Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN ISI

A. Judul

Pengaruh Price Earning Ratio, Price to Book Value, dan Likuiditas

Perdagangan terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Stock Split (Studi

pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2016).

B. Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan pasti membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan

operasionalnya. Sumber dana suatu perusahaan dapat dipenuhi salah satunya

dengan menerbitkan saham. Saham merupakan salah satu efek yang paling

diminati oleh investor. Saham biasanya diperjual belikan di pasar modal.

Saham dapat dikatakan likuid apabila saham mudah untuk ditukarkan,

artinya saham tersebut mudah untuk diperjual belikan. Apabila transaksi

saham tinggi, maka akan semakin tinggi juga likuiditas saham tersebut,

sehingga harga saham di pasar modal menjadi tidak pasti. Ketidakpastian

harga saham dipengaruhi oleh tingkat penawaran dan permintaan terhadap

saham tersebut. Harga saham yang tinggi mencerminkan kinerja perusahaan

yang baik, tetapi harga saham yang terlalu tinggi mengakibatkan

permintaan akan pembelian saham mengalami penurunan (Ni Putu dan

Gerianta, 2017). Hal ini dikarenakan, tidak semua investor tertarik untuk

membeli saham dengan harga yang terlalu tinggi terutama bagi investor

perseorangan yang memiliki dana terbatas. Kondisi seperti ini dapat diatasi

oleh perusahaan dengan melakukan corporate action.

1
Corporate action merupakan salah satu aktivitas yang dapat dilakukan

oleh emiten untuk mempengaruhi jumlah saham yang beredar dan harga

saham di pasar. Corporate action sebagai bentuk dari salah satu strategi

yang dilakukan oleh emiten dengan tujuan untuk menarik perhatian dari

pihak pasar modal terutama para pemegang saham. Salah satu bentuk dari

corporate action adalah pemecahan saham (stock split). Pemecahan saham

dilakukan oleh perusahaan dengan membuat jumlah saham menjadi lebih

tinggi dan mengurangi nominal per lembarnya. Pemecahaan saham

menjadikan harga saham mudah dijangkau oleh investor, akan tetapi tidak

semua perusahaan dapat melakukan pemecahan saham. Perusahaan yang

dapat melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang memiliki

harga saham tinggi dan dalam kondisi baik. Tindakan pemecahan saham ini

merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik investor.

Investor akan merasa menjadi lebih makmur karena memegang saham

dengan jumlah lebih banyak.

Motivasi utama perusahaan dalam melakukan pemecahan saham ini

yaitu berdasarkan dengan signaling theory dan trading range theory.

Berdasarkan signaling theory dengan melakukan pemecahan saham, maka

perusahaan dapat memberikan sinyal atau informasi kepada investor bahwa

perusahaan mempunyai prospek kinerja keuangan yang baik di masa yang

akan datang. Baik tidaknya perusahaan dapat dilihat melalui rasio harga

saham terhadap laba bersih atau Price Earning Ratio (PER) dan melalui

rasio harga saham terhadap nilai buku atau Price to Book Value (PBV).

2
Apabila nilai PER tinggi, maka akan mencerminkan tingginya nilai Earning

per Share (EPS). Apabila suatu perusahaan memiliki EPS yang tinggi, maka

harga saham di pasar semakin tinggi, sedangkan tingginya nilai PBV

mencerminkan nilai buku dan likuiditas saham yang tinggi. Semakin besar

nilai PER dan PBV suatu perusahaan, maka mengidentifikasikan bahwa

semakin mahal harga saham di pasar, sehingga PER dan PBV ini dapat

diprediksi memberikan pengaruh positif terhadap pemecahan saham

(Harjanti dan Usmara, 2005). Berdasarkan dengan hal tersebut, maka

perusahaan akan melakukan stock split dengan tujuan harga saham menjadi

lebih rendah, sehingga dapat terjangkau oleh investor serta sahamnya

menjadi lebih likuid. Hal ini juga sesuai dengan trading range theory, yaitu

perusahaan yang memiliki harga saham tinggi akan melakukan stock split,

sehingga investor akan tertarik untuk melakukan transaksi saham yang pada

akhirnya akan berdampak meningkatnya likuiditas perdagangan saham pada

perusahaan tersebut. Likuiditas perdagangan saham memiliki arti penting

bagi emiten maupun investor. Apabila saham mudah ditransaksikan, maka

peluang untuk mendapatkan capital gain semakin tinggi dan saham baru

akan lebih cepat diserap oleh pasar.

