Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ALI MAHFUDZ

NIM : 7311415151
TUGAS : ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
KELAS : MANAJEMEN KEUANGAN B 2015
Bandarmology Yes or No?

Bandarmology di Pasar Modal? Tau gak sih…..


Sebelum masuk ke inti tema ini, saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang pasar
modal. Pada dasarnya pasar modal adalah wadah dimana orang yang kelebihan dana dan
kekurangan dana dipertemukan sama halnya pasar biasanya ada penjual dan ada pembeli
disini pihak yang kekurangan dana sebagai penjual dan pihak kelebihan dana sebagai
pembeli. Ada pepatah bilang “di mana ada pasar di situ pasti ada bandar yang mempunyai
kekuatan untuk menguasai pasar”. Tidak hanya di pasar tradisional, di pasar modal pun ada
bandar. Pihak-pihak yang memiliki modal besar biasanya dianggap sebagai bandar.
Bandar di pasar modal berkemampuan untuk menaikkan ataupun menurunkan harga
saham sesuka hati. Oleh karena itu terkadang bandar disenangi tapi kadang juga ditakuti.
Menurut praktisi pasar modal, inspirator investasi serta penulis buku Bandarmology, Ryan
Filbert, sosok bandar di pasar modal bukan suatu hal yang negatif. Bahkan menurutnya
bandar sangat dibutuhkan bagi pasar modal sebagai market maker. Market maker disini bisa
diartikan seseorang yang punya modal besar dan bisa menggerakan harga saham semaunya.
Terkadan yang jadi Bandar adalah dari broker dari sekuritas atau manajer investasi dari Asset
Management. Kedua orang ini punya kepentigan yang sama yaitu menjaga portofolionya
supaya tetap aman.
Disisi lain ada investor ritel atau investor dengan modal pas-pasan yang ingin mencari
keuntungan di saham gorengan, saham gorengan adalah saham dengan kapitalisasi pasar yang
kecil. Biasanya seorang Bandar suka menggerakan harga di saham gorengan karena
kapitalisasi pasar yang kecil memungkinkan seorang Bandar bisa menggerakkan harga
sahamnya sesuka hati. Jarang saham dengan kapitalisasi pasar yang besar harganya
digerakkan oleh Bandar. Jadi di pasar modal pergerakan harga saham dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaran semakin banyak orang yang membeli saham itu maka harga
sahamnya akan naik.
Sebagai investor ritel ada 2 kemungkinan dengan saham yang sedang digoreng,
pertama hal ini bisa jadi peluang atau malah jadi nyangkut sahamnya. Jadi peluang disini
investor ritel bisa menunggangi Bandar. Investor ritel bisa mengambil selisih keuntungan
pada saat Bandar sedang melakukan akumulasi saham dan bila Bandar sudah mulai
mengurangi jumlah volume transaksi beli maka investor ritel harus siap siaga untuk jual
sahamnya. Selanjutnya investor yang nyangkut adalah investor ritel yang iseng masuk saham
yang sedang likuid atau sedang rame karena banyak transaksi akan tetapi investor ritel ini
masuk diharga yang sudah tinggi dan Bandar secara tiba-tiba menjual semua sahamnya, maka
saham yang dijual harganya akan turun dan investor ritel merasa tersangkut, karena jika
dijual harganya sudah turun (rugi) kalaupun tidak dijual besoknya adaa kemungkinan untuk
turun lagi.
Profesi market maker, bagaimanapun juga bukanlah sebuah pekerjaan yang ilegal. Negara
dan pasar modal pun membutuhkannya untuk melaksanakan 3 fungsi utama:
1. Menjaga Likuiditas Sebuah Saham
Beberapa emiten, atau pemegang sahamnya memiliki kepentingan atau keinginan
untuk menjaga nilai sahamnya di harga tertentu. Mereka berkepentingan untuk
menjaga nilai sebuah saham agar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Di sinilah
bandar diperlukan untuk menjaga harga sahamnya.
2. Mengakumulasi Sebuah Saham
Bandar juga dapat berfungsi untuk mengumpulkan dan mengakumulasi sebuah
saham. Contohnya bila sebuah perusahaan tertentu berencana melakukan buyback,
maka mereka akan menghubungi bandar untuk menyusun strategi pembelian kembali
sahamnya.

