?!!
November 3, 2011
Strategi Underwritter dalam IPO cenderung itu-itu saja, namun sayangnya banyak investor yang terus terjebak
dan membeli saham-saham justru turun setelah IPO, atau tidak kebagian ketika saham-saham langsung terbang
Artikel di bawah adalah salah satu pembelajaran mengenai bagaimana strategi underwriter dalam IPO di
saham-saham yang tidak jelas secara Fundamental namun harganya bisa melambung tinggi pada hari-hari
Ada satu saham yang bersinar terang di tengah suramnya kondisi IHSG beberapa bulan terakhir, saham ini
menguat sangat tajam dan berhasil menarik banyak investor retail karena kemilaunya.
Bagi para investor yang rajin memantau pergerakan harga dalam beberapa bulan terakhir, pasti mengenal
saham STAR, saham ini baru go public bulan Juli lalu, tepatnya tanggal 13 Juli 2011, dengan harga IPO 102
/lembar, konon di harga 100 PER dari saham ini hanya 1X, atau dengan kata lain perusahaan ini akan
menghasilkan keuntungan sebasar nilai perusahaannya saat ini di tahun yang akan datang.
Di luar benar atau salah berita tersebut satu hal yang kita tahu pasti, saham ini langsung naik 20% di detik
pertama perdagangannya. Harga pembukaan saham ini di level 122, naik 20 point dibanding harga IPOnya,
tidak berhenti di situ, dalam 3 bulan pertama saham ini terus naik sampai rekor tertingginya di level 330, dan
seperti kita ketahui harga saham ini sekarang adalah 92 (penutupan tanggal 2 Nov 2011).
Saya yakin para fundamentalist memiliki versiya sendiri untuk menjelaskan ada apa dibalik gejolak harga yang
begitu besar dalam waktu begitu singkat, sementara para technicalist tidak bisa berkata apa-apa karena saham
ini memang baru diterbitkan dan tidak memiliki historical price yang mencukupi untuk dianalisa.
Dalam artikel ini saya akan mencoba memaparkan analisa saya mengenai apa yang terjadi di saham ini,
tanpa memakai analisa Technical atau Fundamental, hanya menggunakan ilmu logika jual-beli, atau yang
PIHAK PENJUAL
Seperti kita ketahui, PT. Star Petrochem Tbk. (STAR), menunjuk PT.Andalan Artha Advisindo Sekuritas (BJ)
sebagai penjamin emisi atau underwritter. Sebagai underwriter tunggal PT.Andalan Aertha Advisindo
Sekuritas (BJ), memiliki kewajiban untuk mejual seluruh saham yang dipercayakan emiten kepada publik.
Secara teori BJ akan menawarkan kepada para nasabahnya, melakukan proses book building dan menjual
saham STAR kepada publik melalui proses IPO. Yang menjadi pertanyaan adalah,
Apakah publik memiliki rekening di PT.Andalan Artha Advisindo Sekuritas, sehingga bisa
berpartisipasi dalam proses IPO?
Jika kita melihat pada website dari sekuritas yang bersangkutan kita mendapatkan bahwa AAA (sebutan dari
sekuritas ini) bukanlah sebuah sekuritas yang menempatkan “publik” atau investor ritel seperti kita dalam
target bisnisnya.
Sekuritas ini kemungkinan hanya memiliki 1 kantor pusat, dan tidak memiliki cabang dimanapun, tidak ada
tawaran untuk menjadi nasabah dalam websitenya, tidak ada OLT yang ditawarkan, bahkan grafik IHSG yang
ditempatkan di halaman depan website ini terakhir di update bulan Juli 2009. Tanpa perlu melakukan
penyelidikan lebih lanjut, saya rasa kita bisa menyimpulkan bahwa sekuritas ini, tidak membutuhkan investor
ritel seperti kita untuk kelangsungan hidupnya, sekuritas seperti ini kemungkinan hanya memiliki nasabah big
Mengapa Perusahaan yang mau go public, menunjuk sekuritas yang tidak bisa menjangkau dan
dijangkau publik sebagai penjual sahamnya?
PIHAK PEMBELI
Pertanyaan tersebut akan membawa kita kepada pihak kedua dalam proses ini, yaitu Investor Ritel. Investor
Ritel merupakan sasaran utama dari sebuah perusahaan go public, secara logika jika sebuah perusahaan
mencari pemodal besar (coorporate) maka perusahaan itu tidak perlu melakukan proses berliku untuk
melakukan IPO, cukup mendatangi pemodal besar satu per satu, dan jika perusahaan itu memang menjanjikan
maka pemodal besar akan berebut untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa STAR mengincar modal dari publik ketika mereka menunjuk AAA sebagai
penjamin emisinya. Artinya AAA juga harus menjual saham yang mereka jamin kepada investor ritel, yang
The real IPO adalah proses dimana pendistribusian saham STAR dilakukan, notabene setelah proses IPO resmi
Seperti dibahas sebelumnya, kita belum bisa menemukan garis penghubung antara pihak penjual dengan pihak
pembeli dalam proses IPO ini, namum kita ketahui faktanya bahwa 4 bulan setelah saham ini go public, STAR
sudah menjadi asset (tidak diinginkan) bagi begitu banyak investor ritel di Indonesia.
Dengan kata lain proses IPO yang merupakan proses penjualan saham emiten/underwriter kepada para investor
ritel sudah dilaksanakan PT.Andalan Artha Advisindo Sekuritas (BJ) dengan baik, bahkan dengan harga rata-
Kejadian ini merupakan contoh bagaimana cara kerja market maker / bandar atau dalam kasus ini underwriter
dalam mendistribusi barang yang dimilikinya kepada publik di harga yang tinggi. Berikut ini step-step yang
Di detik pertama perdagangan, saham ini langsung meloncat 20%, hal ini merupakan “aksi marketing” pertama
yang dilakukan oleh underwriter dalam proses The Real IPO yang akan dilaksanakannya dalam beberapa
waktu kedepan.
