tabel 6
2 Perempuan 1.123
Jumlah 2.177
tergolong penduduk yang berusia produktif. Indikasi ini tergambar dari rasio
penduduk usia 13-50 tahun merupakan usia yang terbanyak, dibandingkan dengan
60
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
45
Tabel 7
tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan, serta tingkat kecakapan juga
masyarakat.
Tabel 8
Pendidikan Umum
61
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
62
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
46
1 Taman Kanak-Kanak 47
5 Akademi D1-D3 10
6 Sarjana 25
Pendidikan Khusus
1 Pondok Pesantren 47
2 Pendidikan Keagamaan 36
Jumlah 1.603
kesehatan, pendidikan, ibadah dan kegiatan umum lainnya. Sarana dan prasarana
Tabel 9
1 Pemerintahan Desa
Kantor Desa 1
63
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
47
2 Kesehatan
Puskesdes 1
Posyandu 4
3 Pendidikan
Paud 2
Sd 2
Smp 1
4 Ibadah
Masjid 1
Mushollah 4
5 Prasarana Umum
Olahraga 4
Air Pompa 4
Wc Umum 2
Balai Pertemuan 1
Jumlah 27
E. Aspek Ekonomi
1. Keadaan Ekonomi
dikatakan masih tergolong labil atau tidak pasti. Kadang mengalami kenaikan
terkadang juga dapat mengalami penurunan, dikarnakan keadaan cuaca, harga dari
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Siau Dalam adalah petani dan
pekebun yang menunjukkan sebagai desa perkebunan. Lebih dari separuh (80%)
merupakan petani (kelapa dan kelapa sawit) dan sekitar 3% bekerja sebagai
48
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka sebagian dari warga Desa Siau
Dalam menanam pohon pinang untuk penghasilan tambahan, petani buah pinang
di Desa Siau Dalam berjumlah sekitar kurang lebih 60% orang petani buah
pinang.65
Data penelitian ini tidak dilakukan secara keseluruh kepada semua petani karna
desa dan 1 orang kasi pemerintahan 2 orang tokoh agama dan 2 orang ketua RT.
2. Pendapatan Perekonomi
Dalam masih tergolong labil atau tidak pasti dikarenakan faktor dari cuaca,harga
penghujan biasanya buah kelapa sawit banyak yang masak tetapi harga
penjualannya murah, tetapi jika musim kemarau atau panas buah kelapa sawit
jarang yang masak karena kurangnya kadar air tetapi harga jual buah kelapa sawit
mahal atau tinggi. Jika cuaca panas atau kemarau petani hanya dapat
64
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
65
Wawancara dengan Bapak Sarman, Selaku Kepala Desa Siau Dalam Kecamatan Muara
Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 30 Agustus 2018.
49
menghasilkan buah kelapa sawit kurang lebih 1-3 ton/bulan jika di Rp kan dengan
3.000.000/bulan dalam luas tanah 1 ha. Tetapi jika musim penghujan dan buah
kelapa sawit dalam keadaan normal maka petani bisa menghasilkan 2 kali lipat
dari musim kemarau yaitu kurang lebih 2-6 ton dan jika di Rp kan dengan
membedakan yaitu dalam segi panen karna didalam pengerjaannya buah kelapa di
panen dalam jangka waktu kurang lebih 3 bulan sekali masa panennya dilakukan
66
Dokumentasi Kantor Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Tahun 2018.
BAB IV
adalah perkebunan (kelapa dan kelapa Sawit) ,untuk menambah penghasilan guna
pohon pinang. Masyarakat Desa Siau Dalam menanam pohon pinang dengan
system tumpang sari maksudnya menjelang pohon kelapa dan kelapa sawit besar
Setelah tanaman pinang berbuah dan telah memasuki usia panen, petani
belikan dalam kondisi berkulit dan dimasukan ke dalam karung. Seperti yang
diungkapkan oleh bapak Ambo Janjang selaku Petani sebagai berikut: ’’Seperti
kebiasaan yang sudah lama saya dan petani pinang lainnya lakukan, kami menjual
pinang berkulit dalam karung dikarenakan agar lebih cepat memperoleh uangnya
Praktik jual beli pinang berkulit di Desa Siau Dalam sudah berlangsung cukup
lama yakni sejak tahun 2011. Dalam kurun waktu tersebut artinya jual beli pinang
berkulit ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh petani dan
pembeli.
67
Wawancara dengan Ambo Janjang ,Petani Desa Siau Dalam Kec.Muara Sabak Timur,
tanggal 25 Agustus 2018.
50
51
1. Dampak positif dan negatif dari praktik jual beli pinang berkulit di Desa Siau
Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Dalam praktik jual beli pinang berkulit ini menimbulkan dampak positif
dan negatif terhadapa petani maupun pembeli. Dampak tersebut dapat dilihat dari
memperoleh uang lebih cepat dan meringkas pekerjaan petani. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Manda sebagai berikut: “Saya akan lebih cepat
memperoleh uang. Dan pekerjaan saya menjadi lebih ringan. Karena saya tidak
karung , keuntungan petani adalah memperoleh uang lebih cepat. Apabila petani
mengolah pinang tersebut sendiri, maka proses penjualan pinang menjadi lebih
lama dikarnakan petani harus mengolah pinang dalam proses yang cukup lama.
Dalam praktik jual beli pinang berkulit, sebenarnya petani tidak mengalami
adanya kerugian, namun uang yang diperoleh dari hasil penjualan menjadi lebih
sedikit bila dibandingkan menjual dengan pinang yang telah diolah sendiri.
Biasanya dalam menjual pinang yang sudah di kocek dalam satu karung
dapat menghasilkan 15 kilogram, bila dijual secara takaran dengan harga Rp
14.000,-/kilogram uang yang dapat saya peroleh adalah Rp 210.000,-.
68
Wawancara dengan Manda ,Petani Pinang Desa Siau Dalam Kec.Muara Sabak Timur,
tgl 25 Agustus 2018.
52
Namun dengan bila menjual karungan masih uang yang saya peroleh
menjadi lebih sedikit, yaitu hanya Rp 120.000,-69
adalah harga yang lebih murah. Membeli dengan jenis pinang dalam keadaan
berkulit lebih murah di bandingkan dengan membeli pinang yang tidak berkulit
yang telah dikocek oleh penjual, pembeli membayar dengan harga yang lebih
murah. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ambo Endre sebagai berikut:
Pembelian pinang berkulit dalam karungan harga yang dibayar lebih murah.
Apabila membeli pinang dengan takaran akan lebih tinggi. Selisih harga
penjualan takaran dan karungan dapat mencapai kisaran Rp 75.000 hingga
Rp 100.000.- dalam 1 karungnya .70
praktik jual pinang berkulit adalah harga yang lebih murah. Apabila pembeli
berkeinginan untuk membeli 100 kilogram pinang, uang yang harus mereka bayar
adalah Rp 1.400.000,-. Sedangkan dalam praktek jual beli pinang berkulit dengan
membayar Rp 1.200.000, hasil panen pinang yang didapat oleh pembeli mencapai
Keuntungan yang lainnya dalam praktik jual beli pinang berkulit terhadap
memiliki cadangan pinang. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Darwis sebagai
berikut
69
. Wawancara dengan Ahmad ,Petani Pinang Desa Siau Dalam Kec.Muara Sabak Timur,
tgl 25 Agustus 2018
70
Wawancara dengan Ambo Endre, Pembeli Pinang Desa Siau Dalam Kec.Muara Sabak
Timur, tgl 29 Agustus 2018.
53
Pembeli pinang berkulit sengaja untuk menyimpan sebagai cadangan dan tidak
menjualnya terlebih dahulu dikarenakan ingin menjual dengan harga yang tinggi
dan mendapatkan keuntungan yang besar. Mereka akan menjual pinang tersebut
petani dan pembeli menyatakan tidak ada kerugian yang berarti dari praktik jual
beli pinang berkulit . Seperti yang diungkapkan oleh Usman sebagai berikut:
Setelah saya membuka dan melihat pinang yang didalam karung, saya
menemukan adanya beberapa pinang yang kurang bagus seperti
tumbuh,busuk dan tidak ada isinya, namun kondisi tersebut tidak sampai
membuat saya mengalami kerugian.72
Selain daripada itu, tidak ada kerugian yang dialami oleh pembeli dapat
dilihat dari tidak adanya keluhan pembeli terhadap pembeli. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Patik sebagai berikut:“Selama ini pembeli tidak pernah
mengeluh kepada saya tentang kondisi pinang yang mereka beli. Bahkan mereka
akan datang kembali untuk membeli kembali”. 73
Tidak adanya kerugian yang dialami petani dan pembeli dalam praktik jual
beli pinang berkulit, juga dapat dilihat dari tidak adanya perselisihan. Praktik jual
beli pinang berkulit di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur sudah berlagsung cukup lama. Dari praktik jual
71
Wawancara dengan Mude, Pembeli Pinang Desa Siau Dalam Kec.Muara Sabak Timur,
tgl 29 Agustus 2018.
72
Wawancara dengan Usman,Pembeli Pinang Desa Siau Dalam Kec.Muara Sabak Timur,
tgl 25 Agustus 2018.
73
Wawancara dengan Patik, Penjual Pinang Desa Siau Dalam Kec.Muara Sabak Timur, tgl
27 Agustus 2018.
54
beli tersebut tidak pernah terjadi perselisihan diantara petani dan pembeli.
Sebagaimana yang saya ketahui praktik jual beli beli pinang berkulit ini
sudah berlangsung cukup lama yaitu dimulai sekitar tahun 2011 dan tidak
pernah terjadi perselisihan diantara petani dan pembeli. Hal ini menurut
menyiratkan bahwa jual beli pinang berkulit ini dilakukan atas dasar suka
sama suka dan saling menguntungkan baik terhadap petani maupun
pembeli. Sehingga baik petani maupun pembeli tidak merasa dirugikan dan
tidak pernah saya dengar adanya perselisihan.74
adanya pinang yang kondisinya kurang bagus seperti tumbuh, busuk dan tidak ada
isi namun hal tersebut tidak menyebabkan pembeli mengalami kerugian. Selain
permusuhan di antara petani dan pembeli. Sementara praktek jual beli pinang
B. Praktik Jual Beli Pinang Berkulit di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara
Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Ditinjau dari
Perspektif Hukum Islam
Di dalam praktiknya, pinang yang merupakan objek jual beli masih berada
di dalam karung. Petani menjual pinangnya yang telah dipanen dari kebun. Cara
penjualan dilakukan dengan karungan . Pinang yang dijual oleh petani tidak
ditakar, namun masih tetap berada di dalam karung. Pinang yang diperjual belikan
74
Wawancara dengan Hamsah,Selaku Ketua Rukun Tetangga Desa Siau Dalam Kec.Muara
Sabak Timur, tgl 30 Agustus 2018.
55
Petani berasumsi dengan melakukan praktek jual beli pinang berkulit akan
berdasarkan pengalaman mereka dalam jual beli seperti ini. Pada mulanya
pembeli menanyakan kepada petani tentang pinang yang ada didalam karung
memuaskan dan tidak merasa dirugikan. Berangkat dari hal ini, maka pembeli
Berdasarkan keterangan diatas, praktik jual beli pinang berkulit di Desa Siau
dilakukan atas dasar suka sama suka. Adanya unsur suka sama suka dalam prak
tek jual beli tersebut adalah baik petani maupun pembeli sama-sama memiliki
ٍن تَرَاض
ْ َن تَكُونَ تِجَارَ ًة ع
ْ طلِ إِلَّا َأ
ِ ن آمَنُوا ال تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَا
َ يَا أَيُّهَا الَّذِي
مِنْكُم
75
an-Nisa’ (4): 29.
56
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas
dasar suka sama suka atau kerelaan antara masing-masing pihak, tidak
tanda-tanda layak panen. Tanda-tanda tersebut seperti kulit buah sudah mulai
menguning dan buah mulai rontok. Serta tanda-tanda ini menjadi asumsi bagi
terhadap pembeli, penulis mendapati bahwa hasil panen dari tanaman pinang
tidak pernah mengalami kerugian. Hal ini menunjukkan praktek jual beli pinang
berkulit yang telah berlangsung cukup lama ini menyiratkan tidak termasuk dalam
kategori jual beli yang batil. Maka kebiasaan praktek jual beli ubi pinang berkulit
ini termasuk dalam ‘urf atau adat yang shahih, yaitu adat yang berulang-ulang,
diterima orang banyak, tidak bertentangan dengan agama, sopan santun, dan
pandangannya tentang praktek jual beli ubi kayu masih dalam tanah sebagai
berikut:
Menurut pandangan saya terhadap praktik jual beli pinang berkulit ini
telah memenuhi rukun dan syarat. Hanya saja objek jual beli yaitu pinang
yang masih ada di dalam karung ini dikarenakan pejual mempercepat
76
Hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalah Kontemporer, hlm. 216.
77
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, hlm. 416.
