Anda di halaman 1dari 7

2A

Pengadaan barang/jasa mengacu pada proses yang melibatkan pemerolehan atau perolehan
barang fisik, produk, atau layanan yang diperlukan oleh suatu entitas atau organisasi. Pengadaan
barang/jasa melibatkan langkah-langkah untuk mengidentifikasi kebutuhan, mencari pemasok,
mengevaluasi penawaran, melakukan pembelian, dan mengelola kontrak dengan pihak yang
dipilih.

Pengadaan barang dan jasa adalah proses pemerolehan barang atau jasa oleh sektor publik
atau pemerintah untuk memenuhi kebutuhan mereka, dengan memperhatikan efisiensi dan
transparansi (Sako, 2019). Sedangkan ada juga yang berpendapat pengadaan barang dan jasa
melibatkan proses pemilihan penyedia berdasarkan kriteria tertentu, seperti harga, kualitas, dan
keberlanjutan, dengan tujuan memperoleh barang atau jasa yang paling sesuai dengan kebutuhan
organisasi. (Tang & Wong, 2019)

Secara umum, pengadaan barang/jasa mencakup aktivitas berikut:

1. Identifikasi Kebutuhan: Tahap awal dalam pengadaan adalah mengidentifikasi


kebutuhan barang atau jasa yang diperlukan. Ini melibatkan penentuan spesifikasi,
volume, dan kualitas yang diinginkan.
2. Pemilihan Pemasok: Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
mencari dan mengevaluasi pemasok atau penyedia yang memenuhi persyaratan.
Evaluasi dapat meliputi faktor seperti kualitas, harga, keandalan, reputasi, dan
kemampuan pemasok.
3. Permintaan Penawaran: Pihak yang membutuhkan barang/jasa dapat mengajukan
permintaan penawaran kepada pemasok yang dipilih. Permintaan penawaran berisi
informasi tentang kebutuhan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemasok.
4. Evaluasi Penawaran: Pihak yang membutuhkan melakukan evaluasi terhadap
penawaran yang diterima dari pemasok. Evaluasi ini melibatkan pembandingan
penawaran berdasarkan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.
5. Pembelian dan Negosiasi Kontrak: Setelah penawaran dinilai, pihak yang
membutuhkan dapat melakukan pembelian dan memulai negosiasi kontrak dengan
pemasok yang dipilih. Kontrak akan mengatur persyaratan dan ketentuan pembelian
serta hak dan tanggung jawab kedua belah pihak.
6. Pengelolaan Kontrak: Setelah kontrak ditandatangani, pengadaan barang/jasa
melibatkan pengelolaan dan pemantauan kontrak selama periode yang ditentukan. Ini
mencakup pemenuhan persyaratan kontrak, pemantauan kualitas barang/jasa yang
diberikan, dan penyelesaian masalah jika ada permasalahan yang timbul.
7.
2B

Posisi pengadaan barang/jasa pada tahapan infrastruktur umumnya terletak di antara tahap
perencanaan dan tahap pelaksanaan proyek. Pada tahap perencanaan, pengadaan barang/jasa
terlibat dalam merencanakan kebutuhan, menentukan jadwal pengadaan, dan menyusun
dokumen tender. Pada tahap pelaksanaan, mereka mengelola proses tender, melakukan evaluasi
penawaran, dan menandatangani kontrak dengan pemenang tender. ( (Evans, Brock, &
Onagoruwa, 2016)

Posisi pengadaan barang/jasa pada tahapan infrastruktur terletak pada proses pengadaan atau
procurement yang merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus proyek. Posisi pengadaan
barang/jasa umumnya berada di antara tahapan perencanaan dan pelaksanaan proyek. Berikut
adalah penjelasan lebih detail mengenai posisi pengadaan barang/jasa pada tahapan infrastruktur:

1. Perencanaan: Pada tahap perencanaan proyek infrastruktur, pemilik proyek dan tim
proyek merencanakan kebutuhan barang/jasa yang diperlukan. Posisi pengadaan
barang/jasa pada tahap ini adalah untuk membantu dalam mengidentifikasi dan
merencanakan kebutuhan, menentukan jadwal pengadaan, dan mengkoordinasikan
persiapan dokumen tender.
2. Persiapan Dokumen Tender: Posisi pengadaan barang/jasa sangat penting dalam tahapan
ini. Mereka bertanggung jawab menyusun dokumen tender yang mencakup spesifikasi
teknis, syarat-syarat kontrak, dan instruksi bagi pihak yang berminat untuk mengajukan
penawaran. Pengadaan barang/jasa juga memastikan ketersediaan anggaran yang
memadai untuk melaksanakan pengadaan.
3. Pelaksanaan Tender: Pada tahap ini, pengadaan barang/jasa mengelola proses tender atau
pengajuan penawaran. Tugas mereka meliputi pengumuman tender, menjawab
pertanyaan peserta tender, mengelola proses evaluasi penawaran, dan menentukan
pemenang tender berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
4. Penandatanganan Kontrak: Setelah pemenang tender ditentukan, posisi pengadaan
barang/jasa melakukan negosiasi kontrak dengan pihak yang terpilih. Mereka
memastikan bahwa kontrak mencakup semua persyaratan dan ketentuan yang telah
disepakati serta melindungi kepentingan pemilik proyek.
5. Pengawasan Kontrak: Selama tahap pelaksanaan proyek, posisi pengadaan barang/jasa
memainkan peran penting dalam memastikan bahwa pihak yang memenangkan kontrak
memenuhi kewajiban mereka sesuai dengan persyaratan kontrak. Mereka dapat
melakukan pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian kinerja kontraktor.

Melihat dari uraian yang penulis lampirkan diatas posisi dari pengadaan barang dan jasa
sangat berperan penting pada seluruh tahapan kontruksi dimulai dari Perencanaan kontruksi
hingga ke pengawasan kontrak . Selain itu juga seluruh pihak yang terlibat dalam proses
kontruksi seperti pemilik proyek, tim proyek, vendor/penyedia barang/jasa, kontraktor, dan pihak
terkait lainnya. harus ikut andil dan harus saling berkoordinasi satu sama lain untuk memastikan
bahwa pengadaan barang/jasa yang tepat dilakukan sesuai dengan persyaratan proyek, anggaran
yang tersedia, dan prosedur yang berlaku.

Refferensi : Ahola, T., & Aaltonen, K. (2017). Project Procurement in Infrastructure: A Critical
Review. Procedia Engineering,

Li, Y., Skibniewski, M. J., & Huang, R. (2015). Procurement Organization and Risk Management in
Infrastructure Projects. Journal of Construction Engineering and Management

Osei-Kyei, R., & Chan, A. P. (2015). Review of Studies on the Critical Success Factors for Public–
Private Partnership (PPP) Projects from 1990 to 2013. International Journal of Project

Management,
2C

1. Prinsip Transparansi
Prinsip Transparansi dalam pengadaan barang/jasa mengacu pada keterbukaan dan keterlihatan
informasi terkait proses pengadaan kepada semua pihak yang berkepentingan. Prinsip ini
bertujuan untuk memastikan bahwa proses pengadaan dilakukan dengan jelas dan dapat
dipahami oleh semua pihak yang terlibat. Dengan transparansi, pemangku kepentingan dapat
memantau proses pengadaan dan memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
Beberapa variable/indikator yang terkait dengan prinsip transparansi ini adalah:
a. Ketersediaan dokumen pengadaan yang dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan.
Hal ini mencakup penyedia publik, auditor, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Dengan memberikan akses ke dokumen pengadaan, informasi mengenai persyaratan, proses
evaluasi, dan kriteria seleksi dapat diperoleh oleh semua pihak yang berkepentingan.
b. Publikasi pengumuman pengadaan secara terbuka, contohnya melalui situs web resmi
pengadaan atau media lainnya. Langkah ini memastikan bahwa informasi terkait pengadaan
dapat diakses oleh calon penyedia dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dengan adanya
publikasi yang terbuka, proses pengadaan dapat dipantau oleh semua pihak yang ingin
memperoleh informasi tersebut
c. Ketersediaan informasi tentang kriteria evaluasi dan seleksi penyedia. Informasi ini harus
disampaikan dengan jelas kepada semua pihak yang berkepentingan. Ini mencakup kriteria
kualifikasi yang harus dipenuhi oleh penyedia, metode evaluasi yang akan digunakan, dan bobot
yang diberikan pada setiap kriteria. Dengan memberikan informasi yang jelas mengenai kriteria
evaluasi, semua pihak dapat memahami bagaimana proses seleksi dilakukan dan keputusan yang
diambil.
Asian Development Bank (ADB). (2017). Procurement Guidelines. Bab 1: Introduction and
Principles.

2. Prinsip Keadilan
Prinsip Keadilan dalam pengadaan barang/jasa menjamin bahwa semua pihak memiliki
kesempatan yang adil dan setara untuk berpartisipasi dalam proses pengadaan. Prinsip ini
bertujuan untuk menghindari diskriminasi dan memastikan bahwa keputusan yang diambil
didasarkan pada pertimbangan objektif dan tidak memihak kepada pihak tertentu. Prinsip
keadilan juga mempromosikan persaingan yang sehat dan jujur antara penyedia.
Variable/Indikator pada prinsip keadilan ini adalah :
a. Adanya persyaratan yang jelas dan objektif untuk kualifikasi penyedia. Persyaratan kualifikasi
penyedia harus jelas, objektif, dan terkait langsung dengan kebutuhan proyek. Hal ini
memastikan bahwa semua calon penyedia memiliki kesempatan yang adil untuk berpartisipasi
dan bahwa seleksi dilakukan berdasarkan kemampuan dan kompetensi yang relevan.
b. Prosedur evaluasi yang adil dan transparan. Evaluasi harus didasarkan pada kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dan diinformasikan kepada semua peserta. Prosedur evaluasi yang
terbuka dan adil membantu memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada kualitas
dan nilai terbaik.
c. Perlakuan yang sama terhadap semua pihak yang berpartisipasi dalam proses pengadaan.
Semua pihak yang berpartisipasi dalam proses pengadaan harus diperlakukan dengan adil dan
setara. Tidak ada keuntungan khusus atau perlakuan yang tidak adil terhadap pihak tertentu.
Prinsip ini mendorong persaingan yang sehat dan meminimalkan risiko konflik kepentingan.
Referensi:
World Bank. (2018). Procurement Regulations for IPF Borrowers. Bagian I: Procurement
Principles.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). (2015). OECD
Recommendation on Public Procurement. Prinsip 2: Non-Discrimination and Equal Treatment.

3. Prinsip Efisiensi
Prinsip Efisiensi dalam pengadaan barang/jasa menekankan penggunaan sumber daya yang
tersedia secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah untuk mencapai hasil yang optimal dengan
biaya dan waktu yang minimal. Prinsip ini melibatkan pengelolaan yang baik atas proses
pengadaan, penggunaan teknologi yang efisien, dan pemilihan metode yang paling sesuai.
Variable/Indikator pada prinsip efisiensi ini adalah:
a. Proses pengadaan yang cepat dan efisien. Proses pengadaan harus dirancang dan dilaksanakan
dengan cara yang memungkinkan pencapaian tujuan dengan waktu yang efisien. Hal ini
melibatkan penggunaan prosedur yang sederhana, pengurangan birokrasi yang tidak perlu, dan
penghindaran penundaan yang tidak diperlukan.
b. Pemilihan metode pengadaan yang paling sesuai untuk meminimalkan biaya dan waktu.
Pemilihan metode pengadaan harus didasarkan pada analisis yang mempertimbangkan faktor-
faktor seperti kompleksitas proyek, risiko, kecepatan yang diinginkan, dan nilai-nilai efisiensi.
Metode yang dipilih harus meminimalkan biaya dan waktu yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
c. Manajemen risiko yang baik untuk menghindari pemborosan atau keterlambatan. Prinsip
efisiensi juga melibatkan manajemen risiko yang baik untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengelola risiko yang dapat mempengaruhi proses pengadaan. Manajemen risiko yang baik
membantu menghindari pemborosan sumber daya atau keterlambatan dalam pelaksanaan
pengadaan.
Referensi:
European Bank for Reconstruction and Development (EBRD). (2014). Procurement Policies and
Rules. Bagian 1: General Principles.
The Chartered Institute of Purchasing & Supply (CIPS). (2012). Ethical Procurement and
Supply: Towards Good Practice. Bab 3: Efficient Supply Chains.

Anda mungkin juga menyukai