Anda di halaman 1dari 10

JENIS-JENIS ANOMALI PASAR

Berbagai penelitian dalam bidang pasar modal dan mengenai perilaku keuangan menyatakan bahwa
terdapat beberapa anomali yang terjadi yang dapat mempengaruhi harga saham dan memberikan
abnormal return pada investor yang memanfaatkan keanomalian tersebut.

Levy (1996) dalam Wulandari (2014:18) menyatakan bahwa sedikitnya dikenal empat macam anomali
pasar dalam teori keuangan, yaitu: anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal
anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting
anomalies).

1. Anomali Peristiwa
Anomali peristiwa adalah peristiwa yang menyajikan peluang untuk mendapatkan abnormal
return ( kelebihan atau bahkan lebih kecil dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return
normal). Misalnya seperti perusahaan yang akan mengumumkan pengangkatan Chief Executive
Officer (CEO), mengumumkan pembagian dividen atau tidak, mengumumkan merger/akuisisi,
dll. Peristiwa-peristiwa ini dapat menyebabkan harga saham perusahaan tersebut melompat
tinggi/turun sementara tergantung dengan apakah berita tersebut adalah berita baik atau tidak
dan bagaimana respon pasar menanggapi berita tersebut. Di bawah ini adalah beberapa contoh
anomali peristiwa.
1) Analysts’ Recommendation
Anomaly ini mempercayai semakin banyak analis merekomendasi untuk membeli suatu
saham, semakin tinggi peluang harga akan turun.
Maksudnya di sini semakin banyak analis merekomendasikan untuk membeli suatu saham
perusahaan A, makin tinggi peluang harga akan turun. Saat banyak pihak yang ingin
membeli saham, tetapi tidak ada pihak yang ingin menjual sahamnya, maka harga saham
tersebut akan terkoreksi turun.
Sebenarnya kalian bisa menyempatkan hal ini untuk menyerok/memborong harga saham
perusahaan A ini jika harganya turun karena analis rekomen dengan catatan perusahaan
tersebut kualitasnya bagus dan kalian memiliki kepercayaan bahwa perusahaan tersebut
harganya bisa bertumbuh.
Tetapi meskipun demikian, di sini kami menyarankan jika kalian ingin membeli saham jangan
memakan mentah-mentah saran beli atau jual dari analis. Lebih baik kita menjadi investor
independent dengan melakukan Analisa terlebih dahulu sbeelum menentukan membeli
atua menjual suatu saham
2) Insider Trading
Semakin banyak saham yang dibeli oleh insider semakin tinggi kemungkinan harga akan naik
begitu pula sebaliknya.
Jadi insider trading ini adalah kejadian di mana orang dalam perusahaan menjual saham
atau membeli saham perusahaan dalam jumlah banyak dan bisa mengakibatkan harga
saham naik drastic dan turun drastic.
Sebagai contoh.
A adalah orang dalam perusahaan Wijaya karya, dan si A ini sebelum public tahu ia lebih
dulu tahu kalau Wijaya Karya akan mendapatkan proyek besar dan keuntungannya akan
besar dan akan terenpaksi misalnya. Nah karena Si A ini tau akan mendapatkan keuntungan
besar maka si A pun akan membeli saham lebih dulu dengan jumlah banyak yang bisa
mengakibatkan harga saham menjadi naik. Dan begitu pula sebaliknya jika berhubungan
dengan kabar buruk/bad news, si A orang dalam ini akan mengetahuinya lebih dulu
daripada public dan dia bisa saja menjual kepemilikan sahamnya lebih dulu untuk
mengamankan keuntungan.
3) Listing
Harga sekuritas cenderung naik setelah perusahaan mengumumkan akan melakukan
pencatatan saham di bursa. Biasanya perusahaan cenderung untuk memberi harga
yang undervalued saat akan listing di bursa. Posisi yang undervalued ini akan menarik para
investor untuk membeli saham yang berkaitan. Hal ini tentu akan memberikan implikasi bagi
investor untuk membeli saham pada waktu IPO sehingga bisa mendapatkan abnormal
return dengan membeli saham dengan harga yang rendah dan menjualnya saat harganya
tinggi.
Namun sekali lagi ini hanya kecenderungan dan tidak dapat dikatakn benar sepenuhnya
karena hal ini mungkin bisa terjadi pada perusahaan A namun bisa tidak terjadi pada
perusahaan B, karena pada kenyataannya pasar tidak selalu bergerak sesuai dengan apa
yang ada dalam strategi listing. Mengapa demikian? Mari kita lihat contoh kasus ini satu ini.
Melihat dari kedua perbandingan IPO saham WIRG DAN PGEO di atas dapat dikatakan
anomaly listing bisa terjadi dan bisa tidak atau dengan kata lain tergantung situasi pasar dan
perusahaan. Maka dari itu jika kita ingin berinvestasi pada perusahaan yg akan IPO kita
harus cermat memilih.
4) Value Line Rating Changes
Harga sekuritas akan terus naik setelah Value Line menempatkan rating perusahaan pada
urutan tinggi. Saat rating naik, maka investor akan merespon positif. Hal ini memberikan
implikasi bagi investor untuk memiliki strategi membeli saham yang diberi rating tinggi.
Akan tetapi, landasan rating ini kurang kuat karena perusahaan bisa saja memanipulasi
dengan cara earnings management. (Muliadi, 2013)
2. Anomali musiman
Menurut Zafar, Shah, & Urroj (2009), anomali musiman atau anomali kalender adalah adanya
pola-pola yang konsisten terjadi pada suatu interval waktu secara teratur atau pada waktu
spesifik pada tanggal-tanggal tertentu. Anomali musiman menunjukkan bahwa harga dari suatu
saham dapat naik atau turun berdasarkan efek musiman. Keberadaan dari anomali musiman
merupakan negasi dari konsep efisiensi pasar bentuk lemah yang menyatakan bahwa tidak ada
investor yang dapat memperoleh excess return (kelebihan return yang sesungguhnya terhadap
return normal ) di pasar karena tidak ada korelasi antara return perioda lalu dengan perioda
sekarang.
Ada pun beberapa macam anomali musiman adalah sebagai berikut.
1) January Effect
January Effect (Efek Januari) adalah suatu kepercayaan dimana harga saham cenderung naik
di bulan Januari. Efek kalender ini menciptakan kesempatan bagi investor saham untuk
membeli saham di harga lebih rendah sebelum Januari dan menjualnya setelah harga
sahamnya naik.
Ada beberapa teori yang bisa menjelaskan tentang January Effect. Teori yang paling umum
menjelaskan fenomena ini adalah :
a. Investor individu cenderung melepas saham untuk menghindari pajak di akhir tahun.
Kemudian mereka membeli kembali saham tersebut di bulan Januari, yang
mengakibatkan harganya naik. Disini berlaku hukum Supply – Demand dimana sebagian
besar investor membeli saham maka akan mendorong kenaikan harga saham tersebut.
b. Menurut Ogden (1990) januari effect ini terjadi dikarenakan pada bulan Januari biasanya
investor memiliki dana yang cukup banyak untuk diinvestasikan yang disebabkan oleh
adanya bonus akhir tahun, hadiah liburan, dan juga tunjangan tambahan pada saat
liburan yang menyebabkan adanya aliran kas besar yang masuk pada waktu liburan. Hal
ini membuat keputusan investasi biasanya dilakukan pada bulan Januari.
c. Selain itu, menurut (Rozef & Kinney, 1976). bulan Januari juga merupakan bulan di mana
kebanyakan informasi penting mengenai prospek perusahaan selama tahun tersebut
dipublikasikan sehingga menyebabkan terjadinya keputusan investasi yang meningkat.
2) Monday Effect adalah suatu fenomena anomali musiman dimana return hari Senin jauh
lebih rendah dibanding hari lainnya.
Fenomena ini biasanya disebabkan adanya
a. Aksi profit taking yang dilakukan oleh para investor pada hari Jumat atau minggu
sebelumnya. Aksi profit taking inilah yang menyebabkan terjadinya return negatif pada
hari Senin (Muliadi, 2013).
b. Alasan yang lainnya adalah bahwa pada umumnya perusahaan yang ingin
menyampaikan informasi buruk akan menunggu waktu yang tepat, yakni pada akhir
pekan.

Tujuan emiten menyampaikan informasi buruk pada akhir pekan adalah agar para investor
mempunyai waktu luang selama hari libur bursa (Sabtu dan Minggu) untuk mengevaluasi
kembali kinerja emiten terhadap informasi yang ada tersebut.

3) Week-end Effect
Harga sekuritas cenderung naik pada hari Jumat dan turun pada hari Senin. Week End Effect.
Menurut Gumanti & Utami (2002), Week End Effect adalah suatu fenomena yang
menyatakan bahwa harga sekuritas cenderung naik pada hari Jumat dan turun pada haru
Senin. Emiten biasanya mengumumkan bad news pada akhir pekan saat bursa tutup. Hal ini
disebabkan agar investor tidak terlalu panik dengan kabar buruk yang ada. (Gumanti &
Utami, 2002)
4) Time of Day
Menurut Gumanti & Utami (2002), Time of Day adalah suatu fenomena dimana harga
sekuritas cenderung naik di 45 menit pertama dan 15 menit terakhir perdagangan. 45 menit
pertama investor bereaksi terhadap informasi saat pasar ditutup pada hari sebelumnya dan
15 menit terakhir juga direaksi secara serentak oleh investor setelah melakukan perhitungan
berdasarkan informasi-informasi yang ada.
5) End of Month
Harga sekuritas cenderung naik di hari-hari akhir setiap bulannya. Ada pun hipotesis
mengenai anomaly ini adalah
a. Menurut Muliadi (2013), salah satu hipotesis yang dapat menjelaskan adanya anomali
ini adalah liquidity trading, yaitu permintaan terhadap sekuritas di pasar oleh investor
individual mengalami kenaikan di akhir bulan karena mereka memperoleh pembayaran
gaji, pendapatan bunga, dan mungkin pendapatan dividen dari perusahaan yang
kemudian diinvestasikan dengan membeli sekuritas di pasar sehingga harga saham
mengalami kenaikan. (Ogden, 1990)
b. Hipotesis lainnya yang dapat menjelaskan ialah dari sisi investor institusional yang
melakukan portofolio rebalancing. Investor institusional ini biasanya banyak melakukan
pembelian pada akhir bulan karena peforma mereka biasanya dipublikasikan
berdasarkan perhitungan harga di akhir bulan.
6) Seasonal
Saham perusahaan dengan penjualan musiman tinggi cenderung naik selama musim ramai.
Investor akan cenderung mengikuti trend yang ada di masyarakat.
Maksudnya di sini adalah beberapa jenis saham milik perusahaan di beberapa musim,
penjualan produknya meningkat pesat. Seperti misalnya Ramayana dan matahari akan naik
saat mendekati dan saat hari raya idul fitri dan Ramadhan tiba.
7) Holidays
Ditemukan return positif pada hari terakhir sebelum liburan. Holiday effect adalah salah satu
bagian dari event effect. Salah satu atau lebih liburan penting dalam kalender
mengandung holiday effect di mana pendapatan saham di hari-hari menjelang libur jauh
lebih tinggi daripada hari-hari biasa (Pettengil, 1989). Hipotesis yang mendukung anomaly
ini adalah
a. Ada sebagian investor yang menjual sahamya dengan motivasi likuiditas untuk
pemenuhan kebutuhan selama liburan. Investor seharusnya memasang harga yang
relatif rendah apabila ingin sahamnya cepat terjual (Muliadi, 2013).
b. Selain itu, menurut Frieder dan Subramanyam (2004), holiday effect berimplikasi pada
tingginya return beberapa hari sebelum liburan dan juga pada return hari-hari setelah
liburan yang disebabkan oleh perilaku trader jangka pendek memperbaiki posisinya
sebelum liburan dan erofia liburan tersebut menyebabkan terjadinya tekanan beli yang
menyebabkan harga naik.
8) Week four
Merupakan suatu fenomena yang mengungkapkan bahwa Monday Effect terjadi pada
minggu keempat setiap bulannya, yakni minggu saat rata-rata return saham yang dicapai
paling rendah.
Adapun sebab yang diduga menyebabkan kecenderungan return saham yang negatif terjadi
pada hari Senin minggu keempat dan kelima ini yaitu :
- Karena diipengaruhi dengan kebutuhan likuidasi dari para investor. Minggu keempat
dan kelima atau bisa dikatakan dengan akhir bulan menjadi minggu dimana kebutuhan
investor akan meningkat namun penghasilan investor belum dapat bertambah, hal ini
dikarenakan kebanyakan dari perusahaan dan instansi lainnya melakukan pembagian
upah, gaji, dan honor pada awal bulan. Sehingga diakhir bulan banyaknya investor
terutama investor kecil yang termotivasi oleh kebutuhan untuk melakukan penjualan
saham dibandingkan dengan pembelian saham. Hal ini membuat harga saham menjadi
rendah dan mengakibatkan return saham yang diterima investor akan menjadi rendah
dan cenderung negatif dibandingkan dengan minggu pertama sampai ketiga. Dengan
kata lain, dapat dikatakan pola anomali week four effect ini mampu mempengaruhi
perilaku dari return saham.
9) Rogalski
Rogalsky Effect merupakan suatu fenomena yang ditemukan oleh Rogalski (1984). Dalam
penelitiannya, Rogalski (1984) menemukan bahwa rata-rata return negatif pada hari Senin
yang disebut dengan Monday Effect, menghilang pada bulan-bulan tertentu seperti Januari
dan desember. Hal ini disebabkan adanya Januarry Effect, yaitu adanya
kecenderungan return yang lebih tinggi pada bulan Januari dibandingkan dengan bulan-
bulan yang lainnya.
Rogalsky Effect bisa diartikan sebagai return negatif yang biasa terjadi pada hari Senin
menghilang pada bulan tertentu. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan return yang
lebih tinggi pada bulan tersebut dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, seperti yang
terdapat pada pasar modal Amerika.
3. Anomali Perusahaan
1) Size
Banz (1981) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada kecenderungan saham-saham
perusahaan kecil yang mempunyai return yang lebih tinggi dibanding saham-saham
perusahaan besar. Banz telah menemukan adanya return tak normal yang bisa diperoleh
investor jika memiliki saham dari perusahaan kecil.
Hal ini juga didukung dengan kenyataan di pasar bahwa di pasar sering kali terdapat bandar
saham yang merupakan sekumpulan pelaku pasar yang bisa memainkan dan memanipulasi
harga saham. Selama ia memiliki uang dalam jumlah besar, maka mungkin baginya menjadi
bandar saham dan biasanya oknum-oknum tersebut cenderung menggoreng saham-saham
perusahaan kecil sehingga lebih musah mereka gerakan dan permainkan harganya
ketimbang saham-saham besar seperti blue chip.
2) Closed-end Mutual Funds
Return pada reksa dana tertutup yang dijual dengan potongan cenderung lebih tinggi.
3) Neglect
Perusahaan yang tidak diikuti oleh banyak analis cenderung menghasilkan return yang lebih
tinggi.
Beberapa saham kecil biasanya diabaikan oleh analis tetapi saham itu memiliki fundamental
yang bagus. Jadi kalian sebagai investor jeli kalian bisa mendapatkan return yang tinggi dari
saham itu.
4) Windows Dressing
Window Dressing adalah suatu usaha dimana perusahaan memoles laporan keuangan di
masa menjelang tutup buku atau pada kuartal akhir, misalnya di akhir tahun.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan performa instrumen tersebut sebelum disajikan
kepada klien atau pemegang saham. Tujuan utamanya adalah mengubah apa pun yang
mereka bisa untuk mendorong harga saham mereka lebih tinggi dan membuat calon
investor lebih tertarik.
Cara kerja Window Dressing adalah para manajer investasi atau investor akan menjual
saham yang menampakkan kerugian besar dan menggantinya dengan membeli yang sedang
naik daun menjelang akhir kuartal atau akhir tahun.
5) Institutional Holdings
Perusahaan yang dimiliki oleh sedikit institusi cenderung memiliki return yang lebih tinggi.
Saat pemilik sedikit, maka informasi yang ada dalam perusahaan juga kurang dipublikasikan
sehingga risiko meningkat dan diikuti dengan pergerakan return ke arah positif (Gumanti &
Utami, 2002).
4. Anomali Akuntansi
1) Price / Earning (Price earning ratio (PER) adalah rasio yang digunakan untuk
menilai mahal murahnya saham berdasarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih)
Saham dengan rasio P/E rendah cenderung memiliki return lebih tinggi.
Maksudnya di sini adalah, ketika investor akan melakukan anlisa pada saham maka dia juga
akan mempertimbangkan nilai PERnya. PER yang biasanya disasar adalah PER yang tinggi
karena biasanya saham dengan nilai PER yang tinggi bisa dipastikan nilai sahamnya tinggi

dan mengalami pertumbuhan walaupun tidak pada semua perusahaan hal itu berlaku .
Tetapi pada anomaly pasar Investos cenderung menyasar PER yang rendah.
Tetapi di sini investor melihat dari satu sisi yang lain bahwa kemudian perusahaan tersebut
prospeknya lebih bagus dari pihak yang PERnya lebih tinggi. Oleh karena itu ia mencoba
melakukan investasi saham yang memiliki PER yang masih rendah. Akibatnya dia bisa akan
mendapatkan abnormal return dari analisanya tersebut dengan memanfaatkan adanya PER
yang rendah tersebut.
2) Earning Surprise
Saham dengan capaian earning yang lebih tinggi dari yang diperkirakan cenderung
mengalami peningkatan harga.
Ekspektasi biasanya didasarkan pada laporan dari analis. Ketika laba yang diumumkan
berbeda jauh dari yang diperkirakan, maka inilah yang disebut dengan earning surprise.
Earning surprise ini akan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap harga saham
setelah pengumuman pada waktu yang cukup lama.
Ketika earnings surprise positif terjadi, harga saham biasanya akan meningkat. Earning
Surprise negatif biasanya akan mengakibatkan penurunan harga saham
Pengumuman laba dapat mempunyai berbagai macam dampak terhadap harga saham.
Kadang-kadang harga saham bergerak naik hingga pengumuman diumumkan, dan kemudian
baru turun karena pengumuman tersebut atau bisa juga turun sebelum pengumuman
tersebut apabila ekspektasinya tidak positif.

3) Price / Sales
Rasio ini membandingkan antara harga saham dengan hasil penjualan bersih per saham.
Jika rasio price to sales rendah, maka saham perusahaan tersebut cenderung berkinerja
lebih baik.
Nilai Rasio yang rendah menunjukan bahwa saham perusahaan tersebut “lebih murah” dari
perusahaan yang memiliki rasio yang tinggi. Jika Rasio Harga terhadap penjualannya tinggi,
ini mungkin menandakan perusahaan yang bersangkutan dinilai terlalu tinggi dan investor
mungkin diperingatkan untuk menjauhi saham tersebut. Di sisi lain, Rasio yang rendah
mungkin menandakan perusahaan tersebut sedang diremehkan oleh Investor lainnya dan
mungkin merupakan peluang yang baik untuk membeli sahamnya.

4) Price / Book
PBV atau price to book value adalah rasio yang digunakan untuk menilai apakah harga
sebuah saham dari suatu perusahaan termasuk murah atau mahal. Apabila nilai PBV kurang
dari 1 maka bisa dibilang harga saham murah. Tetapi sebaliknya, jika nilainya lebih dari 1,
maka harga saham pada emiten tersebut cenderung mahal.
Pada anomaly ini diyakini jika rasio price to book rendah, maka saham perusahaan tersebut
cenderung berkinerja lebih baik. Tetapi tetap saja, meskipun demikian, meskipun hal ini
dikatakan bisa memberikan kalian abnormal return. Kalian harus ingat bahwa perusahaan
yang memiliki PBV rendah tidak menjamin akan memberikan keuntungan maksimal.
Begitupun bagi perusahaan dengan PBV tinggi, bisa jadi memiliki kualitas lebih baik.
5) Dividend Yield
Anomali ini menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara return saham dengan
besarnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan di mana semakin besar dividen yang
dibagikan, maka return dari saham akan semakin besar.
Saat perusahaan membagikan dividen yang besar dan dijadikan landasan utama untuk
berinvestasi, maka investor dikatakan kurang rasional karena saat dividen tinggi dibagikan
perusahaan dapat dikatakan sedang membagi risiko dengan para investor. Implikasi dari
adanya anomali ini adalah bahwa investor sebaiknya membeli saham perusahaan yang
membagikan dividen dalam jumlah besar. Namun tetap saja saat kalian ingin membeli
saham yang akan membagikan dividen agar mendapatkan abnormal return tetapi kalian
tetap harus hati-hati supaya tidak terkena dividen trap. Kalian harus memperhatikan tanggal
cum date(batas akhir pembelian supaya bisa terdaftar sebagai penerima dividen) dan ex
date( tanggal setelah cum date yang mana kalau beli di tanggal ini otomatis tidak akan
mendapatkan dividen) pembagian suatu perusahaan dengan baik supaya keuntungan bisa
mendapatkan keuntungan maksimal.
6) Earnings Momentum
Saham perusahaan yang tingkat pertumbuhan earning-nya meningkat cenderung berkinerja
lebih baik.
Earnings momentum terjadi ketika pertumbuhan pendapatan per saham atau earning per
share (EPS) perusahaan mempercepat atau memperlambat dari kuartal fiskal sebelumnya
atau tahun fiskal.
Investor selalu di lookout pada momentum laba positif, karena biasanya akan mendorong
harga saham yang lebih tinggi dari waktu ke waktu, tergantung pada bagaimana
mengantisipasi momentum ini.
Di sisi lain, jika penghasilan momentum jatuh jauh, harga dari saham yang mendasarinya
mungkin drop meskipun fakta bahwa penghasilan secara keseluruhan masih meningkat

Anda mungkin juga menyukai