Biaya dalam proses ini sangatlah kecil, cenderung mendekati nol, karena kemungukinan mereka hanya
memindahkan saham mereka dari satu pihak ke pihak yang lain. Sebagai pemiliki tunggal dari saham ini,
Kita tahu bahwa proses ini hanya dapat berlangsung di beberapa detik pertama, karena dalam sekejap para
investor ritel yang melihat loncatan harga tersebut akan ikut bergabung pada “pesta” ini, dan ini memang
Namun sebesar apa pun jumlah saham yang dimiliki oleh investor ritel, jumlahnya mutlak di bawah kendali
para market maker, dengan kata lain mereka memang membiarkan para investor ritel untuk memperoleh
keuntungan, dengan membeli saham yang mereka jual dengan harga yang lebih tinggi, namun jumlahnya akan
Proses mengangkat harga diperlukan untuk membangun kepercayaan dan menarik minat para investor ritel
untuk membeli saham ini, sehingga The Real IPO bisa dilaksanakan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para investor ritel cenderung membeli kembali saham-saham yang pernah
memberikan mereka keuntungan, bahkan di harga yang lebih tinggi dari level dimana mereka pernah menjual,
inilah yang kelak dimanfaatkan oleh market maker untuk melaksanakan strateginya.
Dalam kasus ini proses kenaikan berlangsung cukup lama, tercatat dari tanggal 13 Juli – 13 September 2011
saham ini bergerak dari level 122 sampai level penutupan tertingginya di level 310 atau 3 kali lipat dari harga
IPOnya.
Dalam grafik kita bisa melihat volume perdagangan meningkat menyertai kenaikan harga, hal ini
mengindikasikan kepercayaan publik terhadap saham ini terus meningkat selama kenaikan harga terus
berlangsung, bahkan pada tanggal 13 September 2011 saham ini diperdagankan dengan harga rata-rata 315,
Jika kita kembali mengingat harga IPO 3 bulan sebelumnya, harga ini adalah harga yang gila, namun dengan
bantuan running trade, rumor, berita dan komponen-komponen lainnya, investor ritel bersedia membayar di
harga 315 untuk saham yang 3 bulan lalu hanya berharga 102.
FASE DISTRIBUSI
Fase ini akan dilakukan ketika kepercayaan publik sudah cukup besar pada saham ini, sehingga market maker
bisa mendistribusikan sahamnya secara perlahan, tanpa perlu membelinya kembali di harga yang lebih tinggi
seperti yang terjadi di fase mark up. Dalam kondisi ini harga akan turun secara bertahap, seiring dengan
melemahnya minat beli investor ritel, dalam proses ini market maker akan berusaha untuk menjaga agar minat
publik tetap tinggi pada saham ini, salah satunya dengan menjaga agar range harga harian untuk saham ini
tetap tinggi sehingga selalu menarik perhatian para daily trader, terutama di saat saham-saham lain mengalami
Fase ini kemungkinan dilakukan karena saham ini sudah semakin mulai kehilangan peminatnya seiring dengan
terus turunnya harga, sementara market maker masih memiliki banyak saham untuk mereka distribusi, hal itu
bisa dilihat dengan semakin menurunnya volume perdangangan di akhir-akhir fase distribusi pertama.
Kenaikan harga kembali terjadi hanya dalam 8 hari perdagangan harga naik dari 200 sampai ke 290 dengan
Fase ini terlihat jauh lebih berhasil daripada fase yang pertama, terlihat dari volume perdagangan yang terus
tinggi meskipun harga STAR terus turun. Jika mengingat harga IPO di 102 maka peluang underwriter terus
mendistribusi sahamnya selama harga masih di atas level tersebut sangatlah besar. Ketika para investor ritel
merasa saham ini sudah sangat murah di ketika mencapai level 200an (karena sebelumnya harga saham ini
300an), underwriter terus melakukan penjualan dan menikmati keuntungan 100% dari harga modal mereka.
Proses inilah yang merupakan The Real IPO, dimana ribuan investor ritel membeli saham ini, bahkan di harga
yang jauh lebih tinggi dari harga IPOnya.
Inilah yang menjadi alasan mengapa pihak AAA Securities mau menjadi penjamin emisi dari STAR, meskipun
mereka tidak memiliki basis publik yang cukup besar untuk menjual sahamnya dalam proses IPO resmi.
Karena proses IPO sebenarnya baru terjadi beberapa bulan kemudian dan dengan harga yang jauh lebih tinggi.
seberapa banyak saham STAR yang kita miliki dan di harga berapa kita membeli saham itu. Jika saham itu
sudah masuk ke dalam list saham “nyangkut” kita, maka itu merupakan bukti bahwa STAR sudah berhasil go
Bukti kedua adalah jika kita melihat daftar sekuritas yang menjadi net buyer dan net seller untuk saham ini
Dalam daftar di bawah kita bisa melihat 4 broker net seller terbesar saham STAR adalah IN,BJ,PO dan AN
dengan jumlah total penjualan sebasar 60M dengan rata-rata harga jual 180/lembar.
Kita tahu BJ adalah kode dari AAA Securities merupakan underwriter saham ini, dan bukanlah yang yang aneh
jika BJ berada di urutan atas peringkat net seller. Pertanyaanya, siapakah IN,PO dan AN, dan bagaimana
mungkin mereka bisa menjual begitu banyak saham (senilai 48M) bahkan lebih banyak dari underwriternya,
Ketiganya bukanlah sekuritas yang dikenal publik, bahkan jika kita masuk ke website masing-masing,
ketiganya memeliki ciri-ciri yang hampir serupa dengan AAA , website yang tidak diupdate secara berkala dan
minim informasi jelas terlihat bahwa website ini hanyalah sebuah formalitas yang tidak penting bagi
perusahaan.
Website Wanteg Securido bahkan belum selesai dibuat, sejak tahun 2007 lalu, satu-satunya yang kita dapatkan
hanyalah sebuah blog, ketika saya pertama kali masuk ke blog ini total viewer blog ini adalah 40, dan saya
merupakan viewer ke 41 sepanjang sejarah dibuatnya blog tersebut sejak tahun 2008.
Jelas sekali ketiga sekuritas seperti ini tidak akan pernah dipercaya oleh investor ritel seperti kita untuk
memegang modal kita, namun faktanya mereka menjual saham STAR senilai 48M kepada publik.
