Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dengan risiko

untung atau rugi. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk

meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau

obligasi. Untuk menarik pembeli dan penjual agar berpartisiapasi, pasar modal

harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual

dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat berharga dengan cepat. Pasar

modal dikatakan efisien jika harga dari surat berharga mencerminkan nilai dari

perusahaan secara akurat (Hartono, 2016)

Kegiatan pasar modal tidak akan terlepas dari tersedianya berbagai

informasi. Setiap informasi mengenai aktivitas perusahaan di pasar modal, akan

memengaruhi pengambilan keputusan investor dalam menginvestasikan dana

mereka dalam suatu perusahaan melalui pembelian saham suatu perusahaan.

Pasar dikatakan efisien jika harga saham dengan cepat dapat merefleksikan

seluruh informasi yang tersedia di pasar. Itu berarti bahwa informasi-informasi

yang tersedia di pasar mampu memengaruhi naik turunnya harga suatu saham

(Brigham dan Houston, 2004)

Salah satu contoh informasi yang digunakan para investor adalah

corporate action. Pada umumnya corporate action secara langsung maupun

tidak langsung akan memengaruhi harga saham yang beredar, komposisi

kepemilikan saham, pergerakan harga saham dan lain sebagainya. Sehingga

akan berpengaruh terhadap kepentingan para pemegang saham. Beberapa

bentuk corporate action yang dilakukan perusahaan adalah right issue, stock

1
split, saham bonus, pembagian dividen, initial public offering, konversi saham

dan lain sebagainya (Setjo, 2016)

Menurut Ang (1997) tujuan investor dalam berinvestasi di pasar modal

adalah untuk memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi

(return) baik berupa pendapatan dividen (dividen yield) maupun pendapatan dari

selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dividen adalah

proposi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham

dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah` lembar saham yang dimilikinya.

Menurut Hartono (2016) pengumuman dividen dapat mempengaruhi

harga saham maka akan ada beberapa pihak tertentu yang menggunakan

peristiwa tersebut untuk mendapatkan keuntungan tidak normal atau abnormal

return, dimana abnormal return didapatkan dari selisih keuntungan yang

sesungguhnya dengan keuntungan yang diharapkan. Abnormal return dibagi

menjadi dua yaitu abnormal return positif dan abnormal return negatif. Investor

menanggapi abnormal return positif dengan cara membeli sekuritas tersebut

dengan harapan mendapatkan keuntungan di kemudian hari. Hal berbeda terjadi

ketika abnormal return negatif, maka investor lebih cenderung menjual

kepimilikan sekuritasnya (Dewi dan Henny, 2014).

Menurut Fakhruddin (2008) ada beberapa bentuk pemberian dividen yang

dapat diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham, antara lain dividen

tunai, dividen properti, dividen likuidasi, dan dividen saham. Namun yang lebih

sering dibagikan kepada pemegang saham adalah dividen tunai dan dividen

saham. Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham (investor) dalam bentuk tunai atau kas. Pada tahun ini BEI mencatat dana

asing masih datang cukup deras. Ada 5 saham yang paling banyak diminati

2
investor asing yaitu BRI, Mandiri, Indofood, Telkomsel, dan Unilever. Hal ini

karena 5 saham tersebut masih menunjukkan laba dan tetap mengumumkan

dividen di tengah kondisi ekonomi yang terjadi. Ini menjadikan fenomena

tersendiri yang akan menarik banyak minat investor lainnya (www.idx.co.id)

Berdasarkan signaling theory yang menyatakan bahwa pengumuman

dividen merupakan sinyal yang diberikan manajer mengenai keyakinan manajer

tentang prospek perusahaan di masa datang. Sehingga keputusan untuk

menaikkan dan menurunkan dividen yang dilakukan oleh perusahaan akan

dibuat dengan hati hati. Ketika pihak perusahaan memutuskan untuk menaikkan

jumlah dividen, manajer harus memiliki keyakinan bahwa di masa mendatang

perusahaan akan mampu memperoleh pendapatan yang cukup yang

mendukung pembayaran dividen yang lebih tinggi tersebut. Kenaikan dividen ini

akan di tangkap oleh pasar sebagai sinyal positif atau good news (Spence, 1973)

Penelitian Pathirawasam (2009), Akbar dan Baig (2010), Yulia dan Artini

(2015) menunjukan pada saat pengumuman, abnormal return berhubungan

dengan besarnya dividen saham yang dibagikan, yang berarti pengumuman

dividen berpengaruh terhadap abnormal return. Sedangkan penelitian Wahyuni

dan Sukartha (2013) Putra dan Sujana (2014) menguji reaksi pasar yang diukur

dengan abnormal return terhadap pengumuman dividen tunai menunjukkan hasil

bahwa tidak terdapat perbedaan antara abnormal return sebelum dan sesudah

pengumuman dividen. Penelitan Anwar (2015) menunjukkan bahwa dividen yang

diumumkan meningkat tidak berpengaruh terhadap abnormal return, yang berarti

tidak terdapat perbedaan antara abnormal return sebelum dan sesudah

pengumuman, sedangkan dividen menurun berpengaruh terhadap abnormal

3
return, yang berarti terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah

pengumuman.

Menurut Baker dan Powell (1999) banyak bukti empiris mendukung

pandangan mengenai dividen sebagai pemberi isyarat. Ketika banyak investor

tertarik dan membeli saham tersebut maka volume perdagangan saham akan

meningkat dan secara langsung akan meningkatkan likuiditas saham tersebut.

Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar

modal dalam suatu periode tertentu. Jadi semakin likuid saham maka frekuensi

transaksi semakin tinggi. Hal tersebut menunjukkan minat investor untuk memiliki

saham tersebut juga tinggi. Minat yang tinggi dimungkinkan karena saham yang

likuiditasnya tinggi memberikan kemungkinan lebih tinggi untuk mendapatkan

return dibandingkan dengan saham yang likuiditasnya rendah (Mulyana, 2011).

Suatu saham dikatakan likuid jika saham tersebut tidak mengalami kesulitan

dalam membeli atau menjual kembali. Jika suatu saham likuid, bagi pihak

investor akan menguntungkan karena mudah ditransaksikan sehingga terbuka

peluang untuk mendapatkan return. Sedangkan bagi perusahaan akan

menguntungkan karena bila perusahaan menerbitkan saham baru akan cepat

terserap pasar, selain itu memungkinkan perusahaan terhindar dari ancaman

terkena delisting (dikeluarkan) dari pasar modal (Sambodo , 2015)

Saham likuid adalah saham yang mudah untuk dijadikan atau ditukarkan

dengan uang. Saham yang tidak likuid menyebabkan hilangnya kesempatan

untuk mendapatkan keuntungan (gain), sehingga tingkat likuiditas saham

biasanya akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan (Sambodo ,

2015) alasan mengapa peneliti menggunakan likuiditas saham sebagai salah

satu variabel independen karena likuiditas saham merupakan satu kriteria

4
penting yang harus diperhatikan Investor sebelum melakukan analisa (teknikal

dan fundamental) terhadap saham tersebut. Keuntungan yang diperoleh Investor

jika memilih saham dengan likuiditas tinggi adalah lebih mudah ditransaksikan

dan lebih berpeluang dalam memperoleh return (Capital Gain), sehingga peneliti

ingin melihat pengaruh dari tinggi rendahnya likuiditas suatu saham terhadap

abnormal return yang akan diperoleh investor. Selain itu dari bebarapa penelitian

sebelumnya menunjukan likuiditas saham belum konsisten, sehingga hal ini lah

yang mendasari peneliti untuk menggunakan likuiditas saham sebagai salah satu

variabel independen.

Pada tahun ini Bursa Efek Indonesia mencatatkan rekor dari sisi

pertumbuhan jumlah investor saham dalam sepanjang tahun 2018. Sehingga

aktivitas perdagangan di BEI juga mengalami peningkatan yang tercermin dari

kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 24 persen per hari dan

menjadikan likuiditas perdagangan saham di BEI lebih tinggi di antara bursa-

bursa lainnya di kawasan regional Asia. Hal ini menandakan terjadinya

peningkatan terhadap likuiditas saham yang terdaftar di BEI (www.idx.co.id)

Berdasarkan hukum permintaan dan penawaran apabila suatu barang

(dalam hal ini adalah saham) memiliki permintaan yang tinggi dipasar maka

barang tersebut akan mengalami kenaikan harga sebesar banyaknya kenaikan

tingkat permintaannya. Jadi suatu saham yang likuid akan memiliki harga jual

yang tinggi, sehingga apabila harga suatu saham tinggi maka bila dijual kembali

akan memberikan return yang tinggi pula (Martiana, 2016). Hal ini menunjukan

bahwa likuiditas saham mengandung informasi yang bisa mempengaruhi

investor, karena menurut Signaling theory suatu perusahaan yang mempunyai

5
likuiditas saham tinggi merupakan sinyal yang baik yang meramalkan bahwa

return yang akan diperoleh akan tinggi. Begitu pula sebaliknya (Spence, 1973)

Penelitian Davesta (2013) secara parsial likuiditas saham berpengaruh

terhadap abnormal return saham. Kemudian hasil pengujian secara simultan juga

menunjukkan bahwa likuiditas saham berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham. Likuiditas saham juga dipengaruhi oleh informasi tentang

pengumuman earnings yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Karena

informasi laba tersebut digunakan investor untuk membantu memprediksi laba

dimasa yang akan datang. Besar kecilnya laba yang diumumkan akan

mempengaruhi keputusan investor untuk menjual atau membeli suatu saham

(Anwar, 2015).

Earnings adalah laba yang terdapat dalam laporan rugi laba, yaitu laba

bersih setelah dikurangi biaya operasional perusahaan. Informasi laba juga dapat

digunakan untuk membantu memprediksi laba di masa yang akan datang, serta

dapat menaksir risiko dalam investasi dan kredit. (Triyono, 2007). Menurut

Aharony dan Swary (1980) yang menyatakan bahwa terdapat dua alat untuk

mengirim informasi kepada publik mengenai prospek masa depan perusahaan

salah satunya earnings, dimana apabila earnings yang diumumkan mengalami

peningkatan maka investor menganggap bahwa keuntungan yang diperoleh

semakin banyak, dan dimasa yang akan datang perusahaan akan semakin baik.

Hal ini yang menjadi alasan peneliti menggunakan pengumuman earnings

sebagai variabel moderasi karena pengumuman earnings dianggap dapat

meperkuat hubungan antara variabel dependen dan independen. Selain itu

pengumuman earnings sebagai variabel moderasi belum banyak yang meneliti

6
Sebanyak 405 atau sekitar 78% perusahan yang tercatat di bursa efek

Indonesia membukukan laba bersih dan 301 perusahaan atau sekitar 58%

membukukan kenaikan laba bersih jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya (www.idx.co.id). Fenomena ini memberikan sinyal baik terhadap

investor. Karena menurut signaling theory, apabila laba yang dilaporkan oleh

perusahaan meningkat maka informasi tersebut dapat dikategorikan sebagai

sinyal baik karena mengindikasikan kondisi perusahaan yang baik. Sebaliknya

apabila laba yang dilaporkan menurun maka perusahaan berada dalam kondisi

tidak baik sehingga dianggap sebagai sinyal yang buruk (Spence, 1973)

Menurut Octasoni (2009) investor yang menanamkan modalnya dalam

bentuk saham berharap untuk memperoleh return, baik dalam bentuk capital

gain maupun dividen. Jika earnings yang dihasillkan perusahaan tersebut besar

maka return yang akan diperoleh akan tinggi dan sebaliknya jika earnings yang

dihasilkan perusahaan kecil maka return yang akan diperoleh pun kecil.

Penelitian Sarwoko (2005), Hidayat dan Kholisoh (2010), Agustina dan Kianto

(2012), dan Virginia et al (2013) menunjukan bahwa terdapat pengaruh

pengumuman earnings terhadap abnormal return di bursa efek Indonesia.

Pengumuman earnings dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi

pemakai laporan keuangan dan para investor yang digunakan untuk mengambil

keputusan yang mempunyai konsekuensi ekonomi. Namun penelitian yang

dilakukan Anam (2009) , dan Cahyani, et al (2016) menunjukan bahwa

pengumuman earnings tidak berpenngaruh terhadap Abnormal Return.

Pengumuman earnings dianggap tidak mengandung informasi karena tidak

memberikan rata rata abnormal return kepada pasar.

7
Penelitian ini merupakan replikasi dari Yulia dan Artini (2015) Dampak

Pengumuman Dividen terhadap Abnormal Return. Perbedaan dari penelitian

sebelumnya adalah dengan menambahkan likuiditas saham sebagai variabel

independen dan pengumuman earnings sebagai variabel moderasi. Berdasarkan

latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut karena sepengetahuan peneliti belum banyak penelitian yang meneliti

tentang pengumuman dividen yang menggunakan pengumuman earnings

sebagai variable moderasi, sebagian besar meneliti menggunakan variable lain

yang sudah sering digunakan. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Pengumuman Dividen Dan Likuiditas Saham Terhadap

Abnormal Return Dengan Pengumuman earnings Sebagai Variable Moderasi”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini :
1. Apakah pengumuman dividen berpengaruh terhadap abnormal return ?

2. Apakah tingkat likuiditas saham berpengaruh terhadap abnormal return ?

3. Apakah pengumuman earnings mempengaruhi hubungan antara

pengumuman dividen dengan abnormal return ?

4. Apakah pengumuman earnings mempengaruhi hubungan antara likuiditas

saham dengan abnormal return?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini :

1. Untuk mengetahui apakah pengumuman dividen berpengaruh terhadap

abnormal return

2. Untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas saham berpengaruh terhadap

abnormal return

8
3. Untuk mengetahui apakah pengumuman earnings mempengaruhi hubungan

antara pengumuman dividen dengan abnormal return

4. Untuk mengetahui apakah pengumuman earnings mempengaruhi hubungan

antara likuiditas saham dengan abnormal return

1.4 Manfaat Peneltian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Perusahaan: sebagai wacana atau sumber informasi untuk

mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh pengumuman dividen saham,

likuiditas saham terhadap abnormal return saham. Perusahaan dapat

menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan sebelum

mengumumkan dividen

2. Bagi Peneliti : penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai hasil

penerapan teori dan ilmu akuntansi khususnya akuntansi keuangan dan

untuk menambah wawasan pemikiran peneliti tentang dampak yang

ditimbulkan oleh pengaruh pengumuman deviden dan likuiditas saham

terhadap abnormal return dan pengumuman laba sebagai variabel

moderasi

9
BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Sinyal

Teori sinyal (signaling theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spence

(1973) di dalam penelitiannya yang berjudul Job Market Signaling. Spence

(1973) mengemukakan bahwa isyarat atau signal memberikan suatu sinyal,

pihak pengirim (pemilik informasi) berusaha memberikan potongan informasi

relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima

kemudian akan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan pemahamannya

terhadap sinyal tersebut. Signaling theory mengemukakan tentang bagaimana

seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan

keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh

manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa

promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih

baik daripada perusahaan lain. Sedangkan menurut Brigham dan Houston

(2004) signaling theory merupakan suatu perilaku manajemen perusahaan

10
dalam memberi petunjuk untuk investor terkait pandangan manajemen pada

prospek perusahaan untuk masa mendatang.

Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan

memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika

pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan

bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu

informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi

tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis

informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad

news). Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan

pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat

menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor

adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan

dapat berupa informasi mengenai laporan keuangan dan informasi non-

keuangan (Hartono, 2016)

Menurut Brigham dan Houston (2004) berpendapat bahwa kenaikan

dividen yang lebih tinggi daripada yang diharapkan adalah suatu “sinyal”

kepada investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan laba masa depan

yang baik. Sebaliknya pengurangan dividen atau peningkatan yang lebih kecil

daripada yang diharapkan, adalah suatu sinyal bahwa manajemen sedang

meramalkan laba yang buruk dimasa depan. Dalam hal ini maka dapat

menunjukan bahwa didalam pengumuman dividen terdapat kandungan

informasi atau isyarat yang positif bagi para investor. Terjadinya perubahan

harga saham dapat dipengaruhi dari akibat terjadinya kenaikan atau penurunan

11
dividen didalam perusahaan. Apabila dividen mangalami kenaikan maka harga

saham akan mengalami kenaikan, dan sebaliknyaharga saham akan terjadi

penurunan dikarenakan adanya dividen rendah yang dibagikan kepada

pemegang saham.

Asumsi dari teori sinyal bahwa manajemen mempunyai informasi yang

akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini berkaitan

dengan likuiditas saham pada pelepasan sejumlah saham dan harga saham,

yaitu manajemen dapat mengetahui permintaan dan penawaran sahamnya

yang dilakukan investor luar dengan volume dan harganya (Brigham & Houston,

2004)

2.1.2 Jenis Jenis Variabel Moderasi


Variabel moderasi dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu pure

moderasi (moderasi murni), quasi moderasi (moderasi semu), homologiser

moderasi (moderasi potensial) dan Predictor moderasi. Masing-masing klasifikasi

moderasi dapat diidentifikasi sebagaimana contoh berikut, jika X adalah variabel

independen, Y variabel tergantung dan M variabel moderasi maka persamaan

regresi yang dapat dibentuk sebagai berikut :

Xi Y b b 0 1 ˆ   tanpa melibatkan variabel moderasi

i i Mi Y b b X b 0 1 2 ˆ    melibatkan variabel moderasi

i i i Xi Mi Y b b X b M b * ˆ  0  1  2  3 melibatkan variabel moderasi

dan interaksi

1. Variabel Moderasi Murni (Pure Moderarator) Pure moderasi adalah jenis

variabel moderasi yang dapat diidentifikasi melalui koefisien b2 dan b3

12
dalam persamaan (3) yaitu jika koefisien b2 dinyatakan tidak signifikan tetapi

koefisien b3 signifikan secara statistika. Pure moderasi merupakan variabel

yang memoderasi hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen, di mana variabel moderasi murni berinteraksi dengan variabel

independen tanpa menjadi variabel independen.

2. Variabel Moderasi Semu (Quasi Moderarator) Quasi moderasi adalah jenis

variabel moderasi yang dapat diidentifikasi melalui koefisien b2 dan b3

dalam persamaan (3) yaitu jika koefisien b2 dinyatakan signifikan dan

koefisien b3 signifikan secara statistika. Quasi moderasi merupakan variabel

yang memoderasi hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen di mana variabel moderasi semu berinteraksi dengan variabel

independen sekaligus menjadi variabel independen.

3. Variabel Moderasi Potensial (Homologiser Moderarator) Homologiser

moderasi adalah jenis variabel moderasi yang dapat diidentifikasi melalui

koefisien b2 dan b3 dalam persamaan (3) yaitu jika koefisien b2 dinyatakan

tidak signifikan dan koefisien b3 tidak signifikan secara statistika.

Homologiser moderasi merupakan variabel yang potensial menjadi variabel

moderasi yang mempengaruhi kekuatan hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen. Variabel ini tidak berinteraksi dengan

variabel independen dan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan

variabel dependen.

4. Variabel Prediktor Moderasi (Predictor Moderasi Variabel) Predictor

moderasi adalah jenis variabel moderasi yang dapat diidentifikasi melalui

koefisien b2 dan b3 dalam persamaan (3) yaitu jika koefisien b2 dinyatakan

signifikan dan koefisien b3 tidak signifikan secara statistika. Artinya variabel

13
moderasi ini hanya berperanan sebagai variabel independen dalam model

hubungan yang dibentuk

2.1.3 Dividen
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak

dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai

cadangan bagi perusahaan. Pendapatan bersih setelah pajak disebut Net

Income After Tax atau Earnings After Tax. Dividen ini dibagikan kepada para

pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Keputusan

mengenai jumlah laba yang ditahan dan dividen yang akan dibagikan

diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (Ang, 1997).

2.1.4 Pengumuman Dividen


Pembagian dividen ditentukan berdasarkan kebijakan pada perusahaan

tersebut. Kebijakan dividen menentukan pembagian laba bersih antara

pembayaran kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan untuk

diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Laba ditahan (retained earnings)

merupakan salah satu sumber dana paling penting untuk membiayai

pertumbuhan perusahaan, akan tetapi dividen merupakan arus kas yang harus

disisihkan untuk pemegang saham. Berapa bagian yang harus dibagikan

dinyatakan dalam ukuran payout ratio yang merupakan rasio antara dividen dan

laba ditahan. Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting dalam

kaitannya dengan usaha untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Kebijakan

dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan

perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan

jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar

laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran

dividen (Ang, 1997).

14
Menurut Weston and Brigham (1998) pembagian dividen merupakan

satu hal yang dinantikan oleh pemegang saham. Pembagian dividen dapat

dilakukan secara kuartalan ataupun tahunan, tergantung kebijaksanaan yang

ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Prosedur pembagian dividen

dimulai pada saat tanggal pengumuman (Declaration Date) yaitu tanggal pada

saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen,

selanjutnya tanggal pencatatan pemegang saham (Holder of Record Date)

adalah hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar

berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan, setelah itu tanggal

pengumuman dividen adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode

berjalan dilepaskan dari sahamnya, dan tanggal Pembayaran Dividen (Dividend

Payment) adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek

dividen.

Menurut Setjo (2016) jika pengumuman mengandung informasi

(Information Content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu

pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan dengan

adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Menurut Foster

(1986), ada tiga faktor yang mempenaruhi information content, yaitu :

1. Ekspektasi perubahan saham pada waktu pengumuman informasi

2. Implikasi pengumuman terhadap distribusi return saham dimasa yang

akan datang

3. Kresibilitas sumber informasi

Investor pada umumnya menggunakan informasi tentang pengumuman

dividen untuk melakukan analisis dalam menilai prospek perusahaan yang

bersangkutan. Ini sesuai dengan pendapat Aharony dan Swary (1980)

15
yang menyatakan bahwa terdapat dua alat untuk mengirim informasi

kepada public mengenai prospek masa depan perusahaan yaitu

gambaran mengenai earnings dan dividen.

2.1.5 Likuiditas Saham


Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi suatu saham

dipasar modal atau bursa efek dalam satu periode tertentu. saham yang likuid

akan lebih mmudah ditransaksikan, baik dijual maupun dibeli, serta lebih mudah

dikonversikan menjadi kas. Dalam berinvestasi terkadang investor

memperhitungkan juga tingkat likuiditas dari investasi yang mereka tanamkan.

Semakin likuid maka semakin baik, karena investor akan lebih tertarik pada

saham yang likuid. Oleh karena itu, likuiditas saham diartikan sebagai tingkat

kecepatan sebuah sarana investasi untuk dicairkan menjadi dana cash atau

ditukar dengan suatu nilai. Jadi suatu saham dikatakan likuid jika investor dapat

mudah menjual atau membelinya dibursa saham, dengan mengkonversikan

saham tersebut menjadi kas tanpa adanya penurunan nilai terhadap saham

tersebut (Mulyana, 2011)

Saham likuid bagi pihak investor akan menguntungkan karena mudah

ditransaksikan sehingga terbuka peluang untuk mendapatkan capital gain.

Sedangkan bagi perusahaan akan menguntungkan karena bila perusahaan

menerbitkan saham baru akan cepat terserap pasar, selain itu memungkinkan

perusahaan terhindar dari ancaman terkena delisting (dikeluarkan) dari pasar

modal (Sambodo , 2015)

Saham yang tidak likuid menyebabkan hilangnya kesempatan untuk

mendapatkan keuntungan (gain). Jadi semakin likuid saham berarti jumlah atau

frekuensi transaksi semakin tinggi. Hal tersebut menunjukkan minat investor

untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Pada penelitian ini tingkat likuiditas

16
saham akan diukur dengan data perdagangan pasar yaitu data bid price dan

ask price. Ask spread merupakan harga penawaran terendah, sedangkan bid

price adalah harga permintaan tertinggi (Hartono, 2016)

2.1.6 Pengumuman Earnings


Salah satu komponen yang bisa diperoleh dari laporan keuangan adalah

earning perusahaan. Informasi laporan keuangan diperoleh dari peristiwa

pengumuman yang dilakukan oleh emiten. Earning kerap dijadikan sebagai

tolak ukur perusahaan oleh investor, karena earning mencerminkan kinerja

keuangan perusahaan selama satu tahun berjalan. Maka, semakin besar

earning akan semakin besar pula pembagian dividen, sehingga pengumuman

ini akan menyebabkan reaksi dari para investor. Informasi yang cepat juga

tepat dari emiten akan dicerminkan pada harga saham di pasar modal, dan

semakin tinggi kecepatan dan ketepatan informasi ini menandakan semakin

tinggi tingkat efisiensi pasar tersebut (Permanda, et al 2013)

Secara umum earnings merupakan laba yang tercantum dalam Laporan

rugi laba, yaitu laba bersih dikurangi biaya operasional perusahaan. Jika terjadi

perubahan positif pada earnings perusahaan emiten maka menunjukkan

peningkatan aktiva dan menurunnya kewajiban sehingga para investor akan

bereaksi terhadap informasi perusahaan ini, demikian juga jika terjadi

penurunan investor juga akan memberikan reaksi terhadap peristiwa turunnya

earnings perusahaan emiten ini. Earnings kerap dijadikan sebagai tolak ukur

perusahaan oleh investor, karena earnings mencerminkan kinerja keuangan

perusahaan selama satu tahun berjalan (Munawir, 2004) Salah satu komponen

yang bisa diperoleh dari laporan keuangan adalah earning perusahaan.

Informasi laporan keuangan diperoleh dari peristiwa pengumuman yang

dilakukan oleh emiten. Earning kerap dijadikan sebagai tolak ukur perusahaan

17
oleh investor, karena earning mencerminkan kinerja keuangan perusahaan

selama satu tahun berjalan. Maka, semakin besar earning akan semakin besar

pula pembagian dividen, sehingga pengumuman ini akan menyebabkan reaksi

dari para investor. Informasi yang cepat juga tepat dari emiten akan

dicerminkan pada harga saham di pasar modal, dan semakin tinggi kecepatan

dan ketepatan informasi ini menandakan semakin tinggi tingkat efisiensi pasar

tersebut

2.1.7 Abnormal Return


Abnormal return merupakan selisih dari return yang sesungguhnya

(actual return) dengan return yang diharapkan (expected return). Tingkat

keuntungan yang sesungguhnya merupakan perbandingan antara selisih harga

saham periode sekarang dengan periode sebelumnya. Abnormal return yang

positif mengindikasikan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh lebih besar

yaitu antara actual return dan expected return. Berkaitan dengan peristiwa

pemecahan saham, abnormal return yang positif Setelah pemecahan saham

dapat memberikan keuntungan diatas normal pada investor. Sebaliknya,

apabila abnormal return Setelah pemecahan saham negatif menunjukkan

bahwa keuntungan yang didapat investor dibawah normal. Pasar dikatakan

tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return yang

tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama (Ang, 1997). Abnormal

return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu, misalnya hari

libur nasional, awal bulan, suasana politik yang tidak menentu, kejadiankejadian

yang luar biasa, pembagian dividen, stock split, right issue, penawaran perdana

saham, dan lain lain (Setjo, 2016)

Return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Return

ekspektasi dapat dicari dengan menggunakan model Market Adjusted Model,

18
yang menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return

suatu sekuritas adalah return indeks pasar saat tersebut. Dengan

menggunakan model ini, tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk

membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi sama

dengan return indeks pasar (Brown dan J.B 1985).

2.2 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan untuk peneliti dalam

melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pengumuman Dividen dan Likuiditas

Saham terhadap Abnormal Return dengan Pengumuman Earnings sebagai

Variabel Moderasi, penjabaran dari beberapa penelitian tersebut adalah sebagai

berikut:

Kurniawati (2005) meneliti tentang Analisis Pengumuman Earnings

Terhadap Abnormal Return dan Tingkat Likuiditas Saham. Hasil penellitian

menunjukan Pengumuman earnings yang dilakukan oleh perusahaan yang listing

di Bursa Efek Jakarta mendapat reaksi dari pasar. Reaksi pasar ini ditunjukkan

dengan adanya abnormal return yang diperoleh oleh para pelaku pasar modal

khususnya para investor. Hal ini disebabkan karena menjelang pengumuman

earnings, para investor tetap menaruh kepercayaan yang besar terhadap

perusahaan yang melakukan pengumuman earnings, sehingga selama periode

sebelum pengumuman earnings dan lima hari setelah pengumuman earnings

abnormal return yang diperoleh oleh para pelaku pasar bernilai positif.

Anam (2009) tentang Anallisis Pengumuman Earnings terhadap

Abnormal Return dan Likuiditas Saham menunjukan hasil bahwa sebelum dan

sesudah pengumuman earnings tidak terdapat abnormal return. Hal ini

disebabkan informasi yang akan dipublikasikan sudah bocor dan pasar bereaksi

19
lama mencapai untuk mencapai keseimbangan yang baru. oleh karena itu

disimpulkan bahwa pengumuman earnings tidak mengandung informasi karena

tidak memberikan perbedaan abnormal return kepada pasar

Pathirawasam (2009) tentang The Information Content of Stock Dividend

Announcements: Evidence from Sri Lanka. Penelitian ini meneliti reaksi pasar

terhadap dividen saham dan menunjukan hasil bahwa abnormal return dan

dividen saham berpengaruh pada saat pengumuman. Pada saat pengumuman

abnormal return berhubungan dengan besarnya dividen saham yang akan

dibagikan.

Agustina dan Kianto (2012) meneliti tentang Pengaruh Informasi Laba

Akuntansi terhadap Abnormal Return, yang ingin menguji apakah terdapat

pengaruh antara laba akuntansi, yaitu laba bersih dengan abnormal return

saham. Menunjukan hasil bahwa laba bersih memiliki pengaruh terhadap

abnormal return saham

Penelitian Davesta (2013) secara parsial likuiditas saham berpengaruh

terhadap abnormal return saham. Kemudian hasil pengujian secara simultan juga

menunjukkan bahwa likuiditas saham berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham.

Virginia, et al (2013) tentang Pengaruh Pengumuman Earnings Terhadap

Abnormal Return Saham. Hasil penelitian ini menunjukan pengumuman earnings

sampai ke pasar dan memiliki kandungan informasi. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya perbedaan antara rata-rata abnormal return selama periode peristiwa,

artinya bahwa pasar bereaksi terhadap pengumuman earnings. Investor yang

memiliki informasi dapat memperoleh abnormal return sedangkan investor yang

tidak memiliki informasi tidak memperoleh abnormal return.

20
Wahyuni dan Sukartha (2013) tentang reaksi pasar terhadap

pengumuman dividen yang menguji kandungan informasi dari pengumuman

pembagian dividen yang dapat diukur dengan abnormal return dan volume

perdagangan saham. Hasil yang diperoleh yaitu tidak terdapat perbedaan reaksi

yang ditimbulkan dari pengumuman dividen

Yulia dan Artini (2015) tentang Dampak Pengumuman Dividen terhadap

Abnormal Return menunjukan bahwa pengujian pada abnormal return sebelum

dan setelah pengumuman dividen, mendapatkan hasil bahwa terdapat

perbedaan rata-rata abnormal return antara sebelum dan sesudah pengumuman

dividen, yang berarti pengumuman pembayaran dividen menunjukkan reaksi

pasar dan informasi tersebut merupakan good news yang kemungkinan besar

akan memberikan keuntungan bagi investor.

Anwar (2015) tentang Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen Tunai

Terhadap Abnormal Return Sebelum Dan Sesudah Ex-Dividend Date

menunjukan hasil bahwa pengumuman dividen meningkat di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tidak mengakibatkan timbulnya perbedaan abnormal return

sebelum dan sesudah pengumuman dividen sedangkan pengumuman dividen

menurun di Bursa Efek Indonesia mengakibatkan adanya perbedaan abnormal

return sebelum dan sesudah pengumuman dividen

Cahyani, et al (2016) tentang Analisis Pengaruh Pengumuman Laporan

Keuangan Terhadap Return Saham menunjukan hasil bahwa pengumuman

laporan keuangan tidak memiliki kandungan informasi pada periode penelitian ini

dan semua variabel terbukti tidak berpengaruh pada abnormal return saham.

2.3 Kerangka Pemikiran

21
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti

mencoba mengembangkan penelitian dengan variabel pengumuman dividen

dan likuiditas saham sebagai variabel independ dan abnormal return sebagai

variabel dependen serta pengumuman earnings sebagai variabel moderasi,

maka sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis, dapat disusun kerangka

teoritis yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Pengumuman
Dividen (X1)
H1

H3 Abnormal
Return (Y)
H2

Likuiditas Saham
(X2) H4

Pengumuman
Earnings (Z)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh pengumuman dividen terhadap abnormal return


Bagi para investor, pengumuman dividen merupakan informasi penting

yang dibutuhkan dalam melakukan analisis untuk menilai prospek perusahaan

dimasa yang akan datang. Dividen merupakan pembagian sisa laba bersih yang

didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan rapat umum

pemegang saham (Hartono, 2016). Pada kondisi pasar yang efisien,

pengumuman dividen akan direaksi dengan cepat oleh investor. Minat investor

untuk membeli saham perusahaan yang mengumumkan dividen ini pada

beberapa waktu akan meningkat karena mereka beranggapan pengumuman

dividen merupakan salah satu sinyal yang baik. Hal ini dianggap sebagai sinyal

22
yang baik karena berkaitan dengan pertumbuhan perusahaan yang

bersangkutan. Akibatnya harga saham perusahaan ini pun meningkat dan

investor menganggap kenaikan ini akan terus berlanjut dimasa depan. Dengan

meningkatnya harga saham itu artinya pengumuman dividen memiliki kandungan

informasi yang penting bagi investor untuk mendapatkan abnormal return (Setjo,

2016). Ini juga sejalan dengan signaling theory yang mengemukakan tentang

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

pengguna laporan keuangan (Spence, 1973)

Menurut Hartono (2016) pada dasarnya, perusahaan cenderung

meningkatkan dividen jika terdapat tingkat laba yang tinggi dimasa depan dan

menurunkan dividen jika manajemen yakin bahwa tidak terdapat cash flows yang

dapat mendukung pengumuman dividen. Perubahan pengumuman dividen ini

mengandung informasi yang memungkinkan investor merevisi prediksi mereka

tentang prospek perusahaan dan akibatnya terjadi penyesuaian harga saham

ketika perubahan dividen diumumkan. Disekitar tanggal pengumuman dividen,

peningkatan dividen secara umum menimbulkan abnormal return bagi investor.

Hal ini disebabkan karena pada umumnya peningkatan dividen diinterpretasi

sebagai sebuah kebijakan yang mengandung informasi baik dalam kaitannya

dengan prospek perusahaan di masa mendatang.

Penelitian Wahyuni dan Sukartha (2013) Putra dan Sujana (2014)

menguji reaksi pasar yang diukur dengan abnormal return terhadap

pengumuman dividen tunai menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan

antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen. Penelitan

Anwar (2015) menunjukkan bahwa dividen yang diumumkan meningkat tidak

berpengaruh terhadap abnormal return, yang berarti tidak terdapat perbedaan

23
antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman, sedangkan dividen

menurun berpengaruh terhadap abnormal return, yang berarti terdapat

perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman. Namun

penelitian yang dilakukan oleh Pathirawasam (2009), Akbar dan Baig (2010),

Yulia dan Artini (2015) menunjukan pada saat pengumuman, abnormal return

berhubungan dengan besarnya dividen saham yang dibagikan, yang berarti

pengumuman dividen berpengaruh terhadap abnormal return.

H1: Pengumuman dividen berpengaruh terhadap terhadap abnormal return

2.4.2 Pengaruh likuiditas saham terhadap abnormal return


Menurut Reilly dan Brown (1997) likuiditas saham merupakan ukuran

jumlah transaksi saham di pasar modal dalam periode tertentu. Semakin tinggi

frekuensi transaksi maka semakin tinggi likuiditas saham, ini berarti saham

tersebut semakin diminati oleh para investor. Faktor penentu dari likuiditas

saham sehubungan dengan surat berharga sangat tercermin dalam data

perdagangan pasar dan faktor yang terpenting dari likuiditas itu adalah jumlah

uang dari lembar saham yang diperdagangkan.

Menurut Handoko (2005) semakin likuid suatu saham berarti jumlah

volume transaksi perdagangan saham semakin tinggi. Hal tersebut juga akan

menunjukan minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Minat yang

tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi memberikan

kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan return yang lebih tinggi

sehingga akan menghasilkan abnormal return. Pendapat Handoko juga didukung

oleh signaling theory, karena perusahaan yang mempunyai saham yang likuid

menandakan perusahan tersebut dalam kondisi baik sehingga akan memberikan

sinyal postif terhadap investor.

24
Menurut hukum permintaan dan penawaran apabila suatu barang (dalam

hal ini adalah saham) memiliki permintaan yang tinggi dipasar maka barang

tersebut akan mengalami kenaikan harga sebesar banyaknya kenaikan tingkat

permintaannya. Jadi suatu saham yang likuid akan memiliki harga jual yang

tinggi, sehingga apabila harga suatu saham tinggi maka bila dijual kembali akan

memberikan return yang tinggi pula (Martiana, 2016). Hal ini menunjukan bahwa

likuiditas saham mengandung informasi yang bisa mempengaruhi investor,

karena menurut Signaling theory suatu perusahaan yang mempunyai likuiditas

saham tinggi merupakan sinyal yang baik yang meramalkan bahwa return yang

akan diperoleh akan tinggi. Begitu pula sebaliknya (Spence, 1973). Penelitian

Elly dan Leng (2002) menunjukan bahwa likuiditas saham tidak berpengaruh

terhadap abnormal return. Sedangkan penelitian Davesta (2013) secara parsial

likuiditas saham berpengaruh terhadap abnormal return saham. Kemudian hasil

pengujian secara simultan juga menunjukkan bahwa likuiditas saham

berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

H2: Likuiditas saham berpengaruh terhadap abnormal return

2.4.3 Pengaruh pengumuman earnings sebagai variabel moderasi

antara pengumuman dividen dan abnormal return saham


Pengumuman dividen merupakan informasi penting yang dibutuhkan

dalam melakukan analisis untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan

datang. (Hartono, 2016). Pada kondisi pasar yang efisien, pengumuman dividen

akan direaksi dengan cepat oleh investor. Minat investor untuk membeli saham

perusahaan yang mengumumkan dividen ini pada beberapa waktu akan

meningkat. Hal ini dianggap sebagai sinyal yang baik karena berkaitan dengan

pertumbuhan perusahaan yang bersangkutan. Sehingga harga saham

25
perusahaan ini pun meningkat, karena investor menganggap kenaikan ini akan

terus berlanjut dimasa depan. Dengan meningkatnya harga saham, investor

akan mengharapkan return yang tinggi. Hal ini akan menimbulkan adanya

abnormal return pada saat pengumuman dividen. Itu artinya pengumuman

dividen memiliki kandungan informasi yang penting bagi investor untuk

mendapatkan abnormal return (Setjo, 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian

Yulia dan Artini (2015) yang menunjukan pada saat pengumuman, abnormal

return berhubungan dengan besarnya dividen yang dibagikan, yang berarti

pengumuman dividen berpengaruh terhadap abnormal return.

Selain itu perusahaan yang membagikan dividen dan capital gain

tergantung dari laba yang diperoleh. Jika laba yang diperoleh perusahaan

tersebut besar maka dividen yang akan dibagikan akan tinggi dan sebaliknya jika

laba yang diperoleh perusahaan kecil maka dividen yang akan dibagikan pun

kecil. Jika melihat pentingnya informasi laba akuntansi bagi pengguna laporan

keuangan, maka pelaporan laba rugi diharapkan akan direaksi oleh pasar.

Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pasar dari

perusahaan tertentu yang cukup mencolok pada saat pengumuman laba, yang

dimaksud mencolok adalah terdapat perbedaan yang cukup besar return yang

terjadi (actual return) dengan return harapan (expected return). Dengan kata lain,

terjadinya abnormal return pada saat pengumuman laba. Sehingga

pengumuman earnings sebagai variable moderasi dianggap dapat memperkuat

hubungan antara pengumuman dividen terhadap abnormal return. Penelitian

Ratih (2002) dan Wibisono (2009), menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan

abnormal return saham pada sebelum dan sesudah publikasi laporan keuangan.

Sedangkan Yuliani (2008), Agustina dan Kianto (2012) Virginia et al (2013)

26
mendukung teori mengenai bahwa ada pengaruh antara publikasi laporan

keuangan terhadap abnormal return saham. Pengumuman earnings dalam

penelitian ini merupakan jenis moderasi murni, karena variabel moderasi murni

(Pure Moderarator) merupakan variabel yang memoderasi hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen, di mana variabel moderasi murni

berinteraksi dengan variabel independen tanpa menjadi variabel independen.

H3: Pengumuman earning sebagai variabel moderasi mempengaruhi

pengumuman dividen terhadap abnormal return

2.4.4 Pengaruh pengumuman earnings sebagai variabel moderasi

antara likuiditas saham dan abnormal return saham.


Menurut Menurut hukum permintaan dan penawaran apabila suatu

barang (dalam hal ini adalah saham) memiliki permintaan yang tinggi dipasar

maka barang tersebut akan mengalami kenaikan harga sebesar banyaknya

kenaikan tingkat permintaannya (Martiana, 2016). Menurut Handoko (2005)

semakin likuid suatu saham berarti jumlah volume transaksi perdagangan saham

semakin tinggi. Hal tersebut juga akan menunjukan minat investor untuk memiliki

saham tersebut juga meningkat. Hal ini disebabkan karena saham yang

likuiditasnya tinggi memberikan kemungkinan yang lebih untuk mendapatkan

return yang lebih banyak. sehingga akan menimbulakan ekspektasi investor

terhadap return yang akan diperoleh, dan menyebabkan muculnya abnormal

return. Penelitian Davesta (2013) secara parsial likuiditas saham berpengaruh

terhadap abnormal return saham. Kemudian hasil pengujian secara simultan juga

menunjukkan bahwa likuiditas saham berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham.

Selain itu menurut Prakash dan Rappaport (1975) informasi akuntansi

(berupa laba akuntansi) memegang peran penting dalam meningkatkan efisiensi

27
pasar modal melalui mekanisme permintaan dan penawaran sekuritas.

Pengungkapan yang diberikan oleh perusahaan kepada publik dapat

menurunkan asimetri informasi diantara pelaku pasar (trader) sehingga para

pelaku pasar dapat mengambil keputusan investasi secara efektif pada tingkat

harga yang wajar. Hal ini menyebabkan naiknya likuiditas suatu saham.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa laba akuntansi akan mempengaruhi tingkat

likuiditas saham. Oleh karena itu pengumuman earnings sebagai variable

moderasi dianggap dapat memperkuat hubungan antara likuiditas saham

terhadap abnormal return. Pengumuman Earnings mengandung informasi yang

bisa mempengaruhi investor, karena menurut Signaling theory suatu perusahaan

yang mempunyai laba yang tinggi merupakan sinyal yang baik yang meramalkan

bahwa return yang akan diperoleh akan tinggi (Spence, 1973).

Pengumuman earnings dalam penelitian ini merupakan jenis moderasi

murni, karena variabel moderasi murni (Pure Moderarator) merupakan variabel

yang memoderasi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen,

di mana variabel moderasi murni berinteraksi dengan variabel independen tanpa

menjadi variabel independen. Penelitian Heflin, Shaw dan Wild (2005) Bardos

(2011) dan Nasih (2014) menunjukan pengaruh kualitas informasi terhadap

likuiditas saham dan menemukan bahwa semakin tinggi kualitas informasi yang

dipublikasikan dapat meningkatkan likuiditas saham. dan penelitian Sarwoko

(2005), Telaumbanua dan Sumiyana (2008), dan Virginia, et. al (2013)

menyimpulkan bahwa informasi laba memiliki kandungan informasi yang

ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang secara statistik diperiode

peristiwa.

28
H4: Pengumuman earning sebagai variabel moderasi mempengaruhi likuiditas

saham terhadap abnormal return

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia yang mengumumkan dividen saham pada periode 2014-2018.

29
Data yang digunakan yaitu data laporan keuangan yang diambil Bursa Efek

Indonesia di www.idx.co.id serta sumber sumber lainnya. Waktu penelitian

dilakukan pada bulan Mei 2019 – Juni 2019

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45

yang sudah go public dan terdaftar di BEI yaitu populasi penelitian sebanyak 45

perusahaan, LQ45 Hal ini didasarkan pada beberapa alasan yang menyangkut

ketersediaan data, maka peneliti menggunakan kriteria sehingga dari populasi

diperoleh sampel yang di perlukan dalam penelitian ini.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

teknik non-probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Metode dari non-probability sampling yang digunakan

adalah metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Kriteria untuk penentuan sampel dari

penelitian ini adalah :

Adapun kriteria sampel tersebut antara lain:

a. Perusahaan yang masuk kategori LQ45 berturut-turut selama 2014-2018

yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI)

b. Perusahaan yang membayarkan dividen selama 2014-2018

c. Perusahaan LQ45 mempunyai data terkait dengan variabel yang

digunakan selama periode tahun 2014-2018.

3.3 Jenis dan Sumber Data

30
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

laporan keuangan tahunan perusahaan LQ45 yang diperoleh dari bursa efek

Indonesia. Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini menggunakan time series,

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah

metode dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat

dan mengidentifikasi data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian

yang diperoleh dari BEI.

3.5 Definisi Operasional Variabel


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen

(Abnormal Return), variabel independen (Pengumuman dividen dan likuiditas

saham) dan variabel moderasi (Pengumuman Laba). Definisi dan pengukuran

variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

3.5.1 Abnormal Return


Menurut Hartono (2016) abnormal return merupakan kelebihan dari return

sesungguhnya yang terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan

return ekspektasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian

Abnormal Return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan

return ekspektasian, sebagai berikut:

𝐴𝑅𝑖𝑡 = 𝑅𝑖𝑡 − 𝐸(𝑅𝑖𝑡)

Keterangan :

𝐴𝑅𝑖𝑡 = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

31
𝑅𝑖𝑡 = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode

peristiwa ke-t

(𝑅𝑖𝑡) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Menurut Hartono (2016) Return realisasian atau return sesungguhnya

merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga

sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus:

(Pi,t – Pi,t-1) / Pi,t-1

Menurut Hartono (2016) Return Ekspektasian merupakan return yang

harus diestimasi. Dalam penelitan ini menggunakan model sesuain pasar

(market-adjusted model), model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik

untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat

tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan

periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang

diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

3.5.2 Pengumuman Dividen


Pengumuman dividen merupakan salah satu variabel dependen dalam

penelitian ini. Proksi dari pengumuman dividen digunakan dengan variabel

dummy. Dummy 1, adalah perusahaan yang membayarkan dividen dan dummy

0, adalah perusahaan yang tidak membayarkan dividen pada tahun yang

bersangkutan. Donald Cooper dan Pamela Schindler (2000) mendefinisikan

dummy variable sebagai sebuah variabel nominal yang digunakan di dalam

regresi berganda dan diberi kode 0 dan 1. Nilai 0 biasanya menunjukkan

kelompok yang tidak mendapat sebuah perlakuan dan 1 menunjukkan kelompok

yang mendapat perlakuan. Dalam regresi berganda, aplikasinya bisa berupa

32
perbedaan jenis kelamin. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk

mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif.

3.5.3 Likuiditas Saham


Likuiditas secara sederhana menunjukan kemudahan bagi investor untuk

membeli dan menjual efek pada harga yang wajar. Jadi saat ingin membeli atau

menjual sejumlah saham investor harus menunggu atau jika spread antara

penawaran dan penerimaan relatif besar atau jika penjualan saham dalam jumlah

banyak akan mempengaruhi harga pasar secara substansial bisa dikatakan

bahwa saham tersebut tidak likuid. Dalam penelitian ini likuiditas ditunjukan

dengan nilai bid-ask spread dari suatu saham (Hartono, 2016). Menurut Wira

(2012) bid-ask spread adalah selisih dari harga ask dengan harga bid

dibandingkan dengan harga ask. Bid adalah harga dimana pembeli bersedia

membayar untuk suatu saham, sedangkan ask adalah harga dimana penjual

bersedia menerima untuk suatu saham. Selisih dari harga jual dan harga beli

suatu saham tersebut yang dinamakan spread

Bid-ask spread yang tinggi akan menghasilkan potensi keuntungan yang

lebih besar, namun bid-ask spread yang terlalu tinggi akan mengakibatkan

saham tersebut menjadi kurang aktif diperdagangkan. Bid ask spread yang

terlalu rendah akan menghasilkan potensi keuntungan yang lebih rendah, namun

bid-ask spread yang rendah akan mengakibatkan saham tersebut menjadi lebih

aktif diperdagangkan. Artinya, semakin kecil selisih antara harga jual dan harga

beli akan semakin likuid suatu saham, sebaliknya jika selisih antara harga jual

dan harga beli besar maka semakin tidak likuid suatu saham. Oleh karena itu,

investor lebih menyukai saham dengan selisih harga jual dan harga beli

(Perdana, 2014)

33
(Ask Price – Bid Price)
bid-ask spread =
(Ask Price)

3.5.4 Pengumuman Earnings


Penelitian ini menggunakan Earnings Per Share sebagai proksi informasi

laba akuntansi. EPS menunjukkan kinerja perusahaan, bila EPS naik, investor

akan mengolah informasi tersebut dan mempersepsikan bahwa kondisi

perusahaan dimasa depan mengalami peningkatan dan diharapkan dividen yang

diperoleh investor akan meningkat. Oleh karena itu, investor cenderung membeli

saham perusahaan yang mengumumkan kenaikan EPS.bila EPS turun, investor

mempersepsikan bahwa kondisi perusahaan di masa depan mengalami

penurunan sehinnga akan menjual sahamnya, yang mengakibatkan harga

saham naik atau turun. Perubahan harga saham mengakibatkan return aktual

yang diterima oleh investor akan berbeda dari return yang mereka harapkan.

Akibatnya, timbullah abnormal return sebagai bentuk reaksi pasar terhadap

pengumuman earnings. Informasi EPS terdapat dalam laporan laba rugi yang

diumumkan oleh perusahaan setiap periode interim atau tahunan

3.6 Metode Analisis

3.6.1 Uji Asumsi Klasik


Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi linear berganda terhadap

hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian

asumsi klasik atas data yang akan diolah sebagai berikut:

3.6.1.1. Uji Normalitas

34
Data Uji normalitas data dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel terikat dan bebas semuanya memiliki

distribusi yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data yang

berdistribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi

data normal atau tidak, dilakukan dengan cara memperhatikan penyebaran data

(titik) pada grafik normal P-plot of regression standardizzed residual dari variabel

terikat (Ghozali, 2018), dimana:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis

diagonal, maka model regresi yang dimaksud tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal

atau tidak menggunakan dua cara, yaitu melalui analisis grafik dan uji statistic

yang dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan

melihat signifikansi data tersebut. Apabila signifikansi lebih dari 5 % atau 0,05

maka data berdistribusi normal.

3.6.1.2. Multikoliniaritas
Uji Multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonearitas di dalam model regresi dapat

dilihat dari:

1. Nilai tolerance dan lawannya

35
2. Variance Inflation Factor (VIF)

Uji multikolenieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan

variance inflaton factor (VIF). Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF diatas 10 atau

tolerance value dibawah 0,10. Multikolinearitas tidak terjadi apabila nilai VIF

dibawah nilai 10 atau tolerance value ditas 0,10.

3.6.1.3. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelum).Jika terjadi korelasi, maka ada problem autokorelasi. Untuk

mengetahui adanya korelasi dalam suatu regresi dapat dilakukan uji Durbin-

Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Dasar Pengambilan Keputusan

Hipotesis 0 Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 –dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No decision 4 –du ≤ d ≤ 4 –dl

Tidak ada autokorelasi, Tidak ditolak du < d < 4 –du

positif atau negatif

Sumber : Ghozali, 2018

36
3.6.1.4. Heteroskadastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).

Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan cara melihat

grafik plot antar nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan

ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah

residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2018).

Selain itu untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dideteksi dengan uji Glejser, apabila probabilitas signifikansinya di atas 5%.

Dasar pengambilan keputusan dengan Scatterplot (Ghozali, 2018):

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) akan

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik penyebaran di atas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas.

3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketrgantungan

variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel

penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengesrtimasi dan/ atau memprediksi

37
rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai

variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2018). Analisis data yang

digunakan untuk menguji Hipotesis 1, dan hipotesis 2 dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut

Y = α + β1LS + β2PD + e

Keterangan :

Y = Abnormal Return

α = Konstansta

β = Koefisien Regresi

LS = Likuiditas Saham

PD = Pengumuman Dividen

3.6.3 Moderate Regression Analysis (MRA)


Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat

atau memperlemah hubungan antara variabel independen terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2018). Pengujian yang akan dilakukan untuk menguji

variabel moderasi dengan menggunakan Moderate Regression Analysis (MRA)

untuk menguji hipotesis 3, dan hipotesis 4. Persamaan statistika yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Yt = α + β1PD + β2PE + β3PD*PE + e (H3)

Yt = α + β1LS + β2PE + β3LS*PE + e (H4)

Keterangan

Y = Abnormal Return

α = Konstansta

38
β = Koefisien Regresi

e = eror

LS = Likuiditas Saham

PD = Pengumuman Dividen

PE = Pengumuman Earnings

LS*PE = Interaksi antara Likuiditas Saham dan Pengumuman Earnings

PD*PE = Interaksi antara Pengumuman Dividen dan Pengumuman

Earnings

Untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh atau tidak

terhadap variabel dependen maka dapat dilihat dari taraf signifikansinya dengan

standar signifikansi 5%. Apabila tingkat signifikansi yang diperoleh dari hasil lebih

dari 5% maka hipotesis ditolak, sebaliknya jika hasil uji hipotesis berada diantara

0-5% maka hipotesis diterima.

3.6.4 Pengujian Hipotesis

3.6.3.1 Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi berada diantara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti

kemampuan variabel–variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Ghozali, 2018). Namun terdapat kelemahan mendasar

penggunaan koefisien determinasi yaitu bias terhadap jumlah variabel

independen yang dimasukkan ke dalam model, sehingga untuk mengevaluasi

39
model regresi terbaik digunakan nilai adjusted R². Data dalam penelitian ini akan

diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Sciences

(SPSS).

3.6.3.2 Uji F

Uji F Uji digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Pengambilan keputusan

dengan melihat nilai probabilitas signifikansi.

Jika p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

Jika p > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak

3.6.3.3 Uji t

Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh dari satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2018). Kriteria pengambilan keputusan hanya dilakukan

dengan satu cara yaitu dengan melihat nilai probabilitas signifikansi sebagai

berikut:

Jika p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

Jika p > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak

40
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L., & Kianto, F. (2012). Pengaruh Informasi Laba Akuntansi Terhadap
Abnormal Return Pada Perusahaan Yang Tergabung dalam Indeks LQ 45
. Jurnal Akuntansi.
Aharony, J., & Swary, I. (1980). Quarter Dividend and Earnings Annaoncement
and Stockholders Returns : An Empirical Analysis. The Journal Of
Finance .
Akbar, M., & Baig, H. (2010). Reaction of Stock Prices to Dividend
Announcement and Market Efficiency in Pakistan . The Lahore Journal of
Economics. Vol 15 No. 1, 103 - 125.
Anam, M. (2009). Analisis Pengumuman Earning Terhadap Abnormal Return dan
Likuiditas Saham. Skripsi.
Ang, R. (1997). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft
Indonesia.
Anwar, K. (2015). Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen Tunai Terhadap
Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date. Skripsi.
Baker, H., & Powell, G. (1999). How Corporate Managers View Dividend Policy.
Quarterly Journal of Business and Economics, Vol. 38, No. 2, 17-35.
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2004). Fundamentals of Financial Management
Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Edisi 10. Buku 2. Salemba
4.
Brown, S., & J.B, W. (1985). Using Daily Stock Return : The Cast of Event
Studies. Journal Of Financial Economics. No 14.
Cahyani, L., Simanjuntak , A., & Hutadjulu, L. (2016). Analisis Pengaruh
Pengumuman Laporan Keuangan Terhadap Return Saham . Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Daerah Vol. 11 No. 1.
Davesta, R. (2013). Pengaruh Risiko Sistematis dan Likuiditas Saham Terhadap
Abnormal Return pada Industri Pertambangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2012. Jurnal Ekonomi.
Desfarina, S. (2016). Pengaruh Likuiditas Saham Terhadap Return Saham (Studi
Pada Perusahan BUMN Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2014). Skripsi.
Dewi, A. T., & Henny, R. (2014). Studi Empiris Abnormal Return Sebelum dan
Sesudah Pengumuman Right Issue Pada Perusahaan Go Public di Bursa
Efek Indonesia . Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.

41
Elly, & Leng, P. (2002). Pengaruh Risiko Sistematis dan Likuiditas Saham
Terhadap Abnormal Return pada Badan Usaha yang Go Public di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Universitas Kristen Petra.
Fakhruddin, H. (2008). Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai Perusahaan .
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handoko, F. (2005). Analisis Kebijakan Dividen Kas dan Likuiditas Saham
Perushaan Perusahaan Manufaktur Yang Going Public di Bursa Efek
Indonesia Ditinjau Dari Dividend Signaling Theory. Jurnal Akuntansi. Vol.
4 No. 1.
Hartono, J. (2016). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE-YOGYAKARTA.
Hidayat, N., & Kholisoh , L. (2010). Analisis Pengaruh Pengumuman Laba
Tahunan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi.
Kurniawati, I. (2005). Analisis Pengaruh Pengumuman Earning Terhadap
Abnormal Return dan Tingkat Likuiditas Saham. Jurnal Akuntansi.
Martiana, E. (2016). Pengaruh Risiko Sistematis dan Likuiditas Saham Terhadap
Return Saham Pada index LQ45 Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011 - 2014. Bandung.
Mulyana, D. (2011). Analisis Likuiditas Saham Serta Pengaruhnya Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Yang Berada Pada Index LQ45 di Bursa
Efek . Jurnal Magister Manajemen Vol 4 No 1, 77-96.
Mulyana, D. (2011). Analisis Likuiditas Saham Serta Pengaruhnya Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Yang Berada Pada Index LQ45 di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Magister Managemen Vol. 4 No. 1 , 77-96.
Nasih, M. (2014). Kualitas Laba dan Likuiditas Saham Studi di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Octasoni, B. (2009). Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan
Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI Tahun 2007. SKripsi.
Pathirawasam, C. (2009). The Information Content of Stock Dividend
Announcements : Evidence from Sri Lanka . Economicka Review of
Economic Issue. Vol 12 , 103 - 114.
Perdana, M. (2014). Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan, Likuiditas
dan Leverage Terhadap Bid-Ask Spread (Studi Pada Perusahaan Index
JII Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2013). Accounting
Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang.
Permanda, R., Yuhelmi, & Husna, N. (2013). Pengaruh pengumuman Earnings
Terhadap Abnormal Return dan Tingkat Likuiditas Saham Pada
Perusahaan Perbankan dan Asuransi Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ekonomi.

42
Prakash, P., & Rappaport, A. (1975). Information interdependencies:System
structure induced by accounting. Accounting Review.
Putra , I., & Sujana, I. (2014). Analisis Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman
Dividen Tunai Pada Perushaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
E-Journal Akuntansi Universitas Udayana. Vol 8. No 2, 118-136.
Ratih. (2002). Pengaruh Publikasi Laporan Keuangan Terhadap Abnormal
Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta . Jurnal
Ekonomi.
Rusliati, E., & Farida, E. (2010). Pemecahan Saham Terhadap Likuiditas dan
Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 161-174.
Sambodo , S. (2015). Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Abnormal
Return dan Likuiditas Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Faculty of Economy, Riau University, Pekanbaru,
Indonesia.
Sarwoko, E. (2005). Pengaruh Informasi Laba AKuntansi (Earnings) Terhadap
Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham. Journal Ekonomi.
Setjo, E. J. (2016). Pengaruh Pengumuman Dividen Saham Terhadap Abnormal
Return dan Trading Volume Activity Saham di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi, Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Spence, M. (1973). Job Market Signaling. The Quarterly Journal Of Economics,
Vol 87, No 3, pp. 355-374.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Triyono. (2007). Kegunaan Informasi Laba Akuntansi dan Arus Kas operasi :
Pengaruh Faktor Faktor Kontekstual. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol. 6 No. 1.
Virginia, S., Manurung, E. T., & Muliawati. (2013). Pengaruh Pengumuman
Earnings Terhadap Abnormal Return Saham. Journal Economic.
Wibisono, D. (2009). Pengaruh Publikasi Right Issue Terhadap Kinerja
Perusahaan dan Abnormal Return Serta Volume Perdagangan Saham.
Jurnal Ekonomi.
Wira, V. (2012). Pengaruh Kinerja Perusahaan Terhadap Likuiditas Saham
Menggunakan Trading Turnover (Studi Kasus Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Vol 3 No 2, Pliteknik Universitas Andalas.
Yulia, I., & Artini, L. (2015). Dampak Pengumuman Dividen Terhadap Abnormal
Return Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Managemen, 4449-4476.
Yuliani. (2008). Analisis Pengaruh Publikasi Laporan Keuangan Terhadap
Abnormal Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Ekonomi.

43
44

Anda mungkin juga menyukai