Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN SKRIPSI

PENDETEKSIAN HERDING BEHAVIOR PADA SAHAM LIQUID 45 (LQ45)


PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2009-2014
Disusun Oleh :
Vania Nadia Yudita
Email : vanianadia09@yahoo.com
2
Prof. Dr. Sukmawati Sakamulja
Email : s.sukmawati@yahoo.com
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jalan Babarsari No. 43-44 Yogyakarta
1.

Abstrak
Penulis melakukan penelitian mengenai indikasi herding behavior pada saham
Liquid 45 (LQ45) di Indonesia. Herding behavior adalah salah satu pendekatan yang
digunakan untuk mengetahui perilaku investor. Herding behavior pada umumnya
dipengaruhi faktor psikologis yang menuntun investor melakukan tindakan kurang
logis terutama saat menghadapi krisis di pasar modal. Penelitian menggunakan
sampel perusahaan LQ45 periode tahun 2009-2014. Melakukan penghitungan return
harian masing-masing saham LQ45, dan IHSG. Pendeteksian herding behavior
menggunakan metode Cross Sectional Absolute Deviation (CSAD) yang
dikemukakan oleh Chang, Cheng, dan Khorana (1999). Dari hasil penelitian tidak
ditemukan adanya herding behavior, baik kondisi normal , pasar naik , dan pasar
turun. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chang, Cheng, dan
Khorana yang menemukan herding behavior pada pasar modal Taiwan dan Korea.
Kata Kunci : Herding behavior, LQ45, Return Harian, IHSG, Saham LQ45
I. Latar Belakang
Pasar Modal merupakan salah satu tempat investasi bagi para investor dan
investasi yang dilakukan akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Terjadinya krisis pada tahun 2008 membuat banyak investor asing yang
menanamkan modal di negara emerging market, hal ini dikarenakan negara emerging
market memiliki kondisi perekonomian yang masih stabil, dan Indonesia merupakan
salah satu negara pilihan investor untuk melakukan penanaman modal. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat, dan
pertumbuhan perekonomian Indonesia menarik investor untuk melakukan penanaman
modal di Indonesia.
Dalam Pasar modal terdapat dua jenis investor berdasarkan orientasi investasinya,
yaitu investor dengan orientasi jangka panjang dan investor dengan orientasi jangka
pendek. Pada umumnya investor yang berorientasi jangka panjang tidak begitu
terpengaruh dengan adanya isu pasar, karena investor telah melakukan analisis
fundamental perusahaan yang dipilih untuk melakukan investasi, sehingga sekalipun
pasar modal goyah dan harga saham menurun, investor percaya bahwa dengan
fundamental yang baik akan membantu harga saham tersebut naik kembali di waktu yang
akan datang. Pandangan ini berbeda dengan investor yang berorientasi pada jangka
pendek. Investor yang berorientasi jangka pendek cenderung mengikuti trend pasar, saat
harga saham menurun investor memutuskan untuk membeli, dan pada saat harga saham

tinggi investor memutuskan untuk menjual saham tersebut. Seringkali investor bertindak
secara tidak rasional, terutama saat menghadapi krisis. Saat terjadi krisis, kondisi pasar
modal suatu negara akan goyah, hal ini terlihat dari indeks pasar yang menurun diikuti
dengan harga saham yang menurun. Melihat seorang investor menjual saham dikarenakan
kepanikan akibat krisis, maka investor lain akan langsung mengikuti langkah investor
tersebut untuk menjual sahamnya, tindakan penjualan ini disebut sebagai herding
behavior.
Herding Behavior adalah kecenderungan perilaku investor untuk mengikuti
konsensus pasar dan mengikuti perilaku invenstor lain tanpa melakukan analisis
fundamental ekonominya, sehingga saat terjadi krisis yang diikuti oleh penurunan harga
saham, investor akan mengambil tindakan untuk menjual saham. Herding behavior
seringkali dilatarbelakangi oleh faktor emosional investor sehingga investor bertindak
secara tidak rasional dalam proses pengambilan keputusan. Perilaku Herding umumnya
terbagi menjadi dua, yaitu rasional dan tidak rasional. Perilaku Herding dianggap rasional
saat investor menangkap sinyal yang sama dan membuat keputusan yang sama karena
tindakan untuk memaksimalkan keuntungan. Sebagai contoh saat pemerintah Indonesia
menaikkan kebijakan tingkat BI Rate, otomatis tingkat bunga deposito akan meningkat
sehingga para investor memilih untuk menaruh uang di bank (Farisa Noviyanti, 2013).
Perilaku Herding yang bersifat tidak rasional terjadi saat investor mengambil sebuah
keputusan karena panik dan emosi melihat investor lain menjual saham sehingga investor
tersebut ikut melakukan penjualan saham. Hal ini menyebabkan pasar modal menjadi
tidak stabil dikarenakan penarikan uang keluar dari pasar saat kondisi pasar tidak terlalu
buruk.
Dalam mengambil keputusan investasi pada sebuah pasar modal, baik investor
asing maupun investor lokal akan memilih saham yang memiliki kondisi yang likuid, dan
nantinya dapat memberikan return yang sesuai dengan harapan investor. Saham yang
dipilih biasanya adalah saham yang memiliki fundamental yang baik, likuid, dan mudah
diperdagangkan, sehingga dapat meminimalkan resiko kerugian yang akan dihadapi oleh
investor. Dalam pasar modal Indonesia saham yang termasuk dalam kategori likuid
adalah saham perusahaan yang terdaftar di dalam Liquid 45 (LQ45) yang diseleksi oleh
Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan yang terdaftar dalam Liquid 45 (LQ45), adalah 45 perusahaan dengan
saham terbaik yang menjadi incaran para investor. Perusahaan yang terdaftar di dalam
Liquid 45 melalui beberapa kriteria pemilihan yang ditentukan oleh Bursa Efek
Indonesia. Kriteria pemilihan tersebut meliputi fundamental perusahaan, dan nilai
kapitalisasi pasar. Dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang baik dan jumlah
investor yang meningkat, penulis ingin melihat ada atau tidaknya perilaku herding di
Indonesia dengan melakukan pendeteksian herding behavior pada saham yang terdaftar
dalam liquid 45 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan dengan meneliti herding
behavior pada saham LQ45 selama 5 tahun dari tahun 2009 sampai 2014. Herding
Behavior mungkin terjadi di Pasar Modal Indonesia dikarenakan Indonesia adalah negara
emerging market. Investor domestik cenderung tidak melakukan analisis fundamental
dan lebih mengikuti sentimen pasar. Tindakan investasi investor domestik cenderung
mengikuti investor asing, yaitu mengikuti konsensus pasar. Alasan pemilihan sampel
menggunakan saham LQ45 karena saham LQ45 adalah saham perusahaan yang memiliki
kondisi likuid yang baik, nilai kapitalisasi pasar yang besar, serta mudah diperdagangkan
karena banyak yang meminati saham tersebut.