Besar kemungkinan ketiga sekuritas merupakan partner dari BJ dalam mendistribusi barangnya, sehingga aksi
jual BJ tidak terlalu menyolok. Kemungkinan hanya ada 1 pihak yang menjadi sutradara di balik aksi yang
Di sisi lain jika kita melihat 5 besar net buyer STAR, semuanya diisi oleh sekuritas favorit public.
YP (etrading), PD (ipot), KK (philipps), NI (BNI sec) dan OD (danareksa), bahkan jumlah net buy dari kelima
sekuritas itu hanya sebesar 45M, padalah kemungkinan ada ribuan nasabah di balik kelima sekuritas tersebut,
Dari kasus ini kita bisa mendapat bayangan bagaimana proses “bandarmologi” dilakukan, bagaimana The Real
IPO dilaksanakan, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang ukurannya kecil seperti STAR. Bagaimana
distribusi yang dilakukan oleh 1 pihak kepada ribuan investor ritel seperti kita.
Saya akan membiarkan anda memutuskan sendiri bagaimana nasib saham ini di masa yang akan datang.
Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita semua sehingga bisa lebih berhati-hati di masa yang akan
datang.
Saham-saham dalam masa IPO tidak dapat dianalisa secara Technical karena tidak ada historical harga di masa
lalu, dan sangat sulit dianalisa secara Fundamental karena keterbatasan data yang tersedia, dan analisa yang
ada justru dikeluarkan oleh pihak underwriter yang bertujuan menjual saham yang dijaminnya.
BANDARMOLOGI STAR Q & A !!
November 14, 2011
Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk antusiasme dan penghargaan
yang begitu besar terhadap artikel “Bandarmologi dibalik pergerakan harga STAR ?!!”
Saya tidak pernah menyangka akan mendapat respon yang begitu luar biasa, sebagai ucapan terima kasih saya,
saya membuat sedikit lanjutan dari artikel tersebut, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan
rekan-rekan melalui berbagai media. Saya harap artikel ini dapat berguna buat rekan-rekan sekalian.
Q: Wah..! ini sebenarnya bisa di kategorikan kriminal penipuan…! Kalau memang actualnya seperti itu ?
Setahu saya belum pernah ada kasus di Pasar Modal yang benar-benar diproses oleh pihak berwajib, bahkan
kasus besar seperti Sarijaya saja tidak terlalu jelas bagaimana akhirnya. Saya melihat kasus STAR ini hanya
merupakan “strategi penjualan” yang brilian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ahli di bidangnya. Kita
semua tahu bahwa Pasar Modal adalah tempat yang keras dan dipenuhi oleh orang-orang yang sangat cerdas.
Q: Saya ingin menanyakan mengenai beberapa case perusahaan yang baru IPO tetapi harganya malah drop
Saya belum sempat meneliti mengenai MBTO, BULL dan EMDE dan beberapa saham lainnya yang harganya
langsung jatuh ketika IPO, ada kemungkinan saham-saham seperti itu sengaja dilepas dengan harga IPO yang
sangat tinggi, sehingga banyak investor retail berminat mengumpulkannya ketika harganya sudah terkoreksi
Sementara saham GIAA penurunannya bahkan sudah bisa diduga sebelum saham ini diperdagangkan,
perkiraan skenario di balik IPO GIAA pernah saya tuliskan dalam artikel Memprediksi Perdagangan Hari
Pertama Saham Garuda yang saya tulis kurang lebih seminggu sebelum saham ini diperdagangkan di Pasar
Reguler.
Q: Kalau tidak salah harga wajar saham star sekitar Rp 60,- per lembar saham.
Q: Secara bisnis Star perusahaan yg growthnya bagus, net profit masih tipis tapi growth assetnya bagus, rasio
utang wajar, ini dari laporan keuangan star, isi laporan benar atau tidak, saya tidak tahu. Semoga itu benar
sesuai kenyataan, Star juga bagun pabrik baru di Boyolali kalau tidak salah.
Melalui 2 komentar ini kita bisa melihat bahkan di antara para investor retail informasi fundamental PT. Star
Petrochem Tbk masih simpang siur. Salah satu pembaca mengatakan harga wajar STAR adalah 60/lembar
dengan kata lain jika harga STAR saat ini berada di level 86 /lembar, berarti saham ini masih terlalu mahal
alias fundamentalnya bisa dibilang “jelek” untuk harga saat ini. (Saya belum sempat menanyakan pemberi
Sementara pembaca yang lain mengatakan, STAR merupakan perusahaan yang bagus, dengan laporan
keuangan yang sehat (jika laporannya memang benar), selain itu perusahaan ini juga sedang membangun
pabrik baru.
Saya sempat melakukan sedikit research tentang perusahaan ini, menurut prospectus yang dikeluarkan
perusahaan kepada pihak bursa efek dan bisa diakses di website BEI.
Ketika pertama kali membaca prospectus ini, langkah pertama yang saya lakukan adalah mencari website dari
perusahaan ini.
Namun sayangnya alamat website yang tercantum tidak bisa ditemukan. Ada kemungkinan website ini sedang
dalam perbaikan, tidak aktif, atau memang tidak ada sama sekali. Saya bukan Roy Suryo tapi saya sedikit
mengerti tentang dunia informatika, dan menurut saya kemungkinan ketiga adalah yang paling besar.
Informasi pertama yang saya temukan di halaman pertama dari prospectus ini diragukan kebenarannya, hal
tersebut membuat saya tidak tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perusahaan ini. Apalagi membeli
Namun demi kepentingan investor ritel dan teman-teman yang setia membaca blog ini, saya sekilas
Perusahaan ini diakui sebagai Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 19 Mei 2008 dengan nama PT STAR
ASIA INTERNATIONAL, setelah itu perusahaan membuat langkah “besar” pertamanya pada tanggal 13
perusahaan terbuka, dan sahamnya diborong oleh investor ritel. Fakta kedua yang saya temukan dari
prospectus ini ternyata tidak lebih menjanjikan dengan fakta pertama mengenai website.
