Anda di halaman 1dari 18

FINAL PAPER

ANALISIS VALUASI SAHAM PADA


PT BANK CENTRAL ASIA, TBK

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Investasi dan Pasar Modal yang diampu
Bapak Rachman Untung Budiman

Oleh:
Firza Miftria (1506799273)
Giant Gesita (1506799323)
Yolanda Saskia Bergina (1506800073)

PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
2017
Statement of Authorship

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah


terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas
bahwa kami menyatakan menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.

Nama : Firza Miftria (1506799273)


TTD :

Nama : Giant Gesita (1506799323)


TTD :

Nama : Yolanda Saskia (1506800073)


TTD :

Mata ajaran : Investasi dan Pasar Modal


Judul makalah : Analisi Valuasi Saham pada PT Bank Central
Asia, Tbk
Hari/ Tanggal : Senin/29 Mei, 2017
Dosen : Rachman Untung Budiman

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya
investasi telah meningkat. Salah satu jenis investasi yang paling populer
dan diminati adalah investasi saham. Motivasi seorang investor dalam
berinvestasi saham adalah untuk mendapatkan keuntungan, baik berupa
capital gain maupun dividen. Capital gain adalah keuntungan yang
diperoleh investor ketika investor menjual sahamnya dengan harga yang
lebih tinggi dibandingkan dengan harga belinya. Dividen merupakan
sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang
saham pada periode tertentu.
Investasi di pasar modal terutama saham diprediksi menarik pada
2017. Hal itu akan ditopang dari pertumbuhan ekonomi global dan
fundamental ekonomi Indonesia cukup baik. Terpilihnya presiden Amerika
Serikat, Donald Trump, cenderung mendorong pertumbuhan ekonomi,
sehingga membuat inflasi dan suku bunga naik berdampak negatif untuk
surat utang atau obligasi Amerika Serikat. Namun, hal itu dapat berimbas
positif untuk pasar saham. Di Indonesia, sentimen yang cukup positif
untuk pasar modal Indonesia terutama saham, hal ini didukung dari nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjaga dan inflasi di bawah kisaran
lima persen pada 2017.
Investasi saham tidak terlepas dari karakteristik hubungan antara
risk and return. Salah satu risiko yang sering terjadi di kalangan investor
adalah mispriced atau salah harga. Terkadang harga saham banyak
ditentukan oleh faktor spekulasi dan estimasi prospek perusahaan yang
berlebihan. Jika ini terjadi maka harga suatu saham biasa akan naik
sangat tinggi, jauh meninggalkan nilai bukunya, ataupun sebaliknya.
Akibatnya, kapitalisasi pasar saham perusahaan itu akan menggelembung
secara berlebihan dan jauh melewati prospek perusahaan yang

3
sebenarnya dan berbagai pihak akan kesulitan memprediksi harga saham
perusahaan tersebut.
Pasar modal bukan lagi dianggap sebagai investasi, melainkan
lahan spekulasi bisnis yang bisa sangat menguntungkan dan juga bisa
sangat merugikan investor. Beberapa analis saham menghawatirkan
kenaikan indeks yang demikian cepat dengan mengatakan bahwa buliish
yang terjadi sekarang ini hanya buble (gelembung) semata yang sewaktu-
waktu dapat meletus jika sudah mencapai ketinggian tertentu.
Fluktuasi nilai saham perusahaan ditentukan oleh perubahan dari
laba perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Hal tersebut
menyebabkan nilai intriksi perusahaan menjadi ukuran yang sangat
penting bagi investor untuk mengambil keputusan dalam membeli saham
suatu perusahaan. Warren Buffett mengatakan bahwa nilai intrinsik (nilai
wajar) suatu saham didefinisikan sebagai nilai saat ini dari aliran kas
masuk yang akan didapatkan sepanjang umur hidup perusahaan tersebut.
Nilai saat ini dari uang yang akan kita dapatkan di masa depan merupakan
konsep time value of money. Buffett mengatakan bahwa cara ini adalah
satu-satunya cara yang masuk akal untuk mengevaluasi keatraktifan dari
suatu investasi dan bisnis.
Untuk meminimalisir risiko-risiko tersebut investor diharapkan
mampu melakukan analisis fundamental maupun analisis teknikal. Salah
satu analisis fundamental yang penting dilakukan oleh investor adalah
valuasi saham. Valuasi saham merupakan analisis nilai saham
sebenarnya. Oleh karena itu dengan melakukan analisis valuasi saham,
investor diharapkan mampu mengetahui berapa nilai sebenarnya dari
suatu saham, sehingga dapat menghindari risiko mispriced.
Pada makalah ini, perusahaan yang akan menjadi contoh dalam
valuasi saham adalah PT Bank Central Asia, Tbk menggunakan metode
dividen discount model dan price-earnings ratios.
Alasan pemilihan PT. Bank Central Asia Tbk (BCA) sebagai objek
penelitian, karena PT. Bank Central Asia merupakan salah satu bank

4
terbesar di Indonesia yang bergerak pada sektor keuangan khususnya
perbankan. Baik dalam kategori besaran aset dan pencapaian laba bersih
perusahaan. Bank BCA sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain
itu, perkembangan bank BCA cukup pesat yang bersaing dengan bank-
bank besar lainnya, yang ditandai dengan gencarnya pertumbuhan kredit,
posisi rasio keuangan dan permodalan yang selalu dijaga agar tingkat
efisiensi perusahaan dapat berjalan. Diharapkan pemilihan PT. Bank
Central Asia Tbk cukup mewakili bank-bank sejenis dalam industri
perbankan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus
dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apakah manfaat dari valuasi saham?
2. Bagaimana valuasi saham PT. Bank Central Asia Tbk
menggunakan metode dividend discount model dan price-earnings
ratios?
3. Apakah nilai saham PT. Bank Central Asia Tbk mispriced?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penulisan makalah
ini adalah:
1. Mengetahui manfaat dari valuasi saham
2. Menghitung nilai wajar saham menggunakan metode dividend
discount model dan price-earnings ratios
3. Menentukan apakah nilai saham PT. Bank Central Asia Tbk
undervalued atau overvalued

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Investasi


Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana yang kita miliki pada aset
yang memberikan prospek keuntungan dimasa yang akan datang.
Seseorang yang melakukan investasi berharap mendapatkan keuntungan
dimasa mendatang sebagai imbalan dari risiko yang dihadapinya saat ini.

2.2 Pengertian Saham


Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Sehingga
dapat dikatakan bahwa saham merupakan bukti kepemilikan investor
terhadap suatu perusahaan.

2.3 Pengertian, Manfaat dan Jenis Pasar Modal


Definisi Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang telah diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Menurut Cipto (2006), pasar modal bertujuan
untuk:
1. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus
memungkinkan upaya diversifikasi;
2. Menyediakan indikator utama bagi tren ekonomi negara;
3. Sebagai alokasi sumber dana secara optimal;
4. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan
resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan
diversifikasi investasi.

6
Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2011:12), adalah sebagai
berikut:
1. Pasar Perdana (primary market)
Penawaran saham oleh emiten dilakukan sebelum diperdagangkan
di pasar sekunder
2. Pasar Sekunder (secondary market)
Merupakan perdagangan saham yang telah melewati masa
penawaran pada pasar perdana. Saham pada pasar ini telah dijual
luas setelah melalui masa penjualan di pasar perdana.
3. Pasar Ketiga (third market)
Merupakan tempat perdagangan saham di luar bursa. Biasanya
dikoordinir oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek serta
diawasi dan dibina oleh lembaga keuangan.
4. Pasar Keempat (fourth market)
Merupakan bentuk perdagangan efek antar pemegang saham, atau
proses pemindahan saham antar pemegang saham yang biasanya
dalam nominal besar.

2.4 Pengertian Harga Wajar Saham


Harga wajar saham merupakan nilai sekarang dari serangkaian kas
masuk yang akan dihasilkan pada masa mendatang. Penentuan harga
wajar saham berhubungan dengan harapan keuntungan yang akan
didapat. Jika seorang investor membeli saham pada hari ini, ia tidak akan
langsung mendapatkan keuntungan karena keuntungan akan diperoleh
dimasa mendatang.

2.5 Pengertian Valuasi Saham


Penilaian (valuation) saham adalah proses menentukan berapa harga
wajar suatu saham. Ada tiga pendekatan yang bisa digunakan yaitu Net

7
Assets Approach, Market Approach dan Income Approach, yang bisa
dipilih dengan memperhatikan karakteristik obyeknya.

2.6 Keputusan dalam Valuasi Saham


Dalam penilaian saham, terdapat tiga keputusan investor, yaitu buy, hold,
or sell. Keputusan Buy, Hold, Sell adalah tindakan yang diambil oleh
investor baik itu membeli, menjual atau menahan saham yang telah
dianalisa baik secara fundamental maupun teknikal. Investor perlu
melakukan analisa terhadap harga saham agar nantinya dapat mengambil
keputusan yang tepat. Pedoman yang digunakan untuk pengambilan
keputusan buy, hold, sell adalah sebagai berikut:
1. Apabila Nilai intrinstik (NI) lebih besar dari harga saham saat ini,
maka saham tersebut dinilai undervalue dan keputusan yang
seharusnya diambil investor adalah membeli saham tersebut
2. Apabila Nilai intrinsik (NI) lebih kecil dari harga saham saat ini maka
saham dinilai terlalu mahal atau overvalue dan keputusan yang
seharusnya diambil oleh investor adalah menjual saham
perusahaan tersebut.
3. Apabila Nilai intrinsik (NI) sama dengan harga saham saat ini, maka
dapat dinilai harga saham dalam kondisi wajar atau fair dan
rekomendasi untuk saham tersebut adalah menahan saham
perusahaan tersebut.

2.7 Dividend Discount Models (DDM)


Dividend Discount Model (DDM) digunakan untuk menghitung harga wajar
saham. Pada model ini harga wajar suatu saham merupakan present
value dari taksiran dividennya (Damodaran, 2002). Kelebihan model ini
dibandingkan dengan PER adalah DDM memperhatikan tingkat
pertumbuhan perusahaan. Petumbuhan perusahaan tersebut dilihat dari
dividen yang dibagikan setiap tahunnya. Dengan menghitung taksiran
dividen dimasa yang akan datang, maka dapat dihitung harga wajar dari

8
suatu saham, karena harga wajar saham saat ini adalah present value dari
dividen di masa yang akan datang dalam waktu yang tidak terbatas.
Berikut ini adalah cara menghitung menggunakan metode DDM:
1. Menghitung tingkat pertumbuhan dividen (g).
g = ROE x retention rate
Retention rate = 1 - Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio = Dividend Per Share (DPS)
Earning Per Share (EPS)
DPS
Jadi, g ROE 1
EPS
Keterangan:
g : growth of dividend
ROE : Return of Equity
DPS : Dividend per Share
EPS : Earning per Share

2. Menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan (required rate


of return)
Perhitungan nilai k menggunakan rumus:

k Rf ( Rm Rf )

Dimana:

k : cost of equity
Rf : Risk free (SBI)
: beta (sensitivitas perubahan harga saham terhadap perubahan
pasar)
Rm : Market Return (IHSG)

9
3. Menghitung nilai intrinsik

D0 ( 1 g )
V
( k - g)

Dimana:
V / P0 : Intrinsik Value dari Saham
D0 : Dividen per lembar saham yang dibagikan selama tahun
2016
g : growth of dividend
k : cost of equity

2.8 Price Earning Ratio


Price Earning Ratio (PER) merupakan metode untuk melihat mahal atau
murahnya harga saham dengan cara membagi harga saham dengan laba
bersih per saham. Akan tetapi, metode ini mempunyai kelemahan,
diantaranya metode ini tidak memperhatikan tingkat pertumbuhan dari
perusahaan tersebut.

P
PER
EPS

Keterangan:
PER : Price Earning Ratio
P : Price
EPS : Earning per Share

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan


BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan
nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya
itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang
terjadi pada tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada
keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus,
kondisi ini memengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat
mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-
ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan
dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998.
BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama di bulan Desember
1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset
BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya
Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya
pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia pada tahun
2000. Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi
perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun
2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi
BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai
70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan
di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari
saham miliknya di BCA. Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari
sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis.
Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan
tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola
perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko

11
secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank
transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.

3.2 Ikhtisar Laporan Tahunan PT BCA, tbk


Laporan tahunan PT BCA, tbk disajikan sebagai berikut:

Gambar 1. Laporan Tahunan PT BCA tbk tahun 2012-1016


(Sumber: Laporan tahunan PT BCA, tbk Tahun 2016)

12
Laporan kinerja saham disajikan sebagai berikut:

Gambar 2. Laporan Kinerja Saham PT BCA tbk tahun 2012-1016


(Sumber: Laporan tahunan PT BCA, tbk Tahun 2016)

3.3 Valuasi Nilai Saham PT BCA, tbk


Penulis menggunakan dua metode untuk melakukan valuasi nilai saham
PT. BCA, Tbk yaitu Metode Dividend Discount Model (DDM) dan Metode
Price Earnings Ratio (PER).
3.3.1 Metode Dividend Discount Model (DDM)
Untuk menghitung kewajaran nilai saham PT BCA tbk per 31 Desember
2016, dapat digunakan pendekatan Deviden Discount Model (DDM)
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengitung g (growth of dividend)


DPS
g ROE 1
EPS
Diperlukan data sebagai berikut :
ROE = 20,5%
DPS = Rp 200,-
EPS = Rp 836,-
200
Diperoleh g 20 .5 1 = 15,59%
836

13
2. Menghitung nilai k (cost of equity)
Perhitungan nilai k menggunakan rumus:

k Rf ( Rm Rf )

Diperlukan data sebagai berikut :

Rf = 6,5 % (merupakan BI rate per 21 Juli 2016)


Rm = 17,03% (merupakan Return Market IHSG per 31 Des 2016)
= 1,09 (sumber data reuters.com, terlampir)

Diperoleh nilai

k = 6,5% + 1,09 (17,03 % - 6,5 % ) = 17,98%

3. Mengitung Nilai Intrinsik Saham

D0 ( 1 g )
V
( k - g)

Diperlukan data sebagai berikut:


D0 = Rp 200 (sumber data terlampir)
g = 15,59%
k = 17,98%

Nilai Intrinsiknya menurut DDM adalah:

V atau P0 = 200 ( 1 + 15.59% ) / ( 17,98% - 15,59% )

= 231,18 / 2,39%

= Rp 9.672,8

14
3.3.1 Metode Price Earnings Ratio (PER)
PER perusahaan dapat dilihat di ihsg-idx.com dengan data sebagai
berikut:

PER PT BCA tbk per 31 Desember 2016 adalah 18,15 dengan EPS
Rp 836,- yang artinya setiap Rp 1,- laba yang dihasilkan, diperlukan modal
Rp 18,15.
(sumber : laporan tahunan PT BCA, tbk per 31 Desember 2016)

Sementara itu dibandingkan dengan PT Mandiri tbk, PER pada akhir


tahun adalah 10,98 dengan EPS 591,71 yang artinya setiap Rp 1,- laba
yang dihasilkan membutuhkan modal Rp 10,98,-.
(sumber : laporan tahunan PT Bank Mandiri, tbk per 31 Desember 2016)

Dapat disimpulkan bahwa saham BBCA lebih mahal daripada saham


BMRI.

15
BAB IV
KESIMPULAN

1. Valuasi saham diperlukan untuk memberikan gambaran pada


manajemen atas estimasi nilai saham suatu perusahaan yang akan
digunakan sebagai rujukan manajemen sebagai pertimbangan
kebijakan atas saham perusahaan bersangkutan. Selain itu, valuasi
daham dapat dilakukan oleh investor atau calon investor untuk
memberikan pertimbangan dalam investasi pada saham.
2. Dari hasil perhitungan pada Bab III, diketahui bahwa harga saham PT.
BCA, tbk overvalued. Nilai Intrinsik per 31 Desember 2016 menurut
perhitungan penulis, adalah Rp 9.672,8 sementara harga pasar menurut
IHSG adalah Rp 15.500,00. Sementara jika melihat dari PER per 31
Desember 2016, dibandingkan dengan PT. Bank Mandiri, tbk, nilai
saham PT. BCA, tbk dinilai lebih mahal.
3. Karena adanya penghitungan dengan metode DDM tersebut, maka
saham PT BCA, tbk dapat dinilai mispriced karena berbeda dengan
harga pasar pada saat itu.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bodie, Zvi., Kane, Alex, and Marcus, Alan. 2013. Essentials of Investment,
9th Edition, McGraw-Hill

Laporan Tahunan PT. BCA, tbk Tahun 2016

Laporan Tahunan PT Bank Mandiri, tbk Tahun 2016

http://bisnis.liputan6.com/read/2822562/melihat-peluang-investasi-saham-
pada-2017

https://ihsg-idx.com/history/2016/12/30/

http://www.bca.co.id/id/Tentang-BCA/Korporasi

https://id.wikipedia.org/wiki/Valuasi_Saham

http://www.reuters.com/finance/stocks/financialHighlights?symbol=BBCA.J
K

www.idx.co.id

www.investopedia.com

17
LAMPIRAN

Pengumuman distribusi cash dividend untuk tahun 2016

(sumber: www.bca.co.id)

Beta atas saham BBCA

(Sumber: www.reuters.com)

18

Anda mungkin juga menyukai