Disusun Oleh :
Oktaria Mulya
19013010234
RISIKO INVESTASI
Portofolio finansial dapat diartikan sebagai investasi dalam berbagai instrumen keuangan yang
dapat diperdagangkan di Bursa Efek dan pasar uang dengan tujuan untuk menyebarkan sumber
perolehan return dan kemungkinan risiko. Untuk mengurangi resiko investasi, investor harus
mengenal jenis risiko investasi. Jenis risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
Apabila risiko sistematis muncul dan terjadi maka semua jenis saham akan terkena dampaknya,
sehingga investasi pada satu jenis saham ataupun lebih tidak dapat mengurangi kerugian. Untuk
mengurangi risiko sistematis, investor dapat melakukan lindung nilai di Futures market ataupun di
option market.
Risiko tidak sistematis hanya berdampak terhadap suatu saham atau sektor tertentu, karena risiko
tersebut dapat diatasi dengan cara melakukan diversifikasi produk titik untuk mengurangi kerugian
yang mungkin timbul, investor harus tersebar kedalam berbagai jenis saham dari berbagai sektor,
sehingga jika satu jenis saham merugi, masih ada jenis saham lain yang beruntung. Peraga 14.2
menunjukkan risiko total dari suatu portofolio investasi.
𝒑𝒑 = 𝒑𝒑𝒑𝒑 + 𝒑(𝒑 )𝒑
□ 𝒑 𝒑 𝒑
𝒑𝒑 = √𝒑𝒑
𝒑
Portofolio tidak mungkin mendapatkan return yang maksimal, tetapi dapat menghasilkan return
yang optimal dengan risiko yang lebih kecil.
Capital Maintenance
Bagi investor asing yang datang ke Indonesia membawa dollar, maka apabila pulang kembali ke
negaranya harus membawa dollar kembali minimum sejumlah yang sama atau disebut Capital
maintenance.
Apabila tidak ada inflasi atau inflasi sama dengan nol, maka real return sama dengan nominal
return dan purchasing Power masih tetap 100%. Semakin besar tingkat inflasi semakin kecil real
return dan semakin kecil purchasing power.
(𝒑+𝒑)
Rumus penghitungan real return: −𝒑
(𝒑+𝒑)
dimana:
R = tingkat bunga
i = inflasi
𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑
Rumus penghitungan purchasing power:
(𝒑+𝒑)𝒑
dimana:
i = inflasi
n = masa investasi
Hal yang paling mengerikan di Indonesia adalah lemahnya nilai rupiah terhadap valuta asing
yang terjadi hampir sepanjang tahun. Oleh karena itu dalam menentukan return minimum yang
diharapkan, selain tingkat bunga deposito maupun tingkat bunga SBI, harus ditambahkan pula
dengan risiko turunnya nilai rupiah dan risiko bisnis.
Analisis Return dan Risiko
Suatu investasi yang mengandung risiko lebih tinggi seharusnya memberi return harapan yang
lebih tinggi pula. Peraga 14.3 memperlihatkan suatu portofolio investasi yang terdiri dari risky
assets dan risk free assets.
Contoh investasi pada aset yang dianggap beban risiko misalnya Deposito yang dijamin
pembayarannya kembali oleh pemerintah atau lembaga pinjaman. Peraga 14.4 menampilkan
contoh alokasi investasi hanya pada obligasi dan saham tanpa instrumen pasar uang dengan
komposisi 50% obligasi dan 50% saham. Sedangkan peraga 14.5 menampilkan contoh alokasi
aset meliputi saham obligasi dan instrumen pasar uang.
Untuk memudahkan pilihan aset yang terbaik dari kelompok aset, digunakan
perbandingan antara return dan risiko yang dikenal dengan istilah efficient frontier yang
dikemukakan oleh Harry Markowitz (1952). Peraga 14.6 menampilkan contoh optimal efficient
frontier yang disederhanakan.
Keterangan :
t i,t : return saham individual untuk waktu t (hari ini, bulan ini, tahun ini dst)
IHSI t : indeks harga saham individual untuk waktu t
IHSI t-l : indeks harga saham individual waktu
sebelumnya
Dt : dividen tunai interim dan dividen tunai
final
Rumus kedua (14-4) lebih tepat digunakan untuk tujuan analisis karena penggunaan indeks dapat
menetralkan pengaruh corporate action terhadap harga saham.
Dengan demikian rumus (14-3) dan rumus (14-4) akan menghasilkan return yang sama sepanjang
penyesuaian harga pasar sebelum split dilakukan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
rumus (14-3). Jika menggunakan rumus (14-4) investor tidak perlu menghitung IHSI sendiri
karena pihak bursa efek yang akan melakukan penghitungan dan menyebarkan kepada masyarakat
melalui media elektronik atau terbitan rutin laporan perdagangan.
Suatu investasi dianggap berisiko tinggi apabila deviasi standar dari return lebih besar daripada
Return rata-rata, atau oi>ri Apabila terjadi oi> ri berarti terdapat gejolak yang besar pada return
antarbulan atau terdapat return yang negatif. Besaran deviasi standar dipengaruhi juga oleh jumlah
bulan dalam data return yang digunakan untuk menghitung deviasi standar. Penggunaan data return
bulanan untuk 6 bulan akan menghasilkan deviasi standar yang berbeda dengan penggunaan data
untuk 12 bulan. Akan tetapi hasil deviasi standar dari return yang menggunakan data untuk 1 bulan
belum tentu lebih akurat daripada hasil deviasi standar yang menggunakan data untuk 6 bulan.
REWARD TO VOLATILITY RATIO
Selain diukur dengan deviasi standar, risiko investasi juga sering diukur dengan tolok ukur beta
saham. Beta saham individual menunjukkan seberapa besar atau kecil perubahan return saham
dibandingkan dengan return pasar. Beta saham "X" sebesar 1,50 menunjukkan bahwa kenaikan
atau penurunan return saham "X" adalah 1,50 kali perubahan return pasar. Jika return pasar naik
2% dan saham "X" naik 1,5 kali 2% 3%, maka korelasi antara saham "X" dengan pasar bersifat
positif. Apabila return pasar naik 2% sementara return saham "X" turun 3%, berarti korelasi antara
saham X dengan pasar bersifat negatif.
Dalam bursa efek harga suatu jenis saham dapat dipengaruhi oleh pergerakan harga dari berbagai
jenis saham. Pada umumnya, harga saham bergerak naik bersama dan bergerak turun bersama
walaupun tidak seluruhnya. Jika sebagian besar saham naik bersamaan dan sebagian kecil turun
bersamaan sementara sebagian lagi tidak berubah (stagnan), maka indeks pasar menunjukkan
kenaikan. Sebaliknya, jika sebagian besar saham turun bersamaan dan sebagian kecil naik
bersamaan sementara sebagian lagi tidak berubah (stagnan), maka indeks pasar menunjukkan
penurunan. Hal ini membuktikan bahwa banyak variabel di luar kinerja perusahaan yang dapat
mempengaruhi harga saham, dan hal itu pada umumnya disebut sebagai pengaruh pasar.
Pemilihan suatu jenis saham yang dilakukan dengan membandingkan antara return dan beta atau
yang disebut dengan reward to volatility ratio-RVO. Semakin tinggi nilai RVO saham berarti
semakin tinggi peringkat saham tersebut untuk terpilih
Reward to volatility ratio-RVO dapat dihitung dengan cara:
average return risk free
RVO =
𝒑𝒑𝒑𝒑 𝒑𝒑ℎ𝒑𝒑
Dengan mengambil data return saham, kita dapat menganalisis kinerja saham menggunakan model
RVO. Dari Kinerja saham model RVO, kita dapat melihat bahwa terdapat 9 jenis saham yang
layak dibeli (undervalued stock), dan 1 jenis saham layak dijual (overvalued stock). Jika kita
memutuskan untuk hanya memilih 5 jenis saham saja ke dalam portofolio, maka saham peringkat 1
sampai 5 yang dipilih. Bobot untuk tiap jenis saham proporsional dengan nilai kinerja.
SECURITIES MARKET LINE
Premium setiap jenis saham bergantung pada tingkatan risiko (βi) masing-masing saham. Salah
satu cara mengukur premium tiap jenis saham adalah dengan menggunakan market premium
sebagai pedoman dasar. Market premium adalah market return dikurangi risk free dan kemudian
dikalikan dengan beta.
Capital assets pricing model-CAPM merupakan salah satu cara untuk memilih saham yang akan
dibeli ataupun dijual dengan cara melakukan upaya untuk mengetahui saham yang harganya dinilai
terlalu rendah atau sudah "kemurahan" (undervalued), ataupun yang harganya dinilai terlalu tinggi
atau sudah "kemahalan" (overvalued). Suatu saham dikatakan undervalued apabila return-nya
berada di atas minimum return. Saham dikatakan overvalued apabila return-nya berada di bawah
minimum return. Istilah lain yang digunakan untuk minimum return adalah return harapan/yang
diharapkan. (expected return) atau required rate of return. Average return (ṝi) masa ialu
dianggap akan terjadi lagi di masa depan. Selisih antara , dan E(ri) disebut alpha (a).
dimana:
E(ri ) = return yang diharapkan sebagai minimum
return ṝf = tingkat return bebas risiko rata-rata
βi = beta saham individual
ṝm = tingkat retum pasar rata-rata
APPRAISALL RATIO
Metode CAPM mempertimbangkan risiko spesifik setiap jenis saham dalam mengestimasi return
saham. Untuk memeringkat saham yang akan dipilih maka alpha harus dibagi dengan risiko
spesifik-perbandingan atau rasio inilah yang disebut dengan appraisal ratio atau information ratio.
Terdapat beberapa metode untuk menghitung appraisal ratio ini, di antaranya yaitu: metode Treynor
dan Black serta metode Miller.
Appraisal Ratio Menurut Metode Treynor dan Black
Menurut metode ini, kinerja saham dihitung dengan membagi alpha dengan deviasi standar residual.
Residual adalah specific risk atau unsystematic risk yang ada dalam suatu unit investasi, baik saham
maupun portofolio.
Misalkan kita ingin membentuk portofolio yang terdiri dari dari 5 jenis saham, maka dari 7 jenis
saham yang layak dibeli kita akan memilih saham peringkat 1 sampai dengan peringkat 5.
Appraisal Ratio Menurut Model Miller
Terdapat sedikit perbedaan dengan metode Treynor dan Black. Tolak ukur risiko yang digunakan
model Miller adalah variance dari residual sedangkan model Treynor dan Black – TB
menggunakan deviasi standar residual, sisa proses analisis lainnya sama. Perbedaan tersebut akan
berakibat pada urutan peringkat kinerja yang berbeda di antara saham yang terpilih menurut model
TB dengan model Miller.
MODEL M2
Diciptakan oleh Franco Modigliani dan cucunya Leah Modigliani (1997). Model M 2 menggunakan
market return sebagai minimum return atau bencmark termasuk market risk. Untuk membuat
portofolio, misalkan investor kita memilih bentuk portofolio investor yang terdiri dari 5 jenis
saham dari 7 undervalued stock. Saham-saham ini dipilih sesuai peringkat, sehingga yang dipilih
adalah peringkat 1 sampai dengan 5. Bobot investasi juga mengikuti prinsip semakin tinggi nilai
kinerja saham semakin tinggi bobot investasi saham bersangkutan.
RETURN AND RESIKO PORTOFOLIO
Portofolio merupakan investasi dalam berbagai instrumen keuangan atau disebut juga diversifikasi.
Portofolio ditujukan untuk mengurangi resiko investasi dengan cara menyebarkan dana ke berbagai
aset yang berbeda, sehingga jika satu aset menderita kerugian sementara aset lainnya tidak rugi
maka nilai investasi kita tidak hilang semua. Hal ini berarti investasi harus dipilah – pilah (assets
allocation) ke dalam berbagai bentuk ada yang berupa saham, obligasi, SBI, deposito berjangka
dan reksa dana. Selanjutnya dialokasikan untuk saham ektor properti, perbankan, farmasi,
makanan, industri dasar, manudaktur, otomotif dan seterusnya. Kemudian dirinci lagi jenis saham
yang akan dipilih (stock selection), misalnya untuk sektor farmasi, saham dari emiten mana yang
akan dibeli.
Korelasi Negatif
Dalam melakukan diversifikasi sebaiknya dihindari saham-saham yang berkolerasi positif, atau
pilihlah saham yang berkolerasi negatif. Misalnya, saham pabrik semen dan saham properti
merupakan saham-saham yang berkolerasi positif. Kebaikan dari korelaris positif adalah apabila
sekuritas dalam portofolio sedang naik harga maka keuntungan menjadi sangat besar, tetapi
keburukannya adalah ketika harga sedang turun maka kita mengalami kerugian besar.
Kebaikan dari memiliki sekuritas yang berkolerasi negatif adalah apabila salah satu saham
merugi, saham yang lain belum tentu ikut merugi atau mungkin masih tetap untung sehingga
investor tidak mengalami kerugian total. Korelasi positif ataupun korelasi negatif dapat dihitung
secara manual atau secara elekronik melalui program spreadsheet seperti microsoft excel.
Return Portofolio
Return portofolio adalah dari suatu investasi dalam berbagai instrumen keuangan pada suatu
periode tertentu. Terdapat 4 contoh jenis portofolio, yaitu reksa dana saham, reksa dana
pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana pasar uang. Setiap investor dapat
membentuk sendiri jenis portofolionya untuk kepentingan pribadi atau kepentingan organisasinya
sendiri seperti dana pensiun, dana asuransi, yayasan pendidikan, yayasan olahraga, yayasan
olahraga, yayasan kesenian, dan sebagainya reksa dana merupakan portofolio yang dikelola oleh
manajer investasi untuk menjual kepada masyarakat luas, oleh karena itu tunduk kepada peraturan
dari bapepam. Portofolio yang bukan merupakan reksa dana tidak terikat oleh peraturan bapepam,
tetapi terikat oleh peraturan yang dibuat oleh organisasi itu sendiri.
Portofolio yang dibentuk untuk kepentingan pribadi mempunyai kebebasan mutlak.
Contoh perhitungan return portofolio adalah return reksa dana. Nilai aktiva bersih – NAB
merupakan harga pasar suatu reksa dana yang harus dibayar jika membeli, atau akan diterima jika
menjual. NAB reksa dana terbit setiap hari dan dapat dilihat dalam harian bisnis indonesia. Hal
ini berarti masyarakat dengan mudah dapat menghitung return harian, mingguan, ataupun bulanan
dengan rumus
Ket:
NABt : nilai aktiva bersih t (hari ini, minggu ini, bulan ini dst)
NABt-1: nilai aktiva bersih waktu sebelumnya
Resiko Portofolio
Resiko portofolio adalah resiko investasi dari sekelompok saham dalam portofolio ataupun
sekelompok instrumen keuangan dalam suatu portofolio. Resiko portofolio dapat dihitung sebagai
resiko harian, resiko mingguan, resiko bulanan dan resiko tahunan. Jika dihitung sebagai resiko
harian, maka dasar perhitungan resiko adalah data harian dan jika dihitung sebagai resiko bulanan,
maka data yang digunakan sebagai dasar perhitungan resiko adalah data bulanan.
Terdapat 2 ukuran yang digunakn sebagai resiko yaitu:
- Deviasi standar
- Beta saham
Deviasi Standar
Deviasi standar menggambarkan gejolak return saham dari return rata-rata. Gejolak return
tersebut dapat bersifat positif artinya berada di atas return rata-rata atau bersifat negatif yang
berarti berada dibawah return rata-rata.
Beta Saham
Nilai beta sebesar 1 merupakan nilai dari beta pasar secara keseluruhan. Jika nilai dari beta
portofolio, betap adalah 1,5 hal ini berarti semakin tinggi gejolak return portofolio dibandingkan
return pasar. Dengan kata lain semakin tinggi nilai beta semakin tinggi resiko invetasi portofolio.
Tabel 14.25 menyajikan kinerja beberapa bursa negara dalam periode 2005 s/d 2010. Dalam
menilai kinerja indeks pasar investor harus selalu memperhatikan dua variable yang berkaitan erat
yaitu variable return dan risiko investasi yang menggunakan tolok ukur deviasi standar. Tabel
14.25 tampak bahwa kinerja terbaik diraih oleh IHSG BEI (Indonesia), kemudian indeks Hang
Seng (Hongkong), dan Strait Times (Singapura) sebagaimana tercermin dari urutan terbesar rasio
RVA.