Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar modal merupakan suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang

baik hutang (seperti obligasi) maupun modal sendiri (seperti saham biasa dan

saham preferen) diperdagangkan. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu

tempat (dalam pengertian fisik) yang teroganisasi di mana surat berharga

(efek-efek) diperdagangkan, yang kemudian disebut Bursa Efek / Stock

Exchange (Harjito dan Martono, 2011). Pasar modal merupakan salah satu

elemen penting dalam sistem perekonomian suatu Negara, karena pasar

modal ikut memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dan bisnis di

Negara tersebut melalui perannya menjadi sumber pendanaan perusahaan.

Sebagai sumber pendanaan, pasar modal sebagai perantara penyaluran dana

dari masyarakat umum, ke perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek atau

disebut dengan perusahaan go public. Perusahaan yang ingin terdaftar di

bursa efek harus bertransformasi menjadi perusahaan dengan sistem yang

lebih terbuka ke public. Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan

mengenai kondisi perusahaannya saat ini. Keterbukaan ini bertujuan agar para

pemodal dapat menilai kondisi perusahaan tersebut dan selanjutnya tertarik

untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Perkembangan aktivitas pasar modal yang pesat akan membawa

perubahan besar pada tuntutan kualitas informasi. Suatu informasi memiliki

makna bila informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di


2

pasar modal yang akan tercermin dalam indikator dan karakteristik pasar

seperti volume perdagangan dan harga saham.

Dalam pasar modal yang efisien semua informasi baru dengan cepat

dan secara lengkap tercermin dalam harga saham.Semakin cepat informasi

tercermin dalam harga sekuritas, semakin efisien pasar modal yang

bersangkutan. Masuknya informasi baru tidak dapat diramalkan sebelumnya,

sehingga informasi yang menguntungkan hampir sama dengan informasi

yang tidak menguntungkan. Perubahan harga dalam pasar yang efisien

mungkin merupakan perubahan yang positif ataupun perubahan yang

negatif.Keterbukaan informasi yang berkualitas baik dari sisi

keanekaragaman, kecepatan, frekuensi, kebenaran serta ketepatan informasi

merupakan kata kunci dalam pasar modal.Pengujian kandungan informasi

dimaksudkan untuk melihat reaksi pasar suatu peristiwa (Event). Apabila

peristiwa (Event) mengandung informasi maka diharapkan pasar akan

bereaksi pada waktu peristiwa (Event) tersebut diterima pasar.

Dihubungkan dengan volume, suatu peristiwa (Event) memiliki

kandungan informasi apabila jumlah lembar saham yang diperdagangkan

menjadi lebih besar ketika earnings diumumkan pada saat waktu lain selama

tahun tersebut.

Salah satu informasi yang signifikan terhadap harga sekuritas adalah

pengumuman stock split. Stock split merupakan salah satu Corporate Action

(tindakan yang dilakukan perusahaan yang berhubungan dengan aktivitas

perusahaan) yang dilakukan emiten, dengan cara memecah sahamnya (Split).


3

Stock split adalah tindakan memperkecil atau memperbesar nilai nominal

saham. Tindakan memperkecil nilai nominal saham akan membuat jumlah

saham makin bertambah banyak atau disebut split-up, sementara tindakan

memperbesar nilai nominal saham akan membuat jumlah saham samakin

sadikit atau disebut split-down atau reverse split (Samsul, 2006). Pemecahan

saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai

prospek yang bagus saja yang mampu melakukannya (Copeland, 1997)

Scott, Martin, Petty, dan Keown (1999) menyatakan ada beberapa

alasan mengapa menejer perusahaan melakukan Stock Split antara lain: (1)

Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah

pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham, (2) untuk

mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham pada kisaran

yang telah ditargetkan, dan (3) untuk membawa informasi mengenai

kesempatan berinvestasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas.

Menurut Asquith et al. (1989) ada dua jenis informasi laba yang

disampaikan oleh pemecahan saham. Pertama, informasi laba yang

disampaikan oleh pemecahan saham adalah informasi laba yang akan datang

(future earnings performance). Kedua, informasi yang disampaikan oleh

pemecahan saham adalah informasi laba sebelum pemecahan saham (pre-split

earnings).

Hasil penelitian Lakonishok dan Lev (1987) menemukan bahwa

perusahaan yang melakukan pemecahan saham secara statistik mengalami

tingkat pertumbuhan laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan


4

yang tidak melakukan pemecahan saham pada periode sebelum pemecahan

saham dan bagi perusahaan yang mengalami tingkat pertumbuhan laba yang

lebih tinggi tetapi tidak melakukan pemecahan saham, penyampaian sinyal

mereka lakukan melalui stock dividen.

Rata-rata Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham perusahaan

yang melakukan pemecahan saham (Stock Split) pada tahun 2010 sampai

2016 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1
Rata rata Harga dan Volume Perdagangan Saham perusahaan yang
melakukan Stock Split pada tahun 2010 sampai 2016
Jumlah Rata-rata Volume
Rata-rata
Tahun peristiwa Perdagangan
Harga saham
Stock Split saham
2010 6 1.344 14.763.708
2011 11 1.800 16.994.122
2012 16 2.245 14.686.028
2013 11 1.049 6.577.055
2014 5 3.333 201.887
2015 14 1.573 921.476
2016 26 949 62.808.108
Sumber : Yahoo finance, Broker forex dan saham ok (Data diolah)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jika dilihat dari banyaknya peristiwa

Stock split, tahun 2014 merupakan tahun dimana perusahaan yang melakukan

Stock Split jumlahnya paling sedikit sedangkan tahun 2016 merupakan tahun

dimana jumlah perusahaan yang melakukan Stock split terbanyak. Jika dilihat

dari rata-rata harga saham, tahun 2014-lah yang tertinggi rata-rata harga

sahamnya dimana pada tahun ini ada perusahaan yang cukup tinggi Close

Price-nya yaitu PT Surya Toto Indonesia Tbk sebesar Rp.3.975, dan PT Multi

Bintang Indonesia Tbk sebesar Rp.11.950. Sedangkan tahun 2016, rata-rata


5

harga sahamnya terendah dimana pada tahun ini jumlah perusahaan yang

Close Price-nya rendah cukup banyak yaitu sebanyak 21 perusahaan jika

dibandingkan dengan perusahaan yang Close Price-nya tinggi. Tetapi jika

dilihat dari rata-rata Volume Perdagangan saham, tahun 2016-lah yang rata-

rata Volume perdagangannya terbanyak, Sedangkan tahun 2014 rata-rata

Volume perdagangannya terendah.

Tingginya harga saham akan mengurangi kemampuan para investor

untuk membeli saham tersebut. Hukum permintaan dan penawaran kembali

berlaku, dan sebagai konsekuensinya harga saham yang tinggi tersebut akan

menurun sampai tercipta posisi keseimbangan yang baru. Cara yang

dilakukan oleh emiten untuk mempertahankan agar sahamnya tetap pada

rentang perdagangan yang optimal / optimal trading range, sehingga daya beli

investor meningkat terutama untuk investor kecil, yakni dengan melakukan

pemecahan saham (Trading Range Theory).

Ningsih (2007) dalam Hendrawidjaya (2009) menyatakan bahwa, jika

pasar efisien stock split sahamnya tidak menimbulkan abnormal return

karena seluruh investor mendapat informasi yang sama. Pada kenyataannya,

stock split mempunyai dampak terhadap pasar. Reaksi pasar terhadap stock

split dapat dilihat melalui perubahan volume perdagangan dan perubahan

harga. Perubahan harga tersebut akan mempengaruhi return actual saham

melalui perubahan capital gain, sehingga dapat menimbulkan selisih antara

expected return dan return actual (abnormal return). Informasi yang

terkandung dalam pengumuman stock split direspon berbeda-beda oleh


6

investor sehingga menimbulkan pergerakan harga yang dapat membentuk

abnormal.

Terdapatnya perubahan abnormal return sebelum dan sesudah

pengumuman pemecahan saham dapat digunakan sebagai indikator dari

sinyal positif yang dibawa kepada pasar telah beberapa kali diteliti. Michael

Hendrawidjaya (2009) mendapati hasil pengujian hipotesis yang

membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan

sesudah pemecahan saham. Namun berbeda dengan hasil penelitian dari

Fama, Fisher, Jensen dan Roll (1969) yang menemukan adanya perbedaan

abnormal return yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman

stock split.

Michael Hendrawidjaya (2009) menjelaskan bahwa trading range

theory dan signalling theory tidak selamanya berlaku dalam peristiwa

pemecahan saham karena dari hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa

tidak terdapat perbedaan harga saham, TVA dan abnormal return sebelum

dan sesudah pemecahan saham. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat

fenomena gap dalam penelitian ini karena adanya hasil penelitian yang tidak

konsisten dengan teori-teori yang ada yakni trading range theory dan

signalling theory. Ditemukan pula hasil yang tidak konsisten pada trading

range theory dalam penelitian Sri Fatmawati dan Marwan Asri (1999) dan

Menendez dan Gomez (2003) yang tidak menemukan perbedaan rata-rata

volume perdagangan saham pada sebelum dan sesudah stock split.


7

Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut masih

diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh stock split dengan judul

penelitian “Analisis Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham

pada Industri Manufaktur dan Non Manufaktur yang melakukan Stock

Split di Bursa Efek Indonesia”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Bagaimana abnormal return dan volume perdagangan saham sebelum dan

sesudah stock split pada emiten yang terdaftar di BEI?

2. Apakah terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan

sesudah stock split pada Industri Manufaktur yang terdaftar di BEI?

3. Apakah terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan

sesudah stock split pada Industri Non Manufaktur yang terdaftar di BEI?

4. Apakah terdapat perbedaan volume perdagangan yang signifikan sebelum

dan sesudah stock split pada Industri Manufaktur yang terdaftar di BEI?

5. Apakah terdapat perbedaan volume perdagangan yang signifikan sebelum

dan sesudah stock split pada Industri Non Manufaktur yang terdaftar di

BEI?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan dari rumusan masalah yang telah

diterangkan sebelumnya adalah sebagi berikut :


8

1. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya abnormal return dan

volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split yang

dilakukan oleh emiten yang terdaftar di BEI.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis ada tidaknya perbedaan abnormal

return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split yang dilakukan

oleh Industri Manufaktur yang terdaftar di BEI.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis ada tidaknya perbedaan abnormal

return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split yang dilakukan

oleh Industri Non Manufaktur yang terdaftar di BEI.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis ada tidaknya perbedaan volume

perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split yang

dilakukan oleh Industri Manufaktur yang terdaftar di BEI.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis ada tidaknya perbedaan volume

perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split yang

dilakukan oleh Industri Non Manufaktur yang terdaftar di BEI.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Manfaat penelitian ini bagi perusahaan yaitu sebagai pertimbangan

dalam menentukan kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan,

khususnya kebijakan mengenai stock split.


9

2. Bagi Investor

Manfaat penelitian ini bagi investor yaitu sebagai bahan

pertimbangan bagi investor untuk menentukan keputusan investasi yang

akan dipilihnya.

3. Bagi Peneliti Berikutnya

Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya yaitu sebagai

referensi atau tambahan literature serta pembanding dengan penelitian

lainnya bagi peneliti yang juga meneliti mengenai stock split.

1.5. Sistematika Penulisan

Terdapat enam pengelompokan Bab dalam penulisan proposal

penelitian ini, yaitu Bab Pendahuluan, Bab Penelitian Terdahulu,

Kerangka Pikir dan Hipotesis, Bab Metode Penelitian, Bab Gambaran

Umum Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan Latar Belakang dari Permasalahan,

Rumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian dan Sistimatika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahasPenelitian Terdahulu dan teori-teori

yang relevan dengan permasalahan penelitian , Kerangka Pikir

serta Hipotesis
10

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas Jenis Penelitian, Obyek Penelitian,

Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan

Sampel dan Teknik Analisis Data yang mengungkapkan

bagaimana gambaran model analisis yang digunakan dalam

penelitian.

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan ringkasan umum profil perusahaan yang

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

BAB V ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskam mengenai hasil analisis data dalam

penelitian yang dilakukan, dan interpretasi terhadap hasil

berdasarkan alat dan Metode Analisis yang digunakan dalam

penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini merupakan bagian penutup yang berisi tentang

Kesimpulan dari Hasil Analisis data dan Pembahasan, selain itu

juga berisi saran-saran.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Analisis Abnormal

Return dan Volume Perdagangan Saham. Adapun peneliti-peneliti terdahulu

tersebut adalah :

Khajar (2016) menyatakan bahwa stock split berpengaruh positif

terhadap harga saham, dimana harga saham naik pasca aksi korporasi

pemecahan saham terbukti secara empiris terdapat abnormal return positif

signifikan, tetapi berpengaruh negatif terhadap volume perdagangan saham,

dimana volume perdagangan saham pasca aksi korporasi menurun signifikan.

Indarti dan Purba (2011) menyatakan bahwa terdapat perbedaan

rata-rata variabel harga saham dan volume perdagangan saham yang

signifikan pada periode sebelum dan sesudah stock split. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada peristiwa pemecahan saham di Indonesia, trading

range theory yang menyatakan bahwa setelah pengumuman pemecahan

saham, harga saham berubah secara signifikan, yaitu berada pada optimal

trading range dan juga bahwa pemecahan saham mengakibatkan volume

perdagangan saham berubah secara signifikan setelah pengumuman

pemecahan saham.

Shofa dan Utiyati (2016) menyatakan terdapat perbedaan yang

signifikan pada harga saham dan tidak ditemukan adanya perbedaan yang

signifikan pada volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa


12

pemecahan saham. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada peristiwa

pemecahan saham di Indonesia, trading range theory yang menyatakan

bahwa setelah pengumuman pemecahan saham, harga saham berubah secara

signifikan, yaitu berada pada optimal trading range dan juga bahwa peristiwa

pemecahan saham tidak mengakibatkan volume perdagangan saham berubah

secara signifikan setelah pengumuman pemecahan saham.

Tobing dan Pratomo menyatakan bahwa terdapat perbedaan secara

signifikan pada harga saham penutupan (closing price) dan Volume

perdagangan saham sebelum dan sesudah dilakukannya pemecahan saham

(stock split). Hal ini berarti pemecahan saham (stock split) memberikan

dampak yang signifikan pada perubahan haega saham dan volume

perdagangan saham.

Widyahari dkk (2014) menyatakan bahwa ada perbedaan Volume

perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split dan tidak ada perbedaan

return saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang

melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013.

Fama, Fisher, Jensen dan Roll (1969) menguji 940 stock split pada

New York Stock Exchange (NYSE) yang terjadi antara Januari 1927 sampai

dengan Desember 1959. Perilaku harga saham yang diuji adalah pada periode

30 bulan sebelum dan 30 bulan sesudah stock split. Hasilnya menunjukkan

bahwa bahwa 30 bulan sebelum pengumuman stock split terdapat abnormal

return. Sedangkan pada saat pengumuman stock split dan hari-hari setelah

stock split tidak terdapat abnormal return. Hal ini menujukkan bahwa pasar
13

tidak melakukan reaksi terhadap pengumuman stock split.. Temuan ini

mendukung hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat.

Dari uraian di atas, maka ringkasan penelitian terdahulu dapat

diketahui pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1
Daftar Hasil Penelitian Terdahulu
Persamaan Perbedaan
No Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1 Ibnu Khajar (2016) Stock split  Variabel X  Objek
“Analisis stock split berpengaruh positif yaitu Stock penelitian
terhadap harga terhadap harga saham, Split. Industri
saham dan volume tetapi volume Variabel Y manufaktur
perdagangan saham perdagangan saham yaitu Harga dan non
Indekx LQ-45 Saham dan manufaktur
periode 2010-2016” Volume yang yang
perdagangan melakukan
Saham stock split di
 Periode BEI
penelitian
yaitu 2010
sampai 2016
2 Iin Indarti dan Ada perbedaan antara  Variabel X  Periode
Desti Mulyani BR. harga saham dan yaitu Stock penelitian
Purba (2011) volume perdagangan Split. yang
“Analisis saham sebelum dan Variabel Y digunakan
perbandingan harga sesudah stock split. yaitu Harga peneliti yaitu
saham dan volume Saham dan pada tahun
perdagangan saham Volume 2010 sampai
sebelum dan perdagangan 2016
sesudah stock split” Saham
 Objek
penelitian
seluruh
perusahaan
yang
terdaftar di
BEI yang
melakukan
stock split
tahun 2007
14

Persamaan Perbedaan
No Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
3 Inayatus Shofa, Sri Terdapat perbedaan  Variabel X  Periode
Utiyati (2016) yang signifikan pada yaitu Stock penelitian
“Analisis harga saham dan tidak Split. yang
perbandingan harga ditemukan adanya Variabel Y digunakan
dan volume perbedaan yang yaitu Harga peneliti yaitu
perdagangan saham signifikan pada Saham dan pada tahun
sebelum dan volume perdagangan Volume 2010 sampai
sesudah stock split” saham sebelum dan perdagangan 2016
sesudah peristiwa Saham
pemecahan saham  Objek
penelitian
seluruh
perusahaan
yang
terdaftar di
BEI yang
melakukan
stock
splittahun
2011-2014

4 Togi Lumban Stock split  Variabel X  Periode


Tobing, Wahyu berpengaruh secara yaitu Stock penelitian
Ario Pratomo signifikan terhadap Split. yang
“Analisis stock split harga saham dan Variabel Y digunakan
terhadap harga volume perdagangan yaitu Harga peneliti yaitu
saham dan volume saham Saham dan pada tahun
perdagangan pada Volume 2010 sampai
perusahaan yang perdagangan 2016
terdaftar di BEI Saham
(sector manufaktur,  Objek
pertambangan, penelitian
financial, dan perusahaan
agrikultur dari yang
tahun 2010-2013)” terdaftar di
BEI yang
melakukan
stock
splittahun
2010-2013
5 Putu Sri Widyahari, Ada perbedaan  Variabel X  Periode
I Wayan Bagia, volume perdagangan yaitu Stock penelitian
Fridayana sebelum dan sesudah Split. yang
Yudistmaja (2014) stock split, dan tidak Variabel Y digunakan
15

Persamaan Perbedaan
No Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
“Analisis ada perbedaan return yaitu Harga peneliti yaitu
perbedaan volume saham sebelum dan Saham dan pada tahun
perdagangan saham sesudah stock split Volume 2010 sampai
dan return saham perdagangan 2016
sebelum dan Saham
sesudah stock split”  Objek
penelitian
perusahaan
yang
terdaftar di
BEI yang
melakukan
stock split
tahun 2010-
2013
6 Fama et al (1969) Hasil penelitian  Meneliti  Objek
“The Adjustment of tersebut menunjukkan tentang penelitian
Stock Prices to bahwa 30 bulan pengaruh perusahaan
New Information” sebelum pengumuman stock split yang
stock split terdapat terhadap terdaftar di
abnormal return. abnormal BEI yang
Sedangkan pada saat return melakukan
pengumuman stock stock split
split dan hari-hari  Periode
setelah stock split penelitian
tidak terdapat yang
abnormal return. Hal digunakan
ini menujukkan bahwa peneliti yaitu
pasar tidak melakukan pada tahun
reaksi terhadap 1927 sampai
pengumuman stock 1959
split.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pasar Modal

Menurut undang-undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995, pasal 1

mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang


16

berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek”. Menurut Husnan, 2003 dalam (Larasanti, 2017),

pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument

keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik

dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh

pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Sekuritas sendiri berarti aset financial yang menyatakan klaim

keuangan menurut Tandelilin, 2010 dalam. Sekuritas pada pasar modal

dapat dibagi ke dalam sekuritas di pasar ekuitas, sekuritas di pasar

obligasi, sekuritas derivative dan reksadana. Dalam sekuritas pasar ekuitas

terdiri dari saham biasa, saham preferen, bukti right, dan waran.Sedangkan

sekuritas di pasar obligasi terdiri dari obligasi dan obligasi konversi. Lalu

dalam sekuritas pasar derivatif terdapat kontrak berjangka dan kontrak

opsi. Salah satu sekuritas yang paling sering diperjualbelikan adalah saham

yang merupakan sekuritas di pasar ekuitas.

2.2.2. Aksi Perusahaan (corporate Action)

Aksi perusahaan (corporate Action) merupakan aktivitas emiten

yang signifikan dan mempengaruhi baik jumlah saham yang beredar

maupun harga yang bergerak di pasar (Basir dan Fakrudin, 2005). Aksi

perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan sehingga

dalam pengambilan keputusan atau tindakan yang akan dilakukan oleh

perusahaan harus disepakati dulu dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) atau dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)
17

karena aksi ini akan berdampak pada investor serta nilai perusahaan maka

harus diputuskan secara matang. Setelah diputuskan dalam RUPS, aksi

perusahaan yang akan dilakukan harus dilaporkan ke Badan Pengawas

Pasar Modal (Bapepam) dan ke Bursa Efek.

Aksi perusahaan akan menunjukkan kemana arah perusahaan

tersebut dibawa. Aksi perusahaan juga akan menjadi gambaran bagi

investor untuk membuat pertimbangan terkait investasi yang telah atau

akan dilakukan investor tersebut pada perusahaan itu. Dalam hal ini

keputusan yang mungkin dibuat terkait tindakan investor dalam

menginvestasikan uangnya di perusahaan, adalah tindakan menjual atau

membeli saham atau produk pasar modal lain yang dipegangnya.

Beberapa hal yang termasuk ke dalam aksi perusahaan adalah

sebagai berikut : Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), stock split,

reverse split, pembagian dividen baik secara tunai maupun saham, emisi

obligasi konversi, waran, right issue dan emisi efek tanpa hak memesan

efek terlebih dahulu (HMETD). Dari aksi perusahaan tersebut yang dapat

mempengaruhi indeks harga saham rill adalah right issue, waran, obligasi

konversi, dividen saham, stock split, reverse split, dan saham bonus karena

dapat mempengaruhi harga saham di pasar (Samsul, 2006).

2.2.3. Efficient Market Theory

Dalam Efficient Market Theory disebutkan bahwa pasar akan

bereaksi terhadap informasi yang dipublikasikan apabila informasi tersebut

mengandung nilai ekonomis. Pasar yang efisien adalah suatu pasar bursa
18

dimana efek yang diperjualbelikan merefleksikan seluruh informasi yang

mungkin terjadi dengan cepat serta akurat. Konsep efisiensi pasar

menyatakan bahwa pemodal selalu menyertakan faktor informasi yang

tersedia kedalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada harga yang

mereka transaksikan. Jadi harga yang berlaku di pasar telah mengandung

informasi tersebut (Robbert Ang, 1997). Jika pasar efisien, maka suatu

pengumuman yang tidak ekonomis tidak akan mengakibatkan reaksi pasar

atas pengumuman peristiwa tersebut maka apabila pasar bereaksi pada

pengumuman yang tidak memiliki nilai ekonomis berarti pasar tersebut

belum efisien karena tidak bisa membedakan pengumuman yang berisi

informasi ekonomis dengan informasi yang tidak ekonomis.

Menurut Fama (1970) bentuk efisiensi pasar dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient market

hypothesis). Ketiga bentuk efisien pasar yang dimaksud adalah (1)

hipotesis pasar efisien bentuk lemah (weak form of the efficient market

hypothesis), (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat (semi strong

form of the efficient market hypothesis), (3) hipotesis pasar efisien bentuk

kuat (strong form of the efficient market hypothesis). Masing-masing

bentuk pasar efisien tersebut terkait erat dengan sejauh mana penyerapan

informasi terjadi di pasar.

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Jenis informasi yang digunakan sebagai basis pengujian bentuk lemah

adalah rangkaian perubahan harga historis. Dalam keadaan di mana pasar

modal efisien bentuk lemah, pemodal tidak dapat memperoleh tigkat


19

keuntungan di atas normal (abnormal return) dengan menggunakan trading

rules yang didasarkan atas informasi perubahan harga di waktu lalu.

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)

Jenis informasi yang digunakan sebagai basis pengujian adalah

informasi yang tersedia bagi publik. Dalam pasar modal efisien setengah

kuat, harga saham bereaksi secara cepat dengan munculnya informasi baru

yang dipublikasikan, sehingga pemodal tidak bisa memperoleh tingkat

keuntungan di atas normal (abnormal return) dengan memanfaatkan public

information.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

Pengujian bentuk ini mendasarkan pada private information yang

diperoleh dari insider information. Pengujian ini dilakukan terhadap

hipotesis yang menyatakan bahwa harga saham tidak hanya mencerminkan

semua informasi yang dipublikasikan, tetapi juga informasi yang mungkin

tidak diketahui umum.

Studi klasik pertama yang menguji efisiensi pasar dilakukan oleh

Fama et al (1969) dalam bentuk setengah kuat, dengan menggunakan

metode penelitian event study. Penelitian ini mempelajari perilaku

abnormal return saham secara kumulatif di seputar stock split, yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di NYSE antara Januari 1927

sampai bulan Desember 1959. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun

ada abnormal return 30 hari sebelum pengumuman, tetapi abnormal

return saham setelah pengumuman sangat stabil; hal ini mengindikasikan


20

adanya dukungan terhadap efisiensi pasar NYSE dalam bentuk setengah

kuat (strong form of the efficient market).

