Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dunia investasi di Indonesia saat ini bukanlah merupakan satu dunia yang

asing. Banyak masyarakat yang telah mengenal dunia ini dan bahkan telah mulai

terjun ke dalamnya. Sebagian dari masyarakat sudah mulai sadar bahwa dana

lebih yang mereka miliki dan tidak terpakai bisa saja mengalami penambahan

nilai lewat aktivitas investasi ketimbang dengan hanya menyimpannya secara

pribadi di dalam rumah.

Dalam berinvestasi, investor telah merelakan konsumsi atas sejumlah dana

yang mereka miliki saat ini untuk ditukar dengan aset-aset investasi . Kerelaan

yang diberikan para investor ini berimbal hasil pada kemungkinan akan satu atau

lebih keuntungan yang bersifat finansial. Pada saham contohnya, investor

pemegang instrumen investasi ini bisa mendapatkan dua bentuk keuntungan

finansial; dividen (bagi investor yang lebih menginginkan mendapatkan hak

kepemilikan atas perusahaan) dan capital gain (bagi investor yang lebih

menginginkan keuntungan cepat). Dividen adalah merupakan satu-satunya bentuk

pembayaran tunai yang diberikan oleh perusahaan emiten kepada para pemegang

sahamnya. Sedangkan capital gain adalah keuntungan tambahan yang bisa

didapat investor dari hasil selisih harga pembelian saham dengan harga ketika

dilakukan penjualan atas saham tersebut.

1
Investor yang mengharapkan capital gain memiliki prediksi serta

pengharapan akan adanya kenaikan harga pada saham yang ingin dibelinya pada

saat melakukan pembelian. Kenaikan terhadap harga saham inilah yang nantinya

akan memberikan return positif bagi investor ketika ia menjual kembali saham

yang dimilikinya tersebut. Return positif hanya didapat jika harga jual saham

lebih besar dibanding harga pembeliannya.

Dalam melakukan prediksi akan kondisi harga saham di masa datang,

investor tidak hanya mengandalkan keberuntungan semata. Saham yang nantinya

akan mengalami kenaikan harga dapat diketahui melalui sebuah proses analisa.

Dalam melakukan analisa ini, investor harus membekali dirinya dengan

pengetahuan akan bagaimana proses pembentukan harga terjadi pada sebuah

saham atau setidaknya investor harus mengetahui variabel-variabel apa saja yang

dapat mempengaruhi return sebuah saham agar ekspektasi mereka akan return di

masa datang dapat diperoleh sehingga usaha dalam mencari return positif bisa

diwujudkan.

Investasi yang dilakukan oleh investor memiliki risiko yang berbeda-beda

resiko dalam investasi mengandung dua komponen utama yaitu resiko tidak

sistematis dan risiko sistematis. Risiko tidak sistematis dapat dikurangi dan

bahkan dihilangkan dengan cara diversifikasi diberbagai sektor apabila terjadi

kerugian di satu sektor bisa ditutupi dengan keuntungan di sektor bisa ditutupi

dengan keuntungan di sektor lainnya. Risiko sistematis tidak dapat dihilangkan

dengan diversifikasi, oleh karena itu risiko sistematis (beta) merupakan risiko

2
yang relevan dalam mengestimasikan pendapatan yang akan diperoleh. Beta

saham dapat mengukur sampai sejauh mana tingkat pengembalian saham bergerak

secara relatif terhadap pasar. Semakin tinggi beta saham maka semakin tinggi pula

tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham tersebut (Fama dan

French.1992).

Selain beta saham, ada berbagai informasi berkenaan dengan perusaham

emiten yang dapat digunakan oleh investor untuk menilai apakah saham yang

diterbitkan oleh perusahaan tersebut layak untuk dibeli atau dijual. Informasi

tersebut berkaitan dengan firm size, book-to-market ratio dan growth options yang

dimiliki oleh perusahaan emiten (anderson dan Feijoo,2006).

Besar-kecilnya suatu perusahaan, yang dihitung melalui nilai kapitalis

pasar, dapat mencerminkan besar-kecilnya yang ditimbul dalam perusahaan

tersebut. Perusahaan kecil memiliki rasio yang lebih besar dibandingkan dengan

perusahaan besar. Menurut Hirschey (2001:566) serta Reilly dan brown (2003 :

186). Perusahaan kecil lebih berisiko karena sahamnya kurang sering

diperdagangkan. Saham perusahaam tersebut kurang likuid dan harga sahamnya

kurang bisa diprediksi dengan baik. Besarnya risiko yang ditanggung oleh

investor menyebabkan ekspektasi tingkat pengembalian juga semakin tinggi.

Perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang kecil cenderung memiliki stock return

positif sedangkan perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar cenderung

menghasilkan stock return yang negatif (Fama dan French, 1992).

3
Book-to-market equity merupakan rasio yang menilai kinerja suatu

perusahaan. Rasio ini membandingkan nilai buku ekuitas dengan nilai pasar

ekuitasnya. Book-to-market ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan

memiliki kinerja yang kurang baik sehingga pasar menilai rendah terhadap saham

perusahan tersebut. Pada periode mendatang harga saham akan terkoreksi dan

kembali meningkat menuju harga sebenarnya berdasarkan nilai perusahaan.

Investor akan melakukan aksi beli saham-saham yang memiliki book-to-market

ratio tinggi dengan harapan akan memperoleh keuntungan pada saat harga

meningkat. Banyaknya investor yang melakukan aksi beli membuat harga saham

perusahaan tersebut menjadi meningkat dan stock return yang didapat oleh

investor meningkat.

Growth options merupakan salah satau pilihan riil yang melekat dalam

investasi. Dimana pilihan tersebut merupakan suatu pilihan yang bertumbuh bagi

perusahaan dengan melakukan investasi yang dapat memberikan keuntungan

dimasa mendatang. Growth options dapat dihitung melalui tingkat pertumbuhan

dalam pengeluaran modal. Pengeluaran modal merupakan suatu pengeluaran dana

yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan arus kas di masa mendatang

lebih dari satu tahun. (Moyer, et al. 2006:298). Peningkatan dalam pengeluaran

modal dapat menunjukkan bahwa perusahaan melakukan peningkatan dalam

investasi, baik investasi dalam property, plant, dan equipment yang baru atau pun

melakukan replacement yang disebabkan habisnya usia manfaat aktiva tersebut.

