KELAS A
Jurnal yang akan direview adalah jurnal mengenai penelitian dalam bagaimana cara
implementasi kepemimpinan dan manajemen control system (MCS) dalam konteks bisnis
keluarga di negara-negara kurang berkembang. Penilitan ini mencoba untuk memberikan
wawasan lebih lanjut tentang makna dan persepsi kepemimpinan dan praktik MCS
(Managemeng Control and Leadership Styles) dalam bisnis keluarga di negara-negara kurang
berkembang. Dengan demikian, penelitian ini meneliti konteks budaya bisnis keluarga dan
sudut pandang peserta organisasi (pemilik-pemimpin dan karyawan). Dalam studi ini, peneliti
mengemukakan 3 pertanyaan utama, yaitu :
1. Apa konteks budaya bisnis keluarga dan seberapa penting konteksnya dalam
mengembangkan kepemimpinan bisnis keluarga?
2. Bagaimana proses produksi dan reproduksi kultur ke dalam MCS?
3. MCS macam apa yang muncul sebagai konsekuensi dari proses?
Pada jurnal ini, latar belakang Perusahaan DR adalah pengembang real estate yang
didirikan pada 2003 oleh tiga orang yaitu Tn. TD (pemegang saham tertinggi), Tn. LJ dan Tn.
PJ. Saat ini, DR memiliki 18 pemegang saham yang memiliki hubungan keluarga dengan Tn.
TD. Visi DR adalah menjadi pemimpin perusahaan properti yang mampu menyediakan
pekerjaan kepada masyarakat dan kesejahteraan pemilik generasi berikutnya. Omset
penjualan tahunannya pada 2010 adalah USD 4 juta. Kantor pusatnya berlokasi di Surabaya,
Indonesia. Proyek-proyeknya meliputi pembangunan perumahan, apartemen dan toko di Jawa
Timur dan Sumatera Selatan untuk pasar menengah dan atas. Pada akhir 2010, sudah sekitar
60 karyawan tetap ditambah pekerja kontrak. Sedangkan Tn. TD adalah seorang Cina
beragama Katolik dan berdarah Cina-Indonesia dengan pengaruh kuat nilai-nilai budaya
jawa. Dia memegang gelar sarjana di bidang arsitektur dan memiliki empat saudara.
Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan data mengenai gaya kepemimpinan Tn. TD,
Tn. TD percaya bahwa gaya kepemimpinannya adalah kunci untuk mengelola perusahaan
dan harus dilestarikan di masa depan. Gaya kepemimpinan Tn. TD terdiri dari tiga
karakteristik : model bapak , konsentris lingkaran kepercayaan dan tarik ulur.
Model Bapak
Tn. TD percaya bahwa nilai-nilai pemimpin harus konsisten dengan semangat utama
sebuah perusahaan. Tn. TD menganggap DR sebagai perpanjangan dari keluarganya.
Sebagai kepala keluarga besar ini, dia ingin memberikannya perilaku teladan sehingga
karyawannya dapat menginternalisasi nilai-nilainya. Tn. TD sering merujuk pada prinsip
guru. Baginya, seorang pemimpin memiliki tanggung jawab untuk memelihara karyawannya.
Lalu, Tn. TD sering menggunakan istilah "anak-anak saya" ketika memanggil para
karyawannya.
Mr. TD sadar bahwa ia tidak dapat secara pribadi memantau setiap kegiatan di DR.
Namun, dia telah belajar bahwa ada orang yang layak mendapatkan kepercayaannya yang
dengannya dia dapat membagikan informasi penting dan bertindak sebagai tangan kanannya .
Ada lima lingkaran konsentris :
1. Lingkaran dalam terdiri dari istri Mr. TD dan putra mereka (Mr. TY).
2. Lingkaran kedua terdiri dari dua karyawan non-keluarga
3. Lingkaran ketiga terdiri dari dua anggota keluarga
4. Lingkaran keempat terdiri dari tiga manajer DR
5. Lingkaran kelima terdiri dari karyawan – karyawan lingkar dalam.
Tarik Ulur
Tarik ulur adalah ungkapan bahasa Indonesia untuk "menarik dan mendorong" yang
berarti penggunaan kata lunak dan pendekatan sulit pada waktu yang tepat. Mr. TD
menggunakan taktik yang menggabungkan kontrol ketat dan longgar membuat karyawan
merasa bahwa mereka diberdayakan meskipun mereka harus menyadari batas di mana
perilaku mereka akan dianggap dapat diterima. Gaya tarik ulur menyeimbangkan identifikasi
pribadi yang kuat terhadap Tn dan ruang untuk lain untuk mengeksekusi otoritas individu.
Intervensinya diterima oleh para peserta (baik keluarga maupun non-keluarga) sebagai cara
mengajar mereka tentang cara membuat keputusan benar.
Implikasi dan Kesimpulan pada penelitian yang dilakukan oleh penulis mendapatkan
tiga pertanyaan terkait pada penelitian yang dilakukan: Apa konteks budaya dalam bisnis
keluarga dan seberapa pentingkah konteks tersebut dalam mengembangkan kepemimpinan
bisnis keluarga? Bagaimana proses memproduksi dan reproduksi kultur budaya dalam MCS?
MCS macam apa yang muncul sebagai konsekuensi dari proses? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut diminta untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang MCS dalam
konteks bisnis keluarga. Penulis menemukan bahwa konteks budaya dan pengembangan
kepemimpinan, jelas ada hubungannya antara backgorund pribadi Tn. TD dalam karakteristik
kepemimpinannya. Meskipun TD adalah orang Indonesia Tionghoa, nilai-nilai pribadinya
berasal dari budaya Jawa. Selain itu, pendidikan keluarga dan pengalaman pribadinya telah
memperkuat beberapa aspek budaya. Berbagai literatur struktural-fungsional menyebutkan
bahwa budaya sebuah keluarga bisnis berasal dari nilai pemiliknya yang ditransfer ke anggota
organisasi dan digunakan sebagai pedoman perilaku oleh keluarga dan anggota non-keluarga
organisasi (mis.Carlock dan Ward, 2010; Dyer, Jr., 2006). Artinya, anggota organisasi
menerima budaya organisasi yang dibuat yang dipaksakan oleh pemilik. Namun, pada hasil
penelitian penulis mengungkapkan bahwa Tn. TD tidak menciptakan budaya perusahaannya
tetapi ia mengadopsi budaya masyarakat yang lebih luas (Jawa) yang telah diajarkan oleh Tn.
TD kepada karyawannya.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bagaimana ketiga kontrol terkait erat dalam
bisnis keluarga. Kontrol budaya berdasarkan norma keluarga kolektif di antara semua
anggota organisasi adalah yang paling dominan satu dan menyederhanakan bentuk kontrol
lainnya. Kontrol proses dan hasil menjadi tambahan yang bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan ambiguitas yang mungkin ada. Karena itu, implementasi kontrol hasil dan
proses bersifat interaktif dan lebih analog dengan mekanisme koordinasi dan pencarian
konsensus daripada kontrol diagnostik murni pada delegasi otoritas. Dengan demikian,
kesesuaian budaya di antara semua anggota menentukan diperlukan tingkat mekanisme
birokrasi. Semakin kuat kontrol budaya, semakin rendah perlu menggunakan kontrol proses
dan hasil. Semakin lemah kontrol budaya, semakin tinggi kebutuhan untuk menggunakan
kontrol proses dan hasil untuk mengisi kesenjangan budaya. Kontrol budaya berdasarkan
konsep keluarga jawa membentuk cara kontrol lain diterapkan dan ditafsirkan oleh peserta
Produk akhir adalah MCS yang dapat membuat semua anggota organisasi (keluarga dan
bukan anggota keluarga) untuk berpikir seperti keluarga besar dan memiliki rasa memiliki
yang kuat satu sama lain di bawah nilai dan prinsip yang sama. Karena itu, untuk memahami
MCS dalam keluarga bisnis, peneliti perlu memeriksa hubungan antara budaya masyarakat,
sosialisasi, nilai pemilik, nilai karyawan, pola interaksi di antara semua peserta dan
pertimbangan pragmatis pemilik dalam mengatasi dinamika lingkungan bisnis.
Berdasarkan jurnal yang saya review, kelebihan pada jurnal ini menurut saya sudah
memiliki alur yang baik, dan menjelaskan secara detail apa yang sedang di teliti, terdapat
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pembaca seperti contoh-contoh literatur
sebelumnya, info mengenai data yang diteliti secara detail, dan juga pada jurnal ini peneliti
melakukan triangulasi dimana para peneliti melakukan penggalian kebenaran informasi
tertentu dengan cara melalui beberapa metode dan sumber-sumber perolehan data.