Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PENGAUDITAN II

REKONSTRUKSI AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA


DI SEKTOR PUBLIK
Dosen : Dr. Payamta, M.Si, Ak, CA, CPA

Oleh
Novia Andini Murti

F1315067

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016

TUGAS 6
Rancagan Program Audit
Proses Pengadaan Barang dan Jasa Di Satuan Kerja Unit Pemerintah Daeran Dinas
Kesehatan
A. Latar Belakang
Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan barang milik
negara/daerah sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2012
(perubahan kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010) yang merupakan dasar
pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah/negara. Dalam kaitanya dengan pengadaan
barang/jasa di lingkungan Entitas Pemerintahan SKPD Dinas Pendidikan Dasar telah
melakukan transaksi sesuai dengan prosedur dan undang-undang yang berlaku, anggaram
yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka pengadaan barang/jasa senilai Rp.
700.000.000.000. Namun menurut hasil pemeriksaan dinyatakan bahwa harga tersebut terlalu
mahal, sehingga setelah dilakukan analisis kerugian negara diperkirakan mencapai Rp.
150.000.000.000. berdasarkan peraturan perundang-uangdangan yang berlaku pengedaan
barang/jasa harus mempunyai prisip-prinsip tertentu.
Pasal 3 Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003, yaitu pengadaan barang dan jasa wajib
memenuhi prinsip-prinsip:
1.

Efisiensi, berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu

2.

sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.


Efektif, berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran

3.

yang telah ditetapkan.


Terbuka dan bersaing berartipengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia
barang/jasa yang memenuhi syarat/criteria tertentu berdasarkan ketentuan dan

4.

prosedur yang jelas dan transparan


Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa
termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, penetapan calon
penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya

5.

Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada
pihak tertentu, dengan cara atau alasan apapun
Akuntabel berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi

6.

kelancaran pelaksanaan tugas umumpemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai


dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
Maka dari itu pembahasan yang dilakukan dalam tugas ini adalan membuat rancangan dan
prosedur audit mengenai pengadaan barang dan jasa pada lingkungan SKPD Dinas
Kesehatan.
B. Ruang Lingkup
Kegiatan pengadaan barang/jasa mulai dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perencanaan
Persiapan pengadaan
Prosedur pelaksanaan pengadaan sebelum kontrak ditandatangani
Kebenaran kuantitas dan kualitas, serta penggunaan produksi dalam negeri
Kewajaran harga
Jangka waktu pelaksanaan
Pemanfaatan

Langkah-Langkah Pelaksanaan Audit


A. Persiapan
1. Dapatkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pengadaan barang/jasa antara
a.
b.

lain:
Pedoman pengadaan barang/jasa yang berlaku bagi auditan (bila ada)
Struktur organisasi dan uraian tugas pengguna dan panitia pengadaan barang/jasa,

c.
d.

panitia penerima/pemeriksaan barang.


DIPA/DIPA Revisi/POK/RKAKL/Dokumen anggaran lainya
Dasar kebutuhan pengadaan barang/jasa (feasibilities study/permintaan dari yang

membutuhkan barang/jasa)
e. Standard kebutuhan barang satuan kerja
f.
Dokumen perencanaan pengadaan barang/jasa
g. Pengumuman perencanaan pengadaan bang/jasa di website Bapenas
h. Rencana waktu/jadwal pengadaan barang/jasa
i.
Dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa
j.
Laporan-laporan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa
k. Kontrak pengadaan barang/jasa
l.
Berita acara penerimaan/pemeriksaan barang/jasa
m. Berita acara ujicoba/fungsi barang/jasa
n. Berita acara pelatihan/training penggunaan barang bagi operator (bila diperlukan)
o. Realisasi pembayaran dan dokumen pendukungnya (SPM dan SP2D)
2. Lakukan pengujian pendahuluan atas informasi/data yang diperoleh.
B. Pelaksanaan
1. Aspek Perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa
a) Pedoman pegadaan barang/jasa pada Satua Kerja Unit (SKPD) Dinas
Kesehatan
Tujuannya adalah untuk menilai apakah pedoman pengadaan barang/jasa telah
sesui dengan ketentuan yang berlaku (tidak boleh bertentangan dengan keputusan
presiden no.80 tahun 2003 dan ketentuanlain yang harus dipedomani)
Langkah kerja
1. Teliti dan telaah pedoman pengadaan barang atau jasa yang telah dikeluarkan
SKPD Pemerintah Daerah apakah bertentangan dengan Keppres No 80 tahun
2003 dan ketentuan lain yang harus dipedomani
2. Teliti dan telaah, pedoman pengadaan barang/jasa yang berlaku pada SKPD
Dinas Kesehatan apakah telah
Telah menerapkan prinsip efisien,efektivitas, terbuaka dan bersaing,
transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel
Telah mengutamakan kebijakan umum Dinas Kesehatan dalam pengadaan
barang/jasa

Penggunaan prduksi dalam negeri, dengan sasaran peluas kesempatan


lapangan kerja
Meningkatkan peran serta usaha kecil/koperasi kecil
Menyederhanakan ketentuan dan tatacara untuk mempercepat proses
keputusan pengadaan barang/jasa
Meningkatkan penerimaan negara dari sector perpajakan
Meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggungjawab dari
pengguna

barang/jasa,

panitia/pejabat

pengadaan,

dan

penyedia

barang/jasa
Keharusan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan di
dalam negeri
Menumbuh kembangkan peran serta usaha nasional
Dan keharusan melakukian pengumuman secara terbuka rencana
pengadaan barang/jasa pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada
masyarakat luas kecuali bersifat rahasia
b) Kebutuhan Pengadaan Brang/Jasa
Tujuan untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa dilaksanakan telah
berdasarkan kebutuhan baik dari segi kuantitas, kualitas, dan jangka waktu.
Langkah Kerja:
1) Teliti ada tidaknya permintaan barang/jasa dari pemakai (user)
2) Bandingkan usulan pengadaan barang/jasa dengan rencana kerja
tahunan
3) Dapatkan studi kelayakan (feasibility study) atau hasil survey dan
design atau dokumen sejenis yang berkaitan dengan pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan
4) Teliti study kelayakan tersebut untuk mengetahui tujuan pengadaanya,
kuantitas, kualitas dan waktu yang dibutuhkan
5) Teliti dokumen pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan untuk
mengetahui kuantits, kualitas dan jangka waktu penyelesaiannya
6) Bandingkan informasi yang diperoleh dari study kelaakan tersebut
dengan informasi yang diperoleh dari dokumen pengadaan barang/jasa,
untuk engetahui apakah:
Pengadaan barang/jasa telah sesuai dengan kebutuhan
Kuantutas, kualitas, dan jangka waktu penyelesaian barang/jasa
telah sesuai dengan yang dibutuhkan.
c) Kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa
Tujuan
1. Meyakinkan bahwa dana yang direncanakan/dianggarkan untuk pengadaan
barang/jasa telah termasuk biaya persiapan dan pelaksanaan pengadaan
barang/jasa yang sesuai dengan ketentuan.

2. Meyakinkan bahwa alokasi waktu yang dibutuhkan untuk persiapan


tahapan pelaksanaan pengadaan barang/jasa telah memadai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Langkah Kerja:
1) Teliti/telaah dan yakinkan bahwa unsure biaya dan nilai pengadaan
barang/jasa telah termasuk dalam DIPA minimal terdiri dari:
Biaya administrasi untuk mendukung pelaksanaan

pengadaan

barang/jasa
Biaya nilai besaran pengadaan barang/jasa itu sendiri
2) Periksa DIPA dari masing-masik SKPD atas kontrak yang di audit, dan
cacat tanggal diterimanya DIPA, serta uji kesesuaian dengan jadwal
pelaksanaan pengadaan barang/jasa, termasuk pengaruhnya kepada saat
mulainya proses pengadaan barang/jasa
3) Telaan alokasi waktu (proses pelanggan) yang dibuat oleh pengguna
barang/jasa dan yakinkan bahwa alokasi tersebut telah sesuai dengan
ketentuan
4) Teliti dan telaan anggaran belanja tambahan (ABT) dan cacat tanggal
diterima serta persyaratannya untuk mengetahui jadwal pelaksanaan dan
pengaruhnya pada penyelesaian pekerjaan dengan tenggang dan waktu yang
tersedia paka pengguna ABT tersebut masih realistis atau tidak.
2. Aspek ketaatan pelaksanaan prosedur pengadaan barang/jasa pada ketentuan perundangundangan yang berlaku
a) Pejabat Pembuat Komitmen dan Panitia Pengadaan Barang/jasa
Tujuan :
Menilai bahwa pejabat pembuat komitmen dan panitia pengadaan barang/jasa adalah
orang yang tepat dan sesuai dengan pesyaratan dan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku
Langkah Kerja:
1) Teliti dan telaah serta pastikan bahwa personil yang terlibat dalam struktur
orgaisasi

pengguna

dan

panitia

pengadaan

barang/jasa tidak

terlibat

kepentingan:
Pejabat pembuat komitmen dan bendaharawan tidak boleh merangkap
sebagai panitia pengadaan barang/jasa
Pengawai Itjen Dinas Kesehatan, kecuali menjadi panitia untuk instansinya

Penitia pengadaan barang/jasa tidak boleh mempunyai hubungan keluarga


(sedarah dan semenda) dengan pejabat yang menetapkan panitia pengadaan
barang/jasa.
2) Yakinkan bahwa pejabat pembuat komitmen dan seluruh panitia pengadaan
barang/jasa memiliki Sertifikat Keahlian atau Surat mengikuti pendidikan
dan pelatihan pengadaan barang/jasa
3) Dapatkan fakta integritas dan yakinkan bahwa pejabat pembuat komitmen,
panitia pengadaan barang/jasa dan penyedia pengadaan barang/jasa telah
menandatangani integritas tersebut.
4) Pastikan bahwa pejabat pembuat komitmen dan panitia pengadaan
barang/jasa telah memenuhi etika pengadaan sebagaimana diatur dalam
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
5) Teliti apakah keputusan-keputusan yang diambil oleh panitia pengadaan
barang/jasa telah bebas dari pengaruh pejabat pembuat komitmen atau
pimpinan/pejabat yang lebih tinggi
6) Teliti mekanisme kerja panitia pengadaan barang/jasa.
b) Prosedur Pelaksanaan Pemilihan Barang/Jasa
Tujuan:
1) Meyakinkan bahwa pendokumentasian proses pengadaan barang/jasa telah
dilakukan dengan memadai
2) Meyakinkan bahwa prosedur pemilihan penyedia barang/jasa telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3) Meyakinkan bahwa penyedia barang/jasa yang akan itu ditunjuk adalah
yang memenuhi syarat menurut ketentuan yang berlaku
Langkah kerja
1. Yakinkan bahwa metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dipilih telah
dilakukan dengan tepat
2. Dapatkan kelengkapan dokumen pengadaan barang/jasa
3. Teliti pengumuman pengadaan barang/jasa
4. Teliti dan pastikan bahwa dokumen prakualifikasi telah lengkap sesuai
dengan ketentuan
5. Yakinkan bahwa proses prakualifikasi penyedia barang/jasa telah sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan barang/jasa,
dan pastikan pelaksanaanya telah dilaksanakan secara terbuka, adil,
transparan, akuntabel
6. Yakinkan ketepatan metode evaluasi yang digunakan untuk pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan

7. Teliti dan pastikan bahwa dokumen pemilihan penyediaan barang/jasa telah


lengkap.
8. Teliti apakah syarat-syarat administrasi yang ditetapkan tidak membatasi
calon kontraktor untuk ikt berpartisipasi mengikuti lelang, khususnya untuk
calon dari peserta dari negara asing.
9. Teliti apakah spesifikasi barang tidak menunjuk kepada salah satu merk
tertentu dan dibuat sedemikiian rupa sehingga uraian spesifikasi dapat
menjamin akan diperoleh barang sesuai kualitas yang diinginkan
10. Lakukan konfirmasi dan yakinkan bahwa hanya ada satu dokumen
pengadaan atau yakinkan bahwa semua calon peserta lelang mengadakan
dokumen pengadaan barang/jasa yang sama
11. Yakinkan bahwa proses pemilihan penyedia barang/jasa telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan barang/jasa, pastikan
pelaksanaanya telah dilakukan secara adil, terbuka, transparan dan
akuntabel
c) Kontrak pengadaan barang/jasa
Tujuan:
1) Meyakinkan bahwa isi kontrak pengadaan barag/jasa telah sesuai dengan
ketentuan
2) Memastikan uang muka yang diberikan kepada penyedia barang/jasa telah
sesuai dengan ketentuan
Langkah kerja:
Pelajari kontrak pengadaan barang/jasa yang bersangkutan dan bandingkan
dengan syarat umum dan syarat khusus kontrak yang disampaikan
sebelumnya dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, serta yakinkan
kesesuaianya.
1. Program Audit untuk Memeriksa Proses Pengadaan Barang dan Jasa
Audit pengadaan barang/jasa dalam sektor pemerintahan bertujuan untuk
meyakinkan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa telah dilakukan oleh pelaksana
pengadaan berdasarkan kejujuran, integritas, dan kebenaran untuk menaati prinsip
pengadaan sesuai dengan ketentuan yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing,
transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Sasaran probity audit adalah:

1. Meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa dilakukan secara benar sesuai dengan


kebutuhan yang benar, baik dari segi jumlah, kualitas, waktu, dan nilai pengadaan
yang menguntungkan negara.
2. Meyakinkan bahwa prosedur pengadaan barang/jasa yang digariskan dalam Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa telah diikuti dengan benar sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Meyakinkan bahwa kuantitas, kualitas dan harga barang/jasa yang diperoleh melalui
proses pengadaan telah sesuai dengan ketentuan dalam kontrak serta diserahterimakan
tepat waktu.
4. Meyakinkan bahwa barang yang diperoleh telah ditempatkan di lokasi yang tepat,
dipertanggungjawabkan dengan benar, dan dimanfaatkan sesuai tujuan penggunaanya.
5. Mencegah penyimpanan dalam kegiatan pengadaan barang/jasa.
6. Mengidentifikasi kelemahan system pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa
guna penyempurnaan system tersebut.
2. Proses Pelaksanaan Audit Pengadaan Barang dan Jasa
2.1 Petunjuk Perencanaan Pemeriksaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Perencanaan pemeriksaan terdiri atas 5 (lima) langkah yaitu:
1. Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan,
2. Pemahaman Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Entitas
3. Penilaian Resiko (SPI)
4. Penetapan Kriteria Pemeriksaan, dan
5. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan.
A. Dalam rangka pencapaian tujuan, penugasan atas pemeriksaan dengan tujuan tertentu
memiliki harapan-harapan dari pemberi tugas. Pemeriksa harus memperoleh harapanharapan penugasan secara tertulis dari pemberi tugas memalui suatu komunikasi yang
intensif. Hal ini untuk mrnghindari harapan-harapan yang tidak dapat dipenuhi oleh
pemeriksa. Harapan

dari pemberi

tugas

tersebut

harus

didokumentasikan.

Dokumentasi atas harapan penugasan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan
program pemeriksaan dan penentuan kebutuhan pemeriksa.
B. Pemahaman atas kegiatan barang/jasa pemerintah (entitas) pemahaman kegiatan
pengadaan barang/jasa pemerintah yang diperiksa dapat dilakukan dengan perolehan
data dan informasi dari laporan hasil pemeriksaan sebelumnya. Kertas kerja
pemeriksaan (KKP) sebelumnya, hasil komunikasi dengan pemeriksa mengenai:
1. Tujuan entitas/program/kegiatan
2. Aktivitas utama entitas/program/kegiatan
3. System akuntansi entitas

4. Prosedur pelaksanaan dan pengawasan aktivitas


5. Sumberdaya yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas, dan
6. Hasil pemeriksaan dan studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan berkaitan
dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pemeriksaan harus memperoleh informasi tindak lanjut yang telah dilakukan
berkaitan dengan temuan dan rekomendasi yang signifikan dari entitas yang diperiksa.
Informasi yang diperoleh digunakan untuk menentukan:
1. Periode pemeriksaan sebelumnya yang harus diperhitungkan
2. Lingkup pekerjaan yang diperlukan untuk memahami tindak lanjut temuan
signifikan, dan
3. Pengaruh periode dan lingkup pekerjaan tersebut terhadap penilaian resiko dan
prosedur pemeriksaan dalam perencanaan pemeriksaan.
C. Penilain Resiko (SPI)
Penilaian resiko dan SPI untuk menentukan area-area yang berisiko tinggi yang akan
dijadikan fokus pemeriksaan. Langkah-langkah dalam penilaian resiko adalah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi risiko yang dihadapi entitas serta dampak resiko terhadap
pencapain tujuan entitas.
b. Mempertimbangkan

pengaruh

peraturan

perundang-undangan

dan

risiko

kecurangan yang mungkin terjadi


c. Memastikan apakah entitas telah memiliki system pengendalian yang memadai
untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko-risiko tersebut. Jika entitas
diketahui memiliki system pengendalian yang lemah maka pemeriksa dapat:
1. Menghentikan pengujian SPI dan membuat simpulan atas SPI atau
2. Melakukan pengujian substantive dengan memperluas ruang lingkup
pemeriksaan dan pengumpulan bukti
d. Menentukan fokus pemeriksaan yang memiliki potensi resiko tinggi untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut setelah mempertimbangkan point a,b,c
tersebut di atas yang berpengaruh terhadap pengadaan barang/jasa pemerintah.
Untuk menentukan area kunci, pemeriksa melakukan penilaian (pemahaman dan
pengujian) SPI terhadap potensi resiko dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah secara uji petik berdasarkan tingkat resiko.
Penilaian system pengendalin intern dilakukan berdasarkan pemahaman atas
system pengendalian intern yang dapat membantu pemeriksa untuk:

1. Mengidentifikasi unsure-unsur pengendalian (pencegahan, penanggulangan,


dan pemulihan);
2. Mengidentifikasi dampak penting;
3. Mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya
dampak penting;
4. Mendesain pengujian system pengendalian intern, dan;
5. Mendesain prosedur pengujian terinci.
Langkah-langkah penilaian SPI
a. Riview dokumen baik dokumen internal maupun dokumen eksternal untuk
memastikan bahwa SPI yang dirancang sudah memadai. Dokumen eksternal
mencakup antara lainsurat atau memorandum yang diterima oleh entitas,
faktur (invoice) dari penyedia barang/jasa, leasing, kontrak, laporan
pemeriksaan internal dan eksternal, serta konfirmasi pihak ketiga. Dokumen
interna bersumber dari dalam organisasi entitas, mencakup antara lain catatan
akuntansi, fotokopi surat keluar, deskripsi tugas, rencana anggaran, laporan
dan memorandum internal, rangkuman kinerja dan prosedur kebijakan
internal.
b. Diskusi dengan pimpinan/menejemen entitas dan/komite audit entitas;
c. Diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern dan memaca laporan
pemeriksa intern;
d. Observasi fisik, yaitu mengamati dan mencatat berbagai situasi dalam proses
pengadaan barang/jasa pemerintah.
e. Pengujian pengendalian, yaitu melakukan pengujian terhadap pengendalian
dengan memastikan apakah pengendalian telah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.
Langkah dalam penilaian resiko dan penilaian SPI dapat dilakukan melalui
pemeriksaan pendahuluan. Pemeriksaan penentuan materialitas dan penentuan
uji petik dengan mengacu pada juknis terkait. Berdasarkan langkah-langkah
dalam penilaian resiko dan SPI, pemeriksa mengetahui area-area berisiko yang
akan dijadikan sebagai fokus pemeriksaan.
D. Penetapan Kriteria Pemeriksaan
Penetapan kriteria dalam pemeriksaan pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan
sebagai alat komunikasi dalam tim pemeriksa mengenai sifat pemeriksaan dan alat
komunikasi dengan entitas yang diperiksa, juga sebagai penghubung antara tujuan

pemeriksaan dengan program pemeriksaan, dasar penyusunan prosedur pemeriksaan,


pengumpulan data dan temuan pemeriksaan.
Langkah penentuan kriteria pemeriksaan yang ada dalam pemeriksaan pengadaan
barang/jasa pemerintah diantaranya sebagai berikut:
a. Menentukan jenis dan sumber penentuan kriteria seperti dasar hukum yang
berlaku, tujuan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dikerjakan, dll;
b. Menentukan teknik pengembangan kriteria.
E. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kerja Perorangan (PKP)
Berdasarkan persiapan pemeriksaan di atas, program pemeriksaan disusun untuk
mempermudan dan memperlancar pemeriksa dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan,
sedangkan PKP disusun untuk pembagian tugas anggota tim agar lebih fokus dan
alokasi tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan tugas pemeriksaan jelas.
Program pemeriksaan mengungkapkan antara lain:
a. Dasar Hukum Pemeriksaan;
b. Standar Pemeriksaan;
c. Tujuan Pemeriksaan
d. Entitas yang dipeiksa
e. Lingkup pemeriksaan
f. Hasil pemahaman SPI
g. Sasaran pemeriksaan
h. Kriteria pemeriksaan
i. Alasan pemeriksaan
j. Metode pemeriksaan
k. Petunjuk pemeriksaan
l. Jangka waktu pemeriksaan
m. Susunan tim dan rincian biaya pemeriksaan
n. Kerangka laporan hasil pemeriksaan
o. Waktu dan distribusi penyampaian dan Distribusi Laporan Hasil Pemeriksaan
2.2 Tahapan Audit
Audit pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
A. Tahap Perencanaan/Penganggaran
1. Analisis yang tidak memadai atas kondisi pasar (supply market), kebutuhan
organisasi dan masalah yang penting dari stakeholders.
2. Tidak dibuat perencanaan yang baik sehingga tidak ada risiko yang diantisipasi.

3.

Kebutuhan dirumuskan dengan cara yang salah sehingga menyebabkan adanya

barang/jasa yang rendah kualitasnya.


4. Persyaratan-persyaratan yang dibuat menguntungkan atau merugikan pemasok
(vendor/suppliers) tertentu.
5. Anggaran dibuat (sengaja) tinggi untuk menutupi kickbacks
B. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
1. Dapatkan Dokumen Kriteria dan Tata Cara Evaluasi
Lakukan wawancara dan yakinkan dengan bukti pendukung (Berita Acara) bahwa
Tata Cara Evaluasi tersebut telah dijelaskan kepada peserta lelang/penyedia
barang/jasa pada waktu penjelasan (Aanwijzing).
2. Yakinkan bahwa HPS merupakan salah satu acuan untuk menilai kewajaran harga
terhadap penawaran yang masuk. Oleh karena itu tidak dapat dijadikan dasar
untuk menggugurkan penawaran.
3. Yakinkan apakah penetapan calon pemenang telah mengacu/mereferensi
penggunaan produksi dalam negeri.
4. Lakukan wawancara, apakah terdapat calon Pemberi Jasa yang tidak memenuhi
syarat administrasi (gugur). Jika ya, dapatkan bukti pendukung berupa dokumen
penawarannya dan bandingkan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
dokumen pengadaan.
5. Yakinkan bahwa calon penyedia barang/jasa yang mendapat evaluasi teknis telah
dinyatakan lulus evaluasi administrasi. Untuk itu dapatkan daftar calon pemberi
barang/jasa dan bandingkan dengan daftar calon pemberi barang/jasa yang
6.

mendapat evaluasi teknis.


Lakukan Uji Petik terhadap calon penyedia barang/jasa, dengan cara
membandingkan antara lulus/gugur dengan kriteria yang ditetapkan dalam

dokumen pengadaan.
7. Yakinkan, apakah evaluasi harga hanya untuk calon penyedia barang/jasa yang
telah dinyatakan lulus administrasi dan teknis. Bandingkan dengan daftar calon
pemberi barang/jasa yang lulus administrasi dan teknis.
8. Periksa, apakah Panitia/Pejabat Pengadaan membuat daftar urutan penawaran dari
harga penawaran terendah.
9. Apakah usulan calon pemenang benar, berdasarkan urutan harga penawaran
terendah?
10. Lakukan wawancara, apakah Panitia juga memberlakukan Sistem Nilai Merit
Point System.
11. Apakah Panitia/Pejabat

Pengadaan

barang/jasa

telah

mem-perhitungkan

keunggulan teknis setara dengan harga? Ingat kualitas/ mutu mempengaruhi


harga.

12. Yakinkan bahwa penawaran yang dinilai/evaluasi telah memenuhi syarat-syarat


pada pembukaan penawaran. Untuk itu bandingkan antara kelulusan dengan
syarat-syarat kelulusan pada tahap pembukaan penawaran berupa ketentuanketentuan dalam dokumen pengadaan.
13. Dapatkan tabel evaluasi dengan sistem nilai (Merit Point System). Yakinkan,
bahwa perhitungan/pemberian nilai (SKORS) benar, juga apakah Panitia/Pejabat
Pengadaan telah membuat urutan penawaran berdasarkan urutan penawaran yang
memiliki nilai tinggi?
14. Apabila menggunakan Nilai Ambang Batas Lulus (Passing Grade), periksa
apakah telah diatur dalam dokumen pengadaan?
15. Lakukan wawancara apakah Panitia menetapkan Sistem Penilaian Biaya Selama
Umur Ekonomis (Economic Life Cycle Cost/ ELCC). Yakinkan apakah ELCC
yang ditetapkan sudah benar untuk mengevaluasi pengadaan barang / peralatan
yang memperhitungkan faktor-faktor ; umur ekonomis, harga, biaya operasi dan
pemeliharaan, dalam jangka waktu tertentu.
16. Periksa, apakah evaluasi teknis dan harga dengan sistem Economic Life Cycle
Cost, hanya digunakan khusus untuk mengevaluasi pengadaan barang yang
kompleks dengan memperhitungkan perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan,
serta nilai sisa selama umur ekonomis barang tersebut?
17. Periksa, apakah evaluasi teknis dan harga hanya atas penawaran yang telah
dinyatakan lulus persyaratan administrasi?
C. Tahap Pelaksanaan Kontrak
1. Dapatkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPKM). Bandingkan antara tanggal
penandatanganan kontrak dengan tanggal di terbitkannya SPMK. Yakinkan :
a. Ketentuan umum berlaku juga untuk jasa pemborongan
Apakah tidak lebih dari 14 (empat belas) hari sejak tanggal penandatanganan
kontrak?
b. Apakah dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan
pekerjaan. (Untuk kontrak sederhana, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan
sama dengan tanggal penandatanganan kontrak atau tanggal dikeluarkan
SPMK).
2. Periksa Penggunaan program mutu
Apakah penyedia barang/jasa telah menyusun program mutu?
Apakah program mutu tersebut telah mendapat persetujuan dari pengguna
barang/jasa?
Apakah program mutu tersebut telah mencakup :
a. Informasi pengadaan barang/jasa
b. Organisasi proyek, pengguna dan penyedia barang/jasa
c. Jadwal pelaksanaan
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan

e. Prosedur instruksi kerja


f. Pelaksanaan kerja
3. Periksa, Mobilisasi
Apakah mobilisasi dilaksanakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkan SPMK. Bandingkan antara tanggal SPMK dengan laporan dilapangan.
Apakah mobilisasi untuk pekerjaan pemborongan :
a. Telah mendatangkan peralatan/alat berat yang dibutuh-kan.
b. Telah dipersiapkan fasilitas kantor, rumah, bengkel dan gudang.
c. Telah dipersiapkan mobilisasi SDM, apakah mobilisasi untuk pekerjaan
konsultansi ?
d. Telah dipersiapkan mobilisasi tenaga ahli.
e. Telah dipersiapkan peralatan pendukung Pengadaan barang/ jasa lainnya tidak
4.

mobilisasi.
Pemeriksaan bersama awal pekerjaan
Lakukan wawancara, untuk Pemeriksaan Bersama atas awal pelaksanaan
pekerjaan, apakah pengguna barang/jasa membentuk Panitia atau menunjuk

Pejabat peneliti pelaksanaan kontrak?


5. Uang muka
Periksa, apakah penyedia barang/jasa (PYBS) mengajukan permohonan
pengambilan uang muka secara tertulis kepada pengguna barang/jasa (PGBS)?
6. Periksa, apakah PYBS telah menyerahkan jaminan uang muka? Bandingkan
antara permintaan pembayaran atas permohonan uang muka dengan tanggal
jaminan uang muka. Apakah paling lambat 7 (tujuh) hari setelah jaminan uang
muka diterima dari PYBS.
7. Safety Bond
Bandingkan antara Bank Penjamin jaminan uang muka dengan daftar Bank
Penjamin uang muka yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (Surat
Keputusan/Surat Edaran).
8. Periksa,
a. Apakah pengembalian uang muka secara berangsur-angsung dan proporsional
pada setiap pembayaran atas prestasi pekerjaan?
b. Pada waktu pekerjaan (Progres Fisik) mencapai 100 %, apakah pengembalian
atas perhitungan angsuran jaminan uang muka sudah lunas?
9. Pembayaran prestasi pekerjaan Periksa, berkas tagihan yang diajukan oleh
PYBS. Dalami, apakah telah dilampiri laporan kemajuan hasil pekerjaan (Progres
Fisik)?
10. Periksa, apakah dalam waktu 7 (tujuh) hari PGBS sudah mengajukan SPP ke
Kantor Kas Negara/Bendahara Negara?
11. Bandingkan antara tahapan penagihan (periodik atau termin) dengan pasal-pasal
pembayaran dalam kontrak.
a. Apakah konsisten ?

b. Apakah tidak terjadi penyimpangan/pelanggaran


12. Potongan Pembayaran Periksa, apakah dalam proses pembayaran/transaksi,
terjadi potongan-potongan antara lain :
a. Angsuran uang muka
b. Jaminan pemeliharaan
c. Pajak
d. Denda (jika ada)
Bandingkan dengan pasal-pasal dalam Kontrak dan Dokumen Pengadaan
(RKS).
13. Periksa, PYBS dengan sub kontraktor
Apakah permintaan pembayaran dari PYBS dengan subkontraktor telah dilampiri
bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor ?
Apakah pembayaran kepada subkontraktor tersebut sudah sesuai dengan progres
fisik ? Untuk itu, bandingkan antara bukti pembayaran dengan progres fisik bagi
subkontraktor.
14. Periksa, Kerja tambah
15. Denda dan ganti-rugi Periksa,
a. Apakah besarnya denda keterlambatan 1/1000 (satu per seribu) dari harga
kontrak atau bagian kontrak ?
b. Apakah denda dihitung setiap hari keterlambatan (hari kalender) ?
16. Periksa,
a. Apakah terjadi keterlambatan pembayaran sehingga PGBS dikenakan ganti
rugi ?
b. Apakah ganti rugi tersebut setara dengan bunga bank yang berlaku terhadap
nilai tagihan yang terlambat ?. Bunga bank yang berlaku ditetapkan BI atau
sesuai yang diatur dalam kontrak.
c. Bandingkan denda dan ganti rugi tersebut dengan pasal-pasal dalam dokumen
kontrak.
17. Penyesuaian Harga
18. Lakukan wawancara, Force Majeur
19. Periksa, Penghentian dan Pemutusan Kontrak
20. PYBS cidera janji Lakukan wawancara, apakah PYBS cidera janji
(wanprestasi)? Jika Ya, bandingkan dengan dokumen kontrak, apakah PYBS
telah di kenakan sanksi ?
21. Lakukan wawancara, Pengendalian untuk jasa pemborongan
22. Dapatkan dokumen/berkas kesepakatan/hasil rapat.
23. Periksa, apakah laporan harian telah disyahkan/legalisir oleh wakil PGBS ?
24. Periksa, apakah dibuat juga laporan mingguan dan disampaikan/ diterima secara
up to date pada PGBS?
25. Foto-foto Periksa,
a. Apakah juga telah dibuat foto dokumentasi atas pelaksanaan pekerjaan ?

b. Apakah yang membuat foto dokumen PGBS atau PYBS ?


26. Periksa, apakah terjadi kerja tambah ?
27. Periksa, apakah perpanjangan waktu pelaksanaan kontrak dituangkan didalam
Adendum Kontrak ?
28. Periksa, Wajib men subkontrakkan
29. Periksa, Pembayaran prestasi
30. Masa pemeliharaan
31. Periksa, Sisa pembayaran selama masa pemeliharaan
32. Lakukan wawancara, Pengecualian Untuk Jasa Konsul-tansi
33. Dapatkan

bukti

pendukung

berupa

Berita

Acara

(BA)

atas

kegiatan

Pemeriksaan/Inspeksi terhadap SDM dan Alat Berat/Peralatan kerja pada lokasi


pekerjaan. Apakah Berita Acara tersebut telah disyahkan oleh kedua belah pihak
(PYBS dan PGBS) ?
34. Mobilisasi SDM Lakukan uji petik, apakah mobilisasi SDM (personil yang
melaksanakan tugas/pekerjaan) sudah sesuai dengan yang tercantum dalam pasalpasal kontrak ?
35. Lakukan wawancara, apakah terjadi perubahan/penggantian SDM atas Alat Berat
(peralatan kerja) ? Jika Ya, periksa apakah telah mendapat persetujuan dari
PGBS ? dan apakah untuk penggantian SDM, PYBS telah melengkapi DOSIR
SDM (Pegawai) berupa riwayat hidup/pengalaman kerja ?
36. Periksa,
a. Apakah terjadi penggantian SDM (Personil) dari PYBS? Jika Ya, periksa
apakah disebabkan oleh aspek tidak mampu melaksanakan pekerjaan dan
berperilaku kurang baik.
b. Apakah penggantinya memiliki kualifikasi lebih tinggi ?
37. Periksa, Pembayaran Uang Muka
38. Pengecualian untuk pengadaan barang Dalam hal pengadaan barang/material,
apakah Surat Pesanan (Purchase Order/PO) dikeluarkan paling lambat 14 hari
kerja sejak tanggal penetapan penyedia barang/jasa. Bandingkan tanggal Surat
Keputusan penetapan PYBS dengan tanggal pesanan tersebut (14 hari).
39. Periksa,
a. Apakah Purchase Order ditandatangani paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
tanggal penerbitan Surat Pesanan ?

b. Apakah Purchase Order tersebut dibuat diatas kertas segel atau bermaterai
cukup ?
40. Periksa, apakah tanggal penandatangan Surat Pesanan (SP) oleh PYBS ditetapkan
sebagai tanggal awal perhitungan waktu penyerahan ?
41.

Periksa,

apakah

terjadi

penyerahan

barang/material

sebelum

tanggal

penandatangan Surat Pesanan? Jika Ya, apakah sudah dijelaskan secara rinci
dalam Surat Pesanan?
42. Periksa, Persiapan Pelaksanaan Kontrak
a. Apakah penyedia barang telah membuat Surat Pesanan kepada Pabrikan ?
b. Apakah dalam Surat Pesanan tersebut telah mencakup penjelasan secara rinci?
43. Harga satuan
Periksa, apakah pengadaan barang tersebut dengan Harga Satuan? Jika Ya,
apakah telah ditetapkan :
a. Harga satuan.
b. Jadwal pengiriman.
c.

Quantitas barang material.

44. Jasa inspeksi


45. Periksa,
a. Apakah terjadi perubahan lingkup pekerjaan ? Jika Ya, apakah telah
disetujui PYBS ?
b. Apakah perubahan tersebut tidak melebihi 10 % dari niiai kontrak ?
46. Perlindungan Intelektual
47. Pengiriman Barang / Material
48. Apakah

istilah/terminology,

Penyerahan,

Penelitian,

Pemeriksaan

sudah

mendapatkan penafsiran yang sama bagi PYBS dan PGBS ?


49. Periksa, apakah pengoperasian barang/material tersebut diperlukan keahlian
khusus? Jika Ya, apakah telah diatur/disepakati Pelatihan kepada PGBS atau
SDM yang ditunjuk?
50. Periksa, apakah hasil uji coba sesuai dengan spesifikasi kontrak ?
51. Asuransi
52. Pengecualian untuk pengadaan jasa lainnya
53. Bandingkan ulang antara SDM dan peralatan kerja/alat berat dengan daftar dalam
dokumen pengadaan/dokumen kontrak, apabila terjadi pergantian, apakah telah
mendapat persetujuan dari PGBS ? Periksa, tahapan pengusulan, penggantian

SDM dan alat berat/peralatan kerja tersebut. Apakah usulan tersebut telah
dilampiri riwayat hidup/pengalaman kerja dari SDM yang bersangkutan ?
54. Penggantian SDM dan alat berat/peralatan kerja atas permintaan PGBS. Jika
terjadi, periksa, apakah tidak lebih dari 15 (lima belas) hari ? Bandingkan tanggal
permintaan dari PGBS dengan tanggal pelaksanaan penggantian. Cek silang
dengan buku harian/laporan harian dilapangan. Periksa, apakah penggantinya
mempunyai kualifikasi dan keahlian yang lebih tinggi dari SDM yang diganti ?
D. Tahap Pemanfaatan
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk meyakinkan pelaksanaan kontrak telah selesai
dengan kuantitas dan kualitas barang/jasa sesuai dengan kontrak dan meyakinkan bahwa
barang/jasa telah dimanfaatkan oleh pengguna.

TUGAS 7
Indikasi Fraud Terhadap Pengadaan Barang/Jasa Di Sektor Publik
Dari tahun ke tahun, nampaknya kasus-kasus fraud atau biasa disebut dengan
kecurangan dalam bidang keuangan baik yang berasal dari Instansi Pemerintah
(contohnya Dinas Pemerintahan Kota ataupun Dinas Pemerintahan Provinsi) maupun
Instansi Swasta (contohnya Bank dan perusahaan-perusahaan swasta lainnya) selalu
menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan masyarakat luas. Namun, walau
berbagai jenis kasus fraud terungkap dan telah diproses oleh hukum, belum ada indikasi
bahwa tindak kecurangan itu akan segera terhenti. Justru seiring dengan berjalannya
waktu, semakin banyak tindak fraud yang terungkap dan bahkan pelakunya semakin
banyak dan kompleks. Entah karena sistem di negara kita yang mandul ataukah para
pelaku yang selalu selangkah lebih maju.
Ada berbagai macam fraud telah terjadi di lingkungan Instansi Pemerintah dan
berlangsung berlangsung terus-menerus seperti air yang mengalir tiada henti. Salah satu
jenis yang paling banyak menimbulkan atau dapat juga disebut salah satu sumber
kebocoran keuangan yang paling besar adalah fraud dalam bidang pengadaan
barang/jasa

Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan
publik. Setiap tahun, BPK maupun KPK, melaporkan adanya kasus pengadaan yang
mengandung unsur tindak pidana korupsi. Tetapi, tidak banyak yang masuk ke
persidangan pengadilan. Beberapa kasus pengadaan yang berhasil diselesaikan di
pengadilan justru mementahkan legenda bahwa markup hanya 30% (Prof. Dr.
Soemitro Djojohadikusumo)1.
Pengadaan barang/jasa memang masih menjadi faktor yang sangat rentan terhadap
korupsi. Meskipun Pemerintah melalui Kepres No. 80/2003 sudah berusaha mengatur
agar pelaksanaan proses ini dapat berjalan dengan lebih transparan dan akuntabel.
Namun di setiap daerah yang diteliti oleh Transparency International, secara umum
terdapat kesamaan pendapat bahwa proses pengadaan barang/jasa masih sangat rentan
terhadap tindak korupsi.
Sistem pengadaan publik Indonesia secara luas diyakini merupakan sumber utama
bagi kebocoran anggaran, yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan
sumbangan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia.
Kegagalan tersebut memberikan indikasi bahwa terdapat kegagalan dalam sistem
akuntansi dan adanya konflik kepentingan dalam badan organisasi pemerintah. Oleh
sebab itu, diperlukan adanya penelitian mendalam mengenai kejadian tersebut dengan
cara mencari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, sehingga fraud atau
kecurangan yang biasa terjadi pada sektor pengadaan barang/jasa pemerintah dapat
ditekan.
Terdapat banyak kemungkinan variasi kecurangan akuntansi yang tidak pernah ada
habisnya, yang mana membutuhkan pemahaman secara mendalam sehingga kita dapat
mencari cara untuk menekan atau bahkan menghilangkan kemungkinan terjadinya
fraud. Wilopo (2006) menjelaskan dalam penelitian yang telah dilakukannya, bahwa
perilaku tidak etis dan kecenderungan akuntansi dapat diturunkan dengan
meningkatkan keefektifan pengendalian intern, ketaatan aturan akuntansi, moralitas
manajemen serta menghilangkan asimetri informasi.
A. Tujuan Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003, Indonesia mengemukakan bahwa terdapat
beberapa tujuan dalam sistem pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu :

1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan


nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan
industry dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasa produksi
dalam negeri pada perdagangan internasional.
2. Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok
masyarakat dalam pengadaan barang/jasa.
3. Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan.
4. Menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional.
B. Landasan Hukum Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
Landasan hukum berbagai sistem pengadaan barang/jasa di Indonesia diatur melalui
beberapa produk hukum, yaitu : keputusan presiden/peraturan presiden (Kepres/perpres),
keputusan dan surat edaran menteri/pimpinan lembaga dan berbagai keputusan serta
instruksi lainnya. Ketentuan pokok pengadaan barang/jasa pemerintah yang saat ini
berlaku adalah Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dengan beberapa perubahan ketentuan sebagaimana diatur dalam
Keppres No. 61 Tahun 2004, Perpres No.32 Tahun 2005, Perpres No. 70 tahun 2005,
Perpres No. 8 Tahun 2006, Perpres No. 79 Tahun 2006, Perpres No. 85 Tahun 2006,
Perpres No. 95 Tahun 2007, dan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang merupakan perubahan
pertama, perubahan kedua, perubahan ketiga, perubahan keempat, perubahan kelima,
perubahan keenam, perubahan ketujuh dan perubahan kedelapan atas Keppres No. 80
Tahun 2003.
Fraud (kecurangan)
Pada

dasarnya

Fraud

adalah

merupakan

serangkaian

ketidakberesan

(irregularities) mengenai: perbuatan-perbuatan melawan hukum (illegal act), yang


dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (misalnya menipu memberikan gambaran
yang keliru (mislead) terhadap pihak lain), yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam
ataupun dari luar organisasi, untuk mendapatkan keuntungan baik pribadi maupun
kelompok dan secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain (Sinaga, 2008).
Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, pengertian fraud lebih difokuskan
pada fraud yang terjadi dalam kegiatan pengadaan barang/jasa di lingkungan instansi
pemerintah yang mengakibatkan terjadinya kerugian negara.
Berdasarkan rangkuman dari berbagai tulisan dan pendapat dari para praktisi
maupun akademisi, fraud yang terjadi dalam kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah
dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Ketidaksesuaian antara barang/jasa yang diperjanjikan dalam kontrak dengan


kebutuhan instansi dan/atau masyarakat, baik dilihat dari jenis, kualitas maupun
kuantitas barang/jasa.
2. Ketidaksesuaian antara spesifikasi teknis barang/jasa yang telah diselesaikan oleh
penyedia barang/jasa dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam
perjanjian/kontrak.
3. Ketidaksesuaian antara volume (kuantitas) barang/jasa yang telah diselesaikan oleh
penyedia barang dengan jumlah yang seharusnya sesuai perjanjian/kontrak.
4. Ketidakwajaran harga barang/jasa yang disepakati dalam kontrak/perjanjian. Misalnya
pengadaan peralatan komputer yang jauh di atas harga peralatan sejenis di pasaran
karena mengandung unsur penggelembungan harga (mark-up)
5. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh rekanan dari jadwal waktu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian/kontrak

Etika Pengadaan Barang/Jasa


Etika pengadaan berkaitan dengan kelaziman dalam praktek dunia usaha yang
dianggap akan menciptakan sistem persaingan usaha yang adil. Etika dalam pengadaan
barang/jasa akan mencegah penyalahgunaan wewenang atau kolusi untuk kepentingan
pribadi atau golongan yang secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan negara.
Etika pengadaan barang/jasa yang baik perlu diciptakan untuk mencegah terjadinya
kolusi atau korupsi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Salah satu bentuk etika
pengadaan barang-jasa antara lain : para pengguna, penyedia, dan pihak terkait tidak
menerima, menawarkan, serta menjanjikan pemberian hadiah atau imbalan berupa apa saja
kepada siapa pun yang terkait dengan pengadaan barang/jasa.
Dasar Hukum Pengadaan Barang/Jasa
1. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara;
2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
3. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah;
4. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran dan
Belanja Negara, sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan Presiden No. 72 Tahun
2004;

5. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Peraturan
Presiden No. 95 Tahun 2007 (Perubahan ke 7);
6. Keputusan Menkes RI Nomor : 1575 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat Jenderal Depkes.
7. Surat Edaran Menteri Koordinator EKKU dan WASBANG No. SE-04/M.EKKU/1994
tanggal 15 Desember 1994 perihal tata cara permintaan persetujuan pengadaan
barang/jasa dari Menko EKKU dan WASBANG (Lampiran huruf B no. 4)
8. Surat Edaran Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) No. S132/K/1995 tanggal 27 Februari
Pengadaan barang/jasa merupakan proses yang mudah atau dianggap rawan
terjadninya fraud dalam sebuah organisasi. Dalam proses pengadaan barang/jasa secara
garis besar terdapat beberapa fraud yang mungkin dapat terjadi pada beberapa fungsi,
beberapa fraud tersebut diantaranya adalah :
1. Ketidaksesuain antara barang/jasa yang diperjanjikan dalam kontrak dengan
kebutuhan instansi dan/atau masyarakat, baik dilihat dari jenis, kualitas, maupun
kuantitas barang/jasa.
2. Ketidaksesuaian antara spesifikasi teknis barang/jasa yang telah diselesaikan oleh
penyedia barang/jasa dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam perjanjian
kontrak.
3. Ketidaksesuaian antara volume (kuantitas) barang/jasa yang telah diselesaikan oleh
penyedia barang dengan jumlah yang seharusnya sesuai perjanjian/ kontrak.
4. Ketidakwajaran harga barang/jasa yang disepakati dalam kontrak/perjanjian. Misalnya
pengadaan peralatan komputer yang jauh diatas harga peralatan sejenis dipasaran
karena mengandung unsur penggelembungan harga (mark up).
5. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh rekanan dari jadwal waktu yang
ditetapkan dalam perjanjian/kontrak.
Fraud fraud tersebut dapat terjadi karena adanya kelemahan pada kualitas panitia
pengadaan dan kualitas pada penyedia barang dan jasa. Kelemahan-kelemahan tersebut
menyebabkan munculnya peluang fraud seperti kickbacks dan bid rigging.
Panitia pengadaan merupakan salah satu subyek (pelaku) pengadaan barang/jasa
pemerintah dan aktivitas serta keputusan yang dilakukannya akan sangat menentukan
jalannya proses pengadaan. Segala aktivitas dan keputusan yang diambil oleh panitia

pengadaan merupakan hal yang sangat krusial karena berhadapan langsung dengan muatan
kepentingan dari berbagai subyek pengadaan barang/jasa lainnya. Untuk itu kemampuan
dan profesionalisme personil panitia pengadaan merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Apabila dalam kepanitiaan terdapat salah seorang oknum yang biasa melakukan KKN,
maka akan mendorong tindak kecurangan/fraud pada aktivitas pengadaan barang/jasa.
Pada proses pembentukan panitia lelang, jika salah seorang/lebih pejabat yang
memiliki kewenangan untuk menunjuk calon panitia pengadaan menyalahgunakan
kewenangannya untuk memberikan keuntungan pada kelompok tertentu dengan cara
menjadikan salah seorang atau lebih kroninya untuk menempati jabatan sebagai panitia
pengadaan guna memperlancar usahanya mencapai tujuan yang diinginkannya.
Kualitas penyedia barang/jasa juga merupakan salah satu elemen penting dalam suatu
sistem pengadaan barang/jasa. Jika suatu pengadaan barang/jasa tidak diikuti dengan
kualitas

penyedia

yang

baik,

maka

akan

terdapat

banyak

kesalahpahaman/

misunderstanding di antara panitia dan penyedia barang/jasa yang nantinya akan


menimbulkan merugikan kedua belah pihak.
Fraud kickbacks, terjadi ketika vendor melakukan pembayaran secara ilegal kepada
oknum dalam panitia pengadaan yang melakukan aktivitas pembelian. Pembayaran
tersebut dilakukan agar oknum panitia tersebut melakukan beberapa aktivitas:
1.) Memberikan kontrak pembelian hanya kepada vendor tertentu.
2.) Membuat tanda terima barang atas barang yang sebenarnya tidak diterima.
3.) Menyetujui pembayaran atas faktur ganda.
4.) Menyetujui penerimaan barang yang berkualitas lebih rendah daripada barang yang
dipesan.
5.) Memberikan syarat pembayaran (credit term) yang menguntungkan vendor.
6.) Membayar barang dengan harga lebih tinggi
7.) Membayar tagihan /utang lebih awal tanpa mendapatkan diskon pembelian.
8.) Membeli barang dengan jumlah yang lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Fraud lain yang dapat muncul dalam proses pengadaan barang/jasa adalah bid rigging
yaitu pengaturan hasil tender secara ilegal oleh karyawan yang terkait dengan bagian
pembelian untuk memenangkan vendor tertentu. Beberapa aktivitas yang meliputi hal-hal
sebagai berikut:

1.) Terdapat vendor yang memenangkan kontrak tanpa melalui proses tender yang resmi.
2.) Terdapat kontrak yang dilakukan dengan penunjukan langsung, tanpa adanya dasar
alasan yang jelas.
3.) Memecah nilai kontrak (splinting contract) untuk menghindari financial limits,
sehingga vendor akan memenangkan tender.
4.) Menjamin salah satu vendor agar sering memenangkan tender.
5.) Mengatur agar vedor yang memasukan penawaran mendeketai tanggal pengumuman
secara konsisten memenangkan tender.
Proses pengaturan tender ini dilarang, hal ini dikarenakan dapat menimbulkan
persaingan yang tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan dilaksanakannya tender untuk
memberikan kesempatan yang sama pada seluruh partisipan. Sehingga diharapkan pada
akhirnya dengan penggunaan proses teder mampu didapatkan harga yang termurah dengan
kualitas yang terbaik. Modus yang biasa dilakukan : hampir sama dengan modus yang
dilakukan pada kickbacks yaitu dengan menyalahgunakan kewenangan.
Maka, hasil kinerja dari panitia menjadi tidak maksimal karena terganggu obyektifitas
dan independensinya, serta pemerintah tidak memperoleh barang dan jasa seperti yang
diharapkan, baik dalam ukuran kualitas, kuantitas, harga dan ketepatan waktu.
Modus yang dilakukan :
Modus yang biasa dilakukan adalah biasanya pihak yang mempunyai wewenang atau
jabatan khusus akan memilih vendor tertentu sebagai pemenang tender yang sebenarnya
bukan merupakan penawar bagi sebuah entitas, dan mengalokasikan dana lebih dari yang
seharusnya diterima oleh perusahaan. Sebagai pertukaran atas kontrak tersebut, pejabat
yang berwenang akan memperoleh pembayaran kembali dari perusahaan pemenang tender
yang diperuntukan untuk kepentingan pribadi pihak yang berwenang. Dengan kata lain
kickbacks merupakan suap yang diberikan sebagai imbalan atas diberikannya kontrak
kepada pihak yang bersangkutan.
Pihak yang terlibat :
Pihak yang terlibat dalam terjadinya fraud ini adalah diantaranya :
1.) Panitian Pengadaan Barang/Jasa, dimana pihak ini memegang atau memiliki
wewenang penuh serta terlibat langsung dengan proses pengadaan barang/jasa.
2.) Vendor yang menjadi pemenang tender, dari beberapa fraud yang mungkin muncul,
vendor yang menjadi pemenang tender akan menjadi pihak yang menyediakan

barang/jasa sehingga mereka juga memungkinkan terlibat apabila terjadi fraud dalam
proses pengadaan barang/jasa.

Lampiran LKPD

per 31 Desember 2014, serta LRA, LAK dan CaLK untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Selain itu untuk memenuhi prinsip dapat diperbandingkan (comparability),
sebagaimana disyaratkan dalam SAP, laporan keuangan TA 2014 disajikan secara
perbandingan dengan laporan keuangan TA 2013.

Anda mungkin juga menyukai