Karena saya tidak mengerti tentang cara kerja perusahaan kimia, dan menganggap laporan keuangan
perusahaan ini menjanjikan seperti yang dikatakan oleh rekan kita di atas. Saya langsung ke bagian karyawan
Dalam kutipan di atas, kita bisa melihat bahwa perusahaan ini memiliki 629 karyawan. Dengan komposisi 4
orang bekerja di perseoran, 3 orang di PT SAI, dan 622 orang di PT FIP. Dari semua karyawan yang ada,
Dari 629 karyawan tersebut, 545 orang merupakan non-staff, yang kemungkinan besar merupakan buruh.
Secara intelektual perusahaan ini digerakan oleh 14 karyawan lulusan S1, 1 karyawan lulusan D3 dan 614
dibalik saham STAR. Kembali lagi saya bukanlah analyst fundamental dan tidak tahu cara untuk menentukan
harga wajar dari perusahaan ini, saya mempersilahkan teman-teman sekalian untuk meneliti lebih lanjut
mengenai perusahaan ini untuk memutuskan apakah perusahaan ini berfundamental baik atau sebaliknya. Anda
Q: Mungkin akan lebih baik jika ditambah daftar sekuritas yg meragukan, supaya kita pemula tidak terkecoh
Sekuritas seperti AAA Securities, Investindo Nusantara Sekuritas, Pilarmas Investindo, Wanteg Securindo,
belum tentu merupakan sekuritas yang secara fundamental “meragukan”, namun jelas sekuritas seperti ini
bukan berbasis pada investor ritel seperti kita, artinya setiap aksi yang dilakukan melalui sekuritas seperti ini
kemungkinan besar dilakukan oleh pihak bermodal besar. Jadi jika kita menganggap market maker
memperoleh keuntungan dari para investor ritail, maka aksi jual atau beli besar-besaran oleh sekuritas sejenis
Q: Dari pantauan saya, kebanyakan pembeli dengan kode YP, PD, NI, GR, XA adalah sekelompok yg sama.
Bandar lain.. Kelompok ini bermain bayak di saham CLPI, MICE, EKAD, DKFT, AKPI, dan beberapa lagi
Kelompok ini juga yang menjadi korban di GREN, GREN-W. Dengan permainan yang sama seperti STAR.
Apakah mungkin YP dan kelompoknya (maksud saya bukan ritel2 sepeti kita ) adalah kelompok yang sama
Pertanyaan ini adalah yang paling menarik bagi saya, terlihat pembaca yang satu ini sangat memperhatikan
pergerakan sekuritas-sekuritas di balik pergerakan harga saham yang sering kita sebut gorengan.
Kita tidak dapat mengetahui secara pasti siapa yang berada di balik kumpulan sekuritas seperti YP (Etrading),
PD (Ipot), KK (Philipps Sec), NI (BNI Sec) dan OD (Danareksa) dalam kasus STAR yang merupakan net
Yang pasti ada ribuan investor retail di balik sekuritas-sekuritas tersebut, namun kemungkinan adanya “pihak
lain” di balik sekuritas tersebut juga cukup besar. Dalam pertanyaan di atas ditanyakan adanya kemungkinan
lainnya? Kemungkinan terjadinya perang antara para market maker memang terbuka, tetapi kemungkinan hal
Alasan pertama adalah supply saham yang hanya dikuasai oleh 1 pihak, hal ini membuat sangat kecil
kemungkinan ada pihak besar lain yang berani menampung saham ini di harga yang begitu tinggi, apalagi
mereka tahu pasti sebanyak apa saham yang bisa mereka koleksi tergantung sepenuhnya kepada sebanyak apa
Supply saham adalah syarat pertama dan utama yang dibutuhkan bagi seorang market maker untuk bisa
“menggoreng” harga suatu saham.
Tanpa kemampuan untuk mengontrol supply suatu saham yang akan digoreng, maka biaya untuk mengangkat
harga juga tidak bisa terkontrol, karena mereka tidak mengetahui seberapa banyak saham yang harus mereka
beli untuk bisa mengangkat harga ke level dimana mereka bisa mulai melakukan penjualan.
Semakin banyak saham yang mereka beli, maka semakin banyak pulalah yang harus mereka jual di harga yang
lebih tinggi, dan semakin tinggi kenaikan yang harus mereka ciptakan. Bayangkan jika ada pihak dengan
supply tidak terbatas yang memanfaatkan momentum kenaikan yang diciptakan Bandar lain.
Sederhananya, tukang jual kerupuk tidak akan bersaing dengan pabrik kerupuk dimana mereka membeli
kerupuk.
Jadi kemungkinan terjadi perang antar Bandar sangatlah kecil, kemungkinan saham ini pindah Bandar memang
ada, namun nanti setelah Bandar yang pertama selesai mendistribusi barangnya. Dan harga dimana Bandar
baru mengakumulasi harganya tentu jauh lebih rendah dan memanfaatkan pihak retail yang melakukan cut
Jadi kemungkinan besar “pihak lain” yang berada di balik kelompok YP (Etrading), PD (Ipot), KK (Philipps
Sec), NI (BNI Sec) dan OD (Danareksa) adalah pihak yang sama dengan market maker yang bermaksud
mendistribusi barangnya. Asumsi tersebut diperkuat jika kita melihat data berikut.