Pada dasarnya, pemecahan saham tidak mempengaruhi aliran kas

perusahaan serta tidak mengakibatkan perubahan modal dalam perusahaan

tersebut. Pemecahan saham juga tidak memberikan nilai ekonomis, akan

tetapi dengan dilakukannya pemecahan saham akan memberikan dampak

pada pasar dan dapat membentuk harga saham di pasar. Selain harga saham

3
yang tinggi, likuiditas saham juga menjadi alasan lain sebuah perusahaan

melakukan pemecahan saham. Harga saham yang tinggi tidak diminati

investor, sehingga saham menjadi tidak likuid. Hipotetsis liquidity

menjelaskan bahwa, manajer suatu perusahaan menginginkan meningkatnya

daya beli investor yang pada akhirnya perusahaan akan terus meningkatkan

likuiditas perdagangan sahamnya (Novitasari, 2016). Likuiditas

perdagangan saham, dapat ditunjukkan dengan semakin banyaknya volume

transaksi dan nilai transaksinya. Adanya informasi dan motivasi mengenai

stock split inilah yang menjadi pertimbangan bagi emiten dalam mengambil

keputusan perlu tidaknya perusahaan tersebut untuk melakukan stock split.

Berdasarkan dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa, semakin tingginya

harga saham serta semakin rendahnya likuiditas saham, maka semakin besar

kemungkinan sebuah perusahaan melakukan stock split.

Terdapat berbagai jenis perusahaan terdaftar di BEI yang melakukan

aksi pemecahan saham. Perusahaan-perusahaan yang melakukan pemecahan

saham tersebut biasayanya memiliki nilai PER, PBV, dan harga saham yang

sangat tinggi. Setelah melakukan pemecahan saham, harga dipecah >50%

menjadi lebih rendah dari harga sebelumnya. Setelah dilakukannya aksi

pemecahan saham, volume saham yang beredar menjadi lebih tinggi yang

ditunjukkan dengan meningkatnya nilai trading activities. Peristiwa ini

dapat dijadikan sebagai salah satu indikasi bahwa nilai PER, PBV, dan

likuiditas perdagangan menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan

perusahaan melakukan stock split. Hal ini dapat dibuktikan dengan

4
penelitian yang dilakukan oleh Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005) yang

menemukan bahwa PBV berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan

perusahaan melakukan stock split. Selain itu, penelitian lain juga

menunjukkan bahwa nilai PBV berpengaruh positif signifikan terhadap

keputusan perusahaan melakukan stock split (Djoni dan Joshe, 2011),

sedangkan Jurica Lucyanda dan Ditya Anggriawan (2011) menemukan

bahwa, likuiditas perdagangan berpengaruh negative signifikan terhadap

keputusan perusahaan melakukan stock split.

Berdasarkan dengan uraian yang disampaikan di atas, maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Price Earning Ratio,

Price to Book Value, dan Likuiditas Perusahaan terhadap Keputusan

Perusahaan Melakukan Stock Split (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di

BEI Periode 2013-2016)”.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh Price Earning Ratio terhadap keputusan

perusahaan melakukan stock split?

2. Apakah terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap keputusan

perusahaan melakukan stock split?

3. Apakah terdapat pengaruh likuiditas perdagangan terhadap keputusan

perusahaan melakukan stock split?

5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah terdapat pengaruh Price Earning Ratio terhadap

keputusan perusahaan melakukan stock split.

2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap

keputusan perusahaan melakukan stock split.

3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh likuiditas perdagangan terhadap

keputusan perusahaan melakukan stock split.

Berdasarkan tujuan di atas, penelitian ini memiliki manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang perusahaan yang melakukan stock split serta mengetahui dasar

keputusan perusahaan melakukan aksi tersebut.

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta

dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang

sejenis.

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi

perusahaan tentang dasar yang dapat digunakan perusahaan sebagai

bahan pertimbangan dalam melakukan stock split.

6
E. Tinjauan Pustaka

1. Pemecahan Saham (StockSplit)

Salah satu bentuk dari corporate action yang dilakukan oleh

perusahaan adalah pemecahan saham. Pemecahan saham merupakan

bentuk corporate action yang dilakukan oleh emiten dengan cara

memecah saham menjadi lebih banyak dan memperkecil harga per

lembar saham dari harga sebelumnya. Aksi dilakukannya pemecahan

saham tidak akan mengurangi maupun menambah nilai investasi dari

pemegang saham (Pancawati, 2012). Pemecahan saham juga diartikan

sebagai pemecahan atas saham yang beredar tanpa penambahan pada

ekuitas pemegang saham yang bertujuan untuk meningkatkan

likuiditas perdagangan. Kegiatan pemecahan saham dilakukan agar

para investor dapat menjangkau harga saham, sehingga semakin

banyak investor yang melakukan transaksi saham yang diterbitkan

emiten (Wayan, 2015).

Pengumuman pemecahan saham akan memberikan informasi

bagi para investor sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi

(Suproyogi, 2013). Stock split merupakan pemecahan saham yang

bertujuan untuk menarik investor agar melakukan investasi khususnya

investor yang memiliki modal terbatas (Lely, 2014). Pemecahan

saham merupakan suatu fenomena yang terjadi pada suatu perusahaan.

Pemecahan saham dapat didefinisikan sebagai: (1) pemecahan saham

yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan melakukan

7
kebijakan memecah saham atau merubah nilai nominal saham yang

beredar untuk mengurangi harga pasar saham, sehingga saham dapat

dimiliki oleh lebih banyak investor; (2) pada umumnya pemecahan

saham berarti perubahan pada nilai nominal saham menjadi nilai

nominal yang lebih kecil; (3) pemecahan saham yaitu kegiatan

memecah saham yang tidak mengakibatkan perubahan pada nilai total

modal saham dan nilai laba ditahan suatu perusahaan (Dwimulyani,

2008).

Pemecahan saham dikategorikan sebagai peristiwa yang dapat

mempengaruhi efek suatu perusahaan ataupun keputusan investasi

para pemodal yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada

nilai nominal saham, nilai pasar saham, serta jumlah saham yang

beredar. Pemecahan saham juga berarti memecah selembar saham

menjadi n lembar saham yang mengakibatkan jumlah lembar saham

beredar menjadi bertambah tanpa harus mengubah besarnya modal.

Faktor pemecahannya yaitu harga per lembar saham baru setelah

dilakukannya pemecahan saham. Keputusan pemecahan saham

dilakukan berdasarkan kesepakatan antara emiten dan para pemegang

saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (Utami, 2012).

Pemecahan saham juga merupakan aksi yang dilakukan oleh

emiten yaitu dengan melakukan pemecahan nilai saham menjadi nilai

nominal yang lebih kecil, tujuannya yaitu menaikkan jumlah saham

yang beredar dan meningkatkan likuiditas saham serta menawarkan

8
harga saham dengan nilai yang rendah, sehingga dapat menarik lebih

banyak investor. Harga per lembar saham baru setelah dilakukan

pemecahan saham yaitu 1/n dari harga saham sebelumnya. Hal ini

berarti pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis karena tidak

menambah nilai perusahaan (Prof. Dr. Jogiyanto Hartono, 2003).

Pemecahan saham yaitu menambah jumlah saham beredar

diikuti dengan pengurangan harga nominal saham yang tercantum

pada lembar saham. Pemecahan saham merupakan suatu fenomena

yang masih diperdebatkan karena adanya ketidakcocokan antara teori

dengan praktik. Hal ini dikarenakan, beberapa penelitian terdahulu

menunjukkan hasil yang beragam dan tidak konsisten. Secara teori,

pemecahan saham hanya akan meningkatkan jumlah saham yang

beredar di pasar dan tidak menambah kesejahteraan investor serta

tidak memberikan nilai ekonomis bagi perusahaan akan tetapi, dalam

praktiknya terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menunjukkan

bahwa, pasar akan bereaksi ketika perusahaan mengumumkan

peristiwa pemecahan saham ini.

Pemecahan saham juga diartikan sebagai kebijakan suatu

perusahaan untuk melakukan pemecaham sahamnya karena

menganggap harga saham pada perusahaannya sudah terlalu tinggi.

Perusahaan tersebut melakukan pemecahan saham tentunya memiliki

tujuan-tujuan tertentu. Tujuan tersebut diantaranya adalah: (1)

menghindari harga saham yang terlalu tinggi, sehingga tidak

9
memberatkan investor untuk membeli saham tersebut; (2)

mempertahankan likuiditas saham; (3) menarik lebih banyak investor;

(4) terjangkau oleh investor-investor kecil; (5) menambah jumlah

saham yang beredar; (6) memperkecil risiko bagi invesor yang

menginginkan untuk membeli saham dengan harga saham yang

rendah (Fahmi, 2015).

Berdasarkan dengan definisi-definisi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pemecahan saham merupakan aktivitas emiten

yang memilihi harga saham tinggi dengan melakukan pemecahan satu

lembar saham menjadi menjadi n lembar saham dengan tujuan

menurunkan nilai nominal sahamm, sehingga lebih banyak investor

yang tertarik untuk membeli dan pada akhirnya dapat meningkatkan

likuiditas saham pada perusahaan tersebut.

Menurut The Economic Time (The Economic Times, 2017),

detinition of stock split is, “When a company declares a stock split,

the number of shares will be increases, but the market cap remains the

same and underlying value remains the same. When number of share

increases, price per share goes down”. Definisi lain dikemukakan

oleh Investopedia (Investopedia, 2017) yang mengatakan bahwa “A

corporate action is a company divides its existing shares into multiple

shares. The number of shares outstanding increases by a specific

multiple, the total pre-split amounts, but the split is not add any real

value”.

10
Terdapat dua teori utama yang menjadi motivasi perusahaan

melakukan pemecahan saham. Motivasi tersebut adalah signaling

theory dan trading range theory.

a. Signaling Theory

Signaling theory adalah sebuah teori yang dapat

digunakan untuk melihat tanda-tanda yang mengggambarkan

kondisi perusahaan. Signaling theory menyatakan bahwa,

pemecahan saham merupakan suatu sinyal positif karena

manajer perusahaan secara tidak langsung memberikan

informasi prospek yang baik bagi perusahaan tersebut di masa

yang akan datang kepada publik. Hal ini didukung dengan

kenyataan suatu perusahaan yang melakukan pemecahan saham

yaitu perusahaan yang berada pada kondisi kinerja yang baik.