57
Berdasarkan pernyataan tersebut praktek jual beli pinang berkulit ini telah
memenuhi dari rukun dan syarat. Akan tetapi, pinang tidak terlihat secara
pinang tersebut.
didalam karung terdapatnya adanya unsur gharar. Unsur gharar tersebut adalah
ketidak jelasan kuantitas dan kualitas pinang. Kondisi pinang yang berada didalam
dia beli dalam kuantitas yang diharapkan dan kualitas yang baik. Kemungkinan
kedua adalah pembeli mengalami kerugian, disebabkan pinang yanag dibeli dalam
Dalam konteks jual beli gharar terbagi atas tiga hukum, pertama yaitu
disepakati larangannya dalam jual beli seperti jual beli yang belum ada wujudnya
(ma’dum). Kedua yaitu disepakati kebolehannya seperti jual beli rumah dengan
pondasinya padahal jenis dan ukuran serta hakikat sebenarnya tidak diketahui. Hal
ini dibolehkan karena kebutuhan dan karena merupakan satu kesatuan, tidak
78
Wawancara dengan Bapak Asbullah, Salah Seorang Tokoh Agama Desa Siau Dalam.
Kecamatan Muara Sabak Timu.Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2 Oktober 2018.
58
mungkin lepas darinya. Ketiga yaitu gharar yang diperselisihkan, diikutkan pada
Melihat dari fakta yang penulis temukan di lapangan dan berdasarkan hasil
observasi penulis serta berdasarkan pengkuan dari pembeli dan petani, tidak ada
pihak yang merasa dirugikan. Dalam observasi yang penulis lakukan, hasil panen
pinang pada kenyataannya menunjukkan hasil yang baik (kuantitas dan kualitas).
Pembeli sendiri mengakui tidak ada kerugian yang berarti yang mereka dapat
dalam praktek jual beli pinang berkulit. Serta pengakuan dari pihak lain diluar
petani dan pembeli yaitu Ketua Rukun Tetangga di lingkungan sekitar kebun
Berdasarkan keterangan di atas maka praktik jual beli pinang berkulit tidak
termasuk ke dalam gharar yang besar, yaitu gharar yang dapat menyebabkan
manusia secara batil.80 Seperti menjual anak lembu yang masih dalam perut
induknya dan burung yang terbang di udara. Karena tidak dapat dipastikan
sempurnakah janin yang dilahirkan dan dapatkah ditangkap burung yang terbang
di udara itu.81
79
Abu Asma Kholid Syamhudi, “ Jual Beli Gharar”, https://almanhaj.or.id/2649-jual-beli-
gharar.html, akses 10 November 2016.
80
Yusuf Al-Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, hlm. 415.
81
M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general), hlm. 47.
59
Menurut Imam Nawawi pelarangan jual beli dianggap sebagai salah satu
jual beli dikecualikan dua hal. Pertama barang yang termasuk dalam bilangan
yang terjual, dimana sekiranya dipisahkan jual beli menjadi sah, seperti jual beli
pondasi bangunan mengikuti bangunan dan susu yang ada di mammae mengikuti
kekamar mandi sewaan, dengan segala perbedaan dalam masa/zaman dan kadar
air yang digunakan, dan seperti minum air tak jelas jumlahnya dan baju jubbah
Jual beli yang terdapat sedikit gharar, ketentuannya kembali kepada adat
dan kebiasaan. Di dalam bukunya yang berjudul “Halal dan Haram Dalam
Islam”, Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa tidak diharamkan jual beli yang
terdapat sedikit gharar seperti menjual hasil (ubi-ubian) yang di dalam tanah,
seperti ubi, keladi, lobak, bawang dan yang sejenisnya, yaitu menurut mazhab
Imam Malik yang membenarkan jual beli segala keperluan sehari-hari dan barang-
diperbolehkan melakukan jual-beli perihal ini dan semua yang dibutuhkan, atau
82
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, Cet. 1, ( Kuala Lumpur : Pustaka Al-Azhar,1987), hlm 74-75.
83
Yusuf Al-Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, hlm. 415-416.
60
dikutip oleh Ahmad Sabiq bahwa jual beli tanaman masih dalam tanah diperboleh
1.Jual beli tersebut tidak termasuk dalam jual beli gharar yang fahisy (berat dan
mengetahui isi dan kadar tanaman tersebut meskipun belum dicabut. Misalkan
dengan melihat batang dan daunnya maka bisa diprediksikan apakah biji-bijian
tersebut bagus ataukah tidak, juga dengan mencabut satu atau dua tanaman akan
bisa diprediksikan berapa jumlah yang akan dihasilkan dalam kebun atau ladang
tersebut.
2.Jual beli tersebut dibutuhkan manusia, terutama yang mempunyai lahan luas,
Sebab itu, kalau diharamkan maka itu akan sangat memberatkan, padahal Allah
tentang kondisi pinangnya yang ada didalam karung. Namun setelah terjadinya
84
https://almanhaj.or.id/2649-jual-beli-gharar.html, akses 10 November 2016.
85
https://imnasution.files.wordpress/2014/04/gharar-dalam-transaksi-komersial.pdf, akses
10 Oktober 2018.
61
transaksi jual beli berulang kali, pembeli merasakan hasil yang memuaskan dan
tidak bertanya lagi kepada petani tentang kondisi pinang. Hal ini dikarenakan
Kedua adalah pinang yang dijual oleh petani telah memasuki usia masa
panen. Pada buah pinang menunjukkan tanda-tanda layak untuk dipanen pada
dilakukan pembeli. Pinang yang dipanen terlihat memiliki kualitas dan kuantitas
yang baik.
Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung
diperbolehkan. Praktik jual beli pinang berkulit dilakukan atas dasar suka sama
suka dan dilaksanakan karena adanya kebutuhan baik petani maupun pembeli.
Praktik jual beli ini telah dilakukan berulang kali yaitu sejak tahun 2011 hingga
jual beli ini tidak menimbulkan perselisihan diantara petani dan pembeli. Praktik
jual beli pinang berkulit ini dapat digolongkan dalam jual beli gharar yang ringan,
yaitu hasil panen pinang dapat diprediksi berdasarkan usia, tanda-tanda layak
panen, dan telah dilakukan berulang kali sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Praktik jual beli pinang berkulit didalam karung juga tidak menyebabkan
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Praktek jual beli pinang berkulit di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara
Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan praktik jual beli
pinang yang telah dipanen dari kebun tanpa ditakar terlebih dahulu atau masih
berada di dalam karung. Praktek jual beli pinang berkulit masih telah
berlangsung cukup lama dan telah menjadi kebiasaan yang dilakukan. Dalam
jual beli pinang berkulit di Desa Siau Dalam Kecamatan Muara Sabak Timur
rukun dan syarat jual beli, serta termasuk dalam kategori ‘urf atau adat
B. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kesepakatan dalam jual beli pinang berkulit harus jelas, dan lebih baik bila
62
63
penelitian lapangan.
C. Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Aiyub Ahmad, Fikih Lelang: Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif, Jakarta:
Kiswah,2004.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.
A.Djazuli, Kaidah – Kaidah Fikih, ed. ke-1, cet. ke-2, Jakarta : Fajar Interpratama
Offset, 2007.
Hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer, ed. ke-1, cet. ke-1, Jakarta:
Rajawali Pers, 2014.
M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general): Konsep dan Sistem
Operasional, Cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh, alih bahasa Saefullah dkk, cet. 11, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2008.
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, cet.ke-1, Kuala Lumpur : Pustaka Al-Azhar, 2001.
65
Suhar AM, Metodologi Hukum Islam (Ushul Al-Fiqh), Jambi: Salim Media
Indonesia, 2015
Yusuf Al-Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, alih bahasa Syed Ahmad
Semait, Cet. 4, Singapura: Pustaka Islamiyah Pte Ltd, 2004.
Lain-lain :
https://imnasution. files. wordpress/2014/04/gharar-dalam-transaksikomersial.pdf
https://almanhaj.or.id/2649-jual-beli-gharar.html.
https://id.wikipedia.org/wiki/Barter.
https://almanhaj.or.id/2508-kaidah-ke-9-urf-dan-kebiasaan-dijadikan-pedoman-
pada-setiap-hukum-dalam-syariat.html
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Syamsudin
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir : Sulawesi, 23 November 1993
NIM : SHE. 130149
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Golongan Darah : B
Alamat : RT 24 RW 004 Parit 07 Desa Siau Dalam
No. Hp : 085383858574
Nama Ayah : Alimuddin
Nama Ibu : Indo Tang
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD, tahun lulus : SD Negeri 101 Lambur 1 (2007).
b. MTS, tahun lulus : MTS Nurul Hidayah Lambur 1 ( 2010)
c. SMA, tahun lulus : SMA Negeri 02 Tanjab Timur ( 2013)