TUGAS 3
Kurva IS terbentuk dari relasi antara Gambar 1. (kurva fungsi investasi dengan perubahan pada
tingkat suku bunga) dengan gambar 2. (pergeseran ekuilibrium pada kurva Keynesian cross akibat
perubahan besaran investasi).
Secara sederhana bisa dikatakan jika kurva IS menggambarkan kombinasi antara income (Y) dengan
tingkat suku bunga ( r), yang merepresentasikan ekuilibrum di pasar barang (good markets).
Adapun terbentuknya kurva IS terlihat pada gambar 3 dibawah ini:
Kurva IS menggambarkan keseluruhan perubahan dari kedua kurva sebelumnya; dengan kata lain
menunjukkan kombinasi ekuilibrium di pasar barang.
https://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-terbentuknya-kurva-is.html
Dalam analisis Keynesian, kurva IS (Investment-Saving) digunakan untuk menggambarkan
hubungan antara tingkat pendapatan nasional (output) dan tingkat suku bunga dalam perekonomian.
Kurva IS mencerminkan keseimbangan antara permintaan agregat (pengeluaran agregat) dan
penawaran agregat dalam model Keynesian.
Pembentukan kurva IS didasarkan pada dua komponen utama dalam perekonomian: investasi
dan tabungan. Kurva IS menunjukkan kombinasi tingkat pendapatan nasional dan tingkat suku bunga
yang menciptakan keseimbangan di pasar barang dan jasa.
Berikut adalah langkah-langkah dalam pembentukan kurva IS:
1. Menentukan investasi: Pertama, kita memperhatikan faktor investasi. Investasi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperluas kapasitas produksi atau
meningkatkan modal. Dalam analisis Keynesian, tingkat investasi dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga, harapan bisnis, dan faktor-faktor lainnya. Kecenderungan umum adalah semakin
tinggi tingkat suku bunga, semakin rendah tingkat investasi.
3. Menentukan keseimbangan di pasar barang dan jasa: Setelah kita memiliki informasi tentang
investasi dan tabungan, langkah selanjutnya adalah menentukan keseimbangan di pasar barang
dan jasa. Pada titik keseimbangan ini, permintaan agregat (investasi dan konsumsi) sama
dengan penawaran agregat (output). Tidak ada kelebihan atau kekurangan permintaan di
pasar.
4. Membentuk kurva IS: Dengan menggunakan berbagai tingkat pendapatan nasional dan tingkat
suku bunga, kita dapat menggambarkan keseimbangan di pasar barang dan jasa. Titik-titik
keseimbangan ini membentuk kurva IS. Kurva IS menunjukkan kombinasi pendapatan
nasional dan tingkat suku bunga di mana keseimbangan tercapai.
Kurva IS menunjukkan hubungan negatif antara tingkat pendapatan nasional (output) dan tingkat
suku bunga. Ini berarti jika tingkat suku bunga naik, tingkat pendapatan nasional yang diperlukan
untuk mencapai keseimbangan juga harus turun, dan sebaliknya. Hal ini menggambarkan hubungan
invers antara permintaan agregat dan suku bunga dalam model Keynesian.
2. Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan menjadi dua macam transaksi, yaitu
transaksi debit dan transaksi kredit. Jelaskan apa itu transaksi debit beserta 3 contohnya!
Jawaban :
Transaksai debit dan transaksi kredit kedua istilah ini adalah istilah khusus dalam Neraca
Pembayaran Internasional, yaitu neraca yang digunakan untuk mencatat transaksi ekonomi antara
warga negara satu dan warga negara lain dalam rentang waktu tertentu (Nopirin, 2007).
Sisi debit adalah lawan dari arti kredit dalam laporan keuangan. Ketika kita melihat arus kas
maka debit bagian kas masuk dan kredit bagian kas keluar. Bagian debit dapat menambah jumlah
pemasukan dalam perusahaan. Semakin banyak jumlah disisi debit maka akan semakin bertambah
uang yang dimiliki oleh perusahaan.
Pihak memiliki makna yang berbeda terkait sisi debit ini. Ketika kita menarik tunai uang yang
kita miliki dibank maka bank akan mencatat pada sisi debit pada rekening yang dimiliki oleh nasabah
dan akan mencatat pada sisi kredit ketika kita menabung uang yang kita miliki di bank.
Dalam konteks neraca pembayaran, transaksi debit merujuk pada transaksi yang
mengakibatkan aliran keluar dari suatu negara. Transaksi debit mengurangi klaim terhadap aset
negara atau meningkatkan kewajiban negara terhadap pihak luar. Dalam hal ini, negara kehilangan
sumber daya ekonomi.
Berikut adalah tiga contoh transaksi debit dalam neraca pembayaran:
1. Ekspor Barang: Ketika suatu negara menjual barang kepada negara lain, transaksi ini dianggap
sebagai transaksi debit. Negara tersebut kehilangan barang yang diekspor, namun menerima
pembayaran dalam bentuk devisa atau mata uang asing.
Contoh: Negara A mengirim 2.500 unit mobil ke Negara B dengan nilai $8.000 per unit.
Transaksi ini akan dicatat sebagai transaksi debit dalam neraca pembayaran Negara A.
2. Pembayaran Dividen: Ketika perusahaan asing yang beroperasi di suatu negara membayar
dividen kepada pemegang sahamnya di luar negeri, transaksi ini dianggap sebagai transaksi
debit. Negara tersebut kehilangan keluaran finansial dalam bentuk dividen.
Contoh: Negara A membayar bunga utang sebesar $750.000 kepada lembaga keuangan
internasional. Transaksi ini akan dicatat sebagai transaksi debit dalam neraca pembayaran
Negara A.
Transaksi debit dalam neraca pembayaran mencerminkan aliran keluar sumber daya ekonomi
dari suatu negara. Ini bisa terjadi melalui ekspor barang, pembayaran dividen, pembayaran bunga
utang, atau jenis transaksi lainnya di mana negara kehilangan klaim aset atau meningkatkan
kewajiban kepada pihak luar.
3. Akses ke Pasar dan Sumber Daya Baru: Melalui investasi di pasar internasional, investor
dapat memperoleh akses ke pasar baru yang mungkin memiliki permintaan yang lebih tinggi
terhadap produk atau layanan mereka. Mereka juga dapat mengakses sumber daya baru,
teknologi, dan tenaga kerja yang mungkin tidak tersedia di pasar domestik mereka. Hal ini
memungkinkan mereka untuk memperluas operasi bisnis mereka dan meningkatkan potensi
pertumbuhan jangka panjang.
5. Perlindungan terhadap Fluktuasi Mata Uang: Investasi di pasar internasional juga dapat
berfungsi sebagai perlindungan terhadap fluktuasi mata uang. Dengan menempatkan aset di
berbagai mata uang, investor dapat mengurangi risiko terkait dengan perubahan nilai tukar
mata uang. Jika nilai mata uang domestik menurun, nilai investasi di mata uang asing dapat
meningkat untuk mengimbangi kerugian tersebut.
Berikut alasan investor melakukan investasi di pasar internasional yang dikutip laman
tatacapital.com:
1. Diversifikasi Investasi
Dengan investasi pasar internasional, pilihan investasi akan semakin beragam dan dapat
berinvestasi di saham internasional dari berbagai sektor. Misalnya, berinvestasi di sektor teknik di
Eropa, komoditas di Australia, atau teknologi di pasar Amerika.
Investor akan mendapatkan keuntungan dari investasi internasional tidak hanya dari
keuntungan investasi, tapi juga dari fluktuasi mata uang. Ketika nilai mata uang luar negeri
terapresiasi terhadap nilai mata uang domestik, investor akan mendapatkan keuntungan ekstra.
Karena semakin banyak investor beralih ke opsi investasi internasional, banyak perusahaan
pengelola dana meluncurkan skema reksa dana untuk berinvestasi secara khusus di pasar
internasional. Hal tersebut akan mengurangi biaya transaksi secara keseluruhan dengan
menghilangkan biaya-biaya seperti biaya transfer, biaya konversi valuta asing, biaya
pemeliharaan tahunan, dan lainnya. Hal ini tidak hanya memberikan opsi investasi internasional
yang mudah, tetapi juga membuatnya lebih terjangkau.
Manfaat penting lainnya dari investasi internasional adalah melindungi investor dari aktivitas
penipuan atau likuidasi. Bagaimana caranya? Sebagian besar negara maju memiliki peraturan
ketat untuk mencegah penyalahgunaan pasar dan melindungi kepentingan investor. Hal ini
memastikan investor tidak tertipu dan investasi akan terlindungi.
Namun, penting untuk diingat bahwa investasi di pasar internasional juga melibatkan risiko
tertentu, termasuk risiko politik, risiko hukum, risiko mata uang, dan risiko ketidakpastian
ekonomi. Investor perlu melakukan analisis dan penelitian yang cermat serta mempertimbangkan
faktor-faktor risiko ini sebelum melakukan investasi di pasar internasional.
https://kumparan.com/berita-bisnis/mengapa-investor-melakukan-investasi-di-pasar-
internasional-20TBGirX6aJ/full
4. Jelaskan sistem nilai tukar mata uang yang diterapkan di Indonesia!
Jawaban :
Di Indonesia, sistem nilai tukar mata uang yang diterapkan adalah sistem nilai tukar yang
dikelola atau dikenal sebagai "Sistem Nilai Tukar Terkendali" atau "Managed Floating Exchange
Rate System". Sistem ini menggabungkan elemen nilai tukar bebas (floating exchange rate) dengan
campur tangan otoritas moneter (Bank Indonesia) untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang
rupiah (IDR) terhadap mata uang asing.
Berikut adalah beberapa karakteristik dan prinsip dasar dari sistem nilai tukar terkendali di Indonesia:
1. Nilai Tukar Floating: Dalam sistem ini, nilai tukar mata uang rupiah (IDR) dibiarkan
mengambang atau berfluktuasi terhadap mata uang asing di pasar valuta asing. Ini berarti nilai
tukar rupiah dapat berubah sesuai dengan mekanisme permintaan dan penawaran di pasar
valuta asing.
2. Campur Tangan Otoritas Moneter: Meskipun nilai tukar dibiarkan mengambang, Bank
Indonesia berperan sebagai pengawas dan intervensi dalam pasar valuta asing. Bank Indonesia
dapat membeli atau menjual mata uang asing untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar
rupiah jika dianggap perlu untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
3. Penetapan Kurs Referensi: Bank Indonesia menetapkan kurs referensi sebagai acuan untuk
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Kurs referensi ini digunakan sebagai patokan
dalam transaksi keuangan dan perdagangan internasional.
5. Pengawasan dan Regulasi: Bank Indonesia juga bertanggung jawab dalam mengawasi
kegiatan valuta asing di Indonesia, termasuk pengawasan terhadap bank-bank dalam
melakukan transaksi valuta asing dan peraturan terkait lainnya.
Sistem nilai tukar terkendali di Indonesia dirancang untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang
rupiah, mengendalikan fluktuasi yang berlebihan, dan menjaga daya saing ekonomi nasional.
Keputusan intervensi mata uang oleh Bank Indonesia didasarkan pada pertimbangan ekonomi dan
kebijakan moneter yang bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi negara dan menjaga inflasi
terkendali.
Penting untuk dicatat bahwa sistem nilai tukar dapat mengalami perubahan seiring waktu dan
kondisi ekonomi. Oleh karena itu, penting untuk mengikuti perkembangan terkini dari kebijakan dan
sistem nilai tukar yang diterapkan oleh otoritas moneter negara.
5. Apakah pergerakan nilai tukar dapat menyebabkan krisis ekonomi? Jelaskan jawaban
Anda.
Jawaban :
Ya, pergerakan nilai tukar yang tidak stabil atau terjadi dengan cepat dapat menyebabkan krisis
ekonomi. Pergerakan nilai tukar yang ekstrem atau tidak terkendali dapat memiliki dampak yang
merugikan pada stabilitas ekonomi suatu negara. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pergerakan
nilai tukar dapat menyebabkan krisis ekonomi:
1. Inflasi Tinggi: Jika nilai tukar mata uang suatu negara mengalami devaluasi yang tajam, hal
ini dapat mengakibatkan inflasi yang tinggi. Penurunan nilai tukar membuat barang impor
menjadi lebih mahal, sehingga meningkatkan biaya produksi dan mengakibatkan kenaikan
harga barang dan jasa di dalam negeri. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli
masyarakat, mengganggu stabilitas harga, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
2. Utang Meningkat: Pergerakan nilai tukar yang tidak stabil atau terdepresiasi dapat
menyebabkan beban utang suatu negara meningkat. Jika suatu negara memiliki utang dalam
mata uang asing, devaluasi mata uang domestik akan menyebabkan jumlah utang yang lebih
tinggi dalam mata uang lokal. Hal ini dapat mengganggu keberlanjutan pembayaran utang dan
memicu krisis keuangan.
3. Keluarnya Modal Asing: Ketidakstabilan nilai tukar dapat menyebabkan investor asing
kehilangan kepercayaan dan menarik investasi mereka dari suatu negara. Jika investor asing
meninggalkan pasar keuangan suatu negara, ini dapat menyebabkan penurunan nilai tukar
yang lebih lanjut, keruntuhan pasar keuangan, dan kelangkaan modal yang dapat memicu
krisis ekonomi.
4. Ketidakpastian Ekonomi: Pergerakan nilai tukar yang tidak stabil menciptakan ketidakpastian
bagi pelaku ekonomi, termasuk perusahaan dan konsumen. Ketidakpastian ini dapat
menghambat investasi, perdagangan, dan konsumsi, yang pada gilirannya dapat menekan
pertumbuhan ekonomi.
5. Pengaruh Sektor Riil: Pergerakan nilai tukar yang tidak stabil dapat memiliki dampak
signifikan pada sektor riil ekonomi. Nilai tukar yang tidak menguntungkan dapat
menyebabkan penurunan daya saing ekspor suatu negara dan mengganggu neraca
perdagangan. Hal ini dapat mempengaruhi produksi, lapangan kerja, dan pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, penting bagi suatu negara untuk memiliki kebijakan dan mekanisme yang
tepat untuk mengelola nilai tukar mata uang. Stabilitas nilai tukar yang terkendali dan kebijakan
moneter yang konsisten dapat membantu mencegah krisis ekonomi yang disebabkan oleh pergerakan
nilai tukar yang tidak stabil.