Menurut teori ini, apabila pasar bereaksi terhadap pengumuman

pemecahan saham, maka reaksi ini bukan karena pemecahan

saham tidak memiliki nilai ekonomis, akan tetapi karena publik

mengetahui prospek masa depan yang baik pada perusahaan

tersebut yang tercermin pada perubahan volume perdagangan

saham (Triana, 2016).

Pemecahan saham hanya dapat dilakukan oleh perusahaan

yang memiliki kondisi yang baik. Apabila kondisi perusahaan

sedang tidak baik, maka peusahaan tersebut tidak dapat

melakukan pemecahan saham. Pasar akan merespon sinyal

11
secara positif apabila pemberi sinyal kredibel karna perusahaan

yang tidak kredibel tidak akan dipercaya oleh pasar, sehingga

perusahaan akan menunjukkan kredibelitasnya dengan

menunjukkan kinerja keuangan yang bagus. (Zainal,Novita, dan

Eka, 2009).

b. Trading Range Theory

Trading range theory menyatakan bahwa, pemecahan

saham yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham (Kristianiarso,

2014). Menurut teori ini, harga saham akan mencerminkan nilai

suatu perusahaan. Apabila harga saham terlalu tinggi, maka

akan mempengaruhi kemampuan investor untuk membeli saham

yang kemudian akan menimbulkan efek harga saham, sehingga

saham akan sangat sulit meningkat kembali. Menurut trading

range theory suatu perusahaan melakukan pemecahan saham

karena memandang harga saham pada perusahaannya terlalu

tinggi, sehingga perusahaan tersebut perlu untuk menurunkan

harga sahamnya agar lebih banyak investor yang tertarik untuk

membeli saham tersebut.

12
2. Price Earning Ratio

Price Earning Ratio (PER) menggambarkan penilaian pasar

terhadap kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

Bagi investor semakin kecil nilai dari PER, maka semakin bagus

karena berarti harga sahamnya murah. Informasi dari PER ini

menunjukkan seberapa besar nilai rupiah yang harus dibayarkan

investor untuk memperoleh satu rupiah dari earning perusahaan.

Selain itu, nilai PER juga menunjukkan ukuran harga relatif dari

sebuah saham emiten (Novitasari, 2016). PER menunjukkan rasio

harga saham terhadap earning. PER menunjukkan seberapa besar

investor menilai harga saham dari kelipatan earning (Prof. Dr.

Jogiyanto Hartono, 2003). Menurut Nasdaq, Price Earning Ratio is a

widely used stock evaluation measure and given by dividing the last

sale price by the average EPS (Earning Per Share) estimate for the

specified fiscal time period (Nasdaq, 2017).

PER juga berarti perbandingan harga saham dengan laba bersih

setiap lembar saham. PER ini dapat dijadikan sebagai ukuran murah

atau mahalnya harga saham apabila dibandingkan dengan harga saham

industri lain yang sejenis (Sihombing, 2008). PER menunjukkan

hubungan harga saham biasa saat ini dengan nilai buku yang tercatat

yang digunakan untuk menghitung kinerja saham perusahaan. Price

Earning Ratio merupakan salah satu indikator dari tinggi rendahnya

harga saham bagi investor. Semakin tinggi nilai PER, maka semakin

13
tinggi pula harga sahamnya. Definisi Price Earning Ratio juga

dikemukakan di Wikipedia (Wikipedia, 2017), “The price/earnings

ratio (often shortened to the P/E ratio or the PER) is the ratio of

company’s stock price to the company’s earnings per share. The ratio

is using in valuting companies”.

Berdasarkan trading range theory yang menyatakan bahwa,

harga saham yang tinggi tidak diminati oleh banyak investor.

Pemecahan saham yang dilakukan oleh emiten bertujuan agar harga

saham menjadi lebih rendah, sehingga lebih dapat diminati oleh

investor. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Djoni (2011) yang menyatakan bahwa, PER memiliki hubungan

positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan

stock split. Hubungan ini menunjukkan bahwa, apabila nilai PER

cukup besar berarti harga saham lebih tinggi dari nilai EPS, sehingga

perusahaan akan melakukan stock split. Pernyataan ini ditunjukkan

dengan koefisien regresi logistik sebesar 0,133 yang berarti apabila

PER naik 1%, maka kemungkinan perusahaan melakukan stock split

akan naik sebesar 0,133 satuan nilai. Hal ini berarti semakin tinggi

rasio PER, maka semakin besar kemungkinan perusahaan akan

melakukan stock split (Djoni dan Joshe, 2011).

Ha1 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara Price Earning


Ratio terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split

14
H01 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara Price
Earning Ratio terhadap keputusan perusahaan melakukan
stock split
3. Price to Book Value

The Price to Book Value is a financial ratio used to compare a

company’s book value to its current market price anda is a key metric

for value investor (Stockopedia, 2017). Price to Book Value adalah

hubungan harga per lembar saham biasa saat ini dengan nilai buku

yang tercatat (Shinta, 2010). PBV merupakan metode estimasi harga

saham yang menggunakan variabel nilai buku per lembar saham

(Samsul, 2006). PBV merupakan ekuitas pemegang saham yaitu total

kewajiban dan saham preferen seperti yang tercantum pada neraca

kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar (John, 2005).

Price to Book Value digunakan untuk membandingkan harga

saham, apakah saham lebih mahal atau lebih murah apabila

dibandingkan dengan saham yang lain (Sihombing, 2008). PBV ini

dihitung sebagai sebuah rasio terhadap ekuitas saham suatu

perusahaan (Tandelilin, 2010). PBV merupakan nilai asset dikurangi

dengan kewajiban perusahaan yang kemudian dibagi dengan saham

yang beredar. PBV ini akan mencerminkan seberapa besar jaminan

yang dapat diberikan emiten terhadap pemegang saham. PBV ini juga

menunjukkan besar bagian yang diterima investor apabila emiten

dilikuidasi (Sawidji, 2005). The Price to Book Value is a ratio used to

compare a stock’s market value to its book value. PBV its calculated

15
by dividing the current closing price od the stock by the lafest

quarter’s book value per share (Investopedia, Price to Book Ratio,

2017).

Berdasarkan dengan trading range theory, perusahaan dengan

nilai PBV yang tinggi akan melakukan pemecahan saham. Pemecahan

saham ini dilakukan agar saham-saham dalam perusahaan tersebut

lebih diminati oleh investor. Hal ini dikarenakan, saham yang

memiliki PBV tinggi juga memiliki harga saham yang tinggi (Djoni

dan Joshe, 2011). Perusahaan yang memiliki nilai PBV yang tinggi

tersebutlah yang akan melakukan pemecahan saham. Pernyataan ini

sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa, salah

satu faktor yang mempengaruhi stock split adalah PBV. Pada

penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa PBV berpengaruh positif

signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock

split. Pernyataan ini ditunjukkan dengan hasil penelitian yang

menunjukkan nilai koefisien PBV yaitu 0,540 yang berarti bahwa

setiap kenaikan satu unit PBV, maka akan meningkatkan

kemungkinan bahwa perusahaan akan melakukan stock split sebesar

0,540. Nilai signifikan yang diperoleh untuk PBV ini adalah 0,003

yang berarti lebih kecil dari 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa, PBV

berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan

melakukan stock split (Harjanti dan Usmara, 2005).

Ha2 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara Price To Book


Value terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split

16
H02 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara Price To
Book Value terhadap keputusan perusahaan melakukan
stock split
4. Likuiditas Perdagangan

Likuiditas merupakan suatu perkiraan lama waktu yang

dibutuhkan untuk mengubah kekayaan perusahaan menjadi uang

tunai. Salah satu penerapannya adalah pada saham. Likuiditas pada

saham diartikan sebagai seberapa cepat saham para investor dapat laku

terjual di bursa efek, sehingga likuiditas perdagangan saham

merupakan kemampuan saham untuk diperjual belikan. Perdagangan

saham dapat dikatakan likuid apabila volume penjualan saham

semakin meningkat dan semakin banyak investor berkesempatan

membeli saham tersebut. Liquidity is a degree to which an asset or

security can be quickly bought or sold in the market without affecting

the asset’s price (Investopedia, Liquidity, 2017). Liquidity describe

about how big the trade-off is between the speed of the sale and the

price it can be sold for. According of liquid market, trade-off is mild

selling quickly will not reduce the price much, while in a relatively

illiquid market, selling it quickly will require cutting its price by some

amount. Liquidity will be measured either based on trade volume

relative to share outstanding or based on the bid-ask or transactions

costs of trading (Wikipedia, 2017).

Pada dasarnya pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis

akan tetapi, sebuah perusahaan tetap saja melakukan stock split. Salah

17
satu alasannya yaitu karena likuiditas harga saham nantinya akan

berhubungan dengan disampaikannya sinyal dari emiten ke publik.

Perusahaan melakukan stock split supaya harga saham menjadi lebih

rendah, sehingga dapat meningkatkan perdagangannya (Prof. Dr.

Jogiyanto Hartono, 2003). Meningkatnya likuiditas ini dapat muncul

sebagai akibat dari besarnya kepemilikan saham dan jumlah transaksi

saham tersebut. Adanya kenaikan jumlah saham ini disebabkan karena

adanya penurunan harga, sehingga jumlah saham yang dipegang oleh

investor semakin banyak. Berdasarkan dengan definisi-definisi

tersebut dapat disimpulkan bahawa, likuiditas perdagangan

merupakan meningkatnya jumlah investor yang melakukan jual beli

saham (Fransisca, 2000).

Nilai saham pada suatu perusahaan ditentukan oleh berbagai

faktor, salah satu faktor tersebut adalah tingkat likuiditas pada saham

tersebut. Likuiditas perdagangan saham adalah indikator dan reaksi

pasar terhadap pengumuman yang dilakukan oleh emiten dan dapat

diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). TVA adalah salah

satu ukuran yang digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap

informasi dengan melihat aktivitas volume perdagangan di pasar

modal. Nilai TVA dapay dihitung dengan membandingkan jumlah

saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar

(Jurica dan Ditya, 2011). Likuiditas perdagangan dapat disimpulkan

18
yaitu reaksi pasar yang ditunjukkan dengan meningkatnya jual beli

saham di pasar modal.

Berdasarkan dengan hipotesis liquidity, dengan dilakukan

pemecahan saham pada sebuah perusahaan maka dapat meningkatkan

likuiditas perdagangan suatu perusahaan. Motif utama suatu

perusahaan melakukan pemecahan saham yaitu untuk meningkatkan

likuiditas saham biasa dan mendistribusikan saham menjadi lebih luas

serta untuk menyediakan rentang perdagangan yang lebih baik,

sehingga lebih banyak investor yang tertarik untuk membelinya dan

likuiditas perdagangan dapat meningkat. Pernyataan ini sesuai dengan

penelitian yang mengatakan bahwa, likuiditas perdagangan yang

diukur dengan TVA berpengaruh negative signifikan terhadap

keputusan perusahaan melakukan stock split. Penelitian ini

menghasilkan tingkat signifikan sebesar 0,024 dengan nilai koefisien

sebesar -505,763 yang berarti likuiditas yang diukur dengan nilai TVA

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap keputusan perusahaan

melakukan stock split. (Jurica dan Ditya, 2011).

Ha3 : Terdapat pengaruh negatif signifikan antara likuiditas


perdagangan terhadap keputusan perusahaan melakukan
stock split
H03 : Terdapat pengaruh negatif signifikan antara likuiditas
perdagangan terhadap keputusan perusahaan melakukan
stock split

19
F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Nama dan Judul Penelitian Kesimpulan


Tahun
Peneliti
(Djoni dan Pertumbuhan Earning 1. EPS berpengaruh positif
Joshe, 2011) per Share, Price to Book signifikan terhadap
Value¸dan Price Earning keputusan perusahaan
Ratio Sebagai Dasar melakukan stock split.
Keputusan Stock Split 2. PBV berpengaruh positif
signifikan terhadap
keputusan perusahaan
melakukan stock split.
3. PER berpengaruh positif
signifikan terhadap
keputusan perusahaan
melakukan stock split.
4. Trading Range Hypothesis
menjadi motif dominan
perusahaan melakukan
stock split.
(Harjanti dan Analisis Faktor-faktor 1. PBV berpengaruh positif
Usmara, yang Mempengaruhi signifikan terhadap
2005) Stock Plit dan keputusan perusahaan
Pengaruhnya terhadap melakukan stock split.
Nilai Perusahaan 2. PER dan bid-ask spread
tidak berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan

20
melakukan stock split.
(Jurica dan Pengaruh Tingkat 1. PBV berpengaruh positif
Ditya, 2011) Kemahalan Harga signifikan terhadap
Saham, Kinerja keputusan perusahaan
Keuangan Perusahaan, melakukan stock split.
dan Likuiditas 2. PER tidak berpengaruh
Perdagangan Saham terhadap keputusan
terhadap Keputusan perusahaan melakukan
Perusahaan Melakukan stock split.
Stock Split. 3. Likuiditas perdagangan
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
keputusan perusahaan
melakukan stock split.
Sumber: Penulis (2017)

G. Kerangka Berpikir

Berdasarkan dengan teori dan penelitian terdahulu yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan signifikan antara Price Earning Ratio, Price to

Book Value, dan likuiditas perdagangan terhadap keputusan perusahaan

melakukan stock split, maka dapat digambarkan kerangka konseptual

sebagai berikut:

21
Price Earning
Ratio
(X1) H
1
Price to Book H Stock Split
Value 2 (Y)
(X2) H
3
Likuiditas
Perdagangan
(X3)

Gambar 1. Kerangka Konseptual

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual dari penelitian ini, maka dapat

ditarik hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara Price Earning Ratio

terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split

H01 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara Price Earning Ratio

terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split

Ha2 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara Price to Book Value

terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split

H02 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara Price to Book

Value terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split

H3 : Terdapat pengaruh negatif signifikan antara likuiditas perdagangan

terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split

22
I. Metode Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada seluruh perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sekaligus sebagai populasi dari

penelitian. Obyek dari penelitian ini yaitu perusahaan terdaftar di BEI

yang melakukan stock split pada periode 2013-2016 yang sekaligus

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan lengkap yang diperoleh

dari website resmi BEI.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa

laporan keuangan yang dapat digunakan untuk mendukung

dilakukaknnya penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah

analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda berguna untuk

mengetahui pengaruh secara parsial dari variabel independen terhadap

variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu

Price Earning Ratio, Price to Book Value, dan likuiditas perdagangan,

sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah stock split

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu

memilih sampel yang sesuai dengan tujuan peneliti dan memiliki

kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan adalah:

23
a. Perusahaan yang terdaftar di BEI.

b. Perusahaan yang melakukan stock split pada periode 2013-2016.

c. Perusahaan yang memiliki data secara keuangan secara lengkap.

3. Metode Pengambilan Data

Data dari penelitian ini adalah sata sekunder. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh dokumentasi, internet, publikasi

pemerintah, dan lain sebagainya (Sekaran, 2006). Metode

pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

metode dokumentasi. Metode dokumentasi yang dimaksud adalah

pengumpulan data dengan mengambil data yang sudah tersedia. Data

yang diambil adalah laporan keuangan dari perusahaan yang menjadi

sampel dari penelitian ini dan diambil dari website resmi dari BEI.

4. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Dependeng (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

oleh variabel independen. Variabel dependen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah stock split. Stock split adalah

tindakan suatu perusahaan memecah saham yang beredar dari

satu saham menjadi n lembar saham (Tandelilin, 2010). Nilai

perusahaan yang melakukan stock split dapat dilihat dengan

menggunakan proksi Tobin’s q. Tobin’s q dapat dihitung dengan

rumus

EMV + D
Q=
EBV + D

24
Keterangan:

Q : Nilai Perusahaan

EMV : Nilai Pasar Ekuitas

D : Nilai Buku Total Hutang

EBV : Nilai Buku Total Aktiva

b. Variabel Independen (X)

1. Price Earning Ratio

Price Earning Ratio atau rasio harga saham terhadap

laba bersih mereupakan rasio harga saham pada akhir

tahun t terhadap earning per share pada akhir tahun t.

PER dapat dihitung dengan rumus:

Harga Saham
PER=
EPS

2. Price to Book Value

Price to Book Value atau rasio harga saham terhadap

nilai buku yaitu ekuitas pemegang saham dikurangi

dengan nilai pari saham preferen yang beredar pada akhir

tahun t yang kemudian dibagi dengan jumlah saham yang

beredar pada akhir tahun t. PBV dapat dihitung dengan

rumus:

Harga Saham
PBV =
Nila Buku Saham

25
3. Likuiditas Perdagangan

Likuiditas dalam aset perusahaan menunjukkan

seberapa cepat aset tersebut dapat ditukarkan dengan uang

tunai. Apabila aset tersebut mudah untuk ditukarkan

menjadi uang tunai, maka aset tersebut dapat dikatakan

memiliki likuiditas yang tinggi. Hal ini juga terjadi pada

saham. Apabila sautu sahammudah untuk diperjual

belikan, maka saham tersebut dikatakan memiliki tingkat

likuiidtas yang tinggi. Likuiditas saham ini dapat diukur

dengan Trading Volume Activity (TVA) di akhir tahun

sebelum sebuah perusahaan melakukan stock split. Pada

perusahaan yang tidak melakaukan stock split, maka nilai

TVA dapat dihitung menggunakan rumus:

Jumlah saham yang diperdagangkan


TVA=
Jumlah saham yang beredar

5. Metode Analisis Data

a. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik (Hamdi, 2012) merupakan uji yang

digunakan untuk menilai kehandalan model yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yaitu mendistribusikan normal

variabel X dari suatu regresi. Apabila variabel X

terdistribusi normal, maka variabel Y yang diteliti juga

sudah terdistribusi normal.

26
2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan situasi atas semua

variabel bebas berkolerasi kuat. Semakin besar nilai

korelasi maka semakin besar kesalahan koefisien regresi

yang mengakibatkan semakin besar pula standart erornya.

3. Uji Heteroskedastisitas

Sebuah situasi heteroskedastisitas yang terjadi pada

suatu penelitian akan menyebabkan penafsiran dari

koefisien regresi menjadi tidak efisien. Selain itu, hasil

taksiran dapat menjadi kurang atau bahkan lebih dari yang

semestinya.

4. Uji Autokolerasi

Uji autokolerasi merupakan kolerasi antar observasi

yang dapat diukur dengan menggukana deret waktu dalam

model regresi ataupun standart eror yang digunakan untuk

mengetahui adanya kolerasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

t-1.

b. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda merupakan metode analisis yang

melibatkan lebih dari satu variabel independennya. Adapun

rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a +β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

27
Keterangan:

Y : Stock Split

X1 : Price Earing Ratio

X2 : Price to Book Value

X3 : Likuiditas Perdagangan

β 1, β 2, β3 : Koefisien Regresi

a : Konstanta

e : Standart Eror

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji T. Uji T atau disebut sebagai uji parsial adalah uji hipotesis

yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependennya. Uji T ini

dilakukan dengan membandingkan nilai dari T hitung dengan T

tabel yang ditentukan dengan (Santoso, 2013) :

Jika T hitung > T tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima

Jika T hitung < T tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

d. R Square

R Square (R2) atau disebut juga koefisien determinasi

digunakan untuk melihat seberapa besar sumbangan variabel

independen terhadap naik turunnya variabel dependen, dengan

kata lain untuk melihat seberapa erat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen (Santoso, 2013).

28
DAFTAR PUSTAKA

Djoni dan Joshe. (2011). Pertumbungan Earning per Share, Price to Book Value, dan
Price Earning Ratio sebagai Dasar Keputusan Stock Split. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan.

Dwimulyani, S. (2008). Analisis Pemecahan Saham (Stock Split): Dampaknya terhadap


Likuiditas Perdagangan Saham dan Pendapatan Perusahaan Publik di Indonesia.
Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik.

Fahmi, I. (2015). Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat.

Fransisca, W. d. (2000). Pengaruh Stock Split terhadap Likuidtas dan Return Saham Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Perusahaan.

Hamdi. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan. Sleman:


Deepublish.

Harjanti dan Usmara. (2005). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan
Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Investasi.

Investopedia. (2017). Liquidity. Retrieved from


http://www.investopedia.com/terms/l/liquidity.asp.

Investopedia. (2017). Price to Book Ratio. Retrieved from


http://www.investopedia.com/terms/p/price-to-bookratio.asp.

Investopedia. (2017). Stock Split. Retrieved from


http://www.investopedia.com/terms/s/stocksplit.asp.

John, J. d. (2005). Fundamentals of Financial Mangement. Jakarta: Salemba Empat.

Jurica dan Ditya. (2011). Pengaruh Tingkat Kemahalan Harga Saham, Kinerja Keuangan
Perusahaan, dan Likuiditas Perdagangan Saham terhadap Keputusan
Perusahaan Melakukan Stock Split.

Kristianiarso. (2014). Aanlisis Perbedaan Likuiditas Saham, Harga Saham, dan Return
Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split. Jurnal OE.

Lely, P. d. (2014). Reaksi Pasar Berupa Volume Perdagangan Saham Saat Stock Split pada
Perusahaan BEI Tahun 2011-2013. E-Jurnal Akuntansi.

Nasdaq. (2017). Price/Earning Ratio. Retrieved from


http://www.nasdaq.com/symbol/amzn/pe-ratio.

29
Ni Putu dan Gerianta. (2017). Analisis Tingkat Kemahalan Harga, Return Saham, EPS, dan
Likuiditas Perdagangan Saham terhadap Keputusan Stock Split. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana.

Novitasari. (2016). Analisis Faktor Determinan Keputusan Perusahaan Melakukan Stock


Split. Skripsi.

Novitasari. (2016). Analisis Faktor Determinan Keputusan Perusahaan Melakukan Stock


Split. Skripsi.

Pancawati, S. (2012). Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara


Keseluruhan: Analisis Pengumuman Stock Split.

Prof. Dr. Jogiyanto Hartono, M. A. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Riski, Y. d. (2015). Pengaruh Tingkat Kemahalan Harga Saham. Kinerja Keuangan¸dan Size
Perusahaan terhadap Keputusan Perusahaan Melakuka stock split.

Samsul, M. (2006). Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta.

Santoso, S. (2013). Statistika Ekonomi Plus Aplikasi SPSS. Ponorogo: UNMUH Ponorogo
Press.

Sawidji. (2005). Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat.

Shinta, K. d. (2010). Analisis Tingkat Kemahalan Harga Saham dan Kinerja Keuangan
Perusahaan sebagai Faktor Pembeda Keputusan Pemecahan Saham (Stock Split):
Pengujian terhadap Trading Range Hypothesis dan Signaling Hypothesis. Buletin
Ekonomi.

Sihombing. (2008). Kaya dan Pintar Jadi Trader dan Investor Saham. Jakarta: Indonesia
Cerdas.

Stockopedia. (2017). Price to Book Value. Retrieved from


https://www.stockopedia.com/ratios/price-to-book-value-ttm-696/.

Suproyogi. (2013). Analisis Perbedaan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah
Stock Split. Jurnal Administrasi Bisnis.

Tandelilin. (2010). Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius.

The Economic Times. (2017). Definition of 'Stock Split'. Retrieved from


https://economictimes.indiatimes.com/definition/stock-split.

30
Triana, R. d. (2016). Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap Trading Volume
Activity dan Average Abnormal Return pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Journal of Accounting.

Utami, E. S. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stock Split. Jurnal Sosiohumoria.

Wayan, N. (2015). Dampak Stock Split terhadap Reaksi Pasar pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Manajemen.

Wikipedia. (2017). Market Liquidity. Retrieved from


https://en.wikipedia.org/wiki/Market_liquidity.

Wikipedia. (2017). Price-earnings Ratio. Retrieved from The price/earnings ratio (often
shortened to the P/E ratio or the PER) is the ratio of a company's stock price to
the company's earnings per share. The ratio is used in valuing companies.

Zainal,Novita, dan Eka. (2009). Pengaruh Stock Split terhadap Harga dan Likuiditas
Saham. Jurnal Ekonomi.

31

Anda mungkin juga menyukai