Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan informasi yang relevan dalam rangka pengambilan

keputusan dalam melakukan investasi sangatlah penting untuk investor baik

pemula maupun yang sudah berpengalaman. Investasi sendiri merupakan suatu

kegiatan yang berkaitan dengan pengalokasian sejumlah dana pada aset riil seperti

tanah, emas, obligasi, reksa dana, saham, crypto currency dan masih banyak lagi.

Aktivitas investasi merupakan hal yang umum dilakukan dan diminati oleh

investor baik asing maupun dalam negeri. Kegiatan jual beli saham dilakukan di

Bursa Efek Indonesia dan diperdagangkan di Pasar Modal, umumnya merupakan

perusahaan yang go public.

Saham adalah bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan tertentu. Oleh

karena itu, Ketika melakukan pembelian saham perusahaan tertentu, ada baiknya

melakukan pertimbangan pertimbangan yang disertai analisis yang terukur dalam

pengambilan keputusan investasi. Namun, cenderung yang terjadi di pasar modal

adalah buyer dari saham ini tidak melakukan analisis tertentu sebelum melakukan

pembelian saham namun hanya mendengar dari teman, tetangga, bahkan dari

orang yang baru mereka jumpai!

Para investor ini tertarik untuk masuk ke pasar modal dan bertransaksi

saham karena investasi pada instrumen ini memberikan imbal hasil (return) yang

tinggi namun juga memiliki tingkat resiko (risk) yang juga tinggi apabila

pembelian terhadap saham tertentu tidak didasari dengan analisa dan hanya

1
2

berdasarkan rekomendasi dari orang lain yang belum tentu credible. Investor yang

lebih berani atau memiliki risk tolerance yang cukup tinggi (agresif) tentu

memilih investasi beresiko tinggi yang diikuti oleh harapan tingkat return yang

juga tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, investor yang tidak mau menanggung

resiko yang terlalu tinggi (konservatif) cenderung akan mendapat imbal hasil yang

lebih rendah (Tandelilin, 2017:11)

Investasi saham merupakan salah satu investasi yang menawarkan imbal

hasil yang cukup menarik dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya.

Dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1.1. Return Instrumen Investasi Tahun 2010-2020

Instrumen Investasi Return per tahun (average) 2010-2020


Saham (IHSG) 16.61% *
Emas 9.74%
Deposito 3-4%
Obligasi Pemerintah 5-8%
Properti 8-10%
Cryptocurrency ~
Reksa Dana Pendapatan Tetap 7-8%
Reksa Dana Campuran 10-12%
Reksa Dana Pasar Uang 4-6%
Reksa Dana Saham 10-14%.
*return mengeliminasi tahun 2020 karena penurunan akibat pandemic

Sumber: Indopremier, RTI Business, Kontan, Bisnis.com, Kompas, Bareksa diolah oleh penulis

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa return saham terbukti memberi

return yang lebih besar dibandingkan dengan instrumen lain. Return tersebut

merupakan return dari IHSG yang merupakan cakupan seluruh saham di Bursa

Efek Indonesia. Jika jeli dan berpengalaman, bisa saja mendapatkan bagger

(100%) dalam satu tahun dari beberapa perusahaan unggulan sebagai contoh

return Ytd beberapa emiten berdasarkan data dari Yahoo Finance:

1) ARTO 361.42%
3

2) MLPL 621.43%

3) MMLP 143.33%

4) DCII 9,623%

5) BBYB 472.67%

Tapi tentu saja, ada risk yang mengikuti imbal hasil yang cukup fantastis

seperti ini. Beberapa saham sudah mengalami penurunan signifikan seperti

UNVR, HMSP dan GGRM. Pasar sudah mengindikasikan perubahan trend dari

big caps ke small caps. Fenomena di masa pandemi terjadi pada harga saham-

saham bank kecil dengan stempel digital dan saham-saham teknologi pun melesat

naik bak meteor. Sementara harga saham saham blue chip, termasuk bank KBMI

IV, seperti kehilangan momentumnya. Untuk saham bank KBMI IV juga

memiliki trend harga yang cenderung stagnan selama setahun kebelakang

dibandingkan dengan kenaikan harga bank digital yang cukup fantastis. Hal ini

bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu kurangnya edukasi masyarakat mengenai

proses menganalisa suatu emiten sebelum dilakukan jual beli saham perusahaan di

Bursa Efek. (Kontan , 16 Agustus 2021). Kedua, hadirnya influencer saham yang

mempunyai pengikut yang cukup besar yang mengikuti pom poman influencer

yang tentunya dapat merugikan investor individu. Terakhir, bisa disebabkan oleh

arah big institution atau hot money. Dari ketiga faktor tersebut, tidak ada faktor

yang berkaitan dengan fundamental perusahaan yang seharusnya krusial dalam

tahapan pembelian saham dan investasi. Namun berdasarkan histori, dalam jangka

panjang harga saham akan konvergen dengan nilainya.

Para pemegang saham dari sebuah perusahaan merupakan pemilik yang

disahkan secara hukum dan berhak untuk mendapatkan bagian dari laba yang
4

diperoleh perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham. Dividen adalah aliran kas berupa imbalan yang dibayarkan perusahaan /

emiten tertentu kepada pemegang saham / investor sebagai imbalan dari uang

yang sudah diinvestasikan ke perusahaan (Anton,2018). Selain keuntungan dari

dividen yang dibagikan perusahaan kepada pemegang sahamnya, pemegang

saham juga mendapat imbalan berupa capital gain. Capital gain merupakan

keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham dari selisih harga jual dan harga

beli saham.

Sumber: Indonesia Central Securities Depository

Gambar 1.1. Jumlah Investor Pasar Modal

Angka investor pasar modal mengalami kenaikan signifikan dari tahun

2018-2021 angkanya telah mencapai 179% hanya dalam 3 tahun! Peningkatan ini

pun didominasi oleh kalangan milenial usia dibawah 30 tahun yaitu sebesar

57.02%
5

Sumber: Indonesia Central Securities Depository

Gambar 1.2. Demografis Investor di Pasar Modal

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia, Per akhir Juli 2021

total investor saham langsung di Bursa Efek Indonesia jumlahnya 2,589,880 pihak

meningkat 52.8% dari jumlah investor di akhir tahun lalu dan melesat 1,150%

dibandingkan posisi di akhir tahun 2011 yang masih 207,136 pihak. Dari sisi nilai,

total portfolio investor domestik juga lebih besar yaitu 3,027 Triliun atau sekitar

60.41% dari total portfolio pasar.

Tabel 1.2. Pembagian Investor di Bursa Efek Indonesia


Jumlah Rekening dan Nilai Portofolio Investor Institusi dan Investor
Individu
Investor Jumlah Rekening Nilai Portfolio Rata-rata
Institusi 17,352 Rp.4,149.3 T Rp.239.1 M
Individu 2,572,528 Rp.861.2 T Rp.334.8 Juta
Total 2,589,880 Rp.5,010.5 T Rp.1.93 M
Sumber: Kustodian Sentral Efek Indonesia

Dengan kekuatan investor domestik yang cukup powerful, peranan penting

investor asing dalam menggerakkan harga saham dan IHSG tidak lagi dominan

seperti kondisi belasan tahun lalu saat asing menguasai 75% saham yang tercatat

di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Saat itu, praktik yang lazim

dilakukan investor domestik adalah mengekor investor asing, yang dikenal punya
6

kekuatan dana dan analisis yang lebih baik. Saat ini, yang banyak didengar di

pasar investor retail terutama investor muda dan pemula adalah dari para

influencer saham di sosial media.

Alokasi saham untuk investor retail biasanya tergantung pada beberapa

faktor seperti umur, ability to take risk dan willingness to take risk (Kontan , 16

Agustus 2021). Semakin muda umur investor, serta dengan semakin tinggi

kemampuan dan kesediaannya mengambil resiko, mestinya semakin besar

proporsi sahamnya. Berinvestasi saham memiliki resiko akan capital loss, kondisi

dimana harga jual lebih rendah daripada harga beli saham. Tentu saja hal ini

menyebabkan kerugian bagi investor sendiri. Saham memiliki pergerakan yang

sangat fluktuatif. Untuk mengurangi resiko kerugian dalam berinvestasi saham,

kita dapat melakukan penilaian saham atau valuasi fundamental saham. Penilaian

(Valuasi) terhadap saham dengan cermat akan meminimalkan resiko dari

kesalahan memilih saham. Penilaian harga saham seringkali mengalami kondisi

dimana nilai harga saham tidak sesuai dengan nilai / harga pasar yang

diperdagangkan. Ada 2 kondisi yaitu :

1 Overvalued, kondisi dimana Nilai Intrinsik < Harga Pasar

2 Undervalued, kondisi dimana Nilai Intrinsik > Harga Pasar

Investasi yang baik adalah membeli saham saham perusahaan yang salah

harga / Undervalued. Saham yang menawarkan Margin of Safety (MoS) yang

menarik yang menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dan

meminimalkan resiko kerugian. IHSG sendiri telah mengalami kenaikan yang

signifikan sejak penurunan mendalam akibat pandemic Covid-19 tahun 2020.


7

Sumber: Indonesia Stock Exchange

Gambar 1.3. Kinerja Indeks Saham Desember 2020

Penurunan bulan Maret 2020 dialami oleh semua saham di Bursa Efek

Indonesia. Namun, setelah Kuartal ke 2, harga saham mulai mengalami kenaikan.

Hingga akhir 2020, dapat dilihat bahwa industri Mining / Tambang mengalami

kenaikan tertinggi bahkan melampaui harga sebelum penurunan. Hal ini terjadi

karena tahun 2020 merupakan tahun Commodity Cycle dalam 5 tahun. Di sisi lain,

ada industri yang masih lagging atau tidak mengalami kenaikan yang signifikan.

Sebut saja, industri Properti dan Miscellaneous industry.

Secara empiris, beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian

mengenai valuasi dengan metode Free Cash Flow to Equity, Relative Valuation

dan Abnormal Earning terkait dengan rencana pembentukan Holding Company

BUMN sektor perbankan dengan studi kasus pada PT. Bank Mandiri Tbk dan

Bank BRI Tbk. Anton (2018) menggunakan pendekatan Top-Down Approach


8

sehingga menggunakan beberapa indikator makro ekonomi dalam perhitungan

valuasi seperti tingkat suku bunga, inflasi dan lain lain. Adapun proyeksi

keuangan dilakukan sampai periode 2022. Selain faktor eksternal, digunakan juga

data keuangan perusahaan untuk menghitung rasio keuangan dan rasio Kesehatan

perbankan. Adapun rasio yang dipakai mencakup Capital Adequacy Ratio (CAR),

Non-Performing Loan Gross (NPL), Loan to Funding Ratio (LFR), Net Interest

Margin (NIM). Setelah mendapat 3 nilai dari pendekatan 3 metode valuasi,

peneliti sebelumnya menggunakan bobot untuk menghitung range nilai penetapan

saham. Bobot yang digunakan adalah Discounted Cash Flow (20%), Abnormal

earning (20%) dan Relative Valuation (60%). Menurut peneliti, pendekatan

metode Free Cash Flow to Equity merupakan metode yang paling baik untuk

menilai nilai wajar karena menggunakan data internal kondisi arus kas dari

perusahaan dengan mendiscount ke Present Value (Nilai Kini) dengan tingkat

diskonto atas proyeksi Cash Flow di masa depan dengan mempertimbangkan nilai

terminal. Namun, bobot yang digunakan paling besar adalah di Relative Valuation

dalam menghitung rekonsiliasi nilai ketiga metode. Kurangnya perbandingan

dengan industri lain jasa perbankan secara relative valuation (industry ratio)

Ketika bobot relative valuation dilakukan paling besar dapat menjadikan hasil

perhitungan terlalu optimis. Data yang digunakan adalah data dari tahun 2013-

2017 yang mana adalah masa sebelum pandemic sehingga perubahan pada

earning power dan rasio Kesehatan keuangan lainnya telah berubah. Selain itu,

selama pandemi, perubahan aturan OJK dan suku bunga tentu saja telah

mempengaruhi operasional perbankan. Selain itu, metode valuasi yang digunakan


9

berfokus pada historis dimana perlu juga pendukung metode valuasi yang

mengukur penciptaan nilai perusahaan.

Penelitian kedua oleh Fitriana (2016) dengan studi kasus pada PT. Bank

Muamalat Tbk menggunakan metode FCFF dan EVA. Menurut peneliti, penilaian

EVA memiliki keunggulan lebih. Metode Valuasi FCFF berorientasi pada arus

kas dalam penentuan value perusahaan sedangkan EVA berorientasi pada kinerja.

Kedua metode ini memberikan hasil dengan range yang dekat. Adapun data yang

digunakan sebagai penelitian adalah data tahun 2010-2014 yang mana seperti

penelitian pertama bahwa masa sebelum pandemi sehingga kegiatan operasional

perbankan dan kemampuan menghasilkan laba tentu saja sudah berubah. Selain

itu, nilai wajar yang dihasilkan bukan dalam bentuk Price per Share melainkan

nilai estimasi tanpa membagi dengan outstanding share sehingga perlu lagi

dilakukan perhitungan tersendiri untuk mendapatkan nilai per lembar saham.

Selain itu, dalam penelitian ini, tidak dilakukan perbandingan dengan bank lain di

industri keuangan sehingga tidak bisa memberikan patokan kinerja standar

industri, Dalam perhitungan EVA memiliki beberapa keunggulan seperti

perhitungan dengan NOPAT daripada Net Income yang mana lebih tidak terdilusi.

Konsep EVA dikembangkan oleh Stem Stewart & Co yang berfokus pada upaya

penciptaan nilai perusahaan dan menilai kinerja keuangan secara adil yang diukur

dengan ukuran tertimbang dan struktur modal awal. Konsep EVA dihitung

berdasarkan kepentingan pemegang saham dan bukan berdasarkan nilai buku yang

bersifat historis.

Industri keuangan merupakan salah satu industri yang saham sahamnya

sangat diminati oleh public (selain komoditas). Namun dapat dilihat dari grafik di
10

atas bahwa kinerjanya masih terkoreksi sejak awal tahun 2020 sehingga hal ini

bisa dilihat sebagai peluang. Industri perbankan dapat dikatakan sebagai jantung

jasa keuangan. Hal ini karena industri keuangan merupakan motor penggerak roda

perekonomian sebuah negara. Bank berfungsi sebagai Lembaga perantara

keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana

kepada pihak yang membutuhkan dana. Dengan perannya tersebut bank

menyalurkan dana ke sektor riil untuk mendorong pertumbuhan perekonomian

sehingga bank telah menjadi lembaga yang turut mempengaruhi perkembangan

perekonomian negara. Selain sebagai perantara, bank juga berperan sebagai

lembaga penyelenggara dan penyedia pelayanan jasa-jasa di bidang keuangan

serta lalu lintas pembayaran.

Berdasarkan Statistik OJK Juli 2021, Industri Keuangan (IDX sektor

finansial) merupakan kapitalisasi pasar terbesar terhadap total kapitalisasi pasar

di Bursa Efek Indonesia yaitu 37.85% dari total pasar. Stabilitas sektor jasa

keuangan masih terjaga dengan profil risiko yang terkendali meskipun tengah

terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Perhimpunan dana

menunjukkan kinerja positif seperti meningkatnya aktivitas ekonomi dari Dana

Pihak Ketiga (DPK) perbankan. Berdasarkan Data KAP Sriyadi Elly Sugeng &

Rekan (Maret, 2020), risiko nilai tukar perbankan berada pada level yang rendah,

dengan rasio Posisi Devisa Neto (PDN) sebesar 1,94% jauh di bawah ambang

batas ketentuan. Dalam peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015 tentang

perubahan atas Peraturan Bank Indonesia dijelaskan bahwa LDR memiliki batas

bawah target sebesar 78% dan batas atas LDR target sebesar 94%.
11

Pada masa pandemi seperti ini, banyak kredit direstrukturisasi. Hal ini

tentu saja mempengaruhi kelancaran operasional perbankan. Berdasarkan Laporan

yang dirilis Kontan pada tanggal 5 Juli 2021, jumlah kredit yang direstrukturisasi

per bulan Juni 2021 mencapai Rp.777,3 triliun. Sebesar Rp.292,39 triliun atau

37,62% dari UMKM sedangkan non-UMKM sebesar Rp.484,92 triliun atau

62,38%. Selama pandemi Covid-19 yang telah menimbulkan ketidakpastian

ekonomi global dan domestic Otoritas Jasa Keuangan telah mengeluarkan

panduan perlakuan akuntansi terutama dalam penerapan PSAK-71- Instrumen

Keuangan dan PSAK 68-Pengukuran Nilai Wajar.

Dalam penelitian ini, penulis meneliti PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk ,

PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk dan PT Bank Jago Tbk. Adapun alasan

pemilihan ketiga bank tersebut adalah sebagai berikut.

1) PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA) berdiri sejak 1950. Pada krisis tahun

1998, BCA mengalami bank rush dan menjadi Bank Take Over (BTO)

saat itu, pemerintah melalui BPPN menguasai 92.8% sebagai hasil

pertukaran Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Kepemilikan BPPN

kemudian semakin berkurang di tahun tahun selanjutnya karena proses

divestasi , right issue dan strategic private placement. Perbankan

Elektronik mulai dikenalkan sejak awal tahun 2000. Berdasarkan data

CNBC, April 2021, BBCA mencatatkan kinerja keuangan solid , posisi

permodalan dan likuiditas berada pada posisi sehat melewati setahun

pandemi Covid-19. Laba bersih meningkat 7% year on year kuartal.

Pencapaian ini dapat dicapai sebab BCA tetap mengutamakan inovasi


12

produk dan mengikuti perkembangan teknologi seperti penerapan

Artificial Intelligence dalam virtual assistant.

Berdasarkan data dari Tradingview, BBCA memiliki market cap terbesar

di Bursa Efek Indonesia dengan market cap sebesar 813.615T. Selain itu

berdasarkan data Investing.com pada market crash di tahun 2008 akibat

housing bubble di AS, harga saham BBCA sempat menyentuh angka

Rp.2,475 dan harga saham sekarang di tahun 2021 Rp.33,000 dimana telah

mengalami peningkatan 1,233% dalam 13 tahun.

2) Dikutip dari website PT.Bank Rakyat Indonesia Tbk, BRI melayani lebih

dari 125 tahun menjadikannya bank komersial tertua di Indonesia.Sebagai

bank tertua, BRI tetap konsisten memberikan pelayanan kepada segmen

usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dikutip dari laporan tahunan

BBRI tahun 2020, Pemerintah Republik Indonesia merupakan pemegang

saham terbesar sebesar 56.75%, 33.47% oleh investor asing dan 9.78%

dipegang oleh investor domestik. Dilansir CNBC Agustus 2021, BRI

mampu mencatat laba 12.54T atau tumbuh 22.93% year on year akhir

kuartal 2 2021. Hal ini didukung, penyaluran kredit mikro BRI yang

tumbuh 17% year on year. Komitmen BRI untuk fokus dalam

pengembangan bisnis mikro dengan komposisi kredit mikro mencapai

39.44% dari total penyaluran kredit. Porsi kredit UMKM BRI merangkak

naik menjadi 80.62% dibandingkan periode tahun lalu 78.78%. Kredit

konsumer juga tumbuh positif sebesar 3.54% akhir kuartal II 2021. Rasio

NPL sebesar 3.30% dengan NPL Coverage 254.84%. Dari sisi liabilitas,

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga mencatat pertumbuhan 2.23%. BRI terus


13

mengembangkan jaringan kerjanya dan tercatat sebagai bank terbesar

dalam jumlah unit kerja di Indonesia. BRI juga terus mengembangkan

layanan e-banking yang dapat diakses melalui internet, telepon, SMS

maupun layanan e-channel seperti Automatic Teller Machine, Cash

Deposit Machine, Electronic Data Capture dan KiosK

Berdasarkan data TradingView, BBRI merupakan market cap terbesar

kedua di IHSG setelah BBCA yaitu sebesar 481.808T. BBRI juga

mengeluarkan pengumuman untuk Right Issue sebesar 95.92T yang telah

disetujui pada RUPSLB pada 22 Juli 2021. BBRI sendiri merupakan

perusahaan yang selalu membagi dividen setiap tahun. BBRI merupakan

holding ultra mikro menargetkan 45% penyaluran kredit segmen mikro

dari total portofolio pada 2025. Harga saham BBRI sendiri pada tahun

2008 menyentuh harga Rp.332.50 per lembar saham dan pada tahun 2021

telah menyentuh angka Rp.3,930 dengan harga tertinggi yaitu di Rp.4,720

tahun 2021 kemarin. Peningkatan dalam 13 tahun sebesar 1,319%!

3) Berdasarkan website Bank Jago Tbk, awalnya bernama Bank Artos

didirikan tahun 1992. Berdasarkan data TradingView, market cap ARTO

merupakan terbesar kelima di BEI yaitu sebesar 221.7T. Grup Gojek

membeli saham Arto senilai Rp.2.25 T pada Desember 2020 dengan harga

pelaksanaan dibawah pasar menjadikannya mendapatkan hak kepemilikan

saham sebesar 22%. Kemitraan antara Gojek dan PT. Bank Jago

menghasilkan bank digital untuk memudahkan masyarakat dalam

menjangkau layanan finansial yang universal dan memperkuat ekosistem

gojek. Selain gojek, Akulaku Finance juga menggandeng kerja sama


14

dengan skema channeling. Digital banking milik layanan Bank Jago cukup

berbeda konsep dengan bank lainnya. Konsepnya bukan dibuat untuk

berkompetisi namun ke arah kerjasama dengan platform-platform dalam

ranah ekosistem digital seperti e-commerce, online shop hingga aplikasi

penyedia jasa transportasi, hiburan dan travel, fintech lending dan

payment. Bank Arto baru saja listing pada Desember 2015 dan pada saat

itu harga per lembar saham Rp. 111 dan dalam waktu 5 tahun, pernah

mencapai harga Rp.17,950/lembar saham atau peningkatan 16,071%

dalam 5 tahun! Melampaui 15x lipat kinerja return bank yang telah

terbukti melewati krisis hanya karena cap “Bank Digital”. Namun, diluar

kenaikan yang spektakuler dari ARTO, Berdasarkan data dari Laporan

keuangan Semester I 2021, laba perusahaan ini masih belum positif dan

masih rugi 47 Miliar meski turun 8% dari rugi tahun sebelumnya sebesar

50.91 miliar. Bank Arto melakukan right issue pada April 2021. Dalam

kurun tiga bulan terakhir, ARTO berhasil meningkatkan penyaluran kredit

dan memperluas kolaborasi dengan digital ekosistem melalui kerjasama

dengan beberapa perusahaan dan integrasi aplikasi dengan platform

investasi Bibit (Antara News). Akhir Juni 2021, Bank Jago telah

menyalurkan kredit 2.17T tumbuh 695% year on year. NPL berada di level

0%. dengan NPL yang sangat rendah, Bank Jago tidak perlu membentuk

pencadangan dalam jumlah besar sehingga menekan cost of credit.

Perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi IT,

pengembangan aplikasi dan rekruitmen Sumber Daya. Hal ini dapat dilihat
15

di Laporan Keuangan, biaya operasional meningkat 135% yang

berdampak ke rugi bersih semester I 2021.

sumber: Yahoo Finance Sep 2016 - Sep 2021 (diolah penulis)

Gambar 1.4. Pergerakan Saham 2016-2021

Adapun kesimpulan yang ditarik dari penjabaran diatas adalah keadaan

anomali dari harga saham Bank Jago Tbk (ARTO) yang mengalami kenaikan

signifikan ketika laporan keuangan masih membukukan kerugian (berdasarkan

data laporan keuangan). Fenomena ini mirip dengan keadaan yang digambarkan di

buku Who wants to be a rational Investor (Atmaja,2019) saat terjadi dot com

bubble, dimana harga saham dengan tambahan imbuhan “dot com” akan naik

signifikan dan juga saat tulip mania yang kemudian akan ter-dump dan merugikan

banyak investor pemula.


16

Sumber: Yahoo Finance

Gambar 1.4. Market Crash Setelah Boom

Penulis melihat, fenomena boom “digital” memiliki kemiripan dengan

kedua fenomena yang telah terjadi di masa lalu. Dalam penelitian ini, penulis

ingin memberikan pemaparan mengenai value Bank Digital yang dibandingkan

dengan Bank Solid dan Historical approved seperti Bank BCA Tbk dan Bank BRI

Tbk agar dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

Dalam penentuan nilai ekuitas, peneliti menggunakan estimasi terhadap

nilai intrinsik dengan menggunakan metode valuasi yaitu metode discounted cash

flow dengan pendekatan free cash flow equity yang melakukan valuasi

berdasarkan pendekatan pendapatan suatu perusahaan dan melakukan diskonto

terhadap arus kas tersebut. Selain itu, dalam pendekatan pendapatan, penulis

menggunakan model economic value added. model ini dipercaya dapat menjadi

komplementer terhadap hasil valuasi karena metode economic value added

menekankan pada penambahan nilai tambah pemegang saham melalui kinerja

perusahaan yang meningkatkan nilai investasi awal sedangkan metode FCFE

berfokus pada arus kas yang dihasilkan (Djaja,2019). Penulis juga menggunakan

metode valuasi pasar dengan relative valuation yang mana jika discounted cash

flow dan economic value added membandingkan kinerja perusahaan secara

internal dari tahun ke tahun, maka relative valuation dapat menyempurnakan

proses valuasi dengan membandingkan kinerja perusahaan dengan sesama

perusahaan di suatu industri sehingga dapat menilai kewajaran dari kinerja

perbankan dalam periode tertentu.


17

Nilai perusahaan berperan penting dalam keberhasilan perusahaan, oleh

karena itu, penilai perusahaan penting untuk dilakukan untuk menilai seberapa

jauh efektivitas operasi dalam pencapaian tujuan. Salah satu cara mengetahui nilai

perusahaan adalah dengan menganalisa laporan keuangannya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu mengangkat

permasalahan tersebut ke dalam suatu penelitian berjudul “Analisis Valuasi Nilai

Wajar Saham Perbankan Dengan Metode Discounted Cash Flow, Free Cash

Flow to Equity, Relative Valuation, and Economic Value Added (EVA)

Terkait Pengambilan Keputusan Investasi.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis

mengidentifikasi beberapa masalah yang timbul dalam berinvestasi saham yaitu :

1) Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak kredit yang direstrukturisasi

sehingga mengganggu operasional perbankan.

2) Model bisnis perbankan yang bergantung pada Dana Pihak Ketiga yang

terkendala akibat Covid-19 karena masyarakat cenderung memiliki daya

beli yang menurun tentunya berdampak pada daya menabung masyarakat

karena ketidakpastian ekonomi.

3) Industri perbankan yang masih underperform di Bursa Efek Indonesia.

4) Fenomena kenaikan signifikan yang dialami perbankan digital di Bursa Efek

Indonesia yaitu sebesar 360% year to date (ARTO.JK) dibandingkan

dengan pergerakan harga saham bank konvensional BUKU IV seperti

BBCA, BBRI, BBNI dan BMRI yang cenderung lagging dan stagnan.
18

Dimana fundamental perbankan digital tidak disertai dengan fundamental

yang cukup baik mengimbangi kenaikan harga sahamnya yang signifikan.

5) Fenomena pom pom saham yang dilakukan oleh influencer di social media

tentu saja dapat merugikan investor pemula yang melakukan kegiatan jual

beli berdasarkan orang lain.

6) Investor millennial (Angkatan covid) cenderung tidak melakukan analisa

sebelum pembelian saham tertentu melainkan melakukan spekulasi dengan

melihat watchlist orang lain dan mendengar kabar burung. Hal ini tentu saja

dapat berdampak negatif terhadap total pengembalian dalam jangka

Panjang.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan hal yang sangat penting yang harus

ditetapkan pada saat melakukan penelitian untuk memperjelas arah penelitian dan

identifikasi yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, penulis membatasi

masalah dan cakupan penelitian hanya pada valuasi saham industri perbankan di

Bursa Efek Indonesia dengan tiga jenis metode yaitu :

1) Discounted Cash Flow (DCF) pendekatan Free Cash Flow to Equity

(FCFE)

2) Relative Valuation (RV)

3) Economic Value Added (EVA)

Adapun analisis dilakukan kepada 3 bank di Bursa Efek Indonesia periode 2016-

2020 yaitu:

1) PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA)


19

2) PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)

3) PT. Bank Jago Tbk (ARTO)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang

telah dijelaskan sebelumnya, penulis menyatakan beberapa rumusan masalah

sebagai bahan untuk diteliti dan dianalisis. Adapun rumusan masalah yang

dinyatakan adalah sebagai berikut.

1) Berapa valuasi saham perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan

menggunakan metode valuasi Discounted Cash Flow?

2) Berapa valuasi saham perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan

menggunakan metode valuasi Relative Valuation?

3) Berapa valuasi saham perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan

menggunakan metode valuasi Economic Added Value?

4) Apakah Nilai intrinsik saham yang dihitung berdasarkan empat metode

diatas undervalued atau overvalued terhadap harga pasarnya?

5) Apakah pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap kinerja keuangan

perbankan di Bursa Efek Indonesia?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1 Mengetahui dan menganalisis Nilai Intrinsik (Valuasi) saham saham

perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan metode Discounted Cash Flow.

2 Mengetahui dan menganalisis Nilai Intrinsik (Valuasi) saham saham

perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan metode Relative Valuation.


20

3 Mengetahui dan menganalisis Nilai Intrinsik (Valuasi) saham saham

perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan metode Economic Value Added.

4 Mengetahui dan menganalisis Nilai Intrinsik (Valuasi) saham-saham

perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan pendekatan Top-Down analysis

untuk mengetahui informasi secara menyeluruh tentang laporan keuangan

perusahaan dan kondisi overvalue / undervalue.

5 Mengetahui efek dari pandemic Covid-19 terhadap kinerja perbankan di

Bursa Efek Indonesia.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan bagi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagi Investor

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi investor

untuk mengambil keputusan investasi yang akan dipilih dari sektor

keuangan perbankan. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan

analisis fundamental perusahaan sejenis di Bursa Efek Indonesia.

2) Bagi Penulis

Penelitian ini akan menambah pengetahuan tentang penilaian atau valuasi

saham dari aspek fundamental dan mengetahui langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam melakukan penilaian saham. Selain itu, penelitian ini dapat

membantu penulis dalam menemukan passion terhadap dunia investment

banking.

3) Bagi perusahaan
21

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan untuk

mengetahui kondisi fundamental perusahaan berdasarkan pendekatan Top-

Down Analysis dan nilai wajar sahamnya.

4) Bagi Praktisi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi praktisi penilai dalam

menentukan Nilai Intrinsik saham perusahaan terutama perusahaan emiten

sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia.

5) Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan teori valuasi

dengan tiga pendekatan valuasi yaitu Discounted Cash Flow - Free Cash

Flow to Equity, Relative Valuation dan Economic Value Added sehingga

menemukan valuasi ideal dalam penelitian.

6) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tambahan dan juga sebagai panduan dan referensi terhadap pembaca dan

peneliti-peneliti lainnya dalam melakukan analisis lebih jauh terhadap topik

penelitian ini.

7) Bagi STIE Professional Manajemen College Indonesia

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pengetahuan atau sebagai tambahan literatur kepustakaan dalam bidang

penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai