Anda di halaman 1dari 6

RMK PEMERIKSAAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA

Di Susun Oleh :

Karina Lintang Ayu S. (19013010232)


Oktaria Mulya (19013010233)
Monica Mega Puspa (19013010234)
Atika Rahmawati (19013010258)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA
TIMUR
2022
AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA

Dalam pengadaan barang dan jasa, pemerintah selalu berpegang pada prinsip
ekonomi, efisien, dan efektif. Pemerintah selalu berupaya menyempurnakan prosedur
pelaksanaan pengadaan barang/jasa baik melalui penyempurnaan peraturan-peraturan
maupun pengambilan kebijakan dan keputusan yang tepat. Agar pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa dilaksanakan secara ekonomi, efi sien dan efektif, perlu dilakukan
pengawasan secara intensif. Selain itu, tuntutan kepada pemerintah untuk menerapkan good
governance dalam menjalankan pemerintahan, telah membuat akuntabilitas pengadaan
barang dan jasa harus dilaksanakan.

1.1. Pemahaman Umum Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa ditujukan untuk memenuhi kebutuhan barangdan jasa
bagi kelancaran jalannya pemerintahan dan pelayanan. Untuk memenuhi kebutuhan barang
dan jasa tersebut, pemerintah harus mengalokasikan sebagian dana dalam Anggaran tahunan
(ABPD/ABPN) baik yang murni maupun perubahan. Jumlah dana yang disediakan untuk
pengadaan barang/jasa oleh Pemerintah dalam APBN/D, BUMN/D, Yayasan dan Badan-
Badan yang dikelola atau diadakan oleh Pemerintah, merupakan perkiraan maksimum dari
hasil analisa atas rencana kebutuhan barang/jasa yang diajukan oleh satuan-satuan kerja
dalam suatu organisasi pemerintah dikalikan dengan perkiraan harga suatu barang/jasa. Oleh
karena itu, penentuan besarnya dana untuk pengadaan barang/jasa merupakan hasil
perhitungan atau perkalian antara jumlah barang/jasa dikali perkiraan harga satuan dari
masing-masing barang/jasa.

Dengan mempertimbangkan dan memperhatikan jenis, sifat dan nilai barang/jasa,


serta kondisi lokasi, kepentingan masyarakat dan jumlah penyedia barang/jasa yang ada,
maka pengadaan barang/ jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh APBN/D, dapat
dilakukan dengan cara-cara dan metode sebagai berikut:

1. Pelelangan umum
Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha
yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
1. Pelelangan Terbatas
Proses pelelangan terbatas pada prinsipnya sama dengan proses pelelangan umum
kecuali dalam pengumuman dicantumkan kriteria peserta dan nama-nama penyedia
barang/ jasa yang akan diundang. Apabila setelah diumumkan ternyata ada penyedia
barang/jasa yang tidak tercantum dalam pengumuman dan berminat serta memenuhi
kualifi kasi, maka wajib untuk diikutsertakan dalam pelelangan terbatas.
2. Pemilihan Langsung
Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari
segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan
metode pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3
(tiga) penawaran dari penyedia barang/ jasa yang telah lulus prakualifikasi serta
dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal
melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan
melalui internet.
3. Penunjukan Langsung
Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa
dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga
yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
4. Swakelola
Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi
sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri atau upah borongan kerja.
Tenaga ahli dari luar tidak boleh melebihi 50%(lima puluh persen) dari tenaga sendiri.
Swakelola dilihat dari pelaksana pekerjaan dibedakan menjadi beberapa klasifikasi:
a. Swakelola oleh pengguna barang/jasa adalah pekerjaan yang direncanakan,
dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh pengguna barang/jasa dengan menggunakan
tenaga sendiri, dan/ atau tenaga dari luar baik tenaga ahli maupun tenaga upah
borongan
b. Swakelola oleh instansi pemerintah lain non swadana (universitas negeri, lembaga
penelitian/ilmiah pemerintah, lembaga pelatihan) adalah pekerjaan yang perencanaan
dan pengawasannya dilakukan oleh pengguna barang/jasa
c. Swakelola oleh penerima hibah adalah pekerjaan yang perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah dengan sasaran ditentukan oleh
instansi pemberi hibah.
Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola harus memiliki kriteria sebagai
berikut:
1) pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber
daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi
dan tugas pokok pengguna barang/jasa; dan/atau
2) pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
masyarakat setempat;
3) pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya
tidak diminati oleh penyedia barang/jasa; dan/ atau

1.2. Pengembangan Rencana Audit

Audit terhadap Pengadaan Barang dan Jasa harus terencana secara matang dan rinci
karena dalam kasus ini banyak sekali celah terjadinya penyimpangan, baik penyimpangan
prosedural, teknis, maupun non teknis yang sifatnya bisa memperkaya diri sendiri pelaku
maupun memperkaya orang lain. Tahapan Pengembangan Rencana Audit pengadaan barang
dan jasa meliputi Pemeriksaan Dokumen Pengadaan dan Kriteria Evaluasi, pemeriksaan
Keangka Acuan Kerja, Pemeriksaan penunjukkan Langsung, pemeriksaan Penentuan Harga
Perkiraan Sendiri (HPS), Pemeriksaan Dokumen Kontrak dan Pemeriksaan Pengadaan
Barang dengan Swakelola.

1.2.1. Pemeriksaan Dokumen Pengadaan dan Kriteria Evaluasi


Tahap awal pemeriksaan pengadaan barang dan jasa adalah pemeriksaan terhadap
dokumen pengadaan dan kriteria evaluasi. Untuk melakukan pemeriksaan proses pengadaan
barang / jasa, sudah barang tentu terlebih dahulu pemeriksa mendapatkan Dokumen
Pengadaan secara lengkap, yang antara lain terdiri dari: Surat Permintaan Penawaran Harga
atau pengumuman untuk pelaksanaan pengadaan, Rencana kerja, Prakualifi kasi, Berita
Acara Penjelasan (Aanwijzing), dan Kontrak.

1.2.2. Pemeriksaan Kerangka Acuan Kerja


Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau (Term of Refference) TOR sendiri adalah
dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa,
siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya suatu kegiatan. Dengan
kata lain, Kerangka Acuan Kerja berisi uraian tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
masukan yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan. Berikut tahapan
yang harus dilakukan seorang auditor dalam mengaudit Kerangka Acuan Kerja sebuah
project pengadaan barang dan jasa:

1.2.3. Pemeriksaan Penunjukkan Langsung

Metode evaluasi terhadap penunjukkan langsung, untuk mengevaluasi atau menilai


kewajaran kualitas teknis dan harga atas proses pengadaan barang/jasa dan jasa lainnya
termasuk konsultansi. Tahapan pemeriksaannya sama dengan pemeriksaan terhadap metode
pengadaan yang lainnya, diawali dari:

1) Lakukan wawancara dan bukti pendukungnya bahwa untuk


penunjukkan langsung hanya diundang satu calon penyedia jasa
konsultan atau Surat Permintaan Penawaran Harga hanya
disampaikan kepada satu alamat/calon penyedia jasa konsultansi.
2) Dapatkan Berita Acara Penilaian (Evaluasi), yakinkan sekali lagi
bahwa yang dievaluasi hanya satu penawar.
3) Yakinkan bahwa penilaian teknis dan harga dilakukan secara
bersamaan
4) Dapatkan Berita Acara atau catatan yang disyahkan oleh
Panitia/Pejabat pengadaan atas pelaksanaan penilaian “Kualitas
Penawaran Teknis”.
5) Dapatkan Berita Acara atau catatan klarifi kasi dan negosiasi yang
telah dilegalisir (disyahkan) oleh Panitia/Pejabat Pengadaan.
6) Periksa, apakah dalam proses penilaian tersebut dilakukan
kesesuaian penawaran teknis dan penawaran harga
7) Periksa, apakah dilakukan klarifi kasi dan negosiasi penawaran harga
meliputi biaya langsung personil dan biaya langsung non personil.
Lakukan pendalaman, apakah klarifikasi dan negosiasi termasuk
komposisi biaya langsung personil dan biaya langsung non personil

1.2.4. Pemeriksaan Penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

Untuk pemeriksaan penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) dengan referensi


data dasar yang tidak jauh beda dengan yang telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 70
Tahun 2012, namun pemeriksa dituntut lebih hati-hati dan telaten. Artinya ditapis, diurut
kembali sehingga pemeriksaannya diawali dari tahapan berikut:
a. Apakah Audite telah menetapkan Harga Satuan Standar (HSS) atau Harga
Patokan Standar (HPS), apakah masih up to date dan disyahkan oleh Pejabat
yang berwenang
b. Apakah Panitia/Pejabat pengadaan barang/jasa melakukan analisis harga
satuan pekerjaan yang bersangkutan
c. Periksa, apakah HPS juga mempertimbangkan perkiraan perhitungan biaya
oleh konsultan yang dalam hal ini Engineers Estimate (EE)
d. Dapatkan harga pasar dan bandingkan dengan HPS. Apakah dapat diyakini
bahwa HPS disusun telah mempertimbangkan/ referensi harga pasar
e. Periksa, apakah referensi penyusunan HPS juga dilengkapi:
 Harga Kontrak/SPK yang lalu?
 Harga Satuan dan Badan Pusat Statistik (BPS)?
 Harga/tarif yang dikeluarkan oleh pabrikan/agen
tunggal atau lembaga independen?
 Daftar/tarif harga dari instansi berwenang?
f. Periksa, dan yakinkan apakah HPS telah memperhitungkan: >Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) x Biaya Umum dan Keuntungan (Overhead Cost
and Profit).
g. Periksa, apakah dalam HPS tidak dimasukkan unsur biaya tidak terduga dan
Pajak Penghasilan (PPh)

Anda mungkin juga menyukai