II. Rumusan Masalah


Menurut Morgan Stanley (2006, dalam Rudy Chandra, 2010) Indonesia adalah
salah satu negara emerging market yang menarik bagi para investor untuk menanamkan
modal. Investor meminimalkan resiko dengan memilih saham terbaik dalam sebuah
pasar modal, salah satunya adalah saham perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45. Oleh
karena latar belakang permasalahan di atas maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
Apakah Terdapat Indikasi Herding Behavior Pada Saham LQ45 di Bursa Efek
Indonesia Pada Tahun 2009-2014 ?
III. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemungkinan terdapat
indikasi herding behavior pada saham Liquid 45 (LQ45) Pada Tahun 2009-2014
IV. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
Herding behavior dipengaruhi oleh faktor psikologis yang menuntun investor
untuk melakukan tindakan yang kurang logis terutama pada saat terjadi krisis di pasar
modal. Herding behavior adalah sekelompok grup investor yang mengikuti arahan
yang sama (Nofsinger dan Sias,1999). Terjadinya herding behavior adalah saat
investor yang memiliki sedikit informasi mengenai fundamental perusahaan di pasar
modal dapat mempengaruhi investor yang memiliki pengetahuan lebih baik mengenai
pasar modal tersebut untuk mengikuti arahan konsensus pasar.
Chang, Cheng, dan Khroana (1999) mengatakan bahwa perilaku herding dapat
dilakukan oleh investor atau manajer keuangan baik dengan motif rasional maupun
irasional. Manajer keuangan melakukan herding dengan alasan rasional saat manajer
meniru aksi dari manager lain dengan tujuan menjaga reputasi manajerial di pasar
(Scharfstein dan Stein,1990).
Herding behavior memiliki hubungan dengan teori efisiensi pasar (Efficient
Market Hypothesis). Teori efisiensi pasar menunjuk bahwa semua investor bersifat
rasional dan mendapatkan informasi yang sama, lalu investor akan membuat
ekspektasi harga saham yang sama lalu membuat harga saham lebih efisien, artinya
harga saham mencerminkan informasi yang tersedia di pasar dan nilai sekuritas yang
sesungguhnya (Fama, 1970). Investor akan mendapatkan harga saham dengan
melakukan observasi dan mengikuti tindakan investor lain karena tidak semua
partisipan di pasar mendapatkan informasi yang lengkap (Lao dan Singh, 2011).
IV.I Metode Chang, Cheng, dan Khrona (1999)
Metode Chang, Cheng, dan Khrona (1999) menggambarkan hubungan antara CrossSectional Absolute Standart Deviation (CSAD) dan imbal balik pasar. Pada kondisi
ekstrem, jika investor mengikuti konsesus pasar dan mengabaikan pendapat pribadi,
maka hubungan linear meningkat antara penyebaran dan imbal balik pasar tidak berlaku
lagi, melainkan hubungannya dapat berupa peningkatan non-linear atau penurunan.
Dalam metode ini tahap pertama yang harus dilakukan adalah dengan menghitung
tingkat sensitivitas imbal hasil saham ke-i terhadap imbal hasil portofolio pasar
berdasarkan persamaan (Chang et al., 1999) :
3

|Et (Rm 0)

AVD i,t = |

Keterangan :
AVD i,t = ekspektasi imbal balik saham i terhadap imbal balik pasar pada
periode t.
= tingkat sensitivitas imbal hasil saham perusahaan ke-i terhadap imbal hasil
pasar.
= tingkat sensitivitas untuk portofolio pasar
Setelah menghitung AVD i,t, didapatkan persamaan Expected CSAD (ECSAD)
dengan model berikut (Chang et al., 1999) :

ECSADt =

Dapat diperlihatkan bahwa hubungan yang linear dan terus meningkat antara tingkat
penyebaran dengan nilai yang diharapkan dari imbal hasil portofolio pasar seperti :
=

|>0

|=0

dan,

sehingga, dapat disimpulkan nilai aktual dari CSADt dapat dihitung dengan
persamaan (Chang et al., 1999):
CSADt =

(1)

Keterangan :
R i,t = imbal balik saham individual pada periode t
R m,t = imbal balik pasar pada periode t
N
= jumlah perusahaan dalam sampel
Dalam mencari hubungan non-linear digunakan persamaan sebagai berikut :
CSAD t =

(2)

Keterangan :
= variabel intersect
= koefisien liner antara CSAD dan imbal balik portofolio pasar
= koefisien non-linear antara CSAD dan imbal balik portofolio pasar
= imbal balik portofolio pasar pada periode t
m,t
t
= standart error
Nilai absolut m,t diperlukan untuk membandingkan koefisien linear. Jika
relatif pada periode pergerakan harga besar investor melakukan herding atas dasar
rata-rata konsensus pasar, maka hubungan non-linear antara CSAD dan rata-rata
4

imbal balik pasar dapat terbentuk. Hal ini dapat dilihat dari koefisien
dan signifikan secara statistik (Chang et al., 1999).

yang negatif

IV.II Pengembangan Hipotesis


Dalam penelitian yang dilakukan Prosad, Sujata Kapoor, dan Jhumur
Sengupta (2012) dan Adi Vithara Purba dan Ida Ayu Agung Faradynawati (2012),
tidak ditemukan adanya indikasi herding behavior pada pasar modal India dan
Indonesia secara keseluruhan. Maximilian Chandra (2012) yang melakukan
pendeteksian herding behavior pada saham Initial Public Offering (IPO) tahun 20072011 di Bursa Efek Indonesia tidak menemukan adanya indikasi herding behavior
yang signifikan selama 15 hari sejak tanggal IPO. Hasil berbeda ditemukan oleh
Gunawan, Hari, Noer, dan La Ode (2011), yang menemukan indikasi herding
behavior pada kondisi pasar yang turun. Dalam penelitian terdahulu sampel penelitian
berfokus pada seluruh sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia terkecuali penelitian
yang dilakukan di India yang berfokus pada saham yang termasuk dalam Nifty 50.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan identifikasi eksistensi herding
behavior secara keseluruhan pada Saham Liquid 45 (LQ45) di Bursa Efek Indonesia,
maka ditariklah hipotesis sebagai berikut:
H1

: Terdapat Indikasi Herding Behavior Pada Saham LQ45 Perusahaan


Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2014

V. Metodologi Penelitian
V.I Sampel Penelitian
Pengambilan sampel adalah perusahaan yang masuk dalam daftar perusahaan
Liquid 45 (LQ45) pada tahun 2009 sampai 2014. Teknik pengambilan sampel dengan
metode purposive sampling, yaitu dengan kriteria sebagai berikut :
a. Perusahaan merupakan perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan LQ45
minimal 3 tahun secara terus menerus tahun 2009 2014.
b. Perusahaan memiliki data saham harian yang lengkap antara tahun 2009-2014.
Setelah melalui proses pengambilan sampel dengan purposive sampling, dari total 94
perusahaan yang masuk dalam perusahaan LQ45, hanya 36 perusahaan yang
memenuhi kriteria dan layak menjadi sampel dalam penelitian.
V.II Metode Analisis Data
Analisis ini menggunakan metode analisis regresi sederhana untuk mengukur
hubungan linear dan non linear antara CSAD dan imbal balik portofolio pasar (Rm,t).
Model regresi untuk meneliti herding behavior adalah berdasarkan persamaan 4.
Dengan CSAD sebagai variabel dependen dan return portofolio pasar sebagai variabel
independen. Langkah-langkah untuk melakukan proses analisis data adalah sebagai
berikut:
5

1. Menghitung Return IHSG sebagai return pasar (Rm,t) dengan rumus :


Return IHSG

2. Menghitung return indeks LQ 45 (Ri,t) dengan rumus :


Return LQ45 =
3. Menghitung nilai Cross Sectional Absolute Deviation (CSAD) dengan rumus :
|
CSADt = |
4. Selanjutnya data harian akan diperhitungkan dalam regresi silang (cross
section) untuk diuji tingkat signifikan dari koefisien masing-masing variabel
dengan model regresi berikut :
|
|
CSAD t =
5. Hasil analisis menunjukkan adanya indikasi herding behavior saat koefisien Rmt
atau
bernilai negatif.
VI. Analisis Data dan Pembahasan
Tabel 4.7 Hasil Regresi Rmt dan Rmt2
Model Summary
Model

R Square

Adjusted
Square

0,113a

0,013

0,013

Std. Error of the


Estimate
0,00109

a. Predictors: (Constant), Rmt2, Rmt


Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
1 (Constant)
0,000
0,000
Rmt
0,007
0,001
0,058
Rmt2
0,156
0,024
0,059
a. Dependent Variable: CSAD
Sumber: data diolah oleh peneliti, Mei 2015.

Sig.

44,197
6,516
6,584

0,000
0,000
0,000

Tabel 4.7 menunjukkan hasil analisis regresi herding behavior secara keseluruhan
atau menyeluruh. Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien untuk Rmt adalah 0,007 dan
Rmt2 adalah 0,156. Koefisien Rmt2 menunjukkan hasil yang positif secara signifikan
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada indikasi herding behavior pada sahan liquid 45.
Indikasi herding behavior ditunjukkan dengan nilai koefisien Rmt2 yang negatif dan
signifikan, tetapi hasil tersebut tidak terlihat dalam uji regresi herding behavior secara
keseluruhan.
Untuk membuktikan apakah indikasi herding behavior ada atau tidak di Indonesia,
berikut merupakan hasil regresi antara Cross Sectional Absolute Deviation dan Rmt, Rmt2
pada kondisi pasar yang sedang naik (market up) dan pasar yang sedang turun (market down).
Indikasi herding behavior terjadi di Indonesia saat kondisi pasar naik dan pasar turun akan
ditunjukkan oleh nilai koefisien Rmt2. Apabila nilai koefisien Rmt2Up dan Rmt2Down
memiliki nilai negatif dan signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi herding
behavior pada saham LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang
dilakukan oleh Gunawan, Hari, Noer, dan La Ode (2011) menemukan adanya indikasi
herding behavior pada kondisi market down dan signifikan. Berikut hasil uji regresi dari
6

herding behavior saat kondisi pasar naik (market up) dan saat kondisi pasar turun (market
down) :

Tabel 4.8 Hasil Regresi Rmt dan Rmt2 saat Kondisi Pasar Naik (market up)
Model Summary
Model

R Square

Adjusted
Square

0,143(a)

0,021

0,020

Std. Error of the


Estimate
0,00204

a. Predictors: (Constant), Rmt2Up, RmtUp


Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
1 (Constant)
0,000
0,000
RmtUp
0,018
0,002
0,073
Rmt2Up
0,433
0,048
0,079
a. Dependent Variable: CSADUp
Sumber: data diolah oleh peneliti, Mei 2015.

Sig.

19,608
8,295
8,947

0,000
0,000
0,000

Tabel 4.8 merupakan hasil regresi untuk mendeteksi herding behavior antara variabel
dependen (CSAD) dengan variabel independen return pasar (Rmt dan Rmt2). Indikasi
herding behavior terjadi ditunjukkan dengan nilai koefisien Rmt2 bernilai negatif dan
signifikan. Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien untuk RmtUp adalah 0,018 dan
Rmt2Up adalah 0,433. Koefisien Rmt2Up menunjukkan hasil yang positif secara signifikan
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada indikasi herding behavior pada saham liquid 45
saat kondisi pasar naik (market up). Indikasi herding behavior ditunjukkan dengan nilai
koefisien Rmt2 yang negatif dan signifikan, tetapi hasil tersebut tidak terlihat pada penelitian
ini.
Pendeteksian herding behavior juga dilakukan pada kondisi pasar yang sedang turun
(market down). Berdasarkan teori pada Bab 2, herding behavior seringkali eksis pada kondisi
market stress dikarenakan kepanikan investor yang mengarahkan investor menjadi tidak
rasional. Herding behavior dikatakan eksis dengan nilai koefisien return pasar (Rmt2Down)
yang bernilai negatif dan signifikan. Berikut adalah hasil uji regresi herding behavior pada
kondisi pasar yang sedang turun (market down)
Tabel 4.9 Hasil Regresi Rmt dan Rmt2 saat Kondisi Pasar Turun (market down)
Model Summary
Model

R Square

Adjusted
Square

0,036(a)

0,001

0,001

Std. Error of the


Estimate
0,00115

a. Predictors: (Constant), Rmt2Down, RmtDown

Model
1 (Constant)
RmtDown

Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
0,001
0,000
0,006
0,001
0,047

Sig.

50,501
4,455

0,000
0,000

Rmt2Down
-0,040
0,026
a. Dependent Variable: CSADDown
Sumber: data diolah oleh peneliti, Mei 2015.

-0,016

-1,547

0,122

Tabel 4.9 menunjukkan hasil regresi herding behavior pada kondisi pasar yang turun
(market down). Berbeda dengan hasil regresi yang ditunjukkan pada saat pasar mengalamani
kenaikan (market up). koefisien untuk RmtDown adalah 0,006 dengan tingkat signifikan
0,0000 dan Rmt2Down adalah 0,040 dengan tingkat signifikan 0,122. Koefisien Rmt2Down
juga menunjukkan hasil yang negatif tetapi tidak signifikan. Dari hasil uji regresi ini dapat
dilihat bahwa investor di dalam pasar modal Indonesia tidak mengalami perilaku herding
behavior, yang ditunjukkan oleh nilai koefisien Rmt2 negatif dan tidak signifikan.
Dikarenakan koefisien Rmt2Down yang memiliki nilai negatif tetapi tidak signifikan dapat
disimpulkan bahwa tidak ada indikasi herding behavior pada sahan liquid 45 saat kondisi
pasar turun (market down). Indikasi herding behavior ditunjukkan dengan nilai koefisien
Rmt2Down yang negatif dan signifikan, tetapi hasil tersebut tidak terlihat pada penelitian ini.
Hasil penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gunawan, Hari, Noer, dan La Ode (2011). Gunawan, Hari, Noer, dan la Ode (2011)
menemukan indikasi herding behavior pada saat kondisi market stress atau market down.
Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional Absolute Deviation (CSAD) dengan
sampel indeks liquid 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Pasar Modal Asia Pasifik.
Gunawan, Hari, Noer, dan La Ode (2011) menggunakan alat analisis regresi kuantil di dalam
penelitiannya.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya indikasi herding behavior di Indonesia.
Hasil penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan beberapa penelitian sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Adi Vithara Purba dan Ida Ayu Agung Faradynawati (2012)
menggunakan sampel penelitian data mingguan saham dari seluruh perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada Bulan Juli 2007 sampai Juni 2010. Hasil penelitian dengan
menggunakan data CSAD (Cross-sectional Absolute Deviation) menunjukkan indikasi tidak
terjadi herding behavior. Penelitian yang dilakukan oleh Maximilian Chandra (2012) juga
melakukan pendeteksian herding behavior pada pasar modal Indonesia, dengan
menggunakan sampel penelitian saham Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2007-2011.
Hasil penelitian Maximilian Chandra (2012) juga tidak menemukan adanya indikasi herding
behavior. Perihal herding behavior di Pasar Modal Indonesia kurang terlihat, hal ini mungkin
saja disebabkan karena kondisi pasar yang kurang begitu baik beberapa tahun belakangan.
Hasil penelitian di dalam penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Chang, Cheng,
Khorana (1999). Pada sampel emerging market, untuk pasar keuangan Korea Selatan dan
Taiwan koefisien Rmt2 menunjukkan nilai negatif dan signifikan secara statistik. Intuisinya
adalah saat rata-rata return pasar menjadi besar pada term absolut, Cross Sectional Absolute
Deviation meningkat pada tingkat yang berkurang. Perilaku herding ditemukan pada pasar
Korea Selatan dan Taiwan dengan alasan bahwa perilaku herding dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut :
a. Campur tangan pemerintah dalam kebijakan pasar modal
b. Keterbatasan informasi mikro dalam pasar saham
c. Pengetahuan investor mengenai fundamental perusahaan kurang sehingga
memungkinkan investor melakukan pengambilan keputusan berdasarkan sinyal
investor lain.
d. Lebih banyaknya spekulator dibandingkan investor pada pasar saham Korea Selatan
dan Taiwan. ( search tentang market micro structure korea dan taiwan)
VII. Kesimpulan dan Saran
8

Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya indikasi herding behavior pada saham
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2014. Hal ini terlihat dari
koefisien Rmt2 yang menunjukkan nilai positif dan signifikan secara statistik. Adanya
indikasi herding behavior ditunjukkan saat nilai koefisien Rmt2 bernilai negatif dan
signifikan, tetapi hasil tersebut tidak terlihat di dalam penelitian ini. Keterbatasan yang
terdapat didalam penelitian ini adalah Peneliti ini menggunakan data return harian dari periode
waktu tahun 2009 sampai 2014. Tidak ditemukan indikasi herding behavior bisa disebabkan
karena rentang periode waktu penelitian yang kurang panjang sehingga membuat jumlah
observasi tidak begitu banyak. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Gunawan et al., (2011)
menemukan adanya herding behavior pada kondisi market stress. Hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi Vithara Purba dan Ayu Agung Faradnyawati
(2012), Maximillian Chandra (2012), dan penelitian ini tidak menemukan adanya eksistensi
herding behavior di Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa herding behavior di Indonesia
belum konsisten. Terakhir, peneliti hanya menggunakan satu metode penelitian yaitu CSAD,
dikarenakan metode ini adalah metode yang sering digunakan beberapa peneliti sebelumnya
untuk melakukan herding behavior.
Bagi penelitian yang akan datang diharapkan dapat menambahkan objek negara yang
akan diteliti untuk pendeteksian herding behavior sehingga penelitian dapat lebih meluas,
penelitian diharapkan menambah periode waktu penelitian dan menggunakan metode lain agar
dapat digunakan sebagai pembanding, dan penelitian yang akan datang diharapkan membagi
sampel ke dalam masing-masing kategori portofolio tertentu sehingga dapat diketahui pada
bagian mana herding behavior dapat terjadi.
VIII. Daftar Pustaka

Ariefianto, Doddy. Mocg., Dr., (2012), Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi


Menggunakan E-Views., Edisi Pertama. Jakarta: Erlangga.
Asri, Marwan. Prof., DR., (2013), Keuangan Keperilakuan., Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Chandra, Maximilian., (2012). Pengukuran dan Analisis Perilaku Herding
Pada Saham IPO Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011., Thesis,
Universitas Indonesia. (dipublikasikan)
Chandra, Rudy., (2010). Analisis Pemilihan Saham oleh Investor Asing di Bursa
Efek Indonesia. Bisnis & Birokrasi., Jurnal Ilmu Administrasi dan
Organisasi, Mei-Agustus 2010, hlm. 101-113.
Chang, E. C., Cheng, J, W., & Khorana, A. (1999). An Examination of Herd
Behavior in Equity Markets: An International Perspective., Journal of
Banking & Finance 24, 1651-1679.
Christie, W. G., & Huang, R. D., (1995). Following The Pied Piper: Do Foreign
Individual Returns Herd Around The Market, Financial Analyst Journal, 3137.
Fahmi, Irham, dan Hadi, Lavianti Yovi., (2011), Teori Portofolio dan Analisis
Investasi., Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta-Bandung.

Gunawan, Wijayanto Hari, Achsani., Noer Azam, dan Abdul Rahman, La Ode.,
(2011). Pendeteksian Perilaku Herding Pada Pasar Saham Indonesia dan
Asia Pasifik, Forum Statistika dan Komputasi, halaman 16-23.
Houda, Ben Mabrouk, dan Mohamed Fakhfekh., (2013). Herding During Market
Upturns and Downturns: International Evidence., The IUP Journal of
Applied Finance, Vol. 19, No. 2, 2013.
Iman, Taufiq Narasanto., (2012). Herding Behavior An Experience in Indonesian
Stock Market., Thesis, Universitas Gadjah Mada. (tidak dipublikasikan)
Indo Alpha., Indeks Saham di Indonesia yang wajib diketahui investor. Diakses dari
http://www.indoalpha.com/ihsg-dan-indeks-saham-acuan-di-pasar-modalindonesia/
Kim, Changki, Lee Woojoo, Choi, Yang Ho, dan Ahn, Jae Youn. Analyzing Herd
Behavior in Global Stock Markets: An Intercontinental Comparison. Diakses
dari
http://www.researchgate.net/publication/255971925_Analyzing_Herd_Behavi
or_in_Global_Stock_Markets_An_Intercontinental_Comparison pada tanggal
20 April 2015.
Lao, P. Singh, H., (2011). Herding Behavior in The Chinese and Indian Market.,
Working Paper.
Nofsinger, J.R., and Sias R.W., (1999). Herding and Feedback Trading by
Institutional and Individual Investor., The Journal of Finance, No.6, Vol.54.
Noviyanti, Farisa., Pengaruh Kebijakan BI Rate Terhadap Kondisi
Perekonomian Indonesia. Diakses
https://www.academia.edu/8345843/Pengaruh_Kebijakan_BI_Rate_terhadap_
Kondisi_Perekonomian_Indonesia pada tanggal 2 Juni 2015
Olsen, R., (1998). Behavioral Finance and Its Implication for Stock Price
Volatility, Financial Analyst Journal 54 (2): 10 18.
Scharfstein, D.S., and Stein, J.C., (1990). Herd Behavior and Investment., The
American Economic Review, No.60, Vol.80.
Prosad, Jaya M., Kapoor, Sujata, dan Sengpta, Jhumur., (2012). An Examination of
Herd Behavior: An Empirical Evidenve from Indian
Purba, Adi Vithara dan Faradnyawati, Ida Agung., An Examination of
Herd Behavior in the Indonesian Stock Market. Diakses dari
http://journal.ui.ac.id/index.php/icmr/article/view/985/908 pada tanggal 20
April 2015.
Ricciardi V., And Simon., H. K., (2000). What is Behavior in Finance?,
Business, Education, and Technology Journal, Fall: 1 9.

10

Samik.,
Aturan
Penulisan
Daftar
Pustaka.
Diakses
dari
https://www.academia.edu/8428232/aturan_penulisan_daftar_pustaka_dari_be
rbagai_sumber_seperti_jurnal_buku_dan_internet pada tanggal 2 Juni 2015.
Sari, Anggi Mayang., (2012). Herding Behavior and The Impact of Global Stock
Market., Thesis, Universitas Gadjah Mada. (tidak dipublikasikan)
Sofyan, Fioney., IDX Indeks, IHSG, LQ45, Kompas 100, dan istilah- istilah itu.
Diakses dari http://fioneysofyan.com/idx-indeks-ihsg-lq-45-kompas-100-danistilah-istilah-itu/ pada tanggal 2 Juni 2015.
Scharfstein, D.S., and Stein, J.C., (1990). Herd Behavior and Investment., The
Journal of Finance No.6, Vol.54, pp. 2263-2295.
Thaversky, A., and Kahneman, D., (1974). Judgment Under Uncertainty:
Heuristics and Biases 3-20., Science New Series, Vol. 185. American
Association for the Advancement of Science.
Wahana Komputer, Tim Penelitian dan Pengembangan., (2006), Seri Belajar
Praktis: Menguasai SPSS 13 untuk Statistik., Edisi Pertama. Jakarta:
Penerbit Salemba Infotek.
Widarjono, Agus., Ph.D., (2013), Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya
Disertai Panduan E-Views., Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Widyastuti, Arie., (2012). Behavioral Finance dalam Proses Pengambilan
Keputusan. Diakses dari http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/behavioral_finance.pdf pada tanggal 20 April
2015.

11

Anda mungkin juga menyukai