Anda di halaman 1dari 42

BAHAN PEMBELAJARAN

INDIKATOR
PENGARUH PENJELASAN
EKONOMI
PDB Meningkatnya PDB merupakan Meningkatkan PDB mempunyai pengaruh
sinyal baik (positif) untuk investasi positif terhadap daya beli konsumen shingga
dan sebaliknya dapat meningkatkan permintaan terhadap
produk perusahaan
Inflasi Peningkatan inflasi secara relatif Inflasi meningktakna pendapatan dan biaya
merupakan sinyal negatif bagi perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi
pemodal di pasar modal lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat
dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan menurun.
Tingkat Bunga Tingkat bunga yang tinggi Tingkat suku bunga yang meningkat akan
merupakan sinyal negatif terhadap menyebabkan peningkatan suku bunga yang
harga saham diisyaratkan atas investasi pada suatu saham.
Di samping itu tingkat suku bunga yang
meningkat bisa  juga menyebabkan investor
menarik investasinya pada saham dan
memindahkannya pada investasi berupa
tabungan ataupun deposito
Kurs Rupiah Menguatnya kurs rupiah terhadap Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang
mata uang asing merupakan sinyal asing akan menurunkan biaya impor
positif bagi perekonomian yang bahanbaku untuk produksi dan akan
mengalami inflasi menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku.
Anggarann defisit Anggaran defisit merupakan sinyal Anggaran defisit akan mendorong konsumsi
positif bagi ekonomi yang sedang dan investasi pemerintaj, sehingga dapat
mengalami resesi, tetapi merupakan meningkatkan permintaan terhadap produk
sinyal negatif bagi ekonomi yang perusahaan. Akan tetapi, justru akan
mengalami inflasi meningkatkan jumlah uang beredar dan
akibatnya akan mendorong inflasi
Investasi Swasta Meningkatnya investasi swasta Meningkatnya investasi swasta akan
adalah sinyal positif bagi pemodal meningkatkan PDB sehingga dapat
meningkatkan pendapatan konsumen
Neraca Defisit neraca perdagangan dan Defisit neraca perdanagan dan pembayaran
Perdagangan dan pembayaran merupakan sinyal harus dibiayai dengan menarik modal asing.
Pembayaran negatif bagi pemodal Untuk melakukan hal ini, suku bunga harus
dinaikkan.

Analisi fundamental secara top down

Analisis ekonomi dan Pasar Modal


Tujuan : membuat keputusan alokasi penginvestasian dana
di beberapa negara atau dalam negeri dalam
bentuk saham, obligasi ataupun kas
Analisis Industri
Tujuan : berdasarkan analisis ekonomi dan pasar,
tentukan jenis-jenis industri mana saja yang menguntungkan
dan mana yang tidak berprospek baik
Analisis Perusahaan
Tujuan : Berdasarkan hasil analisis industri,
tentukan perusahaan-perusahaan mana
dalam industri terpilih
yang berprospek
baik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada umumnya semua perusahaan memiliki dua tujuan yaitu tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah memperoleh laba. Sedangkan
tujuan jangka panjang perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang ingin
mencapai tujuan jangka penjang tersebut akan mengambil beberapa keputusan berupa keputusan
investasi, kebijakan dividen, serta keputusan pendanaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:5). Ketiga
keputusan keuangan tersebut merupakan keputusan yang saling berkaitan satu sama lainnya serta
mempengaruhi nilai perusahaan.

Menurut fama (Hasnawati, 2005) tujuan perusahaan yang go public salah satunya adalah
bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Harga saham
digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan harga yang bersedia
dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pemiliknya.
Harga saham dapat dijadikan proksi sebagai nilai perusahaan apabila pasar telah memenuhi
syarat efisien secara informasional. Namun harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan
kesepakatan antara permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair
price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan (Hasnawati, 2005)

Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, di mana satu keputusan keuangan yang diambil akan
mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (fama dan
French dalam Hasnawati, 2005). Dengan demikian memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham dilakukan dengan memaksimumkan nilai perusahaan.

Dalam usaha memaksimumkan nilai perusahaan, manajemen keuangan melakukan tiga


kebijakan yaitu : kebijakan pendanaan, kebijakan investasi dan kebijakan dividen (Hasnawati,
2005). Kebijakan pendanaan adalah kebijakan manajemen keuangan untuk mendapatkan dana
(baik pasar uang maupun pasar modal). Setelah mendapatkan dana, manajemen keuangan akan
menginvestasikan dana yang diperoleh tersebut ke dalam perusahaan. Investasi dilakukan baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Penggunaan dana untuk investasi jangka pendek
dapat terlihat dalam aktiva lacar, sedangkan investasi jangka panjang dapat dilihat dari jenis-
jenis aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menurut Yuliati (1998) kebijakan untuk
menginvestasikan dana disebut dengan kebijakan investasi. Dari hasil investasi baik dalam
bentuk aktiva lancar maupun aktiva tetap diharapkan dapat memberikan keuntungan (selisih
penjualan terhadap semua biaya dan pajak yang dikeluarkan perusahaan). Keuntungan dapat
dikembalikan kepada pemilik dana, atau sebagian ditahan perusahaan untuk menambah dana
yang diperlukan oleh perusahaan. Keputusan atas perlakuan terhadap keuntungan disebut dengan
keputusan dividen. Besarnya keuntungan yang akan ditahan maupun yang dibagi, tergantung
kebutuhan tambahan dari perusahaan. Besarnya kebutuhan dana yang diperlukan tergantung
peluang investasi yang akan diambil perusahaan.

Dari ketiga kebijakan yang harus diambil oleh manjemen, tidak dapat dilakukan secara
independen. Kebijakan pendanaan, kebijakan investasi dan kebijakan dividen tersebut saling
mempengaruhi, sehingga kebijakan manajemen keuangan ditentukan secara simultan. Besarnya
kebutuhan dana yang harus disediakan tergantung besarnya investasi yang akan didanai.
Besarnya keuntungan yang akan dikembalikan kepada pemilik modal, tergantung besarnya dana
yang diperlukan perusahaan. Apabila ketiga keputusan tersebut dapat dilakukan dengan tepat
maka nilai perusahaan akan menjadi maksimum.

Perusahaan yang menjadi sorotan dalam penelitian ini yaitu perusahaan Properti dan Real
Estate. Dimana sektor Properti dan Real Estate merupakan salah satu sektor terpenting di suatu
Negara. Menurut Santoso (2009) Industri Properti dan Real Estate merupakan salah satu sektor
yang memberikan sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian suatu Negara. Hal ini
menandakan bahwa semakin banyak perusahaan yang bergerak dibidang Properti dan Real
Estate mengindikasikan semakin berkembangnya perekonomian di suatu Negara .

Investasi di bidang Properti dan Real Estate pada umumnya bersifat jangka panjang dan
akan bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi serta diyakini merupakan salah satu
investasi yang menjanjikan. Perkembangan sektor Properti dan Real Estate tentu saja akan
menarik minat investor dikarenakan kenaikan harga tanah dan bangunan yang cenderung naik,
Supply tanah bersifat tetap sedangkan demand akan selalu bertambah besar seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk serta bertambahnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal,
perkantoran, pusat perbelanjaan, dan lain-lain.

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan keputusan investasi, keputusan


pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, diantaranya penelitian wijaya dan
wibawa (2010), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, penelitian ini
berhasil memberikan konfirmasi empiris bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan dan
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Apabila perusahaan mampu
memaksimumkan kemampuannya melalui investasi-investasi tersebut dalam menghasilkan laba
sesuai dengan jumlah dana yang terikat, maka dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan
harus merencanakan untuk mengambil kebijakan dividen yang membagikan labanya kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen dari pada menahan labanya dalam bentuk capital gain
karena dengan membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dapat
meningkatkan nilai perusahaan.

Sri Hasnawati (2005) tentang implikasi keputusan investasi, pendanaan dan dividen
terhadap nilai perusahaan di Indonesia. Dengan menggunakan analisis regresi, variabel yang
digunakan adalah keputusan keuangan sebagai variable independen atau eksogen dan yang
digunakan sebagai variabel dependen atau indogen adalah nilai perusahaan. Hasil dari penelitian
ini menyebutkan keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen secara parsial
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Umi Murtini (2008), penelitian ini tentang pengaruh manajemen keuangan terhadap nilai
perusahaan. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa penentuan kebijakan manajemen keuangan
yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan perusahaan , yaitu memaksimumkan nilai
perusahaan dimana idealnya setiap keputusan yang diambil oleh manajemen keuangan akan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan menggunakan analisis regresi, hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan investasi dan kebijakan
pendanaan tetapi diketahui bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.

Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh wijaya dan wibawa (2010).
Penelitian ini menggunakan price book value (PBV) sebagai proksi dari variabel nilai
perusahaan, price earning ratio (PER) sebagai proksi dari variabel keputusan investasi, debt to
equity ratio (DER) sebagai proksi dari variabel keputusan pendanaan dan dividen payout ratio
(DPR) sebagai proksi dari kebijakan dividen. Dalam penelitian ini menggunakan periode
pengamatan selama lima tahun, yakni tahun 2012-2016, sehingga informasi yang didapatkan dari
laporan keuangan diharapkan menghasilkan pengujian penelitian yang lebih akurat.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik melakukan penelitian lanjutan dengan
judul penelitian “PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN
DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN PROPERTI, DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2016”.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang dapat diketahui adanya beberapa perbedaan hasil
penelitian mengenai nilai perusahaan, dimana penelitian wijaya dan wibawa (2010), memberikan
konfirmasi empiris bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dimana hasil ini bertentangan dengan penelitian
Umi Murtini (2008), yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Hasil tersebut juga mendukung penelitian wahyudi dan pawestri (2006) yang
mengemukakan bahwa kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini dirumuskan
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan Properti dan Real Estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?
2. Bagaimana pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan Properti dan Real Estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?
3. Bagaimana pengaruh kebijakan devide terhadap nilai perusahaan Properti dan Real Estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan Properti dan Real
Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan Properti dan
Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan Properti dan Real
Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3.2. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik, diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana tentang pengaruh keputusan
investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi manajemen perusahaan dan
digunakan sebagai alat untuk mengetahui kemajuan perusahaan pada perusahaan
manufaktur.

1.4. Sistematika penulisan


Terdapat tiga pengelompokan bab dalam penulisan proposal penelitian ini, yaitu bab
pendahuluan, bab landasan teori, bab metode penelitian.
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II merupakan bab landasan teori yang menjelaskan tentang landasan teori dan
penelitian terdahulu, karangka pemikiran serta hipotesis.
Bab III adalah metode penelitian yang berisis penjelasan tentang variabel penelitian dan
definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan
metode analisis.

Pembagian Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham.

Setiap akhir periode akuntansi, perusahaan selalu mengeluarkan laporan kinerja keuangannya
dalam bentuk Laporan Keuangan Bulanan, Triwulan, Semester atau Tahunan.

Dari Laporan Keuangan tersebut, investor atau para pemegang saham bisa melihat dan menilai 
kinerja perusahaan.

Apakah kinerjanya semakin baik atau buruk. Selain itu para pemegang saham juga bisa melihat
seberapa besar laba yang dibagikan.

Dan bila ingin mengetahui cara mengukur kinerja keuangan bank baca artikel ini : Beginilah
Cara Menilai Kinerja Keuangan Sebuah Bank.

Lalu bagaimana cara pembagian dividen-nya?

Dividen yang diterima oleh pemegang saham jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham
yang dimiliki.

Ada 3 bentuk pembagian dividen kepada pemegang saham yaitu :

1. Uang Tunai
2. Aktiva (selain kas dan saham sendiri)
3. Saham baru

Yuk kita bahas satu per satu….

# 1. Dividen yang Berbentuk Uang

Pembagian dividen yang sering dilakukan  adalah dalam bentuk uang. Para pemegang saham
akan menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki.