4
Pilihan-pilihan yang diambil perusahaan untuk melakukan peningkatan

pengeluaran modal yang rendah atau tinggi dapat mempengaruhi pandangan

investor mengenai perusahaan tersebut. Perusahaan yang melakukan peningkatan

pengeluaran modal yang terlalu tinggi cenderung overinvestment. Pasar memiliki

reaksi yang kurang baik terhadap perusahaan tersebut. Investor akan melakukan

aksi jual saham-saham perusahaan yang melakukan peningkatan pengeluaran

modal yang terlalu tinggi sehingga harga saham akan menurun dan stock return

perusahaan tersebut juga akan menurun. Sebaliknya investor akan lebih tertarik

untuk melakukan aksi beli saham pada perusahaan yang memiliki pengeluaran

modal yang tidak terlalu besar karena hal tersebut dianggap sebagai informasi

yang baik dan dapat menghasilkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.

Harga saham perusahaan tersebut akan meningkat dan stock return yang akan

didapatkan oleh investor juga akan meningkat.

Objek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Dimana

perkembangan perusahaan manufaktur dari tahun 2005-2007 mengalami

perubahan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 perkembangan sektor manufaktur

periode 2005-2007.

5
Tabel 1.1

Perkembangan sektor manufaktur di Bursa Efek Jakarta

Periode 2005-2007

Tahun Rata-rata pendapatan saham ( % )


2005 0.255
2006 1.9
2007 -0.311
Sumber : jsx Monthly (diolah )

Kendati menjadi leading Sector, sektor industri manufaktur tumbuh jauh

lebih lamban, padahal selama periode 2005-2007 angka-angka indikator

makroekonomi pun boleh dikata berada dalam posisi aman dan terkendali. Rata-

rata pertumbuhan ekonomi mencapai 5.7%. inflasi, 10%, bunga SBI 9.9%, dan

krus Rp9.343/ US$. Pasar modal pun diwarnai oleh rekor-rekor baru Indeks Harga

Saham Gabungan (ISHG), Surat Utang Negara (SUN) yang terus diminati oleh

investor domestik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

permasalahan yang akan diteliti adalah : Apakah terdapat pengaruh antara beta,

firm size, book-to-market ratio dan growth options terhadap stock return baik

secara parsial maupun simultan ?

C. Tujuan Penelitian

6
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah

pengaruh antara beta, firm size, book-to-market ratio, dan growth options

terhadap stock return baik secara parsial maupun simultan.

D. Manfaat Penelitian

1. memperluas wawasan dan pemahaman yang lebih mengenai

pengaruh beta, firm size, book-to-market ratio, dan growth

options terhadap stock return

2. investor dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi

3. memberikan masukan dan sebagai salah satu acuan bagi teman-

teman mahasiswa ataupun pihak yang ingin melakukan

penelitian lebih lanjut tentang pengaruh beta, firm size, book-to-

market ratio, dan growth options terhadap stock return.

BAB II

7
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian sebelumnya

Sharpe (1964), Lintner (1992), dan Black ( 1972) dalam Fama dan French

(1992) menunjukkan bahwa expected return dari sekuritas memiliki fungsi linier

yang positif dengan beta dan beta dapat menjelaskan expected return. Semakin

tinggi beta suatu saham maka semakin besar pendapatan yang diharapkan dari

saham tersebut.

Fama dan French (1992) melakukan penelitian ditahun 1963 hingga

tahun1990 pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di NYSE, AMEX, dan

NASDAQ. Fama dan French meneliti pengaruh beta, size, leverage, book-to-

market equity, dan erning price ratio terhadap expected stock return. Berdasarkan

hasil penelitiannya variabel memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

expected stock return. Size dapat menjelaskan pengaruh negatif tersebuk baik

secara univariate atau multivariate. Selama tahun 1980, Fama dan French

menemukan bahwa perusahaan kecil memiliki laba yang rendah dalam jangka

waktu yang panjang. Hal ini menyebabkan pendapatan saham yang dihasilkan

juga rendah. Penelitian selama tahun 1980 tersebut tidak mendukung pernyataan

bahwa perusahaan kecil memiliki stock retun yang tinggi pula. Pada periode

1963-1990, variabel beta tidak dapat menjelaskan expected stock return dengan

baik. Secara univariate, beta memiliki pengaruh positif tidak signifikan dengan

8
expected stock return dengan nilai t-statistik 0,46. Fama dan French melakukan

peneliatian dengan membentuk sampel berdasarkan beta dan size. Hasil yang

diperoleh menyatakan size memiliki pengaruh signifikan negatif sedangkan beta

memiliki koefisien negatif tidak signifikan dengan niali t-statistik sebesar -1,21.

hasil penelitian juga maenunjukkan adanya pengaruh positif signifikan antara

book-to-markaet equity terhadap expected return. Bahkan book-to-market equity

dapat menjelaskan expected return lebih kuat daripada size.

Anderson dan Feijoo (2006) meneliti pengaruh beta, size, book-to-market

ratio, dan growth option terhadap averagae stock return. Penelitian ini dilakukan

pada tahuan 1976 hingga 1999. penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa

beta tidak signifikan, baik dihitung secara sendiri atau denga variabel lainnya.

Secara univariate, beta hanya memiliki t-statistik sebesar 0,05 dan saat variabel

lainnya dimasukkan kedalam model, nilai beta menjadi negatif tidak signifikan

dengan t-statistik sebesar -0.93. sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fama

dan French (1992), variabel size dan book-to-market ratio memiliki pengaruh

yang signifikan dan mampu menjelaskan average stock retun selama paeriode

penelitian. Size mempengaruhi average stock return secara negatif sedangkan

book-to-market ratio mempengaruhi average stock return secara positif. Variabel

growth options memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap average stock

return. Semakin tinggi peningkatan investasi yang dilakukan perusahaan maka

semakin rendah pendapatan saham perusahaan tersebut. Adanya pengaruah

9
negatif growth options terhadap stock return juga didukung penelitian yang

dilakukan oleh Berk, et al. (1999) dan Xing(2002).

2.2.Tinjauan Teori

2.2.1 Investasi

Pada dasarnya investasi merupakan suatu proses pengelolaan uang.

