Oleh
Novia Andini Murti
F1315067
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016
TUGAS 6
Rancagan Program Audit
Proses Pengadaan Barang dan Jasa Di Satuan Kerja Unit Pemerintah Daeran Dinas
Kesehatan
A. Latar Belakang
Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan barang milik
negara/daerah sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2012
(perubahan kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010) yang merupakan dasar
pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah/negara. Dalam kaitanya dengan pengadaan
barang/jasa di lingkungan Entitas Pemerintahan SKPD Dinas Pendidikan Dasar telah
melakukan transaksi sesuai dengan prosedur dan undang-undang yang berlaku, anggaram
yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka pengadaan barang/jasa senilai Rp.
700.000.000.000. Namun menurut hasil pemeriksaan dinyatakan bahwa harga tersebut terlalu
mahal, sehingga setelah dilakukan analisis kerugian negara diperkirakan mencapai Rp.
150.000.000.000. berdasarkan peraturan perundang-uangdangan yang berlaku pengedaan
barang/jasa harus mempunyai prisip-prinsip tertentu.
Pasal 3 Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003, yaitu pengadaan barang dan jasa wajib
memenuhi prinsip-prinsip:
1.
Efisiensi, berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu
2.
3.
4.
5.
Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada
pihak tertentu, dengan cara atau alasan apapun
Akuntabel berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi
6.
Perencanaan
Persiapan pengadaan
Prosedur pelaksanaan pengadaan sebelum kontrak ditandatangani
Kebenaran kuantitas dan kualitas, serta penggunaan produksi dalam negeri
Kewajaran harga
Jangka waktu pelaksanaan
Pemanfaatan
lain:
Pedoman pengadaan barang/jasa yang berlaku bagi auditan (bila ada)
Struktur organisasi dan uraian tugas pengguna dan panitia pengadaan barang/jasa,
c.
d.
membutuhkan barang/jasa)
e. Standard kebutuhan barang satuan kerja
f.
Dokumen perencanaan pengadaan barang/jasa
g. Pengumuman perencanaan pengadaan bang/jasa di website Bapenas
h. Rencana waktu/jadwal pengadaan barang/jasa
i.
Dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa
j.
Laporan-laporan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa
k. Kontrak pengadaan barang/jasa
l.
Berita acara penerimaan/pemeriksaan barang/jasa
m. Berita acara ujicoba/fungsi barang/jasa
n. Berita acara pelatihan/training penggunaan barang bagi operator (bila diperlukan)
o. Realisasi pembayaran dan dokumen pendukungnya (SPM dan SP2D)
2. Lakukan pengujian pendahuluan atas informasi/data yang diperoleh.
B. Pelaksanaan
1. Aspek Perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa
a) Pedoman pegadaan barang/jasa pada Satua Kerja Unit (SKPD) Dinas
Kesehatan
Tujuannya adalah untuk menilai apakah pedoman pengadaan barang/jasa telah
sesui dengan ketentuan yang berlaku (tidak boleh bertentangan dengan keputusan
presiden no.80 tahun 2003 dan ketentuanlain yang harus dipedomani)
Langkah kerja
1. Teliti dan telaah pedoman pengadaan barang atau jasa yang telah dikeluarkan
SKPD Pemerintah Daerah apakah bertentangan dengan Keppres No 80 tahun
2003 dan ketentuan lain yang harus dipedomani
2. Teliti dan telaah, pedoman pengadaan barang/jasa yang berlaku pada SKPD
Dinas Kesehatan apakah telah
Telah menerapkan prinsip efisien,efektivitas, terbuaka dan bersaing,
transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel
Telah mengutamakan kebijakan umum Dinas Kesehatan dalam pengadaan
barang/jasa
barang/jasa,
panitia/pejabat
pengadaan,
dan
penyedia
barang/jasa
Keharusan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan di
dalam negeri
Menumbuh kembangkan peran serta usaha nasional
Dan keharusan melakukian pengumuman secara terbuka rencana
pengadaan barang/jasa pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada
masyarakat luas kecuali bersifat rahasia
b) Kebutuhan Pengadaan Brang/Jasa
Tujuan untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa dilaksanakan telah
berdasarkan kebutuhan baik dari segi kuantitas, kualitas, dan jangka waktu.
Langkah Kerja:
1) Teliti ada tidaknya permintaan barang/jasa dari pemakai (user)
2) Bandingkan usulan pengadaan barang/jasa dengan rencana kerja
tahunan
3) Dapatkan studi kelayakan (feasibility study) atau hasil survey dan
design atau dokumen sejenis yang berkaitan dengan pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan
4) Teliti study kelayakan tersebut untuk mengetahui tujuan pengadaanya,
kuantitas, kualitas dan waktu yang dibutuhkan
5) Teliti dokumen pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan untuk
mengetahui kuantits, kualitas dan jangka waktu penyelesaiannya
6) Bandingkan informasi yang diperoleh dari study kelaakan tersebut
dengan informasi yang diperoleh dari dokumen pengadaan barang/jasa,
untuk engetahui apakah:
Pengadaan barang/jasa telah sesuai dengan kebutuhan
Kuantutas, kualitas, dan jangka waktu penyelesaian barang/jasa
telah sesuai dengan yang dibutuhkan.
c) Kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa
Tujuan
1. Meyakinkan bahwa dana yang direncanakan/dianggarkan untuk pengadaan
barang/jasa telah termasuk biaya persiapan dan pelaksanaan pengadaan
barang/jasa yang sesuai dengan ketentuan.
pengadaan
barang/jasa
Biaya nilai besaran pengadaan barang/jasa itu sendiri
2) Periksa DIPA dari masing-masik SKPD atas kontrak yang di audit, dan
cacat tanggal diterimanya DIPA, serta uji kesesuaian dengan jadwal
pelaksanaan pengadaan barang/jasa, termasuk pengaruhnya kepada saat
mulainya proses pengadaan barang/jasa
3) Telaan alokasi waktu (proses pelanggan) yang dibuat oleh pengguna
barang/jasa dan yakinkan bahwa alokasi tersebut telah sesuai dengan
ketentuan
4) Teliti dan telaan anggaran belanja tambahan (ABT) dan cacat tanggal
diterima serta persyaratannya untuk mengetahui jadwal pelaksanaan dan
pengaruhnya pada penyelesaian pekerjaan dengan tenggang dan waktu yang
tersedia paka pengguna ABT tersebut masih realistis atau tidak.
2. Aspek ketaatan pelaksanaan prosedur pengadaan barang/jasa pada ketentuan perundangundangan yang berlaku
a) Pejabat Pembuat Komitmen dan Panitia Pengadaan Barang/jasa
Tujuan :
Menilai bahwa pejabat pembuat komitmen dan panitia pengadaan barang/jasa adalah
orang yang tepat dan sesuai dengan pesyaratan dan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku
Langkah Kerja:
1) Teliti dan telaah serta pastikan bahwa personil yang terlibat dalam struktur
orgaisasi
pengguna
dan
panitia
pengadaan
barang/jasa tidak
terlibat
kepentingan:
Pejabat pembuat komitmen dan bendaharawan tidak boleh merangkap
sebagai panitia pengadaan barang/jasa
Pengawai Itjen Dinas Kesehatan, kecuali menjadi panitia untuk instansinya
dari pemberi
tugas
tersebut
harus
didokumentasikan.
Dokumentasi atas harapan penugasan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan
program pemeriksaan dan penentuan kebutuhan pemeriksa.
B. Pemahaman atas kegiatan barang/jasa pemerintah (entitas) pemahaman kegiatan
pengadaan barang/jasa pemerintah yang diperiksa dapat dilakukan dengan perolehan
data dan informasi dari laporan hasil pemeriksaan sebelumnya. Kertas kerja
pemeriksaan (KKP) sebelumnya, hasil komunikasi dengan pemeriksa mengenai:
1. Tujuan entitas/program/kegiatan
2. Aktivitas utama entitas/program/kegiatan
3. System akuntansi entitas
pengaruh
peraturan
perundang-undangan
dan
risiko
3.
dokumen pengadaan.
7. Yakinkan, apakah evaluasi harga hanya untuk calon penyedia barang/jasa yang
telah dinyatakan lulus administrasi dan teknis. Bandingkan dengan daftar calon
pemberi barang/jasa yang lulus administrasi dan teknis.
8. Periksa, apakah Panitia/Pejabat Pengadaan membuat daftar urutan penawaran dari
harga penawaran terendah.
9. Apakah usulan calon pemenang benar, berdasarkan urutan harga penawaran
terendah?
10. Lakukan wawancara, apakah Panitia juga memberlakukan Sistem Nilai Merit
Point System.
11. Apakah Panitia/Pejabat
Pengadaan
barang/jasa
telah
mem-perhitungkan
mobilisasi.
Pemeriksaan bersama awal pekerjaan
Lakukan wawancara, untuk Pemeriksaan Bersama atas awal pelaksanaan
pekerjaan, apakah pengguna barang/jasa membentuk Panitia atau menunjuk
bukti
pendukung
berupa
Berita
Acara
(BA)
atas
kegiatan
b. Apakah Purchase Order tersebut dibuat diatas kertas segel atau bermaterai
cukup ?
40. Periksa, apakah tanggal penandatangan Surat Pesanan (SP) oleh PYBS ditetapkan
sebagai tanggal awal perhitungan waktu penyerahan ?
41.
Periksa,
apakah
terjadi
penyerahan
barang/material
sebelum
tanggal
penandatangan Surat Pesanan? Jika Ya, apakah sudah dijelaskan secara rinci
dalam Surat Pesanan?
42. Periksa, Persiapan Pelaksanaan Kontrak
a. Apakah penyedia barang telah membuat Surat Pesanan kepada Pabrikan ?
b. Apakah dalam Surat Pesanan tersebut telah mencakup penjelasan secara rinci?
43. Harga satuan
Periksa, apakah pengadaan barang tersebut dengan Harga Satuan? Jika Ya,
apakah telah ditetapkan :
a. Harga satuan.
b. Jadwal pengiriman.
c.
istilah/terminology,
Penyerahan,
Penelitian,
Pemeriksaan
sudah
SDM dan alat berat/peralatan kerja tersebut. Apakah usulan tersebut telah
dilampiri riwayat hidup/pengalaman kerja dari SDM yang bersangkutan ?
54. Penggantian SDM dan alat berat/peralatan kerja atas permintaan PGBS. Jika
terjadi, periksa, apakah tidak lebih dari 15 (lima belas) hari ? Bandingkan tanggal
permintaan dari PGBS dengan tanggal pelaksanaan penggantian. Cek silang
dengan buku harian/laporan harian dilapangan. Periksa, apakah penggantinya
mempunyai kualifikasi dan keahlian yang lebih tinggi dari SDM yang diganti ?
D. Tahap Pemanfaatan
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk meyakinkan pelaksanaan kontrak telah selesai
dengan kuantitas dan kualitas barang/jasa sesuai dengan kontrak dan meyakinkan bahwa
barang/jasa telah dimanfaatkan oleh pengguna.
TUGAS 7
Indikasi Fraud Terhadap Pengadaan Barang/Jasa Di Sektor Publik
Dari tahun ke tahun, nampaknya kasus-kasus fraud atau biasa disebut dengan
kecurangan dalam bidang keuangan baik yang berasal dari Instansi Pemerintah
(contohnya Dinas Pemerintahan Kota ataupun Dinas Pemerintahan Provinsi) maupun
Instansi Swasta (contohnya Bank dan perusahaan-perusahaan swasta lainnya) selalu
menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan masyarakat luas. Namun, walau
berbagai jenis kasus fraud terungkap dan telah diproses oleh hukum, belum ada indikasi
bahwa tindak kecurangan itu akan segera terhenti. Justru seiring dengan berjalannya
waktu, semakin banyak tindak fraud yang terungkap dan bahkan pelakunya semakin
banyak dan kompleks. Entah karena sistem di negara kita yang mandul ataukah para
pelaku yang selalu selangkah lebih maju.
Ada berbagai macam fraud telah terjadi di lingkungan Instansi Pemerintah dan
berlangsung berlangsung terus-menerus seperti air yang mengalir tiada henti. Salah satu
jenis yang paling banyak menimbulkan atau dapat juga disebut salah satu sumber
kebocoran keuangan yang paling besar adalah fraud dalam bidang pengadaan
barang/jasa
Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan
publik. Setiap tahun, BPK maupun KPK, melaporkan adanya kasus pengadaan yang
mengandung unsur tindak pidana korupsi. Tetapi, tidak banyak yang masuk ke
persidangan pengadilan. Beberapa kasus pengadaan yang berhasil diselesaikan di
pengadilan justru mementahkan legenda bahwa markup hanya 30% (Prof. Dr.
Soemitro Djojohadikusumo)1.
Pengadaan barang/jasa memang masih menjadi faktor yang sangat rentan terhadap
korupsi. Meskipun Pemerintah melalui Kepres No. 80/2003 sudah berusaha mengatur
agar pelaksanaan proses ini dapat berjalan dengan lebih transparan dan akuntabel.
Namun di setiap daerah yang diteliti oleh Transparency International, secara umum
terdapat kesamaan pendapat bahwa proses pengadaan barang/jasa masih sangat rentan
terhadap tindak korupsi.
Sistem pengadaan publik Indonesia secara luas diyakini merupakan sumber utama
bagi kebocoran anggaran, yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan
sumbangan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia.
Kegagalan tersebut memberikan indikasi bahwa terdapat kegagalan dalam sistem
akuntansi dan adanya konflik kepentingan dalam badan organisasi pemerintah. Oleh
sebab itu, diperlukan adanya penelitian mendalam mengenai kejadian tersebut dengan
cara mencari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, sehingga fraud atau
kecurangan yang biasa terjadi pada sektor pengadaan barang/jasa pemerintah dapat
ditekan.
Terdapat banyak kemungkinan variasi kecurangan akuntansi yang tidak pernah ada
habisnya, yang mana membutuhkan pemahaman secara mendalam sehingga kita dapat
mencari cara untuk menekan atau bahkan menghilangkan kemungkinan terjadinya
fraud. Wilopo (2006) menjelaskan dalam penelitian yang telah dilakukannya, bahwa
perilaku tidak etis dan kecenderungan akuntansi dapat diturunkan dengan
meningkatkan keefektifan pengendalian intern, ketaatan aturan akuntansi, moralitas
manajemen serta menghilangkan asimetri informasi.
A. Tujuan Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003, Indonesia mengemukakan bahwa terdapat
beberapa tujuan dalam sistem pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu :
dasarnya
Fraud
adalah
merupakan
serangkaian
ketidakberesan
pengadaan merupakan hal yang sangat krusial karena berhadapan langsung dengan muatan
kepentingan dari berbagai subyek pengadaan barang/jasa lainnya. Untuk itu kemampuan
dan profesionalisme personil panitia pengadaan merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Apabila dalam kepanitiaan terdapat salah seorang oknum yang biasa melakukan KKN,
maka akan mendorong tindak kecurangan/fraud pada aktivitas pengadaan barang/jasa.
Pada proses pembentukan panitia lelang, jika salah seorang/lebih pejabat yang
memiliki kewenangan untuk menunjuk calon panitia pengadaan menyalahgunakan
kewenangannya untuk memberikan keuntungan pada kelompok tertentu dengan cara
menjadikan salah seorang atau lebih kroninya untuk menempati jabatan sebagai panitia
pengadaan guna memperlancar usahanya mencapai tujuan yang diinginkannya.
Kualitas penyedia barang/jasa juga merupakan salah satu elemen penting dalam suatu
sistem pengadaan barang/jasa. Jika suatu pengadaan barang/jasa tidak diikuti dengan
kualitas
penyedia
yang
baik,
maka
akan
terdapat
banyak
kesalahpahaman/
1.) Terdapat vendor yang memenangkan kontrak tanpa melalui proses tender yang resmi.
2.) Terdapat kontrak yang dilakukan dengan penunjukan langsung, tanpa adanya dasar
alasan yang jelas.
3.) Memecah nilai kontrak (splinting contract) untuk menghindari financial limits,
sehingga vendor akan memenangkan tender.
4.) Menjamin salah satu vendor agar sering memenangkan tender.
5.) Mengatur agar vedor yang memasukan penawaran mendeketai tanggal pengumuman
secara konsisten memenangkan tender.
Proses pengaturan tender ini dilarang, hal ini dikarenakan dapat menimbulkan
persaingan yang tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan dilaksanakannya tender untuk
memberikan kesempatan yang sama pada seluruh partisipan. Sehingga diharapkan pada
akhirnya dengan penggunaan proses teder mampu didapatkan harga yang termurah dengan
kualitas yang terbaik. Modus yang biasa dilakukan : hampir sama dengan modus yang
dilakukan pada kickbacks yaitu dengan menyalahgunakan kewenangan.
Maka, hasil kinerja dari panitia menjadi tidak maksimal karena terganggu obyektifitas
dan independensinya, serta pemerintah tidak memperoleh barang dan jasa seperti yang
diharapkan, baik dalam ukuran kualitas, kuantitas, harga dan ketepatan waktu.
Modus yang dilakukan :
Modus yang biasa dilakukan adalah biasanya pihak yang mempunyai wewenang atau
jabatan khusus akan memilih vendor tertentu sebagai pemenang tender yang sebenarnya
bukan merupakan penawar bagi sebuah entitas, dan mengalokasikan dana lebih dari yang
seharusnya diterima oleh perusahaan. Sebagai pertukaran atas kontrak tersebut, pejabat
yang berwenang akan memperoleh pembayaran kembali dari perusahaan pemenang tender
yang diperuntukan untuk kepentingan pribadi pihak yang berwenang. Dengan kata lain
kickbacks merupakan suap yang diberikan sebagai imbalan atas diberikannya kontrak
kepada pihak yang bersangkutan.
Pihak yang terlibat :
Pihak yang terlibat dalam terjadinya fraud ini adalah diantaranya :
1.) Panitian Pengadaan Barang/Jasa, dimana pihak ini memegang atau memiliki
wewenang penuh serta terlibat langsung dengan proses pengadaan barang/jasa.
2.) Vendor yang menjadi pemenang tender, dari beberapa fraud yang mungkin muncul,
vendor yang menjadi pemenang tender akan menjadi pihak yang menyediakan
barang/jasa sehingga mereka juga memungkinkan terlibat apabila terjadi fraud dalam
proses pengadaan barang/jasa.
Lampiran LKPD
per 31 Desember 2014, serta LRA, LAK dan CaLK untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Selain itu untuk memenuhi prinsip dapat diperbandingkan (comparability),
sebagaimana disyaratkan dalam SAP, laporan keuangan TA 2014 disajikan secara
perbandingan dengan laporan keuangan TA 2013.