Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat lepas dari

perkembangan pasar modal di Indonesia. Semakin maju dan

berkembangnya pasar modal di Indonesia maka perekonomian akan

terdorong maju dan berkembang. Pasar modal di Indonesia menjadi salah

satu wadah investor menginvestasikan uangnya. Pasar modal merupakan

tempat bertemunya antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan

rugi. Dengan adanya pasar modal maka perusahaan-perusahaan akan lebih

mudah memperoleh dana, sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor

dapat ditingkatkan.

Saham perbankan merupakan saham yang paling diminati karena

sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

stabilitas sistem keuangan dan perekonomian. Keberadaan perbankan akan

berlangsung lama dan akan terus berkembang. Sektor perbankan

membuktikan eksistensinya dalam kinerja dan pencapaian hasil yang

cukup baik. Bahkan beberapa saham perbankan yang go public yang

tercatat di BEI memiliki kenaikan harga yang pesat dan termasuk dalam

kategori saham teraktif yang dapat dilihat pada tabel berikut:

1
2

Tabel 1.1
Saham Teraktif

Sumber: https://www.idx.co.id

Kenaikan harga saham merupakan indikator keberhasilan

perusahaan dalam pengelolaan atau baiknya kinerja suatu perusahaan.

Dengan kenaikan harga saham ini akan menarik minat investor perbankan

untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham. Investor memiliki

motif utama dalam berinvestasi yaitu untuk memperoleh keuntungan dari

dana yang diinvestasikan. Keuntungan dari berinvestasi dalam bentuk

saham adalah capital gain dan dividen. Dalam melakukan investasi dalam

bentuk saham penting bagi investor mengetahui kinerja keuangan

perusahaan go public di Indonesia dan pengaruhnya terhadap harga

sahamnya. Hal ini dilakukan agar investor mendapatkan pengetahuan dan

keyakinan terhadap kemampuan perusahaan untuk terus tumbuh dan

berkembang pada masa yang akan datang.


3

Harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang

berlangsung di bursa efek. Harga saham terjadi sesuai dengan permintaan

dan penawaran pasar. Permintaan saham dipengaruhi oleh ekspektasi

investor terhadap perusahaan penerbit saham. Semakin baik kinerja

keuangan suatu perusahaan akan membuat ekspektasi investor semakin

tinggi. Hal ini mengakibatkan saham tersebut akan semakin diminati dan

harga saham tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya jika kinerja

keuangan suatu perusahaan tidak baik maka ekspektasi investor akan

rendah, sehingga investor tidak berminat berinvestasi pada saham tersebut.

Hal ini membuat harga saham turun.

Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori sinyal yang

menjelaskan tentang bagaimana para investor memiliki informasi yang

sama mengenai prospek perusahaan sebagai manajer perusahaan. Sinyal

yang dimaksud adalah apa saja yang dilakukan manajemen yang akan

memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen

memandang prospek perusahaan. Keterkaitan antara teori sinyal dengan

Earning per Share (EPS) yaitu laba menjadi perhatian investor karena laba

yang dihasilkan perusahaan dapat menggambarkan keberhasilan

perusahaan. Semakin besar laba semakin besar pula kemampuan

perusahaan untuk membagikan keuntungan bagi pemegang sahamnya. Hal

ini dapat meningkatkan permintaan akan saham, sehingga harga saham

pun akan naik. Hasil ini sesuai dengan signalling theory yang memberikan

sinyal baik pada investor. Nilai Price to Book Value (PBV) akan tinggi
4

apabila kinerja perusahaan baik. Hal ini berarti semakin baik kinerja

perusahaan maka rasio Price to Book Value (PBV) akan semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya permintaan akan menyebabkan

harga saham meningkat. Hal ini sesuai dengan signalling theory karena

dapat memberikan informasi positif yang menarik minat investor.

Hubungan teori sinyal dengan Return on Asset (ROA) yaitu apabila nilai

Return on Asset (ROA) meningkat berarti perusahaan mampu

menggunakan aktivanya secara produktif sehingga dapat menghasilkan

keuntungan yang besar. Hal ini dapat dijadikan sinyal untuk para investor

dalam memprediksi seberapa besar perubahan nilai atas saham yang

dimiliki. Return on Equity (ROE) memiliki hubungan dengan teori sinyal

apabila Return on Equity (ROE) meningkat maka dapat diasumsikan

perusahaan mampu menunjukkan efisiensi dalam penggunaan modal

sendiri. Hal ini dapat dijadikan sinyal yang baik bagi para investor untuk

membeli saham.

Darmadji dan Fakhruddin (2012;149) dalam Cahyaningrum dan

Antikasari (2017) menyatakan bahwa dalam analisis sekuritas ada dua

pendekatan yang digunakan yaitu analisis fundamental dan teknikal.

Faktor fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian

saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang

terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu

perusahaan. Hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen

perusahaan. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis


5

yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau

memproyeksi nilai suatu saham. Faktor teknikal merupakan salah satu

metode yang digunakan untuk penilaian saham. Dengan metode ini para

analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik yang

dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan

volume transaksi.

Rasio Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang digunakan

untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham

biasa (Hanum, 2009 dalam Cahyaningrum dan Antikasari, 2017). Jika

jumlah uang yang dihasilkan perusahaan meningkat maka nilai perusahaan

yang ditunjukkan dengan harga saham akan meningkat pula. Earning per

Share (EPS) menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan

kepada para pemegang saham. Semakin tinggi nilai Earning per Share

(EPS) dapat diartikan bahwa semakin besar pula laba yang disediakan

untuk pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum

dan Antikasari (2017), Ningrum dan Suzan (2015), dan Egam, dkk., (2017)

menunjukkan bahwa mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham. Penelitian Watung dan Ilat (2016) pada variabel Earning per

Share (EPS) menunjukkan bahwa mempunyai pengaruh signifikan

terhadap harga saham.

Rasio Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya

(Najmiyah, dkk., 2014 dalam Cahyaningrum dan Antikasari, 2017). Price


6

to Book Value (PBV) juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu

menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang

diinvestasikan. Jika nilai buku suatu perusahaan meningkat maka nilai

perusahaan yang ditunjukkan dengan harga saham akan meningkat pula.

Penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum dan Antikasari (2017) pada

variabel Price to Book Value (PBV) menunjukkan bahwa mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Beliani dan Budiantara

(2015) menunjukkan bahwa variabel Price to Book Value (PBV) tidak

berpengaruh terhadap harga saham.

Rasio Return on Asset (ROA) ini sering digunakan pihak

manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai

kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

perusahaan (Hanum, 2009 dalam Cahyaningrum dan Antikasari, 2017).

Jika perusahaan mendapatkan keuntungan dari penggunaan seluruh aset

(sumber daya) maka nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan harga

saham akan meningkat pula. Penelitian yang dilakukan oleh

Cahyaningrum dan Antikasari (2017) pada variabel Return on Asset

(ROA) menunjukkan bahwa mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham. Penelitian Watung dan Ilat (2016) dan Manoppo,

dkk., (2017) menunjukkan bahwa mempunyai pengaruh signifikan

terhadap harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
7

dilakukan oleh Egam, dkk., (2017) menunjukkan bahwa variabel Return

on Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Rasio Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur tingkat kembali perusahaan atau efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan laba yang merupakan hak dari pemilik

modal (Kabajeh, dkk., 2012 dalam Cahyaningrum dan Antikasari, 2017).

Return on Equity (ROE) dihitung sebagai laba bersih setelah pajak dibagi

dengan total ekuitas pemegang saham. Jika perusahaan mendapatkan

keuntungan dari penggunaan efektivitas modal maka nilai perusahaan

yang ditunjukkan dengan harga saham akan meningkat pula. Penelitian

yang dilakukan oleh Cahyaningrum dan Antikasari (2017), Ningrum dan

Suzan (2015) pada variabel Return on Equity (ROE) menunjukkan bahwa

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Egam, dkk.,

(2017) menunjukkan bahwa variabel Return on Equity (ROE) tidak

berpengaruh terhadap harga saham.

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan ketidakkonsistenan

sehingga perlu penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hal tersebut maka judul

penelitian adalah Pengaruh Earning per Share (EPS), Price to Book Value

(PBV), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) Terhadap

Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI.

1.2 Rumusan Masalah


8

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap harga saham?

2. Bagaimana pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap harga

saham?

3. Bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap harga saham?

4. Bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap harga saham?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Earning per Share

(EPS) terhadap harga saham.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Price to Book Value

(PBV) terhadap harga saham.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Return on Asset (ROA)

terhadap harga saham.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Return on Equity (ROE)

terhadap harga saham.

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan pokok permasalahan yang ada maka batasan masalah

penelitian sebagai berikut:


9

1. Saham yang diteliti adalah saham pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di BEI dan yang menyajikan laporan keuangan secara rutin

selama periode penelitian.

2. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan untuk mengasumsikan

harga saham menggunakan Earning per Share (EPS) yang

diasumsikan sebagai laba yang dihasilkan perusahaan, Price to Book

Value (PBV) yang diasumsikan sebagai nilai ekuitas perusahaan,

Return on Asset (ROA) yang diasumsikan sebagai hasil pengembalian

total aktiva atau total investasi, dan Return on Equity (ROE) yang

diasumsikan sebagai kemampuan perusahaan dalam mengelola

ekuitasnya.

3. Harga saham menggunakan harga saham penutupan setelah publikasi

laporan keuangan.

4. Periode penelitian 2016 sampai dengan 2018.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menjelaskan kontribusi yang diharapkan dari

penelitian dengan mengkategorikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Earning per

Share (EPS), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE)

memberikan informasi kepada investor atas kinerja perusahaan dalam

memperoleh keuntungannya. Nilai perusahaan yang diukur dengan

Price to Book Value (PBV) memberikan informasi kepada investor


10

untuk membandingkan nilai pasar atau harga saham dengan nilai

bukunya. Hasil tersebut memperkuat teori sinyal (signalling theory)

karena memberikan informasi kepada investor tentang baik atau

buruknya perusahaan untuk dijadikan tempat dana investasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai masukan maupun dasar untuk mengevaluasi dan

meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari rasio

keuangan. Rasio keuangan yang baik menunjukkan kinerja

keuangan perusahaan dalam keadaan baik yang dapat menarik

investor untuk menanamkan modal di perusahaan, sehingga

dimungkinkan dapat menambah modal untuk usaha pengembangan

perusahaan dan sebagai bahan informasi dalam pengambilan

keputusan.

b. Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi, bahan pertimbangan, dan pengetahuan mengenai kondisi

kinerja keuangan perusahaan perbankan untuk dijadikan pedoman

investor sebelum investasi dengan tujuan untuk memperkecil risiko

investor yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dalam

pembelian saham di pasar modal.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Cahyaningrum dan Antikasari (2017) meneliti tentang

pengaruh Earning per Share, Price to Book Value, Return on

Asset, dan Return on Equity terhadap harga saham sektor

keuangan. Populasi dari penelitian ini adalah 51 perusahaan sektor

keuangan tahun 2010-2014 yang terdaftar di BEI. Sampel yang

digunakan adalah 47 perusahaan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder

berupa laporan keuangan tahunan yang diperoleh dari ICMD dan

sumber pendukung yang lain. Data dianalisis dengan analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel Earning per Share (EPS), Price to Book Value (PBV),


12

Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) tahun 2010-

2014 mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga

saham.

Ningrum dan Suzan (2015) meneliti tentang pengaruh

Return on Equity (ROE), pertumbuhan penjualan, dan Earning per

Share (EPS) terhadap harga saham studi kasus pada perusahaan

pertambangan batubara periode 2010-2014. Populasi dari

penelitian ini adalah perusahaan pertambangan batubara yang

terdaftar di BEI pada periode 2010-2014. Sampel yang digunakan

adalah 8 perusahaan dengan menggunakan metode purposive

sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dilihat

dari laporan keuangan dan harga saham penutupan. Data yang

digunakan dianalisis menggunakan analisis regresi data panel dan

menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Return on Equity (ROE) dan Earning per

Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

saham, sedangkan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap harga saham.

Beliani dan Budiantara (2015) meneliti tentang pengaruh

Price Earning Ratio dan Price to Book Value terhadap harga

saham perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang

terdaftar di BEI tahun 2009-2012. Sampel dalam penelitian ini


13

adalah 11 perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI tahun 2009-

2012. Penelitian ini menggunakan metode non probability dengan

teknik purposive sampling. Sedangkan instrumen analisis dalam

penelitian ini adalah regresi linier. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel Price Earning Ratio (PER) memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sedangkan Price

to Book Value (PBV) tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap harga saham.

Egam, dkk., (2017) meneliti tentang pengaruh Return on

Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),

dan Earning per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan

yang tergabung dalam indeks LQ45 di BEI periode tahun 2013-

2015. Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan yang

tergabung dalam indeks LQ45 di BEI tahun 2013-2015.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling

yang berjumlah 20 perusahaan. Analisis data dilakukan dengan

analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi linier

berganda menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA) dan Return

on Equity (ROE) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.

Net Profit Margin (NPM) berpengaruh negatif terhadap harga

saham. Earning per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap

harga saham.
14

Watung dan Ilat (2016) meneliti tentang pengaruh Return

on Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan Earning per Share

(EPS) terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di BEI

periode 2011-2015. Populasi penelitian ini adalah 42 bank yang

terdaftar di BEI tahun 2011-2015 dan sampel yang digunakan 7

bank dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode

penelitian ini asosiatif dengan teknik analisis regresi linier

berganda dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA), Net Profit Margin

(NPM), dan Earning per Share (EPS) berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

Manoppo, dkk., (2017) meneliti tentang pengaruh Current

Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA),

dan Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham pada

perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI periode

2013-2015. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food

and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015 sebanyak 15

perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 12

perusahaan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode

judgment sampling yang merupakan bagian dari purposive

sampling. Data yang dianalisis adalah laporan keuangan (neraca

dan laba rugi) tahun 2013-2015, menggunakan teknik analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


15

Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak

berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan Return on Asset

(ROA) dan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

Penelitian sekarang mengacu pada penelitian

Cahyaningrum dan Antikasari (2017). Persamaannya terletak pada

variabel Earning per Share (EPS), Price to Book Value (PBV),

Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) sebagai

variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen.

Perbedaannya penelitian Cahyaningrum dan Antikasari (2017)

menggunakan perusahaan sektor keuangan tahun 2010-2014 yang

terdaftar di BEI sebagai objek penelitian. Sedangkan penelitian

sekarang menggunakan objek penelitian perusahaan perbankan

yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018.

2.1.2 Tinjauan Pustaka

1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Brigham dan Houston (2014;184) dalam Mayangsari

(2018) menyatakan bahwa signalling theory adalah cara

pandang pemegang saham tentang peluang perusahaan dalam

meningkatkan nilai perusahaan di masa yang akan datang, di

mana informasi tersebut diberikan oleh manajemen perusahaan

kepada para pemegang saham. Tindakan tersebut dilakukan

oleh perusahaan guna memberikan isyarat kepada pemegang


16

saham atau investor mengenai manajemen perusahaan dalam

melihat prospek perusahaan kedepannya, sehingga dapat

membedakan perusahaan berkualitas baik dan perusahaan

berkualitas buruk. Laporan perusahaan yang dipublikasikan

dapat digunakan sebagai petunjuk bagi pemegang saham dan

bahan pertimbangan dalam berinvestasi. Minat investor dapat

dipertahankan dengan cara memberikan informasi tentang

perusahaan kepada pemegang saham. Signalling theory

menekankan pentingnya laporan perusahaan yang digunakan

sebagai keputusan investasi (Moeljadi dan Supriyati, 2014

dalam Mayangsari 2018).

Signalling theory merupakan sinyal-sinyal informasi

yang dibutuhkan oleh investor untuk mempertimbangkan dan

menentukan apakah para investor akan menanamkan sahamnya

atau tidak pada perusahaan yang bersangkutan. Informasi

mengenai perubahan harga dan volume saham mengandung

informasi dalam memberikan bukti yang bermanfaat dan dapat

digunakan dalam pengambilan keputusan. Pengumuman

informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan

mempunyai prospek yang baik atau buruk di masa mendatang.

Apabila informasi keuangan memiliki penilaian yang baik

maka informasi yang diterima investor merupakan good news

sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham


17

dan berujung pada perubahan harga saham. Sebaliknya bila

informasi keuangan menunjukkan penilaian buruk maka

informasi yang diterima investor adalah bad news dan

mempengaruhi perdagangan serta harga saham pula.

2. Pasar Modal

Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, pasar modal adalah kegiatan

yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan

efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan efek. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan

utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti

utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak

berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

Menurut Fahmi (2013;55) dalam Jeany, C. dan Tjun

(2016), pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak

khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi

(bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya

akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk

memperkuat modal perusahaan. Menurut Martalena dan

Malinda (2011;2) dalam Fitriani (2016), pasar modal terdiri

dari kata pasar dan modal. Jadi, pasar modal dapat

didefinisikan sebagai tempat bertemunya permintaan dan


18

penawaran terhadap modal, baik dalam bentuk ekuitas maupun

hutang jangka panjang.

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk

berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa

diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham),

reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.

Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan

maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai

sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar

modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan

jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Pasar Modal memiliki

peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar

modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana

bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan

untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor).

Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk

pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan

lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat

untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham,

obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian,

masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai

dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing

instrument. (https://www.idx.co.id)
19

3. Saham

Darmadji dan Fakhruddin (2012;5) dalam Putra, dkk.,

(2013), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan

atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan

atau perseroan terbatas. Menurut Tandelilin (2001;18) dalam

Putra, dkk., (2013), saham merupakan surat bukti bahwa

kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan

saham. Menurut Sunariyah (2006;127) dalam Putra, dkk.,

(2013), saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan

atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh

sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

Menurut Tambunan (2007;1) dalam Putra, dkk., (2013), saham

adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan,

dengan membeli saham suatu perusahaan berarti investor

menginvestasikan modal atau dana yang nantinya digunakan

untuk membiayai operasional perusahaan.

Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar

keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan

salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk

pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan

instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena

saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal


20

seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan

atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut

maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan

perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

(https://www.idx.co.id)

Fahmi (2012;8) dalam Egam, dkk., (2017), pasar modal

ada 2 jenis saham yang paling umum dikenal yaitu:

1. Saham biasa, suatu surat berharga yang dijual oleh suatu

perusahaan yang menjelaskan nilai nominal, di mana

pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat

Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk

menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas)

atau tidak, selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh

keuntungan dalam bentuk deviden.

2. Saham istimewa, adalah suatu surat berharga yang dijual

oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal, di

mana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap

dalam bentuk deviden yang akan diterima setiap kuartal

(tiga bulanan).

4. Harga Saham
21

Harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang

sedang berlangsung di bursa efek (Sunariyah, 2006 dalam

Manoppo, dkk., 2017). Harga saham merupakan faktor yang

sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam

melakukan investasi karena harga saham menunjukkan prestasi

emiten. Harga saham di pasar modal terdiri atas tiga kategori,

yaitu harga tertinggi (high price), harga terendah (low price)

dan harga penutupan (close price). Harga tertinggi atau

terendah merupakan harga yang paling tinggi atau paling

rendah yang terjadi pada satu hari bursa. Harga penutupan

merupakan harga yang terjadi terakhir pada saat akhir jam

bursa.

5. Keuntungan dan Risiko Kepemilikan Saham

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh

investor dengan membeli atau memiliki saham:

1. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang

diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang

dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat

persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika

seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka

pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam

kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan


22

saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai

pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa

dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham

diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah

tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen

saham yang berarti kepada setiap pemegang saham

diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham

yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan

adanya pembagian dividen saham tersebut.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli

dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya

aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya

Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp

3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per

saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital

gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.

Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko,

antara lain:

1. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu

kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari


23

harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan

harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham

tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp

1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan

terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut

sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.

2. Risiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan

bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut

dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham

mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban

perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan

perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan

kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi

secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.

Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka

pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari

likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang

terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang

saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti

perkembangan perusahaan.

Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan

saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi


24

baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan

harga saham terjadi karena adanya permintaan dan

penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga

saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham

tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya

banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham

tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana

perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya

makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan

faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik,

dan faktor lainnya. (https://www.idx.co.id)

6. Analisis Harga Saham

Terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai

saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham

dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-

faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa

akan datang dan menetapkan hubungan variabel-variabel

tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan,

2001;77 dalam Manoppo, dkk., 2017). Analisis teknikal adalah

analisis sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks

saham, harga atau statistic pasar lainnya dalam menemukan


25

pola yang mungkin dapat memprediksi dari gambaran yang

telah dibuat (Akman, 1996;75 dalam Manoppo, dkk., 2017).

7. Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan

angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara

membagi satu angka dengan angka lainnya lainnya (Van

Horne, 2008 dalam Manoppo, dkk., 2017).

8. Earning per Share (EPS)

Earning per Share merupakan perbandingan antara laba

bersih dengan jumlah saham yang beredar (Rahardjo, 2009

dalam Cahyaningrum dan Antikasari, 2017), EPS dihitung

dengan formulasi sebagai berikut:

Laba bersih
Earning per Share =
Jumlah saham yang beredar

9. Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value merupakan perbandingan antara

harga per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham

(Rahardjo, 2009 dalam Cahyaningrum dan Antikasari, 2017),

PBV dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

Harga per lembar saham


Price to Book Value =
Nilai buku per lembar saham

10. Return on Asset (ROA)

Return on Asset merupakan perbandingan antara laba

setelah pajak dengan total aktiva (Rahardjo, 2009 dalam


26

Cahyaningrum dan Antikasari, 2017), ROA dihitung dengan

formulasi sebagai berikut:

Laba setelah pajak


Return on Asset =
Total aktiva

11. Return on Equity (ROE)

Return on Equity merupakan perbandingan antara laba

bersih dengan jumlah modal sendiri (Rahardjo, 2009 dalam

Cahyaningrum dan Antikasari, 2017), ROE dihitung dengan

formulasi sebagai berikut:

Laba bersih
Return on Equity =
Jumlah modal sendiri

2.1.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.1.1Earning per Share (EPS)

(X1)

2.1.2
Price to Book Value (PBV)
(X2)
Harga Saham
(Y)
27

2.1.3 Return on Asset (ROA)

(X3)

2.1.4 Return on Equity (ROE)

(X4)
Sumber: Data peneliti

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut dapat

disimpulkan bahwa Earning per Share (EPS) (X1) berpengaruh

secara parsial terhadap harga saham (Y), Price to Book Value

(PBV) (X2) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham (Y),

Return on Asset (ROA) (X3) berpengaruh secara parsial terhadap

harga saham (Y) dan Return on Equity (ROE) (X4) berpengaruh

secara parsial terhadap harga saham (Y).

2.2 Hipotesis

1. Pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap Harga Saham

Rasio Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang

digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap

lembar saham biasa (Hanum, 2009 dalam Cahyaningrum dan

Antikasari, 2017). Earning per Share (EPS) mengukur perbandingan

antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah
28

saham yang diterbitkan. Nilai Earning per Share (EPS) yang lebih

besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam

menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Semakin

tinggi nilai Earning per Share (EPS) akan semakin menarik minat

investor dalam menanamkan modalnya karena Earning per Share

(EPS) menunjukkan laba yang berhak didapatkan oleh pemegang

saham atas satu lembar saham yang dimilikinya. Berdasarkan

signalling theory jumlah Earning per Share (EPS) yang ditunjukkan

perusahaan dalam laporan keuangan dapat memberikan sinyal good

news kepada para investor. Informasi peningkatan Earning per Share

(EPS) akan diterima pasar sebagai sinyal baik yang akan memberikan

masukan positif bagi investor dalam pengambilan keputusan membeli

saham. Hal ini membuat permintaan akan saham meningkat sehingga

harganya pun akan naik. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil

penelitian dari Cahyaningrum dan Antikasari (2017), Ningrum dan

Suzan (2015), dan Egam, dkk., (2017) yang menemukan bahwa

Earning per Share (EPS) mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham dan penelitian Watung dan Ilat (2016) yang

menemukan bahwa Earning per Share (EPS) mempunyai pengaruh

signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan uraian diatas maka

hipotesisnya adalah:

H1 = Earning per Share (EPS) berpengaruh signifikan positif terhadap

harga saham.
29

2. Pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap Harga Saham

Rasio Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai

bukunya (Najmiyah, dkk., 2014 dalam Cahyaningrum dan Antikasari,

2017). Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan

mampu menciptakan nilai perusahaan terhadap jumlah modal yang

diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio Price to Book Value

(PBV) yang menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan

nilai bagi pemegang saham. Rasio Price to Book Value (PBV) yang

besar menunjukkan bahwa harga saham perusahaan tersebut dinilai

tinggi oleh investor di pasar karena umumnya perusahaan dengan rasio

Price to Book Value (PBV) yang tinggi memiliki kinerja yang baik.

Dalam signalling theory nilai Price to Book Value (PBV) dapat

memberikan good news atau sinyal positif kepada para investor.

Kenaikan nilai Price to Book Value (PBV) dapat dijadikan sinyal bagi

investor bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan dan prospek

yang baik, sehingga mendorong kenaikan harga sahamnya. Pernyataan

tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Cahyaningrum dan Antikasari

(2017) yang menemukan bahwa Price to Book Value (PBV)

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesisnya adalah:

H2 = Price to Book Value (ROA) berpengaruh signifikan positif

terhadap harga saham.


30

3. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham

Rasio Return on Asset (ROA) ini sering digunakan pihak

manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai

kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

perusahaan (Hanum, 2009 dalam Cahyaningrum dan Antikasari,

2017). Return on Asset (ROA) adalah rasio yang mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak

dari total aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. Rasio

ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan

memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.

Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin

efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih

setelah pajak. Berdasarkan signalling theory angka ROA dapat

memberikan sinyal kepada para investor yaitu sinyal good news.

Informasi peningkatan ROA akan diterima pasar sebagai sinyal baik

yang akan memberikan masukan positif bagi investor dalam

pengambilan keputusan membeli saham. Hal ini membuat permintaan

akan saham meningkat sehingga harganya pun akan naik. Pernyataan

tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Cahyaningrum dan Antikasari

(2017) yang menemukan bahwa ROA mempunyai pengaruh positif

dan signifikan terhadap harga saham. Penelitian Watung dan Ilat

(2016) dan Manoppo, dkk., (2017) yang menemukan bahwa ROA


31

mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan

uraian diatas maka hipotesisnya adalah:

H3 = Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan positif terhadap

harga saham.

4. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Harga Saham

Rasio Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang

digunakan untuk mengukur tingkat kembali perusahaan atau efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan laba yang merupakan hak dari

pemilik modal (Kabajeh, dkk., 2012 dalam Cahyaningrum dan

Antikasari, 2017). Return on Equity (ROE) mengukur efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

modal yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan kesuksesan

manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian pada

pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena

memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar kepada pemegang

saham. Berdasarkan signalling theory angka Return on Equity (ROE)

dapat memberikan sinyal kepada para investor yaitu sinyal good news.

Informasi peningkatan Return on Equity (ROE) akan diterima pasar

sebagai sinyal baik yang akan memberikan masukan positif bagi

investor dalam pengambilan keputusan membeli saham. Hal ini

membuat permintaan akan saham meningkat sehingga harganya pun

akan naik. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian

Cahyaningrum dan Antikasari (2017) dan Ningrum dan Suzan (2015)


32

yang menemukan bahwa Return on Equity (ROE) mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan

uraian diatas maka hipotesisnya adalah:

H4 : Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan positif terhadap

harga saham.

BAB III

METODE PENELITIAN
33

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian asosiatif

kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian bertujuan untuk

mengetahui pengaruh antarvariabel (Bahri, 2018;18). Jenis penelitian

tersebut masuk ke dalam golongan penelitian korelasi (asosiatif).

Penelitian korelasi (asosiatif) bertujuan mengetahui hubungan atau

pengaruh antara dua variabel atau lebih. Pembangunan hubungan dan

pengaruh antarvariabel harus didasarkan pada teori (Bahri, 2018;17).

Penelitian ini menguji pengaruh Earning per Share (EPS), Price to Book

Value (PBV), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE)

terhadap harga saham. Earning per Share (EPS), Price to Book Value

(PBV), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) merupakan

variabel yang mempengaruhi, sementara harga saham merupakan variabel

yang dipengaruhi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter. Jenis

data dokumenter adalah jenis data penelitian yang berupa

dokumen-dokumen (Bahri, 2018;80). Dokumen-dokumen yang

digunakan berupa data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka

atau bilangan yang selanjutnya akan diolah oleh peneliti.

3.2.2 Sumber Data


34

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dan

melalui media perantara, berasal dari sumber-sumber yang telah

ada atau data sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain. Data

sekunder berupa dokumentasi perusahaan, baik yang

dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan dan diperoleh dengan

cara teknik dokumentasi (Bahri, 2018;82). Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan yang

dipublikasikan dalam Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock

Exchange) yang diperoleh melalui media website

https://www.idx.co.id.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dan

memenuhi karakteristik tertentu (Bahri, 2018;49). Menurut

Sekaran dan Bougie (2013;262) dalam Bahri (2018;49) populasi

adalah kelompok orang, kejadian, atau hal-hal menarik dan

selanjutnya peneliti ingin menginvestigasi dan membuat opini.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 sejumlah

44 perusahaan.

Tabel 3.1
Daftar Bank di Indonesia Tahun 2016-2018
35

No Kode Bank Nama Bank


1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Argoniaga
2 AGRS PT. Bank Agris
3 ARTO PT. Bank Artos Indonesia
4 BABP PT. Bank MNC Internasional
5 BACA PT. Bank Capital Indonesia
6 BBCA PT. Bank Central Asia
7 BBHI PT. Bank Harda Internasional
8 BBKP PT. Bank Bukopin
9 BBMD PT. Bank Mestika Dharma
10 BBNI PT. Bank Negara Indonesia
11 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia
12 BBTN Bank Tabungan Negara
13 BBYB PT. Bank Yudha Bhakti
14 BCIC PT. Bank JTrust Indonesia
15 BDMN Bank Danamon Indonesia
16 BEKS PT. Bank Pembangunan Daerah Banten
17 BGTG PT. Bank Ganesha
18 BINA PT. Bank Ina Perdana
19 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
20 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
21 BKSW PT. Bank QNB Indonesia
22 BMAS PT. Bank Maspion Indonesia
23 BMRI PT. Bank Mandiri
24 BNBA Bank Bumi Arta
25 BNGA PT. Bank CIMB Niaga
26 BNII PT. Bank Maybank Indonesia
27 BNLI Bank Permata
28 BRIS PT. Bank BRIsyariah
29 BSIM Bank Sinarmas
30 BSWD Bank of India Indonesia
31 BTPN PT. Bank BTPN
32 BTPS PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
33 BVIC Bank Victoria International
34 DNAR PT. Bank Dinar Indonesia
35 INPC Bank Artha Graha Internasional
36 MAYA PT. Bank Mayapada Internasional
37 MCOR PT. Bank China Construction Bank Indonesia
38 MEGA Bank Mega
39 NAGA PT. Bank Mitraniaga
40 NISP PT. Bank OCBC NISP
41 NOBU PT. Bank Nationalnobu
42 PNBN Bank Pan Indonesia
43 PNBS PT. Bank Panin Dubai Syariah
36

44 SDRA PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906


Sumber: https://www.idx.co.id, data diolah, 2020

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil

melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu

(Bahri, 2018;51). Menurut Furchan (2005;193) dalam Bahri

(2018;51) sampel merupakan sebagian dari populasi, atau

kelompok kecil yang diamati. Teknik sampling atau teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel

tidak secara random (non probability sampling) dengan metode

sampel berdasarkan kriteria (purposive sampling). Non probability

sampling adalah teknik pemilihan sampel tidak secara acak

sehingga elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan

yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian (Bahri,

2018;65). Sampel berdasarkan kriteria (purposive sampling)

merupakan teknik pemilihan sampel dengan didasarkan pada

kriteria-kriteria tertentu dengan tujuan untuk memberikan

informasi yang maksimal (Sekaran dan Bougie, 2013;276 dalam

Bahri 2018;66). Teknik pemilihan sampel dengan purposive

sampling dengan kriteria sebagai berikut:

a. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2016-2018 dan telah menyajikan laporan keuangan

secara rutin pada tahun 2016-2018.


37

b. Perusahaan perbankan yang mengalami laba pada tahun 2016-

2018.

c. Perusahaan perbankan yang tidak melakukan pemecahan

saham atau stock split pada tahun 2016-2018.

d. Perusahaan perbankan yang menyajikan laporan keuangan

dalam mata uang rupiah.

e. Perusahaan perbankan yang menyediakan informasi yang

lengkap yang diperlukan dalam penelitian.

Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan maka

dapat dilanjutkan dengan tabel proses seleksi sampel penelitian

sebagai berikut:

Tabel 3.2
Proses Seleksi Sampel

No Kriteria Jumlah
Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1 44
pada tahun 2016-2018.
Perusahaan perbankan yang tidak menyajikan laporan keuangan
2 (5)
secara rutin pada tahun 2016-2018.
Perusahaan perbankan yang telah menyajikan laporan keuangan
  39
secara rutin pada tahun 2016-2018.
Perusahaan perbankan yang tidak mengalami laba pada tahun
3 (12)
2016-2018.
Perusahaan perbankan yang mengalami laba pada tahun 2016-
  27
2018.

Perusahaan perbankan yang melakukan pemecahan saham atau


4 (1)
stock split pada tahun 2016-2018.
Perusahaan perbankan yang tidak melakukan pemecahan saham
  26
atau stock split pada tahun 2016-2018.
Perusahaan perbankan yang tidak menyajikan laporan keuangan
5 0
dalam mata uang rupiah.
38

Perusahaan perbankan yang menyajikan laporan keuangan


  26
dalam mata uang rupiah.
Perusahaan perbankan yang tidak menyediakan informasi yang
6 (3)
lengkap yang diperlukan dalam penelitian.
Perusahaan perbankan yang menyediakan informasi yang
  lengkap yang diperlukan dalam penelitian sekaligus yang 23
menjadi sampel penelitian.
Sumber: Data peneliti diolah, 2020

Setelah dilakukan proses seleksi sampel dengan kriteria dan

pertimbangan diatas maka diperoleh sampel sebanyak 23

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2016-2018 yang menjadi sampel penelitian.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang

telah dipilih oleh peneliti (Bahri, 2018;137).

Berikut definisi operasional variabel pada penelitian yang

mengukur pengaruh Earning per Share (EPS), Price to Book Value (PBV),

Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) terhadap harga

saham, yaitu:

1. Earning per Share (EPS)

Earning per Share (EPS) merupakan pendapatan perlembar

saham atau bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para

pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki dan

digunakan untuk menilai profitabilitas. Menurut Cahyaningrum dan

Antikasari (2017;195), nilai Earning per Share (EPS) dihitung dengan

cara:
39

Laba bersih
Earning per Share (EPS) =
Jumlah saham yang beredar

2. Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value (PBV) merupakan suatu nilai yang dapat

digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham mahal atau

lebih murah dibandingkan saham lainnya pada perusahaan dari satu

kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis yang sama. Menurut

Cahyaningrum dan Antikasari (2017;195), nilai Price to Book Value

(PBV) dihitung dengan cara:

Harga per lembar saham


Price to Book Value (PBV) =
Nilai buku per lembar saham

3. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan tolok ukur kemampuan

perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan

dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.

Menurut Cahyaningrum dan Antikasari (2017;196), nilai Return on

Asset (ROA) dihitung dengan cara:

Laba setelah pajak


Return on Asset (ROA) =
Total aktiva

4. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan

seberapa besar kontribusi modal dalam menciptakan laba bersih.

Menurut Cahyaningrum dan Antikasari (2017;196), nilai Return on

Equity (ROE) dihitung dengan cara:


40

Laba bersih
Return on Equity (ROE) =
Jumlah modal sendiri

5. Harga Saham

Harga saham adalah harga perlembar saham yang berlaku di

pasar modal. Harga saham dapat berubah naik ataupun turun dalam

hubungan waktu yang begitu cepat. Hal tersebut dimungkinkan karena

tergantung permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan

penjual saham.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara mengumpulkan data. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi.

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan

langsung kepada subjek penelitian, serta dokumen yang diteliti dapat

berbagai jenis dan tidak hanya dokumen resmi, bisa berupa buku harian,

surat pribadi, laporan, notulen rapat, dan dokumen-dokumen lainnya.

Dokumen-dokumen penelitian dapat berupa data internal dan data

eksternal. Data eksternal adalah data yang disusun oleh suatu entitas di

luar objek penelitian. Data internal merupakan dokumen yang

dikumpulkan, dicatat, dan disimpan oleh objek penelitian (Bahri,

2018;103-104). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

data internal berupa laporan keuangan perusahaan yang dikumpulkan oleh

peneliti.

3.6 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis


41

3.6.1 Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif atau statistika deduktif

mempelajari tata cara penyusunan dan penyajian data yang

dikumpulkan dalam suatu riset. Tujuannya untuk

mendapatkan gambaran atau mendeskripsikan sekumpulan

data hasil pengamatan sehingga mudah dipahami, dibaca, dan

digunakan sebagai informasi (Bahri, 2018;157).

2. Uji Asumsi Klasik

Dalam analisis regresi terdapat beberapa asumsi yang

harus dipenuhi sehingga persamaan regresi yang dihasilkan

akan valid jika digunakan untuk memprediksi masalah. Model

regresi linier, khususnya regresi berganda dapat disebut

sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi

kriteria Best Linear Unbiased Estiminitor (BLUE). Kriteria

BLUE dapat dicapai bila memenuhi syarat asumsi klasik.

Proses pengujian asumsi klasik dilakukan bersama-sama

dengan proses uji regresi berganda, sehingga langkah-langkah

yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik menggunakan

kotak kerja yang sama dengan uji regresi (Bahri, 2018;161).

Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa model

regresi normal tidak ada heteroskedastisitas, multikolinieritas,


42

autokorelasi serta memastikan bahwa data penelitian yang

diperoleh berdistribusi normal.

Ada empat pengujian asumsi klasik yang harus

dilakukan dalam model regresi linier berganda, yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data merupakan uji distribusi data

yang akan dianalisis, apakah penyebarannya di bawah

kurva normal atau tidak. Pendekatan yang digunakan

untuk menguji normalitas data, yaitu metode grafik dan

metode uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Uji One-

Sample Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi

data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson,

uniform, atau exponential (Bahri, 2018;161-165).

Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansinya

lebih dari 0,05.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

antarvariabel independen (Ghozali, 2016;103 dalam

Bahri, 2018;168). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna

diantara variabel bebasnya. Metode untuk mendeteksi

apakah suatu model regresi mengalami gejala


43

multikolinieritas dalam penelitian ini adalah melihat pada

nilai Variance Inflation Factor (VIF). Hasil perhitungan

nilai VIF < 10 maka model regresi dikatakan baik dan

tidak terjadi gejala multikolinieritas (Bahri, 2018;168-

173).

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota

observasi yang disusun menurut waktu atau tempat.

Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi.

Jika terjadi korelasi, maka disebut problem autokorelasi

(Ghozali, 2011;110 dalam Bahri, 2018;174). Cara untuk

mendeteksi gejala autokorelasi dapat menggunakan uji

run test. Kriteria pengujian adalah nilai signifikansi < 0,05

terjadi autokorelasi dan bila nilai signifikansi > 0,05 maka

tidak terjadi autokorelasi (Bahri, 2018;177).

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah varian residual yang

tidak sama pada semua pengamatan di dalam model

regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas

dalam penelitian ini menggunakan metode grafik (Scatter

Plot). Sumbu X adalah nilai ZPRED (Standardized

Predicted Value) dan sumbu Y adalah nilai SRESID


44

(Studentized Residual). Terjadi heteroskedastisitas jika

ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk

suatu pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit). Tidak terjadi heteroskedastisitas jika seperti

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y (Bahri, 2018;180-183).

3. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda merupakan analisis yang

menghubungkan antara dua variabel independen atau lebih

denan variabel dependen. Tujuan analisis regresi berganda

adalah untuk mengukur intensitas hubungan dua variabel atau

lebih (Bahri, 2018;195). Untuk mengetahui hasil seberapa

besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen

dapat dihitung dengan persamaan regresi berganda sebagai

berikut:

Y =α + β 1 X 1+ β2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + ε

Keterangan:

Y = Harga Saham

α = Konstanta

β 1−β 4 = Nilai Koefisien

X1 = Earning per Share (EPS)

X2 = Price to Book Value (PBV)

X3 = Return on Asset (ROA)


45

X4 = Return on Equity (ROE)

ε = Tingkat Kesalahan

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel independen

terhadap variabel dependen atau dapat pula dikatakan sebagai

proporsi pengaruh seluruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dapat diukur

oleh nilai R-Square atau Adjusted R-Square. Dalam penelitian

ini menggunakan Adjusted R-Square karena variabel

independen lebih dari satu. Nilai koefisien determinasi

berkisar antara 0 – 1. Nilai R2 yang kecil menunjukkan

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen sangat terbatas. Nilai R2 yang mendekati 1

(satu) berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen dan model semakin tepat (Bahri,

2018;192).

3.6.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji statistik t (uji t). Menurut

Bahri (2018;194) nilai t diperoleh pada bagian output koefisien

regresi. Uji statistik t digunakan untuk pengujian hipotesis

pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel


46

dependen. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik t

dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Pengujian dengan perbandingan antara t hitung dengan t tabel

sebagai berikut:

a. t hitung > t tabel maka hipotesis diterima, artinya variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. t hitung < t tabel maka hipotesis ditolak, artinya variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Pengujian tingkat signifikansi 5% (0,05) sebagai berikut:

a. Nilai signifikasi > 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya

variabel independen secara individual tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

b. Nilai signifikasi < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya

variabel independen secara individual dan signifikan

berpengaruh terhadap variabel dependen.


47

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syaiful. 2018. Metodologi Penelitian Bisnis. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Beliani, Maria Makdalena Inge dan M. Budiantara. 2015. Pengaruh Price Earning
Ratio dan Price to Book Value Terhadap Harga Saham Perusahaan
Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012,
JRAMB, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMB Yogyakarta, Vol. 1,
No. 1, Mei 2015, hal. 76-86, ISSN: 2460-1233.

C., Giacinta Jeany dan Lauw Tjun Tjun. 2016. Pengaruh Current Ratio (CR),
Earnings per Share (EPS), dan Price Earnings Ratio Terhadap Harga
Saham Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2014, Jurnal Akuntansi, Vol. 8, No. 1, Mei 2016, hal. 131-
156.

Cahyaningrum, Yustina Wahyu dan Tiara Widya Antikasari. 2017. Pengaruh


Earning per Share, Price to Book Value, Return on Asset dan Return on
Equity Terhadap Harga Saham Sektor Keuangan, Jurnal Economia, Vol.
13, No. 2, Oktober 2017, hal. 191-200.

Egam, Gerald Edsel Yermia, Ventje Ilat, dan Sonny Pangerapan. 2017. Pengaruh
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin
(NPM), dan Earning per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan
yang Tergabung dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode
Tahun 2013-2015, Jurnal EMBA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017, hal. 105-114,
ISSN: 2303-1174.

Fitriani, Ramadhani Srifitra. 2016. Pengaruh NPM, PBV, dan DER Terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman di
Bursa Efek Indonesia, eJournal Administrasi Bisnis, Vol. 4, No. 3, 2016,
hal. 802-814, ISSN: 2355-5408.

Manoppo, Van Ch. O., Bernhard Tewal, dan Arrazi Bin Hasan Jan. 2017.
Pengaruh Current Ratio, DER, ROA, dan NPM Terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Periode 2013-
2015, Jurnal EMBA, Vol. 5, No. 2, Juni 2017, hal. 1813-1822, ISSN:
2303-1174.
48

Mayangsari, Rima. 2018. Pengaruh Struktur Modal, Keputusan Investasi,


Kepemilikan Manajerial, dan Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan
Aneka Industri yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016,
Jurnal Ilmu Managemen, Vol. 6, No. 4, hal. 477-485.

Ningrum, Dini Arvia dan Leny Suzan. 2015. Pengaruh Return on Equity (ROE),
Pertumbuhan Penjualan, dan Earning per Share (EPS) Terhadap Harga
Saham Studi Kasus pada Perusahaan Pertambangan Batubara Periode
2010-2014, e-Proceeding of Management, Vol. 2, No. 3, Desember 2015,
hal. 3287-3294, ISSN: 2355-9357.

Putra, Rofy Dimas, Darminto, dan Zahroh Z.A. 2013. Analisis Pemilihan
Investasi Saham dengan Menggunakan Metode Capital Asset Pricing
Model (CAPM) dan Reward to Variability Ratio (RVAR) sebagai Penentu
Pengambilan Keputusan Investasi Saham, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.
1, No. 2, April 2013, hal 21-30.

Watung, Rosdian Widiawati dan Ventje Ilat. 2016. Pengaruh Return on Asset
(ROA), Net Profit Margin (NPM), dan Earning per Share (EPS) Terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2015, Jurnal EMBA, Vol. 4, No. 2, Juni 2016, hal. 518-529, ISSN:
2303-1174.

Anda mungkin juga menyukai