Sebagai Alternative Investasi Jangka Panjang Dengan Menggunakan Single Index Model
TAHUN 2010-2019)
Bab 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Salah satu sarana yang dipandang efektif untuk mempercepat pembangunan yaitu
melalui pasar modal. Instrumen pasar modal adalah instrumen yang mempunyai jangka
waktu lebih dari satu tahun. Saham merupakan instrumen pasar modal karena saham akan
selalu ada jika perusahaan yang mengeluarkan saham masih ada. Saham tersebut
mungkin berpindah kepemilikan dari satu investor ke investor lainnya tetapi saham
tersebut masih tetap ada. Investasi dalam Pasar Modal telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat modern saat ini, dan seakan menjadi kebutuhan mereka dalam
rangka mempertahankan maupun menaikan nilai asset mereka. Adanya ancaman inflasi
dan untuk mengantisipasi ketidakpastian ekonomi menjadi faktor utama yang memotivasi
menjadi bagian ataupun kebutuhan masyarakat saat ini. Investasi telah menjadi kebutuhan
tersier untuk beberapa kalangan masyarakat saat ini, bahkan mungkin bagi kalangan
Salah satu bukti bahwa aktivitas investasi saat ini menjadi kebutuhan
adalah maraknya praktek-praktek investasi bodong yang terungkap menelan banyak
korban. Bukan hanya ratusan milyar rupiah tetapi bisa mencapai triyunan rupiah. Dengan
membeli saham para investor berharap untuk menerima kompensasi berupa dividen dan
keuntungan berupa capital gain. Selain memperoleh keuntungan, investor juga harus siap
menghadapi risiko atau kerugian. Risiko dan keuntungan bagaikan dua sisi mata uang
tingkat risiko yang tinggi juga (Idroes, 2008:4). Investor yang rasional diasumsikan
sebagai individu yang risk averse, yaitu mempertimbangkan trade off antara expected
Tabel 1
Periode 2010-2019
tingkat keuntungan paling tinggi pada tingkat risiko tertentu (Hanafi, 2012:2). Tetapi
karena investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko sehingga pilihan
investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan.
Dalam pasar yang sempurna dan efisien maka akan berlaku “hukum‟ hubungan positif
memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka semakin tinggi risikonya (Hanafi,
2012:214). Begitu juga sebaliknya, hasil (return) dan risiko (risk) dalam setiap investasi
selalu mempunyai hubungan yang searah, artinya semakin tinggi risiko investasi maka
semakin besar peluang yang diperoleh. Sebaliknya, semakin kecil risiko maka semakin
diharapkan. Ukuran statistik standar deviasi biasanya digunakan untuk mengukur risiko,
semakin besar standar deviasi suatu distribusi tingkat keuntungan maka semakin tinggi
risiko investasi tersebut (Husnan, 2012:192). Terdapat jargon yang terkenal di pasar
modal, “high risk high return”, artinya jika berani mengambil resiko tinggi, lakukan
investasi pada saham yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami kerugian. Namun
sebaliknya, saham tersebut berpeluang untuk mengalami kenaikan harga yang tinggi
Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet (2012) menjelaskan bahwa risiko
dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities.
Menurut Idroes (2008:4) risiko merupakan bahaya dan juga merupakan peluang.
Dikatakan bahaya karena risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau
kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai
dan risiko dikatakan sebagai peluang karena risiko adalah sisi yang berlawanan dari
peluang untuk mencapai tujuan. Untuk menurunkan risiko, investor perlu melakukan
return yang diharapkan. Mengurangi risiko tanpa mengurangi return adalah tujuan
pemilihan saham-saham apa saja yang layak dikoleksi dan bagaimana komposisi saham-
saham yang akan dikoleksi. Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah
memaksimalkan return. Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspektasi.
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi
(expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi
(expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang
akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return
ekspektasi ini sifatnya belum terjadi. Suad Husnan (2005) menyebutkan bahwa tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah laba yang akan diterima oleh
pemodal atas investasinya pada perusahaan emiten dalam waktu yang akan datang dan
tingkat keuntungan ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan di masa yang akan
datang. Seorang investor akan mengharapkan return tertentu di masa yang akan datang
tetapi jika investasi yang dilakukannya telah selesai maka investor akan mendapat return
realisasi (realized return) yang telah dilakukan. Teori Portofolio (portfolio) lahir dari
seperti yang dikatakan Markowitz yaitu: “do not put all eggs in one basket” (janganlah
menaruh semua telur ke dalam satu keranjang), karena jika keranjang tersebut jatuh,
maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Begitu pula dengan
investasi yang dilakukan, jangan menanamkan seluruh dana dalam satu bentuk investasi,
karena ketika investasi tersebut gagal, maka seluruh dana yang tertanam kemungkinan
dipakai adalah metode melalui CAPM. Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah
ukuran yang menggambarkan hubungan antara risiko sistematis keamanan atau portofolio
dan pengembalian yang diharapkan. Security Market Line (SML) menggunakan rumus
portofolio. Populasi dari penelitian ini adalah saham-saham yang listing dan
diperdagangkan secara terus menerus pada Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dari tahun
2010 sampai dengan 2019. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode penentuan sampel
non probability sampling dalam hal ini adalah purposive sampling dimana saham-saham
dibagi dua kategori yaitu yang masuk Indeks LQ 45 dan diluar Indeks LQ 45.
A. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka permasalahan yang
berikut:
1. Objek penelitian ini adalah Saham LQ-45 dan Non LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
2. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2010 sampai dengan
2019.
model analisis Single Index Model (SIM) dan Capital Asset Pricing Model (CAPM).
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model analisis portofolio manakah yang
memiliki kinerja portofolio yang paling baik. Portofolio optimal yang terbentuk
berdasarkan model analisis Single Index Model (SIM), Capital Asset Pricing Model
(CAPM). Berdasarkan model analisis kinerja portofolio tersebut, maka portofolio optimal
dengan kinerja yang paling baik akan direkomendasikan sebagai pilihan investasi yang
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yang dapat
a. Investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk berinvestasi di pasar
modal, sehingga investor dapat membuat keputusan investasi mana yang tepat
investasi, pasar modal, bursa efek dan terutama mengenai bagaimana membentuk
portofolio efisien dan portofolio yang optimal selama menyelesaikan penelitian ini.
c. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai data, informasi,