Anda di halaman 1dari 32

Analisis perbedaan harga saham

sebelum dan  sesudah stock split  


(studi kasus pada perusahaan yang tercatat di Bursa efek Indonesia

periode 2020-2021)

Disusun Oleh: 

Nama: Novianti Tampubolon,  

Npm : 19530030  

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 

EKONOMI PEMBANGUNAN 

2021/2022
ANALISIS PERBEDAAN HARGA SAHAM SEBELUM
DAN SESUDAH  STOCK SPLIT 
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2020- 2021) 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis


perbedaan Harga  Saham, Return Saham & Likuiditas Saham sebelum
dan sesudah Stock Split pada  perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia Periode 2020-2021. Jenis penelitian  yang digunakan
adalah penelitian studi kasus (Event Study). Yaitu penelitian yang 
mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event). Populasi
yang digunakan  dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek  Indonesia periode 2020-2021 yang
melakukan Stock Split sebanyak 13 perusahaan.  Sampel diambil
sebanyak 13 perusahaan dengan teknik purposive sampling. Teknik 
analisis yang digunakan adalah Uji Beda yaitu Paired Sample T-Test
dan Wilcoxon  Signed Rank Test. Hasil penelitian tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara  Harga Saham sebelum dan sesudah
dilakukan Stock Split.  

Kata kunci : Harga Saham, Stock Split


STOCK PRICE DIFFERENCE ANALYSIS BEFORE AND AFTER

STOCK SPLIT (Case Study on Companies Listed on the Indonesia

Stock Exchange for the Period 2020- 2021) 

The purpose of this study was to determine and analyze the differences in

stock prices, stock  returns & stock liquidity before and after the stock split

in companies listed on the Indonesia  Stock Exchange for the 2020-2021

period. The type of research used is case study research  (Event Study).

That is research that studies the market reaction to an event (event). The 

population used in this study were companies listed on the Indonesia Stock

Exchange for the  period 2020-2021 which carried out a Stock Split as

many as 13 companies. Samples were  taken as many as 13 companies with

purposive sampling technique. The analysis technique  used is the

Differential Test, namely the Paired Sample T-Test and the Wilcoxon

Signed  Rank Test. The results of the study there is no significant difference

between stock prices  before and after the stock split. 

Keywords: Stock Price, Stock Split


BAB 1 PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 

Pada dasarnya, Pasar modal (capital market) berperan penting


bagi  perekonomian suatu negara. Pasar modal bertujuan untuk
memperoleh tambahan dana  atau modal usaha dari masyarakat
(investor). Pasar modal menjadi sarana bagi  masyarakat untuk
berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, 
reksadana serta instrumen lainnya. Melalui pasar modal perusahan
melakukan  penawaran umum atau Go Public, yaitu kegiatan
penawaran saham dan efek lain yang  dilakukan oleh emiten untuk
menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan  tata cara
yang diatur oleh undang-undang pasar modal dan peraturan
pelaksanaanya  (Darmadji & Fakhruddin, 2001). Pasar modal
merupakan sarana bagi investor untuk  menginvestasikan uangnya
dengan mengharapkan return. 
Salah satu instrumen jangka panjang yang paling popular dan
banyak di pilih  oleh perusahaan adalah saham. Saham dapat di
definisikan sebagai tanda penyertaan  modal seseorang atau pihak
(badan usaha) dalam suatu perusahaan. Dengan memiliki  saham,
secara otomatis investor ikut serta dalam kepemilikan perusahaan
tersebut dan  berhak untuk ikut menikmati keuntungan dari
perusahaan melalui deviden yang  dibagikan. Selain untuk pendanaan
usahanya, dengan menerbitkan saham kesempatan  perusahaan untuk
semakin berkembang menjadi lebih besar. Perusahaan bisa 
memberikan kesempatan kepada masyarakat, supplier dan pemasok
bahan baku  perusahaan untuk ikut membeli saham perusahaan
sehingga akan timbul rasa memiliki  dan menambah loyalitas untuk
membesarkan perusahaan. Bagi masyarakat, saham  memberikan
kesempatan untuk menanamkan modalnya dan ikut memiliki
perusahaan  serta memperoleh potensi keuntungan yang menarik dari
deviden ataupun capital gain.  Deviden merupakan keuntungan yang
diberikan oleh pihak perusahaan kepada para  pemegang saham,
pembagian deviden bisa berupa uang tunai ataupun dalam bentuk 
saham tambahan. Capital gain merupakan keuntungan yang di
peroleh oleh pemegang  saham akibat dari selisih antara harga beli
dan harga jual saham. 
Agar dapat menarik minat investor menanamkan modalnya,
perusahaan perlu  memperhatikan harga sahamnya. Harga saham
yang beredar menjadi salah satu  pertimbangan investor untuk
menanamkan dananya pada perusahaan yang mereka  anggap akan
memberikan keuntungan. Investor sering menjadikan harga saham 
sebagai cerminan dari kinerja perusahaan. Perusahaan dengan harga
saham yang terus  meningkat dinilai memiliki kinerja yang baik dan
menjadi salah satu faktor yang dapat  menarik minat investor untuk
membeli saham perusahaan tersebut. 
Namun harga saham yang terus meningkat pada suatu titik
dapat menimbulkan  masalah tersendiri. Harga saham yang terlalu
tinggi akan menyebabkan para investor,  khususnya investor kecil
dengan modal yang terbatas menjadi kurang tertarik untuk  membeli
saham tersebut. Hal ini akan menyebabkan saham perusahaan tidak
tersebar  secara merata, saham hanya dimiliki oleh sekelompok
golongan. Dampak lainnya  adalah harga saham perushaan di pasar
modal akan menjadi stagnan dan mempengaruhi  likuiditas saham. 
Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan dapat melakukan
corporate action.  Beberapa bentuk corporate action yang biasa di
lakukan oleh perusahaan antara lain  adalah right issue, stock deviden,
stock cash, dan stock split. Dengan melakukan  corporate action
diharapkan dapat menarik minat investor untuk kembali menanamkan 
modalnya. Salah satu bentuk corporate action yang biasa di lakukan
perusahaan untuk  menurunkan harga sahamnya adalah dengan
melakukan stock split, dimana perusahaan  memecah saham menjadi n
lembar saham, dengan harga per lembar saham baru sebesar  1/n dari
harga saham sebelumnya. Stock split adalah suatu aktivitas yang
dilakukan oleh  perusahaan go public untuk meningkatkan jumlah
saham yang beredar (Sears &  Trennepohl, 1993). Aktivitas tersebut
biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu  tinggi sehingga
akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dengan 
harga yang lebih rendah akan menghasilkan return yang lebih tinggi
dibanding dengan  harga semula. Misalnya harga sebuah saham
sebelum pemecahan saham Rp.1.000 dan  setelah pemecahan saham
menjadi Rp.600 (dengan split ratio 1:2). Jika tidak terjadi  sebelum
pemecahan saham Rp.1000 dan sesudah pemecahan saham Rp.600,
maka  pemecahan saham hanya mengubah nilai nominal atau nilai
yang sudah ditetapkan dan  jumlah saham yang beredar, kejadian ini
tidak dicatat dalam ayat jurnal. Walaupun  akun-akun tidak
terpengaruh, namun rincian mengenai pemecahan saham biasanya 
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Seharusnya harga
yang terjadi  dengan adanya pemecahan saham adalah Rp.500 tapi
karena mekanisme pasar, harga  yang terbentuk adalah Rp.600, maka
kenaikan harga saham Rp.100 akan meningkatkan  return bagi
investor, oleh karena itu pemecahan saham akan menjadi lebih
menarik. 