3. Mendistribusi Sebuah Saham


Bandar pun bisa saja memiliki sebuah tujuan untuk menjual harga sebuah saham pada
harga tertentu melalui pasar, dengan tujuan profit taking dari saham yang
bersangkutan.
Fungsi-fungsi tersebut sebetulnya masih berlaku hingga sekarang. Terutama pada saham blue
chip dan gorengan tentunya banyak pihak yang berkepentingan, karena pada saham-saham
inilah para fund manager dan broker besar menempatkan portofolionya.
Prinsip Analisis Bandarmologi
1) Pasar Modal Tidaklah Efisien
Prinsip pertama bahwa adanya kesenjangan penerimaan informasi antara investor dana besar
(big player) yang memiliki kepemilikan saham dalam jumlah besar dengan investor ritel.
Hal ini sebetulnya wajar, karena bila Anda berada dalam posisi pemegang saham yang besar,
tentunya Anda ingin diprioritaskan oleh perusahaan dalam menyampaikan informasinya.
Anda pun akan marah apabila info penting perusahaan justru Anda ketahui dari surat kabar.
2) Ada 2 Kubu di Pasar Modal: Bandar dan Ritel
Prinsip kedua adalah adanya kubu bandar dan kubu ritel dalam perdagangan sebuah saham.
Siapa yang disebut bandar? Bandar saham adalah investor yang mencari keuntungan di pasar
modal dengan cara menggerakkan harga saham yang dibandarinya.
Lalu siapakah yang disebut ritel? Yaitu investor yang mencari keuntungan di pasar modal
dengan cara menunggangi pergerakan harga, yang juga dapat kita sebut: menunggangi
pergerakan bandar.
3) Satu Pihak Bandar Melawan Ribuan Ritel
Satu pihak bandar, tidak berarti satu broker, juga tidak berarti satu orang. Dalam prinsip
Bandarmologi, satu bandar berarti satu pihak yang bekerja sama demi mencapai satu tujuan
yang sama. Dalam hal ini, satu bandar bisa saja terdiri dari banyak sekuritas, banyak big
player, banyak institusi keuangan, dan sebagainya, namun bergerak secara serentak demi
sebuah tujuan yang sama.
Dalam hal ini, bandar sangat berbeda dengan ritel. Satu pihak bandar, walaupun
terdiri banyak komponen, namun bergerak secara terorganisir dalam satu komando yang
sama. Kebalikannya, ribuan ritel bergerak secara individual, membuat pergerakan ritel
terpecah karena ada ribuan tujuan di dalamnya. Karena itulah ritel tidak mungkin bisa
menggerakkan harga sebuah saham, karena tidak ada kesepakatan yang sama dari ribuan ritel
tersebut.
Nah, akan tetapi keberadaan bandar, kata Ryan diperlukan untuk meningkatkan
volume transaksi sebuah saham. Sehingga pasar semakin likuid. Bayangkan saja jika ada
batasan modal bagi pelaku pasar, maka nilai transaksi juga akan terbatas. "Bandar itu market
maker, bandar itu bagus, yang repot itu bandit. Bandit itu yang goreng saham. Naikkan harga
habis itu disikat turun, disangkutin modal orang, repotnya gagal bayar, itu bandit,"
Sebagai investor ritel kita jangan takut Tidak Perlu Takut terhadap Bandar Saham
akan tetapi harus punya Strategi yaitu “Follow The Giant” Seperti yang sudah disebutkan di
atas, inilah cara paling logis yang dapat Anda lakukan dalam bertransaksi saham. Anda dapat
melakukan strategi ini dengan Analisis Bandarmologi.
Analisis bandarmologi Berbeda dengan Analisis Teknikal yang menitikberatkan pada
grafik pergerakan harga saham. Analisis Bandarmologi adalah analisis yang menitikberatkan
pada pelaku transaksi yang memperdagangkan saham yang bersangkutan
Mengapa dalam praktik bandarmologi kita perlu follow the giant? Strategi ini pun didasarkan
pada asumsi yang telah disebutkan di atas, yaitu bahwa:
Big player memiliki informasi terbaik
Big player memiliki analisa mendalam
Big player memiliki strategi terbaik
Big player berkekuatan menggerakkan harga
Inilah dasar-dasar pemikiran dari analisis bandarmologi. Analisis ini memang
tergolong unik dan berbeda dengan kedua analisis lainnya, yaitu Analisis Fundamental dan
Analisis Teknikal. Anda sebagai trader, atau pun investor saham, dapat mempergunakan
analisis ini untuk melengkapi pengetahuan Anda seputar dunia pasar modal.
Informasi mengenai keberadaan bandar saham ini tentunya bukan informasi yang
dapat Anda temui di sembarang tempat. Tentunya akan sangat berguna bila Anda
membagikan artikel ini kepada rekan-rekan Anda sesama investor di pasar modal.
Selamat Berinvestasi !!!

Link:
https://www.kompasiana.com/alimahfudz/59ef5969a208c05c6110d813/bandarmology-yes-
or-no
https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=2082705418642334&id=10000708688
5913
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai