Hutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan
merupakan faktor yang yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek
perusahaan. Seperti halnya dengan piutang usaha, hutang usaha biasanya juga
dipengaruhioleh volum transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap
salah saji. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan audit atas saldo aktiva, audit atas
hutang lebih ditekankan pada asersi kelengkapan daripada asersi eksistensi atauu
kejadian. Alasannya adalah bahwa manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang,
maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi
keuangan yang lebih menguntungkan.
1. PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN
Hutang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo
maupun oleh transaksi pengeluaran kas yang menurunkan saldo tersebut. Jadi, risiko
pengujian rincian untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko
prosedur analitis, dan faktor – faktor risiko pendalian yang berkaitan dengan kedua
kelompok transaksi tersebut.
2. PERENCANAAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Ingat kembali bahwa tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiao
asersi laporan keuangan yang signifikan dicapai dengan menguampulkan bukti dari
pengujian substantif yang dirancanng secara tepat, termasuk prosedur analitis dan
pengujian rincian.
3. PROSEDUR AWAL
Proses awal untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah menelusuri
saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya, dan mengunakan perangkat lunak audit
tergenerelisasi dalam memeriksa akun buku besaruntuk melihat setiap ayat jurnal yang
tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah terutang pada tanggal
neraca. Biasanya klienmempunyai daftar file voucher yang belum dibayar, buku
pembantu utang usaha, atau file induk dalam bentuk elektronik. Auditor juga dapat
menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menentukan ketepataan
matematis dari daftar tersebut dengan cara menjumlah ulang total dan dengan
memverifikasi bahwa jumlahnya telah sesuai dengan saldo akun buku besar.
4. PROSEDUR ANALITIS
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan
ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antara hutang usaha dengan akun-
akun kunci lainya seperti pembelian atau persediaan. Suatu penurunan yang yang
abnormal atas rasio perputaran hutang usaha atau kenaikan yang tidak diharapkan atas
rasio lancar dapat menjadi indikator bahwa kewajiban telah ditetapkan terlalu rendah.
Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk memastikan bahwa
bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian telah konsisten dengan gambaran
menyeluruh yang dapat dilaporkan dalam laporan keuangan.
5. PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Ingat kembali bahwa alam melaksanakan penngujian tersebut, auditor terutama
akan menitikberatkan pada pendeteksian kurang saji hutang yang dicatat serta hutang
yang belum tercatat. Seberapa luas setiap pengujian itu dilakukan akan bervariasi
menurut tingkat risiko deteksi spesifik yang dapat diterima untuk asersi-asersi terkait.
6. PENGUJIAN RINCIAN SALDO
Dua pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah:
a. Konfirmasi Hutang Usaha
Tidak seperti konfirmasi piutang usaha, tidak ada angapan yang dibuat mengenai
konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat opsional karena konfirmasi ini tidak dapat
menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan pat ditemukan , dan bukti eksternal
berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk mendukung saldonya.
Konfirmasi hutang usaha direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat
kreditor individual dengan saldo yang relative besar, atau perusahaan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kewajiban. Seperti dalam kasus konfirmasi piutang usaha,
auditor harus mengendalikan pembuatan dan pengiriman permintaan konfirmasi serta
harus menerima jawaban langsung dari responden.
b. Merekonsiliasi Hutang yang Belum Dikonfirmasi dengan Laporan Pemasok
Dalam banyak kasus, para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan
yang bisa dijumpai dalam file klien. Dalam kasus ini, jumlah yang terutang kepada
pemasok menurut daftar hutang klien dapat direkonsiliasi dengan laporan tersebut.
Bukti yang diperoleh dari prosedur ini juga berlaku untuk asersi yang sama seperti
konfirmasi tetapi kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan
pada klien, dan bukan langsung kepada auditor. Selain itu, laporan ini mungkin tidak
tersedia dari pemasok tertentu.