Seorang investor atau perusahaan yang memiliki dana akan melakukan investasi

atau membelanjakan uangnya untuk membeli suatu aset pada saat ini dengan

harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar di masa mendatang dari

apa yang dihasilkan oleh aset tersebut. Menurut Jones (2004:3), “an investment

can be defined as the commitment of funds to one or more assets that will be held

over some future time periode”. Investasi yang dilakukan oleh investor memiliki

tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan investor itu sendiri. Besarnya

pendapatan yang dihasilkan aset dari investasi yang dilakukan serta risiko yang

akan dihadapi akan mempengaruhi kesejahteraan investor.

Pendapatan yang dihasilkan dari investasi sebaiknya lebih besar dari apa

yang diharapkan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa investor bisa saja

mendapatkan pendapatan yang sama atau bahkan lebih dari yang diharapkan.

10
Pendapat tersebut merupakan suatu kompensasi yang diterima oleh investor

karena telah menanggung risiko adanya kerugian dalam menginvestasikan

dananya. Selain risiko, ada beberapa faktor yang menjadi alasan investor

menerima suatu kompensasi yang layak. Menurut Reilly dan Norton (2003:3),

“an investment is the current commitment of resources for a period of time in the

expectation of receiving future resources that will compensate the investor for (1)

the time the resources are committed, (2) the expected rate of inflation, and (3)

the risk – that is, uncertainty of the future payment”. Ketiga faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam memilih sekuritas yang tepat saat melakukan investasi.

Investasi dapat dilakukan di pasar uang ataupun di pasar modal. Pada

umumya investor lebih memilih investasi di pasar modal dalam bentuk saham

karena saham lebih likuid jika dibandingkan dengan sekuritas lainnya. Investasi di

pasar uang kurang berisiko jika dibandingkan dengan investasi di pasar modal, hal

ini disebabkan karena sekuritas yang diperdagangkan dalam pasar uang memiliki

maturitas (jatuh tempo) kurang dari satu tahun sedangkan maturitas pada pasar

modal lebih dari satu tahun. Semakin lama maturitas suatu sekuritas di pasar

modal maka semakin banyak ketidakpastian yang akan dihadapi oleh investor,

11
baik dilihat dari pendapatan yang diterima maupun risiko kerugian yang akan

dihadapi. Semakin tinggi ketidakpastian dalam investasi maka semakin tinggi

risiko yang ditanggung oleh investor dan semakin tinggi pula tingkat pendapatan

yang diharapkan sebagai kompensasi karena telah menanggung risiko tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi investor untuk mengenal risiko, mengukur tingkat

pendapatan yang dihasilkan dalam investasi, serta mengetahui faktor yang

mempengaruhi tingkat pengembalian tersebut.

2.2.2. Risiko

2.2.2.1. Pengertian Risiko

Layaknya sebuah koin dengan dua mata sisi, ketika kita berbicara return

maka kita juga akan berbicara mengenai resiko. Investasi meskipun menjanjikan

suatu bentuk manfaat finansial atau return, juga membawa serta suatu bentuk

resiko. Resiko ini muncul sebagai akibat dari ketidakpastian akan return yang

mungkin terjadi di masa datang dan karena kehadiran resiko inilah muncul suatu

bentuk return bagi siapa saja yang mau menanggung resiko yang dimaksud.

Begitu pula sebaliknya, tidak ada aset investasi yang secara cuma-cuma memberi

return tanpa adanya resiko yang menyertainya.

12
Risiko merupakan peluang terjadinya suatu peristiwa yang tidak

diinginkan. Analisis sekuritas mengartikan risiko sebagai adanya ketidakpastian

mengenai actual return yang akan didapat dalam sebuah investasi. Menurut Reilly

dan Brown (2003:10), “risk is uncertainty that investment will earn its expected

rate of return”. Sekuritas atau saham yang semakin berisiko memiliki peluang

yang semakin besar untuk gagal dalam mencapai kinerja yang diharapkan, oleh

karena itu semakin besar risiko suatu aktiva maka semakin besar pula tingkat

pengembalian yang diharapkan guna memberikan kompensasi kepada investor

atas risiko yang ditanggung atas investasi tersebut.

2.2.2.2. Sumber Risiko

Ada berbagai risiko pada aset keuangan. Menurut Jones (2004;142) risiko

yang timbul pada aset keuangan dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

1. Risiko suku bunga

Risiko bunga timbul karena adanya kecenderungan harga sekuritas,

terutama pada sekuritas fixed-income, untuk bergerak berlawanan arah

dengan perubahan tingkat suku bunga. Harga obligasi dan saham

preferen tergantung pada tingkat suku bunga saat ini sehingga adanya

peningkatan dalam suku bunga akan menurunkan harga sekuritas

tersebut karena para pembeli akan memerlukan yield yang kompetitif.

13
2. Risiko Pasar

Adanya kecenderungan harga-harga sekuritas untuk bergerak secara

bersama dapat menimbulkan adanya risiko pasar. Risiko pasa dapat

disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti resesi, perang,

perubahan struktural ekonomi, dan perubahan pada consumers

preference. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi harga sekuritas

secara negatif sehingga harga sekuritas secara keseluruhan cenderung

menurun ketika peristiwa itu terjadi.

3. Risiko Inflasi

Inflasi merupakan suatu kerugian yang disebabkan adanya penurunan

daya beli yang ditujukan melalui harga. Jika harga barang dan jasa

meningkat, maka daya beli terhadap aset investor dan pendapatan yang

dihasilkan dari aset tersebut akan menurun.

4. Risiko Bisnis

Risiko bisnis merupakan risiko pada saat melakukan bisnis di industri

tertentu. Risiko ini muncul akibat adanya ketidak pastian dalam arus

ppendapatan yang disebabkan oleh sifat dasar bisnis itu sendiri. Tidak

semua bisnis memiliki tingkat risiko yang sama. Sebagai contoh,

menanamkan dana pada perusahaan pengeboran minyak baru akan

lebih berisiko dibandingkan dengan menyimpan dana pada bank

komersial. Kesempatan untuk menemukan sumber minyak baru sangat

kecil sehingga aruas pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan

14
menjadi tidak pasti. Ketidak pastian pendapatan yang diterima

perusahaan sama saja dengan ketidakpastian pendapat yang diterima

investor, sehingga risiko yang dittanggung lebih besar.

5. Risiko Keuangan

Risiko keuangan timbul akibat adanya penggunaan hutang oleh

perusahaan dalam struktur modalnya. Jika perusahaan meminjam dana

untuk membiayai investasinya, maka perusahaan harus membayar

bunga kepada kreditor, baru setelah itu membayar paendapatan kepada

para pemegang saham dan hal tersebut akan meningkatkan

ketidakpastian return yang diperoleh investor / adanya peningkatan

kemungkinan perusahaan untuk tidak mampu membayar hutang bisa

menyebabkan kesulitan keuangan perusahaan.

6. Risiko Likuiditas

Sekuritas yang likuid adalah sekuritas yang sering diperdagangkan

tanpa adanya perubahan harga yang berarti dan mudah untuk

dikonversikan ke dalam bentuk kas untuk tujuan konsumsi saat ini atau

digunakan untuk investasi lainnya. Risiko likuiditas timbul akibat tidak

adannya kepastian waktu dalam perdagangan sekuritas dan adanya

perbedaan harga yang signifikan dalam penjualan atau pembelian

sekuritas tersebut.

7. Risiko nilai tukar

15
Risiko nilai tukar timbul akibat adanya fluktuasi mata uang yang tidak

pasti. Investor yang membeli sekuritas yang didominasi dalam mata

uang asing akan menghadapi ketidakpastian dalam perolehan return

karena adanya fluktuasi mata uang. Fluktuasi mata uang menyebabkan

adanya ketidakpastian nilai mata uang suatu negara apabila

dikonversikan kedalam bentuk mata uang asing.

8. Risiko Negara

Risiko ini muncul apabila investor melakukan investasi di negara lain.

Situasi politik, stabilitas ekonomi. dan kelangsungan hidup ekonomi

disuatu negara dapat menimbulkan risiko bagi investor yang

melakukan investasi di negara tersebut. Perubahan dalm kondisi

ekonomi dan politik suatu negara bisa menyebabkan ketidakpastian

dalam perolehan pendapatan bagi investor.

2.2.2.3. Jenis Risiko

Risiko total aset perusahaan memiliki dua komponen utama, yaitu :

1. Risiko Tidak Sistematis

Risiko tidak sistematis merupakan suatu risiko yang berdampak pada

saham disektor tertentu. Risiko ini dapat didiversifikasikan, artinya

risiko ini akan hilang jika investor melakukan investasi dalam berbagai

jenis saham diberbagai sektor. Kerugian pada salah satu jenis saham

akan dihilangkan dengan keuntungan pada saham disektor lain. Risiko

16
tidak sistematis dapat timbul karena adanya peristiwa-peristiwa seperti

tuntutan hukum, pemogokan kerja, program pemasaran yang gagal,

dan peristiwa-peristiwa lain yang khusus bagi perusahaan tetentu.

Risiko tidak sistematis disebut juga diversifiable risk atau risiko

spesifik perusahaan

2. Risiko Sistematis

Risiko sistematis merupakan suatu risiko dari sekuritas yang tidak

dapat didiversifikasikan. Risiko ini akan tetap ada walaupun investor

atau perusahaan melakukan diversifikasi dengan investasi saham di

berbagai sektor. Apabila risiko sistematis muncul maka semua jenis

saham akan terkena dampaknya, sehingga diversifikasi saham tidak

akan dapat mengurangi kerugian yang dialami. Risiko sistematis

muncul dari faktor-faktor yang secara sistematis akan mempengaruhi

sebagian besar perusahaan seperti, perang, inflasi, resesi, dan tingkat

suku bunga yang tinggi. Risiko sistematis disebut juga nondiversifiable

risk, atau risiko pasar, atau beta.

Adanya kemampuan untuk menghilangkan risiko tidak sistematis

memudahkan investor untuk mengurangi total risiko yang dihadapi.

Hilangnya risiko tidak sistematis membuat investor cenderung lebih

berkonsentrasi menghadapi risiko sistematis sehingga risiko ini

merupakan risiko yang relevan dalam investasi.

17
2.2.3. Risiko Sistematis

Risiko sistematis merupakan bagian dari risiko sekuritas yang tidak dapat

didiversifikasikan. Risiko ini dapat diukur melalui koefisien beta.menurut Mayo

(2003:169), “a beta coefficient is measure of sistematic risk: it is an index of the

volatility of individual asset relative to the volatility of market”. Hirschey

(2001:538) menyatakan bahwa “beta is sensitivity of a security returns to the

systematic market risk faktor”. Kedua pendapat itu didukung juga oleh Jones

(2004:2007), yang menyatakan bahwa beta saham merupakan faktor yang penting

dalam mengestimasikan pendapatan saham karena beta dapat mengukur

sensitifitas saham terhadap pergerakan pasar, yaitu mengukur sampai sejauh mana

tingkat pengembalian saham secara relatif terhadap pasar. Koefisien beta

memberikan indikasi bagi investor mengenai risiko pasar terhadap saham-saham

tertentu sehingga dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih sekuritas.

Beta saham dapat dihitung melalui singel-index model. Dalam singel-

index model, beta merupakan koefisien regresi dari pendapatan pasar yang dapat

dihitung melalui persamaan sebagai berikut :

Rit = αi+βiRmt + εi..........................................(2.1)

βiRmt = Rit – αi - εi

Keterangan :

Rit = pendapatan saham perusahaan i pada hari t

18
αi = bagian dari pendapatan saham perusahaan i yng bersifat independent

terhadap pendapatan pasar

βi = pengukuran perubahan ekspektasi pendapatan saham perusahaan i

terhadap pendapatan pasar

Rmt = pendapatan pasar pada hari t

Εi = error pada persamaan regresi

Singel-index model menghubungkan pendapatan masing-masing saham

terhadap pendapatan pasar. Pendapatan pasar yang meningkat menunjukkan

bahwa sebagian besar pendapatan saham juga mengalami peningkatan. Tingkatan

pendapatan pasar dapat ditunjukkan melalui Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) yang diperoleh melalui persamaan sebagai berikut :

IHSGt – IHSG t-1


Rmt= .....................................(2.2)

IHSG t-1
Keterangan :

Rmt = pendapatan pasar pada hari t

IHSGt = indeks harga saham gabungan pada hari t

IHSG t-1= indeks harga sahan gabungan pada hari t-1

19
2.2.4. Firm Size

Firm size ( ukuran perusahaan ) menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan. Ukuran suatu perusahaan dapat menggambarkan risiko yang mungkin

timbul dalam perusahaan tersebut. Perusahaan kecil cenderung lebih berisiko jika

dibandingkan dengan perusahaan besar, sehingga return yang diharapkan dari

saham perusahaan itu pun lebih besar.

Hirschey (2001:566) serta Reilly dan Brown (2003:186) menyatakan

bahwa perusahaan kecil memiliki rasio yang lebih besar dibandingkan perusahaan

besar karena saham perusahaan kecil jarang diperdagangkan. Perusahaan kecil

jarang memiliki feature product lines yang luas, hanya melakukan penyebaran

produk di wilayah geografi yang terbatas, dan memiliki managerial dan sumber

keuangan yang terbatas. Saham dari perusahaan besar diperdagangkan setiap

menit pada setiap hari perdagangan. Harga saham berubah sangat cepat

mencerminkan pada perubahan dalam ekspektasi ekonomi dan investor

psychology. Hal ini menggambarkan bahwa dibandingkan volatilitas saham

perusahaan besar lebih bisa diprediksi dan diukur dibandingkan volatilitas saham

perusahaan kecil. Perusahaan besar umumnya memiliki pasar yang likuid untuk

sahamnya, investor yang berinvestasi pada perusahaan besar akan menanggung

risiko yang lebih kecil dibandingkan berinvestasi pada perusahaan kecil. Keown et

al. (2005:183) juga mendukung bahwa perusahaan kecil lebih berisiko

20
dibandingkan perusahaan besar karena perusahaan kecil cenderung menggunakan

banyak hutang dalam struktur modalnya.

Perusahaan besar dan kecil dapat dibedakan secara kuantitatif dengan

menggunakan berbagai dasar perhitungan. Leledakis, et al. (2004) menghitung

firm size berdasarkan berbagai jenis perhitungan, yaitu market value of equit,

book value of total asset, book value of gross fixed asset, annual sales, dan

number of employess. Hasil penelitian membuktikan bahwa market value of

equity mampu menjelaskan pengaruh firm size terhadap average return,

sedangkan keempat faktor lainnya tidak mampu menjelaskan pengaruh tersebut.

dalam penelitian ini, firm size yang digunakan adalah berdasarkan nilai pasar

ekuitas atau kapitalisasi pasar. Menurut Hirschey (2001:298), “total market

capitalisation of common stock, or market cap for short, is the best available

indicator of future profits. Market capitalisatioan is synonymous with value of the

firm”.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderson dan Feijoo

(2006), firm size dapat menghitung melalui logaritma natural market value of

equity yaitu logaritma natural perkalian antara harga penutupan saham pada akhir

tahun t dengan jumlah saham yang beredar pada periode tersebut. Perhitungan

firm size dapat ditunjukkan melalui persamaan sebagai berikut :

SIZEit = Ln ( MVEit )

= Ln ( harga sahamit x jumlah saham beredarit ).......................(2.3)

21
Keterangan :

SIZEit = ukuran perusahaaan i pada tahun t

MVEit = market value of equity perusahaan i pada tahun t

i = perusahaan sampel

t = tahun penelitian

2.2.5. Book-To-Market Ratio

Book-to-market ratio ( B/M ratio ) merupakan rasio yang menilai kinerja

suatu perusahaana. Rasio ini membandingkan nilai buku ekuitas yang dimiliki

perusahaan dengan nilai ekuitas yang terjadi di pasar bursa. Rasio nilai buku

ekuitas terhadap nilai pasarnya dapat memberikan indikasi bagaimana investor

memandang suatu perusahaan.

Menuru Jones (2004;40).”the book value of corporation is the accounting

valaue of the equity as show on the books ( i,e,, balance sheet ). It is sum common

stock out standing, capital in excess of par value, and retained earnings”.

Penelitian ini menggunakan nilai total ekuitas yang tercantum dalam neraca

perusahaan sebagai nilai buku ekuitas. Nilai ini mencerminkan harga perolehan

historis aktiva fisik perusahaan.

Nilai pasar ekuitas merupakan total nilai perusahaan, nilai ini dapat dari

perkalian jumlah saham yang beredar dan harga saham yang terjadi di pasar bursa.

22
Harga saham pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham. Kenaikan

harga saham akan meningkatkan nilai pasar saham dan hal ini dapat menunjukkan

indikasi bahwa kesejahteraan pemegang saham akan meningkat. Moyer, et al.

(2006:8) menyatakan “shareholder wealth is measured by the market value of the

shareholders’ common stock holding”.

Fama dan french (1992) menyatakan bahwa book-to-market ratio

merupakan indikator prospek perusahaan. Apabila nilai pasar ekuitas melebihi

nilai bukunya (B/M ratio rendah ) maka pasar memandang baik kinerja

perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Sebaliknya, apabila nilai ekuitas

melebihi nilai pasarnya ( B/M ratio tinggi ) maka ini menunjukkan bahwa kinerja

perusahaan tersebut kurang baik. B/M ratio yang tinggi menunjukkan bahwa pasar

memandang prospek perusahaan kurang baik jika dibandingkan dengan

perusahaan yang memiliki B/M ratio yang rendah. Sebuah perusahaaan yang

dijalankan dengan baik dengan manajemen yang kuat dan sebuah organisasi yang

bekerja secara efisien harus mempunyai nilai pasar yang lebih tinggi daripada

nilai bukunya.

Book-to-market ratio ( B/M ) dapat dihitung dengan rumus :

BVEit
B/Mit = ..............................(2.4)

MVEit

Keterangan :

23
B/Mit = rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar ekuitas perusahaan i pada

tahun t

BVEit = book value equity ( niali buku ekuitas ) perusahaan i pada tahun t

MVEit = market value equity ( nilai pasar ekuitas ) perusahaan i pada tahun t

2.2.6 Real Options

Berinvestasi pada suatu proyek baru dapat menciptakan suatu peluang

perusahaan di masa depan. Peluang tersebut secara tidak langsung merupakan

pilihan (option) yaitu sebuah hak dan bukannya kewajiban untuk mengambil

beberapa tindakan yang berkaitan dengan perusahaan dimasa depan. Dampak

suatu proyek pada peluang perusahan atau nilai pilihannya, kemungkinan tidak

akan dapat ditangkap oleh analis NPV konvensional.

Penganggaran modal menggunakan metode analisis arus kas terdiskonto

tradisional untuk menghitung NPV, dimana arus kas suatu proyek yang

diharapkan akan terjadi di masa depan, didiskontokan pada biaya modal yang

relevan (mencerminkan tingkat risiko dari ekspektasi arus kas masa depan).

24
Apabila NPV positif maka sebaiknya proyek itu diterima dan juga sebaliknya,

apabila NPV negatif maka sebaiknya proyek itu ditolak. Namun teori tersebut

tidak menyebutkan tindakan-tindakan apa yang dapat diambil setelah proyek

diterima dan dioperasikan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan arus

kas, dan tidak mempertimbangkan adanya nilai real options yang mungkin

melekat pada proyek. Real options melibatkan aktiva-aktiva yang riil, bukannya

keuangan. Pilihan ini muncul ketika manager dapat menpengaruhi besaran dan

tingkat risiko dari arus kas suatu proyek dengan mengambil tindakan-tindakan

yang berbeda selama atau akhir usia proyek tersebut.

Sebuah proyek investasi memiliki pilihan yang melekat (embedded option)

yang berbeda-beda. Menuruat Brigman dan Houston (2006:603), pilihan yang

melekat tersebut meliputi pilihan meninggalkan/menhentikan (abandonment

option), pilihan penentuan waktu investasi (investment timing option). Pilihan

pertumbuhan (growth option), dan pilihan fleksibilitas (flexibility option). Sebuah

perusahaan harus mengambil keputusan tepat, yang sesuai dengan berbagai

kondisi dalam menentukan pilihan yang melekat pada proyek yang akan

25
dilaksanakan karena hal tersebut akan mempengaruhi arus kas perusahaan di masa

depan.

Pilihan untuk meninggalkan/menghentikan suatu proyek diambil oleh

perusahaan jika arus kas operasinya ternyata lebih kecil dari sebelumnya yang

diperkirakan. Pilihan yang diambil sebelum akhir usia aktiva ini dapat

mengurangi kerugian tambahan yang akan dialami. Pilihan penentuan waktu

investasi merupakan pilihan kapan memulai suatu proyek. Perusahan dapat

menunda suatu keputusan untuk memulai suatu proyek hingga terdapat lebih

banyak informasi yang tersedia mengenai pasar. Pilihan pertumbuhan merupakan

suatu pilihan untuk melakukan investasi dimana investasi tersebut mampu

menumbuh peluang untuk menciptakan investasi-investasi lain yang memiliki

potensi menguntungkan yang tidak mungkin ada jika investasi awal tidak

dilakukan. Pilihan fleksibilitas memungkinkan perusahaan untuk memodifikasi

operasi yang tergantung pada bagaimana perkembangan kondisi selama usia

proyek, khususnya jenis output yang diproduksi atau input yang digunakan.

Pilihan ini dapat menutupi kerugian yang timbul akibat adanya perubahan

permintaan pasar. Sehingga perusahaan dapat memproduksi produk yang sesuai

26
dengan permintaan pasar, walaupun pada awalnya perusahaan mengeluarkan

biaya yang lebiah besar untuk melakukan tersebut.

2.2.6.1. Growth Options

Pada dasarnya pilihan-pilihan yang melekat dalam suatau investasi

bertujuan untuk mengurangi tingkat kerugian yang mungkin akan timbul dan

dapat menghasilkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dari investasi

tersebut. Sebuah pilihan yang dapat mempengaruhi stock return sebuah

perusahaan adalah growth options (Anderson and Feijoo,2006: Berk et al., 1999;

Xing,2002).

Growth options merupakan salah satu pilih riil yang melekat dalam

investasi, dimana pilihan tersebut merupakan suatu pilihan yang bertumbuh bagi

perusahaan dengan melakukan investasi yang dapat memberikan keuntungan di

masa mendatang. Menurut Berk et al. (1999), growth options merupakan suatu

pilihan untuk membuat suatu NPV investasi yang positif di masa mendatang.

Growth options dapat dihitung dengan menggunakan proxy peningkatan

dalam pengeluaran modal (growth in capital expenditures). Hal ini sesuai dengan

27
penelitian yang dilakukan oleh Anderson dan Feijoo (2006). Peningkatan dalam

pengeluaran modal dapat menunjukkan bahwa perusahaan melakukan

peningkatan dalam investasi, baik investasi dalam property, plant, dan equipment

yang baru ataupun melakukan replacement yang disebabkan habisnya usia

manfaat aktiva tersebut. Penelitian ini menghitunag peningkatan pengeluaran

modal pada tahun t-1 hingga tahun t.

Growth options dapat dihitung dengan growth in capital expenditures

(CEGHT) melalui persamaan :

CEGHTit = Ln (CEit-CEi(t-1))..........................(2.5)

Keterangan :

CEGHTit = peningkatan pengeluaran modal perusahaan i pada tahun i

Ceit = capital expenditure perusahaan i pada tahun t

CEi(t-1) = capital expenditures perusahaan i pafa tahuan t-1

Capital expenditures (pengeluaran modal) merupakan suatau pengeluaran

dana yang diharapkan dapat menghasilkan keuantungan arus kas di masa

mendatang lebih dari satu tahun (Moyer, et al. 2006:298). Menurut Copeland, et

28
al. (2005:511), “capital expenditures can be calculated as the increas ian net

property, plant, and equipment oan the balance sheet plus depreciation expense

(take from the income statement) for period”. Dari pengertian tersebut, capital

expenditure (CE) dapat dihitung melalui :

CEit = ∆ net property, plant, and equipmentit – depreciation expenseit

= perubahan aktiva tetap bersihit + biaya penyusutanit...............(2.6)

Keterangan :

CEit = pengeluaran moadl perusahaan i pada tahun t

I = perusahaan sampel

t = tahun penelitian

2.2.7 Stock Return

Investor melakukan investasi dengan tujuan untuk mendapatkan

pengembalian di masa yang akan datang atas dana yang telah dinvestasikan pada

saat ini. Salah satu alternatif investasi yang dapat dilakukan di pasar modal adalah

dalam bentuk saham. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal

29
seseorang atau pihak ( badan usaha ) dalam suatu perusahaan atau perseroan

terbatas. Investor yang berinvestasi dengan membeli saham akan mengharapkan

adanya stock return yang tinggi meskipun untuk mendapatkan hal tersebut ada

berbagai risiko yang dihadapi. Stock return merupakan pengembalian yang

diterima oleh investor karena telah membeli saham yang telah diterbitkan oleh

perusahan emiten.

Dalam investasi perlu dibedakan adanya expected return dan realized

return untuk menilai bagaimana kinerja manager investasi dalam maengelola dana

mereka. Jones (2004:9) menyatakan bahwa exspected return merupakan estimasi

return dari aset yang diharapkan dapat memberikan pendapatan di masa

mendatang, sedangkan realized return merupakan aktualisasi return yang dapat

diperoleh dari aset perusahaan. Investor melakukan investasi unatuk keuntungan

yang diharapkan akan didapatkan di masa mendatang dan ketika periode investasi

tersebuat berakhir, maka investor akan mendapatkan pendapatan yang sebenarnya

( realized return ).

30
Seorang investor yang menginvestasikan dananya dalam bentuk saham

dapat memperoleh dua macam pendapatan, yaitu capital gain ( loss) dan dividen

kas. Hal ini sesuai dengan francis ( 1993:46), bahwa :

“ an investor can obtain two kinds of income from owning a share of stock

: (1) income from price appreciation of stock ( or loss ) from price depreciation,

which is sometimes called capitai gains ( or loss ), and ( 2) income from cash,

dividend payment, which most corporation pay to common stock holder every

year they can affort to do so. The sum of these two sources of income ( or loss )

equals the total change in invested wealth from the common stock investment

during a given holding period”.

Capital gain ( loss ) berasal dari perubahan harga pasar. Perubahan harga

saham di pasar dapat bernilai positif, yang berarti terjadi peningkatan harga saham

pada periode berikutnya ( capital gain ), dapat juga bernilai negatif, yang berarti

terjadi penurunan harga saham ( capital loss ), atau juga bernilai nol, dimana tidak

terjadi perubahan harga saham di pasar modal. Pendapatan berupa pembayaran

dividen kas diterima karena kepemilikan atas sejumlah saham. Pendapatan ini

31
dapat bernilai nol atau positif, dimana nol ini berarti dividend kas tidak dibagikan

kepada para pemegang saham dan positif berarti dividend kas dibagikan.

Menurut Van Horne (2001:94), “the return from holding an investment

over some periode is simply any cash payment received due to ownership, plus

the change in market price, dividend by the beginning price”. Dari pendapat

tersebut maka stock return dapat dihitung dengan rumus :

Dit + (Pit – Pi(t-1) )


Rit = ..............................(2.7)
Pi(t-1)

Keterangan :

Rit = stock return perusahaan i pada bulan t

Dit = dividen kas saham perusahaan i yang dibagikan pada bulan t

Pit = harga saham perusahaan i pada bulan t

Pi(t-1) = harga saham perusahaan i pada bulan t-1

Rata-rata stock return pada tahun t dapat dihitung melalui persamaan berikut :

1 12

Rit = Σ Rin............................................(2.8)
n=1
12
Keterangan :

32
Rit = rata-rata stock return perusahaan i pada tahaun t

Rin = stock return perusahaan i pada bulan n


n = bulan

2.2.8. Pengaruh Beta terhadap Stock return

Risiko sistematis atau beta sebuah saham merupakan suatu alat ukur yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana stock retun bergerak terhadap

pendapatan pasar (market return). Kecenderungan stock return bergerak naik dan

turun mengikuti pasar akan tercermin dalam koefisien betanya. Risiko pasar atau

beta pasar selalu maemiliki nilai satu (1), karena digunakan sebagai acuan beta

saham. Beta saham yang memiliki nilai lebih dari 1 menunjukkan bahwa saham

tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko pasar dan

pergerakan pendapatan saham lebih baesar daripada pendapatan pasar. Beta

saham dengan nilai 1 menunjukkan bahwa risiko yang terkandung dalam saham

tersebut sama dengan risiko pasar. Pendapatan saham yang bergerak naik dan

turun seiring dengan pendapatan pasar. Saham yang memiliki beta kurang dari 1

menunjukkan bahwa saham tersebut kurang berisiko sehingga pendapatan

33
sahamnya akan bergerak lebih kecil dibandingkan dengan pergerakan pendapatan

pasar.

Sebuah saham dapat memiliki nilai beta yang positif atau negatif. Nilai

beta yang paositif menggambarkan bahwa tingkat pengembalian saham akan naik

ketika bursa saham secara keseluruhan mengalami peningkatan dalam

pengembalian sahama. Jika sebuah saham memiliki nilai beta yang negatif, maka

pengembalian saham cenderung menurun ketika pengembalian dari saham-saham

lain naik. Tingkat pengembalian saham yang menurun saat pengembalian pasar

memiliki nilai yang positif, dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang spesifik dari

setiap perusahaan.

Semakin tinggi beta suatu saham maka semakin tinggi risiko yang

dihadapi oleh investor dan semakin tinggi pula stock return yang diharapkan dari

saham tersebut. oleh sebab itu beta mempunyai hubungan positif dengan stock

return. Hal ini didukung oleh Hanafi (2004:219) yang menyatakan bahwa “dalam

pasar keuangan yang efisien jika investor tidak suka resiko, maka kenaikan resiko

ini harus dikompensasikan oleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Pernyataan

34
ini sesuai dengan pendapat Brealey dan Myres (1991:145) “semakin tinggi resiko

semakin tinggi keuntungan yang diharapkan”

2.2.9. Pengaruh Firm Size terhadap Stock return

Penelitian yang dilakukan oleh leledakis. Et al. (2004) menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara market value of equity terhadap

average returns. Firm size yang dihitung melalui nilai pasar ekuitas

mempengaruhi average stock return secara negatif. Semakin kecil (besar) ukuran

suatu perusahaan maka semakin besar (kecil) average stock returns yang

didapatkan oleh investor. Penelitian tersebut mendukung penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan oleh Fama dan French ( 1992) bahwa size memiliki

pengaruh signifikan negatif dalam menjelaskan average stock return.

Semakin besarnya average stock returns yang diterima oleh investor pada

perusahaan kecil dibandingkan investor pada perusahaan besar menunjukkan

kompensasi atas besarnya risiko yang mereka tanggung. Hal ini sesuai dengan

Beechey et al. (2000) dalam bukunya Watson dan head (2004:39), yang

mengemukakan bahwa “above-average return from small companies may

35
compensate for greater risk associated with them, such as the risk of financial

distress”. Perusahaan kecil memiliki risiko kesulitan keuangan yang lebih besar

dibandingkan dengan perusahaan besar sehingga stock return yang diharapkan

atas perusahaan lebih besar, sebagai kompensasi atas risiko yang ditanggung.

Selain itu Beechey menyatakan bahwa perusahaan kecil memiliki prospek

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan paerusahaan besar karena perusahaan

kecil memulainya dari dasar yang rendah.

Perusahaan besar memiliki stock return yang lebih kecil dibandingkan

dengan perusahaan kecil karena harga saham perusahaan besar cenderung lebih

stabil. Harga saham yang cenderung stabil menunjukkan adanya perubahan harga

saham yang relatif kecil dan hal ini yang menyebabkn stock return yang

didapatkan oleh investor perusahaan besar juga lebih kecil dibandingkan dengan

stock return perusahaan kecil.

Anderson dan Feijoo (2006) menyatakan bahwa size dipengaruhi oleh

risiko perusahaan. Semakin kecil ukuran suatu perusahaan maka semakin besar

risiko yang ditanggung oleh perusahaan tersebut sehingga stock return yang

diharapkan oleh investor dari perusahaan tersebut semakin besar.

36
2.2.10. Pengaruh Book-to-Market Ratio terhadap Stock Return

Reinganum (1998) dalam Bodie. Et al (2004:276) serta Fama dan Frencah

( 1992) menunjukkan bahwa rasio nilai buku ekuitas perusahaan terhadap nilai

pasar ekuitas dapat digunakan dalam memprediksi return sekuritas. Book-to-

market ratio dapat mempengaruhi stock return yang akan didapatkan oleh

investor.

Fama dan French (1992) menyatakan adanya market overreaction terhadap

prospek perusahaan. Perusahaan yang maemiliki book-to-markrt ratio yang

rendah berarti memiliki nilai pasar ekuitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan

nilai buku ekuitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa pasar memandang baik kinerja

perusahaan tersebut. investor banyak yang maelakukan aksi beli terhadap saham

tersebut sehingga harga saham terus meningkat dan ada kecenderungan

overpriced. Demikian juga sebaliknya, perusahaan dengan book-to-market ratio

yang tinggi berarti memiliki nilai pasar ekuitas yang rendah dari nilai bukau

ekuitasnya. Ini menunjukkan bahwa pasar memandang kinerja perusahaan

tersebut kurang baik. Investor banyak yang melakukan aksai jual terhadap saham

tersebut sehingga harga saham terus menurun dan cenderung menjadi

underpriced. Pendapat Fama dan Frenach didukung oleh Lakonishok et al. (1994)

dalam Daniel dan Titman (1997) yang maenyatakan bahwa investor terlalu

37
optimis terhadap perusahaan yang memiliki kinerja baik dan terlalu pesimis

terhadap perusahaan yang memiliki kinerja kurang baik.

Analisa fundamental meyakini bahwa harga pasar saham akan selalu

kembali pada harga sebenarnya berdasarkan nilai perusahaannya, sehingga

perusahaan dengan book-to-market ratio rendah, harga sahamnya yang overpriced

akan terkoreksi dan turun mendekati nilai sebenarnya. Perusahaan dengan book-

to-market ratio tinggi, harga sahamnya underpriced juga akan terkoreksi dan akan

naik maendekatai nilai sebenarnya. Atas dasar inilah investor banyak membeli

saham dengan book-market-ratio yang tinggi dengan harapan akan memperoleh

keuntungan dari peningkatan harga saham. Banyaknya investor yang membeli

saham perusahaan tersebut juga mengakibatkan meningkatnya harga saham

sehingga stock return yang didapatkan oleh investor akan meningkat. Sebaliknya

investor juga banyak melakukan aksi jual terhadap saham-saham yang memiliki

book-to-market ratio perusahaan yang rendah untuk menghindari kemungkinan

kerugian akibat adanya penurunan harga. Hal ini dapat amenyebabkan harga

saham akan menurun dan stock return yang didapatkan investor juga akan

menurun.

2.2.10. Pengaruh Growth Options terhadap Stock Return

Growth options merupakan salah satu pilihan riil yang melekat dalam

investasi, dimana pilihan tersebut merupakan suatu pilihan untuk bertumbuh bagi

38
perusahaan dengan melakukan investasi yang dapat memberikan keuntungan di

masa mendatang. Peningkatan growth options menunjukkan adanya peningkatan

dalam pengeluaran modal. Pilihan-pilihan yang diambil oleh perusahaan dapat

berdampak pada investor.

Pilihan-pilihan yang diambil perusahaan untuk melakukan peningkatan

pengeluaran modal yang rendah atau tinggi dapat mempengaruhi pandangan

investor mengenai perusahaan tersebut. Titman, et al. (2001) menyatakan bahwa

perusahaan yang melakukan peningkatan pengeluaran modal yang terlalu tinggi

cenderung untuk overinvestment. Pasar memiliki reaksi kurang baik terhadap

perusahaan tersebut. Investor akan melakukan aksi jual pada saham-saham

perusahaan yang melakukan peningkatan pengeluaran modal yang terlalu tinggi

sehingga saham akan menurun dan stock return perusahan tersebuat juga akan

menurun. Sebaliknya, investor akan lebih tertarik untuk melakukan aksi beli

saham-saham perusahaan yang memiliki peningkatan pengeluaran modal yang

tidak terlalu besar karena hal tersebut dianggap sebagai informasi yang baik dan

dapat menghasilkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Harga saham

39
perusahaan tersebut akan meningkat dan stock return yang akan didapatkan oleh

investor juga akan meningkat.

Menurut Anderson dan Feijoo (2006), growth options dapat

mempengaruhi stock return secara negatif. Penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa semakin tinggi growth options yang dimiliki oleh

perusahaan maka semakin rendah stock return yang akann diterima oleh investor,

sebaliknya, semakin rendah growth options yang dimiliki oleh perusahaan maka

semakin tinggi stock return yang akan diterima oleh investor. Penelitian yang

dilakukan oleh Anderson dan Feijoo mendukung penelitian sebelumnya yang

telah dilakukan oleh Berk et al. (1990) dan Xing (2002).

40
2.3. Kerangka Konseptual

Investasi

Menghubungkan

Pasar modal Perusahaan ( emiten )

Beta
Firm size Book-to-market Growth
option

41
berpengaruh terhadap

Stock return

2.4. hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian terdahulu, dan landasan teori,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

terdapat pengaruh antara beta, firm size, book-to-market ratio dan growth options

terhadap stock return baik secara parsial maupun simultan.

42
43

Anda mungkin juga menyukai