Penerimaan dividen ini dicatat oleh pemegang saham dengan jurnal sebagai berikut :

Kas                                                                  Rp. xx


                    Pendapatan Dividen                             Rp. xx

Bila dalam pembagian dividen disebutkan bahwa dividen yang dibagikan itu sebagian
merupakan pembagian laba dan sebagian lagi merupakan pengembalian modal, dividen seperti
itu disebut dividen likuidasi.

Perusahaan yang membagikan dividen likuidasi biasanya adalah perusahaan-perusahaan yang


akan menghentikan usahanya, misalnya dalam bentuk joint ventures.

Karena perusahaan akan dihentikan maka tidak perlu memperbesar modal. Pemegang saham
yang menerima dividen likuidasi mencatatnya sebagian sebagai penghasilan dan sebagian lagi
sebagai pengembalian modal.

Misalnya perusahaan PT Hebat Banget mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp.


10.000.000,- dengan ketentuan 30% merupakan pembagian laba dan 70% pengembalian modal.

Pak Agus seorang pemegang saham dari perusahaan PT Hebat Banget menerima dividen sebesar
Rp. 1.000.000.
Penerimaan dividen ini dicatat dalam pembukuan Pak Agus dengan jurnal sebagai berikut :

Kas                                                                  Rp. 1.000.000
     Pendapatan Dividen Penanaman modal dalam saham  Rp. 300.000
     PT Hebat Banget                                                                  Rp. 700.000

Dengan adanya jurnal di atas berarti saldo rekening Penanaman Modal dalam Saham PT Hebat
Banget berkurang sebesar Rp. 700.000.

#2.  Dividen yang Berbentuk Aktiva (Selain Kas dan Saham Sendiri)

Dividen yang dibagikan kadang-kadang tidak berbentuk uang tunai tapi berupa aktiva seperti
saham perusahaan lain atau barang-barang hasil produksi perusahaan yang membagi dividen
tersebut.

Pemegang saham yang menerima dividen seperti ini mencatat dalam pembukuannya dengan
jumlah sebesar harga pasar yang diterimanya.

Misalnya Pak Budi menerima pembagian dividen dari PT Hebat Banget berbentuk saham PT
Hebat Jaya sebanyak 30 lembar.

Pada saat pembagian tersebut harga pasar saham PT Hebat Jaya sebesar Rp. 10.000.

Penerimaan dividen ini dicatat oleh Pak Budi dengan jurnal sebagai berikut :

Penanaman Modal Dalam Saham PT Hebat Jaya    Rp. 300.000


                    Pendapatan Dividen                                                  Rp. 300.000

#3. Dividen Saham (Stock Dividen)

Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi saham tersebut disebut
dividen saham.

Bagi pemegang saham dividen seperti ini berarti penambahan jumlah lembar saham tanpa ada
pengeluaran baru.

Jadi jumlah lembarnya bertambah tapi harga perolehannya tetap.

Saham yang diterima sebagai dividen bisa berbentuk saham yang sama dengan yang dimiliki
atau saham jenis yang lain.

Apabila dividen saham yang diterima itu sejenis dengan saham yang dimiliki berarti jumlah
lembarnya bertambah banyak sedangkan harga perolehannya tetap, dalam artian tidak ada
kenaikan nilai buku.

Dividen saham seperti ini tidak dibuat jurnal tapi hanya MEMO untuk menunjukkan kenaikan
jumlah lembar saham.

Penjualan saham sesudah adanya penerimaan dividen saham akan dibebani dengan harga pokok
saham yang baru.

Misalnya Pak Agus pada bulan Agustus 2015 membeli 100 lembar saham biasa dari PT Hebat
Makmur dengan harga Rp. 900.000,-

Pada bulan Desember 2015 diterima dividen saham biasa 50%.

Pada bulan Januari 2016 dijual 20 lembar saham dengan harga Rp. 170.000,-
Transaksi-transaksi tersebut di atas akan dicatat dalam pembukuan Pak Agus dengan jurnal
sebagai berikut :

Agustus 2015:

  Penanaman Modal dalam Saham Biasa                      Rp. 900.000


                    Kas                                                                             Rp. 900.000,-

  Desember 2015:

MEMO :

Diterima 50 lembar saham biasa sebagai dividen, jumlah saham dan harga pokoknya menjadi:

100 lembar + 50 lembar = 150 lembar

Harga pokok per lembar = Rp 900.000,- : 150 = Rp. 6.000,-

Januari 2016 :

  Kas                                                                   Rp. 170.000,-


      Penanaman Modal Dalam Saham Biasa                     Rp. 120.000
      Laba Penjualan Saham                                              Rp.   50.000

Perhitungan :

Bila dividen saham yang diterima berupa saham yang berbeda dengan saham yang dimiliki maka
harga pokok saham saham yang dimiliki dibagikan kepada tiap macam saham dengan dasar nilai
relatifnya.

Misalnya Pak Tino memiliki 50 lembar saham biasa PT Hebat Jaya nominal Rp 10.000,- per
lembar, dibeli dengan harga Rp. 750.000.

Pada bulan Desember 2015 diterima dividen saham prioritas sebanyak 25 lembar dengan nilai
nominal Rp. 5.000,- per lembar.

Pada saat penerimaan dividen harga pasar saham biasa Rp. 14.000,- per lembar dan saham
prioritas Rp. 4.000,-  per lembar.

Pembagian harga pokok saham dan pencatatan penerimaan dividen sebagai berikut :
Jurnal :

Penanaman Modal Dalam Saham Prioritas               Rp. 93.750,-


          Penanaman Modal Dalam Saham Biasa                    Rp. 93.750,-

Dividen saham yang diterima bila merupakan pengganti dari dividen tunai dicatat sebagai
pendapatan dividen.

Jadi harga pokok saham yang dimiliki tidak berkurang dan harga pokok per lembar  juga tidak
berubah.

Rekening Pendapatan Dividen dikredit dengan harga pasar saham yang diterima.

Misalnya diterima 25 lembar saham prioritas sebagai ganti dari dividen uang  dengan nominal
Rp. 5.000 per lembar dan harga pasar Rp. 4.000 per lembar.

Jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan dividen di atas adalah sebagai berikut :

Penanaman Modal Dalam Saham Prioritas         Rp 100.000


          Pendapatan Dividen                                                Rp. 100.000

Apabila saham dimiliki itu terdiri dari beberapa kali pembelian dengan harga yang berbeda-beda
maka penerimaan dividen saham harus dihubungkan dengan masing-masing pembelian tersebut.

Dengan cara ini harga pokok baru untuk saham yang dimiliki dapat ditentukan.

Misalnya saham PT Hebat Makmur yang dimiliki oleh Pak Budi adalah sebagai berikut :

PT Hebat Makmur mengumumkan dividen saham sebesar satu lembar saham untuk tiap-tiap 5
lembar saham yang dimiliki.
Memo yang dibuat oleh Pak Budi untuk menunjukkan perubahan jumlah lembar dan harga
pokok per lembar sebagai berikut :

Diterima dividen saham sebanyak 32 lembar dari PT Hebat Makmur, yaitu 1 lembar untuk 5
lembar saham yang dimiliki.

Jumlah lembar dan harga pokok per lembar sekarang menjadi sebagai berikut :

Harga pokok saham per lembar untuk masing-masing pembelian perlu dihitung karena akan
menentukan laba atau rugi pada waktu sahamnya dijual.

Misalnya dijual 60 lembar saham dari pembelian ke-3 maka harga pokok yang diperhitungkan
adalah Rp. 675.000.

Pembebanan harga pokok saham pada waktu saham-saham dijual dapat menggunakan cara
MPKP (Masuk Pertama Keluara Pertama), rata-rata tertimbang, atau MTKP (Masuk Terakhir
Keluar Pertama).

Dividen adalah bagian dari laba perusahaan yang di bayarkan kepada para pemegang saham,
sesuai dengan banyaknya saham yang dimiliki. Pemberian dividen di lakukan jika sudah
mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen sendiri tidak semata –
semata bisa di berikan kepada para pemegang saham. Jika ingin mendapatan dividen, para
penanam modal harus memegang saham dalam waktu yang relatif lama yaitu  hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang
berhak mendapatkan dividen. Deviden ini juga memiliki beberapa jenis, yaitu seperti berikut ini:

1. Dividen tunai
Jenis dividen tunai adalah yang paling umum dibagikan kepada pemegang saham. Cara
pembayarannya adalah secara tunai. Sehingga, hal ini lebih disenangi oleh para pemegang
saham. Terkadang perusahaan public membayarkan dividen ini secara berkala. Antara dua
sampai empat kali dalam 1 tahun. Selain itu, dividen ini biasanya akan dikenai pajak sesuai
dengan hukum yang berlaku pada tahun pengeluaran.

2. Dividen saham
Sesuai dengan namanya, dividen saham ini dibayarkan dalam bentuk saham. Dividen ini sering
di manfaatkan oleh perusahaan jika perusahaannya kekurangan uang kas. Pembagian dividen
jenis stock biasanya diberikan secara merata bagi semua pemegang saham. Dengan demikian,
para pemegang saham akan menerima saham lebih banyak setelah mendapatkan dividen saham
ini.

3. Dividen properti
Dividin properti ini dibagikan dalam bentuk aset/barang. Tidak dengan tunai ataupun saham.
Jenis pembagian dividen ini jarang dilakukan oleh prusahaan. Karena akan lebih sulit
perhitungannya. Biasanya perusahaan melakukannya karena uang tunai yang ada di perusahaan
sudah terlanjur tertanam dalam investasi perusahaan lain.

4. Dividen skrip
Dividen Skrip dibayarkan dalam bentuk surat janji hutang. Perusahaan akan membayarkan pada
waktu dan jumlah tertentu sesuai dengan surat janji hutang. Dan biasanya surat ini akan
dikenakan bunga sampai dengan uang tersebut dibayarkan kepada pemilik saham. Pembayaran
dengan jenis ini bisa saja terjadi karena kurangangnya persediaan uang tunai dalam perusahaan.
Sehingga, akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang
surat.

5. Dividen likuidasi
Dividen likuidasi bisa diartikan sebagai pengembalian modal. Hal ini bisa saja terjadi karena
perusahaan mengalami kebangkrutan. Namun, hal ini hanya berlaku jika perusahaan tersebut
masih memiliki sedikit sisa kekayaannya. Jika tidak ada yang tersisa, maka pemegang saham
tidak akan mendapat apa-apa.

Manajemen Keuangan ( deviden )

2.1 Pengertian Deviden

Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah lembar
yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang
diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya.. Deviden akan diterima oleh
pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi deviden
tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan deviden.
Deviden merupakan hak pemegang saham ( common stock) , untuk mendapatkan bagian dari
keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan dalam bentuk deviden
semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama. Namun pembagian deviden untuk pemegang
saham preferen lebih diutamakan dari pembagian deviden pemegang saham biasa.

Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan dari
pembagian deviden, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk kepentingan
kesejahteraan pemegang saham.

Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :

1.      Dividen Kas

Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalah dividen kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan
perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang yang ada
mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.

2.      Dividen Aktiva Selain Kas ( Property Dividends )

Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh PT, barang
dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar
harga pasar aktiva tersebut

3.      Dividen Utang ( Scrip Dividends )

Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi
saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan PT akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji
tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.
4.      Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pembagian modal. Apabila perusahaan
membagi dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah
pembagian laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para pemegang saham bisa
mengurangi rekening investasinya.

5.      Dividen Saham


Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para
pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.

2.2 Kebijakan Deviden

Kebijakan deviden merupakan  bagian yang  tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan
ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Ada beberapa
pendapat tentang pengambilan keputusan atau kebijakan deviden, antara lain sebagai berikut :

1.      Pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory)

Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller, yang memberikan argumentasi bahwa pembagian
laba dalam bentuk deviden tidak relevan dengan peningkatan kemakmuran atau kekayaan pemegang
saham. Karena deviden pay out ratio hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan
perusahaan, nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba atau kebijakan investasi.

2.      Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory)

Deviden adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi oleh kebijakan
deviden.

Selain itu ada teori tentang kebijakan deviden yang dikemukakan oleh Brigham (1989), beliau
menyatakan bahwa dalam kebijakan deviden terdapat 3 teori :

1. Deviden irrelevance theory,

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak merupakan pengaruh terhadap nilai
perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen (dividends
irrelevance theory) ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (2001). Mereka berpendapat bahwa
nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko
bisnisnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh
aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan.
Keon et. al (2000) menyatakan bahwa pada teori ketidakrelevanan dividen, tak ada hubungan antara
kebijakan dividen dan nilai saham. Satu kebijakan dividen sama bagusnya dengan lainnya. Secara
agregat investor hanya mementingkan pengembalian total keputusan investasi, tak peduli apakah
pengembalian berasal dari perolehan modal atau pendapatan dividen.
2. Teori Bird in The Hand

Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menundanya untuk
direalisir dalam bentuk “capital gain” nanti. Tarif pajak untuk “capital gain” memang sering lebih rendah
daripada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena
dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila
ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset. Teori ini dianut oleh Myron Bordon dan
John Lintner (Husnan, 1993).

3. Tax preference theory

Suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap deviden dan capital gains maka para
investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan :
a)      Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena
itu investor yang  kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di
dalam perusahaan.

b)      Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya  nilai efek waktu, satu
dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada
satu dolar yang dibayarkan hari ini.

c)      Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali  tidak ada pajak
keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal.

Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :

 Jika manajemen percaya bahwa deviden irrelevence theori dari modigliani dan Miller ( M-M) itu
benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya deviden yang harus dibagikan.
 Jika perusahaan menganut Bird In The Hand Theory, maka perusahaan harus membagi selurus
EAT ( Earning After Tax ), dalam bentuk deviden.
 Sedangkan jika perusahaan lebih cenderung  mempercayai Tax Preference Theory , maka
perusahaan harus menahan seluruh keuntungan.
Selain pendapat tentang kebijakan deviden ada beberapa factor-faktor yang memepengaruhi
kebijakan deviden. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden adalah sebagai berikut

1.      Kebutuhan dana bagi perusahaan

Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar
deviden. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya
(semua proyek investasi yang menguntungkan) baru sisanya untuk pembayaran deviden.

2.      Likuiditas perusahaan

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan deviden. Karena
deviden merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas
perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Apabila
manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar
mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar deviden dalam
jumlah yang besar.

3.      Kemampuan untuk meminjam

Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini juga
merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi.
Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan
pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.

4.      Pembatasan dalam perjanjian hutang

Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar
hutangnya.

5.      Pengendalian Perusahaan

Apabila suatu perusahaan membayar deviden yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan
modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi
yang menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok
pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang
mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh jumlah saham yang beredar.

2.3 Alternatif Pembayaran Deviden

Perusahaan harus memutuskan berapa besarnya keuntungan yang ditahan dan berapa besarnya
yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Keputusan ini penting karena
menyangkut tanggung jawab terhadap pemegang saham yang telah menanamkan dananya dan juga
terhadap pertumbuhan perusahaan.

Ada tiga macam alternatif pembayaran dividen:

a. Divident pay out yang konstan.

Divident pay out yang konstan merupakan penetapan pembagian rasio yang tetap terhadap keuntungan
yang didapat perusahaan. Berapapun keuntungan yang diperoleh persentase keuntungan yang
dibagikan selalu sama. Sebagai akibat maka jumlah uang yang dibayarkan akan berbeda tergantung pada
keuntungan yang diperoleh.

b. Jumlah yang stabil.

Kebijakan ini akan menyebabkan perusahaan membayarkan jumlah yang tetap untuk beberapa periode.
Pembayaran ini akan dinaikan apabila perusahaan merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat
dipertahankan untuk periode selanjutnya. Perusahaan juga tidak akan melakukan penurunan dividen
sampai benar-benar terbukti bahwa perusahaan tidak sanggup lagi membayarkan.

c. Jumlah yang kecil ditambah dividen ekstra.


Perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil dan apabila ada keuntungan yang melonjak
maka pada akhir periode perusahaan menambahkan dividen extra. Tujuan manajemen melakukan hal
ini adalah untuk menghindari konotasi dividen permanen.

2.4 Pertimbangan dalam menentukan deviden pay out ratio

Dividend payout ratio adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham sebagai “cash dividend”. Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara
dividend per share dengan earning per share pada periode yang bersangkutan Di dalam komponen
dividend per share terkandung unsur dividen, sehingga jika semakin besar. dividend yang dibagikan
maka semakin besar pula dividend payout rationya. Pembagian dividen yang besar bukanya tidak
diinginkan oleh investor, tetapi jika dividend payout ratio lebih besar dari 25% dikuatirkan akan terjadi
kesulitan likuiditas keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

Banyak perusahaan berusaha untuk mempertahankan dividend payout ratio, pendapatan yang
diinginkan untuk suatu periode yang panjang, artinya terdapat target dividend payout ratio untuk jangka
panjang atau mempertahankan pendapatan. Hasilnya, dividen biasanya dipertahankan pada jumlah
konstan dan dinaikkan hanya jika manajer yakin bahwa relatif mudah untuk mempertahankan kenaikan
pembayaran tersebut di masa depan.

Dalam pembayaran dividen oleh emiten, maka emitan selalu akan mengumumkan secara resmi
jadwal pelaksanaan pembayaran deviden. Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran
dividen adalah sebagai berikut :

 Tanggal Pengumuman (Declaration Date)

Yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian
divisi.

 Tanggal Cum Dividen (Cum Dividend Date)

Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan
dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.

 Tanggal Pencatatan Dalam Daftar Pemegang Saham (Date of Record)

Tanggal dimana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik atau
emiten sehingga ia mempunyai hak yang diperuntukkan bagi pemegang saham.

 Tanggal ex. Dividen (Ex. Dividend Date)

Tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, jangka
waktunya adalah 4 hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.

 Tanggal Pembayaran (Payment Date)


Tanggal dimana pemegang saham dapat mengambil dividen sesuai dengan dividen yang diumumkan
oleh emiten.
Ada beberapa faktor-faktor yang  memepengaruhi kebijakan devident payout rasio(DPR). pada
perusahaan manufaktur yang telah go public. . Yaitu arus kas, profitabilitas, growt ( pertumbuhan
perusahaan ) dan size ( ukuran perusahaan ).

1. Arus Kas

Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Kas yang dimaksud terdiri dari saldo kas
dan rekening giro. Dengan demikian laporan arus kas merupakan catatan yang melaporkan sumber-
sumber utama penerimaan kas perusahaan serta penggunaan (pengeluaran) utama pembayaran kasnya
untuk satu periode. Laporan arus kas harus disusun perusahaan sesuai persyaratan dalam pernyataan
dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan
keuangan setiap dalam pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak
terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan
dalam aktivitas penghasil pendapatan utama (revenue producing activities). Perusahaan membutuhkan
kas untuk melaksanakan usaha, melunasi kewajiban dan untuk membagikan deviden kepada para
investor.

Hubungan Arus Kas Terhadap Deviden Payout Ratio.

CP adalah cash position atau posisi kas yang merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after tax.
Bagi emiten yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar kemampuannya untuk
membayar deviden. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen
sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan deviden. Deviden merupakan
cash out flow dengan demikian makin kuatnya posisi kas perusahaan akan makin besar kemampuannya
untuk membayar deviden.

Arus kas adalah pergerakan ataupun aliran kas atau yang setara dengan kas, baik aliran kas masuk
maupun aliran kas keluar dari suatu perusahaan dan mencakup transaksi kas yang dimasukan dalam
penentuan laba bersih (Manurung, 1998). Laporan arus kas dinilai banyak memberikan informasi
tentang kemampuan emiten dalam mendapatkan laba dan likuiditas dimasa yang akan datang. Laporan
aruskas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu emiten
pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi
pembiayaan dan investasi.

PSAK No. 2 menyatakan bahwa tujuan arus kas adalah memberikan informasi tentang arus kas suatu
emiten berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan emiten untuk menggunakan
arus kas tersebut. Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa arus kas mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.

Ha1 : Arus kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.

2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat
menjalankan operasinya. Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after tax dengan
Total assets. profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam
menghasilkan profit untuk setiap assets yang ditanam.
Hubungan Profitabilitas Terhadap Deviden Payout Ratio.

Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan asset
perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after tax dengan Total Assets. Profitabilitas
adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. Faktor ini juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan deviden. Deviden adalah laba bersih
yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh
keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah
perusahaan memenuhi kewajiban - kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu deviden
yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempenengaruhi deviden payout ratio. Perusahaan yang
semakin besarkeuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden.
Dengan kata lain semakin besar keuntungannya yang diperoleh maka akan semakin besar
kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar deviden.

Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal.

Tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang
berkepentingan dengan.

laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi
manajemen, penggunaan angka, laba historis untuk membantu meramalkan keadaan sebagai
pengukuran keberhasilan serta pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.

Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan antara lain, sebagai berikut :

1)      Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan  dalam tingkat
kembalian.

2)      Pengukur prestasi manajemen

3)      Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak

4)      Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara

5)      Dasar kompensasi dan pembagian bonus

6)      Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan

7)      Dasar kenaikan kemakmuran

8)      Dasar pembagian dividen


Salah satu konsep perilaku adalah kemampuan ramal. Laba bersih selama periode berguna untuk
meramalkan laba operasi perusahaan yang akan datang, jika faktor-faktor lainnya ikut dipertimbangkan
para investor mungkin tertarik dalam meramalkan laba atau dividen.

Fisher dan Bedford (Anis Chairiri dan Imam Ghozali, 2001) menyatakan bahwa pada dasarnya ada 3
konsep laba yang umumdibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Konsep laba tersebut ialah :

1.      Pysical Income, yang menunjukkan konsumsi barang atau jasa yang dapat memenuhi kepuasan dan
keinginan individu.

2.      Real Time, yang menunjukkan kenaikkan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan oleh kenaikan
cost of living.

3.      Money Income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber ekonomi yang digunakan untuk
konsumsi dengan biaya hidup (cost of living)

Laba terutama dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : harga jual produk, biaya dan volume penjualan. Biaya
menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi
volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume
produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain (Mulyadi, 1993:223).

Pembayaran dividen sangat bergantung pada laba yang diperoleh perusahaan. Dividen dibayarkan
kepada para pemegang saham atas daar laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan kata lain, dividen
hanya dapat dibayarkan kepada para pemegang saham jika perusahaan memperoleh laba pada tahun
yang bersangkutan. Kepemilikan saham minoritas baru dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran
dividen jika perusahaan tersebut memperoleh laba. Dengan demikian, pengaruh dari kepemilikan saham
minoritas sangat. bergantung dengan perolehan laba perusahaan. Sutrisno (2000) menyatakan bahwa
laba dan kepemilikan saham merupakan determinan dividend payout ratio, namun hasil penelitiannya
menemukan bahwa laba dan kepemilikan saham yang diuji secara terpisah (bukan interaksi) dengan
menggunakan structural equation modeling menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Kepemilikan saham
dapat mempengaurhi kebijakan pembayaran dividend kontinjen terhadap laba yang diperoleh
perusahaan. Oleh karen aitu, interaksi antara laba yang dilaporkan dan kepemilikan saham minoritas
akan mempengaruhi dividend payout ratio.

Namun hasil penelitian Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio .

Ha2 : Profitabilitas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio

3. Growth

Growth menunjukan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktifitas
operasional perusahaan.theory free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986)
menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang tinggi memiliki free cash flow
yang rendah karena sebagian dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai
NVP positif. Manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai
untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang labih baik dalam
pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan (Charitou dan Vafeas ,1998 ) menurut teori residual
devidend, perusahaan akan membayar devidennya jika hanya tidak memiliki kesempatan investasi yang
menguntungkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara
pertumbuhan dan pembayaran deviden.
Hubungan growth terhadap deviden payout.

Growth menunjukan pertumbuhan asset, perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang tinggi
memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian dana yang ada digunakan untuk investasi pada
proyek yang memiliki nilai NVP positif. sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
negatif antara pertumbuhan dan pembayaran deviden.

H3 : growth mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap Deviden Payout Ratio

4. Size

Size adalah simbol ukuran perusahaan. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan besar memiliki
akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan
aksesibilitas ke pasar modal merupakan fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan
hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki ratio
pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.
Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Deviden Payout Ratio.

Size perusahaan didefinisikan sebagai total aktiva perusahaan dan dioperasionalisasi sebagai logaritma
total aktiva (LnTA). Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan bebar memiliki
akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan
aksesibilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut
memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Gugler dan Yurtogul
(2001) menemukan bahwa dividend payout ratio dipengaruhi secara negatif oleh size perusahaan.
Semakin besar ukuran perusahaan cenderung mengurangi pembagian dividenya. Kemungkinan hal ini
disebabkan karena pada perusahaan besar, manajemen mampu memanfaatkan cash flow untuk
kepentingan pribadi karena pemegang saham tidak mampu mengendalikan perilaku manajemen. Selain
itu juga Size adalah symbol ukuran perusahaan Proxy ini dapat ditemukan melalui log natural dari total
assets (Ln TA) tiap tahun. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar
memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan
aksesibilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut
memiliki rasio pembayaran deviden yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.Ukuran perusahaan
diwakili oleh Log Natural (LN) dari total assets tiap tahun. Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa
Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.

Ha4 : Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh positif yang sinifikan terhadap Deviden Payout Ratio.

2.5 Stock Deviden


Stock Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk
saham-saham yg dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri (M. Munandar 1983: 314). Di Indonesia saham
yg dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham
mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham
dapat berupa saham yang jenis sama maupun yang jenis berbeda.

2.6 Stock Split

Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil.
Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan
nilai nominal saham. Definisi stock split menurut Abdul Halim (2005:97) adalah pemecahan jumlah
lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih
rendah per lembar sahamnya secara proporsional. Tujuan dilakukan pemecahan saham adalah untuk
menjaga harga agar saham tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak
diperdagangkan. Dengan pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan sahamnya dengan
saham baru yang memiliki nilai nominal lebih rendah. Sebab jika batas waktu penukaran yang
ditetapkan terlampaui, maka saham dengan nilai nominal lama tidak bisa diperdagangkan di bursa.
Sedangkan menurut Irham & Yovi (2009: 106) stock split adalah peningkatan jumlah saham beredar
dengan mengurangi nilai nominal saham; misalkan nilai nominal satu saham dibagi menjadi dua,
sehingga terdapat dua saham yang masing-masing memiliki nilai nominal setengah dari nilai nominal
awal.

Dengan adanya pemecahan saham maka nilai pari atau nilai yang ditetapkan menjadi berubah
tetap dilain pihak jumlah lembar saham yang beredar bertambah pula. Oleh karena itu jumlah nilai pari
atau nilai yang ditetapkan secara keseluruhan tidak mengalamiperubahan.Salah satu alasan perseroan
melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga pasar saham¬-sahamnya. Hal ini terjadi apabila
perseroan tidak menghendaki harga pasar yang terlalu tinggi, sebab hal ini dapat mengurangi minat para
investor terhadap saham yang dikeluarkan perseroan yang bersangkutan. Stock split yang dilakukan oleh
perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua (two for one stock) dimana setiap
pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk setiap lembar saham yang dipegang
sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. Begitu
juga jika dilakukan stock split atas dasar satu jadi tiga (three for one stock), pemegang saham akan
menerima tiga lembar saham untuk setiap satu lembar saham yang dimiliki sebelumnya, nilai nominal
saham baru adalah sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya.

Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan, yaitu

1.      Split up (pemecahan saham naik)

Adalah penurunan naik nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar
yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 3:1. Pada awalnya nilai nominal
per lembar saham sebelum melakukan stock split sebesar seribu lima ratus rupiah, maka setelah
dilakukan split up dengan perbandingan 3:1, nilai nominal per lembar saham yang banx adalah lima
ratus rupiah, sehingga awalnya satu lembar menjadi tiga lembar.

2.      Split down (pemecahan saham turun)

Adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan berkurangnya jumlah lembar
saham yang beredar. Misalnya split down dengan faktor pemecahan 1:3 yang merupakan kebalikan dari
split up. Awalnya nilai nominal per lembar saham seribu rupiah, kemudian dilakukan split down dengan
perbandingan 1:3, maka nilai nominal per lembar saham baru adalah tiga ribu rupiah dan jumlah lembar
saham yang pada awalnya tiga lembar saham menjadi satu lembar saham.

Hal-hal yang perlu diketahui oleh pemegang saham/investor sehubungan dengan pemecahan

saham Abdul Halim (2005: 97):

1. Rasio pemecahan saham yaitu perbandingan jumlah saham baru terhadap saham lama.

2. Tanggal terakhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di bursa.

3. Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal baru di bursa.

4. Tanggal terakhir dilakukannya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal lama.

5. Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal baru dan distribusi saham

dengan nilai nominal baru ke dalam rekening efek perusahaan efek/bank kustodian di KSEI.  

Zidny Rahmawati (2005:37)  menyatakan bahwa stock split adalah pemecahan nilai nominal

saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham akan meningkat

proposional dengan penurunan nilai nominal saham.

Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Purwo Adi Wibowo (2004;4) menyatakan bahwa

stock split merupakan kebijakan perusahaan yang go publik (emiten) yang melakukan perubahan

terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan faktor

pemecah (split factor).

Marwata (2001) definisi stock split adalah memecahkan selembar saham menjadi n lembar

saham. Pemecahan saham mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar tanpa

transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Harga per lembar saham adalah sebesar 1/n dari

harga sebelumnya.

Adapun menurut Brigham & Houston (2006), pemecahan saham adalah tindakan  yang diambil

oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham beredar, seperti menggandakan

jumlah lembar saham beredar dengan memberikan dua saham baru kepada pemegang saham untuk

setiap satu lembar saham yang sebelumnya dia miliki. Perubahan jumlah saham yang beredar dibarengi
dengan perubahan harga saham sehingga tidak mempengaruhi jumlah modal. Tujuan utama emiten

melakukan stock split adalah untuk meningkatkan likuiditas saham sehingga distribusi saham menjadi

lebih luas. Selain itu, untuk menempatkan saham dalam trading range yang optimal. Kebijakan stock

split merupakan strategi untuk mempengaruhi transaksi saham tersebut di Bursa Efek. Harga awal yang

diperkirakan terlalu tinggi dapat memberikan image mahal bagi investor sehingga tidak semua investor

berani membeli saham tersebut. Kemampuan investor untuk membeli saham juga menjadi berkurang.

Kebijakan stock split akan menurunkan harga saham sehingga diharapkan dapat mendorong

peningkatan transaksi.

2.7 Repurches Of Stock

Repurches of stock atau pembelian kembali saham perusahaan adalah suatu kegiatan dimana
perusahaan melakukan pembelian kembali atas saham mereka yang telah beredar di pasar bursa, yang
telah dimilki oleh para pemegang saham.

Stock Repurches ini merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk mendistribusikan
cashflow yang dimiliki perusahaan kepada para pemegang sahamnya selain dalam bentuk deviden. Pada
saat membeli kembali sahamnya, biasanya perusahaan akan membalinya dengan harga di atas harga
pasar. Kelebihan atas harga pasar inilah yang menjadi keuntungan bagi para pemegang saham yang
dikenal dengan istilah capital gain

Wansley, Lane dan Sarkar (1989) menjelaskan mengenai alasan-alasan yang mungkin digunakan
oleh suatu perusahaan ketika melakukan stock repurchase dan mengelompokkanya ke dalam enam
hipotesis berikut, yaitu

1. Dividend substitution hypothrsis

Karena pajak yang dikenakan untuk stock repuschase (pajak capital gain) lebih rendah daripada pajak
yang dikenakan untuk deviden maka stock repurchase menjadi alternative yang lebih baik dibandingkan
dengan deviden dalam mendistribusikan cashflow kepada para pemegang saham.
Grullon dan Michely (2002) menemukan adanya substitution effect antara deviden dan stock
repurchase, bahwa suatu perusahaan yang biasa membayar deviden, trdak mengurangi jumlah
devidennya dan menggantinya dengan stock repurchase. Mereka justru menemukan bahwa perusahaan
yang membayar deviden dengan jumlah yanh besar lebih memilih untuk melakukan stock repurchase
dari pada menikkan jumlah deviden yang dibayarkan

2. Laverage Hypothesis

Kegiatan stock repurchase dapat meningkatkan financial laverage. Pada saat perusahaan membagi
kelebihan jumlah kapitalnya, dalam hal ini melakukan stock repurchase, maka nilai ekuitas perusahaan
akan menurun, sehingga dept ratio perusahaan akan meningkat. Peningkatan ini berate pula
meningkatkan leverage perusahhan. Perusahaan akan lebih suka untuk melakukan stock repurchase jika
rasio leverage-nya di bawah angka yang ditargetkan untuk mencapai struktur modal yang optimal.
3. Reissue hypothesis

Stock repurchase dilakukan perusahaan untuk menyediakan sejumlah saham sebagai keperluan program
pensiun, bonus, stock option, atau bentuk stock reissue yang lainya.
Jolls (1998) dan weisbenner (1998) menyebutkan bahwa sebagian besar pertumbuhan stock repurchase
yang terjadi adalah sebagai akibat dari meningkatnya penggunaan stock option sedagai insentif yang
diberikan kepada manajer perusahaan.

4. Investment hyphotesis

Perusahaan yang kurang memiliki kesempatan berinvestasi akan menggunakan kelebihan kas yang
dimilikinya untuk membeli kembali saham perusahaanya.

5. Information signaling hypothesis

Kebanyakan perusahaan melakukan stock repurchase adalah untuk memberikan informasi atau sinyal
positif kepada para pemegang saham mengenai kondisi perusahaan.
Smith (1990) menyebutkan bahwa stock repurchase adalah suatau cara bagi perusahhan untuk
memberikan sinyal pada para pemegang saham bahwa perusahaan memiliki kesempatan untuk
mendapatkan pendapatan yang lebih besar pada masa yang akan dating. Asqulin dan Mullin (1986) juga
menyebutkan bahwa stock repurchase merupakan suatu sinyal yang diberikan perusahaan bahwa
sahamnya memiliki intrinsic yang lebih besar daripada harga pasarnya, sehingga perusahaan mau untuk
membeli kembali sahamnya dengan harga premium atau di atas harga pasar.

6. Wealth transfer hypothesis

Stock repurchase yang dilakukan ketika saham perusahhan mengalami undervalued akan menyebabkan
adanya wealth transfer dari para pemegang saham, pemegang saham yang bersedia menjual sahanya
kepada bukan pemegang saham. Wealth transfer juga mungkin terjadi dari bondholder kepada
nonparticipating stockholder. Selain itu, stock repurchase mungkin dilakukan karena dapat memberikan
keuntungan bagi pihak manajemen perusahaan, baik dengan menurunya kecenderungan perusahaan
tersebut untuk diambil alih oleh perusahaan lain, ataupun dengan meningkatnya prsentase kepemilikian
manajemen terhadap saham perusahaan.
Selain keenam alasan di atas, ada satu alas an lain perusahaan melakukan stock repurchase
yaitu sebagai bentuk perusahaan dalam menghadapi ancaman takeover oleh perusahaan lain seperti
yang dikemukan oleh Dennis (1990)

Jagannthan dan stephens (2003) menambahkan bahwa alas an yang dimiliki perusahaan untuk
membeli kembali sahamnya berbeda, tergantung dari jumlah frekuensi pembelian kembali saham
tersebut serta karakteristik perusahaan yang bersangkutan

Untuk perusahaan yang melakukan stock repurchase secara regular, biasanya memiliki
pendaoatan operas yang besar dan stabil, dan memiliki diyidend payout ratio yang lebih tinggi.
Perusahaan ini menjadikan stock repurchase sebagai sebuah pengganti adanya kenaikan deviden
perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan yang jarang melakukan stock repurchase, biasannya
dimotivasi karena saham perusahaan yang dinilai undervalued. Perusahaan jenis ini merupakan jenis
perusahaan kecil dengan tingkat terjadinya asymmetric information yang stabil, dan market to book
ratio yang lebih rendah, sehingga kemungkinan untuk saham tersebut undervalue akan semakin besar

Ada beberapa metode dapat menjadi pilhan suatau perusahaan dalam melakukan stock
repurchase. Beberapa diantaranya adalah:

1)      Tender Offer

Dengan metode tender offer perusahaan menggumumkan kepada seluruh pemegam saham bahwa
perusahaan akan membeli kembali beberapa lembar sahamnya pada harga dan periode tertentu yang
telah ditrtapkan. Harga yang ditawarkan perusahaan biasanya adalah harga di atas harga pasar. Setiap
pemegang saham akan memperkiarakan sendiri apakah harga yang ditawarkan akan lebih besar atau
lebih kecil bila dibandingkan dengan harga saham tersebut setelah masa penawaran berakhir, sehingga
setiap pemegang saham dapat memutuskan apakah bersedia untuk menjual sahamnya atau tidak. Stock
repurchase dengan cara ini dapat meningkatkan harga saham

2)      Open-market Repuurchase

Dalam metode ini perusahaan membeli kembali saham perusahaannya dengan jumlah yang relative
kecil. Pembelian kembali dilakukan melalui broker dengan bayaran komisi pada tingkat normal
pembelian dan pembelian harga pasar

Tidak seperti metode stock repurchase, metode ini tidak mengikat suatu perusahaan untuk benar-benar
membeli kembali sahamnya sebanyak jumlah yang mereka umumkan sebelunya

Metode ini memberikan fleksibilitas kepada perusahaan untuk membali kembali sahamnya sedikit
dibandingkan dengan yang direncanakan jika sahamnya menjadi lebih mahal ataupun membali lebih
banyak jika sahamnya tetap atau lebih murah.

3)      Dutch Auction

Pada pembelian kembali saham perusahaan menggunakan metode ini, perusahaan menyebutkan range
harga saham yang ditawarkan dimana para pemegang saham akan memilih satu harga yang mereka
tetapkan untuk menjual saham yang mereka miliki kepada perusahaan. Pasa akhir penawaran,
perusahaan akan membeli sahamnya berdasarkan harga penawaran yang terbaik

4)      Transferabel Put Rights

Dengan metode ini, perusahaan yang berencana akan membeli sahamnya sebesar α dari sahamnya yang
beredar, memberikan setiap pemegang sahamnya satu TPR untuk setiap 1/α jumlah saham yang
dimilikinya. Satu TPR memberi hak kepada para pemegang saham untuk menjual kembali satu lembar
saham yang dimilikinya kepada perusahaan penerbit pasa harga yang telah ditentukan sebelumnya.
Pemegang saham yang menolak menjual sahamnya dapat menjual TPR yang dimilikinya kepada
pemegang saham lainya yang berkeinginan untuk menjual sahamnya lebih dari jumlah yang telah
dialokasikan perusahaan kepada dirinya.

5)      Private Repurchase


Private repurchase memerluhkan perusahaan untuk membeli saham dari seseorang pemegang saham
dengan cara negoisasi langsung. Dilihat dari jarangnya perusahaan menggumumkan stock repurchase
menggunakan metode ini, private repurchase dianggap kurang signifikan pengaruhnya terhadap harga
saham perusahaan.

Comment dan Jarrel (1991) membadinkam antara ketiga metode stock repurchase . mereka
menemukan bahwa tender offter adalah metode yang jumlah sahamnya yang dibelinya kembali oleh
perusahaan paling besar dan memiliki reaksi perubahan harga saham palinh besar pula

2.8 Kelebihan stock repurchase dibandingkan dengan deviden

Woods dan Brigham (1996) menyebutkan beberapa kelebihan stock repurchase dibandingkan
dengan deviden baik dari sudut pandang para pemegang saham maupun dari sudut pandang
perusahaan yang melakukanya. Berikut adalah penjelasanya

Dari sudut pandang pemegang saham

a)      Pajak Pendapatan (income tax)

Pajak yang dikenalkan kepada investor terhadap deviden yang diterima adalah sebesar personal income
tax rate, sedangkan pajak yang dikenakan atas keuntungan dari stock repurchase adalah pajak capital
gain. Hal ini menguntungkan bagi para investor karena pajak personal income tax biasanya memiliki
tingkat yang lebih besar bila dibandingkan dengan pajak capital gain

b)      Dengan stock repurchase para pemegang saham dapat memilih untuk menjual sahamnya atau tidak.
Dibandingkan dengan deviden, pemegang saham harus menerima deviden tersebut dan membayar
pajaknya

Dari sudut pandang perusahaan

a)      Beberapa studi menunjukkna bahwa deviden bersifat kaku dalam jangka pendek. Perusahaan enggan
untuk mengubah kebijakan pembayaran devidennya jika mereka ragu untuk bisa mempertahankan
kebijakan tersebut dimasa yang akan datang. Perusahaan lebih memandang serius pada kebijakan untuk
meningkatkan pembayaran deviden, namun tidak yakin untuk mempertahankan kebijakan tersebut
kedepannya, dibandingkan dengan kebijakan untuk mrnggurangi jumlah deviden yang dibayarkan.
Sehingga, jika perusahaan merasa bahwa mwmiliki kelebihan kas yang bersifat sementara, perusahan
akan lebih memilih untuk menggunakan kas tersebut untuk stock repurchase daripada menaikan jumlah
devidennya yang belum tentu bisa dipertahankan ke depannya

b)      Saham yang telah dibeli kembali dapat digunakan sebagai saham untuk program stock option. Para
manajer keuangan berpendapat bahwa akan lebih tepat dan murah jika menggunakan saham yang
dibelinya kembali dibandingkan bila menerbitkansaham baru untuk program stock option tersebut

c)      Jika kepemilikan saham perusahaan lebih banyak dimiliki oleh para manajer dalam perusahaan , maka
mereka akan memilih stock repurchase dibandingkan deviden karena keuntungan pajak diperoleh

4.  Keputusan Keuangan


Keputusan keuangan yang tepat berdampak pada value perusahaan, sebagaimana dijelaskan di
atas bahwa keputusan keuangan harus berorientasi pada tujuan perusahaan yaitu meningkatkan
value perusahaan.  Ada 3 (tiga) keputusan keuangan yaitu sebagai berikut :
1. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana
ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan
datang.  Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi dari investasi tersebut akan mempengaruhi
dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan.  Keuntungan di masa depan yang diharapkan
dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti.  Oleh karena itu investasi akan
mengandung resiko atau ketidakpastian.  Resiko dan hasil yang diharapkan dari investasi ini
akan mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan maupun nilai perusahaan
2. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal.  Pada keputusan ini
manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-
sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhab investasi
serta kegiatan usahanya.
3.  Keputusan Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang
saham.  Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian penghasilan yang diharapkan oleh
pemegang saham.  Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk
menentukan ; deviden tunai,  stabilitas deviden, dividen saham (stock deviden), pemecahan
saham (stock split), penarikan kembali saham yang beredar (repurchase stock), yang semuanya
ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Nilai Pasar dan Nilai Buku

Memahami perbedaan antara nilai buu dan nilai pasar merupakan salah satu hal yang
mendasar namun penting ketika melakukan analisis terhadap suatu perusahaan yang
akan dipilih dalam melakukan investasi saham. Saat investor menginvestasikan uang
nya pada suatu saham tentu saja investor tersebut ingin mengetahui berapakah harga
wajar saham perusahaan tersebut. Baca juga artikel : Analisis Fundamental Saham

Nilai buku secara literasi artinya nilai dari suatu bisnis berdasarkan “buku” atau
laporan keuangannya. Dalam hal ini, nilai buku dikalkulasikan dari neraca yang
merupakan selisih antara total aset dan total liabilitas. Perlu dicatat juga bahwa ada
istilah ekuitas dari pemegang saham. Misalnya, perusahaan ABC memiliki total aset
sebanyak Rp 100 Milyar dan total liabilitas sebesar Rp 80 Milyar, maka nilai buku dari
perusahaan ABC adalah sebesar Rp 20 Milyar. Dalam gambaran yang lebih luas, ini
berarti jika perusahaan ABC dijual maka nilai net worth dari bisnisnya sebesar Rp 20
Milyar.

Nilai pasar merupakan nilai perusahaan berdasarkan pasar modal. Nilai pasar dihitung
dengan cara mengalikan jumlah lembar saham perusahaan dengan harga pasar saham
tersebut saat ini. Jika perusahaan ABC memiliki 1 juta lembar saham dan harga per
lembar saham saat ini adalah Rp 50 maka nilai pasar perusahaan tersebut adalah Rp
50 Juta. Nilai pasar merupakan angka yang sering disebutkan oleh para analis, koran
bisnis dan investor sering mereferensikan saat menyebut nilai dari suatu perusahaan. 

 
Implikasinya
Nilai buku secara sederhana mengimplikasikan nilai dari suatu perusahaan
berdasarkan laporan keuangannya atau nilai secara akuntansi. Apakah nilai buku
merupakan penilaian yang akurat dalam menilai suatu perusahaan ditentukan oleh
investor pasar modal itu sendiri yang memutuskan buy atau sell. Pada kondisi
sebenarnya, anda akan menemukan nilai buku dan nilai pasar yang berbeda sepanjang
waktu. Perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar tergantung dari berbagai macam
faktor seperti industri perusahaan tersebut, kewajaran dalam hal aset dan liabilitas
suatu perusahaan, dan atribut spesifik lainnya. Terdapat 3 generalisasi tentang
hubungan antara nilai buku dan nilai pasar :

1. Nilai Buku lebih besar dibandingkan dengan nilai pasar : Pasar modal
“menghargai” suatu perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan nilai
bersihnya. Apabila hal ini terjadi, biasanya disebabkan oleh pasar yang
kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut dalam menghasilkan profit dan cash flow . Dengan kata lain, pasar
tidak mempercayai bahwa perusahaan ini senilai dengan nilai bukunya. Value
investor sering mencari tipikal perusahaan seperti ini dengan berharap bahwa
pasar telah salah dalam melakukan penilaian. Terdapat banyak saham yang
nilai bukunya lebih besar dibandingkan dengan nilai pasarnya di Bursa Efek
Indonesia. Salah satunya adalah LPCK (Lippo Cikarang) dan BNLI (Bank
Permata).  
2. Nilai pasar lebih besar dibandingkan dengan nilai buku. Pasar menghargai suatu
perusahaan lebih besar dibandingkan dengan nilai bukunya karena kemampuan
dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Hampir semua perusahaan yang secara konsisten menghasilkan laba memiliki
nilai pasar yang lebih besar dibandingkan nilai buku
3. Nilai buku sama dengan nilai pasar : Pasar tidak melihat adanya alasan lain
untuk mempercayai bahwa aset perusahaan lebih baik atau lebih buruk dari apa
yang terlihat di neraca.

Penting memahami bahwa pada sepanjang hari, nilai pasar suatu perusahaan akan
berfluktuasi terhadap nilai bukunya. Hal ini biasa diukur dengan nilai Price to Book
Value atau PBV. Baca juga artikel : NilaiBuku sebagai Pengukur Valuasi Suatu
Perusahaan. 

Bagi investor yang tergolong value investor , suatu perusahaan yang diperdagangkan
pada rasio PBV 0.5 misalnya menunjukkan bahwa pasar menghargai Rp 0.5 dari aset
seharga RP 1.
Kapan Nilai itu Berguna
Untuk menentukan bagaimana nilai buku berhubungan dengan nilai pasar, lihat pada
laba yang dihasilkan dari aset perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan laba yang
tergolong tinggi secara relatif dibandingkan asetnya akan menghasilkan nilai pasar
yang jauh lebih besar dibandingkan nilai bukunya. Hal ini disebut dengan Return on
Aset atau ROA. Contoh di Amerika Serikat misalnya adalah perusahaan Coca Cola yang
menghasilan ROA di kisaran 7 – 8 %. Hal ini berarti satu dollar aset yang dimiliki
menghasilkan 7 hingga 8 sen profit. Karena aset Coca Cola menghasilkan laba yang
tergolong tinggi, asetnya akan dinilai lebih besar di pasar modal. Hal ini menunjukkan
kasus seperti Coca Cola , nilai buku tidaklah terlalu mutlak dijadikan patokan dalam
menilai murah atau tidaknya suatu perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa sama dengan berbagai metode pengukuran nilai lainnya,
nilai buku memiliki kegunaan. Memahami kelebihan dan keterbatasan dari nilai buku
akan berguna ketika menetapkan apakah nilai buku tersebut dapat digunakan dalam
menganalisis suatu perusahaan. 
KEBIJAKAN DIVIDEN

Kebijakan deviden menyangkut tiga masalah :

1. Seberapa banyak laba yang harus dibagikan secara rata – rata selama jangka waktu
tertentu?
2. Apakah pembagian itu sebaiknya dalam dividen tunai atau pembelian kembali?
3. Apakah perusahaan sebaiknya mempertahankan tingkat pertumbuhan dividen yang
stabil? 

Dalam menentukan jumlah kas yang akan dibagikan pada pemegang saham, manajer
keuangan harus ingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan pemegang saham
sehingga Rasio Pembayaran yang Ditargetkan (target payout ratio) yang didefinisikan
sebagai presentase dari laba bersih yang harus dibayarkan sebagai dividen tunai dan sebagian
besar harus didasarkan pada prefensi investor atas dividen lawan keuntungan modal. Prefensi
ini dapat dipertimbangkan dalam pengertian model penilaian saham dengan pertumbuhann
konstan :

D1

P0 ═ −−−−−−−

Ks - g

Jika perusahaan menaikkan rasio pembagian D1 akan naik. Kenaikan dalam pembilang ini saja
akan mengakibatkan harga saham naik. Namun jika dividen tunai meningkat, makin sedikit
dana yang setia untuk reinvestasi, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan rendah
untuk masa mendatang dan akan menekan harga saham.

Dengan demikian Kebijakan dividen yang optimal dalam perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang
yang memaksimumkan harga saham.

TEORI KEBIJAKAN DIVIDEN

A.        Kebijakan Dividen Tanpa Pajak

Asumsi: (1) perusahaan tidak mempunyai hutang, (2) tidak ada pajak, (3) arus kas operasi (NOI
) dan rencana investasi (I(t)) sama, maka tingkat pengembalian dalam satu periode, k u, untuk
(t)

saham adalah:
 

di(t+1) + pi(t+1) – pi(t)

Ku(t+1)= −−−−−−−−−−−−−−−−−−−

pi(t)

dimana,

ku(t+1) = biaya modal untuk suatu perusahaan unlevered pada periode t

di(t+1) = dividen per saham yang dibayarkan pada akhir periode i

pi(t+1) = harga per saham pada akhir periode t

pi(t) = harga per saham pada permulaan periode t

B.        Kebijakan Dividen yang Terkena Pajak

Diperkirakan ada tiga jenis tarif pajak: (1)tarif pajak proposional (Tc), (2) tarif pajak
penghasilan pribadi dari obligasi, dividen, dan upah (Tp), dan (3) pajak keuntungan modal (Tg)
Sepanjang ( Tp>Tg ), maka pemegang saham akan lebih menyukai perusahaan yang
tidak membayarkan dividen. Mereka akan lebih untung jika dana tetap pada perusahaan atau
dibayarkan melalui pembelian kembali saham yang beredar. Dengan demikian mereka
membayar pajak atas keuntungan modal, yang lebih rendah daripada pajak pemghasilan biasa.
Kasus 1. jika perusahaan membayar semua arus kasnya sebagai dividen, pemegang saham
ke-i akan menerima sesudah pajak, Ydi:

Ydi = [(NOI – rDc) (1-Tc) – rDpi] (1-Tpi)

Dimana,

Ydi = arus penghasilan sesudah pajak

NOI = arus operasi perusahaan

r = suku bunga pinjaman

Dc = hutang perusahaan

Dpi = hutang pribadi individu


Kasus 2. jika perusahaan tidak membayar ividen, diasumsikan semua keuntungan modal
dinikmati oleh penanam modal dan terkena tarif pajak keuntungan modal, maka:

Ygi = (NOI – rDc) (1 - Tc) (1 –Tgi) – rDpi (1 – Tpi)

Dimana, Tgi = tarif pajak keuntungan modal

TIGA TEORI PREFENSI INVESTOR

Teori Ketidakrelevanan Dividen

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh

terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.

Pendukung utama teori ini adalah Merton Milller dan Franco Mondigliani (MM). Mereka
berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan kemampuan dasarnya untuk
menghasilkan laba dan resiko bisnisnya.
Sebagai contoh, jika suatu perusahaan tidak membayar dividen , seorang pemegang saham
yang menginginkan deviden sebesar 5% akan dapat menciptakannya sendiri dengan cara
menjual 5% sahamnya, sebaliknya jika perusahaan membayar deviden lebih besar dari yang
diinginkan investor, ia akan menggunakannya untuk membeli lebih banyak saham perusahaan. 
 

Teori Bird in the Hand

Teori ini menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan dengan menentukan rasio
pembagian dividen yang tinggi.
Pendapat dalam teori ini menyatakan bahwa Ks akan turun apabila rasio pembagian dividen
dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal yang
akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima
dividen.

Teori Preferensi Pajak

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih
menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi.

1. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan


keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya
lebih tinggi.
2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek nilai
waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif
yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
3. Jika selembar saham dimiliki seseorang sampai meninggal sama sekali tidak ada
pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris yang menerima saham itu dapat
menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan
demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal. 
Karena adanya keuntungan – keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka
perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian maka para investor
akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah
daripada perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.

Menggunakan Bukti Empiris Untuk Menentukan Teori yang Terbaik

Ketiga teori ini memberikan saran yang saling bertentangan bagi para manajer perusahaan
banyak pengujian empiris yang telah dilakukan tetapi hasil – hasilnya belum jelas. Ada dua
alasan untuk ini : 

 untuk pengujian statistik yang sah, hal – hal selain dari kebijakan dividen harus
konsisten yaitu perusahaan yang dijadikan sampel haru berbeda hanya dalam kebijakan
dividennya.
  harus mampu mengukur biaya ekuitas untuk perusahaan yang dijadikan sampel

Perbedaan individu lebih menjelaskan mana keputusan akhir yang akan diambil investor dalam
menentukan investasinya.

ISU LAIN DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN

Dua isu yang dapat mempengaruhi pandangan kita terhadap kebijakan dividen

1. Hipotesis Kandungan Informasi atau Pengisyaratan 

Adalah teori yang menyatakan bahwa invetor menganggap perubahan dividen sebagai isyarat dari
prakiraan manajemen atas laba. Ketika MM mengemukakan teori ketidakrelevannan dividen,
mereka mengasumsikan bahwa setiap investor dan juga manager mempunyai informasi yang
sama mengenai pendapatan dan dividen perusahaan di masa datang. Namun pada
kenyataannya, investor yang berbeda mempunyai pandangan yang berbeda tentang tingkat
pembayaran dividen di masa datang dan ketidakpastian yang melekat dalam pembagian
tersebut, dan manajer mempunyai informasi yang lebih baik mengenai prospek masa depan
daripada pemegnag saham.  Kenaikan dividen seringkali menyebabkan kenaikan harga saham,
sementara pemotongan dividen umumnya menyebabkan penurunan harga saham. Hal ini
menunjukkan para investor lebih menyukai dividen daripada keuntungan modal. Sedang MM
menegaskan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dalam kebijakan dividen tidak harus
menunjukkan investor lebih menyukai dividen daripada laba ditahan, sebaliknya perubahan
harga saham sesudah pembagian dividen hanya menunjukan ada kandungan informasi atau
pengisyaratan uang penting dalam pengumuman dividen tersebut.

1.    Pengaruh Klientele

  Yaitu kecenderungan perusahaan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai


kebijakan dividennya. Kelompok yang berbeda atau clientele dari pemegang saham menyukai
kebijakan dividen yang berbeda. Sebagai contoh, penerima pension dan dana bantuan
universitas, lebih menyukai pendapatan tunai, sehingga mereka mungkin menghendaki agar
perusahaan membagikan persentase yang besar dari labanya. Di lain pihak, pemegang saham
yang berada dalam tahun-tahun puncak keuntungan mungkin lebih memilih reinvestasi, karena
mereka tidak begitu membutuhkan pendapatan dari investasi dalam periode berjala. Mengingat
pemegang saham dapat berpindah-pindah perusahaan, sebuah perusahaan dapat mengubah
satu kebijakan pembayaran dividen ke yang lainnya dan membiarkan pemegang saham yang
tidak menyukai kebijakan tersebut menjual sahamnya kepada investor lain yang menyukainya.
Namun peralihan tidak efisien karena (1) adanya biaya pialang, (2) kemungkinan bahwa
pemegang saham yang menjual saham tharus membayar pajak keuntungan modal, dan (3)
adanya kemungkinan kekurangan investor yang menyukai kebijakan dividen yang baru.

STABILITAS DIVIDEN

Stabilitas dividen penting. Laba dan arus kas yang berubah-ubah sepanjang waktu,
demikian juga peluang investasi. Jadi, memaksimalkan harga saham mengharuskan
perusahaan menyeimbangkan kebutuhan dana untuk internal dan keinginan para pemegang
sahamnya.

Bagaimana keseimbangan ini dapat tercapai? Solusi yang relevan di antaranya:

 Setiap perusahaan yang dimiliki public membuat peramalan keuangan lima atau sepuluh
tahum umtuk laba dan dividen. Dan peramalan itu danya untuk internal. Tetapi dengan
analisis sekuritas peramalan tersebut dapat diketahui oleh investor.
  Kebijakan dividen saat ini dikatakan stabil apabila meningkatkan dividen pada laju yang
mantap.

Kebijakan paling stabil pertama, dari sudut pandang investor, yaitu kebijakan perusahaan yang
tingkat pertumbuhan dividennya dapat diramalkan, seperti total pengembalian perusahaan itu
akan relative stabil dalam jangka panjang dan sahamnya merupakan penangkal baik terhadap
kenaikan inflasi.
Kebijakan paling stabil kedua, adalah bila pemegang saham mendapat cukup kepastian bahwa
dividen saat ini tidak akan dikurangi, jumlahnya mungkin tidak bertumbuh pada tingkat yang
mantap, tetapi manajemen mungkin akan mampu menghindari pemotongan dividen.
Situai paling tidak stabil, yaitu bila laba dan arus kas begitu mudah berubah sehingga investor
tidak dapat mengandalkan perusahaan untuk mempertahankan dividen saat ini.

 Biaya ekuitas diminimumkan dan harga saham dimaksimumkan, jika suatu perusahaan
ingim berusaha sedapat mungkin menjaga kestabilan jumlah dividennya.

Penilaian Stabilitas Dividen

 Muatan Informasi. Jika laba perusahaan menurun namun perusahaan tidak


mengurangi dividennya, pasar akan memiliki kepercayaan yang lebih tinggi terhadap
saham. Dividen stabil berpandangan bahwa masa depan perusahaaan lebih baik
daripada yang direfleksikan oleh penurunan laba. Maka manajemen dapat
mempengaruhi harapan investor melalui informasi yang terkandung pada dividen.

 Keinginan Memperoleh Penghasilan saat ini. Walaupun investor dapat menjual


sebagian saham biasa mereka untuk memperoleh penghasilan pada saat dividen tidak
mencukupi saat ini, banyak investor enggan memakai uang pokok. Mereka sadar
penghasilan menempatkan nilai yang lebih tinggi bagi dividen stabil.
 Pertimbangan-pertimbangan Kelembagaan. Dividen stabil mungkin menguntungkan
dari sudut pandang hukum karena mengizinkan beberapa investor kelembagaan
tertentu untuk membeli saham biasa.
MENETAPKAN KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM PRAKTIK

Model Dividen Residua

 
Yaitu suatu model di mana dividen yang dibayarkan ditetapakan sama dengan laba actual
dikurangi dengan jumlah laba yang perlu ditahan untuk membiayai anggaran modal
perusahaan yang optimal. 
Bagi perusahaan tertentu, rasio pembayaran yang optimal merupakan fungsi dari empat factor:

a)    Pilihan investasi atas dividen lawan keuntungan modal

b)    Peluang investasi perusahaaan

c)    Struktur modal yang ditargetkan

d)    Ketersediaan dan biaya dari modal eksternal.

Ketiga elemen terakhir merupakan model dividen residual. Dalam model ini, ketika mengambil
keputusan atas rasio pembagian yang ditargetkan, suatu perusahaan mengikuti empat langkah:

  i.    Menentukan anggaran modal yang optimal,

ii.    Menentukan jumlah sekuritas yang dibutuhkan untuk membiayai anggaran tersebut, sesuai
dengan struktur modal yang ditargetkan,

iii.    Sedapat mungkin menggunakan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan ekuitas,

iv.    Membayar dividen hanya jika lebih banyak laba yang tersedia daripada yang dibutuhkan
untuk mendukung anggaran modal yang optimal.

Laba, Arus Kas, dan Dividen

 
Dividen jelas lebih tergantung apda arus kas, yang mencerminkan kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen, dibanding pada laba, yang sangat dipengaruhi oleh praktek akuntansi
serta hal-hal lain yang tidak mencerminkan kemampuan untuk membayar dividen.

Prosedur Pembayaran Dividen

1. Tanggal Pengumuman, yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan


pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen.
2. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham, yaitu jika perusahaan mencatat seorang
pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, pemegang saham tersebut berhak
menerima dividen.
3. Tanggal Pemisahan Dividen, yaitgu tanggal saat dividen dipisahkan dari saham.
4. Tanggal Pembayaran, yaitu tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan
cek dividen.

Pola Pembayaran Dividen


1. Jumlah dollar stabil per saham. Kebijakan untuk membayar jumlah dollar stabil per
saham, yang disebut Kebijakan Dividen Stabil.
2. Rasio pembayaran dividen. Kebijakan ini tidak akan memaksimumkan nilai saham,
karena pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan ini untuk memberi informasi
mengenai prospek perusahaan pada masa mendatang dan karena kebijakan ini
mempengaruhi investasi.
3. Dividen-Tetap-yang-Rendah-Ditambah_Ekstra Yaitu suatu kebijakan yang
mengumumkan dividen tetap yang rendah yang dapat dipertahankan dalam keadaan
pada masa cerah membayar dividen “ekstra” yang telah ditentukan.

MENGUBAH KEBIJAKAN DIVIDEN

Kebijkan dividen dapat diubah, namun dapat menimbulkan masalah karena dapat mengganggu
pemegang saham perusahaan, mengirimkan isyarat yang tidak diinginkan, dan menyampaikan
pesan ketidakstabilan dividen, yang semuanya dapat mempunyai implikasi negative pada harga
saham.

RENCANA REINVESTASI DIVIDEN (DRP)

Yaitu suatu rencana yang memungkinkan pemegang saham untuk secara otomatis
menginvestasikan kembali dividennya dalam bentuk saham perusahaan yang membayarkan.

Ada dua jenis DRP : 

1. DRP yang melibatkan “saham lama”, apabila pemegang saham memilih reinvestasi,
suatu bank, yang bertindak selaku perwalian, mengambil seluruh dana yang tersedia
untuk diinvestasikan kembali, membeli saham perusahaan di pasar terbuka, dan
mengalokasikan saham yang dibeli ke rekening pemegang saham yang ikut serta atas
dasar pro rata.
2. DRP yang melibatkan “saham baru”, menyediakan dividen untuk diinvestasikan di dalam
penerbitan saham baru, karenanya rencana ini menambah modal baru bagi perusahaan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN

Factor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen :

 Undang-undang

Undang-undang menetapkan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun
berjalan maupun laba tahun lalu yang ada di pos “laba ditahan” di neraca. Peraturan
pemerintah menekankan tiga hal :

1. Peraturan laba bersih. Menyatakan bahwa dividen dapat dibayar dari laba saat ini atau
tahun lalu.
2. Larangan pengurangan modal, melindungi pemberi kredit karena adanya larangan untuk
membayar dividen dengan mengurangi modal (membayar dividen dengan modal akan
berarti membagi modal suatu perusahaan bukan membagikan laba).
3. Peraturan kepailitan, menyatakan bahwa perusahaan tidak dapat membayar dividen
pada saat pailit.( kepailitan terjadi karena kewajiban lebih besar daripada aktiva,
membayar dividen pada saat ini akan berarti memberi dana kepada pemegang saham
yang sebenarnya milik pemberi kedit).
 Posisi Likuidita

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan dalam
menjalankan usaha. Laba ditahan tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan dalam bentuk aktiva
dan tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan
mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena posisi
likuiditasnya.
  

 Pembatasan dalam Perjanjian Hutang

Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali


membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Larangan dibuat untuk
melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasa menyatakan bahwa:
  Dividen di masa datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah
penandatanganan perjanjian hutang, jadi dividen tidak dapat dibayarkan dari laba ditahan
tahun-tahun lalu.

  Dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal bersih berada di bawah suatu jumlah yang telah
ditentukan.

 Tingkat Ekspansi Aktiva

Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhan untuk


membiayai ekspansinya aktivanya. Bila kebutuhan dana di masa depan semakin besar
perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya. Apabila
perusahaan mencari dana luar, maka sumbernya adalah pemegang saham saat itu yang
mengetahui keadaan perusahaan. Tetapi jika laba dibayarkan sebagai dividen dan terkena
pajak penghasilan pribadi yang tinggi, maka hanya sebagian saja yang tersisa untuk
reinvestasi.
  

  Tingkat Laba dan Stabilitas Laba

Tingkat hasil pemgembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk
membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau
menggunakannya di perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali
dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini
biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi.

 Akses ke Pasar Modal

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, mempunyai catatan profitabilitas
dan stabilitas akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal dan mempunyai bentuk lain
dari pendanaan. Perusahaan yang sudah mapan akan memberi tingkat pembayaran
dividen yang lebih tinggi.

 Pajak atas Laba yang Diakumulasikan secara Salah

  Untuk mencegah pemegang saham hanya menggunakan perusahaan sebagai suatu


“perusahaan penyimpan uang” yang dapat digunakan untuk menghindari tarif penghasilan
pribadi yang tinggi, peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan
khusus terhadpa penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.

Kendala-kendala Pembagian Dividen


a. Kontrak utang. Biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang dihasilkan setelah
pinjaman diberikan. Kontrak utang juga seringkali mengisyaratkan bahwa tidak ada dividen
yang dapat dibagikan kecuali kalau rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga, dan
rasio-rasio pengaman lain melebihi batas minimum yang ditetapakan.

b.  Pembatasan saham preferen. Biasanya, dividen saham biasa tidak dapat dibayarkan jika
perusahaan belum mambayarkan dividen untuk saham peferennya. Dividen saham preferen
yang tertunggak harus dilunasi sebelum dividen saham biasa dibayarkan.

c.  Ketidakcukupan laba. Pembayaran dividen tidak boleh melebihi “laba yang ditahan” pada pos
neraca.

d. Ketersediaan kas. Dividen tunai dapat dibagikan hanya dengan uang kas. Jadi, kekurangan kas
di bank dapat membatasi pembagian dividen. Akan tetapi, hal itu bias diatasi apabila
perusahaan memperoleh pinjaman.

e.  Denda pajak atas penahanan laba yang tidak wajar. Untuk mencegah agar orang kaya tiak
menggunakan perusahaan untuk menghindari pajak pribadi, peraturan pajak membuat
ketentuan khusus mengenai penimbunan penghasilan yang tidak wajar. Jadi, apabila direktorat
pajak dapat menunjukan bahwa rasio pembayaran dividen perusahaan sengaja dibuat rendah
untuk menolong para pemegang saham menghindari pajak pribadi, perusahaan tersebut akan
dikenakan denda yang berat.

Peluang Investasi

a. Letak dari daftar IOS. Semakin ke kanan, cenderung menghasilkan target rasio pembayaran
dividen yang rendah, dan sebaliknya.

b. Kemungkinan untuk mempercepat atau menunda proyek. Kemampuan ini akan


memungkinkan perusahaan untuk lebih konsisten dengan kebijakan dividen yang stabil.

Sumber-sumber Modal Lainnya

a. Biaya penjualan saham baru. Bila ingin membiayai sejumlah investasi tertentu, perusahaan
dapat memperoleh ekuitas dengan menahan laba atau dengan menjual saham biasa yang
baru. Jika biaya pengambangan tinggi, ke pun akan menjadi lebih tinggi daripada ks, sehingga
perusahaan itu lebih baik menetapkan rasio pembagian dividen yang rendah serta melakukan
pembiayaan melalui penahanan laba, bukan melalui penjualan tambahan saham biasa.

b.  Kemampuan untuk mensubtitusi ekuitas dengan utang. Suatu perusahaan dapat membiayai
sejumlah investasi tertentu baik dengan utang ataupun ekuitas. Biaya pengambangan saham
yang rendah memungkinkan kebijakan dividen yang lebih fleksibel karena ekuitas dapat
ditingkatkan baik dengan menahan laba ataupaun dengan menjual saham baru. Begitu pun
pada kebijakan utang: jika perusahaan dapat menyesuaikan rasio utangnya tanpa menaikkan
biaya mencolok, perusahaan itu dapat mempertahankan dividen tunai yang konstan, sekalipun
labanya berfluktuasi, dengan menggunakan rasio utang variabel.

c. Pengendalian. Apabila manajemen peduli akan usaha pengendalian, menejemen mungkin


enggan untuk menjual saham baru, sehingga perusahaan mungkin akan menahan lebih banyak
laba. Tetapi, jika pemegang saham menginginkan dividen yang lebih tinggi dan terdapat
tekanan sejumlah pemegang saham untuk mengambil alih kekuasaan perusahaan, dividen
akan dinaikkan.

Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Ks

  Ditinjau dari empat faktor : 

1. keinginan pemegang saham untuk mendapatkan penghasilan sekarang dibanding


penghasilan yang akan dating,
2. tingkat resiko dari dividen dibanding keuntungan modal,
3. manfaat pajak dari keuntungan modal dibanding dividen,
4. informasi yang terkandung dalam dividen.

KEPUTUSAN KEBIJAKAN DIVIDEN

Alasan mendasar untuk keputusan dividen yang diambil bersama adalah ketidaksamaan
informasi, yang mempengaruhi tindakan-tindakan menejemen dengan dua cara :

1.  Secara umum, manajer tidak ingin menerbitkan saham biasa yang baru. Pertama,
saham baru melibatkan biaya penerbitan, yaitu komisi, fee, dan biaya-biaya tersebut
dapat dihindari dengan menggunakan laba ditahan untuk membiayai kebutuhan
likuiditas perusahaan. Ketidaksamaan informasi mengakibatkan investor memandang
emisi baru saham biasa sebagai isyarat negative sehingga menurunkan pengharapan
investor mengenai prospek perusahaan di masa depan. Manajer lebih menyukai
menggunakan laba ditahan sebagai sumber utama ekuitas baru.
2. Perubahan dividen memberikan isyarat tentang keyakinan manajer dan juga prospek
perusahaan di masa depan. Jadi, pengurangan dividen umumnya mempunyai pengaruh
negatif yang signifikan terhadap harga saham perusahaan. Sehingga manajer
menetapkan dividen tunai lebih rendah agar memperkecil kemungkinan dividen harus
dikurangi di masa depan.

Secara umun, perusahaan dengan peluang investasi yang unggul sebaiknya menetapkan rasio
pembayaran yang lebih rendah, yang berarti menahan lebih banyak laba, daripada perusahaan
dengan peluang investasi yang lemah. Tingkat ketidakpastian juga mempengaruhi keputusan.
Jika ada ketidakpastian yang besar dalam ramalan arus kas bebas (free cash flow), yang
didefinisikan disini sebagai arus kas operasi perusahaan dikurangi investasi ekuitas yang
diwajibkan, maka yang terbaik adalah bersikap konservatif dan menetapkan dividen tunai di
masa berjalan yang rendah.
 
DIVIDEN SAHAM DAN PEMECAHAN SAHAM

Pemecahan Saham (Stock Split)

Yaitu tindakan suatu perusahaan untuk menambah jumlah saham yang beredar, seperti
menggandakan jumlah saham yang beredar dengan memberikan kepada setiap pemegang
saham dua lembar saham baru untuk satu saham yang sebelumnya dipegang.

Dividen Saham (Stock Dividen)

yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk tambahan saham, bukan dalam bentuk
uang tunai. Jika perusahaan ingin menurunkan harga saham, sebaiknya melakukan
pemecahan saham atau dividen saham? Pemecahan saham biasanya digunakan untuk
menurunkan harga secara besar-besaran setelah saham mengalami kenaikan tajam. Sedang
dividen saham biasa diberikan secara teratur setiap tahun untuk menjaga kestabilan harga
saham.

Pengaruh Harga

Apabila sebuah perusahaan memecah sahamnya atau mengumumkan dividen saham,


apakah ini akan meningkatkan nilai pasar dari sahamnya?

 Secara rata-rata, harga saham akan naik tidak lama setelah perusahaan mengumumkan
pemecahan saham atau dividen.
 Kenaikan harga yang berkaitan dengan pemecahan saham/ dividen mungkin
merupakan akibat dari isyarat prospek yang menguntungkan untuk laba dan dividen,
bukan keinginan untuk pemecahan saham/ dividen semata.
 Jika suatu perusahaan mengumumkan suatu pemecahan atau dividen saham, harga
sahamnya akan cenderung naik. Namun jika dalam waktu beberapa bulan mendatang
perusahaan tidak mengumumkan kenaikan laba atau dividen, harga sahamnya akan
turun ke tingkat semula.
 Komisi pialang dalam satuan persentase umumnya lebih tinggi pada saham yang
berharga rendah. Ini berarti memperdagangkan saham yang berharga lebih rendah akan
lebih mahal daripada yang berharga tinggi, dan artinya pemecahan saham dapat
mengurangi likuiditas suatu perusahaan.

PEMBELIAN KEMBALI SAHAM (Stock Repurchase)

Yaitu suatu transaksi di mana suatu perusahaan membeli kembali sebagian dari
sahamnya sendiri, sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar, menaikkan laba per
saham (EPS), dan menaikkan harga saham tersebut.
Dua jenis pembelian kembali saham :

1. situasi di mana perusahaan mempunyai persediaan uang kas untuk dibagikan kepada
para pemegang sahamnya, dan perusahaan itu mendistribusikan uang kas tersebut
dengan membeli kembali saham, bukan dengan membayar dividen tunai;
2. situasi di mana perusahaan menyimpulkan bahwa struktur modalnya terlalu banyak
dibebani dengan ekuitas, sehingga perusahaan melakukan pinjaman untuk membeli
kembali sahamnya. 

Perusahaan dapat membeli kembali saham melalui dua cara: yaitu melalui pasar terbuka dan
penawaran tender. Pembelian melalui pasar terbuka biasanya merupakan program yang secara
bertahap membeli kembali saham dalam periode tertentu. Dalam penawaran tender,
perusahaan biasanya menentukan jumlah saham yang hendak dibelinya kembali, harga tender,
dan jangka waktu penawaran ini berlangsung.
Dalam penawaran tender terdapat lima hipotesis :

1. Hipotesis Informasi atau Isyarat. Pembayaran tunai kepada pemegang saham dalam
penawaran tender dapat diartikan sebagai suatu tanda bahwa perusahaan
mengharapkan akan memperoleh peningkatan arus kas pada masa mendatang, tetapi
juga dapat berarti bahwa perusahaan tidak memperoleh kesempatan investasi yang
menguntungkan lagi.
2. Hipotesis Leverage. Jika pembelian kembali saham itu dibiayai dengan mengeluarkan
surat hutang daripada pembayaran tunai, maka leverage perusahaan akan naik. Dan
jika ada keuntungan dari leverage maka pemegang saham akan untung.
3. Hipotesis Penghindaran Pajak Dividen. Tender untuk pembelian kembali saham akan
terkena pajak keuntungan modal dan bukan pajak dividen jika distribusinya “tidak sama
sengan pembayaran dividen”.
4. Hipotesis Pengambilalihan Pemegang Obligasi. Jika pembelian kembali ini secara tak
terduga mengurangi aktiva pokok perusahaan, maka pemegang obligasi akan berada
dalam posisi buruk karena jaminan yang dimilikinya mengecil.
5. Pemindahan Kekayaan antar Pemegang Saham. Memungkinkan akan timbul bila ada
macam-macam pembatas atau biaya di antara kelompok pemilik.

Keuntungan Pembelian Kembali Saham

 Pengumuman pembelian kembali dipandang sebagai hal positif oleh investor karena
pembelian kembali itu seringkali didorong oleh keyakinan menejemen bahwa harga
saham perusahaan terlalu rendah.
 Para pemegang saham yang membutuhkan uang tunai dapat menjual kembali beberapa
sahamnya, sedang yang tidak, dapat menahan semuanya.
 Dapat menghilangkan sejumlah blok saham yang besar yang merintangi pasar dan
menekan harga per saham.
 Dividen tidak dapat dinaikkan dalam jangka pendek karena menejemen tidak suka
memotong dividen tunai karena dapat memberikan sinyal negative dari pemotongan itu. 
 Rasio pembagian dividen akan relative rendah, tetapi dividen itu sendiri akan relative
aman dan tumbuh sebagai hasil dari penurunan jumlah saham yang beredar.
Perusahaan mempunyai fleksibilitas lebih banyak dalam menyesuaikan total distrbusi
karena pembelian kembali saham dapat diubah dari tahun ke tahun tanpa memberikan
isyarat yang buruk.
 Pembelian kembali dapat digunakan untuk merombak struktur modal.

 Kerugian Pembelian Kembali Saham

a.  Kenaikan harga saham lebih banyak bersumber dari dividen tunai daripada pembelian kembali.

b.  Pemegang saham yang menjual saham mungkin tidak menyadari semua implikasi dari
pembelian kembali saham, atau mereka mungkin tidak mendapatkan semua informasi
mengenai kegiatan perusahaan sekarang dan di masa datang.
Perusahaan mungkin membayar harga yang terlalu mahal atas saham yang dibeli kembali
sehingga merugikan pemegang saham yang tersisa.
Artikel ini merupakan kelanjutan dan masih berkaitan dengan artikel yang berjudul “Cash Flow
sehat, Indikasi Bisnis Anda Fit“.  Saat ngobrol tentang BISNIS seorang kawan ada yang tanya :

“Bro, sebenarnya pentingan mana sih KAS apa Laba atau profit ya?”

“Kenapa?”

“Begini bro, kata teman gue “selama kas lu lancar dan sehat, bisnis lu akan bisa jalan, sekalipun
dalam laporan laba rugi kondisinya minus”

“Kenapa bisa seperti itu?”

“Iya, karena, laba atau profit itu teori sedangkan kas itu real, laba itu hanya catatan di atas kertas
sedangkan KAS itu ada dalam rekening bank lu, laba itu di Laporan Keuangan sedangkan KAS
itu ada di kantong lu dan satu lagi, laba itu tidak bisa digunakan sedangkan KAS bisa dipakai”

“Bagaimana menurut lu bro, penjelasan teman gue itu?”

“ Tidak seperti itu juga bro, kesalahan dalam memahami sesuatu bisa berakibat fatal”

“Kenapa?”

“Coba kita tengok kembali, apa sih sebenarnya fungsi dari laba atau PROFIT dan KAS? Masing-
masing memiliki fungsi dan tugas sendiri-sendiri.

Tidak ada yang lebih penting antara satu dengan yang lain. Kas tanpa profit bahaya, dan profit

tanpa kas maka itu akan menyebabkan penderitaan”

Sekilas dapat dipahami bahwa kas dan profit itu PENTING!

Dalam analisa keuangan, keduanya harus diperhatikan, dikendalikan dan dikontrol agar dapat
saling beriringan dan saling mendukung satu dengan lainnya.

Mungkin mirip tema HUT RI “KERJA BERSAMA” dan hasilnya semoga bisa direngkuh dan

dinikmati bersama

Untuk diketahui bahwa profit adalah berkaitan dengan membangun PERFORMA, sedangkan kas
adalah berkaitan dengan upaya perusahaan agar MAMPU membangun PERFORMA.

Jadi bila masih ada yang mengatakan bahwa laba itu hanya teori seperti penjelasan teman dari
teman saya itu, maka seperti ‘gagal paham’ dan perlu piknik agar kembali ke jalan yang benar

Kalau kita membaca laporan keuangan maka profit ditunjukkan oleh laporan laba rugi,
sedangkan KAS ditunjukkan oleh laporan arus kas.

Laporan laba rugi berfungsi untuk mengontrol apakah perusahaan menghasilkan laba atau tidak.
Laporan Laba Rugi tidak peduli apakah ada uangnya atau tidak.
Sebagaimana kita ketahui di laporan laba rugi, bahwa laba perusahaan diperoleh dari perhitungan
antara pendapatan dikurangi beban.

Pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan dan pendapatan lain di luar aktivitas utama.

Sedangkan beban, meliputi beban-beban untuk aktivitas operasional seperti beban penjualan di
antaranya iklan, promosi, beban administrasi & umum di antaranya gaji karyawan serta beban
lain seperti beban bunga & administrasi bank.

Sedangkan Laporan Arus Kas berfungsi untuk mengontrol di perusahaan ada uang atau tidak, ia
tidak peduli perusahaan laba atau tidak.

Dalam Laporan Arus Kas, kita bisa mengetahui penggunaan kas untuk operasional, investasi dan
financing.

Kedua fungsi tersebut saling mendukung satu dengan lainnya, kerja bareng, kerja bersama bukan
sendiri-sendiri.

Lalu di titik mana KAS dan Profit bertemu?

KAS yang harus menjadi orientasi bagi perusahaan mana pun, adalah kas yang berasal dari
aktivitas OPERASIONAL perusahaan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pergerakan kas dibedakan menjadi 3 jenis kegiatan, yaitu : 1)
Kegiatan Operasional (operating activities), 2) Kegiatan Investasi (investing activities), dan 3)
Kegiatan Pendanaan (financing activities).

Aliran kas dari operating activities adalah penerimaan dan pengeluaran kas dari kegiatan-
kegiatan operasional perusahaan, seperti membayar gaji karyawan, membiayai operasional
kantor, penerimaan deviden, penerimaan bunga, penerimaan dari pelanggan.

Aliran kas dari investing activities adalah aliran kas dari kegiatan investasi, seperti penjualan
mesin pabrik.

Aliran kas dari financing activities adalah aliran kas dari kegiatan pembelanjaan untuk penjualan
obligasi, emisi saham, pembayaran deviden dan pelunasan kredit dari bank.
Kalau dijabarkan dalam laporan arus kas (statement of cash flows) bentuknya seperti berikut ini :

Baca juga : 2 Metode atau Cara Membuat Laporan Arus Kas ( Statement of Cash Flows )

Di mana aktivitas operasional perusahaan dilaporkan? Tentu saja dilaporkan di Laporan Laba
Rugi

Kas dari kegiatan operasional yang dikenal juga sebagai OCF (operating cash flow), tidak lain
dan tidak bukan adalah merupakan kegiatan yang dilaporkan pada Laporan Laba Rugi yang
ADA UANGNYA.

Jadi bagaimana mungkin mengesampingkan LABA. Padahal kondisi kas yang sehat justru
diperoleh dari KEUNTUNGAN atau PROFIT.

Anda mungkin juga menyukai