Dengan pemecahan saham maka harga saham akan menjadi lebih rendah 
sehingga akan lebih mudah dijangkau oleh investor kecil, hal ini akan
menimbulkan  permintaan saham meningkat dan saham akan menjadi
lebih likuid. Pemecahan saham  menambah banyaknya saham
perusahaan yang beredar, namun menurunkan harga dari  saham per-
lembar tersebut (Hua & Ramesh, 2013). Dengan harga yang lebih
rendah  akan menghasilkan return yang lebih tinggi dibanding dengan
harga semula. Dengan  adanya informasi berupa pemecahan saham,
investor akan mengantisipasinya dengan  membeli saham, dengan
harapan untuk memperoleh return yang lebih tinggi yaitu  setelah
pemecahan saham dilakukan (Gusti, 2010). 
Investor percaya bahwa pemecahan saham akan menghasilkan
kenaikan harga  sahan dan pembelian saham, maka harga saham
cenderung akan meningkat dan  menghasilkan return yang lebih
(Desai, 2016). Pemecahan saham akan memberikan  pengaruh
penilaian investor dalam pengambilan keputusan investasi, yang
akan  mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitas perdagangan
saham sebelum dan  sesudah pengumuman. Apabila stock split dinilai
oleh investor sebagai peristiwa yang  positif, maka harga saham akan
mengalami peningkatan dan selanjutnya akan  meningkatkan return
yang diterima para pemegang saham. Dengan demikian, stock  split
akan meningkatkan kekayaan atau kesejahteraan para pemegang
saham. 
Perusahaan melaksanakan stock split didorong oleh perilaku
praktisi pasar  yang konsisten yang menganggap bahwa dengan
dilakukannya stock split dapat  membuat harga saham tidak terlalu
mahal. Di mana kemudian nilai nominal saham  dibagi karena
terdapat batas harga (optimal range) yang optimal untuk saham.
Tujuan  dilaksanakannya pemecahan nilai nominal saham adalah
untuk meningkatkan daya beli  dari investor sehingga banyak pelaku
pasar modal akan tetap memperjual-belikan  saham itu sehingga
kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas saham. 
Pemecahan saham dianggap sebagai suatu hal yang positif, dan
perusahaan yang  memiliki catatan pemecahan saham, akan lebih
konsisten dalam memperdagangkan  sahamnya tersebut (Howard,
2010). 
Meskipun secara teoritis pemecahan saham tidak memiliki
nilai ekonomis tapi  banyak peristiwa pemecahan saham di pasar
modal menunjukkan bahwa pemecahan  saham merupakan peristiwa
yang penting dalam praktik pasar modal. Pemecahan  saham yang
menjadikan harga saham menjadi lebih murah diharapkan akan
mampu  menjaga tingkat perdagangan saham dalam rentang yang
optimal dan menjadikan  saham lebih likuid. Harga saham yang
murah akan menyebabkan investor membelinya 
sehingga akan meningkatkan volume perdagangan saham.Oleh
karena itu, informasi  mengenai stock split menjadi suatu hal yang
penting untuk dipertimbangkan oleh  investor dalam mengambil
keputusan untuk membeli atau melepaskan saham yang  mereka
miliki berdasarkan analisis mengenai informasi yang terkandung
dalam stock  split. Selama periode tahun 2018 sampai tahun 2021
terdapat 33 perusahaan yang  melakukan aksi korporasi stock split
yang terdaftar di Bursa efek Indonesia. Terlihat  bahwa stock split
menjadi salah satu pilihan bagi perusahaan untuk mengendalikan 
harga saham, stock split yang dilakukan oleh perusahaan tentunya
dapat merubah  kinerja saham tersebut dapat diamati dari harga pasar
saham, return saham, dan  likuiditas saham. Berikut ini 3 sampel
Perusahaan yang melakukan Stock Split pada 

periode 2021.  
1. PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk. pada tanggal 08
desember 2021  dengan ratio split , 1:2 
2. Surya Citra Media Tbk. Pada tanggal 29 oktober 2021 dengan ratio
split 1:5 3. PT Bank Central Asia Tbk. Pada tanggal 13 oktober 2021
dengan ratio split 1:5 4. PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. Pada
tanggal 02 september 2021 dengan ratio  split 1:2 
5. PT Medikaloka Hermina Tbk. Pada tanggal 30 juli 2021 dengan ratio
split 1:5 6. PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Pada tanggal 09 juli
2021 dengan ratio split 1:5 7. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Pada
tanggal 18 mei 2021 dengan ratio split 1:5 8. Erajaya Swasembada Tbk.
Pada tanggal 13 maret 2021 dengan ratio split 1:5 9. PT Buyung Poetra
Sembada Tbk. Pada tanggal 18 february 2021dengan ratio split 1:4 
Harga saham dibursa sangat ditentukan oleh kekuatan pasar, yang
berarti kekuatan  permintaan dan penawaran. Karena permintaan dan
penawaran atas saham berfluktuaasi  setiap harinya, maka harga saham
akan mengikuti pola fluktuasi tersebut. Pada kondisi  dimana
permintaan saham lebih banyak, harga saham cenderung meningkat,
sedangkan  pada kondisi penawaran saham lebih banyak, harga saham
cenderung menurun. Menurut  Usman (1990). harga saham dapat
berfluktuasi naik dan turun. Bila terjadi kenaikan  permintaan saham
suatu perusahaan hal ini akan meningkatkan harga saham tersebut. 
Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai prospek
jangka panjang yang  meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Apabila
yang terjadi sebaliknya maka akan  menurunkan nilai perusahaan yang
bersangkutan.
Harga pasar adalah harga jual investor yang satu dengan
investor lain. Harga ini  terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di
bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan  emiten dari penjamin
emisi, harga ini yang disebut sebagai harga pasar sekunder dan  harga
inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya,
karena pada  transaksi di pasar sekunder kecil sekali terjadi negosiasi
harga investor dengan  perusahaan penerbit. Harga setiap hari
diumumkan di surat kabar atau media lain.  Tingkat harga pasar
saham dapat diketahui dengan melihat closing price harian emiten 
sebelum dan sesudah melakukan stock split atau disebut juga dengan
harga pasar saham  relatif. Menurut Husnan (2009). harga pasar
saham relatif adalah harga yang dibentuk  dari interaksi para penjual
dan pembeli saham yang terjadi sebelum atau sesudah stock  split.  

Tabel 1.1 
Sampel Perbandingan Harga Saham Pasar Perusahaan

Yang Melakukan Stock split Tahun 2021 Di BEI

Nama Perusahaan Harga Saham Pasar Ratio Harga Saham Pasar


Rata-Rata 10 Hari Split Rata-Rata 10 Hari
Sebelum Stock Split Sesudah Stock Split

PT.Ashmore Asset Rp 1.895/lembar 1:2 Rp 947/lembar


Management
Indonesia Tbk

Surya Citra Media Rp 328/lembar 1:5 Rp 65/lembar


Tbk

PT Bank Central Rp 7.525/lembar 1:5 Rp 1.500/lembar


Asia Tbk.

PT Distribusi Rp 2.950/lembar 1:2 Rp 1.479/lembar


Voucher Nusantara
Tbk

PT Medikaloka Rp 1.300/lembar 1:5 Rp 265/lembar


Hermina Tbk

PT Garudafood Rp 368/lembar 1:5 Rp 73/lembar


Putra Putri Jaya
Tbk

PT Saratoga Rp 5.700/lembar 1:5 Rp 1.142/lembar


Investama Sedaya
Tbk

Erajaya Swasembada Tbk Rp 500/lembar 1:5 Rp 97/lembar

PT Buyung Poetra Rp 191/lembar 1:4 Rp 50/perlembar


Sembada Tbk

Sumber : Yahoo Finance, (Data Diolah 2021) 

Tabel 1.1 Menunjukkan bahwa hanya 3 perusahaan yang


mengalami kenaikan  harga saham pasar sedangkan 6 lainnya
mengalami penurunan. Hal ini bertentangan  dengan Trading Range
Theory menurut (Fortuna, 2010) yang menyatakan dengan
dilakukannya Stock Split maka harga saham baru setelah pemecahan
saham akan berada di  rentang harga optimal dan meningkatkan daya
beli investor dengan kata lain permintaan  saham dibursa akan
menguat, sehingga akan meningkatkan harga saham pasar. Dengan 
dilakukannya stock split menyebabkan perubahan yang
mempengaruhi harga pasar  saham, Harga pasar saham merupakan
harga yang telah diperdagangkan di bursa  kemudian harga tersebut
ditentukan oleh Closing price saham, harga saham yang  dilihat pada
stock split adalah harga pasar saham 10 hari sebelum dan 10 hari
sesudah. 

1.2 Rumusan Masalah 


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
rumusan masalah dalam  penelitian ini adalah: 
1. Bagaimana Pengaruh Stock split terhadap harga saham ? 
2. Bagaimana perbedaan harga saham yang signifikan pada saat sebelum
dan sesudah  Stock Split?  

1.3 Tujuan Penelitian 


Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai  dalam penelitian ini adalah: 
1. Untuk mengetahui pengaruh stock split terhadap harga saham 
2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan harga saham pada saat
sebelum dan  sesudah stock split.
1.4 Manfaat Penelitian 
Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat
memberikan manfaat  sebagai berikut : 
1. Bagi Perusahaan atau Emiten 
Penelitian ini dapat digunakan para perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam  pembuatan keputusan kebijakan corporate
action, khususnya pengumuman stock  split dengan melihat
pengaruhnya terhadap harga saham 
2. Bagi Kalangan Praktisi atau Investor 
Penelitian ini dapat digunakan oleh pelaku pasar saham untuk
menjadi bahan  pertimbangan bagi para investor dalam pengambilan
keputusan berinvestasi. 3. Bagi Penulis 
Dapat menambah wawasan dan pola pikir penulis mengenai
corporate action yang  dilakukan oleh perusahaan khususnya di
bidang stock split dimana  menyebabkan semakin banyaknya
jumlah saham perusahaan yang beredar. 

4. Bagi Penelitian Selanjutnya 


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi
bagi penelitian  selanjutnya yang ingin melakukan pengembangan
dalam penelitian mengenai stock  split. 
BAB 2 

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1 Pasar Modal 


2.1.1 Pengertian Pasar Modal 
Pengertian pasar modal secara umum berdasarkan Keputusan
Menteri  Keuangan RI No 1548/KMK/90 (Sunariyah, 2011) adalah
sebagai berikut: “Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang
teroganisasi, termasuk  didalamnya adalah bank-bank komersial dan
semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan
surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar  modal
adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disipakan guna 
memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat
berharga lainnya  dengan memakai jasa para perantara pedagang
efek.” 
Selain itu, pengertian pasar modal adalah tempat pertemuan
antara penawaran  dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah
para pelaku pasar yaitu individu individu atau badan usaha yang
mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan  investasi
dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di
tempat itu  pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana
menawarkan surat berharga dengan  cara listing terlebih dahulu pada
badan otoritas di pasar modal sebagai emiten  (Sunariyah, 2011). 
Dengan demikian, pasar modal merupakan sarana pendanaan
bagi perusahaan  maupun institusi lain (misanya pemerintah), dan
sebagai sarana bagi kegiatan  berinvestasi. Pasar modal memfasilitasi
berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual  beli.
2.1.2 Jenis-jenis Pasar Modal 
Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan
beberapa cara.  Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis
ataupun bentuk pasar modal dimana  sekuritas tersebut diperjual
belikan. Sunariyah (2011) menjelaskan bahwa jenis-jenis  pasar
modal tersebut ada beberapa macam, yaitu: 
1. Pasar perdana (primary market) 
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham  (emiten) kepada pemodal selama waktu
yang ditetapkan oleh pihak penerbit  sebelum saham tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut 
menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal
yang  memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya
yang dijual pertama  kalinya (penawaran umum) sebelum saham
tersebut dicatatkan di bursa. Harga  saham di pasar perdana
ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan  go
public (emiten) berdasarkan analisis fundamental yang
bersangkutan. 
2. Pasar sekunder (secondary market) 
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa  penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar
sekunder dimana saham dan sekuritas  lain diperjual belikan
secara luas, setelah melalui masa penjualan di masa perdana. 
Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan
penawaran antara  pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan
penawaran ini dipengaruhi oleh  beberapa faktor yaitu: 
Faktor internal perusahaan, yang berhubungan dengan
kebijkan internal pada  suatu perusahaan beserta kinerja yang
telah dicapai. 
a. Faktor eksternal perusahaan, yaitu hal-hal di luar kemampuan
perusahaan atau  di luar kemampuan manajemen untuk
mengendalikan. 
3. Pasar ketiga (third market) 
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain
di luar bursa  (over the counter market). Bursa pararel merupakan
suatu sistem perdagangan efek  yang terorganisasi di luar bursa
efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang  diatur dan
dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek
dengan  diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal
Lembaga Keuangan. Jadi,  dalam pasar ketiga ini tidak memilki
pusat lokasi perdagangan yang dinamakan  lantai bursa (floor
trading). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan 
informasi yang disebut “trading information”. Informasi yang
diberikan dalam  pasar ini meliputi;harga-harga saham, jumlah
transaksi, dan keterangan lainnya  mengenai surat berharga yang
bersangkutan. 
4. Pasar keempat (fourth market) 
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara
pemodal atau dengan  kata lain pengalihan saham dari suatu
pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa  melalui perantara
perdagangan efek. Jadi, tetap pada akhirnya transaksi antar 
pemodal juga harus dicatatkan di bursa efek. 

2.2 Saham 
2.2.1 Pengertian Saham 

Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling


diminati investor karena  memberikan tingkat keuntungan yang
menarik. Siegel & Shim (dalam Fahmi, 2012)  mengemukakan bahwa
Saham adalah: 
1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu
perusahaan. 2. Kertas yang tercantum dengan jelas dengan nilai
nominal, nama perusahaan yang  di ikuti dengan hak dan kewajiban
yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. 2.2.2 Jenis-jenis
Saham 
Dalam pasar modal terdapat dua jenis saham yang paling
umum dikenal oleh  publik (Fahmi, 2012), yaitu : 
1. Common stock (saham biasa) 
Common stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang
dijual oleh suatu  perusahaan yang menjelaskan nilai nominal
dimana pemegangnya diberi hak untuk  mengikuti RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum 
Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan
membeli right issue  (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang
selanjutnya diakhir tahun akan  memperoleh keuntungan dalam
bentuk dividen. Common stock ini memilki  beberapa jenis
yaitu : 
a. Blue chip stock 
Adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional
dan memilki  sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang
berkualitas. 
b. Growth stock
Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan
pertumbuhan laba yang  lebih tinggi dari rata-rata saham-
saham lain, dan karenanya mempunyai PER  yang tinggi
(Husnan, 2005). 
c. Defensive stock 
Adalah saham yang cenderung stabil dalam masa resesi atau
perekonomian  yang tidak menentu berkaitan dengan
deviden, pendapatan, dan kinerja pasar  (Shook, 2002). 
d. Cyclical stock 
Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat
saat ekonomi  semarak dan jatuh harga secara cepat saat
eknomi lesu. 
e. Seasonal stock 
Adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena
dampak musiman,  misalnya karena cuaca dan liburan. 
f. Speculative stock 
Adalah saham yang kondisinya memilki tingkat spekulasi
yang tinggi, yang  kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya
adalah rendah atau negatif. Ini  biasanya dipakai untuk membeli
saham pada perusahaan pengeboran minyak. 2. Preferred stock
(saham istimewa) 
Preferred stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga
yang dijualoleh suatu  perusahaan yang menjelaskan nilai nominal
dimina pemegangnya akan memperoleh  pendapatan tetap dalam
bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartalan (tiga  bulanan)
keistimewaan di atas pemegang saham biasa, yang diperjanjikan
pada saat  emisi saham. Keistimewaan ini merupakan suatu
kesepakatan antara pemodal  dengan emiten. Perusahaan (emiten)
yang menerbitkan saham preferensi, memilki  tanggung jawab
untuk memenuhi keistimewaan pemegang saham preferensi 
tersebut.
2.3 Tindakan Korporasi (Corporate Action) 
2.3.1 Pengertian Tindakan korporasi 
Tindakan korporasi (Corporate Action) merupakan aktivitas
emiten yang  berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar,
maupun terhadap harga saham di  pasar. Corporate Action merupakan
berita yang pada umumnya menarik perhatian  pihak – pihak yang
terkait dengan pasar modal, khus usnya pemegang saham (Investor). 
Karena pemegang saham (investor) adalah pihak yang paling
membutuhkan berita atau  informasi mengenai corporate action
tersebut, guna pengambilan keputusan di dalam  investasinya. 
Keputusan Corporate Action harus disetujui dalam suatu rapat
umum, baik itu  Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) maupun
Rapat Umum Pemegang Saham Luar  Biasa (RUPSLB) serta
persetujuan pemegang saham (investor). Persetujuan investor  adalah
mutlak untuk berlakunya suatu corporate action dan hal itu sesuai
dengan  peraturan yang ada di Pasar Modal. 

2.3.2 Jenis – Jenis Tindakan Korporasi 


Jenis – jenis corporate action mengacu pada definisi dari
corporate action itu  sendiri yang telah dijelaskan sebelumnya,
dimana berkaitan dengan aktivitas  perusahaan (emiten) dan dari hal
tersebut maka mengacu kepada aktivitas : 1. Penerbitan right. 
2. Pemecahan saham (Stock Split). 

3. Saham bonus. 
4. Pembagian dividen, baik itu dalam bentuk dividen tunai (Cash
dividend) maupun  dividen saham (Stock Dividend). 
5. Penawaran Perdana (Initial Public Offering – IPO). 
6. Additional Listing. Seperti penempatan langsung (Private Placement),
konversi  saham baik dari warrant, right maupun obligasi.
2.4 Pemecahan Saham (Stock Split) 
2.4.1 Pengertian Pemecahan Saham 
Menurut Van Horne dan Wachowitz (dalam Fahmi, 2012)
pemecahan saham  adalah sebagai berikut: 
“Pemecahan saham (stock split) adalah peningkatan jumlah
saham yang beredar  dengan mengurangi nilai nominal saham,
misalnya nilai nominal satu saham dibagi  menjadi dua, sehingga
terdapat dua saham yang masing masing memilki nilai nominal 
setengah dari nilai nominal awal.” 
Hal ini serupa dengan McNichols (1990) yang menyatakan
bahwa pemecahan  saham merupakan upaya manajemen untuk
menata kembali harga saham pada rentang  harga tertentu. Dengan
mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan 
semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam
perdagangan. 

2.4.2 Jenis Pemecahan Saham 

Pada dasarnya terdapat dua jenis pemecahan saham yang dilakukan


yaitu pemecahan  saham naik (split up) dan pemecahan saham turun
(split down atau reverse stock split).  Menurut Ewijaya & Indriantoro
(dalam Indarti & Purba, 2011) : 

1. Pemecahan naik (split-up) 


Penurunan nominal per lembar saham yang mengakibatkan
bertambahnya jumlah  saham yang beredar. Misalnya pemecahan
saham dengan faktor pemecahan 1:2,  1:3, 1:10 dan sebagainya. 
2. Pemecahan turun (split down) 
Peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi
jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham turun
dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1, 10:1  dan sebagainya. 
Menurut Samsul (dalam Fahrizal, 2013), terdapat dua jenis
pemecahan saham  (stock split) yang dapat dilakukan yaitu : 
1. Split up, berarti suatu saham lama ditarik dari peredaran diganti dengan
dua saham  baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½
dari nominal sebelumnya.  Tindakan split up hanya akan menaikkan
jumlah saham dan menurunkan nominal  saham, tetapi tidak
mengubah total modal disetor dan total ekuitas. 
2. Split down atau reverse split , berarti tindakan menurunkan jumlah
saham beredar.  Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga
saham di pasar agar image 
perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik
kembali sejumlah  saham yang beredar dan diganti dengan satu
saham baru yang nominalnya lebih  tinggi, tetapi tidak mengubah
total. 
Jadi Stock split up atau disebut juga stock split merupakan pemecahan
nominal saham  menjadi lebih kecil dan menambah jumlah saham
yang beredar berdasarkan faktor  pemecahannya. Stock split down
atau reverse split merupakan pemecahan saham  menjadi nominal
yang lebih besar dan mengurangi jumlah saham yang beredar 
berdasarkan faktor pemecahannya. 

2.4.3 Tujuan Pemecahan Saham 


Menurut Fahmi (2012) terdapat beberapa tujuan suatu
perusahaan melakukan  stock split, yaitu ; 
1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga
memberatkan publik  untuk membeli/memilki saham tersebut. 
2. Mempertahankan tingkat likuidasi saham dengan Menambah jumlah
saham  yang beredar. 
3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memilki
saham tersebut. 4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki
saham tersebut karena jika terlalu  mahal maka kepemilkian dana dari
investor kecil tidak akan terjangkau. 5. Memperkecil risiko yang akan
terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki  saham tersebut
dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah  dipecah
tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi. 

2.4.4 Manfaat Pemecahan Saham 


Beberapa pelaku pasar khususnya emiten berpendapat bahwa
aktivitas split  dapat memberikan manfaat besar bagi perusahaan.
Harga saham setelah stock split akan  menjadi lebih rendah sehingga
menambah daya tarik bagi investor. McGough (dalam  Hasna, 2010),
mengemukakan bahwa manfaat yang pada umumnya diperoleh dari 
pemecahan saham yaitu: 
1. Menurunkan harga saham yang kemudian akan membantu
meningkatkan  daya tarik investor. 
2. Membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan. 
3. Mengubah para investor odd lot (investor yang membeli saham dibawah 1 lot/500 
lembar) menjadi investor round lot (investor yang membeli
saham minimal 1  lot/500 lembar). 
Stock split dianggap memberikan sinyal positif bagi pasar,
pengumuman stock  split mengindikasikan kesejahteraan investor.
Stock split membutuhkan biaya yang  besar sehingga tidak semua
perusahaan dapat melakukannya. Hanya perusahaan  berprospek
baiklah yang mampu melakukannya. Karena itu sinyal ini dianggap
valid.  Meskipun stock split tidak memiliki nilai ekonomis, sinyal
positif yang mengiringi  pengumuman stock split membuat pasar
memberikan reaksi positif terhadap  pengumuman tersebut. 
Bagi perusahaan, Stock Split diharapkan mampu memberi
pengaruh yang positif  terhadap Harga saham pasar yang berupa 
a. Harga saham akan menjadi lebih rendah sehingga akan lebih
mudah dijangkau  oleh investor kecil. 
b. Mengembalikan harga per lembar saham pada tingkat perdagangan
yang  optimal. 
Selain bagi perusahaan, stock split juga dipercaya beberapa
pihak membawa  keuntungan bagi investor, baik itu investor lama
maupun investor baru.  Keuntungan stock split bagi investor adalah: 
1. Bagi investor lama 
Secara tidak langsung investor lama yang jumlah sahamnya
belum banyak akan  berkesempatan untuk memperoleh untuk
memperoleh bonus tambahan karena  bonus tambahan diperlukan
minimal 1000 saham. 
2. Bagi investor baru 
Jika sebelumnya calon investor belum mampu membeli saham
emiten, dengan  adanya stock split yang mengakibatkan saham
menjadi lebih murah maka calon  investor jadi mampu
membelinya. 

2.5 Harga Saham 


2.5.1 Pengertian Harga Saham 
Harga Saham Menurut Ahmad (2003) harga saham adalah
harga yang dibentuk  dari interaksi para penjual dan pembeli saham
yang dilatarbelakangi oleh harapan  mereka terhadap profit
perusahaan.
2.5.2 Jenis Harga Saham dan Pembentukannya 
Menurut Ang (dalam Hasna, 2010) harga saham dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu harga  nominal, harga perdana dan harga pasar. 
1. Harga nominal 
Harga nominal merupakan harga yang tercantum pada sertifikat
yang diterapkan  oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham
yang telah diterbitkan. Dalam hal  ini digunakan untuk mencatat
modal disetor penuh dan nilai nominal tersebut  sangat penting
karena diveden minimal biasanya ditetapkan oleh nilai nominal. 
2. Harga perdana 
Harga perdana merupakan harga yang pertama kali dicatat pada
bursa efek, harga  perdana belum tentu sama dengan nominal
harga saham tersebut kemungkinan ada  selisih diantara
keduanya. Harga saham perdana biasanya ditetapkan oleh
emiten  dan penjamin emisi (Underwriter), dengan deminikan
dapat menentukan harga  saham emiten tersebut akan dijual
kepada masyarkat untuk menentukan harga  perdana. 
3. Harga pasar (Market Price) 

Harga pasar merupakan harga yang telah diperdagangkan di bursa


kemudian harga  tersebut ditentukan oleh permintaan dan
penawaran antar investor, harga pasar tidak  lagi ditetapkan oleh
emiten dan emisi penjamin. Harga pasar merupakan harga yang 
mewakili harga perusahaan penerbitnya, harga saham ini sangat
ditentukan oleh  kekuatan pasar, yaitu kekuatan pernintaan dan
penawaran yang sangat fluktuasi  setiap hari nya sehingga harga
saham akan mengikuti pola fluktuasi yang terjadi.  Jika saham
memiliki permintaan yang banyak maka harga saham akan naik
dan  sebaliknya jika penawaran yang lebih banyak maka harga
saham akan turun.
2.5.3 Harga Saham Pasar Sebelum dan Sesudah Stock Split. 
Harga pasar saham sebelum pengumuman stock split dan
harga saham yang  digunakan adalah harga saham penutupan (closing
price) sebelum pengumuman stock  split. Formulasinya yaitu
(Husnan, 2009:): 
Keterangan: 

HRs = Harga pasar saham sebelum/sesudah stock split 

Ps = Harga saham sebelum/sesudah stock split 

2.5.4 Pengaruh Stock Split terhadap Harga Saham Pasar 


Harga saham yang terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan
investor untuk  membelinya, sehingga menyebabkan harga saham
tersebut sulit untuk meningkatkan  lagi. Untuk mengantisipasi hal
tersebut, banyak perusahaan melakukan stock split.  Tujuannya adalah
untuk meningkatkan daya beli investor dan meningkatkan harga 
saham tersebut.
2.6 Penelitian Tedahulu 

Sebagai acuan dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian


terdahulu yang berkaitan  dengan pemecahan saham (stock split)
diantaranya sebagai berikut: 
Tabel 2.1 

Penelitian terdahulu 
No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode Hasil Penelitian
(tahun) Analisis

1 Kristianiarso Analisis perbedaan Likuiditas Uji Beda Tidak dapat

(2014) likuiditas saham, saham, Berpasangan perbedaan yang


harga saham, dan Harga signifikan antara
return saham saham, harga saham,
sebelum dan Return terdapat perbedaan
signifikan antara
sesudah stock split saham
return, dan tidak
(studi pada
terdapat perbedaan
perusahaan go yang signifikan
public yang antara volume
melakukan stock perdagngan
split periode 2011- sebelum dan
2014). sesudah stock split.
2 Irwansyah, Analisis perbedaan Tingkat Uji Beda Tidak dapat
tingkat harga pasar
(2014) harga Berpasangan perbedaan dal am
saham, return
saham, dan volume pasar tingkat harga pasar
perdagangan saham saham, tidak dapat
saham,
perusahaan sebelum perbedaan return
dan sesudah stock Return saham, dan terdapat
split (studi kasus saham, perbedaan volume
perdagangan saham
pada perusahaan dan perusahaan
yang melakukan Volume sebelum dan
stock split periode Perdagan sesudah dilakukan
-gan stock split.
2008-2012)
saham

3 Swari & Analisis kinerja Kinerja Uji Beda Terdapat perbedaan Wiksuana
saham sebelum dan saham Berpasangan return saham
(2015) sesudah stock split sebelum dan pada perusahaan sesudah stock split 
yang terdaftar di tetapi tidak 
bursa efek signifikan. 
Indonesia.
4 Panggabean Analisis Perbedaan Abnormal Uji Beda Terdapat perbedaan
(2015) Abnormal Return Return yang tidak signifikan
Berpasangan
dan Volume dan pada rata-rata
Abnormal Return
Perdagangan Volume
sebelum dan
Saham Sebelum dan Perdaga-
Sesudah Stock Split ngan sesudah stock split
di Bursa Efek Saham dan tidak terdapat
Indonesia perbedaan yang
signifikan pada rata
rata Trading Volume
Activity (TVA)
sebelum dan
sesudah stock split.

5 Lubis (2018) Analisis Likuiditas Uji Terdapat perbedaan

Pengaruh Stock Saham, Wilcoxon yang tidak signifikan


Harga

Split Terhadap Saham dan pada rata-rata

Likuiditas Volume abnormal return


Saham yang Perdaganga sebelum dan sesudah
n

Terdaftar di stock split dan tidak

Bursa Efek terdapat perbedaan

Indonesia yang signifikan pada

rata-rata trading

volume activity (TVA)

sebelum dan sesudah

stock split

6 Zainia & Pengaruh Likuiditas Uji Beda Stock Split


 
Fauzi (2018) Pengunguman Saham, Berpasang berpangaruh 
Stock Split Return -an dan Uji signifikan
terhadap
Saham

Terhadap Wilcoxon Likuiditas Saham


dan

Likuiditas Return Saham.

Saham dan

Return Saham

(Studi Pada

Perusahaan

yang Terdaftar

di BEI Periode

2012-2014)

7. Analisi perbedaan harga saham return saham Harga Uji beda 1. Terdapat
likuidias saham sebelum dan sesudah stock
saham, berpasangan,  uji perbedaan harga
split (studi kasus pada perusahaan yang tercatat
normalitas  data,
di Bursa efek Indonesia 2013-2017) saham sebelum
uji
, dan sesudah
hipotesis
return
dilakukan nya
saham
dan stock split
likuidias 2. terdapat
perbedaan return
saham
saham sebelum dan
sesudah
dilakukannya
stock split
3. terdapat
perbedaan luiditas
saham
sebelum san
sesudah diadakan
nya stock split

BAB 3 
METODE PENELITIAN 

3. 1 Jenis Penelitian 

Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (event


study). Event study  merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa (event) yang  informasinya dipublikasikan
sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto,2010). 
Peristiwa yang dimaksudkan oleh penulis dalam hal ini adalah
peristiwa  kebijakan stock split yang dilakukan oleh emiten-emiten
yang ada di Bursa Efek  Indonesia (BEI) selama periode 2020-2021.
Peristiwa ini dihitung dari 10 hari sebelum  diterapkannya stock split
(t-10) sampai 10 hari setelah diterapkannya stock split (t+10)  dengan
event window selama 21 hari dimana 10 hari sebelum diterapkannya
kebijakan  , 1 hari saat diterapkannya kebijakan, dan 10 hari setelah
diterapkannya kebijakan 

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 

Penelitian ini akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia


terutama pada perusahaan  perusahaan yang melakukan Stock Split
melalui media internet dengan menggunakan situs www.idx.co.id,
www.sahamok.com, finance.yahoo.com dan www.ksei.co.id.
Penelitian ini  akan dilakukan selama bulan desember.  

3.3 Batasan Operasional 


Batasan operasional dalam penelitian ini adalah : 

1. Mengetahui perbedaan Harga Saham sebelum dan sesudah


melakukan Stock  Split. 
2. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Perusahaan yang  melakukan Stock Split dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode  2020-2021.
3.4 Definisi Operasional 

Definisi operasional pada penelitian ini adalah: 

1. Stock Split 

Stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar


saham, sehingga  mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar
saham yang beredar tanpa transaksi  jual beli yang mengubah
besarnya modal. 
2. Harga Saham 

Harga saham merupakan nilai pasar selembar dari saham


perusahaan emiten pada  waktu tertentu. Harga saham yang
digunakan adalah harga saham penutupan  (closing price). 
tabel 3.1 
defenisi operasional 
Variabe Defenisi Pengukuran Skal
l
Operasional a

Harga Harga saham Rasio


Saham penutupan harian  (Closing Price Keterangan :
10  hari sebelum dan 10  hari
sesudah Stock  Split) HRs = Harga pasar saham
sebelum /sesudah stock split

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 

Populasi merujuk pada keseluruhan objek atau subjek


penelitian yang memiliki  karakteristik yang sama dapat berupa
orang, benda ataupun variabel yang terdapat  didalammnya dan
menjadi pusat perhatian seorang peneliti. Populasi yang digunakan 
dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan
stock split  sebanyak 13 perusahaan yang dirilis oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI) .  

Tabel 3.2 

Perusahaan yang Melakukan Stock Split 


No Nama Perusahaan Kode Tanggal Stock Split

1 PT Ashmore Asset Management  Indonesia Tbk AMOR 08 Desember 2021

2 Surya Citra Media Tbk SCMA 29 Oktober 2021

3 PT Bank Central Asia Tbk BBCA 13 Oktober 2021


4 PT Distribusi Voucher Nusantara  Tbk DIVA 02 September 2021

5 PT Medikaloka Hermina Tbk HEAL 30 Juli 2021

6 PT Garudafood Putra Putri Jaya  Tbk GOOD 09 Juli 2021

7 PT Saratoga Investama Sedaya  Tbk SRTG 18 Mei 2021

8 Erajaya Swasembada Tbk ERAA 31 Maret 2021

9 PT Buyung Poetra Sembada Tbk. HOKI 18 February 2021

10 PT Industri Jamu Dan Farmasi  Sido Muncul Tbk SIDO 14 September 2020

11 PT. Trisula Textile Industries Tbk BELL 03 Agusus 2020

12 PT Fast Food Indonesia Tbk FAST 12 February 2020

13 Unilever Indonesia Tbk UNVR 02 Januari 2020

Sumber daya Yahoo.finance (data dioalah, 2021) 

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih


berdasarkan prosedur  tertentu yang mana hasilnya mewakili
secara keseluruhan dari populasi yang  diamati.Penelitian ini
menggunakan teknik Non probability sampling dalam  menentukan
sampelnya. Dengan metode ini sampel diambil dari populasi 
berdasarkan kriteria khusus yang ditetapkan. Berdasarkan teknik
purposive 
sampling maka kriteria yang digunakan untuk pemilihan
perusahaan adalah  sebagai berikut : 

1. Perusahaan yang melakukan stock split pada januari 2020 sampai


dengan  Desember 2021. 
2. Perusahaan yang hanya melakukan kebijakan aksi korporasi stock split
tanpa melakukan kebijikan lain seperti warrant, right issue, dividen
saham, dan  pengumuman lainnya bersamaan dengan tanggal stock
split yang secara langsung  dapat mempengaruhi harga saham, return
saham dan likuiditassaham. 
3. Memiliki data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu
perusahaan yang  memiliki data Closing Price harian pada rentang
waktu penelitian 4. Aktif melakukan kegiatan perdagangan saham
pada rentang waktu penelitian 
Tabel 3.3 
Kriteria Pengambilan Sampel
No Keterangan Jumlah
Perusahaan

1 Jumlah perusahaan yang melakukan Stock split pada periode 2020 13


– 2021

2 Perusahaan yang melakukan Tindakan  Korporasi lain 0


pada tanggal Stock Split

3 Jumlah perusahaan yang tidak memiliki data  Closing Price pada 0


rentang waktu penelitian

4 Jumlah perusahaan yang tidak aktif dalam  melakukan kegiatan 13


perdagangan saham pada  rentang waktu penelitian

Jumlah Sampel yang digunakan dalam Penelitian 13

3.6 Jenis dan Sumber Data 

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data


kuantitatif yang  bersumber dari data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang telah dikumpulkan  oleh lembaga pengumpul
data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.  Data
yang digunakan adalah data historis tentang likuiditas saham, harga
saham dan  volume perdagangan saham secara harian. Data-data
tersebut diperoleh dari media  internet, yaitu www.idx.co.id,
www.sahamok.com dan www.finance.yahoo.com 
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang terdiri dari: 
1. Nama perusahaan (emiten) yang melakukan Stock split pada tahun
2020-2021 yang  diperoleh dari situs www.idx.co.id dan
www.sahamok.com 
2. Tanggal dilakukan Stock split dan rasio Stock Split setiap perusahaan
yang menjadi  sampel berasal dari situs www.idx.co.id dan situs
www.sahamok.com 
3. Data harga saham nominal sebelum Stock Split dan Sesudah Stock Split
setiap  perusahaan yang menjadi sampel berasal dari situs ksei 
4. Data harga saham harian 10 hari bursa sebelum dan 10 hari bursa
setelah tanggal  Stock split. Harga saham yang digunakan adalah
harga saham penutupan (closing  price). Data ini berasal dari
www.idx.co.id dan www.finance.yahoo.com 
5. Data volume perdagangan saham harian dan jumlah saham perusahaan
yang  beredar selama 10 hari bursa sebelum dan sesudah stock split.
Data ini berasal dari  www.idx.co.id dan situs
www.finance.yahoo.com 

3.7 Metode Pengumpulan Data 

Penelitian ini menggunakan metode studi dokumentasi,


dimana peneliti  mengumpulkan data, teori, pendapat para pakar dan
praktisi, dan berbagai informasi  lainnya yang mendukung dan
relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dari  berbagai
literatur dan media internet seperti buku-buku ilmiah, jurnal- jurnal
penelitian,  penelitian-penelitian terdahulu, dan data-data lainnya
yang diperoleh dari situs resmi  Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
www.idx.co.id, dan http://finance.yahoo.com. Pengolahan data dalam
penelitian ini menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan  SPSS
24. Pengolahan dan perhitungan data sekunder untuk variabel-
variabel bebas dan 
variabel terikat akan diolah dan dihitung menggunakan SPSS 24,
Microsoft Office Excel  2007 juga akan digunakan untuk pengolahan
data dalam bentuk diagram dan tabel. 

3.8 Teknik Analisis Data 

Peneliti melakukan uji statistik deskriptif dan uji normalitas


data sebelum  melakukan uji hipotesis. Saat melakukan uji normalitas,
jika data berdistribusi normal  maka uji statistik parametrik yang
digunakan adalah Paired Sample T- Test. Jika data  berdistribusi tidak
normal maka uji statistik non parametrik yang digunakan adalah 
Wilcoxon Signed Rank-Test. Semua pengujian dilakukan dengan
menggunakan  bantuan program SPSS. 

3.8.1 Statistik Deskriptif 

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan


cara  menceritakan/ menjabarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa  bermaksud membuat kesimpulan untuk
berlaku umum/generalisasi. Dalam penelitian  ini menjabarkan
statistik deskriptif berupa mean dan standar deviasi. 

3.8.2 Statistik Komparatif 


Analisis perbandingan komparatif dilakukan untuk melihat
kecenderungan rata rata antara dua atau lebih kelompok sampel data.
pengujian statistik untuk menguji  hipotesis. Jika data berdistribusi
normal, maka uji statistik parametrik yang digunakan  adalah Paired
Sample T-Test. Jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan
alat  uji statistic non parametrik dengan Wilcoxon Signed Rank-Test. 

3.8.3 Uji Normalitas Data 

Data yang diteliti harus diketahui dulu apakah terdistribusi


normal atau tidak  normal. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan
sebagai distribusi normal atau tidak  adalah sebagai alat untuk
membuat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel. 
Pengujian normalitas ini akan dapat menentukan alat uji selanjutnya
yang digunakan  dalam penelitian. Uji normalitas yang digunakan
adalah uji Kolmogorov-Smirnov.  Kriteria yang dapat digunakan
adalah dengan pengujian dua arah (two-tailed test) yaitu  dengan
membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang
sudah 
ditentukan. 

3.8.4 Uji Hipotesis 

1. Paired Sample T-Test 

Langkah-langkah uji Paired Sample T-Test sebagai berikut : 

a. Menentukan level of significance (α = 5 %) dengan derajat


kebebasan (degree  o f freedom) n-1. 
b. Menentukan t table berdasarkan derajat

keyakinan sebesar 5%. c. Membandingkan

probabilitas (p) thitung dan α = 5 %. 

Penarikan kesimpulan pada uji ini didasarkan pada : 


a. Jika t hitung > t tabel, atau nilai probabilitas pada kolom

sig.(2-tailed) < 0,05, maka Ha diterima. 

b. Jika Jika t hitung < t tabel, atau nilai probabilitas pada kolom
sig.(2- tailed)  > 0,05 maka Ha ditolak. 
c. Wilcoxon Signed Rank Test 

Langkah-langkah uji Wilcoxon Signed Rank Test sebagai

berikut : • Menentukan level of significance (α = 5

%) dengan derajat

• Kebebasan (degree of freedom) n-1. 

• Membandingkan probabilitas (p) z hitung dan α = 5 % 

• Menentukan t tabel berdasarkan derajat keyakinan sebesar


5%.  Penarikan kesimpulan pada uji ini didasarkan pada : 
• Jika z hitung > z tabel, atau nilai probabilitas pada kolom  
sig.(2- tailed) < 0,05, maka Ha diterima. 
• Jika z hitung < z tabel, atau nilai probabilitas pada kolom  
sig.(2- tailed) > 0,05 maka Ha ditolak. 
Untuk menganalisa perbedaan harga saham sebelum dan
sesudah stock split  digunakan uji beda (Paired Sample T-Test atau
Wilcoxon Signed Rank Test) dengan  tingkat kesalahan α= 5%,
dengan hipotesis sebagai berikut : 

H : μ1 = μ2 Berarti harga saham sebelum stock split tidak


0

berbeda secara  signifikan dengan harga saham sesudah


stock split. 

H : μ1 ≠ μ2 Berarti harga saham sebelum stock split


1

berbeda secara  signifikan dengan harga saham


sesudah stock split.
BAB IV 
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 

4.1 Gambaran Umum 

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan


setelah permasalahan  diidentifikasi dan telah melewati segala tahap-
tahap pengolahan data untuk  menciptakan suatu model permasalahan
untuk dianalisis lebih lanjut. Dalam penelitian  ini obyek yang
dijadikan penelitian adalah perusahaan- perusahaan yang melakukan 
stocksplit sebanyak 13 perusahaan yang dirilis oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada  tahun 2020-2021 setelah dilakukan purposive
sampling untuk di teliti. Tujuan penelitian  ini adalah untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
harga  saham sebelum dan sesudah stock split. 

4.1 Analisis Deskriptif Statistik 

Deskripsi data statistik perusahaan-perusahaan yang

melakukan stock split pada tahun 2020-2021 akan disajikan

dalam analisis ini. 

Tabel 4.1 
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian 
N Minimu m Maximu Mean Std.
m Deviation

Harga Saham Sebelum 13 100 5.700 2.555,54 2.768,5

Harga Saham Sesudah 13 65 42.000 4.210,83 4.565

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa harga


saham sebelum stock  split dengan harga minimum sebesar Rp. 100
dalam hari ke-7 pada PT. Trisula Textile 
Industries Tbk, sedangkan harga saham maximum sebesar Rp. 8950
dalam hari ke-1  pada perusahaan Unilever Indonesia Tbk. Diketahui
harga saham sesudah stock split  dengan harga minimum sebesar Rp.
65 dalam hari ke-4 pada perusahaan Surya Citra  Media Tbk,
sedangkan harga saham maximum sebesar Rp. 42.000 dalam hari ke-3
pada  perusahaan Unilever Indonesia Tbk 
Mean atau nilai rata-rata variabel harga saham sebelum stock
split sebesar  2.555,54 dan harga saham sesudah stock split sebesar
4.210,83. Terjadi kenaikan rata rata harga saham sesudah dilakukan
stock split sebesar 1.655,29. Standar deviasi  sebelum stock split
sebesar 2.768,5 dan standar deviasi sesudah stock split sebesar  4.565.
Terjadi kenaikan standar deviasi harga saham sesudah dilakukan stock
split  sebesar 1.796,5 

4.2 Uji Normalitas Data 

Untuk menentukan alat uji statistik yang tepat bagi hipotesis


yang telah dibuat, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan uji non  parametrik one-sample kolmogorov–
sminorv test untuk masing-masing variabel yang  diteliti. Konsep
dasar uji Kolmogorov Sminorv adalah dengan membandingkan
distribusi  data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi
normal baku. Jadi, sebenarnya uji  Kolmogorov Sminorv adalah uji
beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data  baku. Kriteria
pengujian yang digunakan dengan pengujian dua arah (two tailed
test)  yaitu dengan membandingkan nilai p yang diperoleh dengan
taraf signifikansi yang sudah 
ditentukan. 
1. Nilai sig. atau signifikan probabilitas ditentukan sebesar 0,05
apabila p > 0,05  maka data berdistribusi normal. 
2. Nilai sig. atau signifikan probabilitas ditentukan sebesar 0,05
apabila p < 0,05  maka data tidak berdistribusi normal.
Uji normalitas data likuiditas saham sebelum dan sesudah
pemecahan saham  (stock split) ditunjukkan pada Tabel berikut: 
Tabel 4.2 

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 

A harga saham harga saham 

N 2 2 2 Normal Parameters Mean 2900.0000 2900.0000


a,b

21032.5000 

Std.  
Deviation3959.79797 3959.79797 29652.52287 

Most Extreme  Differences 


Absolute .260 .260 .260 Positive .260 .260 .260 Negative -.260 -.260 -.260 

Test Statistic .260 .260 .260 Asymp. Sig. (2-tailed) . . . a. Test


c,d c,d c,d

distribution is No Normal. 

b. Calculated from data. 

c. Lilliefors Significance Correction. 

d. Significance can not be computed because sum of case weights is less than 5.
4.1 Pengujian Hipotesis 

Setelah melakukan uji normalitas data, maka dilakukan


pengujian statistik untuk  menguji hipotesis. 
Tabel 4.3 

Uji Wilcoxon Signed Ranks Test 

Ranks 

Sum of  
Ranks 

harga saham sesudah - 

Negative  
Mean  Rank 

harga saham sebelum 


Ranks0 .00 .00 Positive Ranks 2 1.50 3.00 Ties 0  
a b c

Total 2 

a. harga saham sesudah < harga saham sebelum 


b. harga saham sesudah > harga saham sebelum 

c. harga saham sesudah = harga saham sebelum 

Pada Tabel 4.3 tampak hasil pengujian hipotesis dengan alat uji Wilcoxon.
Hasil pengujian  menjelaskan bahwa terdapat 0 sampel dengan harga
saham setelah stock split lebih rendah  daripada harga saham sebelum stock
split. Hasil pengujian ini ditunjukkan pada Negative  Ranks. Peringkat rata-
rata pada negative ranks sebesar 0 yang ditunjukkan oleh Mean Rank,  dan
jumlah peringkat sebesar 0 yang ditunjukkan oleh Sum of Ranks. 
Selain itu, hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat 2
sampel dengan harga  saham setelah stock split lebih tinggi daripada
harga saham sebelum stock split. Hasil  pengujian ini ditunjukkan
pada Positive Ranks. Mean ranks pada populasi sasaran yang 
termasuk positive rank sebesar 1,5 dan sum of ranks sebesar 3.
Terdapat 2 sampel  dengan nilai harga saham sebelum dan sesudah
stock split sama atau termasuk dalam  Ties.
Tabel 4.4 
Uji Wilcoxon Test Statistics 

Test Statistics  a

harga saham sesudah - harga saham sebelum 

Z -1.342  
b

Asymp. Sig. (2-tailed) .180 

a. Wilcoxon Signed Ranks Test 

b. Based on negative ranks. 

Berdasarkan hasil dari perhitungan Uji Wilcoxon Signed


Ranks Test, diperoleh  Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 180. Dengan
hasil Asymp. Sig. (18) lebih besar dari α  (0,05), maka hasil
pengujian menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan harga saham 
sebelum dan sesudah dilakukan stock split. Dengan demikian,
hipotesis dalam  penelitian ini dapat dibuktikan, yakni rata-rata harga
saham sebelum stock split tidak berbeda signifikan secara statistik
dengan rata-rata harga saham sesudah stock split. 

4.3 Pembahasan 
Perbedaan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split 

Dari hasil pengujian hipotesis di atas diketahui bahwa tidak terdapat


perbedaan  signifikan harga saham antara sebelum dan sesudah stock
split. Hal ini seimbang  dengan hasil penelitian terdahulu
Kristianiarso (2014), yang menyatakan tidak terdapat  perbedaan
yang signifikan antara harga saham sebelum dan sesudah stock split. 
Terdapat peningkatan mean atau nilai rata-rata harga saham sesudah
stock split, sesuai  dengan Trading Range Theory, yang menyatakan
dengan melakukan pemecahan saham  diharapkan akan semakin
banyak investor yang melakukan transaksi dan meningkatkan  harga
saham. Dengan melakukan stock split, harga suatu saham akan
menjadi murah 
sehingga kemungkinan harga naik menjadi lebih dominan. Tentu saja
ini menjadi nilai  tambah tersendiri bagi para investor saham untuk
membeli saham yang sudah stock  split. Investor yang memegang
saham yang melakukan stock split juga cenderung  diuntungkan,
karena harga saham naik maka kenaikan dari segi persentasi (%)
tentu  menjadi lebih besar dibanding jika saham masih bergerak pada
harga yang lama, karena  tujuan utama dari stock split adalah
menurunkan harga ketika harga dirasa terlalu mahal.  Dengan
menurunnya harga saham akan memiliki daya tarik investor untuk
membeli  saham-saham tersebut, karena harganya jauh lebih murah,
sehingga mudah untuk  mendapatkan capital gain.
BAB 5 
KESIMPULAN DAN SARAN 

5.1 Kesimpulan  

Hasil penelitian pengaruh stock split terhadap harga saham 13 perusahaan


yang dirilis oleh  Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2020-2021 yaitu
stock split tidak berpengaruuh  terhadap harga saham yang terdapat di
BEI.  

5.2 Saran  

1. Bagi investor yang akan mengambil keputusan jual atau beli saham di

Bursa Efek  Indonesia, hendaknya lebih mendalami lagi penyebab

munculnya perbedaan yang  signifikan maupun tidak sebelum dan

sesudah diterapkannya Stock Split. 

2. Bagi para emiten diharapkan lebih meningkatkan kinerja dan nilai

perusahaan  sehingga hal ini akan memicu pandangan para investor


tentang prospekperusahaan  yang baik di masa yang akan datang dan

mengurangi tingkat keraguan para investor untuk  membeli saham

perusahaan tersebut. 

3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi

bagi  penelitian selanjutnya di bidang yang sama pada masa yang

akan datang untuk  dikembangkan dan diperbaiki. Misalnya dengan

memperbanyak sampel penelitian  dan memperpanjang periode

pengamatan. Hal ini diharapkan dapat memberikan  hasil penelitian

yang lebih baik.

Daftar Pustaka 

Indarti, & Purba. (2011). Analisis Perbandingan Harga Saham dan


Volume  Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split. Aset,
57 - 63. 
Irwansyah, M. A. (2013). Analisis Perbedaan Tingkat Harga Pasar Saham,
Return  Saham, dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan
Sebelum dan Sesudah  Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan
yang Melakukan Stock Split Periode  2008-2012). Jurnal Program
Studi Administrasi Bisnis. 
Larasanti, N. N. (2017). Analisis pengaruh pemecahan saham terhadap
harga saham,  dan volume perdagangan saham pada perusahaan
yang terdaftar di bursa efek  Indonesia 2006-2015. [Skripsi].
Yogyakarta (ID): Universitas Sanata Dharma. 

Swari, & Wiksuana. (2015). Analisis kinerja saham sebelum dan sesudah
stock split  pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Jurnal Ekonomii dan  Bisnis. 
Usman, M. (1990). ABC Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Ikatan Sarjana
Ekonomi  Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai