Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1710110600
Return adalah tingkat pengembalian sejumlah hasil yang diperoleh investor dari
dana yang diinvestasi pada suatu persentase . Return periode tertentu dinyatakan dalam
ada 2 klasifikasi :
1. Return Realisasi (Realized Return) Disebut juga sebagai return actual adalah return yang
telah terjadi pada periode lalu:
Dihitung berdasarkan nilai histories
Penting sebagai pengukur kinerja investasi
Dapat dijadikan sebagai dasar ptt return ekspektasi & risiko pada masa yang akan
datang.
2. Return Ekspektasi (Expected return) Return yang diharapkan akan terjadi masa yang akan
dating. Return ini belum terjadi sebagai dasar pertimbangan dalam memutuskan investasi.
Tingkat return investasi internasional dipengaruhi oleh tingkat return aset pada pasar
dimana aset tersebut berada dan perubahan tingkat nilai tukar mata uang (exchange rate)
antara mata uang dimana aset tersebut diperdagangkan dan mata uang domestik.Pada
umumnya, return total yang bisa diperoleh dari investasi secara internasional akan terdiri dari
tiga komponen, yaitu: pendapatan dividen, capital gain (loss), dan keuntungan (kerugian)
nilai tukar mata uang (currency gain/losses).
Return total yang bisa diperoleh dari investasi secara internasional akan terdiri dari
tiga komponen, yaitu: pendapatan dividen, capital gain (loss), dan keuntungan (kerugian)
nilai tukar mata uang (currency gain/losses). Return investasi internasional Return dari
investasi pada sekuritas di negara lain Keuntungan (kerugian dari perubahan nilai tukarmata
uang (exchangerate gain/loss).
Rumus tersebut dapat dimodifikasi:
Keterangan:
RRP = return total investasi internasional dari sudut pandang investor Indonesia Pt =
harga saham pada waktu t (dalam mata uang asing)
P0 = harga saham pada waktu awal pembelian (mata uang asing)
Div = pendapatan dividen (dalam mata uang asing)
g = persentase perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Dalam menghitung risiko portofolio, ada tiga hal yang perlu ditentukan dalam menghitung
risiko portofolio, yaitu:
C. Difersivikasi Internasional
Dari sudut pandang investor, diversifikasi internasional merupakan suatu cara yang
dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan risiko dengan cara membentuk suatu
portofolio investasi yang terdiri atas kombinasi berbagai macam aset keuangan yang
investasinya dilakuakan di negara–negara yang berbeda sehingga terbentuk suatu portofolio
yang optimal yang menjanjikan return yang optimal pula.
Contoh:
senderhana dari diversifikasi international ini adalah seorang investor yang memiliki
suatu portofolio investasi yang terdiri atas kombinasi dari dua saham perusahaan yang listing
di Bursa Efek Jakarta, Surat Berharga Bank Indonesia, tiga
saham yang listing di Bursa Straits Time Singapura, dua saham yang listing di Bursa Nikkei
Jepang, dan tiga saham yang listing di London Stock Exchange.
Dapat kita ambil contoh antara investasi pada saham dengan deposito. Umumnya,
saham memberikan tingkat pengembalian atau return yang lebih tinggi daripada deposito.
Namun, risiko untuk berinvestasi pada saham cenderung lebih besar karena fluktuasi atau
perubahan harga saham lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan peluang untuk mengalami
kerugian menjadi lebih tinggi daripada berinvestasi di deposito.
Aspek ketiga adalah likuiditas. Maksud likuiditas disini adalah kemudahan untuk
membeli dan menjual sebuah instrumen investasi. Tentunya jika berinvestasi di deposito, kita
tidak dapat menguangkan investasi tersebut sewaktu-waktu karena deposito memiliki masa
jatuh tempo. Sedangkan jika berinvestasi di saham, kita dapat dengan mudah menjualnya
sesuai dengan keinginan kita.
Obligasi internasional atau dikenal juga dengan nama sovereign bond adalah suatu
obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara dalam denominasi mata uang asing.
Negara dengan tingkat inflasi yang tinggi atau bergejolak sehingga sulit diprediksi maupun
negara yang memiliki nilai tukar mata uang yang tidak stabil seringkali menyadari bahwa
adalah sesuatu tindakan yang tidak menguntungkan apabila mereka menerbitkan obligasi
dalam mata uang setempat sehingga negara tersebut memutuskan untuk menerbitkan obligasi
dalam denominasi mata uang asing (valuta asing) yang dinilai lebih stabil. Hal ini
meningkatkan masalah gagal bayar apabila negara tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dalam menyediakan mata uang asing pada saat jatuh tempo pembayaran
obligasinya.
Oleh karena risiko gagal bayar tersebut maka investor meminta imbal hasil yang
tinggi atas obligasi yang diterbitkan tersebut, sehingga membuat beban biaya utang ini
menjadi lebih tinggi dan meningkatkan risiko gagal bayar. Pada saat terjadinya gagal bayar,
sebuah negara tidak dapat dinyatakan pailit seperti halnya suatu perusahaan ataupun lembaga
pemerintah, namun dalam prakteknya negara yang mengalami gagal bayar ini mengajukan
penawaran berupa suatu pertukaran bagi pemegang obligasinya guna melakukan
restrukturisasi atas utang negara tersebut seperti yang pernah terjadi dalam kasus obligasi
yang diterbitkan oleh Peru dalam denominasi mata uang dollar Amerika pada tahun 1996 dan
kasus penerbitan obligasi Argentina pada tahun 2001.
Namun, upaya untuk memperoleh persetujuan dari para pemegang obligasi atas
usulan pertukaran adalah sangat sulit oleh karena biasanya para pemegang obligasi akan
melakukan penolakan. Sepanjang era pada awal tahun 1980 an, obligasi internasional dari
negara-negara berkembang merupakan tujuan investasi yang menarik bagi bank Barat. Ini
menciptakan banyak sekali masalah sewaktu banyak negara penerbit obligasi yang
mengalami kesulitan dalam melakukan pembayaran obligasi mereka. Total nilai pasar dari
pasar obligasi dunia adalah sekitar 50% lebih besar dari pasar ekuitas dunia. Dolar AS, euro,
pound sterling, dan yen adalah empat mata uang di mana mayoritas obligasi domestik dan
internasional dalam mata uang
Alokasi aset strategis adalah pengalokasian porsi aset sesuai dengan horison
investasinya. Perumusan ini dilakukan sesuai dengan tujuan dan batasan investasi investor,
serta dengan mempertimbangkan profil resikonya.
Pada dasarnya, setiap jenis aset (asset class) memiliki profil imbal hasil dan risiko
yang berbeda. Masing-masing jenis aset juga memiliki perilaku yang berbeda pula. Jika pada
suatu saat suatu aset naik nilainya, aset yang lain mungkin justru turun atau tidak naik
nilainya, demikian pula sebaliknya. Proses alokasi aset mencakup pembagian suatu portofolio
investasi ke dalam berbagai kategori aset, seperti saham, obligasi dan kas. Proses penentuan
komposisi aset dalam portofolio ini merupakan proses yang unik bagi setiap investor; alokasi
aset yang pas bagi seorang investor akan sangat bergantung pada horizon waktu berinvestasi
serta toleransi terhadap risiko.
Strategic asset allocation adalah metode alokasi asset yang berpedoman pada
pembentukan "base policy mix" atau komposisi dasar portofolio. Base policy mix ini
merupakan kombinasi berbagai asset secara proporsional berdasarkan tingkat imbal hasil
yang diharapkan (expected return). Contohnya, jika saham secara historis memberikan imbal
hasil sebesar 20% per tahun sedangkan obligasi memberikan imbal hasil 10% per tahun,
maka portofolio dengan komposisi 50% saham dan 50% obligasi dapat diharapkan
memberikan imbal hasil (expected return) per tahun sebesar 50% x 20% + 50% x 10% =
15%.