Jika kita melihat data di atas, kita temukan bahwa YP berada di peringkat pertama sebagai buyer dan juga
seller saham STAR selama ini. DR dan XA juga menduduki peringkat kedua dan ketiga baik sebagai brooker
yang terbanyak dalam membeli dan juga menjual. Kita mengetahui sebelumnya bahwa YP adalah net buyer
Sementara broker-broker yang sebelumnya kita sinyalir sebagai alat market maker dalam menjual barangnya
seperti IN: Investindo Nusantara Sekuritas , PO: Pilarmas Investindo, AN: Wanteg Securindo berada diluar 3
besar, AN dan IN bahkan bukan hanya berada di 10 besar sekuritas yang paling banyak menjual tetapi juga
Sekuritas-sekuritas seperti YP, DR dan XA, juga AN dan IN kemungkinan juga ditunggangi oleh pihak
market maker untuk menjadi motor pergerakan harga STAR, untuk membuat suasana menjadi “kondusif” dan
meyakinkan bagi para trader dan investor retail untuk masuk dan ikut kedalam pertujukan saham ini. Sebagian
masuk dengan niat untuk “mencopet bandar”, padahal suasana kondusif sengaja diciptakan untuk mengundang
Secara sederhana aksi membeli saham milik sendiri adalah cara paling mudah untuk mengangkat harga suatu
saham, selain itu dapat juga dilakukan untuk meremaikan pasar, memancing investor retail dan juga menutupi
STAR PETROCHEM adalah perusahaan yang sangat tidak jelas keberadaannya, jadi semua informasi yang
kita dapatkan mengenai perusahaan ini juga perlu kita selidiki secermat mungkin. Hal paling mungkin yang
dapat menyebabkan saham ini naik adalah jika market maker masih ingin menjual barangnya dalam jumlah
yang cukup besar. Kemungkinan hal ini terjadi masih terbuka, namun jika rekan-rekan belum memiliki saham
ini saya sarankan untuk tidak membeli saham ini dengan berharap hal itu benar-benar terjadi.
Sebenarnya hal paling mudah untuk memancing market maker untuk memancing market maker untuk
mengangkat harga saham ini adalah jika semua investor ritel sepakat untuk menarik bid mereka pada saham ini
dalam beberapa hari. Dengan demikian saham yang masih mereka miliki tidak akan memiliki harga, dan
kemungkinan mereka akan berusaha untuk menarik kembali minat para investor ritel, sayangnya hal tersebut
hampir mustahil bisa dilakukan oleh para investor ritel yang tersebar di berbagai penjuru.
Kemungkinan tersebut masih terbuka lebar saat ini rata-rata harga jual STAR sejak IPO masih berada di
kisaran 192/lembar, dengan kata lain masih 90 point di atas harga IPOnya. Jika kita anggap biaya untuk
mengangkat saham ini jika ditotal menambahkan biaya 30 point untuk setiap lembar saham, maka market
Artinya market maker masih bisa terus melakukan penjualan, dalam jumlah besar di bawah harga IPO, karena
secara total average penjualan mereka masih akan memberikan keuntungan di saham ini, dan jika mereka
memang bermaksud “membuang” saham ini, semakin banyak mereka bisa menjual saham ini semakin banyak
Saya harap artikel ini dapat berguna untuk kita semua untuk membantu mengambil keputusan di masa yang
akan datang.
Strategi Underwritter dalam IPO cenderung itu-itu saja, namun sayangnya banyak investor yang terus terjebak
dan membeli saham-saham justru turun setelah IPO, atau tidak kebagian ketika saham-saham langsung terbang
tinggi setelah IPO. Dalam Artikel di bawah kita adalah salah satu artikel yang kami tulis beberapa hari
sebelum IPO GARUDA. Sebagai informasi IPO Garuda membuat puluhan ribu investor rugi karena ketika
saham yang awalnya diprediksi akan naik signifikan di hari pertama malah jatuh lebih dari 20% di hari
Artikel di bawah adalah salah satu pembelajaran mengenai bagaimana strategi underwriter dalam IPO di
saham-saham yang memiliki popularitas dan kepercayaan masyarakat yang tinggi seperti Garuda.
Seperti kita ketahui sampai beberapa bulan yang lalu Emiten yang baru IPO selalu diidentikan dengan loncatan
harga di hari pertama perdagangan saham di pasar sekunder (pasar dimana kita para trader atau investor setiap
hari bertransaksi), saham-saham tersebut bisa meloncat 10-50% pada hari pertama diperdagangkan di bursa,
tidak peduli fundamentalnya bagus atau tidak, bahkan sebagian dari kita mungkin tidak pernah mendengar
perusahaan itu sebelumnya, tapi harganya tetap saja meloncat di hari pertama.
Berikut ini saya lampirkan beberapa saham dengan fundamental “kurang jelas” yang listing tahun 2010 lalu,
Jika melihat hal ini tentu orang awam pun dapat melihat ada peluang memperoleh keuntungan sesaat, jika kita
membeli di harga IPO-nya. Tetapi untuk itu memang investor harus mau repot mengikuti bookbuilding,
menjaminkan uangnya, dan jika ada pengembalian uang, mereka juga harus pergi untuk mengambil
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh banyak pihak dan berubah menjadi trend beberapa bulan terakhir, karena
banyaknya perusahaan yang melakukan IPO, dan besarnya imbal hasil “hampir pasti” yang dihasilkan.
Sehingga munculah profesi baru di pasar modal, saya menyebut sebagai IPO HUNTER, mereka bukan
investor, bukan juga trader, bahkan sebagian dari mereka sama sekali tidak tahu cara menganalisis suatu
saham, tetapi mereka mengikuti bookbuilding, mereka berpindah dari sekuritas satu ke sekuritas yang lain
yang menjadi underwriter saham yang akan listing, hanya untuk membeli saham yang IPO.
Sampai beberapa saat yang lalu, kendala satu-satunya dari mengikuti proses IPO adalah sedikitnya jumlah
yang diberikan jika dibandingkan jumlah saham yang dipesan, pada umumnya underwriter hanya memberikan
Jadi untuk memperoleh 100 lot saham di harga IPO, kita harus memesan sekitar 10.000 lot dan juga memberi
uang jaminan sejumlah itu. Hal itu sudah menjadi hal biasa, jadi para pemesan juga sudah tahu itu, dan selalu
memesan 10x – 100x lebih banyak dari yang sebenarnya mereka inginkan.
Jadi jika kita mendengar suatu saham yang akan IPO mengalami over subscribe, anda sudah tahu sebabnya, hal
itu disebabkan karena setiap orang memesan 10-100x dari yang sebenarnya ingin mereka beli. Jika semua
orang melakukan itu, tentu akan terjadi kelebihan pemesanan (over subscribe). Jadi kalau menurut saya over
terkesan tidak mau memberikan saham yang mereka jamin dalam jumlah banyak kepada pemesan?
Jawaban: Karena underwriter ingin menjual di harga lebih tinggi dari harga IPO.
Ketika saham baru pertama listing, underwriter akan menjadi Market Maker atau Bandar pertama dari saham
tersebut, karena mereka adalah sekuritas yang memiliki tujuan untuk menjual saham yang mereka jamin, dan
Jadi tidak aneh kalau mereka mengoreng saham ini pada beberapa hari atau beberapa bulan pertama
perdagangan, untuk memastikan investor retail percaya pada “kinerja” saham tersebut dan mau membelinya di
harga yang jauh lebih tinggi daripada harga IPO, lalu setelah kepercayaan publik sudah muncul maka mereka
Jika anda melihat saham-saham yang IPO dalam 1 tahun terakhir, hampir semua memiliki pola yang sama,
naik di beberapa hari-bulan pertama perdagangan, lalu setelah itu turun perlahan-lahan dan membawa ribuan
nyangkuters di dalamnya, bahkan nyagkuters tersebut umumnya investor yang sebelumnya tidak berminat
mengikuti IPO.
Anda bisa melihat list saham di atas, saat ini hampir semuanya masih berada di atas harga IPO mereka, tapi
sekarang saham-saham tersebut dimiliki oleh para nyangkuters secara merata di portofolio masing-masing, dan
bukan oleh underwriter lagi. Itu merupakan bukti sederhana kalau underwriter sudah berhasil menjual
sahamnya di harga yang jauh lebih dari harga IPO kepada investor retail.
Jika anda mempelajari saham-saham yang lainnya termasuk saham-saham “plat merah” sekalipun, anda akan
IPO GARUDA
Dalam waktu dekat ada satu saham pemerintah lagi
yang akan listing di bursa, yaitu saham Garuda Indonesia. Saya tidak akan membahas perusahaan ini
IPO nya kemahalan atau kemurahan, karena memang itu sudah dibahas oleh analyst-analyst yang sangat
berkompeten di bidangnya.
Saya akan mencoba membahas pandangan saya tentang proses Bookbuilding, IPO dan perdagangan hari
pertamanya nanti.
Jauh berbeda dengan proses-proses bookbuilding yang sebelumnya kita ketahui, dimana underwriter sangat
pelit dalam memberikan saham yang dipesan oleh public, dalam kasus ini underwriter terlihat sangat
“dermawan” dalam membagikan saham kepada pemesannya. Banyak pemesan yang mendapat 100% dari yang
mereka pesan. Sebagian memang “hanya” mendapat 50% dari pemesanannya tapi itu jelas berbeda dengan
kasus saham Krakatau Steel dimana investor ritel hanya diberikan 0-0.5% dari jumlah saham yang mereka
pesan.
Seperti kita ketahui ada alasan yang baik dibalik semua itu, yaitu Pemerintah ingin mengutamakan kepentingan
Investor Lokal, dan mencegah terjadinya kisruh seperti yang terjadi di saham KRAS. Ok, kita tidak bisa
Pada IPO-IPO sebelumnya, para pemesan memesan 10-100x dari jumlah yang sebenarnya mereka inginkan,
bahkan meskipun demikian banyak dari mereka yang masih kecewa karena masih mendapat jumlah yang lebih
sedikit dari yang mereka harapkan, dan harus membelinya di pasar sekunder dengan harga yang umumnya
inginkan, dan mereka mendapat 50-100% dari yang mereka pesan. Atau artinya 10-100x lebih banyak dari
yang mereka inginkan, atau mungkin lebih parah, lebih banyak dari yang sebenarnya mereka sanggup beli.
Saya tidak tahu apakah ini terjadi kepada semua orang, tapi beberapa kenalan saya bahkan sedang panik saat
ini karena mereka mendapat saham jauh lebih besar dari yang mereka harapkan. Memang kepanikan itu bisa
dimengerti.
Bayangkan jika anda IPO Hunter dan ingin membeli saham Garuda sebesar 10 juta rupiah, dan untuk
mendapatkan itu anda memakai seluruh modal/”senjata” yang anda miliki untuk memesan sebesar 1 M (100 x
lipat). Secara tiba-tiba uang 1M anda sudah berubah menjadi saham Garuda.
Sekarang modal atau “senjata” yang mereka miliki sebelumnya sudah berubah menjadi “barang dagangan”,
dan ketika modal sudah berubah menjadi “barang dagangan” tentu hal pertama yang dipikirkan oleh
pemiliknya adalah menjual saham tersebut. Karena mereka sama sekali tidak berminat untuk memiliki
perusahaan Garuda Indonesia, mereka hanya spekulan yang siap-siap mencari keuntungan sesaat. Saya
membayangkan ada banyak IPO Hunter yang sedang dalam kondisi yang sama saat ini.
Satu hal yang paling saya takutkan adalah para IPO Hunter nekat yang memesan dengan uang yang sebenarnya
bukan untuk diinvestasikan, uang tabungan untuk anak cucu dijadikan jaminan untuk mendapatkan saham
sebanyak-banyaknya. Mereka tentu akan lebih panik lagi, karena Saham Garuda tidak bisa dipakai untuk
menyekolahkan anak, bahkan untuk mendapat diskon pembelian tiket garuda pun tidak bisa.
Melihat kondisi itu saya membayangkan bahwa mereka semua akan sesegera mungkin meng-uangkan modal,
senjata atau bahkan tabungannya ketika saham Garuda mulai diperdagangkan di market.
Keuntungan jelas prioritas nomor dua sekarang, karena keselamatan jauh lebih penting ketika kondisi kita
Well jadi kita sekarang sudah bisa membayangkan siapa yang akan menjadi pihak penjual pada perdagangan
hari pertama nanti. Jumlahnya kemungkinan cukup besar, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan milyar.
Saya sudah memikirkan pertanyaan ini dalam beberapa hari terakhir, dan jujur sampai saat ini saya belum
menemukan jawabannya.
Underwriter
Mereka yang biasanya menjadi “kondektur” pergerakan harga tampaknya merubah strateginya kali ini dan
terkesan ingin cuci tangan dan tidak terlalu berminat lama-lama memegang saham ini di tangan mereka.
Investor Asing yang tidak kebagian IPO
Saat ini santer terdengar bahwa saham Garuda tidak laku dijual, kalau itu benar artinya saat ini tidak ada lagi
pihak yang mau membeli saham garuda di harga 750/lembar , jadi rasanya kurang masuk akal kalau di hari
pertama nanti mereka akan memborong di harga yang lebih dari 750.
Investor Retail
Dalam kasus-kasus sebelumnya investor retail sangat bersemangat membeli saham-saham yang baru listing,
karena sebagian dari mereka tidak kebagian membeli saat IPO karena “over subscribe”, dan karena ekspektasi
yang sangat tinggi sebelum saham itu diperdagangkan di pasar sekunder. Namun hal ini pun sepertinya tidak
Daily trader umumnya adalah “pemakan segala” mereka tidak terlalu peduli fundamental, mereka hanya
membeli saham tersebut beberapa jam atau bahkan menit dan langsung menjualnya kembali. Tapi mereka juga
adalah orang-orang yang memiliki paling banyak informasi, situasi saat ini tentu sudah menjadi pertimbangan
mereka, mereka mungkin berminat untuk membeli, tapi tentu di harga diskon yang cukup besar, dimana
Jadi menurut saya seperti itulah kondisi yang mungkin akan terjadi tanggal 11 Februari nanti, banyak orang
yang sangat ingin untuk menjual sahamnya, dan siapa yang mau membelinya masih cukup misterius. Jadi
marilah kita berharap supaya ada “tangan-tangan” misterius yang mau mengangkat saham ini, sehingga dana
para investor retail bisa terselamatkan, karena tanpa peran serta dari mereka kemungkinan akan ada panic
selling dari para investor retail yang ingin uangnya cepat kembali.
BAGIMANA BANDAR GUNAKAN BERITA UNTUK
MENJEBAK ANDA
June 12, 2017
Pada awal perdagangan sesi 2 hari Jumat kemarin, harga saham BUMI secara tiba-tiba mengalami kenaikan
cukup signifikan, pergerakan tersebut dimulai pada masa istirahat sesi 1, di akhir jam 12 siang tersebar berita
positif di kalangan pelaku pasar dan para analis sekuritas raksasa mengenai ‘penghapusan hutang BUMI.
Berita tersebut juga diterima oleh Team CTS HOT INFO yang juga memiliki akses pada informasi-informasi
tersebut. Akhirnya pada jam 13.17 informasi tersebut dirilis di Channel Hot Info.
Efek dari berita tersebut langsung dirasakan di awal perdagangan sesi 2, setelah sepanjang sesi pertama saham
ini hanya bergerak terbatas, di awal sesi kedua saham BUMI langsung melonjak signifikan dan hargnya naik
dari level 328 sampai ke level 352 hanya dalam waktu kurang dari 20 menit.
Kenaikan tersebut langung membuat para investor ritel memusatkan perhatiannya ke saham ini, dan setealah
harga naik sekitar 5% kami mulai melihat beberapa pakar saham independen mulai men-copy-paste berita dari
Hot Info di atas, di group-group chat masing-masing, untuk semakin ‘memanaskan’ pergerakan saham ini.
Di pasar saham fenomena seperti ini adalah fenomena yang biasa terjadi, sebuah berita sedehana seperti yang
anda lihat di atas bisa jadi ‘viral’ jika disusul oleh pergerakan harga yang signifikan. Perilaku investor ritel
juga bisa berubah 180 derajat, jika sepanjang sesi satu mayoritas investor ritel umumnya pesimis terhadap
pergerakan harga BUMI , pada awal sesi 2 langusung dipenuhi oleh oprimisme dan kita menyaksikan
bagaimana investor ritel dari pakar saham sampai pemula yang percaya bahwa harga BUMI akan terus terbang
Padahal jika kita pikir lebih tenang, tidak ada yang istimewa dan tidak ada yang baru para berita yang dirilis
team CTS HOT INFO di atas, berita penghapusan utang (ditukar dengan saham) sudah lama disetujui, dan
diketahui oleh investor ritel, ‘peresmian’ penghapusan utang tersebut seharusnya tidak terlalu penting, karena
Berita tersebut hanya jadi ‘viral’ karena harga BUMI lansung meloncat di sesi 2, tanpa kenaikan tersebut
investor ritel tidak akan memberi respon apa-apa setelah membaca berita yang sama. Bahkan kalau yang
terjadi sebaliknya, harga BUMI justru turun pada sesi 2 kemarin, maka ‘cara investor ritel’ memahami berita
tersebut akan berubah 180 derajat. Kemungkinan para pakar saham akan men-copy-paste berita yang sama
namun mereka akan menghighlight adanya kemungkinan kreditur yang keberatan dengan EOM yang
Dari contoh di atas kita bisa belajar dengan jelas bahwa satu berita sederhana, yang seharusnya tidak
berdampak apa-apa pada persepsi investor ritel bisa jadi viral jika keluarnya berita langsung disusul dengan
pergerakan yang signifikan pada harga sahamnya. Dan karena pergerakan harga yang signifikan selalu dimulai
oleh BANDAR, maka kita bisa menyimpulkan, bahwa BANDAR memiliki kekuatan mengontrol pemikiran
dan persepsi investor ritel terhadap suatu berita. Jadi dengan kata lain bandar bisa menjebak kita hanya dengan
memadukan timing keluarnya berita dan pergerakan harga seperti yang mungkin terjadi dalam perdagangan
Sebagai analis yang memspesialisasikan diri para pergerakan Bandar, fenomena perpaduan berita dan
pergerakan harga tersebut sudah bertahun-tahun dipelajari oleh tim riset Creative Trader, itu sebabnya kami
sering kali justru merespon negatif sebuah berita positif, dan juga sebaliknya, dan jika rekan-rekan sudah
cukup lama mengikuti pembahasan-pembahasan kami, anda tahu sendiri bagaimana akurasi dari analika –
Untuk memahami efek sebenarnya dari sebuah berita, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dari berita
tersebut, kita tidak bisa secara naif menerima apa yang dikatakan dalam berita tersebut ‘bulat-bulat’ , atau
lebih parah lagi, justru malah membantu bandar memanaskan suasana dengan menyebarkan berita tersebut
Ada 5 hal penting yang perlu diperhatikan dalam menganalisa dan memahami efek sebenarnya dari
sebuah berita, dan bagaimana membaca ‘tujuan bandar’ dari keluarnya berita tersebut.
Jika kita melihat berita mengenai BUMI di atas tidak sulit untuk mengetahui bahwa sumber berita tersebut
langsung dari manajemen perusahaan. Dan jika kita berbicara manajemen BUMI, maka sudah menjadi rahasia
umum kalau pengaruh dari keluarga Bakrie cukup besar terhadap apa yang dilakukan oleh manajemen.
Jika kita hubungkan dengan pergerakan sahamnya, maka juga sudah menjari rahasia umum kalau Bandar
Jadi sederhananya berita tersebut dirilis oleh Bandar saham itu sendiri, tujuan dari berita tersebut tentu sudah
Kita tahu tidak semua berita yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham keluar dari manajemen,
sebagai contoh lainnya beberapa tahun yang lalu Direktur Utama dari APLN ditangkap oleh KPK, berita
tersebut dirilis langsung oleh KPK, dan tidak peduli manajemen suka atau tidak akan dirilisnya berita tersebut,
terjadi di perusahaan, apalagi apa yang dilakukan oleh KPK, jadi mau tidak mau Bandar harus menanggung
akibat dari keluarnya berita tersebut, tidak peduli apa tujuan bandar sebelum keluarnya berita tersebut.
Waktu keluarnya berita tidak selalu sama dengan waktu berita tersebut dirilis ke publik, memang benar ada
jenis-kenis berita yang diketahui di waktu yang sama baik oleh Bandar atau Ritel seperti berita mengenai
bencana alam, hasil pemilu, dll. Namun ada lebih banyak berita lagi yang sudah diketahui sejak lama oleh
Bandar, dan baru dirilis ke publik pada waktu yang dirasa tepat oleh Bandar.
Kita ambil contoh sebuah proses Akuisisi, kita tahu proses seperti ini bukanlah proses yang bisa terjadi secara
instan, dimana ketika direktur utama memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan dan membuat konfrensi
Tentunya akan ada proses perencanaan, negosiasi antar kedua belah pihak, perundingan harga, pengaturan
stuktur perusahaan pasca akuisisi, dll. Proses tersebut bisa berlangsung berbulan-bulan, para pemegang saham
utama dan BANDAR tentunya akan diberi tahu akan adanya rencana akuisisi tersebut, jauh sebelum prosesnya
terealisasi. Lalu kapan publik tahu akan proses tersebut ? Publik akan tahu ketika proses akusisinya sudah
selesai, atau ketika BANDAR ingin para investor ritel mengetahui akan proses tersebut.
Karena adanya ketimpangan informasi antara Bandar dari Ritel, maka cara terbaik untuk memahami efek
sebenarnya dari sebuah berita adalah mempelajari apa yang dilakukan BANDAR sebelum keluarnya berita.
Salah satu contoh yang sempat kami rilis adalah ketika keluar berita akusisi MDRN oleh CPIN beberapa bulan
lalu. Pada saat itu hampir semua pakar saham setuju bahwa berita tersebut adalah berita positif untuk MDRN,
karena dari berita yang dikeluarkan harga akuisisi tersebut dianggap terlalu mahal. Sehingga para analis
berbondong-bondong merekomendasikan MDRN meskipun pada hari itu harga MDRN sudah terbang 27%
Namun seperti kita bahas sebelumnya, proses akusisi bukanlah proses yang tiba-tiba, jadi hal yang paling
penting dianalisa bukanlah harga akuisisinya, melainkan apa yang dilakukan BANDAR sebelum berita akusisi
tersebut dirilis ke publik. Karena jika berita tersebut memang benar-benar akan membuat harga MDRN
terbang seperti harapan para analis dan investor ritel, maka seharusnya BANDAR akan lebih dulu
mengakumulasi saham tersebut sebelum mereka memutuskan untuk menyebarkan berita tersebut ke publik.
Dan jika anda masih ingat, pada pembahasan mengenai akuisisi tersebut kami mengatakan :
Hal menarik lainnya dari pergerakan MDRN adalah, kami tidak melihat ada indikasi
akumulasi yang dilakukan para pemain besar atau BANDAR sebelum pengumuman
akuisisi dirilis. Seperti kita ketahui proses akuisisi jelas bukanlah proses yang pendek, jadi
pasti ada banyak pihak-pihak yang sudah tahu mengenai rencana ini sebelum pengumuman
resmi hari Senin kemarin.
Dan Fakta bahwa tidak ada BANDAR yang mau memanfaatkan momentum akuisisi ini
untuk mengumpulkan saham ini sebelum berita dikeluarkan jelas membuat potensi
kenaikan saham ini menjadi jauh lebih kecil kedepannya.
Analisa tersebut terbukti benar, tidak sampai 2 bulan setelah berita tersebut dikeluarkan harga MDRN justru
turun ke 50, dan akusisinya sudah dinyatakan batal. Suatu bukti lainnya mengenai pentingnya analisa
2 hal penting lainnya untuk sementara akan kami simpan dulu, dan mungkin akan kami share dalam beberapa
waktu kedepan.
KESIMPULAN
Dari kasus-kasus di atas, kita bisa memahami bahwa tidaklah mudah untuk memahami efek sebenarnya dari
suatu berita, mengetahui berita memang bisa bermanfaat untuk memahami dengan lebih baik apa skenario
yang akan atau sedang dilakukan Bandar. Karena untuk membuat ritel percaya akan efek dari sebuah berita
maka BANDAR juga harus menggerakan harga saham yang bersangkutan, dan pergerakan itu bisa kita
manfaatkan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek, terutama jika memang kita terbiasa mendapatkan
Namun kecuali anda benar-benar mengerti fundamental perusahaan yang sedang diberitakan, atau memahami
cara menganalisa pergerakan BANDAR, sebaikanya anda tidak perlu terlalu percaya akan efek jangka panjang