Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMENT PENGADAAN BARANG DAN JASA

1. Pengadaan Barang Dan Jasa


Pengadaan Merupakan Kegiatan untuk memperoleh batrang dan jasa oleh
kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi lainnya (K/L/S/D/I) yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan memperoleh barang dan jasa

a. Perencanaan

1. Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara,


jadwal, dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa.
2. Perencanaan pengadaan yang dananya bersumber dari APBN dilakukan bersamaan
dengan proses penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) setelah
penetapan Pagu Indikatif.
3. Perencanaan Pengadaan yang dananya bersumber dari APBD dilakukan bersamaan
dengan proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA
Perangkat Daerah) setelah nota kesepakatan Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS).
4. Perencanaan pengadaan terdiri atas:
a. Perencanaan pengadaan melalui Swakelola; dan/atau
b. Perencanaan pengadaan melalui Penyedia.
5. Perencanaan pengadaan melalui Swakelola meliputi:
a. penetapan tipe Swakelola;
b. penyusunan spesifikasi teknis/KAK; dan
c. penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB).
6. Tipe Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a terdiri atas:
a. Tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran;
b. Tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran dan
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana
Swakelola;
c. Tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran dan
dilaksanakan oleh Ormas pelaksana Swakelola; atau
d. Tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah penanggung jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok
Masyarakat, dan dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat pelaksana
Swakelola.
7. Perencanaan pengadaan melalui Penyedia meliputi:
a. penyusunan spesifikasi teknis/KAK;
b. penyusunan perkiraan biaya/RAB;
c. pemaketan Pengadaan Barang/Jasa;
d. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; dan
e. penyusunan biaya pendukung.
8. Hasil perencanaan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dimuat
dalam RUP.

b. Kebutuhan

kebutuhan pengadaan barang/jasa diawali dengan berbagai aktivitas seperti analisis, survey
dan riset mengenai barang/jasa. Secara garis besar identifikasi kebutuhan meliputi beberapa
kegiatan, yaitu :

 Melakukan identifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan untuk mendukung


pencapaian tujuan organisasi (baik itu tujuan jangka pendek, menengah, atau jangka
panjang) secara lengkap berdasarkan hasil analisis belanja, survey, dan riset pasar
tentang kebutuhan barang/jasa yang sedang diperlukan.

 Melakukan penyusunan kebutuhan barang/jasa yang telah diidentifikasi pada langkah


sebelumnya menjadi rencana kebutuhan K/L/PD yang dapat disahkan.
c. Kegiatan

Kegiatan dimulai dengan melakukan identifikasi, menyusun dan menetapkan rencana


pengadaan Barang dan Jasa.

membuat permohonan kebutuhan Barang/Jasa dan menyampaikan kepada Pejabat Pembuat


Komitmen (PPK).

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menerima dan memeriksa daftar kebutuhan pengadaan
Barang/Jasa agar sesuai dengan peruntukan & anggaran.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) membuat Rencana Umum Pengadaan (RUP).

Pejabat Pengadaan memproses kebutuhan pengadaan Barang/Jasa lebih lanjut dengan


informasi spesifikasi, jumlah dan plafon dana.

Pejabat Pengadaan melakukan pemilihan penyedia, pemilihan barang sesuai RUP, proses
negosiasi dengan rekanan dan pembelian barang.

Rekanan menerima negosiasi pembelian barang, konfirmasi pemesanan dan melengkapi


dokumen pengadaan.

d. Memperoleh barang dan jasa

a. Pemebelian ( purchasing ) : adalah kegiatan lebih difokuskan kepada pemeblian barnag


( material) dan peralatan (equipment)

b. Penyewaan ( leasing ) : adalah kegiatan sewa –menyewa baik secara sewa murni
maupun sewa dengan opsi untuk membeli

c. Kontruksi ( contruction ): kegiatan membangun wujud fisik

d. Konsultasi (consultation) : kegiatan jasa keahlian professional


e. Inspeksi ( inspection ) : kegiatan pemeriksaan dan pengujian

f. Swakelola ( Self management ) : kegiatan yang dilaksanakan sendiri ( internal )

g. Tukar Tambah ( Trade-in) : kegiatan tukar menukar barang dengan membayar selisih
harga, untuk memperoleh barang yag sesuaidenga kebutuhan operasi, untuk menghindari
kerugian perusahaan.

h. Barter ( exchange ) : kegiatan tuker menukar barang secar langsung ( tukar guling ).

e. Filosopi Pengadaan Barang dan Jasa

Filosofi pengadaan adalah upaya untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan yang
dilakukan berdasarkan pemikiran yang logis dan sistematis dan mengikuti norma dan etika
yang berlaku sesuai metode dan proses pengadaan barang dan jasa yang berlaku..

2. Penyusunan Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Dan Jasa

a. Kebutuhan Pengadaan Barang/ Jasa


Penyusunan Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Dan Jasa meliputi :
Melakukan indentifikasi kebutuhan, menyusun dan menetapkan rencana
penganggaran, menetapkan kebijakan umum tentang Pemaketan, cara pelaksanaan,
organisasi, dan PPDN, menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK)

b. Identifikasi Kebutuhan Barang/Jasa


1. PA melakukan identifikasi kebutuhan barang/jasa terhadap rencana
kegiatan yang ada di dalam Renja K/L/D/I;
2. Kebutuhan barang/jasa dapat berupa Barang/Pekerjaan Konstruksi/
Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya;
3. Dalam melakukan identifikasi kebutuhan barang/jasa, PA wajib
melakukan penelaahan terhadap barang/jasa yang telah
tersedia/dimiliki/dikuasai, terkait dengan ketentuan prinsip-prinsip
pengadaan yaitu efisiensi dan efektifitas dalam pengadaan barang/jasa;
4. Untuk melakukan identifikasi terhadap barang/jasa yang telah
tersedia/dimiliki/dikuasai, PA dapat menggunakan data base Barang
Milik Negara/Daerah (BMN/BMD) dan/atau daftar riwayat kebutuhan
Barang/Jasa dari masing-masing unit/satuan kerja K/L/D/I, sebagai
sumber data dan informasi yang diperlukan;
5. Kebutuhan barang/jasa yang diperlukan K/L/D/I adalah kebutuhan
riil barang/jasa yang akan diadakan/dilaksanakan;
6. Kebutuhan riil adalah jumlah kebutuhan barang/jasa yang diperoleh
berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan barang/jasa terhadap rencana
kegiatan yang ada di dalam Renja K/L/D/I, dikurangi dengan jumlah
barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki dan yang sejenis/sesuai
spesifikasi yang diperlukan serta memenuhi syarat kelayakan.
7. Dalam hal kebutuhan barang yang diperlukan K/L/D/I bertujuan
untuk menunjang tugas dan fungsi organisasi, maka jumlah kebutuhan
barang, ditetapkan dengan mempertimbangkan besaran
organisasi/jumlah pegawai dalam satu organisasi; beban tugas dan
tanggung jawabnya;
8. Penetapan kebutuhan barang dilakukan dengan mempertimbangkan
penilaian prioritas kebutuhan dan kecukupan anggaran yang tersedia
(pagu anggaran);
9. Dalam hal barang yang diperlukan untuk kegiatan Renja-K/L/D/I
bertujuan untuk menjaga tingkat persediaan barang pada setiap tahun
Pedoman umum perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah 12
anggaran atau untuk keperluan penggantian karena adanya barang yang
sudah tidak layak untuk difungsikan/rusak, dihapus, sudah dijual,
hilang, mati/tidak berfungsi atau atas pertimbangan teknologi serta
sebab lain yang dapat dipertanggung jawabkan khususnya bagi
pengguna/pengelola barang, maka penetapan jumlah kebutuhan barang
dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip efisiensi dan efektifitas
dalam pengadaan barang/jasa.
c. Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah/Swasta
a. Identifikasi terhadap jenis barang yang diperlukan dan jumlah
masingmasing barang menurut jenis, fungsi/kegunaan, ukuran dan spesifikasi
barang
b. Kapan barang yang diperlukan sudah harus didatangkan/berada di
lokasi untuk diserahterimakan agar dapat segera difungsikan/digunakan
c. Pihak yang memerlukan (sebagai pengelola/pengguna barang)
d. Persyaratan terhadap cara pengangkutan barang, penimbunan/
penyimpanan, pengoperasian/penggunaan, pemeliharaan dan pelatihan
(apabila diperlukan

3. Rencana Umum Pengadaan Barang Dan Jasa


a. Penetapan Kebijakan Umum Tentang Pemaketan Pekerjaan
1. Pemaketan pekerjaan, wajib dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan
produksi dalam negeri dan perluasan kesempatan bagi Usaha Mikro dan Usaha
Kecil serta Koperasi Kecil
2. Nilai paket pekerjaan pengadaan barang/jasa sampai dengan Rp.
2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) diperuntukkan bagi Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta Koperasi Kecil, kecuali untuk paket pengadaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro dan
Usaha Kecil serta koperasi kecil
3. Menetapkan sebanyak-banyaknya paket pengadaan barang/jasa untuk Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi,
persaingan sehat, kesatuan sistem, kualitas dan kemampuan teknis Usaha Mikro
dan Usaha Kecil serta koperasi kecil
4. Dalam menetapkan pemaketan pekerjaan, PA dilarang memecah paket
Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket kecil dengan maksud untuk
menghindari pelelangan
5. Dalam menetapkan pemaketan pekerjaan, PA dilarang menyatukan atau
memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa daerah yang menurut
sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di daerah masing-
masing
6. Dalam menetapkan pemaketan pekerjaan, PA dilarang menggabungkan
beberapa paket pengadaan, yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa
dipisahkan dan/atau besaran nilainya yang seharusnya dilakukan oleh Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil
7. Dalam menetapkan pemaketan pekerjaan, PA dilarang menentukan kriteria,
persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan
pertimbangan yang tidak obyektif.

b. Penetapan Kebijakan Umum Tentang Cara Pengadaan


Sebagaimana tersebut dalam Perpres No.54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, pada Bab I, pasal 3, pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dapat
dilakukan dengan cara swakelola, dan /atau melalui pemilihan Penyedia
Barang/Jasa. PA menetapkan cara pengadaan dengan memperhatikan tugas pokok
dan fungsi K/L/D/I serta sifat kegiatan yang akan dilaksanakan.
1. Pengadaan Barang/Jasa dengan cara swakelola Dalam menetapkan
kebijakan umum tentang cara pengadaan barang/jasa yang dilakukan
dengan swakelola,
PA wajib memperhatikan ketentuan tentang pengadaan swakelola
sebagai berikut:
a. Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola meliputi:
1) Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis
sumber daya manusia serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I;
Pedoman umum perencanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah 20
2) Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya
memerlukan partisipasi langsung masyarakat setempat;
3) Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi
atau pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
4) Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat
dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkan
ketidakpastian dan risiko yang besar;
5) Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar,
lokakarya, atau penyuluhan;
6) Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project)
dan survei yang bersifat khusus untuk pengembangan
teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh
Penyedia Barang/Jasa;
7) Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan
kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium dan
pengembangan sistem tertentu;
8) Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang
bersangkutan;
9) Pekerjaan industri kreatif, inovatif dan budaya dalam
negeri;
10) Penelitian dan pengembangan dalam negeri;
dan/atau
11) Pekerjaan pengembangan industri pertahanan,
industri alat utama sistem senjata (alutsista) dan industri alat
material khusus (almatsus) dalam negeri.

b. Pekerjaan swakelola dapat dilaksanakan oleh:

1) K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran Pengadaan


swakelola yang dilakukan oleh K/L/D/I penanggung jawab
anggaran dilaksanakan sesuai ketentuan sebagai berikut:

a) Direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri


oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran;

b) Mempergunakan pegawai sendiri, pegawai


K/L/D/I lain dan/atau dapat menggunakan tenaga ahli;

c) Jumlah tenaga ahli tidak boleh melebihi 50%


(lima puluh perseratus) dari jumlah keseluruhan
pegawai K/L/D/I yang terlibat dalam kegiatan
Swakelola yang bersangkutan.
2) Instansi Pemerintah Lain sebagai Pelaksana
Swakelola Pedoman umum perencanaan pengadaan
barang/jasa pemerintah 21 Pengadaan swakelola yang
dilakukan oleh instansi pemerintah lain sebagai
pelaksana swakelola, dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:

a) Direncanakan dan diawasi oleh K/L/D/I


Penanggung Jawab Anggaran; dan

b) Pelaksanaan pekerjaannya dilakukan oleh


Instansi Pemerintah yang bukan Penanggung Jawab
Anggaran.

3) Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.


Pengadaan Swakelola, yang dilakukan oleh Kelompok
Masyarakat Pelaksana Swakelola, dilaksanakan dengan
mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a) Direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh


Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola;

b) Sasaran ditentukan oleh K/L/D/I Penanggung


Jawab Anggaran; dan c) Pekerjaan utama
dilarang untuk dialihkan kepada pihak lain
(subkontrak).

c. PA menetapkan jenis pekerjaan serta pihak


yang akan melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa secara Swakelola.

2. Pengadaan yang dilakukan melalui penyedia


barang/jasa Penetapan kebijakan umum tentang cara pengadaan
yang menggunakan Penyedia Barang/Jasa, dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan berikut:
a. Penyedia Barang/Jasa yang akan ditunjuk
untuk melaksanakan pengadaan, ditetapkan melalui
pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

b. Sistem pemilihan Penyedia Barang/Jasa,


meliputi Metoda Pemilihan Penyedia Barang/Jasa,
Metoda Penyampaian Dokumen Penawaran dan Metoda
Evaluasi Penawaran serta Jenis Kontrak, ditetapkan
oleh ULP/PP;

c. ULP/PP, dalam menetapkan sistem pemilihan


penyedia barang/jasa, wajib memperhatikan jenis/sifat
pekerjaan, besaran/nilai pekerjaan, kondisi lokasi serta
manfaatnya terhadap masyarakat; d. Penetapan sistem
pemilihan dilakukan sesuai ketentuan dalam Perpres
No.54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

c. Penetapan Kebijakan Umum Tentang Pengorganisasian Pengadaan


Dalam pedoman ini, pengorganisasian Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan
ketentuan berikut:
1. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk pengadaan yang dilaksanakan
dengan cara Swakelola, terdiri dari:
a. PA,
b. PPK; dan
c. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

2. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan


penyedia barang/jasa, terdiri dari:
a. PA;
b. PPK;
c. ULP/Pejabat Pengadaan; dan
d. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
3. PPK dapat dibantu tim pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa.
4. Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai kebutuhan, yang paling kurang
terdiri atas:
a. Kepala;
b. Sekretariat;
c. Staf pendukung; dan
d. Kelompok kerja.

5. Tugas Pokok dan Kewenangan Organisasi Pengadaan Barang/Jasa yang


diatur sesuai ketentuan dalam Perpres No.54/2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.

d. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)


PA berkewajiban menyusun dan menetapkan Kerangka Acuan Kerja untuk
pekerjaan yang akan dilaksanakan/diadakan yang sekurang-kurangnya memuat:
Pedoman umum perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah
1. Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan, meliputi: latar belakang, maksud
dan tujuan, lokasi pekerjaan, produk yang dihasilkan serta tenaga dan/atau tenaga
ahli yang diperlukan;
2. Waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan,
dengan memperhatikan batas akhir efektif tahun anggaran;
3. Spesifikasi teknis Barang/Jasa yang akan diadakan, dengan memperhatikan
kebutuhan K/L/D/I dan tidak mengarah pada merek/produk tertentu, kecuali untuk
pengadaan suku cadang serta memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri
dan penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI);
4. Besarnya total perkiraan biaya pekerjaan termasuk kewajiban pajak yang
harus dibebankan pada kegiatan tersebut.
4. Penyusunan anggaran pengadaan barang / jasa

a.Penganggaran pengadaan barang / jasa

Anggaran adalah suatu rencana tentang kegiatan perusahaan yang mencakup berbagai
kegiatan yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain dalam jangka waktu satu
tahun.

Menyusun anggaran pengadaan barang/jasa yang sesuai dengan kebutuhan K/L/PD


dilakukan dengan cara menghitung setiap aktivitas lalu mengumpulkannya dalam paket
pekerjaan. Anggaran ini merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh K/L/PD untuk
memperoleh barang/jasa. Secara garis besar tahap ini meliputi:

 Melakukan identifikasi kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM), material, dan bahan
sesuai dengan aktivitas yang telah didapat pada Jadwal Pengadaan Barang/Jasa

 Menghitung perkiraan biaya bahan, biaya setiap aktivitas berdasarkan jumlah sumber
daya yang ada untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang ditentukan

 Menjumlahkan seluruh biaya menjadi total anggaran pengadaan barang/jasa

b.Hubungan penyusunan rencana umum pengadaan dengan penyusunan rencana


kerja dan anggaran

Rencana Umum Pengadaan (RUP) adalah kegiatan yang terdiri dari identifikasi kebutuhan
barang/jasa yang diperlukan Kementerian Negara/Lembaga (K/L), penyusunan dan
penetapan rencana penganggaran sampai dengan penyusunan Kerangka Acuan Kerja
(KAK)

Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) adalah dokumen perencanaan dan penganggaran


yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD dan K/L
serta rencana pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya
c.Gambaran jenis belanja

Belanja Pegawai

Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang atau
barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah di dalam maupun di luar negeri
baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

Belanja Barang

Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan
belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan
belanja perjalanan dinas.

Belanja Modal

Pengeluaran anggaran yang digunakan, dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi
batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset
Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan
untuk dijual.

Pembayaran Bunga Utang

Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding) baik utang dalam maupun luar negeri yang
dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang. Jenis belanja ini
khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
Subsidi

Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada perusahaan negara,
lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor atau
mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya
dapat dijangkau masyarkat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi
kepada masyarakat melalui BUMN/BUMD dan pemsahaan swasta.

Hibah

Pengeluaranpemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa, bersifat tidak
wajib yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak
terus menerus kepada pemerintahan negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan
organisasi kemayarakatan serta organisasi intemasional.

Bantuan Sosial

Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada
anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam bentuk
uang/ barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.

Belanja Lain-lain

Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat diklasifikasikan


ke dalam pos-pos pengeluaran diatas.Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran
tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah.
d.Rencana kerja anggaran (RKA) menjadi dokumen pelaksanaan anggaran
(DPA)

Pada dasarnya Dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) dibuat oleh masing-masing


SKPD yang merupakan dokumen untuk melaksanakan Rencana Kerja anggaran (RKA)
SKPD yang sudah dibuat sebelumnya. Pembuatan RKA dan DPA yang disesuaikan dengan
struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) merupakan tahapan kegiatan yang di buat


oleh masing-masing pelaksana anggaran yang sangat penting dalam rangka penyelengaraan
kegiatan, maka dengan disusunnya dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) berarti bahwa
program dan rencana operasional tahunan yang dianggarkan akan mulai di laksanakan
dengan baik dan benar sesuai aturan.

e.Rencana kerja anggaran (RKA) menjadi daftar isian pelaksanaan anggaran

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan anggaran


yang dibuat dan disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran serta
disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan
berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan
akuntansi pemerintah.

Secara umum langkah-langkah menyusun DIPA oleh Satuan Kerja (SATKER) adalah
sebagai berikut :

1. Restore Data RKAKL


2. Pengisian Data PHLN
3. Pengisian Data Rencana Penarikan & Perkiraan Penerimaan
4. Pengisian Pejabat Perbendaharaan & info lain
5. Cetak DIPA
6. Kirim Data DIPA

5. Mengelola pengadaan barang / jasa pemerintah


a.Pengadaan barang / jasa vs Korupsi

1. Pengusaha menggunakan pengaruh pejabat pusat untuk “membujuk” kepala


daerah/pejabat daerah mengintervensi proses pengadaan dalam rangka memenangkan
pengusaha/rekanan tertentu dan meninggikan harga atau nilai kontrak dan pengusaha/rekanan
dimaksud memberikan sejumlah uang kepada pejabat pusat maupun daerah;

2. Pengusaha mempengaruhi kepala daerah/pejabat daerah untuk mengintervensi


proses pengadaan agar rekanan tertentu dimenangkan dalam tender atau ditunjuk langsung
dan harga barang/jasa dinaikkan (mark-up), kemudian selisihnya dibagibagikan;

3. Panitia pengadaan membuat spesifikasi barang yang mengarah ke merek atau


produk tertentu dalam rangka memenangkan rekanan tertentu dan melakukan mark-up harga
atau nilai kontrak;

4. Kepala daerah/pejabat daerah memerintahkan bawahannya untuk mencairkan dan


menggunakan dana/anggaran yang tidak sesuai dengan peruntukannya kemudian
mempertanggungjawabkan pengeluaran-pengeluaran dimaksud dengan menggunakan bukti-
bukti yang tidak benar atau fiktif;

5. Kepala daerah/pejabat daerah memerintahkan bawahannya menggunakan


dana/uang daerah untuk kepentingan pribadi koleganya, atau untuk kepentingan pribadi
kepala daerah/peiabat daerah yang bersangkutan atau kelompok tertentu, kemudian
mempertanggungjawabkan pengeluaran-pengeluaran dimaksud dengan menggunakan bukti-
bukti fiktif;

6. Para kepala daerah meminta uang jasa (dibayar di muka) kepada pemenang tender
sebelum melaksanakan proyek;

7. Kepala daerah menerima sejumlah uang dari rekanan dengan menjanjikan akan
diberikan proyek pengadaan

b.Pengadaan yang bersih

pengadaan yang baik dan bersih, perlu didukung dengan gagasan peningkatan kualitas
sumber daya manusia, serta adanya pelayanan yang baik serta penyelenggaraan pemerintah
yang jujur, bersih dan didukung dengan pengelolaan keuangan yang efektif, efesien,
transparan, dan akuntabel. Dalam hal pengelolaan Keuangan Negara serta tercapainya tertib
Anggaran dan Keuangan Negara, sebagai sumber pembelajaran pembangunan, perlu disusun
Anggaran Belanja Negara, antara lain dengan sistem pengadaan Barang/Jasa serta memberi
kesempatan dunia usaha dalam hal pengadaan Barang/Jasa

Anda mungkin juga menyukai