2.2.4. Signalling Theory

Prinsip dari Signalling theory adalah bahwa setiap tindakan

mengandung informasi karena adanya asymetric information. Asymetric

information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi lebih

banyak daripada pihak lain. Dimana informasi yang diterima tersebut

dapat direspon secara berbeda oleh investor. Peristiwa pemecahan saham

merupakan contoh penyampaian informasi melalui signalling.

Signalling theory mengatakan pemecahan saham menunjukkan sinyal

positif, atau menunjukkan pertanda baik kepada publik. Hartono (2014)

mengemukakan bahwa, pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal

positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan prospek masa

depan perusahaan yang baik kepada publik yang belum mengetahuinya.

Signalling theory beragumen bahwa pemecahan saham menunjukkan

sinyal optimisme manajemen akan mampu meningkatkan kembali harga

saham di masa datang (Tandelilin, 2010). Pertanda baik dan optimisme ini

muncul karena pada umumnya perusahaam yang melakukan stock split

adalah perusahaan dengan kinerja baik. Kinerja ini dapat ditunjukkan

dengan nilai perusahaan yang tergambar dari harga saham yang relatif

tinggi.

Hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja yang dapat

melakukannya, karena untuk melakukan pemecahan saham perusahaan


21

harus menanggung semua biaya yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut.

Brennan & Hughes (1991) dalam Winarso (2005) menyatakan bahwa

pemecahan saham mengandung biaya yang harus ditanggung oleh

perusahaan yang melakukannya, misalnya: biaya penerbitan saham, biaya

percetakan saham, biaya perijinan, danlain sebagainya.

2.2.5. Trading Range Theory

Trading range theory menyatakan pemecahan saham dilakukan

karena adanya motivasi dari praktisi yang beranggapan bahwa saham

memiliki harga yang optimal. Ikeberry et al. (1996) dalam Tanjung

(2007), menyatakan Trading range theory adalah upaya manajemen

untuk menata kembali harga per lembar saham pada batas-batas harga

yang lebih rendah yang berada pada kisaran perdagangan yang optimal

(optimal trading range). Perusahaan akan melakukan pemecahan saham

apabila harga saham perusahaan tersebut sudah cukup tinggi atau tidak

berada dalam rentang harga yang optimal sehingga sulit diperdagangkan.

Pemecahan saham dilakukan oleh perusahaan, jika harga sahamnya lebih

tinggi dibandingkan dengan harga saham perusahaan lain di industry

yang sama (McGouh: 1993, dikutip dalam Tanjung, 2007). Menurut

Copeland (1979), saham yang diperdagangkan dalam rentang yang

diduga optimal akan memberikan biaya transaksi yang lebih rendah

sesuai dengan besarnya persentase nilai dari saham yang diperdagangkan,

maka dari itu saham tersebut menjadi lebih likuid. Menurut Marwata

(2001), (dikutip dalam Manggala, 2012), Trading range theory tentang


22

pemecahan saham menyatakan bahwa pemecahan saham akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Dengan harga baru setelah

pemecahan saham yang beredar di rentang harga optimal oleh pihak

manajemen, maka saham perusahaan tersebut akan lebih mudah

diperdagangkan dan menjadi lebih likuid. Dengan dilakukannya

pemecahan saham akan meningkatkan daya beli dari investor sehingga

saham tersebut akan lebih mudah diperjualbelikan dan akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham tersebut yang ditujukkan

dengan meningkatnya volume perdagangan saham perusahaan tersebut.

Menurut Copeland (1979), setelah pemecahan saham jumlah pemegang

saham akan meningkat. Contohnya, orang yang memegang saham one

round lots setelah terjadi pemecahan saham dengan split factor 1 : 2,

sahamnya akan menjadi two round lots saham ini dapat di jual kepada

dua orang lainnya. Saham hasil pemecahan saham yang dijual jepada

pemegang saham lainnya akan menyebabkan jumlah pemegang saham

meningkat setelah stock split. Jumlah pemegang saham yang meningkat

menyebabkan jumlah volume perdagangan saham akan meningkat.

2.2.6. Pemecahan Saham (stock split)

Pemecahan saham atau stock split adalah tindakan memperkecil atau

memperbesar nilai nominal saham. Tindakan memperkecil nilai nominal

saham akan membuat jumlah saham semakin bertambah banyak atau

disebut split-up. Sementara tindakan memperbesar nilai nominal saham

akan membuat jumlah saham makin sedikit atau disebut split-downatau


23

reverse split (Samsul, 2006). Pemecahan saham dapat diartikan pula

sebagai aksi emiten yang memecah nilai nominal sahamnya dengan

perbandingan tertentu. Perbandingan antara jumlah saham yang beredar

setelah pemecahan saham dengan jumlah saham yang beredar sebelum

pemecahan saham disebut dengan split factor (tanjung, 2007). Misalnya

sahamnya dipecah dengan split factor1 : 10, jumlah saham yang beredar

pada awalnya 10.000.000 lembar dengan harga nominal Rp 20.000,00 per

lembar saham. Maka setelah pemecahan saham nilai nominal saham akan

menjadi Rp 2.000,00 per lembar saham dan jumlah saham yang beredar

menjadi 100.000.000 lembar saham. Kebijakan ini tidak menimbulkan

nilai tambah bagi investor karena total nilai nominal yang dimiliki oleh

investor sama. Pemecahan saham hanya membuat jumlah saham yang

dimiliki menjadi lebih banyak. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

untuk melakukan pemecahan saham dan mencatatkan saham tambahannya

di Bursa Efek Indonesia adalah sejumlah Rp 1.000.000,00 untuk setiap

kelipatan Rp 1.000.000.000,00 dari nilai kapitalisasi pasar, sekurang-

kurangnya Rp 10.000.000,00 dan sabanyak-banyaknya Rp 150.000.000,00

(http://www.idx.co.id).

a. Tujuan Pemecahan Saham

Kebijakan melaksanakan penerbitan stock split dilandasi oleh berbagai

tujuan. Secara umum tujuan suatu perusahaan menerapkan kebijakan

stock split antara lain (Irham Fahmi, 2015):


24

1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga tidak

memberatkan publik untuk membeli / memiliki saham tersebut.

2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham.

3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak untuk memiliki saham

tersebut

4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut, karena

jika harga saham terlalu mahal, dana yang dimiliki investor kecil

tidak dapat menjangkaunya

5. Menambah jumlah saham yang beredar

6. Memperkecil resiko yang terjadi, terutama bagi investor yang ingin

memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah.

Selain tujuan-tujuan yang telah disampaikan sebelumnya, kita juga

perlu memahami alasan dilakukannya stock split ini dari pendapat lain,

seperti yang dikemukakan oleh Scott, Martin, Petty, yaitu :

1) Agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah

pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham

2) Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham

pada kisaran yang telah ditargetkan, dan

3) Untuk membawa informasi mengenai kesempatan berinvestasi berupa

peningkatan laba dan dividen kas

b. Harga Teoretis Saham Hasil stock split

Harga teoritis saham adalah harga saham setelah dilakukan aksi

perusahaan. Harga teoritis saham hasil stock split adalah harga saham
25

suatu perusahaan setelah stock split. Harga pasar saham sebelum dan

sesudah stock split akan berbeda. Karena perbedaan harga sebelum dan

sesudah, sehari sebelum perdagangan saham dimulai bursa akan

mengumumkan harga teoritis saham. Untuk mengitung besar harga

teoritis saham, berikut rumus yang digunakan (http://www.idx.co.id) :

hc
HT =
n
HT = Harga pasar teoritis
hc = Harga Cum (harga terakhir saham dengan nominal
lama sebelum stock split)
n = split factor

c. Harga Pasar Saham Relatif Sebelum dan Sesudah stock split

Harga saham yang digunakan untuk menentukan harga pasar saham

relative adalah closing price harian. Harga pasar saham sebelum stock

split adalah perbandingan antara closing price harian dibagi dengan nilai

nominal saham sesudah stock split. Sedangkan harga pasar saham

relative sesudah stock split adalah harga yang terbentuk dari interaksi

para pembeli dan penjual saham sesudah stock split (Fortuna, 2010).

Rumus yang digunakan untuk menghitung harga pasar saham relative

sebelum stock split adalah sebagai berikut (Fortuna, 2010) :

P
HR =
Nt
Nt + 1
26

Keterangan:
HR : Harga pasar saham relative sebelum stock split
P : Harga sebelum pemecahan saham (closing price harian)
Nt : Nilai nominal saham sebelum pemecahan saham (t)
Nt + 1 : Nilai nominal saham setelah pemecahan saham (t+1)
Dimana dalam http://www.idx.co.iddisebutkan :

Nt
n=
Nt + 1

Keterangan :
n :Split Factor
Nt : Nilai nominal saham sebelum pemecahan saham (t)
Nt + 1 : Nilai nominal saham setelah pemecahan saham (t+1)
Maka rumus harga pasar saham relative sebelum stock split dapat

disederhanakan menjadi :

P
HR=
n

HR : Harga pasar saham relative sebelum stock split


P : Harga sebelum pemecahan saham (closing price harian)
n :Split Factor
Harga pasar relative sesudah stock split dengan rumus sebagai
berikut menurut Fortuna, 2010 dalam :
HRs = Ps

HRs : Harga pasar saham relative setelah stock split


Ps : Harga setelah pemecahan saham (closing price harian)

2.2.7. Abnormal Return

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return

yang sesungguhnya terjadi terhadap normal return. Normal return

merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor).


27

Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih

antara return sesungguhnya dengan return ekspektasi. Return

sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke t yang

merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya.

Sedang return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi (Jogiyanto,

2000). Abnormal return dihitung dengan rumus sebagai berikut :

ARi.t. = Ri.t – E(Ri.t)

dimana :
ARi,t = abnormal return saham i pada periode t
Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk saham i periode t
E(Ri,t) = return ekspektasi yang terjadi untuk saham i periode t

Menghitung actual return saham (Rit) saham dengan rumus :

P t−P¿
R¿ =
P¿

Keterangan :
Pt = harga saham ke-i pada bulan ke-t
Pt-1 = harga saham ke-i pada bulan t-1
Menghitung return pasar. Return pasar yang digunakan dalam

penelitian ini adalah IHSG, dengan rumus :

IHSG t −IHSG ¿
Rmt =
IHSG¿

Keterangan :
Rmt = Return pasar pada bulan ke-t
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan hari ke-t
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan hari ke t-1
Penelitian Brown dan Warner (1985) menyatakan bahwa return

ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Mengestimasi return

ekspektasi dapat menggunakan tiga model:


28

1. Mean-Adjusted Model

Mean-Adjusted Model menganggap return ekspektasi bernilai konstan

yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode

estimasi.

E ( R¿ ) =
∑ R¿
t

dimana:
E(Rit) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada waktu t
Rit = actual return sekuritas ke-i pada waktu t
t = periode estimasi

periode estimasi (estimation period) merupakan periode sebelum

periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan

periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window).

2. Market Model

Market model dalam menghitung return ekspektasi dilakukan dengan

dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data

realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi untuk

mengestimasi return ekspektasi di periode jendela.

Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan tehnik regresi

OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan :

(E)Rit = αi + βi.Rmt + εit

dimana:
Rit = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
αi = intercept untuk sekuritas ke-i
β i = koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-I
Rmt = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
εit = kesalahan residu sekuritas i pada peride estimasi ke t
29

Koefisien αi dan βi diperoleh dari perhitungan persamaan regresi

runtut waktu (time series) antara return saham (Rit) dengan return pasar

(Rmt). Dari koefisien α dan β tersebut dapat dihitung expected return tiap-

tiap saham atau E(Ri).

3. Market Adjusted Model

Market adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik

untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada

saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, tidak perlu menggunakan

periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas

yang diestimasi sama dengan return indeks pasar.

Rumus menghitung Cumulative Abnormal Return (CAR) bulanan,

dengan rumus :

CAR = ∑ ARit

Rumus menghitung Average Abnormal return seluruh saham pada

bulan ke-t :

AAR=
∑ AR¿
n

Keterangan :
AAR = rata-rata abnormal return saham
n = jumlah saham yang diteliti

2.2.8. Volume Perdagangan Saham (Trading Volume Activity)

Volume perdagangan saham atau Trading Volume Activity (TVA)

adalah jumlah saham yang diperdagangkan dalam periode tertentu (Mila,

2010).Volume perdagangan saham sapat diketahui dengan

membendingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan pada


30

periode tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada

waktu tertentu.

Rumus TVA adalah sebagai berikut menurut Wafiyah, 2005:


∑saham i ditransaksikan pada hari ke – t
TVAit =
∑saham i yang beredar

Keterangan :
TVAit : Aktivitas perdagangan saham i pada hari ke t
∑saham i ditransaksikan pada hari ke-t : jumlah saham i yang
ditransaksikan pada hari ke-t
∑ saham i yang beredar : jumlah saham i yang beredar pada hari ke-t

2.2.9. Studi Peristiwa (Event Study)

Menurut Hartono (2015), studi peristiwa (event study) merupakan

suatu pendekatan metodologikal yang penting dan mulai banyak

digunakan di penelitian-penelitian keuangan, ekonomi, akuntansi,

pemasaran, politik, sistem, informasi dan penelitian penelitian sosial

lainnya. Menurut Samsul (2006), studi peristiwa diartikan sebagai studi

yang mempelajari pengaruh suatu peristiwa terhadap harga saham di pasar,

baik pada saat peristiwa itu terjadi maupun beberapa saat setelah peristiwa

tersebut terjadi. Studi peristiwa dilakukan untuk mengetahui dampak

peristiwa yang terjadi terhadap obyek yang diteliti.Studi peristiwa

mengukur langsung pengaruh peristiwa terhadap harga saham perusahaan

pada saat terjadinya peristiwa karena harga saham tersedia pada saat

peristiwa terjadi (Hartono, 2015). Selain itu, data yang akan digunakan

dalam studi peristiwa dapat diakses di pasar modal.


31

Menurut Tandelilin, 2010 dalam ada 3 tujuan studi peristiwa. Ketiga

tujuan tersebut adalah pengujian teoretis, pengujian respon pasar dan

pengujian return tak normal. Pada pengujian teoretis, studi peristiwa

bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis mengenai efisiensi

pasar.Selain itu untuk menguji respon pasar apakah pasar merespon suatu

informasi secara cepat dan benar.Respon pasar benar ditunjukkan dengan

arah respon pasar apakah pasar merespon positif untuk kabar baik dan

merespon negatif untuk kabar buruk. Sedangkan tujuan untuk mengiji

Return tak normal dimaksudkan apakah suatu peristiwa mengindikasikan

aliran kas di masa depan sehingga menyebabkan return tak normal (return

actual cenderung berbeda dari return harapan).

a. Periode Jendela

Periode Jendela adalah periode terjadi peristiwa, pengaruh, dan

periode estimasi untuk mengestimasi return ekspektasian (Hartono,

2015). Dengan menggunakan periode jendela dapat diamati dampak dari

suatu peristiwa yang terjadi pada kurun waktu tertentu terhadap obyek

penelitian ini.

Dalam menentukan periode jendela sebaiknya tidak terlalu panjang

dan tidak terlalu pendek.Pemilihan periode yang tidak terlalu panjang

dan tidak terlalu pendek bertujuan agar hasil dari pengamatan benar-

benar menggambarkan pengaruh kejadian terhadap objek yang diteliti.

Apabila waktu pengamatan yang diambil terlalu panjang maka

dikhawatirkan data yang diperoleh tidak mencerminkan pengaruh dari


32

kejadian atau peristiwa yang diteliti karena telah terpengaruh oleh

peristiwa lain yang terjadi pada kurun waktu penelitian. Sehingga

peristiwa yang terjadi diluar peristiwa yang sedang diteliti tersebut

mengganggu hasil penelitian.Sedangkan apabila periode jendela yang

dipilih terlalu pendek dikhawatirkan dalam kurun waktu tersebut belum

dapat menangkap reaksi pasar yang terjadi akibat peristiwa tersebut.

Pada umumnya panjang periode jendela yang digunakan untuk data

harian berkisar antara 3-250 hari, sedangkan untuk data bulanan berkisar

antara 3-121 bulan. Periode jendela yang dipilihjuga tergantung dari jenis

peristiwa yang akan diteliti. Jika nilai ekonomis dari peristiwa yang

terjadi dapat dengan mudah ditentukan oleh investor maka investor dapat

bereaksi dengan cepat.Reaksi cepat dari investor ini membuat rentang

atau panjang periode jendela semakin singkat.Begitu pula sebaliknya,

jika peristiwa yang terjadi sulit dirasa oleh investor untuk menentukan

nilai ekonomisnya maka investor menjadi lama dalam bereaksi yang

menyebabkan reaksi yang dibutuhkan dalam periode jendela menjadi

semakin lama.

Langkah-langkah dalam melakukan event study adalah sebagai berikut

(Astuti, 2012) :

1. Mengidentifikasi tanggal publikasi pemecahan saham

Tanggal publikasi pemecahan saham yang dimaksud

adalah tanggal pencatatan di BEI ketika saham sudah dapat


33

diperdagangkan, hal ini dilakukan untuk mempermudah penetapan

hari ke 0 sebagai hari peristiwa terjadinya pemecahan saham.

2. Menentukan periode penelitian dalam suatu event window

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, para peneliti

menggunakan periode penelitian yang berbeda-beda. Semakin

panjang periode penelitian yang digunakan, maka semakin banyak

hal yang dapat dilihat namun hasil kesimpulannya dapat menjadi

bias karena terpengaruh oleh event lainnya seperti corporate action

yang dilakukan perusahaan, event ekonomi ataupun politik yang

dapat memberikan dampak pada pergerakan harga saham. event

window pada penelitian ini adalah 5 hari di perdagangkan sebelum

pengumuman stock split hingga 5 hari setelah pengumuman stock

split. tanggal diumumkannya pemecahan saham digunakan sebagai

t=0 (Lestari dan Sudaryono, 2008):

Event Date

5 0 5

Event Window
Gambar 2.1 Gambar jendela peristiwa (Event
Window),& tanggal pengumuman (Event Date) Stock
split
3. Menentukan Kriteria tertentu yang diperlukan dalam event study
34

Penentuan kriteria tersebut dapat berupa data yang

diperlukan serta menetukan sampel yang akan diteliti. Jumlah

sampel yang akan diteliti juga harus memenuhi standard

minimumdimana umumnya sampel penelitian minimal 30.

Semakin banyak sampel yang digunakan maka penelitian akan

semakin baik.

4. Melakukan pengukuran diperlukan untuk dapat menilai perbedaan

yang signifikan dari event

Untuk melihat terdapat tidaknya perbedaan yang

signifikan setelah stock split maka dilakukan pembandingan secara

statistik rata-rata Harga Saham mengginakan Closing Price dan

Volume Perdagangan Saham dengan menggunakan Trading

Volume Activity (TVA) dengan hari ke 0 (event date). Event date

merupakan tanggal kejadian dimana pada saat ini dilakukan seleksi

untuk memasukkan suatu perusahaan apakah termasuk di dalam

sampel penelitian,

2.3. Kerangka Pemikiran

Harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan saham tersebut sulit

diperdagangkan, maka untuk membuat saham lebih mudah diperdagangkan

dilakukanlah stock split.Stock split menunjukkan sinyal positif karena hanya

perusahaan yang nilai sahamnya tinggi dan berkinerja baik yang dapat

melakukan stock split. Publik yang mengetahui sinyal positif dari stock

splitakan menyambut baik stock split yang dilakukan oleh perusahaan.


35

Dengan melakukan stock split, harga saham suatu perusahaan menjadi lebih

terjangkau dan lebih menarik bagi investor sehingga saham menjadi lebih

mudah diperdagangkan sehingga volume perdagangan saham tersebut akan

meningkat. Harga yang lebih terjangkau akan meningkatkan permintaan

terhadap saham tersebut. Dengan meningkatnya permintaan terhadap saham

tersebut maka akan meningkatkan harga saham tersebut.

Penelitian Indarti dan Purba (2007) memberikan konfirmasi empiris

bahwa ada perbedaan antara harga saham dan volume perdagangan saham

sebelum dan sesudah stock split, hal ini berarti stock split berpengaruh

terhadap harga saham dan volume perdagangan saham.

Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan diatas, maka kerangka

pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Informasi
Stock Split

Reaksi Pasar

Event Study

Event Date

30 0 30
Event Window

Volume
Harga Saham Perdagangan
36

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis

H1 : Terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan

Sesudah stock split pada perusahaan Manufaktur.

H2 : Terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan

Sesudah stock split pada perusahaan Non Manufaktur.

H3 : Terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan

sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan Manufaktur.

H4 : Terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan

sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan Non Manufaktur


37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian event study.Event

Study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu

peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman (Hartono, 2010). Tujuan dari penggunaan metode event study

adalah untuk mengetahui perbandingan nilai yang terjadi sebelum dan

sesudah event terjadi, menilai apakah terdapat perbedaan keadaan sebelum

dan sesudah event terjadi (Hartono, 2010). Peristiwa yang diuji dalam

penelitian ini adalah peristiwa Stock Split. Informasi dari peristiwa stock split

yang dipublikasikan akan diuji dampaknya terhadap Harga saham dan

Volume perdagangan saham.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono, 2004 dalam (Larasanti, 2017), populasi adalah

waktu generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai

kuantitas atau karakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini


38

adalah Emiten-emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia yang telah

melakukan Stock Split pada periode 2010 sampai 2016 yaitu sebanyak 89

perusahaan.

3.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut Menurut Sugiyono, 2004 dalam (Larasanti, 2017).

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

Purposive Sampling artinya sampel yang digunakan dalam penelitian ini

dipilih dengan menetapkan kriteria-kriteria tertentu. Oleh karena itu

sampel pada penelitian ini ditetapkan dengan kriteria-kriteria sebagai

berikut:

1. Perusahaan go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Perusahaan go-public yang melakukan stock split pada periode

2010-2016

3. Saham yang dipilih aktif diperdagangkan (minimal 61 bulan

perdagangan) yaitu 30 bulan sebelum, 1 bulan pada saat

pengumuman dan 30 bulan sesudah pengumuman stock split.

4. Perusahaan tersebut tidak melakukan corporate action lain, seperti

Right issue , Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pembagian

dividen baik secara tunai maupun saham, emisis obligasi

konvertibel, dan waran dan tidak ada peristiwa pengganggu

lainnya yang dapat mempengaruhi variabel penelitian


39

5. Data-data perusahaan harus lengkap terutama data harga saham

harian, volume perdagangan saham, frekuensi perdagangan dan

jumlah saham yang beredar.

Berikut adalah hasil seleksi dari sampel penelitian, tabel 3.1 :

Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan yang melakukan stock split periode 2010-2016 89
2 Dikurang perusahaan yang sahamnya tidak aktif 0
diperdagangkan selama event window
3 Dikurangi perusahaan yang melakukan corporate action 21
lain selain stock split pada periode jendela
4 Total sampel yang digunakan dalam peneitian (Manufaktur 68
30 perusahaan dan Non Manufaktur 37 perusahaan)

Tabel 3.2
Daftar Nama Perusahaan Yang di jadikan
sampel penelitian
Manufaktur Non Manufaktur
No No
CODE NAMA PERUSAHAAN CODE NAMA PERUSAHAAN

1 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk 1 ACES PT Ace Hardware Indonesia Tbk

2 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 2 ASBI PT Asuransi Bintang Tbk

3 AUTO PT Astra Otopart Tbk 3 ASMI PT Asuransi Kresna Mitra Tbk

4 BATA PT Sepatu Bata Tbk 4 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

5 BRNA PT Berlina Tbk 5 BFIN PT BFI Finance Indonesia Tbk

6 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk 6 CMPP PT Rimau Multi Putra Pratama Tbk

7 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 7 CTRA PT Ciputra Development Tbk

8 CNTB PT Saham Seri B Centex Tbk 8 DSNG PT Dharma Satya Nusantara Tbk
40

Manufaktur Non Manufaktur


No No
CODE NAMA PERUSAHAAN CODE NAMA PERUSAHAAN

9 CNTX PT Century Textile Industry Tbk 9 HERO PT Hero Supermarket Tbk

10 CPIN PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk 10 INTA PT Intraco Penta Tbk

11 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 11 ITMA PT Sumber Energi Andalan Tbk

12 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 12 JKON PT Jaya Kontruksi Manggala Pratama Tbk

Manufaktur Non Manufaktur


No No
CODE NAMA PERUSAHAAN CODE NAMA PERUSAHAAN

13 ERTX PT Eratex Djaja Tbk 13 JRPT PT Jaya Real Property Tbk

14 HMSP PT H.M. Soempurna Tbk 14 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk

15 ICBP PT Indofood CBP Sukses Tbk 15 KREN PT Kresna Graha Investama Tbk

16 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk 16 LEAD PT Logindo Samudramakmur Tbk

17 IMPC PT Impack Pratama Industri Tbk 17 LSIP PT PP London Sumatera Indonesia Tbk

18 INAI PT Indal Alumunium Industri Tbk 18 LTLS PT Lautan Luas Tbk

19 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 19 MDLN PT Modernland Realty Tbk

20 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 20 MDRN PT Modern Internasional Tbk

21 MERK PT Merck Tbk 21 MIKA PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk

22 MYOR PT Mayora Indah Tbk 22 MTFN PT Capitalinc Investment Tbk

23 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 23 MYRX PT Hanson Internasional Tbk

24 TBMS PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 24 PADI PT Minna Padi Investama Tbk

25 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 25 PNSE PT Pudjiadi and Sons Tbk

26 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 26 PSAB PT J Resource Asia Pasifik Tbk

27 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 27 PWON PT Pawukon Jati Tbk

28 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk 28 RAJA PT Rukun Raharja Tbk

29 ALKA PT Alakasa Instrindo Tbk 29 SCMA PT Surya Citra Media Tbk

30 BIMA PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk 30 SSIA PT Surya Semesta Internusa Tbk

31 TIRA PT Tira Austenite Tbk


41

32 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

33 TOWR PT Sarana Menara Nusantara Tbk

34 ASJT PT Asuransi Jasa Tania Tbk

35 DEFI PT Danasupra Erapacific Tbk

36 KONI PT Perdana Bangun Pustaka Tbk

37 AIMS PT Akbar Indo Makmur S Tbk

Jumlah 30 Perusahaan Jumlah 37 Perusahaan

Sumber :Saham OK (Data diolah, 2018)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik dokumentasi yaitu pengambilan data dengan jalan mencari dan

mengumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan stock split, kode

saham emiten, harga saham emiten selama periode jendela sebelum maupun

sesudah stock split, data perdagangan harian dan situs Bursa Efek Indonesia

(BEI), Saham Ok, yahoo finance dan Broker Forex.

3.4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan dua macam variabel yaitu

independent variabel dan dependent variabel.

independent variabel dapat pula disebut variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan dependent variabel atau

variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

(Martono, 2010). Dalam penelitian ini yang merupakan independent variabel

adalah pengumuman stock split. Sedangkan yang merupakan dependent

variabel dalam penelitian ini adalah abnormal return dan volume

perdagangan saham.
42

Tabel 3.3
Operasional variabel penelitian
No Variabel Dimensi Definisi pengukuran
Rata-rata Cumulative abnormal
1
Abnormal Rata-rata
return dibagi dengan jumlah AAR=
∑ AR¿
return abnormal return n
saham yang diteliti
Rata-rata
Volume Rata-rata Total Volume Activity
2 Perdagangan
Volume
dibagi dengan jumlah saham ATVA=
∑ TVA
perdagangan n
Saham yang diteliti
saham

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisi data yang digunakan adalah model analisis Paired

Sampel T Test atau Wilcoxon Signed Rank tergantung dengan distribusi

datanya, anlisis dilakukan dengan menggunakan bantuan program software

SPSS. Sebelumnya data yang terkumpul akan dianalisis secara bertahap

dengan dilakukan analisis statistik deskriptif terlebih dahulu. Selanjutnya

dilakukan pengujian statistik dengan uji distribusi normal dengan

menggunakan uni Kolmogorov-smirnov.Kemudian tahap selanjutnya

dilakukan pengujian hipotesis parsial untuk masing-masing variabel

penelitian dengan menggunakan uji analisis Paired Sampel T-Test apabila


43

data terdistribusi normal dan model uji analisis Wilcoxon Signed Rank apabila

data tidak berdistribusi normal. Tahapan uji yang dilakukan adalah :

3.5.1. Uji Statistik Deskriptif

3.5.2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji data berdistribusi normal

atau tidak normal. Apabila data berdistribusi normal, maka uji statistik yang

digunakan adalah Paired Sampel T-Test, sedangkan jika data berdistribusi

tidak normal maka yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test.

Untuk menguji normalitas data digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-

S), yaitu dengan membandingkan asymptotic significance (2-tailed) dengan

α = 0,05. Dasar penarikan kesimpulan untuk menentukan normalitas data

sebagai berikut (Ghozali dan Castelan, 2002):

a. Jika probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka data tidak

berdistribusi normal.

b. Jika probabilitas Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka data berdistribusi

normal.

3.5.3. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik parametric uji

beda. Uji beda dilakukan untuk membuktikan terdapat tidaknya dampak

signifikan stock split terhadap abnormal return dan volume perdagangan

saham Manufaktur dan NonManufaktur pada saat sebelum dan sesudah

stock split.

a. Pengujian Hipotesis 1 dan Hipotesis 2


44

Pengujian hipotesis 1, menguji perbedaan abnormal return sebelum

dan sesudah stock split pada perusahaan Manufaktur dan Pengujian

hipotesis 2, menguji perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah

stock split pada perusahaan NonManufaktur, pengujian kedua hipotesis

menggunakan tahapan sebagai berikut:

1. Menghitung AAR sebelum dan sesudah peristiwa


t =−1

∑ AR before
t =−5
AAR before=
t
t =+1

∑ AR after
t =+5
AAR after =
t

Keterangan :
AARbefore = rata-rata abnormal return sebelum peristiwa
AARafter = rata-rata abnormal return sesudah peristiwa
t = periode waktu
2. Menghitung standar deviasi sebelum dan sesudah peristiwa

σ before= √∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿

σ after =√∑ ¿ ¿ ¿¿ ¿

Keterangan :
σ before = deviasi standard abnormal return sebelum peristiwa
σ after = deviasi standard abnormal return sesudah peristiwa
t = periode waktu
3. Analisis uji signifikansi t (pada α = 5%)
45


AAR after − AAR before
t=


2 2
σ¿ σ¿
after
+ before

n n

Keterangan :
AARbefore = rata-rata abnormal return sebelum peristiwa
AARafter = rata-rata abnormal return sesudah peristiwa
σ before = deviasi standard abnormal return sebelum peristiwa
σ after = deviasi standard abnormal return sesudah peristiwa
n = jumlah sampel

4. Pengujian hipotesis 1 dan 2 menggunakan uji t dua sisi (paired

sample t test). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a) Perumusan hipotesis

Hipotesis 1

H0 : Tidak ada perbedaan abnormal return yang signifikan

sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan

manufaktur.

H1 :Ada perbedaan abnormal return yang signifikan

sebelum dan sesudah stock splitpada perusahaan

manufaktur.

Hipotesis 2

H0 : Tidak ada perbedaan abnormal return yang signifikan

sebelum dan sesudah stock splitpada perusahaan non

manufaktur.

H1 : Ada perbedaan abnormal return yang signifikan

sebelum dan sesudah stock splitpada perusahaan non

manufaktur.
46

b) Penentuan nilai kritis (ttabel)

Dengan degree of freedom (df = n – 1), dimana: n adalah

jumlah sampel. Dari df dan tingkat signifikansi (α) dan

bantuan tabel distribusi normal, didapatkan ttabel.

c) Penentuan thitung

AAR after − AAR before
t=


2 2
σ¿ σ¿
after
+ before

n n

d) Penentuan daerah terima

Jika :

a. thitung < ttabel, maka H0 diterima

thitung > ttabel, maka H0 ditolak atau

b. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolah

b. Pengujian hipotesis 3 dan 4

Pengujian hipotesis 3, menguji perbedaan Volume perdagangan

saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan Manufaktur dan

Pengujian hipotesis 4, menguji perbedaan Volume perdagangan saham

sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan NonManufaktur.

Pengujian kedua hipotesis menggunakan tahap sebagai berikut :

1. Menghitung aktivitas volume perdagangan saham

TVA ¿ =
∑ saham iditransaksikan pada harike−t
∑ saham i yang beredar
2. Menghitung rata-rata aktivitas volume perdagangan saham
47

ATVA ¿ =
∑ TVA ¿ before

before
n

ATVA ¿ =
∑ TVA ¿ after

after
n

3. Menghitung standard deviasi rata-rata aktivitas volume

perdagangan saham

σ before= √∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿

σ after =√∑ ¿ ¿ ¿¿ ¿

4. Analisis uji signifikan t (pada α = 5%)


TVA after −TVA before
t=


2 2
σ¿ σ¿
+
after before

n n

Keterangan :
ATVAbefore = rata-rata volume perdagangan sebelum peristiwa
ATVAafter = rata-rata volume perdagangan sesudah peristiwa
σ before = deviasi standard volume perdagangan sebelum peristiwa
σ after = deviasi standard volume perdagangan sesudah peristiwa
n = jumlah sampel

5. Pengujian hipotesis 3 dan 4 menggunakan uji t dua sisi (paired

sample t test). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a) Perumusan hipotesis

Hipotesis 3

H0 : Tidak ada perbedaan volume perdagangan saham yang

signifikan sebelum dan sesudah stock split pada

perusahaan manufaktur.
48

H1 :Ada perbedaan volume perdagangan saham yang

signifikan sebelum dan sesudah stock splitpada

perusahaan manufaktur.

Hipotesis 4

H0 : Tidak ada perbedaan volume perdagangan saham yang

signifikan sebelum dan sesudah stock splitpada

perusahaan non manufaktur.

H1 : Ada perbedaan volume perdagangan saham yang

signifikan sebelum dan sesudah stock splitpada

perusahaan non manufaktur.

b) Penentuan nilai kritis (ttabel)

Dengan degree of freedom (df = n – 1), dimana: n adalah

jumlah sampel. Dari df dan tingkat signifikansi (α) dan

bantuan tabel distribusi normal, didapatkan ttabel.

c) Penentuan thitung

TVA after − ATV before
t=


2 2
σ¿ σ¿
+
after before

n n

d) Penentuan daerah terima

Jika :

c. thitung < ttabel, maka H0 diterima

thitung > ttabel, maka H0 ditolak atau

d. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolah


49

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft, Jakarta
Asquit, P., P. Healy and K. Palepu.“Earnings and Stock Split”.The Accounting
Review 3 (July, 1989): 387-403
Astuti, An Ras Try. 2012. Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Harga Saham
Perusaahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Astuti, Destry Widi. 2015. “ DampakStock split terhadap Likuiditas
Saham’’.Skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Basri, Saleh dan Farakhrudin, Hendry M. 2005.Aksi Korporasi Stategi Untuk
Meningkatkan Nilai Saham Melalui Aksi Korporasi. Jakarta: Salemba Empat.
Brennan, M. J., and P. J. Hughes, 1991, stock price and the supply of information,
Journal of financial 46, 1665-1691.
Copeland, Thomas E. 1979. “Liquidity Changes Following Stock Split”.The
Journal of Finance , Vol. 34, No. 1. American Finance Association
Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Investasi Edisi 2: Teori dan Soal Jawab. Jakarta:
Salemba Empat.
Fama, Eugene F. (May 1970), “Efficient market: A review of theory and
empirical work”, Journal of Finance, 25 (2): 383-417.
Fama, Eugene, Lawrence Fisher, Michael Jensesn and Richard Roll, 1969, The
adjustment of stock price to new information, International Economic Review
10, 1-21.
Farinha, Jorge and Nuno Filipe Basilio, 2006, “ Stock Splits : Real Effects or Just
a Question of Maths? An Empirical Analysis of the Portuguese Case “,
Centro de Estudos de Economia Industrial, do Trabalho e da Empresa,
pp. 1 – 61.
Fortuna, Chotyahani Hasna Rizka. 2010. “Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi.Program Sarjana Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam dan Castellan, John. 2002, Statistik Nonparametrik Dan Aplikasi
Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Grinblatt, Mark S., Ronald W. Masulis, and Sheridan Titman, 1984, The valuation
effects of stock splits and stock dividend, Journal of Financial Economics 13,
461-490.
50

Harjito, A., dan Martono. (2011). Manajemen Keuangan, Edisi Ke 2, Penerbit


Ekonisia FE UII, Yogyakarta.

Indarti, Iin Dan Desti Mulyani BR. Purba. 2011. “Analisis Perbandingan Harga
Saham Dan Volume Perdagangan Saham Sebelum Dan Sesudah Stock Split”.
Jurnal Ilmu Ekonomi ASET Vol. 13 No. 1.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Widya Manggala.
Khajar, Ibnu. 2016. “Analisis Stock Split Terhadap Harga Saham Dan Volume
Perdagangan Saham Indekx LQ-45 Periode 2010-2016”. Jurnal Keuangan
Dan Perbankan Vol. 20 No. 3.Universitas Islam Sultan Agung.
Keown, Arthur J., David F. Scott, Jr., John D. Martin, dan J. William Petty. 2010.
Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan Jilid 1 (Edisi Kesepuluh).
Jakarta: PT. Indeks.
Hendrawijaya, Michael.2009.” Analisis Perbandingan Harga Saham, Volume
Perdagangan Saham, Dan Abnormal Return Saham Sebelum Dan Sesudah
Pemecahan Saham ( Studi Pada Perusahaan Go Public Yang Melakukan
Pemecahan Saham Antara Tahun 2005 – 2008 Di Bei )”. Tesis. Program
Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
http:www.telkom.co.id
http://www.idx.co.id
http://www.yahoofinance.co.id
Lakonishok J., & B. Lev. “Stock Split and Stock Dividends: Why, Who, and
When”. Journal of Finance 42 (1987): 913-932.
Larasanti, Ni Nyoman Ayu. 2017.”Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock
Split) Terhadap Harga Saham Dan Volume Perdagangan Saham Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2015”.
Skripsi.Program Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Lestari, S., E. Arif Sudaryono (2008). Pengaruh Stock Split: Analisis Likuiditas
Saham Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Dengan
Memperhatikan Pertumbuhan dan Ukuran Perusahaan. Jurnal Bisnis
danAkuntansi, 10, No.3.Hlm.139-148.
Leung, Tak Yan, et al, 2005, “ Do Stock Splits Really Signal ? “, pp. 1 – 33.
Manggala, Budi. 2012. Efektivitas Trading Range Theory Saham dari Emiten
Bursa Efek Indonesia sebagai Masukan atas Rencana Penerapan Aturan Stock
Split oleh Otoritas Jasa Keuangan. Laporan Keuangan. Jakarta: Universitas
Tarumanegara.
Manson, Robert D. Dan Lind , Douglas A. 1999.”Teknik Statistika Untuk Bisnis
dan Ekonomi Ed. 9 Jilid 2”. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Menendez, Susana and Silvia Gomez – Anson, 2003, “ Stock Splits : Motivations
and Valuation Effects In The Spanish Market “, Investigaciones
Economicas, pp. 459 – 490.
51

Mila, I Gusti Ayu. 2010. “Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split)
Terhadap Volume Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham pada
Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009”. Skripsi. Program
Sarjana Universitas Diponegoro.
Pramana, A., Mawardi, W. (2012). Analisis Perbandingan Trading Volume
Activity dan Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan
Saham (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011).Diponegoro Journal Management, 1, No.1. Hlm 1-9.
Prasetyo, Hendrik. 2016. “Stock Split Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Go Public Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Riset Mahasiswa Vol. 4 No.
1.Universitas Kanjuruhan Malang.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio.Jakarta : Erlangga
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS.Jakarta : Elex Media Komputindo.
Shofa, Inayatus Dan Sri Utiyati. 2016. “Analisis Perbandingan Harga Dan
Volume Perdagangan Saham Sebelum Dan Sesudah Stock Split”. Jurnal Ilmu
Dan Riset Manajemen Vol. 5 No. 7.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.
Sri Fatmawati dan Marwan Asri, 1999, ” Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas
Saham yang Diukur dengan Besarnya Bid – Ask Spread di Bursa Efek Jakarta
”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. XIV, No. 4 Hal 93 – 110.
Sugiarto, Siagian Dergibson. 2000. Metode Statistika : untuk Bisnis dan Ekonomi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi Edisi
Pertama. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Tanjung, Abdul Hafiz 2007.”Stock Split: Pengujian Terhadap Signaling dan
Trading Range pada Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia.Vol.4 No.1.
Tobing, Togi Lumban dan Wahyu Ario Pratomo.“Analisis stock split terhadap
harga saham dan volume perdagangan pada perusahaan yang terdaftar di BEI
(sector manufaktur, pertambangan, financial, dan agrikultur dari tahun 2010-
2013)”.Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 2 No. 7.
Wafiyah, Ana. 2005. “Reaksi pasar pada pengumuman stock split dan reverse
split (studi pada perusahaan yang terdaftar di BEJ)”. Tesis. Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro.
Wang Sutrisno, et al, 2000, “ Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan
Return Saham di Bursa Efek Jakarta “, Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol II, No.2, Hal 1 – 13.
Widyahari, Putu Sri Et Al. 2014. “Analisis Perbedaan Volume Perdagangan
Saham Dan Return Saham Sebelum Dan Sesudah Stock Split”. e-Jurnal
52

Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 2. Universitas Pendidikan


Ganesha
www.sahamok.com/emiten/saham-stocksplit-reverse/split-reverse-2010/
www.sahamok.com/emiten/saham-stocksplit-reverse/split-reverse-2011/
www.sahamok.com/emiten/saham-stocksplit-reverse/split-reverse-2012/
www.sahamok.com/emiten/saham-stocksplit-reverse/split-reverse-2013/
www.sahamok.com/emiten/saham-stocksplit-reverse/split-reverse-2014/
www.sahamok.com/emiten/saham-stocksplit-reverse/split-reverse-2015/
www.sahamok.com/emiten/saham-stocksplit-reverse/split-reverse-2016/

Anda mungkin juga menyukai