Anda di halaman 1dari 7

Analisis Perbandingan Portofolio Saham Index LQ45 Dan Non Indeks LQ45

Sebagai Alternative Investasi Jangka Panjang Dengan Menggunakan Single Index Model

(SIM) Dan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

(STUDI KASUS SAHAM LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2010-2019)

Bab 1

Pendahuluan

Latar Belakang

Salah satu sarana yang dipandang efektif untuk mempercepat pembangunan yaitu

melalui pasar modal. Instrumen pasar modal adalah instrumen yang mempunyai jangka

waktu lebih dari satu tahun. Saham merupakan instrumen pasar modal karena saham akan

selalu ada jika perusahaan yang mengeluarkan saham masih ada. Saham tersebut

mungkin berpindah kepemilikan dari satu investor ke investor lainnya tetapi saham

tersebut masih tetap ada. Investasi dalam Pasar Modal telah menjadi bagian dari

kehidupan masyarakat modern saat ini, dan seakan menjadi kebutuhan mereka dalam

rangka mempertahankan maupun menaikan nilai asset mereka. Adanya ancaman inflasi

dan untuk mengantisipasi ketidakpastian ekonomi menjadi faktor utama yang memotivasi

sebagian masyarakat untuk melakukan aktivitas Investasi. Aktivitas investasi telah

menjadi bagian ataupun kebutuhan masyarakat saat ini. Investasi telah menjadi kebutuhan

tersier untuk beberapa kalangan masyarakat saat ini, bahkan mungkin bagi kalangan

tertentu telah menjadi kebutuhan sekunder.

Salah satu bukti bahwa aktivitas investasi saat ini menjadi kebutuhan
adalah maraknya praktek-praktek investasi bodong yang terungkap menelan banyak

korban. Bukan hanya ratusan milyar rupiah tetapi bisa mencapai triyunan rupiah. Dengan

membeli saham para investor berharap untuk menerima kompensasi berupa dividen dan

keuntungan berupa capital gain. Selain memperoleh keuntungan, investor juga harus siap

menghadapi risiko atau kerugian. Risiko dan keuntungan bagaikan dua sisi mata uang

yang berlawanan. Kecenderungan hubungannya adalah hasil yang tinggi membutuhkan

tingkat risiko yang tinggi juga (Idroes, 2008:4). Investor yang rasional diasumsikan

sebagai individu yang risk averse, yaitu mempertimbangkan trade off antara expected

return dan risiko dalam keputusan investasinya (Puspitaningtyas, 2007).

Tabel 1

Nilai Kapitalisasi Pasar BEI

Periode 2010-2019

Tahun Kapitalisasi Peningkatan


Pasar (%)
(Triliun)
2010 3.258 62,35611
2011 3.538 8,59423
2012 4.128 16,67609
2013 4.219 2,204457
2014 5.228 23,91562
2015 4.872 -6,80949
2016 5.753 18,08292
2017 7.052 22,57952
2018 7.176 1,758366
2019 7.260 1,170569
Sumber: BAPEPAM-LK dan www.sahamok.com

Ekspektasi investor terhadap keputusan investasi adalah mencari investasi dengan

tingkat keuntungan paling tinggi pada tingkat risiko tertentu (Hanafi, 2012:2). Tetapi
karena investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko sehingga pilihan

investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan.

Dalam pasar yang sempurna dan efisien maka akan berlaku “hukum‟ hubungan positif

antara tingkat keuntungan dengan risiko. Apabila investor mengharapkan untuk

memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka semakin tinggi risikonya (Hanafi,

2012:214). Begitu juga sebaliknya, hasil (return) dan risiko (risk) dalam setiap investasi

selalu mempunyai hubungan yang searah, artinya semakin tinggi risiko investasi maka

semakin besar peluang yang diperoleh. Sebaliknya, semakin kecil risiko maka semakin

kecil pula peluang hasil yang akan diperoleh.( Martono, 2008:415).

Risiko dapat didefinisikan sebagai kemungkinan penyimpangan dari hasil yang

diharapkan. Ukuran statistik standar deviasi biasanya digunakan untuk mengukur risiko,

semakin besar standar deviasi suatu distribusi tingkat keuntungan maka semakin tinggi

risiko investasi tersebut (Husnan, 2012:192). Terdapat jargon yang terkenal di pasar

modal, “high risk high return”, artinya jika berani mengambil resiko tinggi, lakukan

investasi pada saham yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami kerugian. Namun

sebaliknya, saham tersebut berpeluang untuk mengalami kenaikan harga yang tinggi

sehingga memberikan peluang keuntungan yang tinggi (Idroes, 2008:4). David K.

Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet (2012) menjelaskan bahwa risiko

dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities.

Menurut Idroes (2008:4) risiko merupakan bahaya dan juga merupakan peluang.

Dikatakan bahaya karena risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau

kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai

dan risiko dikatakan sebagai peluang karena risiko adalah sisi yang berlawanan dari

peluang untuk mencapai tujuan. Untuk menurunkan risiko, investor perlu melakukan

diversifikasi. Diversifikasi menunjukkan bahwa investor perlu membentuk portofolio


penanaman dana sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi

return yang diharapkan. Mengurangi risiko tanpa mengurangi return adalah tujuan

investor dalam berinvestasi.

Banyaknya perusahaan yang go public menyulitkan investor untuk melakukan

pemilihan saham-saham apa saja yang layak dikoleksi dan bagaimana komposisi saham-

saham yang akan dikoleksi. Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah

memaksimalkan return. Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspektasi.

Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung

berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu

pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi

(expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi

(expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang

akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return

ekspektasi ini sifatnya belum terjadi. Suad Husnan (2005) menyebutkan bahwa tingkat

pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah laba yang akan diterima oleh

pemodal atas investasinya pada perusahaan emiten dalam waktu yang akan datang dan

tingkat keuntungan ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan di masa yang akan

datang. Seorang investor akan mengharapkan return tertentu di masa yang akan datang

tetapi jika investasi yang dilakukannya telah selesai maka investor akan mendapat return

realisasi (realized return) yang telah dilakukan. Teori Portofolio (portfolio) lahir dari

seseorang yang bernama Henry Markowitz. Dasar pemikiran dibentuknya portofolio

seperti yang dikatakan Markowitz yaitu: “do not put all eggs in one basket” (janganlah

menaruh semua telur ke dalam satu keranjang), karena jika keranjang tersebut jatuh,

maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Begitu pula dengan

investasi yang dilakukan, jangan menanamkan seluruh dana dalam satu bentuk investasi,
karena ketika investasi tersebut gagal, maka seluruh dana yang tertanam kemungkinan

tidak akan kembali

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai analisis

perbandingan portofolio saham Indeks LQ 45 dibandingkan dengan saham Non

Indeks LQ 45 sebagai alternatif investasi jangka panjang. Metode penelitian yang

dipakai adalah metode melalui CAPM. Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah

ukuran yang menggambarkan hubungan antara risiko sistematis keamanan atau portofolio

dan pengembalian yang diharapkan. Security Market Line (SML) menggunakan rumus

CAPM untuk menampilkan pengembalian yang diharapkan dari keamanan atau

portofolio. Populasi dari penelitian ini adalah saham-saham yang listing dan

diperdagangkan secara terus menerus pada Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dari tahun

2010 sampai dengan 2019. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode penentuan sampel

non probability sampling dalam hal ini adalah purposive sampling dimana saham-saham

dibagi dua kategori yaitu yang masuk Indeks LQ 45 dan diluar Indeks LQ 45.

A. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka permasalahan yang

diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah tingkat keuntungan (return) dan tingkat risiko portofolio saham

pada perusahaan yang termasuk ke dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia?

2. Bagaimanakah tingkat keuntungan (return) dan tingkat risiko portofolio saham

pada perusahaan Non indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia?


Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan penulis dengan menerapkan batasan-batasan masalah sebagai

berikut:

1. Objek penelitian ini adalah Saham LQ-45 dan Non LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

2. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2010 sampai dengan

2019.

3. Penelitian ini akan menganalisis pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan

model analisis Single Index Model (SIM) dan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model analisis portofolio manakah yang

memiliki kinerja portofolio yang paling baik. Portofolio optimal yang terbentuk

berdasarkan model analisis Single Index Model (SIM), Capital Asset Pricing Model

(CAPM). Berdasarkan model analisis kinerja portofolio tersebut, maka portofolio optimal

dengan kinerja yang paling baik akan direkomendasikan sebagai pilihan investasi yang

tepat bagi investor.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yang dapat

digunakan oleh pihak-pihak yang berkaitan antara lain:

a. Investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk berinvestasi di pasar

modal, sehingga investor dapat membuat keputusan investasi mana yang tepat

melalui portofolio yang disarankan.


b. Penulis

Penulis dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai industri keuangan,

investasi, pasar modal, bursa efek dan terutama mengenai bagaimana membentuk

portofolio efisien dan portofolio yang optimal selama menyelesaikan penelitian ini.

c. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai data, informasi,

maupun referensi dalam mengkaji dan mengembangkan topik-topik penelitian yang

berkaitan dengan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai