Anda di halaman 1dari 13

RESUME MANAJEMEN INVESTASI BAB 14

BAGIAN TIGA : MANAJEMEN PORTOFOLIO

Disusun Oleh :

Oktaria Mulya
19013010234

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” JAWA TIMUR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2021
ANALISIS TOP DOWN
Yaitu analisis dimulai dari wawasan makro sanpai dengan mikro.
1. Analisis kondisi internasional
Kondisi internasional dapat dilihat dari dua sudut berbeda, yaitu sudut pandang investor
intenasioal dan domestic. Sudut pandang investor internasional bertujuan mencari
Negara- negara yang menjadi target investasi. Investor internasional bertujuan melakukan
investasi portofolio di berbagai Negara termasuk menentukan komposisi portofolionya.
Sudut pandang investor domestic bertujuan ingin mengetahui pengaruh kondisi
internasional terhadap perekonomian domestic. Investor domestic berasal dari dalam
negeri.
2. Sudut pandang investor internasional
Investor internasional perlu melakukan analisis sebelum memasuki suatu Negara untuk
berinvestasi,terutama mengenai kondisi suatu Negara yang akan menjadi target investasi.
Bidang analisis meliputi kondisi politik, hukum, ekonomi, dan social. Hasil analisi
mencakup data-data rinci hingga ke peringkat keamanan investasi, risiko investasi
maupun peringkat return investasi.
a. Risiko politik – variable yang masuk dalam risiko politik antara lain: stabilitas
pemerintahan, kondisi social ekonomi masyarakat, profil investasi, konflik internal
dan eksternal, kasus korupsi, dll.
b. Risiko finansial – variable yang termasuk ke dalam risiko finansial antara lain: jumlah
utang luar negeri, risiko utang luar negeri terhadap pendapatan domestic bruto, nilai
ekspor, risiko cadangan devisa terhadap impor, dan kurs valuta asing.
c. Risiko ekonomi – variable yang termasuk ke dalam risiko ekonomi antara lain:
pendapatan domestic bruto perkapita, pertumbuhan PDB, tingkat inflasi, deficit atau
surplus APBN, dan neraca pembayaran.
3. Sudut pandang investor domestic
Analisis kondisi internasional dan pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi nasional akan
memberi petunjuk terhadap kebijakan investasi domestic. Apabila pengaruh kondisi
internasional dinilai positif terhadap kondisi ekonomi dalam negeri, maka investor akan
memasuki pasar modal. Jika pengaruh kondisi dinilai negative, maka investor akan keluar
dari pasar domestic atau berhati-hati dalam memilih saham.

4. Analisis kondisi nasional


Setelah keputusan diambil untuk berinvestasi dalam suatu negara dan mengetahui tingkat
return dan risiko investasi tersebut maka investor menghitung alokasi investasi untuk
masing-masing jenis efek. Persentase investasi untuk saham, obligasi dan instrumen pasar
uang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi ekonomi negara saat ini dan prospek di
masa depan. Analisis tahapan dari siklus ekonomi yang sedang berlangsung beserta
indikator arah ekonomi (leading indicator) akan sangat membantu untuk menetapkan
besaran alokasi masing-masing jenis efek. Apabila leading indicator bergerak ke arah
pemulihan ekonomi (recovery) maka investasi saham memperoleh porsi lebih besar
daripada obligasi. Jika leading indicator mengarah dari pemulihan ekonomi ke ekspansi
atau kemakmuran (prosperity) maka porsi saham dari perusahaan yang menghasilkan
produk tahan lama (durable goods) akan lebih besar daripada saham perusahaan yang
menghasilkan produk tidak tahan lama (nondurable goods). Nondurable goods adalah
produk yang mudah habis terpakai seperti rokok, farmasi, makanan, minuman, dan
kebutuhan pokok sehari hari. Para investor menggunakan leading indicator sebagai
pedoman untuk melakukan pengambilan keputusan investasi saham agar tidak terjadi
keterlambatan dalam investasi. Jika pembelian saham dilakukan setelah indikator
ekonomi riil terbit, bisa dikatakan bahwa pembelian ini sudah terlambat sebab harga
saham yang dibeli sudah tinggi. Kondisi ekonomi nasional juga terlihat dari indikator
ekonomi lainnya, yaitu: Kondisi yang tampak pada perundangan perpajakan,
perundangan tenaga kerja, perundangan pasar modal, perundangan perbankan,
perundangan pasar komoditas dan lain sebagainya.

5. Analisi alokasi asset


Alokasi investasi/aset adalah tindakan untuk menetapkan bobot investasi atau proporsi
instrument keuangan tak berisiko (risk free asset) dan instrumen keuangan yang berisiko
(risky assets). Risk free assets diartikan sebagai instrumen investasi yang tidak mungkin
mengalami gagal bayar bunga dan pokok investasi seperti Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Risky assets diartikan sebagai instrument keuangan yang mengandung risiko tidak
mendapatkan hasil investasi, atau pokok investasi tidak kembali sebagian atau
seluruhnya, seperti saham dan obligasi. Risky assets dalam bentuk sahamperusahaan
yang menghasilkan produk durable goods dikelompokkan menjadi banyak sector antara
lain: sector perkebunan dan peternakan, sector pertambangan dan gas, sector industry
dasar, sector industry berat dan otomotif, sector property , sector infastruktur dan
transportasi, sector perbankan dan kauangan, dan sector industry lainnya.
Jika terjadi perubahan siklus ekonomi dari tahap depresi ke tahap pemulihan ekonomi,
maka akan terjadi pergeseran alokasi investasi dari obligasi ke saham karena saham akan
lebih menguntungkan daripada obligasi. Proporsi investasi obligasi dikurangi dan
proporsi saham ditambah atau disebut shifting assets. Jika terjadi perubahan siklus
ekonomi dari ekspansi ke resesi, maka proporsi investasi saham dikurangi dan proporsi
obligasi ditambah.
Analisis Seleksi Saham
Seleksi Saham adalah tindakan memilih saham yang akan diinvestasikan dari beberapa jenis saham
yang ada di dalam suatu sektor. Pemilihan sebagian kecil dari setiap sektor dimaksudkan untuk
menghindari investasi saham yang berkorelasi positif. Saham yang layak dibeli adalah saham yang
harganya berpotensi naik di masa depan. Beberapa metode seleksi saham yaitu: Risk and return
analysis meliputi: model Treynor, model Sharpe, model Jensen, model Treynor dan Black, model
Miller dan model M2. Model model lainnya yaitu: (1) single factor model, (2) single market model,
(3) multifactor model, (4) dividend discount model, (5) price earnings ratio, dan (6) price book
value ratio.

RISIKO INVESTASI
Portofolio finansial dapat diartikan sebagai investasi dalam berbagai instrumen keuangan yang
dapat diperdagangkan di Bursa Efek dan pasar uang dengan tujuan untuk menyebarkan sumber
perolehan return dan kemungkinan risiko. Untuk mengurangi resiko investasi, investor harus
mengenal jenis risiko investasi. Jenis risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
Apabila risiko sistematis muncul dan terjadi maka semua jenis saham akan terkena dampaknya,
sehingga investasi pada satu jenis saham ataupun lebih tidak dapat mengurangi kerugian. Untuk
mengurangi risiko sistematis, investor dapat melakukan lindung nilai di Futures market ataupun di
option market.
Risiko tidak sistematis hanya berdampak terhadap suatu saham atau sektor tertentu, karena risiko
tersebut dapat diatasi dengan cara melakukan diversifikasi produk titik untuk mengurangi kerugian
yang mungkin timbul, investor harus tersebar kedalam berbagai jenis saham dari berbagai sektor,
sehingga jika satu jenis saham merugi, masih ada jenis saham lain yang beruntung. Peraga 14.2
menunjukkan risiko total dari suatu portofolio investasi.

Total Risk = systematic risk + specific risk

𝒑𝒑 = 𝒑𝒑𝒑𝒑 + 𝒑(𝒑 )𝒑
□ 𝒑 𝒑 𝒑

𝒑𝒑 = √𝒑𝒑
𝒑

Portofolio tidak mungkin mendapatkan return yang maksimal, tetapi dapat menghasilkan return
yang optimal dengan risiko yang lebih kecil.
Capital Maintenance
Bagi investor asing yang datang ke Indonesia membawa dollar, maka apabila pulang kembali ke
negaranya harus membawa dollar kembali minimum sejumlah yang sama atau disebut Capital
maintenance.
Apabila tidak ada inflasi atau inflasi sama dengan nol, maka real return sama dengan nominal
return dan purchasing Power masih tetap 100%. Semakin besar tingkat inflasi semakin kecil real
return dan semakin kecil purchasing power.
(𝒑+𝒑)
Rumus penghitungan real return: −𝒑
(𝒑+𝒑)
dimana:

R = tingkat bunga
i = inflasi
𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑
Rumus penghitungan purchasing power:
(𝒑+𝒑)𝒑

dimana:

i = inflasi

n = masa investasi

Hal yang paling mengerikan di Indonesia adalah lemahnya nilai rupiah terhadap valuta asing
yang terjadi hampir sepanjang tahun. Oleh karena itu dalam menentukan return minimum yang
diharapkan, selain tingkat bunga deposito maupun tingkat bunga SBI, harus ditambahkan pula
dengan risiko turunnya nilai rupiah dan risiko bisnis.
Analisis Return dan Risiko
Suatu investasi yang mengandung risiko lebih tinggi seharusnya memberi return harapan yang
lebih tinggi pula. Peraga 14.3 memperlihatkan suatu portofolio investasi yang terdiri dari risky
assets dan risk free assets.

Contoh investasi pada aset yang dianggap beban risiko misalnya Deposito yang dijamin
pembayarannya kembali oleh pemerintah atau lembaga pinjaman. Peraga 14.4 menampilkan
contoh alokasi investasi hanya pada obligasi dan saham tanpa instrumen pasar uang dengan
komposisi 50% obligasi dan 50% saham. Sedangkan peraga 14.5 menampilkan contoh alokasi
aset meliputi saham obligasi dan instrumen pasar uang.
Untuk memudahkan pilihan aset yang terbaik dari kelompok aset, digunakan
perbandingan antara return dan risiko yang dikenal dengan istilah efficient frontier yang
dikemukakan oleh Harry Markowitz (1952). Peraga 14.6 menampilkan contoh optimal efficient
frontier yang disederhanakan.

Perhitungan Return dan Deviasi Standar


Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi .
Pendapatan investasi saham meliputi keuntungan jual beli saham, jika untung disebut capital gain
dan jika rugi disebut capital loss. Di samping capital gain, investor menerima dividen tunai setiap
tahunnya. Emiten akan membagi dividen tunai dua kali setahun, di mana yang pertama disebut
dividen interim yang dibayarkan selama tahun berjalan, sedangkan yang kedua disebut dividen
final yang dibagikan setelah tutup tahun buku. Pembagian dividen tunai diputuskan oleh rapat
umum pemegang saham (RUPS) atas usulan direksi perseroan.
Rumus penghitungan retum saham dapat dilakukan dengan dua cara, dengan cara pertama yaitu:
Keterangan :
R i,t : return saham i untuk t (hari,bulan,tahun lalu
dst) P t : price, harga untuk waktu t
P t-l : price, harga untuk waktu sebelumnya (kemarin, bulan, tahun
lalu dst)
Dt : dividen tunai interim dan dividen tunai final
Penggunaan harga saham dalam rupiah untuk menghitung return seperti dalam rumus(14-3) dapat
dibenarkan jika selama periode penghitungan return tidak terjadi Corporate action oleh perusahaan.
Jika data yang dianalisis untuk mendapatkan return itu bersifat tahunan dalam suatu rangkaian
waktu,terdapat kemungkinan bahwa corporate action pernah terjadi. Oleh sebab itu penggunaan
harga dalam nilai rupiah untuk menghitung return saham dapat menyesatkan, dan seperti yang
telah kita bahas dibab 6, akan lebih baik jika kita menggunakan cara kedua-yaitu menggunakan
"indeks harga saham"untuk menghitung return dari serangkaian data tahunan. Jika kita hendak
menggunakan harga saham dalam nilai rupiah untuk menghitung return dari suatu rangkaian data,
perlu diadakan penyesuaian terlebih dahulu terhadap "base value” saat terjadi corporate action.
Berikut ini adalah rumusnya:

Keterangan :
t i,t : return saham individual untuk waktu t (hari ini, bulan ini, tahun ini dst)
IHSI t : indeks harga saham individual untuk waktu t
IHSI t-l : indeks harga saham individual waktu
sebelumnya
Dt : dividen tunai interim dan dividen tunai
final
Rumus kedua (14-4) lebih tepat digunakan untuk tujuan analisis karena penggunaan indeks dapat
menetralkan pengaruh corporate action terhadap harga saham.
Dengan demikian rumus (14-3) dan rumus (14-4) akan menghasilkan return yang sama sepanjang
penyesuaian harga pasar sebelum split dilakukan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
rumus (14-3). Jika menggunakan rumus (14-4) investor tidak perlu menghitung IHSI sendiri
karena pihak bursa efek yang akan melakukan penghitungan dan menyebarkan kepada masyarakat
melalui media elektronik atau terbitan rutin laporan perdagangan.
Suatu investasi dianggap berisiko tinggi apabila deviasi standar dari return lebih besar daripada
Return rata-rata, atau oi>ri Apabila terjadi oi> ri berarti terdapat gejolak yang besar pada return
antarbulan atau terdapat return yang negatif. Besaran deviasi standar dipengaruhi juga oleh jumlah
bulan dalam data return yang digunakan untuk menghitung deviasi standar. Penggunaan data return
bulanan untuk 6 bulan akan menghasilkan deviasi standar yang berbeda dengan penggunaan data
untuk 12 bulan. Akan tetapi hasil deviasi standar dari return yang menggunakan data untuk 1 bulan
belum tentu lebih akurat daripada hasil deviasi standar yang menggunakan data untuk 6 bulan.
REWARD TO VOLATILITY RATIO
Selain diukur dengan deviasi standar, risiko investasi juga sering diukur dengan tolok ukur beta
saham. Beta saham individual menunjukkan seberapa besar atau kecil perubahan return saham
dibandingkan dengan return pasar. Beta saham "X" sebesar 1,50 menunjukkan bahwa kenaikan
atau penurunan return saham "X" adalah 1,50 kali perubahan return pasar. Jika return pasar naik
2% dan saham "X" naik 1,5 kali 2% 3%, maka korelasi antara saham "X" dengan pasar bersifat
positif. Apabila return pasar naik 2% sementara return saham "X" turun 3%, berarti korelasi antara
saham X dengan pasar bersifat negatif.
Dalam bursa efek harga suatu jenis saham dapat dipengaruhi oleh pergerakan harga dari berbagai
jenis saham. Pada umumnya, harga saham bergerak naik bersama dan bergerak turun bersama
walaupun tidak seluruhnya. Jika sebagian besar saham naik bersamaan dan sebagian kecil turun
bersamaan sementara sebagian lagi tidak berubah (stagnan), maka indeks pasar menunjukkan
kenaikan. Sebaliknya, jika sebagian besar saham turun bersamaan dan sebagian kecil naik
bersamaan sementara sebagian lagi tidak berubah (stagnan), maka indeks pasar menunjukkan
penurunan. Hal ini membuktikan bahwa banyak variabel di luar kinerja perusahaan yang dapat
mempengaruhi harga saham, dan hal itu pada umumnya disebut sebagai pengaruh pasar.
Pemilihan suatu jenis saham yang dilakukan dengan membandingkan antara return dan beta atau
yang disebut dengan reward to volatility ratio-RVO. Semakin tinggi nilai RVO saham berarti
semakin tinggi peringkat saham tersebut untuk terpilih
Reward to volatility ratio-RVO dapat dihitung dengan cara:
average return risk free
RVO =
𝒑𝒑𝒑𝒑 𝒑𝒑ℎ𝒑𝒑

Dengan mengambil data return saham, kita dapat menganalisis kinerja saham menggunakan model
RVO. Dari Kinerja saham model RVO, kita dapat melihat bahwa terdapat 9 jenis saham yang
layak dibeli (undervalued stock), dan 1 jenis saham layak dijual (overvalued stock). Jika kita
memutuskan untuk hanya memilih 5 jenis saham saja ke dalam portofolio, maka saham peringkat 1
sampai 5 yang dipilih. Bobot untuk tiap jenis saham proporsional dengan nilai kinerja.
SECURITIES MARKET LINE

Premium setiap jenis saham bergantung pada tingkatan risiko (βi) masing-masing saham. Salah
satu cara mengukur premium tiap jenis saham adalah dengan menggunakan market premium
sebagai pedoman dasar. Market premium adalah market return dikurangi risk free dan kemudian
dikalikan dengan beta.
Capital assets pricing model-CAPM merupakan salah satu cara untuk memilih saham yang akan
dibeli ataupun dijual dengan cara melakukan upaya untuk mengetahui saham yang harganya dinilai
terlalu rendah atau sudah "kemurahan" (undervalued), ataupun yang harganya dinilai terlalu tinggi
atau sudah "kemahalan" (overvalued). Suatu saham dikatakan undervalued apabila return-nya
berada di atas minimum return. Saham dikatakan overvalued apabila return-nya berada di bawah
minimum return. Istilah lain yang digunakan untuk minimum return adalah return harapan/yang
diharapkan. (expected return) atau required rate of return. Average return (ṝi) masa ialu
dianggap akan terjadi lagi di masa depan. Selisih antara , dan E(ri) disebut alpha (a).

Rumus alpha: ṝi - E(ri)

Rumus CAPM: E(ri ) = ṝf + βi (ṝm - ṝf )

dimana:
E(ri ) = return yang diharapkan sebagai minimum
return ṝf = tingkat return bebas risiko rata-rata
βi = beta saham individual
ṝm = tingkat retum pasar rata-rata

APPRAISALL RATIO
Metode CAPM mempertimbangkan risiko spesifik setiap jenis saham dalam mengestimasi return
saham. Untuk memeringkat saham yang akan dipilih maka alpha harus dibagi dengan risiko
spesifik-perbandingan atau rasio inilah yang disebut dengan appraisal ratio atau information ratio.
Terdapat beberapa metode untuk menghitung appraisal ratio ini, di antaranya yaitu: metode Treynor
dan Black serta metode Miller.
Appraisal Ratio Menurut Metode Treynor dan Black
Menurut metode ini, kinerja saham dihitung dengan membagi alpha dengan deviasi standar residual.
Residual adalah specific risk atau unsystematic risk yang ada dalam suatu unit investasi, baik saham
maupun portofolio.
Misalkan kita ingin membentuk portofolio yang terdiri dari dari 5 jenis saham, maka dari 7 jenis
saham yang layak dibeli kita akan memilih saham peringkat 1 sampai dengan peringkat 5.
Appraisal Ratio Menurut Model Miller
Terdapat sedikit perbedaan dengan metode Treynor dan Black. Tolak ukur risiko yang digunakan
model Miller adalah variance dari residual sedangkan model Treynor dan Black – TB
menggunakan deviasi standar residual, sisa proses analisis lainnya sama. Perbedaan tersebut akan
berakibat pada urutan peringkat kinerja yang berbeda di antara saham yang terpilih menurut model
TB dengan model Miller.

MODEL M2
Diciptakan oleh Franco Modigliani dan cucunya Leah Modigliani (1997). Model M 2 menggunakan
market return sebagai minimum return atau bencmark termasuk market risk. Untuk membuat
portofolio, misalkan investor kita memilih bentuk portofolio investor yang terdiri dari 5 jenis
saham dari 7 undervalued stock. Saham-saham ini dipilih sesuai peringkat, sehingga yang dipilih
adalah peringkat 1 sampai dengan 5. Bobot investasi juga mengikuti prinsip semakin tinggi nilai
kinerja saham semakin tinggi bobot investasi saham bersangkutan.
RETURN AND RESIKO PORTOFOLIO
Portofolio merupakan investasi dalam berbagai instrumen keuangan atau disebut juga diversifikasi.
Portofolio ditujukan untuk mengurangi resiko investasi dengan cara menyebarkan dana ke berbagai
aset yang berbeda, sehingga jika satu aset menderita kerugian sementara aset lainnya tidak rugi
maka nilai investasi kita tidak hilang semua. Hal ini berarti investasi harus dipilah – pilah (assets
allocation) ke dalam berbagai bentuk ada yang berupa saham, obligasi, SBI, deposito berjangka
dan reksa dana. Selanjutnya dialokasikan untuk saham ektor properti, perbankan, farmasi,
makanan, industri dasar, manudaktur, otomotif dan seterusnya. Kemudian dirinci lagi jenis saham
yang akan dipilih (stock selection), misalnya untuk sektor farmasi, saham dari emiten mana yang
akan dibeli.
Korelasi Negatif
Dalam melakukan diversifikasi sebaiknya dihindari saham-saham yang berkolerasi positif, atau
pilihlah saham yang berkolerasi negatif. Misalnya, saham pabrik semen dan saham properti
merupakan saham-saham yang berkolerasi positif. Kebaikan dari korelaris positif adalah apabila
sekuritas dalam portofolio sedang naik harga maka keuntungan menjadi sangat besar, tetapi
keburukannya adalah ketika harga sedang turun maka kita mengalami kerugian besar.
Kebaikan dari memiliki sekuritas yang berkolerasi negatif adalah apabila salah satu saham
merugi, saham yang lain belum tentu ikut merugi atau mungkin masih tetap untung sehingga
investor tidak mengalami kerugian total. Korelasi positif ataupun korelasi negatif dapat dihitung
secara manual atau secara elekronik melalui program spreadsheet seperti microsoft excel.
Return Portofolio
Return portofolio adalah dari suatu investasi dalam berbagai instrumen keuangan pada suatu
periode tertentu. Terdapat 4 contoh jenis portofolio, yaitu reksa dana saham, reksa dana
pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana pasar uang. Setiap investor dapat
membentuk sendiri jenis portofolionya untuk kepentingan pribadi atau kepentingan organisasinya
sendiri seperti dana pensiun, dana asuransi, yayasan pendidikan, yayasan olahraga, yayasan
olahraga, yayasan kesenian, dan sebagainya reksa dana merupakan portofolio yang dikelola oleh
manajer investasi untuk menjual kepada masyarakat luas, oleh karena itu tunduk kepada peraturan
dari bapepam. Portofolio yang bukan merupakan reksa dana tidak terikat oleh peraturan bapepam,
tetapi terikat oleh peraturan yang dibuat oleh organisasi itu sendiri.
Portofolio yang dibentuk untuk kepentingan pribadi mempunyai kebebasan mutlak.
Contoh perhitungan return portofolio adalah return reksa dana. Nilai aktiva bersih – NAB
merupakan harga pasar suatu reksa dana yang harus dibayar jika membeli, atau akan diterima jika
menjual. NAB reksa dana terbit setiap hari dan dapat dilihat dalam harian bisnis indonesia. Hal
ini berarti masyarakat dengan mudah dapat menghitung return harian, mingguan, ataupun bulanan
dengan rumus

Ket:
NABt : nilai aktiva bersih t (hari ini, minggu ini, bulan ini dst)
NABt-1: nilai aktiva bersih waktu sebelumnya
Resiko Portofolio
Resiko portofolio adalah resiko investasi dari sekelompok saham dalam portofolio ataupun
sekelompok instrumen keuangan dalam suatu portofolio. Resiko portofolio dapat dihitung sebagai
resiko harian, resiko mingguan, resiko bulanan dan resiko tahunan. Jika dihitung sebagai resiko
harian, maka dasar perhitungan resiko adalah data harian dan jika dihitung sebagai resiko bulanan,
maka data yang digunakan sebagai dasar perhitungan resiko adalah data bulanan.
Terdapat 2 ukuran yang digunakn sebagai resiko yaitu:
- Deviasi standar
- Beta saham

Deviasi Standar
Deviasi standar menggambarkan gejolak return saham dari return rata-rata. Gejolak return
tersebut dapat bersifat positif artinya berada di atas return rata-rata atau bersifat negatif yang
berarti berada dibawah return rata-rata.

Beta Saham
Nilai beta sebesar 1 merupakan nilai dari beta pasar secara keseluruhan. Jika nilai dari beta
portofolio, betap adalah 1,5 hal ini berarti semakin tinggi gejolak return portofolio dibandingkan
return pasar. Dengan kata lain semakin tinggi nilai beta semakin tinggi resiko invetasi portofolio.

CAPITAL ASSETS ALLOCATION


Capital allocation line adalah grafik yang menunjukkan kombinasi risiko dan return yang baik untuk
diinvestasikan yang terdiri dari risky assets (portofolio) dan risk free assets.
Peraga 14.7 memperlihatkan sebuah portofolio yang terdiri dari tiga jenis saham G, F, dan C serta
risk free assets berupa SBI berjangka waktu 1 bulan. Portofolio ini menghasilkan return portofolio
sebesar 14% dan deviasi standar portofolio 23% (yang ditandai dengan titik P).

CAPITAL MARKET LINE


Sekarang ini sudah banyak indeks pasar yang diperdagangkan di bursa efek regional.
Return market dihitung berdasarkan data indeks pasar, di mana rumusnya adalah :

Tabel 14.25 menyajikan kinerja beberapa bursa negara dalam periode 2005 s/d 2010. Dalam
menilai kinerja indeks pasar investor harus selalu memperhatikan dua variable yang berkaitan erat
yaitu variable return dan risiko investasi yang menggunakan tolok ukur deviasi standar. Tabel
14.25 tampak bahwa kinerja terbaik diraih oleh IHSG BEI (Indonesia), kemudian indeks Hang
Seng (Hongkong), dan Strait Times (Singapura) sebagaimana tercermin dari urutan terbesar rasio
RVA.

RATA-RATA ARITMATIKA VS GEOMETRIKA


Perhitungan return rata-rata dapat menggunakan rata-rata aritmatika ataupun geometrika dengan
hasil yang berbeda. Rata-rata aritmatika umumnya memberikan hasil yang lebih besar daripada
rata-rata geometrika, begitupun sebaliknya. Berikut ini contoh perhitungan rata-rata return saham
HMSP selama 6 bulan :

Anda mungkin juga menyukai