Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap

pasar modal, karena pasar modal memiliki peran penting dalam pembangunan

ekonomi. Pasar modal berperan penting dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai

salah satu pembiayaan eksternal bagi dunia usaha dan juga sebagai salah satu wadah

investasi masyarakat. Pasar Modal adalah pelengkap disektor keuangan terhadap dua

lembaga lainya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan

jasanya yaitu menyembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut

sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan

nama emiten (perusahaan yang go public) Kehadiran Pasar Modal menjalankan

fungsi ekonomi dan keuangan, dalam melaksanakan fungsi ekonominya yakni

menyediakan dana dari pihak mempunyai kelebihan dana (lender) dan bagi pihak

yang memerlukan dana (borrower), sedangkan dalam arti keuangan bagi para

investor, Pasar Modal merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk

menginvestasikan dananya (dalam aset finansial).

Perkembangan pasar modal di Indonesia cukup pesat, hal ini dapat dilihat

berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik terlihat nilai dari volume perdagangan

saham dari tahun 2019 sampai 2022 cenderung mengalami peningkatan.


2

Tabel 1. Data Rata-Rata Tahunan Perdagangan Saham Bursa Efek Jakarta.

Transaksi dan Indeks Saham di Bursa Efek Jakarta

Bursa Efek Jakarta 2019 2020 2021 2022

Jumlah Perusahaan 624 674 716 771

Volume (Juta 3.562.367 2.752.835 5.096.450 5.885.873

Saham)

Indeks Harga Saham 22.230,19 63.115,88 68.246,79 84.078,82

Komposit

Sumber : www.bps.go.id

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah volume transaksi saham

sempat menurun pada tahun 2020 kemudian terus menaik hingga 2022. Hal ini

menandakan bahwa masyarakat Indonesia sudah sadar akan pentingnya berinvestasi.

Investasi itu sendiri menjadi penting bahkan sudah menjadi kebutuhan karena setiap

individu tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kondisi keuangan di masa yang akan

datang, salah satu cara untuk meminimalisir risiko yang dapat ditimbulkan dari

ketidakpastian tersebut adalah salah satunya dengan cara berinvestasi.

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa

depan (Tandelilin, 2001). Banyak pilihan bidang investasi yang telah ada saat ini

salah satunya adalah saham. Saham merupakan salah satu bidang investasi yang

cukup menarik namun beresiko tinggi (Hermuningsih, 2012). Investor dapat

berinvestasi saham menggunakan strategi jangka panjang untuk mendapatkan


3

keuntungan namun ada cara lain yang bisa digunakan untuk mengembangkan dana

dari investasi saham yaitu kegiatan perdagangan saham (trading).

Dalam setiap transaksi perdagangan saham, investor atau manajer investasi

dihadapkan pada pilihan untuk membeli atau menjual saham. Setiap kesalahan dalam

pengambilan keputusan investasi akan menimbulkan kerugian bagi investor itu

sendiri, atau mengakibatkan nilai aktiva bersih dari reksadana saham yang dikelola

manajer investasi tersebut menurun. Maka diperlukan analisis dan peramalan yang

kuat, akurat dan dapat diandalkan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan

investasi. Peramalan adalah salah satu input penting bagi para manajer dalam proses

pengambilan keputusan investasi. Dalam proses peramalan dapat disadari bahwa

sering terjadi ketidakakuratan hasil peramalan, tetapi peramalan masih penting

dilakukan karena semua organisasi beroperasi dalam suatu lingkungan yang

mengandung unsur ketidakpastian, tetapi keputusan harus tetap diambil yang

nantinya akan mempengaruhi masa depan organisasi tersebut. Suatu pendugaan

secara ilmiah terhadap masa depan akan jauh lebih berarti dari pada pendugaan hanya

berdasarkan intuisi saja (Muchlisin, 2011).

Investor berkeinginan untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dalam

berinvestasi. Para investor harus teliti dalam memilih saham yang layak dan melihat

momen di mana harus posisi sell, buy, atau hold. Walaupun pertumbuhan dari

perolehan saham diinginkan, tetapi fluktuasi yang memunculkan resiko tinggi selalu

diupayakan ditekan. Dengan keuntungan maksimal berarti resiko yang harus diambil

lebih tinggi. Situasi dan kondisi pasar yang kurang menentu menyebabkan resiko

yang lebih tinggi. Pembuatan kerangka keputusan investasi sangat menentukan


4

keberhasilan seorang investor dalam mengoptimalkan tingkat imbal hasil (return)

investasi dan mengurangi sekecil mungkin resiko yang dihadapi.

Berinvestasi pada saham, forex, atau komoditas memang sangat menggiurkan,

karena kita bisa mendapatkan untung yang cukup besar. Puluhan, bahkan ratusan

persen dalam waktu yang singkat (sehari, seminggu, sebulan, tergantung kondisi).

Keuntungan yang diperoleh juga bisa berkali lipat dari marjin deposito. Namun,

apabila salah perhitungan, mampu membangkrutkan orang dalam waktu singkat pula

(Desmond, 2010). Hal utama yang harus dilakukan investor dalam berinvestasi pada

saham adalah memilih saham terlebih dahulu, tujuannya adalah untuk mengetahui

kualitas dari saham itu sendiri, dalam memilih saham investor harus melakukan

analisis terlebih dahulu. Ada dua macam analisis dalam dunia saham, yaitu analisis

fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah suatu metoda

peramalan pergerakan instrumen finansial di waktu mendatang berdasarkan terkait

dengan informasi mengenai laporan keuangan dan kesehatan perusahaan, pesaing,

manajemen dan situasi pasar dari produk tersebut (May, 2011). Analisis fundamental

mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang menentukan nilai intrinsik suatu

instrumen finansial. Apabila penawaran meningkat tetapi permintaan tetap, maka

harga pasar akan meningkat, begitu sebaliknya. Salah satu kesulitan analisis

fundamental adalah mengukur secara akurat hubungan antara variabel - variabel,

sehingga para analis harus membuat estimasi berdasarkan pengalaman mereka.

Sedangkan analisis teknikal adalah suatu metoda meramalkan pergerakan harga

saham dan meramalkan kecenderungan pasar di masa mendatang dengan cara

mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan dan indeks harga saham
5

gabungan. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar,

daripada apa yang seharusnya terjadi. Para analis teknikal tidak terlalu peduli

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, sebagaimana para analis

fundamental, tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumen pasarnya (Susanto, 2010:

29).

Sehubungan dengan pengumpulan data perusahaan yang membutuhkan waktu

cukup lama, maka analisis fundamental lebih cocok digunakan untuk investasi jangka

panjang, sedangkan untuk investasi jangka pendek, analisis fundamental dibutuhkan

untuk memilih saham-saham yang berkualitas tinggi. Hal ini berbeda dengan analisis

teknikal dimana analisis ini sangat cocok untuk memprediksi suatu pergerakan harga

saham dalam jangka waktu pendek, jangka sedang, maupun jangka panjang.

Analisis teknikal adalah teknik yang menganalisa fluktuasi harga dalam rentang

waktu tertentu atau dalam hubungannya dengan faktor lain, misalnya volume

transaksi (Desmond, 2010). Analisis teknikal juga merupakan studi tentang perilaku

pasar yang digambarkan melalui grafik, untuk memprediksi kecenderungan harga

dimasa yang akan datang (Murphy, 1999). Dari grafik tersebut akan terlihat pola

tertentu yang dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembelian atau penjualan.

Pada dasarnya analisis teknikal digunakan untuk menentukan apakah suatu harga

saham/ mata uang sudah overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual)

(Desmond, 2010). Atau, analisis teknikal bisa didefinisikan sebagai suatu

pemanfaatan data historis (harga dan volume perdagangan saham) yang tersedia di

pasar.
6

Agar dapat mengetahui pola pergerakan harga dengan mudah, maka data harga

pada analisis teknikal digambarkan dalam bentuk grafik, antara lain Line chart

(garis), Bar chart (batang), Candle chart atau candlestick chart (lilin). Grafik line

chart hanya memuat data harga penutupan, namun data ini paling mudah dibaca. Bar

chart dan Candlestick chart hampir mirip dikarenakan memuat harga pembukaan,

harga penutupan, harga tertinggi dan terendah. Namun, grafik Candlestick lebih

mudah dibaca, karena bisa menggunakan warna, juga mampu menampilkan psikologi

pasar dengan lebih mudah (Desmond, 2010).

Analisa teknikal secara umum dapat digolongkan menjadi 2 kelas utama, yaitu

analisa teknikal klasik dan analisa teknikal modern. Pengguna analisa teknikal klasik,

atau yang biasa disebut sebagai chartist percaya bahwa tren dan sinyal aksi pasar

suatu saham dapat diperoleh berdasarkan bentuk dan pola tertentu dari grafik harga

saham. Dasar pengambilan keputusan transaksi dalam analisa ini biasanya ditentukan

berdasarkan judgement dan interpretasi penggunanya terhadap suatu grafik sehingga

menjadi sangat subjektif. Lain halnya dengan analisa teknikal klasik, analisa teknikal

modern melihat tren dan sinyal aksi pasar suatu saham berdasar pola grafik yang

diindikasikan dari perhitungan kuantitatif sehingga hasilnya objektif (Ardani, 2012).

Secara umum indikator – indikator analisis teknikal modern terbagi menjadi:

(1) Indikator Trend Following, yaitu Moving Average, Parabolic SAR, MACD,

Ichimoku Kinko Hyo dsb.

(2) Indikator Momentum, yaitu Commodity Channel Index (CCI), Stochastic, William

%R, Relative Strenght Index dll.


7

(3) Indikator Volume atau Market Strenght, yaitu Chaikin Oscillator, On

BalanceVolume (OBV), Volume Oscillator (OSCV),Accumulation/Distribution,

Money Flow Index (MFI) dll.

(4) Indikator Volatility, yaitu Bollinger Band, Keltner Band, Everage True Range

(ATR), Envelope dll.

Tetapi analisis teknikal bertentangan dengan efisiensi pasar bentuk lemah dimana

pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga – harga saham saat ini telah

mencerminkan secara penuh semua informasi harga saham di masa lalu. bahwa

hipotesis efisiensi pasar bentuk lemah berkaitan namun tidak identik dengan hipotesis

langkah acak (random-walk hypothesis). Jika harga mengikuti langkah acak,

perubahan harga sepanjang waktu bersifat acak (independent). Perubahan harga hari

ini tidak berkaitan dengan perubahan harga kemarin atau hari – hari lainnya. Dengan

kata lain, harga masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang dan tidak dapat

dipergunakan untuk memprediksi pergerakan harga.

Namun terdapat beberapa penelitian yang meneliti efisiensi pasar bentuk lemah

terhadap pasar modal Indonesia yaitu antara lain penelitian yang dilakukan oleh

Nurliani (2016) dengan judul ” Pengujian Efisiensi Pasar Modal di Asean (Studi

Empiris Pada Index Saham Indonesia/JKSE, Malaysia/KLSE, Singapura/STI,

Filipina/PSI, Thailand/SETI, dan Vietnam/VNI Periode 2011-2015)”. Penelitian ini

bertujuan untuk menguji efisiensi pasar modal di ASEAN. Penelitian ini telah

meneliti hipotesis pasar efisien bentuk lemah di keenam bursa saham utama ASEAN

termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Temuan

menunjukkan bahwa tidak satupun dari keenam pasar saham utama di ASEAN yang
8

mengikuti random walk dan karenanya semua pasar ini merupakan pasar yang tidak

efisien dalam bentuk lemah.

Penelitian yang dilakukan oleh Guidi dan Gupta (2011) dengan judul “Are

ASEAN stock market efficient? Evidence from univariate and multivariate variance

ratio tests”. Penelitian ini menguji efisiensi pasar di ASEAN. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa di pasar Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam menolak

efisiensi pasar, sedangkan pada pasar Singapura dan Thailand ditemukan efisiensi

bentuk lemah.

Penelitian yang dilakukan oleh Kasihif Hamid, et. al (2010) dengan judul

“Testing the Weak form of Efficient Market Hypothesis: Empirical Evidence from

Asia-Pasific Markets”. Penelitian ini menguji efisiensi pasar bentuk lemah di

Pakistan, India, Sri Langka, China, Korea, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina,

Singapura, Thailand, Taiwan, Japan, dan Australia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa return bulanan pada pasar modal di Asia Pasifik tidak mengikuti pola random

walk.

Beberapa penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pasar modal Indonesia tidak

efisien dalam bentuk lemah sehingga analisis teknikal dapat diterapkan dan harga

saham masa lalu digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham mendatang.

Pemerintah sekarang tengah mendorong pembangunan infrastruktur di seluruh

Indonesia agar dapat memberikan keseimbangan perekonomian di tiap daerah.

Seperti yang diungkapkan Presiden Jokowi tanggal 29 April 2015 pada Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2015, di Jakarta. Presiden

mengungkapkan: "Konsentrasi anggaran kita pada kecepatan pembangunan. Fokus


9

kita jelas sekarang ini infrastruktur. Baik berupa infrastruktur pertanian seperti irigasi

dan bendungan, infrastruktur jalan baik jalan tol, jalan nasional, jalan provinsi dan

kabupaten/ kota. Baik berupa pelabuhan untuk konektivitas antar pulau. Baik berupa

air port. Itulah fokus kita," (Setiawan, 2015). Menurut Laporan 3 Tahun pada masa

kepemimpinan Jokowidodo telah banyak melakukan pembangunan infrastruktur

konektivitas dan infrastruktur lainnya yang membutuhkan perusahaan jasa konstruksi

dalam pembangunannya.

Langkah ini tentu saja menguntungkan para emiten yang bergerak di bidang

konstruksi. Karena seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia selama ini,

infrastruktur menjadi sangat penting karena Indonesia sangat tertinggal di sektor ini.

Untuk mendorong berkembangnya infrastruktur di Indonesia, pemerintah mulai

menyerahkan proyek infrastruktur kepada sektor swasta (Setiawan, 2015). Dengan

adanya privatisasi infrastruktur, perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi

mempunyai peluang yang sangat besar ditambah tingkat persaingan yang relatif

masih longgar.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian

mengenai “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

HARGA SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA ( PADA PERUSAHAAAN

SUB SEKTOR KONSTRUKSI BANGUNAN YANG TERDAFTAR DI BEJ

PERIODE 2019-2022)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka perumusan

masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


10

1. Bagaimana tingkat akurasi masing-masing saham pada perusahaan sub sektor

konstruksi bangunan yang terdaftar di BEJ dengan indikator Simple Moving Average

pada periode2019-2022?

2. Bagaimana tingkat akurasi masing-masing saham pada perusahaan sub sektor

konstruksi bangunan yang terdaftar di BEJ dengan indikator Relative Strenght Index

pada periode 2019-2022?

3. Bagaimana tingkat akurasi masing-masing saham pada perusahaan sub sektor

konstruksi bangunan yang terdaftar di BEJ dengan indikator Bollinger Bands pada

periode 2019-2022?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, adapun tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Menganalisis tingkat akurasi indikator Simple Moving Average masing-masing

saham pada perusahaan sub sektor konstruksi bangunan yang terdaftar di BEJ

pada periode 2019-2022.

2. Menganalisis tingkat akurasi indikator Relative Strenght Index masing-masing

saham pada perusahaan sektor kontruksi banugnan yang terdaftar di BEJ pada

periode 2019-2022.

3. Menganalisis tingkat akurasi indikator Bollinger Bands masing-masing saham

pada perusahaan sektor konstruksi bangunan yang terdaftar di BEJ pada periode

2019-2022.
11

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari dilakukannya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara

lain adalah:

1. Bagi Penulis Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan

terhadap analisis teknikal saham secara teoritis maupun dalam dunia nyata, serta

pengaplikasian pengetahuan yang selama ini didapat selama masa perkuliahan.

2. Bagi Investor dan Calon Investor Hasil penelitian yang disajikan dalam penelitian

ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai bahan pertimbangan bagi

investor dalam menentukan pilihannya berinvestasi.

3. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang

bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah, sehingga dapat

dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya serta diharapkan penelitian

ini dapat melengkapi penelitian terdahulu.

4. Bagi Umum Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya

manajemen konsentrasi keuangan dan bagi mahasiswa yang mempunyai minat

yang sama dengan penulis.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan proposal ini disajikan dalam III (Tiga) bab, ke tiga bab

tersebut sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta sistematika penulisan.


12

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan deskripsi tentang dasar-dasar teori yang dipakai,

keterkaitan antara variabel, asumsi yang digunakan serta rumus sebagai acuan

dalam penelitian, seperti teori sinyal, harga saham, total arus kas dan laba

bersih.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang waktu dan tempat penelitian, definisi

operasional, rincian data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, serta alat

analisis.
13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Investasi

a. Pengertian Investasi

Menurut Bodie et.al (2009:1) “an investment is the current commitment of

money or other resources in the expectation of reaping future benefits.”. Menurut

Tandelilin (2010), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa

datang. Alasan utama seseorang melakukan investasi adalah untuk mempersiapkan

masa depan sedini mungkin dengan perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan

kemampuan keuangan saat ini. Sedangkan di dalam kamus Pasar Modal disebutkan

bahwa investasi adalah penggunaan modal untuk memperoleh tambahan penghasilan

baik melalui kegiatan pembelian surat berharga untuk memperoleh capital gain.

b. Jenis Investasi

Bodie et.al (2009:2) membagi investasi menjadi dua kelompok yaitu:

1) Real Assets, yaitu tanah, bangunan, pengetahuan, peralatan atau mesin yang

digunakan untuk memproduksi barang, dan parapekerja yang keahliannya

digunakan untuk mengelola sumber daya tersebut.

2) Financial Assets, seperti saham atau obligasi yang memberi kontribusi pada

produktivitas kapasitas ekonomi secara tidak langsung melalui pemisahan

kepemilikan dan memfasilitasi transfer dana dalam peluang investasi.


14

2. Pasar Modal

Pasar Modal (capital market) pada prinsipnya merupakan pasar sekuritas jangka

panjang baik berbentuk hutang maupun ekuitas serta berbagai produk turunannya.

Dimana jenis sekuritas di pasar modal Indonesia di kelompokkan ke dalam bentuk

berikut, yaitu : sekuritas di pasar ekuitas, sekuritas di pasar obligasi, sekuritas di pasar

derivatif dan reksa dana (Tandelilin, 2010). Pasar modal adalah pasar yang

memperjual-belikan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik

dalam bentuk utang maupun modal sendiri (Nasarudin dan Surya, 2004: 13). Pasar

modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau

sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang

ataupun modal sendiri, baik yang diterbitksn oleh pemerintah, public authorities,

maupun perusahaan swasta (Husnan, 2005: 3). Pasar modal memungkinkan

perusahaan memperoleh sumber pembiayaan jangka panjang yang relatif murah dari

instrumen-instrumen keuangan dalam berbagai surat berharga (sekuritas) (Nasarudin

dan Surya, 2004: 14). Melakukan investasi di pasar modal setidaknya harus

memperhatikan dua hal, yaitu: keuntungan yang akan diperoleh dan risiko yang

mungkin terjadi.

3. Saham dan Harga Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2008) yang dimaksud dengan saham

adalah: Sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan atau perseorangan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang

menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa


15

besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham merupakan tanda

bukti kepemilikan perusahaan, dengan jangka waktu tidak terbatas. Pemegang saham

memperoleh penghasilan yang disebut dividen dengan frekuensi tidak menentu.

Dividen dibayar dari laba perusahaan, dengan potensi laba perusahaan yang sulit

ditaksir. Dari sisi perpajakan, dividen merupakan bagian laba perusahaan setelah

dikenai pajak. Harga saham sangat fluktuatif dan sangat sensitif terhadap kondisi

makro dan mikro. Pemegang saham memiliki hak suara pada perusahaan (RUPS).

Jika terjadi likuidasi (pembubaran perusahaan) maka pemegang saham memiliki

klaim yang inferior (kebagian sisa-sisa hasil pembubaran).

Pengertian harga saham menurut Martono (2007:13) didefinisikan sebagai

Harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan

(termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset. Sawidji Widioatmodjo

(2005:102) mendefinisikan harga saham sebagai Harga pasar saham adalah harga jual

dari investor yang satu kepada investor yang lain setelah saham tersebut di

cantumkan di bursa, baik bursa utama maupun OTC (Over the counter market).

4. Efisiensi Pasar

Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan oleh Fama (1970). Dalam

konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan

pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor

individu maupun investor institusi akan mampu memperoleh return tidak normal

(abnormal return) setelah disesuaikan dengan resiko, dengan strategi perdagangan

yang ada. Artinya, harga – harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari

informasi yang ada atau ”stock prices reflect all available information” Definisi dari
16

Fama ini menekannkan pada dua aspek, yaitu fully reflect dan information available.

Pengertian dari fully reflect menunjukkan bahwa harga dari sekuritas secara akurat

mencerminkan informasi yang tersedia. Dalam hal ini, informasi yang tersedia dapat

meliputi semua informasi, baik informasi di masa lalu (misalnya, laba emiten di masa

lalu), informasi saat ini (misalnya, rencana kenaikan deviden tahun ini) maupun

informasi yang bersifat pendapat atau opini. rasional yang beredar di bursa yang

dapat mempengaruhi perubahan harga (misalnya, banyak pemodal yang berpendapat

bahwa harga saham akan naik, maka informasi tersebut nantinya akan tercermin pada

perubahan harga saham yang cenderung naik). Dengan demikian pasar dikatakan

efisien menurut Fama.

Sedangkan dengan informasi yang tersedia information available maka para

pemodal secara akurat dapat mengekspektasikan harga dari sekuritas yang

bersangkutan. Karena informasi yang mempengaruhi harga sekuritas tersebut terjadi

secara acak, maka perubahan harga yang terjadi akan bersifat independen satu dengan

lainnya dan bergerak secara acak pula. Artinya, perubahan harga yang terjadi hari ini

tidak tergantung pada perubahan harga yang terjadi di waktu lalu, karena harga baru

tersebut terbentuk berdasarkan reaksi pemodal terhadap informasi baru yang terjadi

secara acak.

Menurut Blake (1990) istilah pasar modal yang efisien memiliki beberapa konsep

yang berbeda yaitu:

1. Efisiensi secara alokasi (allocatively efficient)

2. Efisiensi secara operasional (operationally efficient), dan

3. Efisiensi secara informasi (informationally efficient)


17

Walaupun terdapat beberapa konsep pasar efisien, istilah pasar efisien pada

umumnya hanya dikaitkan dengan salah satu dari ketiga konsep tersebut, yaitu

efisiensi secara informasi (informationally efficient), yaitu suatu pasar dikatakan

efisien secara informasi jika harga pasar saat ini segera dan sepenuhnya

merefleksikan semua informasi yang tersedia.

Dalam hal ini, Haugen (2001) membagi kelompok informasi menjadi tiga,

yaitu :

1. Informasi harga saham masa lalu (information in past stock prices),

2. Semua informasi public (all public information), dan

3.Semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam (all available

information including inside or private information).

Konsep pasar efisien ini memang sangat menarik untuk dibahas atau diteliti,

karena merupakan konsep dasar yang dapat membantu memahami mekanisme harga

yang terjadi di pasar.

5. Hipotesis Pasar Efisien

Hipotesis pasar efisien menurut Blake (1991) adalah: ”...that market price

instanteously and fully reflect all relevant available information is known as efficient

markets hypothesis”. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang penting untuk

dipahami, yaitu:

1. Fully Reflect

Investor akan mengolah semua informasi yang relevan ke dalam harga

saham pada saat akan membuat keputusan akan menjual atau membeli
18

saham. Harga sekarang yang terjadi mencerminkan semua informasi yang

tersedia.

2. All Relevant Available Information/ All Known Information

Informasi yang direfleksikan dalam harga saham berasal dari

informasi perubahan harga saham di masa lalu (historical price

information), informasi yang terasedia di publik (public information) dan

semua informasi dan informasi yang tidak tersedia di publik (inside

information).

3. Instanteously/ Quickly and Accurately

Harga keseimbangan yang terbentuk di pasar modal tidak akan

berubah selama tidak ada informasi baru yang dapat merubah kekuatan

permintaan dan penawaran. Pada saat suatu informasi baru yang relevan

masuk ke pasar modal, kekuatan permintaan dan penawaran atas satu atau

beberapa saham akan bereaksi, sehingga akan terbentuk harga

keseimbangan yang baru. Semakin cepat informasi diserap oleh pasar,

maka pasar modal tersebut akan semakin efisien.

Jika hipotesis pasar efisien tersebut terbukti, maka pasar dalam

keadaan continous stochastic equilibrium, yang berarti harga pasar saham

akan sama dengan nilai fundamental saham tersebut. Nilai fundamental

suatu saham tidak akan berubah selama tidak ada informasi baru mengenai

saham tersebut. Informasi baru atau berita umumnya tidak dapat diprediksi,

implikasinya adalah harga saham masa lalu tidak dapat digunakan untuk

memprediksi harga saham di masa yang akan datang. Dengan kata lain
19

menurut hipotesis pasar efisien, harga pasar suatu asset akan mengikuti

langkah acak/ random-walk.

6. Tingkatan Efisiensi Pasar

Haugen (1993) menyatakan bahwa ”The market is neither strictly efficient nor

strictly inefficient. The question is one of degree. Just how efficient is the market?”.

Bowman dan Buckanan (1995) juga menyatakan “Market are not simply either

efficient or inefficient. Market efficiency can be viewed as a continnum running from

the perfect market to the grossly inefficient market where excess earning

opportunities abound”. Berdasarkan kedua pernyataan tersebut diperoleh suatu

kesimpulan bahwa pada dasarnya pasar tidak ada yang secara sempurna efisien atau

sepenuhnya tidak efisien. Semuanya adalah efisien dengan tingkat atau derajat

tertentu. Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara

sekuritas dengan informasi. Tiga bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga

macam bentuk informasi (Hendrawaty, 2007 dalam Retno Kumala; 2009, 27) yaitu:

1. Efisiensi Bentuk Lemah (Weak Form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga – harga saham

saat ini telah mencerminkan secara penuh semua informasi harga saham di

masa lalu. Jones (1993) menyatakan bahwa hipotesis efisiensi pasar bentuk

lemah berkaitan namun tidak identik dengan hipotesis langkah acak (random-

walk hypothesis). Jika harga mengikuti langkah acak, perubahan harga

sepanjang waktu bersifat acak (independent). Perubahan harga hari ini tidak

berkaitan dengan perubahan harga kemarin atau hari – hari lainnya. Dengan
20

kata lain, harga masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang dan tidak

dapat dipergunakan untuk memprediksi pergerakan harga.

2. Efisiensi Bentuk Setengah Kuat (Semi-Strong Form).

Pasar diakatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga

saham mencerminkan secara penuh semua informasi yang dipublikasikan

termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan

emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor

atau group dari investor yang dapat menggunakan informasi yang

dipublikasikan untuk mendapat keuntungan abnormal dalam jangka waktu yang

lama. Pengujian efisiensi bentuk setengah kuat menggunakan event study test.

Event study merupakan metode yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu

peristiwa. Studi ini melakukan pengamatan terhadap perilaku harga saham

secara cermat untuk megetahui bagaimana saham bereaksi. Jika terdapat

penundaan dalam penyesuaian harga dan investor dapat memanfaatkan

penundaan ini untuk memperoleh keuntungan abnormal, maka pasar modal

tersebut tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.

3. Efisiensi Bentuk Kuat (Strong Form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga – harga sekuritas

secara paenuh mencarminkan semua informasi yang tersedia, termasuk

informasi private. Jika pasar efisien dalam bentuk kuat, maka tidak ada

individual investor atau institutional investor yang dapat memperoleh

keuntungan abnormal sekalipun mereka memiliki informasi private.


21

Cara untuk menguji efisiensi bentuk kuat adalah meneliti kinerja

kelompok yang diperkirakan memiliki akses informasi yang tidak

dipublikasikan, yaitu para corporate insiders dan para portfolio managers.

Jika kelompok ini terbukti memperoleh tingkat pendapatan di atas rata-rata,

maka pasar dikatakan tidak efisien dalam bentuk kuat.

7. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan

pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume

perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor-

faktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2003). Menurut Ang (1997) analisis teknikal

adalah analisis yang menggunakan grafik atau gambar yang menghasilkan pola-pola

tertentu dan pola-pola yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan membandingkan

dengan hasil observasi yang telah dilakukan, sehingga pola-pola tersebut memberikan

suatu indikasi terhadap pergerakan harga saham. Model analisis teknikal lebih

menekankan pada perilaku pasar modal dimasa yang akan datang berdasarkan

kebiasaan dimasa lalu. Harga saham masa lalu mempengaruhi harga saham sekarang

yang mempunyai pola tertentu dan berulang sehingga berpengaruh secara psikologis

terhadap investor dalam melakukan transaksi perdagangan (Husnan,2003).Analisis

teknikal berupaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan

mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) diwaktu lalu. Para

penganut analisis ini menyatakan bahwa:

a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.

b. Informasi tersebut ditunjukan oleh perubahan harga saham di waktu lalu.


22

c. Karena perubahan harga saham mempunyai pola tertentu.

Menurut Ahmad (2004) terdapat beberapa asumsi dasar tentang

analisisteknikal yang mempengaruhi harga saham:

a. Harga pasar ditentukan oleh penawaran dan permintaan.

b. Permintaan da npenawaran ditentukan oleh faktor yang rasional maupun

irasional.

c. Harga saham bergerak dalam tren terus menerus dan berlangsung cukup

lama, meskipun terdapat fluktuasi kecil yang terjadi.

d. Tren yang berubah disebabkan oleh penawaran dan permintaan.

e. pergeseran permintaan dan penawaran dapat dideteksi secara cepat maupun

lambat dengan menggunakan chart transaksi.

Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam

memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu informasi

yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal untuk menentukan

kapan suatu saham harus dibeli atau dijual.

Dalam prakteknya, mungkin seorang analis teknikal mengesampingkan

fundamental pasar dengan kesibukan dalam melihat grafik dan tabel data.

Bagaimanapun, ini tergantung dari tipikal dari analis tersebut. Analisis teknikal atau

analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks saham, harga

atau statistik pasar lainnya dalam menemukan pola yang mungkin dapat

memprediksikan dari gambaran yang telah dibuat.

Dibawah ini adalah beberapa tipe indikator yang digunakan dalam analisa

teknikal:
23

1) Indikator Tren.

Tren adalah sebuah kata yang menggambarkan beberapa waktu ke depan. Tren

bergerak dalam 3 arah: naik, turun, dan menyamping. Indikator tren menghaluskan

data harga yang bervariasi untuk menciptakan komposisi arah pasar. Dow

menyebutkan tentang tiga buah tren yang terjadi pada harga sebuah saham, tren

bergerak dalam 3 arah: naik, turun, dan menyamping (Veter 2010, 153). (contoh:

Moving Average)

2) Indikator Kekuatan.

Kekuatan pasar menggambarkan intensitas dari harga dengan melihat posisi pasar

yang diambil oleh beragam pelaku pasar. Volume atau open interest adalah bahan

dasar untuk indikator ini. Sinyal yang diberikan sifatnya coincident atau leading.

(contoh: Volume).

3) Indikator Volatilitas.

Indikator volatilitas adalah istilah umum yang digunakan pergerakan, atau ukuran,

dari fluktuasi harga harian terpisah dari arahnya. Umumnya, perubahan pada

volatilitas cenderung mempengaruhi perubahan harga. (contoh: Bollinger Band)

4) Indikator Siklus.

Siklus digunakan untuk mengindikasikan adanya peristiwa berulang seperti

musim, pemilihan umum, dan lainnya. Banyak pasar memiliki kecenderungan

bergerak dalam pola siklus. Indikator siklus berguna untuk menentukan timing pola

pasar tertentu. (contoh: Elliot Wave)


24

5) Indikator Support/Resistance.

Support resistance menggambarkan level dan kemudian berbalik arah. (contoh:

Trend Lines).

6) Indikator Momentum.

Momentum adalah istilah umum untuk menggambarkan tertentu. Indikator

momentum menentukan kekuatan atau kelemahan dari sebuah tren. Momentum

berada tertinggi ketika mulainya sebuah trend dan terendah pada saat perubahan arah.

Divergence arah apapun dari harga dan momentum mengindikasikan pergerakan telah

melemah. Jika terjadi pergerakan harga ekstrim dengan momentum yang lemah, hal

itu merupakan sinyal dari akhir pergerakan di arah tersebut. Jika momentum bergerak

tren dengan kuat dan harga bergerak datar, hal itu memberikan sinyal adanya potensi

perubahan arah harga. (contoh: RSI, Stochastic, MACD).

8. Identifikasi Pergerakan Trend Dasar

Trend berarti suatu kecenderungan atau kondisi dimana terdapat satu jenis

pergerakan yang mendominasi chart dan cenderung berlanjut. Terdapat dua jenis

trend menurut arah pergerakannya yaitu trend bearish dan trend bullish.

a) Trend Bullish adalah trend yang menunjukkan pergerakan harga saham yang

secara menyeluruh mengidentifikasikan kenaikan.

b) Trend bearish adalah trend yang menunjukkan pergerakan saham yang secara

menyeluruh mengidentifikasikan penurunan. Untuk menentukan arah dari suatu

trend biasanya digunakan trendlines. Ada tiga tipe trend yang terbentuk di pasar

yaitu up trend, downtrend, dan sideaways.


25

c) Sideaways adalah garis trend yang terbentuk secara menyamping atau horizontal

pada posisi harga tertinggi dan harga terendah.

9. Moving Average (MA)

Moving average sering digunakan untuk menunjukkan tren yan sedang

berlangsung. Moving average menunjuk nilai rata-rata dari harga pada kurun waktu

tertentu. Untuk menunjukkan sebuah tren yang sedang berlangsung, maka moving

average memiliki keterlambatan atau lag. Ini dikarenakan moving average

berdasarkan atau dibentuk dari harga-harga yang telah terjadi sebelumnya

(Mangkulo, 2011). Di dalam penggunaan Moving Average, kita bisa menggunakan

satu MA, dua MA, atau bahkan tiga MA atau lebih. Periode yang umum dipakai

adalah 200, 100, 50, 20, dan 5. Bila dipakai pada chart harian, periode 200 dipakai

untuk mengetahui trend tahunan. Periode 100 untuk mengetahui trend selama

setengah tahun. Periode 50 untuk mengetahui trend selama 3 bulanan. Periode 20

untuk mengetahui trend dalam waktu mingguan. Sedangkan periode 5 baik digunakan

untuk mengetahui trend harian (Djoko, 2010)

Ada beberapa kondisi yang perlu diperhatikan, yaitu golden cross dan death

cross. Golden cross merupakan sinyal kenaikan harga (bullish), sedangkan death

cross adalah sinyal penurunan harga (bearish).

Golden cross (bullish) terjadi apabila MA yang lebih kecil dari arah bawah

memotong MA yang lebih besar. Sedangkan death cross apabila MA yang lebih kecil

dari atas memotong MA yang lebih besar (Situmorang, 2010:45).


26

10. Relative Strenght Index (RSI)

Relative Streght Index (RSI) dikembangkan oleh Welles Wilder yang merupakan

indikator momentum oscilator yang mengukur kecepatan dan perubahan pergerakan

harga. RSI berosilasi diantara 0 sampai dengan 100. Salah satu kegunaan RSI yang

populer adalah menentukan jenuh jual dan jenuh beli. Secara tradisional, RSI

dianggap jenuh jual bila dibawah 30 dan jenuh beli bila diatas 70. Bila RSI dilevel 70

overbought atau jenuh beli yaitu kondisi ketika harga dinilai terlalu tinggi dan

sebaiknya investor yang telah memiliki saham dibawah harga ini dapat

merealisasikan keuntungannya. Pada level 45-50 dapat dijadikan range trading untuk

jangka pendek (Gumilang, 2012: 242).

11. Bollinger Bands

Bollinger Bands (BB) dikembangkan oleh John Bollinger pada tahun 1980-an.

Indikator ini terdiri atas 3 bands, yaitu middle band (Simple Moving Average dari

harga saham penutupan), upper band (Simple Moving Average plus 2 kali deviasi

standar), dan lower band (Simple Moving Average minus 2 kali deviasi standar).

Menganjurkan perhitungan Bollinger Bands (BB) menggunakan Simple Moving

Average 20 (SMA 20) periode, dan 2 deviasi standar. Indiaktor Bollinger Bands (BB)

berguna untuk mengidentifikasi apakah harga saham relative tinggi atau rendah.

Harga saham dianggap tinggi ketika menyentuh upper Band, dan rendah disaat

menyentuh lower band. Penentuan tinggi atau rendahnya harga saham ini bermanfaat

untuk strategi masuk dan keluar pasar (Purnomo, 2012:35).


27

12. Jenis Grafik.

Jenis grafik, agar dapat mengetahui pola pergerakan harga dengan mudah, maka

data harga digambarkan dalam bentuk grafik. Menurut Muchlisin (2011) ada

beberapa jenis grafik yang biasa dipakai, antara lain:

1. Line Chart Grafik line chart hanya memuat data harga penutupan, namun data ini

paling mudah dibaca. Berikut adalah contoh grafik line chart:

Gambar 1. Line Chart

2. Bar Chart Bar chart memuat harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi

(high) dan harga terendah (low). Berikut adalah contoh grafik bar chart:

Gambar 2. Bar Chart


28

Gambar 3.Keterangan badan bar chart:

Garis horisontal pendek pada bar yang mengarah ke kiri menunjukkan harga

pembukaan, sedangkan yang mengarah ke kanan menunjukkan harga penutupan.

Bagian bawah bar menunjukkan harga terendah yang pernah muncul pada periode

tersebut, sedangkan bagian atas bar menunjukkan harga tertinggi.

3. Candle Chart atau Candlestick Chart

Candlestick chart memiliki fungsi yang sama dengan bar chart, namun dengan

penampilan yang lebih baik. Berikut adalah contoh grafik candle chart atau

candlestick chart.

Gambar 4. Candlestick Chart


29

Gambar 5. Keterangan candlestick chart

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian

ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir

sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode waktu yang digunakan dan

penentuan sampel berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat

dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan beberapa

penelitian:

Penelitian yang dilakukan oleh Roy dan Hermuningsih pada tahun 2016

dengan judul “Analisis Teknikal Saham Menggunakan Indikator Bollinger Bands

Dan Relative Strength Index Untuk Pengambilan Keputusan Investasi”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi membeli dan menjual saham dalam

analisis teknis. Objek penelitian ini adalah harga BBCA dan BBTN selama tahun

2015. Data dianalisis menggunakan Bollinger Bands dan RSI. Temuan dalam

penelitian ini adalah kondisi beli terjadi ketika saham menyentuh atau berada di luar
30

band yang lebih rendah dan pada saat yang sama RSI dalam oversold. Sementara

kondisi penjualan terjadi ketika saham menyentuh atau berada di luar upper band dan

saat bersamaan juga RSI di overbought.

Penelitian yang dilakukan oleh Mafula pada tahun 2015 dengan judul

“Analisis Teknikal Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan dalam Trading Saham

Pada Bursa Efek Indonesia (Studi Pada Indeks IDX30 Periode Agustus 2016 –

Januari 2015)”. Ia menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis pada indikator

MACD, indikator tersebut terbukti menunjukkan pembentukan dan perubahan trend

yang dapat digunakan sebagai sinyal beli atau sinyal jual, hasil analisis pada indikator

Stochastic, indikator tersebut terbukti menunjukkan level overbought dan level

oversold yang digunakan sebagai dasar untuk menjual dan membeli serta

menunjukkan adanya pembentukan trend yang kuat (strong uptrend dan strong

downtrend), Berdasarkan hasil analisis pada indikator RSI, indikator tersebut

menunjukkan level overbought dan level oversold yang digunakan sebagai dasar

untuk menjual dan membeli, Berdasarkan hasil analisis pada indikator Bollinger

Bands, indikator tersebut menunjukkan volatilitas, pembentukan dan perubahan trend

pergerakan harga saham yang digunakan oleh investor sebagai sinyal jual dan beli

yang tepat.

Penelitian yang dilakukan oleh Frankandinata dan Cahyadi pada tahun 2014

dengan judul “Analisis Keakuratan Indikator Bollinger Bands Terhadap Pergerakan

Harga Saham. Studi Kasus pada Saham PT. Astra Agro Lestari Tbk”. Penelitian

merupakan studi kepustakaan dan telaah software dengan menganalisis grafik harga

saham menggunakan software ChartNexus. Penelitian saham yang menjadi studi


31

kasus adalah Astra Agro Lestari (AALI) selama kurun waktu 1 Juli 2010 sampai

dengan 31 Mei 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator Bolinger Bands

selama periode tersebut memberikan sinyal sebanyak 45 kali dengan persentase

keakuratan sebesar 75,56%.

Penelitian yang dilakukan oleh Danesty pada tahun 2013 dengan judul

“Penerapan Analisis Teknikal dengan Metode Bollinger Sebagai Salah Satu Indikator

dalam Transaksi Short Time Perdagangan Saham”. Ia menyimpulkan bahwa

merupakan salah satu volatility indikator yang dapat digunakan sebagai indikator

action dan digunakan bersama indikator lain untuk mengambil suatu keputusan

investasi.Terdapat 3 macam sinyal yang dapat diindikasikan dari pergerakan

Bollinger Band, yakni trend yang akan terjadi terhadap pergerakan harga saham,

volatilitas pergerakan harga saham, dan momentum. Penelitian yang dilakukan oleh

Muchlisin pada tahun 2011 dengan judul “Prediksi Harga Saham dalam Prespektif

Analisis Teknikal (Studi Pada Jakarta Islamic Index Tahun 2007-2011)”. Ia

menyimpulkan bahwa Penggunaan analisis teknikal dengan metode moving averge

dapat berguna untuk melihat tren pergerakan harga saham. Panduannya yaitu ketika

MA periode pendek memotong MA periode panjang dari bawah ke atas, hal tersebut

menujukkan sinyal buy karena harga saham berpeluang untuk menguat. Sebaliknya,

ketika MA periode pendek memotong MA periode panjang dari atas ke bawah, hal

tersebut sebagai sinyal jual karena menunjukkan peluang penurunan. Sedangkan MA

periode panjang berguna untuk melihat tren harga saham secara jangka panjang.
32

C. Konsepsional

a. Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2008) yang dimaksud dengan

saham adalah: Sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau

badan dalam suatu perusahaan atau perseorangan terbatas. Wujud saham

adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut

adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang

ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham merupakan tanda bukti

kepemilikan perusahaan, dengan jangka waktu tidak terbatas. Pemegang

saham memperoleh penghasilan yang disebut dividen dengan frekuensi

tidak menentu. Dividen dibayar dari laba perusahaan, dengan potensi laba

perusahaan yang sulit ditaksir. Dari sisi perpajakan, dividen merupakan

bagian laba perusahaan setelah dikenai pajak. Harga saham sangat

fluktuatif dan sangat sensitif terhadap kondisi makro dan mikro.

Pemegang saham memiliki hak suara pada perusahaan (RUPS). Jika

terjadi likuidasi (pembubaran perusahaan) maka pemegang saham

memiliki klaim yang inferior (kebagian sisa-sisa hasil pembubaran).

b. Jenis Saham

Harga saham ditentukan oleh harga yang terjadi atau harga pada saat

saham tersebut pertama kali diterbitkan oleh perusahaan yaitu di pasar


33

perdana saat saham diperjualbelikan di pasar sekunder. Adapun jenis-jenis

harga saham menurut Widiatmojo (2012): adalah sebagai berikut:

a. Harga Nominal

Harga yang tecantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh

emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya

harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal

biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat

dibursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan

oleh penjamin emisi (underwrite) dan emiten.

c. Harga Pasar

Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi

kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang

satu dengan investor yang lain.

d. Harga pembukaan

Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau

pembeli pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat

dimulainya hari bursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan

harga sesuai dengan yang diminta oleh penjual dan pembeli.

e. Harga Penutupan

Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau

pembeli pada saat akhir hari bursa.


34

f. Harga Tertinggi

Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang

terjadi pada hari bursa.

g. Harga Terendah

Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah

yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi

transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang

sama.

h. Harga Rata-Rata

Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan

terendah.

c. Jual Beli

Proses jual beli saham adalah proses transaksi jual beli surat berharga

tanda kepemilikan perusahaan (saham) di pasar modal. Perkembangan

transaksi saham ini telah berubah dari saham atas unjuk menjadi saham

berbasis elektronik untuk memudahkan transaksi dalam bentuk digital.


35

D. Kerangka Berpikir

Secara sistematis alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 6 Kerangka Pemikiran

BEI

Sub Sektor Konstruksi Bangunan

Simple Moving Bollinger


Average Relative Streght
Index Bands

Tingkat Akurasi Analisis Teknikal

Analisis Pokok Bahasan

Kesimpulan

Sumber: penelitian diolah 2023


36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Adapun waktu dan tempat penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2023-

juli 2023, sedangkan tempat penelitian pada Tradingview.com dengan menggunakan

harga saham harian dari perusahaan-perusahaan sub sektor konstruksi bangunan yang

terdaftar di BEJ periode 2019-2022.

Data-data yang digunakan untuk keperluan penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari google finance. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

laporan harga saham harian dari perusahaan sub sektor konstruksi bangunan selama

periode penelitian.

B. Penentuan dan Sampel

1. Populasi

Pada penelitian adalah seluruh konsumen pada Mahasiswa Sekolah Tinggi

Ilmu Manajemen Samarinda. Apabila subjeknya kurang dari 100 maka maka lebih

baik di ambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih dari 100 maka dapat di ambil

antara 10-15% atau 20-25% (Arikunto,2010 :104).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diharapkan oleh peneliti untuk
37

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi dari

penelitian ini adalah perusahaan sektor infrastuktur yang terdaftar di BEJ dengan total

64 perusahaan terbuka yaitu:

Tabel 2. Saham Insfrastruktur

Kode Nama Perusahaan Shares Papan Pencatatan


PGEO Pertamina Geothermal Energy Tb 41.396.142.000 Utama
BDKR Berdikari Pondasi Perkasa Tbk. 4.707.100.000 Pengembangan
ACST Acset Indonusa Tbk. 12.675.160.000 Utama
ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk. 8.407.608.979 Utama
BALI Bali Towerindo Sentra Tbk. 3.934.592.500 Utama
BTEL Bakrie Telecom Tbk. 36.822.665.755 Pengembangan
BUKK Bukaka Teknik Utama Tbk. 2.640.452.000 Pengembangan
CASS Cardig Aero Services Tbk. 2.086.950.000 Pengembangan
CENT Centratama Telekomunikasi Indo 31.183.464.900 Pengembangan
CMNP Citra Marga Nusaphala Persada 5.435.428.077 Utama
DGIK Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk 5.541.165.000 Utama
EXCL XL Axiata Tbk. 13.128.430.665 Utama
FREN Smartfren Telecom Tbk. 335.388.000.881 Utama
GOLD Visi Telekomunikasi Infrastruk 1.277.276.000 Pengembangan
HADE Himalaya Energi Perkasa Tbk. 2.120.000.000 Pengembangan
IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk. 1.350.904.927 Utama
ISAT Indosat Tbk. 8.062.702.740 Utama
JKON Jaya Konstruksi Manggala Prata 16.308.519.860 Utama
JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. 7.257.871.200 Utama
KARW ICTSI Jasa Prima Tbk. 587.152.700 Pengembangan
KBLV First Media Tbk. 1.742.167.907 Pengembangan
LAPD Leyand International Tbk. 3.966.350.139 Pengembangan
LINK Link Net Tbk. 2.863.195.484 Utama
META Nusantara Infrastructure Tbk. 17.710.708.194 Utama
NRCA Nusa Raya Cipta Tbk. 2.496.258.344 Utama
PTPP PP (Persero) Tbk. 6.199.897.354 Utama
SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. 4.705.249.440 Utama
SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk. 1.137.579.698 Pengembangan
TBIG Tower Bersama Infrastructure T 22.656.999.445 Utama
TLKM Telkom Indonesia (Persero) Tbk 99.062.216.600 Utama
TOTL Total Bangun Persada Tbk. 3.410.000.000 Utama
38

TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. 51.014.625.000 Utama


WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk. 8.969.951.372 Utama
WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk. 28.806.807.016 Utama
IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk. 2.003.000.000 Utama
MTRA Mitra Pemuda Tbk. 770.000.000 Pengembangan
OASA Maharaksa Biru Energi Tbk. 6.347.220.000 Pengembangan
POWR Cikarang Listrindo Tbk. 16.087.156.000 Utama
PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk. 3.000.000.000 Utama
PORT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk 2.813.941.985 Pengembangan
TGRA Terregra Asia Energy Tbk. 2.750.000.000 Utama
TOPS Totalindo Eka Persada Tbk. 33.330.000.000 Utama
MPO Megapower Makmur Tbk. 816.997.053 Pengembangan
W
GMFI Garuda Maintenance Facility Ae 28.233.511.500 Pengembangan
PPRE PP Presisi Tbk. 10.224.271.000 Utama
WEGE Wijaya Karya Bangunan Gedung T 9.572.000.000 Utama
MORA Mora Telematika Indonesia Tbk. 23.646.668.691 Utama
IPCM Jasa Armada Indonesia Tbk. 5.284.811.100 Utama
LCKM LCK Global Kedaton Tbk. 1.000.000.000 Pengembangan
GHON Gihon Telekomunikasi Indonesia 550.000.000 Utama
IPCC Indonesia Kendaraan Terminal T 1.818.384.820 Utama
MTPS Meta Epsi Tbk. 2.084.850.829 Pengembangan
JAST Jasnita Telekomindo Tbk. 1.082.575.087 Pengembangan
KEEN Kencana Energi Lestari Tbk. 3.666.312.500 Utama
PTPW Pratama Widya Tbk. 878.187.500 Pengembangan
TAMA Lancartama Sejati Tbk. 1.200.000.304 Pengembangan
RONY Aesler Grup Internasional Tbk. 1.250.000.000 Pengembangan
PTDU Djasa Ubersakti Tbk. 1.500.000.000 Pengembangan
KETR Ketrosden Triasmitra Tbk. 2.841.262.838 Utama
FIMP Fimperkasa Utama Tbk. 400.000.975 Akselerasi
MTEL Dayamitra Telekomunikasi Tbk. 83.527.491.944 Utama
SMKM Sumber Mas Konstruksi Tbk. 1.253.000.000 Akselerasi
ARKO Arkora Hydro Tbk. 2.928.495.000 Pengembangan
KRYA Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk. 1.663.570.401 Pengembangan
39

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu

populasi (Sugiyono, 2008). Teknik yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah

purposive sampling, yaitu teknik pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria

pertimbangan tertentu (Siregar, 2011).

1. Emiten yang termasuk dalam sektor konstruksi dan bangunan yang menerbitkan

laporan keuangan dengan tahun buku per 31 Desember dan secara berturut-turut

selama periode pengamatan tahun 2019 – 2022 didapatkan sebanyak 64 emiten

yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Perusahaan memiliki jumlah dan kelengkapan yang sama pada data-data yang

diperlukan selama periode 2019 – 2022 untuk penelitian.

3. Emniten haruslah memiliki kriteria sebagaimana infrasutruktur sub konstruksi

adanya.

4. Seluruh saham sub sektor konstruksi bangungan yang terdaftar di BEI dengan

tanggal Initial Public Offering (IPO) kurang dari 2 Januari 2013.

Berdasarkan Tabel 3 disimpulkan bahwa dari 64 perusahaan, yang diteliti

hanya 18 perusahaan yang tergolong sub sektor bangunan dan yang lainnya tidak

memenuhi kriteria yang ditetapkan. Sehingga jumlah observasi penelitian

sebanyak 65 perusahaan menjadi 18 perusahaan.


40

No KodeEmiten NamaPerusahaan BUMN/SWASTA

1 ACST Ascset Indonusa Tbk Swasta

2 ADHI Adhi Karya Tbk BUMN

3 CSIS Cahayasakti Investindo Tbk Swasta

4 DGIK Nusa Konstruksi Tbk Swasta

5 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk Swasta

6 MTRA Mitra Pemuda Tbk Swasta

7 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk Swasta

8 PBSA Paramita Bangun Sarana Swasta

9 PSSI Pelita Samudra Shipping Tbk Swasta

10 PTPP Pembangunan Perumahan Tbk BUMN

11 SKRN Superkrane Mitra Utama Tbk Swasta

12. SSIA Surya semesta Internusa Swasta

13 TAMA Lancartama Sejati Tbk Swasta

14 TOPS Totalindo Eka Persada Tbk Swasta

15 TOTL Total Bangun Persada Tbk Swasta

16 WEGE Wijaya Karya Bangunan Tbk BUMN

17 WIKA Wiajaya Karya Tbk BUMN

18 WSKT Waskita Karya Tbk Swasta

Tabel 3. Sub sektor konstruksi


41

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder yaitu data yang bukan diusahaan sendiri oleh peneliti, akan tetapi data

diambil dari pihak lain. Data sekunder yang dimaksud adalah:

1. Data histori harga saham perusahaan sub sektor konstruksi bangunan yang

terdaftar di BEI selama periode penelitian diperoleh dari

www.finance.yahoo.com.

2. Dalam tinjauan pustaka dan metode penelitian, peneliti melakukan studi

pustaka pada jurnal, buku, artikel, skripsi dan thesis yang berhubungan dengan

penelitian.

D. Metode Analisis Data

Pengujian hiotesis penelitian ini dilakukan dengan menguji data harian harga

saham pada perusahaan – perusahaan sub sektor konstruksi bangunan yang

terdaftar di BEI yang telah dipilih beturut-turut sejak Februari 2023- Juni 2023.

Penelitian ini menggunakan alat bantu dalam melakukan analisis data yaitu

dengan Microsoft Excel 2010 dan Trading View.com. Langkah-langkah

selanjutnya yang dilakukan untuk melakukan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Analisis Teknikal

Melakukan analisa teknikal saham dengan langkah:

a. Input data
42

Langkah awal dalam teknik analisis data adalah melakukan input data.

Data yang diinput merupakan grafik pergerakan harga saham sub sektor

konstruksi bangunan yang terdaftar di BEI.

b. Menentukan indikator analisis teknikal

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 yaitu Simple

Moving Average, Relative Strenght Index, dan Bollinger Bands. Semua

indikator tersebut sudah tersedia diTrading View.com.

c. Penggunaan Relative Strenght Index

Relative Streght Index (RSI) dikembangkan oleh Welles Wilder yang

merupakan indikator momentum oscilator yang mengukur kecepatan dan

perubahan pergerakan harga. RSI berosilasi diantara 0 sampai dengan 100.

Salah satu kegunaan RSI yang populer adalah menentukan jenuh jual dan

jenuh beli. Secara tradisional, RSI dianggap jenuh jual bila dibawah 30

dan jenuh beli bila diatas 70. Indikator Relative Strenght Index (RSI) pada

penelitian ini menggunakan jenis line chart dengan time periode sebesar

14.

Pada indikator ini dijelaskan juga selama periode tertentu saham

termasuk jenuh jual (ovorsold) atau termasuk jenuh beli (overbought)

menggunakan batas garis 70 untuk overbought (sinyal jual) dan 30 untuk

oversold (sinyal beli). Analisis dapat dinyatakan sukses apabila pada

indikator Relative Strenght Index (RSI) yang telah menyentuh atau

melewati garis 70 mengalami penurunan dan yang telah menyentuh atau


43

melewati garis 30 mengalami kenaikan pada chart harga saham aktualnya.

Analisis dapat dinyatakan gagal apabila pada indikator Relative Strenght

Index (RSI) yang telah menyentuh atau melewati garis 70 tidak

mengalami penurunan ataupun mengalami penurunan tetapi hanya sedikit

dan kembali naik dan yang telah menyentuh atau melewati garis 30 tidak

mengalami kenaikann ataupun mengalami kenaikan tetapi hanya sedikit

dan kembali turun pada chart harga saham aktualnya.

d. Penggunaan Simple Moving Average

Moving average sering digunakan untuk menunjukkan tren yang

sedang berlangsung. Moving average menunjuk nilai rata-rata dari harga

pada kurun waktu tertentu. Untuk menunjukkan sebuah tren yang sedang

berlangsung, maka moving average memiliki keterlambatan atau lag. Ini

dikarenakan moving average berdasarkan atau dibentuk dari harga-harga

yang telah terjadi sebelumnya (Mangkulo, 2011).

Setelah grafik line saham sudah muncul maka langkah selanjutnya

yaitu menggunakan indikator simple moving average. Pada penelitian ini

indikator Simple Moving Average menggunakan 2 garis SMA yaitu SMA

20 dan SMA 50 dan menggunakan jenis line chart agar mudah dibaca

untuk kenaikan dan penurunannya. Analisis dapat dinyatakan sukses

apabila harga pada hari setelahnya dimulai dari terbentuknya perpotongan

golden cross (beli) mengalami kenaikan dan tidak menurun kembali atau

death cross (jual) mengalami penurunan dan tidak menaik kembali.

Analisis dapat dinyatakan gagal apabila harga pada hari setelahnya


44

dimulai dari terbentuknya perpotongan golden cross (beli) tidak

mengalami kenaikan (mengalami sedikit kenaikan kemudian menurun

kembali) atau death cross (jual) tidak mengalami penurunan (mengalami

sedikit penurunan kemudian menaik kembali).

e. Penggunaan Bollinger Bands

Indikator Bollinger Bands (BB) berguna untuk mengidentifikasi

apakah harga saham relative tinggi atau rendah. Harga saham dianggap

tinggi ketika menyentuh upper Band, dan rendah disaat menyentuh lower

band. Penentuan tinggi atau rendahnya harga saham ini bermanfaat untuk

strategi masuk dan keluar pasar (Purnomo, 2012). Indikator Bollinger

Bands pada penelitian ini menggunakan parameter 20 SMA dan

menggunakan jenin candlestick chart. Analisis dapat dinyatakan sukses

apabila pada indikator Bollinger Bands, chart yang telah menyentuh garis

batas atas mengalami penurunan hingga ke garis tengah ataupun garis

batas bawah, begitupun sebaliknya. Analisis dapat dinyatakan gagal jika

pada indikator Bollinger Bands, chart yang telah menyentuh garis batas

atas tidak mengalami penurunan ataupun mengalami penurunan tetapi

hanya sedikit dan kembali naik, begitu pun sebaliknya

2. Tingkat Akurasi

Tingkat akurasi dalam penulisan menggunakan rumus (Alfonso,2010)


45

3. Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah harga saham dari 18 perusahaan

sub sektor konstruksi bangunan yang terdaftar di BEI. Dimana dantaranya

yaitu Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), Nusa 53 Konstruksi Enjiniring Tbk

(DGIK), Jaya Konstruksi Manggala Prata (JKON), Pembangunan Perumahan

(persero) Tbk (PTPP), Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), Wijaya

Data tersebut diperoleh dari website Idx.co.id , data diperoleh berupa

harga saham harian masing-masing perusahaan. Untuk menghitung akurasi

indikator data harga saham dan indikator analisis teknikal telah terdapat di

software Trading view.com


46

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamarudin. 2003. “Dasar-dasar Manajemen Investasi”. Jakarta:

Rineka Cipta

Ardiani, Natica. 2012. “Komparasi Strategi Buy And Hold Dengan

Pendekatan Teknikal”. Universitas Surabaya, Surabaya

Ang, Robert. 1997. “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”. Edisi Pertama.

Jakarta: Mediasoft Indonesia

Anoraga, Pandji dan Pidji Pakarti. 2008. “Pengantar Pasar Modal”. Cetakan

Kelima. Jakarta:Rineka Cipta

Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, AJ. 2009. “Investment: eight edition”. New

York: The McGraw-Hill Companies., Inc

Danesti, Dwi. (2013). Penerapan Analisis Teknikal Dengan Metode Bollinger

Sebagai Salah Satu Indikator Dalam Transaksi Short Time Perdagangan Saham,

Jurnal Dinamika DotCom, vol. 5 No. 1:pp. 64-79.

Darmadji, Tjiptono & Hendy M. Fakhruddin. 2008. “Pasar Modal

Indonesia”. Jakarta: Salemba Empat

Desmond, Wira. 2010. “Analisis Teknikal untuk Profit Maksimal”. Cetakan

Pertama. Jakarta: Exceed

Fardiansyah, Tedy. 2003. “Smart Investment For Ordinary People:

(Meningkatkan Kecerdasan Investasi dan Perencanaan Keuangan Pribadi)”. Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo


47

Frento T, Suharto. 2013. “Invetasi Secara Benar Mengungkap Rahasia

Forex”. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia

Frankdinata dan Yoyo Cahyadi. 2014. “Analisis Keakuratan Indikator

Bolliger Bands Terhadap Pergerakan Harga Saham Studi Kasus Pada Saha PT.

Astra Agro Lestari Tbk”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan

Komunikasi. BINUS University. Vol. 5 No. 1 Mei 2014. Jakarta

Gumilang, Husni. 2012. “Amibroker Sebuah Pengantar dan Charting Tools”.

HGU Publishing: Bogor

Guidi, Francesco dan Gupta, Rakesh. 2011. “Are ASEAN stock market

efficient? Evidence from univariate and multivariate variance ratio tests”. Discussion

Papers Finance. Griffifth University. ISSN 1836-8123

Hamid, Kasihif, et.al. 2010. “Testing the Weak form of Efficient Market

Hypothesis: Empirical Evidence from Asia-Pasific Markets”. International Research

Journal of Finance and Economics, Issue 58, ISSN 1450-288

Hermuningsih, Sri. 2012. “Pengantar Pasar Modal Indonesia”. Yogyakarta:

UPP STIM YKPN

Husnan, Suad. 2005. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan: Edisi Kelima”.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Husnan, Suad. 2003. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”.

Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Kumala Dewi, Retno. 2009. “Pengujian Efisiensi Pasar Modal melalui

Evaluasi Pergerakan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas

Ekonomi Dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
48

Mangkulo A, Hengky. 2011. “Analsis Teknikal Saham dengan Chart Nexus”.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia

Martono dan Harjito. 2007, “Manajemen Keuangan”. Ekonisia Kampus

Fakultas Ekonomi UII:Yogjakarta

May, Ellen. 2011. “Smart Traders Rich Investors”. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

May, Ellen. 2010. “We Are Traders Not Gamblers”. Jakarta: Vibby Printing

Muchlisin, Ilham Syaiful. 2011. “Prediksi Harga Saham dalam Prespektif

Analisis Teknikal ( Studi pada Jakarta Islamic Index Tahun 2007-2011)”. Skripsi S1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Murphy, John J. 1999. “Technical Analysis of the Financial Markets”. New

York: New York Institute of Finance

Nasarudin, Irsan dan Surya, Indra. 2007. “Aspek Hukum Pasar Modal di

Indonesia”. Jakarta: Pranada Media

Nurliani, Dini. 2016. “ Pengujian Efisiensi Pasar Modal Studi Empiris Pada

Indeks Saham Indonesia/JKSE, Malaysia/KLSE, Singapura/STI, Filipina/PSI,

Thailand/SETI, dan Vietnam/VNI Periode 2011-2015”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi

dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ong, Edianto.2016. “Technical Analysis for Mega Profit”. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama

Purnomo, L. Bayu. 2012. “Rahasia di Balik Pergerakan Harga Saham”.

Jakarta : PT. Elex Media Komputindo


49

Rodoni, Ahmad. 2005. “Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar

Modal”. Jakarta: CSESPress

Roy, Willy Gidion dan Sri Hermunungsih. 2016. “Analisis Teknikal Saham

Menggunakan Indikator Bollinger Bands dan relative Strenght Index Untuk

Pengambulan Keputusan Investasi”. Jurnal Manajemen, Untiversitas Sarjanawiyata

Tamansiswa. Vol. 6 No. 1. Yogyakarta

Setiawan, Her-Her. 2015. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan

Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEI Sub Sektor Konstruksi Bangunan”.

Jurnal Program Studi Magister Manajemen. Vol. 6 No.1

Situmorang, Parluhutan, dkk. 2010. “Jurus-Jurus Berinvestasi Saham Untuk

Pemula”. Jakarta:Transmedia Sugiyono. 2008. “Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D”. Bandung : Penerbit Alfabeta

Susanto, Djoko dan Agus Sabardi. 2010. “Analisis Teknikal di Bursa Efek”.

Yogyakarta: STIM-YKPN Press Syamsir,

Hendra. 2004. “Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia”. Jakarta: PT.

Elex Media Koputindo. Tandelilin, Etandeduardus. 2001. “Analisis Investasi Dan

Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Veter,

Jhon. 2010. “Happy Investing”. Jakarta: Pustaka Delapan Widioatmodjo,

Sawidji. 2005. “Cara

Anda mungkin juga menyukai