Anda di halaman 1dari 28

BANDARMOLOGI DIBALIK IPO SAHAM GORENGAN

?!!
November 3, 2011

Strategi Underwritter dalam IPO cenderung itu-itu saja, namun sayangnya banyak investor yang terus terjebak

dan membeli saham-saham justru turun setelah IPO, atau tidak kebagian ketika saham-saham langsung terbang

tinggi setelah IPO.

Artikel di bawah adalah salah satu pembelajaran mengenai bagaimana strategi underwriter dalam IPO di

saham-saham yang tidak jelas secara Fundamental namun harganya bisa melambung tinggi pada hari-hari

pertama setelah terjadinya IPO.

BANDARMOLOGI DI BALIK PERGERAKAN HARGA STAR

Ada satu saham yang bersinar terang di tengah suramnya kondisi IHSG beberapa bulan terakhir, saham ini

menguat sangat tajam dan berhasil menarik banyak investor retail karena kemilaunya.

Bagi para investor yang rajin memantau  pergerakan harga dalam beberapa bulan terakhir, pasti mengenal

saham STAR, saham ini baru go public bulan Juli lalu, tepatnya tanggal 13 Juli 2011, dengan harga IPO 102

/lembar, konon di harga 100 PER dari saham ini hanya 1X, atau dengan kata lain perusahaan ini akan

menghasilkan  keuntungan sebasar nilai perusahaannya saat ini di tahun yang akan datang.

Di luar benar atau salah berita tersebut satu hal yang kita tahu pasti, saham ini langsung naik 20% di detik

pertama perdagangannya. Harga pembukaan saham ini di level 122, naik 20 point dibanding harga IPOnya,

tidak berhenti di situ, dalam 3 bulan pertama saham ini terus naik sampai rekor tertingginya di level 330, dan

seperti kita ketahui harga saham ini sekarang adalah 92 (penutupan tanggal 2 Nov 2011).

Saya yakin para fundamentalist memiliki versiya sendiri untuk menjelaskan ada apa dibalik gejolak harga yang

begitu besar dalam waktu begitu singkat, sementara para technicalist tidak bisa berkata apa-apa karena saham

ini memang baru diterbitkan dan tidak memiliki historical price yang mencukupi untuk dianalisa.

Dalam artikel ini saya akan mencoba memaparkan analisa saya mengenai apa yang terjadi di saham ini,

tanpa memakai analisa Technical atau Fundamental, hanya menggunakan ilmu logika jual-beli, atau yang

populer disebut bandarmologi.


Untuk memulai mari kita mengidentivikasi pihak-pihak yang ikut serta dalam proses ini:

PIHAK PENJUAL

Seperti kita ketahui, PT. Star Petrochem Tbk. (STAR), menunjuk PT.Andalan Artha Advisindo Sekuritas (BJ)

sebagai penjamin emisi atau underwritter. Sebagai underwriter tunggal PT.Andalan Aertha Advisindo

Sekuritas (BJ), memiliki kewajiban untuk mejual seluruh saham yang dipercayakan emiten kepada publik.

Secara teori BJ akan menawarkan kepada para nasabahnya, melakukan proses book building dan menjual

saham STAR kepada publik melalui proses IPO. Yang menjadi pertanyaan adalah,

Apakah publik memiliki rekening di PT.Andalan Artha Advisindo Sekuritas, sehingga bisa
berpartisipasi dalam proses IPO?

Jika kita melihat pada website dari sekuritas yang bersangkutan kita mendapatkan bahwa AAA (sebutan dari

sekuritas ini) bukanlah sebuah sekuritas yang menempatkan “publik” atau investor ritel seperti kita dalam

target bisnisnya.

Sekuritas ini kemungkinan hanya memiliki 1 kantor pusat, dan tidak memiliki cabang dimanapun, tidak ada

tawaran untuk menjadi nasabah dalam websitenya, tidak ada OLT yang ditawarkan, bahkan grafik IHSG yang

ditempatkan di halaman depan website ini terakhir di update bulan Juli 2009. Tanpa perlu melakukan

penyelidikan lebih lanjut, saya rasa kita bisa menyimpulkan bahwa sekuritas ini, tidak membutuhkan investor

ritel seperti kita untuk kelangsungan hidupnya, sekuritas seperti ini kemungkinan hanya memiliki nasabah big

player, dan menggunakan jasanya untuk kepentingan tertentu.

Pertanyaan selanjutanya adalah,

Mengapa Perusahaan yang mau go public, menunjuk sekuritas yang tidak bisa menjangkau dan
dijangkau publik sebagai penjual sahamnya?

PIHAK PEMBELI

Pertanyaan tersebut akan membawa kita kepada pihak kedua dalam proses ini, yaitu Investor Ritel. Investor

Ritel merupakan sasaran utama dari sebuah perusahaan go public, secara logika jika sebuah perusahaan

mencari pemodal besar (coorporate) maka perusahaan itu tidak perlu melakukan proses berliku untuk

melakukan IPO, cukup mendatangi pemodal besar satu per satu, dan jika perusahaan itu memang menjanjikan

maka pemodal besar akan berebut untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa STAR mengincar modal dari publik ketika mereka menunjuk AAA sebagai

penjamin emisinya. Artinya  AAA juga harus menjual saham yang mereka jamin kepada investor ritel, yang

jelas bukan nasabah mereka.

THE REAL IPO

The real IPO adalah proses dimana pendistribusian saham STAR dilakukan, notabene setelah proses IPO resmi

berakhir, penjelasan berikut akan menggambarkan bagaimana proses tersebut berlangsung.

Seperti dibahas sebelumnya, kita belum bisa menemukan garis penghubung antara pihak penjual dengan pihak

pembeli dalam proses IPO ini, namum kita ketahui faktanya bahwa 4 bulan setelah saham ini go public, STAR

sudah menjadi asset (tidak diinginkan) bagi begitu banyak investor ritel di Indonesia.

Dengan kata lain proses IPO yang merupakan proses penjualan saham emiten/underwriter kepada para investor

ritel sudah dilaksanakan PT.Andalan Artha Advisindo Sekuritas (BJ) dengan baik, bahkan dengan harga rata-

rata hampir 2 kali lipat dari harga IPOnya.

Kejadian ini merupakan contoh bagaimana cara kerja market maker / bandar atau dalam kasus ini underwriter

dalam mendistribusi barang yang dimilikinya kepada publik di harga yang tinggi. Berikut ini step-step yang

disinyalir terjadi dalam proses The Real IPO di saham Star.

FASE MARK UP HARGA

Di detik pertama perdagangan, saham ini langsung meloncat 20%, hal ini merupakan “aksi marketing” pertama

yang dilakukan oleh underwriter dalam proses The Real IPO yang akan dilaksanakannya dalam beberapa

waktu kedepan.
Biaya dalam proses ini sangatlah kecil, cenderung mendekati nol, karena kemungukinan mereka hanya

memindahkan saham mereka dari satu pihak ke pihak yang lain. Sebagai pemiliki tunggal dari saham ini,

mereka bebas men-transaksikan saham ini di harga berapa pun.

Kita tahu bahwa proses ini hanya dapat berlangsung di beberapa detik pertama, karena dalam sekejap para

investor ritel yang melihat loncatan harga tersebut akan ikut bergabung pada “pesta” ini, dan ini memang

tujuan utama dari market maker.

Namun sebesar apa pun jumlah saham yang dimiliki oleh investor ritel, jumlahnya mutlak di bawah kendali

para market maker, dengan kata lain mereka memang membiarkan para investor ritel untuk memperoleh

keuntungan, dengan membeli saham yang mereka jual dengan harga yang lebih tinggi, namun jumlahnya akan

mereka batasi sesuai dengan strategi yang mereka sudah rancang.

Proses mengangkat harga diperlukan untuk membangun kepercayaan dan menarik minat para investor ritel

untuk membeli saham ini, sehingga The Real IPO bisa dilaksanakan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa para investor ritel cenderung membeli kembali saham-saham yang pernah

memberikan mereka keuntungan, bahkan di harga yang lebih tinggi dari level dimana mereka pernah menjual,

inilah yang kelak dimanfaatkan oleh market maker untuk melaksanakan strateginya.

Dalam kasus ini proses kenaikan berlangsung cukup lama, tercatat dari tanggal 13 Juli – 13 September 2011

saham ini bergerak dari level 122 sampai level penutupan tertingginya di level 310 atau 3 kali lipat dari harga

IPOnya.

Dalam grafik kita bisa melihat volume perdagangan meningkat menyertai kenaikan harga, hal ini

mengindikasikan kepercayaan publik terhadap saham ini terus meningkat selama kenaikan harga terus

berlangsung, bahkan pada tanggal 13 September 2011 saham ini diperdagankan dengan harga rata-rata 315,

dengan total transaksi sebanyak 267.655 lot.

Jika kita kembali mengingat harga IPO 3 bulan sebelumnya, harga ini adalah harga yang gila, namun dengan

bantuan running trade, rumor, berita dan komponen-komponen lainnya, investor ritel bersedia membayar di

harga 315 untuk saham yang 3 bulan lalu hanya berharga 102.
FASE DISTRIBUSI

Fase ini akan dilakukan ketika kepercayaan publik sudah cukup besar pada saham ini, sehingga market maker

bisa mendistribusikan sahamnya secara perlahan, tanpa perlu membelinya kembali di harga yang lebih tinggi

seperti yang terjadi di fase mark up. Dalam kondisi ini harga akan turun secara bertahap, seiring dengan

melemahnya minat beli investor ritel, dalam proses ini market maker akan berusaha untuk menjaga agar minat

publik tetap tinggi pada saham ini, salah satunya dengan menjaga agar range harga harian untuk saham ini

tetap tinggi sehingga selalu menarik perhatian para daily trader, terutama di saat saham-saham lain mengalami

koreksi besar- besaran

FASE MARK UP KEDUA

Fase ini kemungkinan dilakukan karena saham ini sudah semakin mulai kehilangan peminatnya seiring dengan

terus turunnya harga, sementara market maker masih memiliki banyak saham untuk mereka distribusi, hal itu

bisa dilihat dengan semakin menurunnya volume perdangangan di akhir-akhir fase distribusi pertama.

Kenaikan harga kembali terjadi hanya dalam 8 hari perdagangan harga naik dari 200 sampai ke 290 dengan

volume yang relative kecil.


 

FASE DISTRIBUSI KEDUA

Fase ini terlihat jauh lebih berhasil daripada fase yang pertama, terlihat dari volume perdagangan yang terus

tinggi meskipun harga STAR terus turun. Jika mengingat harga IPO di 102 maka peluang underwriter terus

mendistribusi sahamnya selama harga masih di atas level tersebut sangatlah besar. Ketika para investor ritel

merasa saham ini sudah sangat murah di ketika mencapai level 200an (karena sebelumnya harga saham ini

300an), underwriter terus melakukan penjualan dan menikmati keuntungan 100% dari harga modal mereka.

Proses inilah yang merupakan The Real IPO, dimana ribuan investor ritel membeli saham ini, bahkan di harga
yang jauh lebih tinggi dari harga IPOnya.

Inilah yang menjadi alasan mengapa pihak AAA Securities mau menjadi penjamin emisi dari STAR, meskipun

mereka tidak memiliki basis publik yang cukup besar untuk menjual sahamnya dalam proses IPO resmi.

Karena proses IPO sebenarnya baru terjadi beberapa bulan kemudian dan dengan harga yang jauh lebih tinggi.

BUKTI TERJADINYA THE REAL IPO


Bukti pertama sangatlah sederhana, setiap orang  bisa menanyakan kepada diri sendiri atau rekan-rekan kita, 

seberapa banyak saham STAR yang kita miliki dan di harga berapa kita membeli saham itu. Jika saham itu

sudah masuk ke dalam list saham “nyangkut” kita, maka itu merupakan bukti bahwa STAR sudah berhasil go

public dan kita merupakan salah satu pembelinya.

Bukti kedua adalah jika kita melihat daftar sekuritas yang menjadi net buyer dan net seller untuk saham ini

sejak hari pertama perdagangan.

Dalam daftar di bawah kita bisa melihat 4 broker net seller terbesar saham STAR adalah IN,BJ,PO dan AN

dengan jumlah total penjualan sebasar 60M dengan rata-rata harga jual  180/lembar.

Kita tahu BJ adalah kode dari AAA Securities merupakan underwriter saham ini, dan bukanlah yang yang aneh

jika BJ berada di urutan atas peringkat net seller. Pertanyaanya, siapakah IN,PO dan AN, dan bagaimana

mungkin mereka bisa menjual begitu banyak saham (senilai 48M) bahkan lebih banyak dari underwriternya,

siapakah yang ada di balik ketiga broker tersebut?

Jika kita melihat profil masing-masing broker:

 IN : Investindo Nusantara Sekuritas


 PO:  Pilarmas Investindo
 AN:  Wanteg Securindo

Ketiganya bukanlah sekuritas yang dikenal publik, bahkan jika kita masuk ke website masing-masing,

ketiganya memeliki ciri-ciri yang hampir serupa dengan AAA , website yang tidak diupdate secara berkala dan

minim informasi jelas terlihat bahwa website ini hanyalah sebuah formalitas yang tidak penting bagi

perusahaan.

Website Wanteg Securido bahkan belum selesai dibuat, sejak tahun 2007 lalu, satu-satunya yang kita dapatkan

hanyalah sebuah blog, ketika saya pertama kali masuk ke blog ini total viewer blog ini adalah 40, dan saya 

merupakan viewer ke 41 sepanjang sejarah dibuatnya blog tersebut sejak tahun 2008.
Jelas sekali ketiga sekuritas seperti ini tidak akan pernah dipercaya oleh investor ritel seperti kita untuk

memegang modal kita, namun faktanya mereka menjual saham STAR senilai 48M kepada publik.

Besar kemungkinan ketiga sekuritas merupakan partner dari BJ dalam mendistribusi barangnya, sehingga aksi

jual BJ tidak terlalu menyolok. Kemungkinan hanya ada 1 pihak yang menjadi sutradara di balik aksi yang

dilakukan 4 broker tersebut.

Di sisi lain jika kita melihat 5 besar net buyer STAR, semuanya diisi oleh sekuritas favorit public.

YP (etrading), PD (ipot), KK (philipps), NI (BNI sec) dan OD (danareksa), bahkan jumlah net buy dari kelima

sekuritas itu hanya sebesar 45M, padalah kemungkinan ada ribuan nasabah di balik kelima sekuritas tersebut,

anda mungkin salah satunya.

Dari kasus ini kita bisa mendapat bayangan bagaimana proses “bandarmologi” dilakukan, bagaimana The Real

IPO dilaksanakan, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang ukurannya kecil seperti STAR. Bagaimana

distribusi yang dilakukan oleh 1 pihak kepada ribuan investor ritel seperti kita.

Saya akan membiarkan anda memutuskan sendiri bagaimana nasib saham ini di masa yang akan datang.

Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita semua sehingga bisa lebih berhati-hati di masa yang akan

datang.

Saham-saham dalam masa IPO tidak dapat dianalisa secara Technical karena tidak ada historical harga di masa

lalu, dan sangat sulit dianalisa secara Fundamental karena keterbatasan data yang tersedia, dan analisa yang

ada justru dikeluarkan oleh pihak underwriter yang bertujuan menjual saham yang dijaminnya.
BANDARMOLOGI STAR Q & A !!
November 14, 2011

Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk antusiasme dan penghargaan

yang begitu besar terhadap artikel “Bandarmologi dibalik pergerakan harga STAR ?!!”

Saya tidak pernah menyangka akan mendapat respon yang begitu luar biasa, sebagai ucapan terima kasih saya,

saya membuat sedikit lanjutan dari artikel tersebut, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan

rekan-rekan melalui berbagai media. Saya harap artikel ini dapat berguna buat rekan-rekan sekalian.

Q: Wah..! ini sebenarnya bisa di kategorikan kriminal penipuan…! Kalau memang actualnya seperti itu ?

Setahu saya belum pernah ada kasus di Pasar Modal yang benar-benar diproses oleh pihak berwajib, bahkan

kasus besar seperti Sarijaya saja tidak terlalu jelas bagaimana akhirnya. Saya melihat kasus STAR ini hanya

merupakan “strategi penjualan” yang brilian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ahli di bidangnya. Kita

semua tahu bahwa Pasar Modal adalah tempat yang keras dan dipenuhi oleh orang-orang yang sangat cerdas.

Saya pribadi kurang setuju jika aksi ini disebut penipuan.

Q: Saya ingin menanyakan mengenai beberapa case perusahaan yang baru IPO tetapi harganya malah drop

seperti martina berto, garuda indonesia, dll.

Saya belum sempat meneliti mengenai MBTO, BULL dan EMDE dan beberapa saham lainnya yang harganya

langsung jatuh ketika IPO, ada kemungkinan saham-saham seperti itu sengaja dilepas dengan harga IPO yang

sangat tinggi, sehingga banyak investor retail berminat mengumpulkannya ketika harganya sudah terkoreksi

10-20% di bawah harga IPO.

Sementara saham GIAA penurunannya bahkan sudah bisa diduga sebelum saham ini diperdagangkan,

perkiraan skenario di balik IPO GIAA pernah saya tuliskan dalam artikel Memprediksi Perdagangan Hari

Pertama Saham Garuda yang saya tulis kurang lebih seminggu sebelum saham ini diperdagangkan di Pasar

Reguler.

Q: Kalau tidak salah harga wajar saham star sekitar Rp 60,- per lembar saham.

Q: Secara bisnis Star perusahaan yg growthnya bagus, net profit masih tipis tapi growth assetnya bagus, rasio

utang wajar, ini dari laporan keuangan star, isi laporan benar atau tidak, saya tidak tahu. Semoga itu benar

sesuai kenyataan, Star juga bagun pabrik baru di Boyolali kalau tidak salah.
Melalui 2 komentar ini kita bisa melihat bahkan di antara para investor retail informasi fundamental PT. Star

Petrochem Tbk masih simpang siur. Salah satu pembaca mengatakan harga wajar STAR adalah 60/lembar

dengan kata lain jika harga STAR saat ini berada di level 86 /lembar, berarti saham ini masih terlalu mahal

alias fundamentalnya bisa dibilang “jelek” untuk harga saat ini.  (Saya belum sempat menanyakan pemberi

komentar, bagaimana harga wajar ini  beliau dapatkan.)

Sementara pembaca yang lain mengatakan, STAR merupakan perusahaan yang bagus, dengan laporan

keuangan yang sehat (jika laporannya memang benar), selain itu perusahaan ini juga sedang membangun

pabrik baru.

Saya sempat melakukan sedikit research tentang perusahaan ini, menurut prospectus yang dikeluarkan

perusahaan kepada pihak bursa efek dan bisa diakses di website BEI.

Ketika pertama kali membaca prospectus ini, langkah pertama yang saya lakukan adalah mencari website dari

perusahaan tersebut. Alamat website perusahaan tercantum di halaman pertama dari

prospectus, www.starpetrochem.co.id . Tujuannya untuk mendapat gambaran yang tentang bisnis dari

perusahaan ini.

Namun sayangnya alamat website yang tercantum tidak bisa ditemukan. Ada kemungkinan website ini sedang

dalam perbaikan, tidak aktif, atau memang tidak ada sama sekali. Saya bukan Roy Suryo tapi saya sedikit

mengerti tentang dunia informatika, dan menurut saya kemungkinan ketiga adalah yang paling besar.

Informasi pertama yang saya temukan di halaman pertama dari prospectus ini diragukan kebenarannya, hal

tersebut membuat saya tidak tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perusahaan ini. Apalagi membeli

sahamnya dengan alasan fundamental.

Namun demi kepentingan investor ritel dan teman-teman yang setia membaca blog ini, saya sekilas

melanjutkan penelitian saya melalui prospectus ini.

Beberapa informasi yang saya dapatkan adalah:

Perusahaan ini diakui sebagai Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 19 Mei 2008 dengan nama PT STAR

ASIA INTERNATIONAL, setelah itu perusahaan membuat langkah “besar” pertamanya pada tanggal 13

Oktober 2010 dengan berganti nama menjadi “PT STAR PETROCHEM”.


Artinya PT STAR PETROCHEM, belum genap berumur setahun ketika memutuskan untuk menjadi

perusahaan terbuka, dan sahamnya diborong oleh investor ritel. Fakta kedua yang saya temukan dari

prospectus ini ternyata tidak lebih menjanjikan dengan fakta pertama mengenai website.

Karena saya tidak mengerti tentang cara kerja perusahaan kimia, dan menganggap laporan keuangan

perusahaan ini menjanjikan seperti yang dikatakan oleh rekan kita di atas. Saya langsung ke bagian karyawan

dari perusahaan ini.

Dalam kutipan di atas, kita bisa melihat bahwa perusahaan ini memiliki 629 karyawan. Dengan komposisi 4

orang bekerja di perseoran, 3 orang di PT SAI, dan 622 orang di PT FIP. Dari semua karyawan yang ada,

hanya 1 orang berumur lebih dari 30 tahun.

Dari 629 karyawan tersebut, 545 orang merupakan non-staff, yang kemungkinan besar merupakan buruh.

Secara intelektual perusahaan ini digerakan oleh 14 karyawan lulusan S1, 1 karyawan lulusan D3 dan 614

karyawan lulusan SLTA & dibawahnya.


Dengan informasi tersebut saya merasa sudah mendapatkan informasi yang cukup mengenai sosok perusahaan

dibalik saham STAR. Kembali lagi saya bukanlah analyst fundamental dan tidak tahu cara untuk menentukan

harga wajar dari perusahaan ini, saya mempersilahkan teman-teman sekalian untuk meneliti lebih lanjut

mengenai perusahaan ini untuk memutuskan apakah perusahaan ini berfundamental baik atau sebaliknya. Anda

bisa mengunduh prospectus STAR disini

Q: Mungkin akan lebih baik jika ditambah daftar sekuritas yg meragukan, supaya kita pemula tidak terkecoh

lagi seperti kasus STAR.

Sekuritas seperti  AAA Securities, Investindo Nusantara Sekuritas, Pilarmas Investindo, Wanteg Securindo,

belum tentu merupakan sekuritas yang secara fundamental “meragukan”, namun jelas sekuritas seperti ini

bukan berbasis pada investor ritel seperti kita, artinya setiap aksi yang dilakukan melalui sekuritas seperti ini
kemungkinan besar dilakukan oleh pihak bermodal besar. Jadi jika kita menganggap market maker

memperoleh keuntungan dari para investor ritail, maka aksi jual atau beli besar-besaran oleh sekuritas sejenis

itu dan puluhan sekuritas sejenis lainnya perlu kita perhatikan.

Q:  Dari pantauan saya, kebanyakan pembeli dengan kode YP, PD, NI, GR, XA adalah sekelompok yg sama.

Bandar lain.. Kelompok ini bermain bayak di saham CLPI, MICE, EKAD, DKFT, AKPI, dan beberapa lagi

yang sering meloncat tinggi setengah tahunan ini.

Kelompok ini juga yang menjadi korban di GREN, GREN-W. Dengan permainan yang sama seperti STAR.

Tetapi mengapa mereka bisa tertipu dua kalinya di permainan ini.

Apakah mungkin YP dan kelompoknya (maksud saya bukan ritel2 sepeti kita ) adalah kelompok yang sama

dengan mereka atau bandar lainnya ?

Pertanyaan ini adalah yang paling menarik bagi saya, terlihat pembaca yang satu ini sangat memperhatikan

pergerakan sekuritas-sekuritas di balik pergerakan harga saham yang sering kita sebut gorengan.

Kita tidak dapat mengetahui secara pasti siapa yang berada di balik kumpulan sekuritas seperti YP (Etrading),

PD (Ipot), KK (Philipps Sec), NI (BNI Sec) dan OD (Danareksa) dalam kasus STAR yang merupakan net

buyer terbesar dari saham STAR selama ini.

Yang pasti ada ribuan investor retail di balik sekuritas-sekuritas tersebut, namun kemungkinan adanya “pihak

lain” di balik sekuritas tersebut juga cukup besar. Dalam pertanyaan di atas ditanyakan adanya kemungkinan

“bandar lain” yang terjebak dalam pergerakan saham STAR ini.

Mungkinkah terjadi perang antar Bandar ?!


Inti dari pertanyaan ini adalah apakah para market maker bisa terjebak atau saling menjebak 1 dengan yang

lainnya? Kemungkinan terjadinya perang antara para market maker memang terbuka, tetapi kemungkinan hal

itu terjadi dalam kasus STAR ini sangat kecil.

Alasan pertama adalah supply saham yang hanya dikuasai oleh 1 pihak, hal ini membuat sangat kecil

kemungkinan ada pihak besar lain yang berani menampung saham ini di harga yang begitu tinggi, apalagi

mereka tahu pasti sebanyak apa saham yang bisa mereka koleksi tergantung sepenuhnya kepada sebanyak apa

market maker mau menjual kepada mereka.

Supply saham adalah syarat pertama dan utama yang dibutuhkan bagi seorang market maker untuk bisa
“menggoreng” harga suatu saham.

Tanpa kemampuan untuk mengontrol supply suatu saham yang akan digoreng, maka biaya untuk mengangkat

harga juga tidak bisa terkontrol, karena mereka tidak mengetahui seberapa banyak saham yang harus mereka

beli untuk bisa mengangkat harga ke level dimana mereka bisa mulai melakukan penjualan.

Semakin banyak saham yang mereka beli, maka semakin banyak pulalah yang harus mereka jual di harga yang

lebih tinggi, dan semakin tinggi kenaikan yang harus mereka ciptakan. Bayangkan jika ada pihak dengan

supply tidak terbatas yang memanfaatkan momentum kenaikan yang diciptakan Bandar lain.

Sederhananya, tukang jual kerupuk tidak akan bersaing dengan pabrik kerupuk dimana mereka membeli

kerupuk.

Jadi kemungkinan terjadi perang antar Bandar sangatlah kecil, kemungkinan saham ini pindah Bandar memang

ada, namun nanti setelah Bandar yang pertama selesai mendistribusi barangnya. Dan harga dimana Bandar

baru mengakumulasi harganya tentu jauh lebih rendah dan memanfaatkan pihak retail yang melakukan cut

loss, bukan membelinya dari supplyer sebelumnya.

Jadi kemungkinan besar “pihak lain” yang berada di balik kelompok YP (Etrading), PD (Ipot), KK (Philipps

Sec), NI (BNI Sec) dan OD (Danareksa) adalah pihak yang sama dengan market maker yang bermaksud

mendistribusi barangnya. Asumsi tersebut diperkuat jika kita melihat data berikut.
Jika kita melihat data di atas, kita temukan bahwa YP berada di peringkat pertama sebagai buyer dan juga

seller saham STAR selama ini. DR dan XA juga menduduki peringkat kedua dan ketiga baik sebagai brooker

yang terbanyak dalam membeli dan juga menjual. Kita mengetahui sebelumnya bahwa YP adalah net buyer

terbesar untuk saham ini.

Sementara broker-broker yang sebelumnya kita sinyalir sebagai alat market maker dalam menjual barangnya

seperti  IN: Investindo Nusantara Sekuritas , PO:  Pilarmas Investindo, AN:  Wanteg Securindo berada diluar 3

besar, AN dan IN bahkan bukan hanya berada di 10 besar sekuritas yang paling banyak menjual tetapi juga

yang paling banyak membeli.

Sekuritas-sekuritas seperti  YP, DR dan XA, juga AN dan IN kemungkinan juga ditunggangi oleh pihak

market maker untuk menjadi motor pergerakan harga STAR,  untuk membuat suasana menjadi “kondusif” dan

meyakinkan bagi para trader dan investor retail untuk masuk dan ikut kedalam pertujukan saham ini. Sebagian

masuk dengan niat untuk “mencopet bandar”, padahal suasana kondusif sengaja diciptakan untuk mengundang

pencopet sebanyak mungkin.

Secara sederhana aksi membeli saham milik sendiri adalah cara paling mudah untuk mengangkat harga suatu

saham, selain itu dapat juga dilakukan untuk meremaikan pasar, memancing investor retail dan juga menutupi

aksi sebenarnya yang sudah kita bahas pada atikel sebelumnya.

Q: Kemana arah pergerakan STAR dalam beberapa bulan kedepan ?


Pertanyaan ini selalu merupakan pertanyaan paling sulit untuk dijawab, di atas kita mendapatkan bahwa PT

STAR PETROCHEM adalah perusahaan yang sangat tidak jelas keberadaannya, jadi semua informasi yang

kita dapatkan mengenai perusahaan ini juga perlu kita selidiki secermat mungkin. Hal paling mungkin yang

dapat menyebabkan saham ini naik adalah jika market maker masih ingin menjual barangnya dalam jumlah

yang cukup besar. Kemungkinan hal ini terjadi masih terbuka, namun jika rekan-rekan belum memiliki saham

ini saya sarankan untuk tidak membeli saham ini dengan berharap hal itu benar-benar terjadi.

Sebenarnya hal paling mudah untuk memancing market maker untuk memancing market maker untuk

mengangkat harga saham ini adalah jika semua investor ritel sepakat untuk menarik bid mereka pada saham ini

dalam beberapa hari. Dengan demikian saham yang masih mereka miliki tidak akan memiliki harga, dan

kemungkinan mereka akan berusaha untuk menarik kembali minat para investor ritel, sayangnya hal tersebut

hampir mustahil bisa dilakukan oleh para investor ritel yang tersebar di berbagai penjuru.

Q: Apakah harga STAR bisa terus turun di bawah harga IPOnya ?

Kemungkinan tersebut masih terbuka lebar saat ini rata-rata harga jual STAR sejak IPO masih berada di

kisaran 192/lembar, dengan kata lain masih 90 point di atas harga IPOnya. Jika kita anggap biaya untuk

mengangkat saham ini jika ditotal menambahkan biaya 30 point untuk setiap lembar saham, maka market

maker masih memiliki keuntungan 60 point per lembar.

Artinya market maker masih bisa terus melakukan penjualan, dalam jumlah besar di bawah harga IPO, karena

secara total average penjualan mereka masih akan memberikan keuntungan di saham ini, dan jika mereka

memang bermaksud “membuang” saham ini, semakin banyak mereka bisa menjual saham ini semakin banyak

pula modal mereka yang mereka bebaskan dari saham ini.

Saya harap artikel ini dapat berguna untuk kita semua untuk membantu mengambil keputusan di masa yang

akan datang.

“in everything I do, all the praise goes out to You”


MEMPELAJARI STRATEGI UNDERWRITER DALAM
IPO
February 9, 2011

Strategi Underwritter dalam IPO cenderung itu-itu saja, namun sayangnya banyak investor yang terus terjebak

dan membeli saham-saham justru turun setelah IPO, atau tidak kebagian ketika saham-saham langsung terbang

tinggi setelah IPO. Dalam Artikel di bawah kita adalah salah satu artikel yang kami tulis beberapa hari

sebelum IPO GARUDA. Sebagai informasi IPO Garuda membuat puluhan ribu investor rugi karena ketika

saham yang awalnya diprediksi akan naik signifikan di hari pertama malah jatuh lebih dari 20% di hari

pertama, membuat banyak investor yang nyangkut, sampai saat ini.

Artikel di bawah adalah salah satu pembelajaran mengenai bagaimana strategi underwriter dalam IPO di

saham-saham yang memiliki popularitas dan kepercayaan masyarakat yang tinggi seperti Garuda.

STRATEGI UNDERWRITER DI BALIK IPO GARUDA INDONESIA

Seperti kita ketahui sampai beberapa bulan yang lalu Emiten yang baru IPO selalu diidentikan dengan loncatan

harga di hari pertama perdagangan saham di pasar sekunder (pasar dimana kita para trader atau investor setiap

hari bertransaksi), saham-saham tersebut bisa meloncat 10-50% pada hari pertama diperdagangkan di bursa,
tidak peduli fundamentalnya bagus atau tidak, bahkan sebagian dari kita mungkin tidak pernah mendengar

perusahaan itu sebelumnya, tapi harganya tetap saja meloncat di hari pertama.

Berikut ini saya lampirkan beberapa saham dengan fundamental “kurang jelas” yang listing tahun 2010 lalu,

beserta harga IPO , dan harga tertingginya di hari pertama.

Jika melihat hal ini tentu orang awam pun dapat melihat ada peluang memperoleh keuntungan sesaat, jika kita
membeli di harga IPO-nya. Tetapi untuk itu memang investor harus mau repot mengikuti bookbuilding,

menjaminkan uangnya, dan jika ada pengembalian uang, mereka juga harus pergi untuk mengambil

pengembalian uangnya, dll.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh banyak pihak dan berubah menjadi trend beberapa bulan terakhir, karena

banyaknya perusahaan yang melakukan IPO, dan besarnya imbal hasil “hampir pasti” yang dihasilkan.

Sehingga munculah profesi baru di pasar modal, saya menyebut sebagai IPO HUNTER, mereka bukan

investor, bukan juga trader, bahkan sebagian dari mereka sama sekali tidak tahu cara menganalisis suatu

saham, tetapi mereka mengikuti bookbuilding, mereka berpindah dari sekuritas satu ke sekuritas yang lain

yang menjadi underwriter saham yang akan listing, hanya untuk membeli saham yang IPO.

DELUSIONAL OVER SUBSCRIBE

Sampai beberapa saat yang lalu, kendala satu-satunya dari mengikuti proses IPO adalah sedikitnya jumlah

yang diberikan jika dibandingkan jumlah saham yang dipesan, pada umumnya underwriter hanya memberikan

1-3% dari jumlah yang dipesan.

Jadi untuk memperoleh 100 lot saham di harga IPO, kita harus memesan sekitar 10.000 lot dan juga memberi

uang jaminan sejumlah itu.  Hal itu sudah menjadi hal biasa, jadi para pemesan juga sudah tahu itu, dan selalu 

memesan 10x – 100x lebih banyak dari yang sebenarnya mereka inginkan.

Jadi jika kita mendengar suatu saham yang akan IPO mengalami over subscribe, anda sudah tahu sebabnya, hal

itu disebabkan karena setiap orang memesan 10-100x dari yang sebenarnya ingin mereka beli. Jika semua

orang melakukan itu, tentu akan terjadi kelebihan pemesanan (over subscribe). Jadi kalau menurut saya over

subscribe tersebut hanya merupakan dilusi semata.


MARKET MAKER STRATEGY BEHIND THE IPO

Pertanyaan sederhana: Mengapa underwriter

terkesan tidak mau memberikan saham yang mereka jamin dalam jumlah banyak kepada pemesan?

Jawaban: Karena underwriter ingin menjual di harga lebih tinggi dari harga IPO.

Ketika saham baru pertama listing, underwriter akan menjadi Market Maker atau Bandar pertama dari saham

tersebut, karena mereka adalah sekuritas yang memiliki tujuan untuk menjual saham yang mereka jamin, dan

sama sekali tidak berminat untuk menyimpannya.

Jadi tidak aneh kalau mereka mengoreng saham ini pada beberapa hari atau beberapa bulan pertama

perdagangan, untuk memastikan investor retail percaya pada “kinerja” saham tersebut dan mau membelinya di

harga yang jauh lebih tinggi daripada harga IPO, lalu setelah kepercayaan publik sudah muncul maka mereka

akan menjual saham-saham mereka secara perlahan.

Jika anda melihat saham-saham yang IPO dalam 1 tahun terakhir, hampir semua memiliki pola yang sama,

naik di beberapa hari-bulan pertama perdagangan, lalu setelah itu turun perlahan-lahan dan membawa ribuan

nyangkuters di dalamnya, bahkan nyagkuters tersebut umumnya investor yang sebelumnya  tidak berminat
mengikuti IPO.

Anda bisa melihat list saham di atas, saat ini hampir semuanya masih berada di atas harga IPO mereka, tapi

sekarang saham-saham tersebut dimiliki oleh para nyangkuters secara merata di portofolio masing-masing, dan

bukan oleh underwriter lagi. Itu merupakan bukti sederhana kalau underwriter sudah berhasil menjual

sahamnya di harga yang jauh lebih dari harga IPO kepada investor retail.

Jika anda mempelajari saham-saham yang lainnya termasuk saham-saham “plat merah” sekalipun, anda akan

menemukan strategi yang kurang lebih sama.

IPO GARUDA
Dalam waktu dekat ada satu saham pemerintah lagi

yang akan listing di bursa, yaitu saham Garuda Indonesia. Saya tidak akan membahas perusahaan ini

fundamentalnya bagus atau tidak, harga 

IPO nya kemahalan atau kemurahan, karena memang itu sudah dibahas oleh analyst-analyst yang sangat

berkompeten di bidangnya.

Saya akan mencoba membahas pandangan saya tentang proses Bookbuilding, IPO dan perdagangan hari

pertamanya nanti.

Jauh berbeda dengan proses-proses bookbuilding yang sebelumnya kita ketahui, dimana underwriter sangat

pelit dalam memberikan saham yang dipesan oleh public, dalam kasus ini underwriter terlihat sangat

“dermawan” dalam membagikan saham kepada pemesannya. Banyak pemesan yang mendapat 100% dari yang

mereka pesan. Sebagian memang “hanya” mendapat 50% dari pemesanannya tapi itu jelas berbeda dengan

kasus saham Krakatau Steel dimana investor ritel hanya diberikan 0-0.5%  dari jumlah saham yang mereka

pesan.

Seperti kita ketahui ada alasan yang baik dibalik semua itu, yaitu Pemerintah ingin mengutamakan kepentingan

Investor Lokal, dan mencegah terjadinya kisruh seperti yang terjadi di saham KRAS.  Ok, kita tidak bisa

menyalahkan pemerintah lagi sekarang, and that’s a good thing !

Tapi apakah ceritanya selesai di situ ?!! Saya rasa tidak.

Mari kita telaah perbedaan IPO Garuda dengan IPO-IPO sebelumnya.

Pada IPO-IPO sebelumnya, para pemesan memesan 10-100x dari jumlah yang sebenarnya mereka inginkan,

bahkan meskipun demikian banyak dari mereka yang masih kecewa karena masih mendapat jumlah yang lebih

sedikit dari yang mereka harapkan, dan harus membelinya di pasar sekunder dengan harga yang umumnya

sudah jauh lebih tinggi.


IPO Garuda : Pemesan-pemesan pertama memesan dengan jumlah yang sama 10-100x dari yang mereka

inginkan, dan mereka mendapat 50-100% dari yang mereka pesan. Atau artinya 10-100x lebih banyak dari

yang mereka inginkan, atau mungkin lebih parah, lebih banyak dari yang sebenarnya mereka sanggup beli.

Saya tidak tahu apakah ini terjadi kepada semua orang, tapi beberapa kenalan saya bahkan sedang panik saat

ini karena mereka mendapat saham jauh lebih besar dari yang mereka harapkan. Memang kepanikan itu bisa

dimengerti.

Bayangkan jika anda IPO Hunter dan ingin membeli saham Garuda sebesar 10 juta rupiah, dan untuk

mendapatkan itu anda memakai seluruh modal/”senjata” yang anda miliki untuk memesan sebesar 1 M (100 x

lipat). Secara tiba-tiba uang 1M anda sudah berubah menjadi saham Garuda.

Sekarang modal atau “senjata” yang mereka miliki sebelumnya sudah berubah menjadi “barang dagangan”,
dan ketika modal sudah berubah menjadi “barang dagangan” tentu hal pertama yang dipikirkan oleh

pemiliknya adalah menjual saham tersebut. Karena mereka sama sekali tidak berminat untuk memiliki

perusahaan Garuda Indonesia, mereka hanya spekulan yang siap-siap mencari keuntungan sesaat. Saya

membayangkan ada banyak IPO Hunter yang sedang dalam kondisi yang sama saat ini.

Satu hal yang paling saya takutkan adalah para IPO Hunter nekat yang memesan dengan uang yang sebenarnya

bukan untuk diinvestasikan, uang tabungan untuk anak cucu dijadikan jaminan untuk mendapatkan saham

sebanyak-banyaknya. Mereka tentu akan lebih panik lagi, karena Saham Garuda tidak bisa dipakai untuk

menyekolahkan anak, bahkan untuk mendapat diskon pembelian tiket garuda pun tidak bisa.

Melihat kondisi itu saya membayangkan bahwa mereka semua akan sesegera mungkin meng-uangkan modal,

senjata atau bahkan tabungannya ketika saham Garuda mulai diperdagangkan di market.

Keuntungan jelas prioritas nomor dua sekarang, karena keselamatan jauh lebih penting ketika kondisi kita

sama sekali tidak bersenjata.

Well jadi kita sekarang sudah bisa membayangkan siapa yang akan menjadi pihak penjual pada perdagangan

hari pertama nanti. Jumlahnya kemungkinan cukup besar, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan milyar.

PERTANYAAN: SIAPA YANG MAU BELI ??

Saya sudah memikirkan pertanyaan ini dalam beberapa hari terakhir, dan jujur sampai saat ini saya belum

menemukan jawabannya.
 Underwriter

Mereka yang biasanya menjadi “kondektur” pergerakan harga tampaknya merubah strateginya kali ini dan

terkesan ingin cuci tangan dan tidak terlalu berminat lama-lama memegang saham ini di tangan mereka.
 Investor Asing yang tidak kebagian IPO
Saat ini santer terdengar bahwa saham Garuda tidak laku dijual, kalau itu benar artinya saat ini tidak ada lagi

pihak yang mau membeli saham garuda di harga 750/lembar , jadi rasanya kurang masuk akal kalau di hari

pertama nanti mereka akan memborong di harga yang lebih dari 750.
 Investor Retail

Dalam kasus-kasus sebelumnya investor retail sangat bersemangat membeli saham-saham yang baru listing,

karena sebagian dari mereka tidak kebagian membeli saat IPO karena “over subscribe”, dan karena ekspektasi

yang sangat tinggi sebelum saham itu diperdagangkan di pasar sekunder. Namun hal ini pun sepertinya tidak

terjadi dalam kasus ini.


 Daily Trader

Daily trader umumnya adalah “pemakan segala” mereka tidak terlalu peduli fundamental, mereka hanya

membeli saham tersebut beberapa jam atau bahkan menit dan langsung menjualnya kembali. Tapi mereka juga

adalah orang-orang yang memiliki paling banyak informasi, situasi saat ini tentu sudah menjadi pertimbangan

mereka, mereka mungkin berminat untuk membeli, tapi tentu di harga diskon yang cukup besar, dimana

mereka merasa aman untuk membelinya.

Jadi menurut saya seperti itulah kondisi yang mungkin akan terjadi tanggal 11 Februari nanti, banyak orang

yang sangat ingin untuk menjual sahamnya, dan siapa yang mau membelinya masih cukup misterius. Jadi

marilah kita berharap supaya ada “tangan-tangan” misterius yang mau mengangkat saham ini, sehingga dana

para investor retail bisa terselamatkan, karena tanpa peran serta dari mereka kemungkinan akan ada panic

selling dari para investor retail yang ingin uangnya cepat kembali.
BAGIMANA BANDAR GUNAKAN BERITA UNTUK
MENJEBAK ANDA
June 12, 2017

Pada awal perdagangan sesi 2 hari Jumat kemarin, harga saham BUMI secara tiba-tiba mengalami kenaikan

cukup signifikan, pergerakan tersebut dimulai pada masa istirahat sesi 1, di akhir jam 12 siang tersebar berita

positif di kalangan pelaku pasar dan para analis sekuritas raksasa mengenai ‘penghapusan hutang BUMI.

Berita tersebut juga diterima oleh Team CTS HOT INFO yang juga memiliki akses pada informasi-informasi

tersebut. Akhirnya pada jam 13.17 informasi tersebut dirilis di Channel Hot Info.
Efek dari berita tersebut langsung dirasakan di awal perdagangan sesi 2, setelah sepanjang sesi pertama saham

ini hanya bergerak terbatas, di awal sesi kedua saham BUMI langsung melonjak signifikan dan hargnya naik

dari level 328 sampai ke level 352 hanya dalam waktu kurang dari 20 menit.

Kenaikan tersebut langung membuat para investor ritel memusatkan perhatiannya ke saham ini, dan setealah

harga naik sekitar 5% kami mulai melihat beberapa pakar saham independen mulai men-copy-paste berita dari

Hot Info di atas, di group-group chat masing-masing, untuk semakin ‘memanaskan’ pergerakan saham ini.

Di pasar saham fenomena seperti ini adalah fenomena yang biasa terjadi, sebuah berita sedehana seperti yang

anda lihat di atas bisa jadi ‘viral’ jika disusul oleh pergerakan harga yang signifikan. Perilaku investor ritel
juga bisa berubah 180 derajat, jika sepanjang sesi satu mayoritas investor ritel umumnya pesimis terhadap

pergerakan harga BUMI , pada awal sesi 2 langusung dipenuhi oleh oprimisme dan kita menyaksikan

bagaimana investor ritel dari pakar saham sampai pemula yang percaya bahwa harga BUMI akan terus terbang

pada hari tersebut, bahkan akan auto-reject atas.

Padahal jika kita pikir lebih tenang, tidak ada yang istimewa dan tidak ada yang baru para berita yang dirilis

team CTS HOT INFO di atas, berita penghapusan utang (ditukar dengan saham) sudah lama disetujui, dan

diketahui oleh investor ritel, ‘peresmian’ penghapusan utang tersebut seharusnya tidak terlalu penting, karena

aksi korporasi ini sudah berbulan-bulan derespon oleh market.

Berita tersebut hanya jadi ‘viral’ karena harga BUMI lansung meloncat di sesi 2, tanpa kenaikan tersebut

investor ritel tidak akan memberi respon apa-apa setelah membaca berita yang sama. Bahkan kalau yang

terjadi sebaliknya,  harga BUMI justru turun pada sesi 2 kemarin, maka ‘cara investor ritel’ memahami berita

tersebut akan berubah 180 derajat. Kemungkinan para pakar saham akan men-copy-paste berita yang sama

namun mereka akan menghighlight adanya kemungkinan kreditur yang keberatan dengan EOM yang

dikirimkan, dan aksi korporasi tersebut terancam gagal.

Dari contoh di atas kita bisa belajar dengan jelas bahwa satu berita sederhana, yang seharusnya tidak

berdampak apa-apa pada persepsi investor ritel bisa jadi viral jika keluarnya berita langsung disusul dengan

pergerakan yang signifikan pada harga sahamnya. Dan karena pergerakan harga yang signifikan selalu dimulai

oleh BANDAR, maka kita bisa menyimpulkan, bahwa BANDAR memiliki kekuatan mengontrol pemikiran

dan persepsi investor ritel terhadap suatu berita. Jadi dengan kata lain bandar bisa menjebak kita hanya dengan
memadukan timing keluarnya berita dan pergerakan harga seperti yang mungkin terjadi dalam perdagangan

hari Jumat kemarin.

Sebagai analis yang memspesialisasikan diri para pergerakan Bandar, fenomena perpaduan berita dan

pergerakan harga tersebut sudah bertahun-tahun dipelajari oleh tim riset Creative Trader, itu sebabnya kami

sering kali justru merespon negatif sebuah berita positif, dan juga sebaliknya, dan jika rekan-rekan sudah

cukup lama mengikuti pembahasan-pembahasan kami, anda tahu sendiri bagaimana akurasi dari analika –

analisa yang kami rilis selama ini.

Untuk memahami efek sebenarnya dari sebuah berita, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dari berita
tersebut, kita tidak bisa secara naif menerima apa yang dikatakan dalam berita tersebut ‘bulat-bulat’ , atau

lebih parah lagi, justru malah membantu bandar memanaskan suasana dengan menyebarkan berita tersebut

setelah melihat harga sahamnya naik atau turun.

Ada 5 hal penting yang perlu diperhatikan dalam menganalisa dan memahami efek sebenarnya dari

sebuah berita, dan bagaimana membaca ‘tujuan bandar’ dari keluarnya berita tersebut.

ANALISA SUMBER BERITA

Jika kita melihat berita mengenai BUMI di atas tidak sulit untuk mengetahui bahwa sumber berita tersebut

langsung dari manajemen perusahaan. Dan jika kita berbicara manajemen BUMI, maka sudah menjadi rahasia

umum kalau pengaruh dari keluarga Bakrie cukup besar terhadap apa yang dilakukan oleh manajemen.

Jika kita hubungkan dengan pergerakan sahamnya, maka juga sudah menjari rahasia umum kalau Bandar

saham BUMI berasal dari keluarga Bakrie itu sendiri.

Jadi sederhananya berita tersebut dirilis oleh Bandar saham itu sendiri, tujuan dari berita tersebut tentu sudah

jelas, yaitu untuk memuluskan strategi yang sedang dijalankan Bandar.

Kita tahu tidak semua berita yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham keluar dari manajemen,

sebagai contoh lainnya beberapa tahun yang lalu Direktur Utama dari APLN ditangkap oleh KPK, berita

tersebut dirilis langsung oleh KPK, dan tidak peduli manajemen suka atau tidak akan dirilisnya berita tersebut,

berita tersebut tetap tersebar ke publik.


Dari sisi Bandarmologi, karena Bandar hanya bisa mengatur pergerakan harga saham, dan bukan apa yang

terjadi di perusahaan, apalagi apa yang dilakukan oleh KPK, jadi mau tidak mau Bandar harus menanggung

akibat dari keluarnya berita tersebut, tidak peduli apa tujuan bandar sebelum keluarnya berita tersebut.

ANALISA WAKTU KELUARNYA BERITA

Waktu keluarnya berita tidak selalu sama dengan waktu berita tersebut dirilis ke publik, memang benar ada

jenis-kenis berita yang diketahui di waktu yang sama baik oleh Bandar atau Ritel seperti berita mengenai

bencana alam, hasil pemilu, dll. Namun ada lebih banyak berita lagi yang sudah diketahui sejak lama oleh

Bandar, dan baru dirilis ke publik pada waktu yang dirasa tepat oleh Bandar.

Kita ambil contoh sebuah proses Akuisisi, kita tahu proses seperti ini bukanlah proses yang bisa terjadi secara

instan, dimana ketika direktur utama memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan dan membuat konfrensi

pers, pada saat itu juga akuisisi terjadi.

Tentunya akan ada proses perencanaan, negosiasi antar kedua belah pihak, perundingan harga, pengaturan

stuktur perusahaan pasca akuisisi, dll. Proses tersebut bisa berlangsung berbulan-bulan, para pemegang saham

utama dan BANDAR tentunya akan diberi tahu akan adanya rencana akuisisi tersebut, jauh sebelum prosesnya

terealisasi. Lalu kapan publik tahu akan proses tersebut ? Publik akan tahu ketika proses akusisinya sudah

selesai, atau ketika BANDAR ingin para investor ritel mengetahui akan proses tersebut.

APA YANG DILAKUKAN BANDAR SEBELUM KELUARNYA BERITA

Karena adanya ketimpangan informasi antara Bandar dari Ritel, maka cara terbaik untuk memahami efek

sebenarnya dari sebuah berita adalah mempelajari apa yang dilakukan BANDAR sebelum keluarnya berita.

Salah satu contoh yang sempat kami rilis adalah ketika keluar berita akusisi MDRN oleh CPIN beberapa bulan

lalu. Pada saat itu hampir semua pakar saham setuju bahwa berita tersebut adalah berita positif untuk MDRN,

karena dari berita yang dikeluarkan harga akuisisi tersebut dianggap terlalu mahal. Sehingga para analis

berbondong-bondong merekomendasikan MDRN meskipun pada hari itu harga MDRN sudah terbang 27%

pasca keluarnya berita tersebut.

Namun seperti kita bahas sebelumnya, proses akusisi bukanlah proses yang tiba-tiba, jadi hal yang paling

penting dianalisa bukanlah harga akuisisinya, melainkan apa yang dilakukan BANDAR sebelum berita akusisi
tersebut dirilis ke publik. Karena jika berita tersebut memang benar-benar akan membuat harga MDRN

terbang seperti harapan para analis dan investor ritel, maka seharusnya BANDAR akan lebih dulu

mengakumulasi saham tersebut sebelum mereka memutuskan untuk menyebarkan berita tersebut ke publik.

Dan jika anda masih ingat, pada pembahasan mengenai akuisisi tersebut kami mengatakan :

Hal menarik lainnya dari pergerakan MDRN adalah, kami tidak melihat ada indikasi
akumulasi yang dilakukan para pemain besar atau BANDAR  sebelum pengumuman
akuisisi dirilis. Seperti kita ketahui proses akuisisi jelas bukanlah proses yang pendek, jadi
pasti ada banyak pihak-pihak yang sudah tahu mengenai rencana ini sebelum pengumuman
resmi hari Senin kemarin.
Dan Fakta bahwa tidak ada BANDAR yang mau memanfaatkan momentum akuisisi ini
untuk mengumpulkan saham ini sebelum berita dikeluarkan jelas membuat potensi
kenaikan saham ini menjadi jauh lebih kecil kedepannya.

Analisa tersebut terbukti benar, tidak sampai 2 bulan setelah berita tersebut dikeluarkan harga MDRN justru

turun ke 50, dan akusisinya sudah dinyatakan batal. Suatu bukti lainnya mengenai pentingnya analisa

Bandarmologi untuk menganalisa efek dari sebuah berita.

2 hal penting lainnya untuk sementara akan kami simpan dulu, dan mungkin akan kami share dalam beberapa

waktu kedepan.
KESIMPULAN

Dari kasus-kasus di atas, kita bisa memahami bahwa tidaklah mudah untuk memahami efek sebenarnya dari

suatu berita, mengetahui berita memang bisa bermanfaat untuk memahami dengan lebih baik apa skenario

yang akan atau sedang dilakukan Bandar. Karena untuk membuat ritel percaya akan efek dari sebuah berita

maka BANDAR juga harus menggerakan harga saham yang bersangkutan, dan pergerakan itu bisa kita

manfaatkan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek, terutama jika memang kita terbiasa mendapatkan

informasi lebih dulu dari para investor ritel lainnya.

Namun kecuali anda benar-benar mengerti fundamental perusahaan yang sedang diberitakan, atau memahami

cara menganalisa pergerakan BANDAR, sebaikanya anda tidak perlu terlalu percaya akan efek jangka panjang

pada saham yang dikatakan dalam berita tersebut.

Anda mungkin juga menyukai