Mata uang rupiah menjadi bulan bulanan di pasar internasioanal sejak dapat diperdagangkan
sebagai hard currency. Penyebab berasal dari dalam negeri berupa pemerintahan yang korup
sehingga kehilangan kepercayaan dari kreditor IGGI (Inter-govermental Group on Indonesia)
sehingga semua utang IGGI tidak bisa diperpanjang lagi.
Selanjutnya, pemerintahan orde baru jatuh pada tahun 1998. Kejatuhan ini menimbulkan
gejolak politik berkepanjangan. Kondisi politik yang tidak stabil, berpengaruh besar terhadap
pembangunan ekonomi sektor riil dan sector finansial. IHSG bergejolak naik turun samapi
Desember 2003. Baru pada akhir tahun 2004, posisi IHSG sebesar 1.000, setelah Susilo
Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden.
Pada saat krisis global terjadi, harga saham jatuh lebih dari 50%. Di pasar modal Indonesia
harga saham jatuh selama 11 bulan dan Kembali naik pada bulan ke-12 pada saat krisis
global 2008 terjadi. Krisis finansial global 2008, tidak banyak perpengaruh terhadap
pertumbuhan sektor riil. Pertumbuhan ekonomi berkurang tetapi masih tetap positif. Negara
asia yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif waktu krisis global 2008 antara lain,
Tiongkok,India, dan Indonesia. Indonesia masih beruntung tidak mengalami pertumbuhan
ekonomi negative, dikarenakan nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat hanya 13% dari
total ekspor.
Krisis pasar modal dapat terjadi secara tiba – tiba, misalnya perang teluk (1991). Kejadian
tersebut akan meruntuhkan harga saham seketika. Hal ini disebabkan banyak negara di dunia
yang menjalin perdagangan internasional dengan Amerika Serikat. Kejayaan ekonomi
Amerika Serikat akan berakibat positif pada ekonomi dunia. Dampak negative krisis global
tidak akan dirasakan oleh negara yang memiliki kekuatan ekonomi domestic secara mandiri.
Kekuatan mandiri ekonomi dalam arti ekonomi domestic tidak tergantung pada kegiatan
ekspor impor yang dominan, tetapi kebutuhan domestic Sebagian besar dipenuhi oleh
produksi dalam negeri.