Oleh :
SHELLINA DESSY
0911031023
Email : olive_alone55@yahoo.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine whether technical analysis Simple Moving
Average ( SMA ) and the Relative Strength Index ( RSI ) with a level of accuracy has been able to
provide a basis for investors to make investment decisions based on daily trading .
This study uses the blue chips banking sub- sector listed in the Indonesia Stock Exchange
( IDX ) of 4 banks , Bank Central Asia ( BBCA ) , Bank Negara Indonesia ( BBNI ) , Bank
Mandiri ( BMRI ) and Bank Rakyat Indonesia ( BBRI ) with period observations during July
2012- July 2013 . The data used are secondary data obtained from Yahoo Finance website is
www.yahoofinance.com using historical cost value. Simple moving average is calculated by
looking at a double crossover between the two lines, namely SMA is SMA 10 and SMA 50 . While
the relative strength index is calculated with parameters 30-70. From both the technical analysis
will give a buy signal and sell signal which will see the truth of the signal.
The results of the analysis show that the truth of the simple moving average signals for
the four banks gained the level of accuracy of 95 % while the relative strength index gained 75
% accuracy rate.
Key words: simple moving average, relative strength index, the level of accuracy
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keputusan investasi menurut Rusdin (2008) adalah keputusan yang bersifat individual dan
tergantung sepenuhnya kepada investor sebagai pribadi yang bebas. Salah satu bidang investasi
yang cukup menarik namun tergolong beresiko tinggi adalah investasi saham. Saham perusahaan
go public, sebagai komoditi investasi beresiko tinggi, karna sifat komoditinya yang sangat peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan diluar negeri maupun di dalam
negeri, perubahan dibidang politik, ekonomi, moneter, Undang-undang atau peraturan maupun
perubahan yang terjadi dalam industri dan perubahan itu sendiri. Pasar modal menyediakan
berbagai alternatif investasi selain alternatif investasi lainnya seperti: menabung di bank,
membeli emas, asuransi, tanah, dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai
penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun intuisi pemerintah melalui
perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti saham, obligasi, dan lainnya (Rusdin,
2008:1) Menurut IDX (2010), saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan.
Salah satu sektor saham yang paling menarik di Indonesia adalah perbankan. Sejak 5 tahun
terakhir, secara statistik (sampling) dari 100 responden investor retail menyatakan bahwa mereka
jarang mengalami kerugian fatal pada saat berinvestasi di saham-saham blue chips sektor
perbankan. Pada saat krisis global tahun 2008 kita dapat melihat saham-saham perbankan seperti
Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank
Negara Indonesia (BBNI) memiliki prestasi yang brilian. Disisi lain, Bursa Efek Indonesia (BEI)
menilai sektor finansial dan perbankan merupakan sektor termatang yang sudah tercatat di
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Direktur Utama BEI, Ito Warsito, mengatakan dalam
harian Tribunnews.Com, alasan sektor finansial dan perbankan merupakan sektor termatang di
BEI adalah berdasarkan ukuran bahwa saat ini sudah tidak ada lagi bank besar yang tidak
melepas sebagian sahamnya ke publik (go public).
Saham yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah saham blue chips sektor perbankan, yaitu
Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), dan Bank Negara
Indonesia (BNI). Alasan pemilihan sektor perbankan karena harga saham perbankan diprediksi
mengalami lonjakan setelah kinerja tahunan mereka berhasil melampaui prediksi/konsensus para
analis.
Pergerakan harga suatu saham dalam jangka pendek tidak dapat diterka secara pasti. Harga
saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar menawar.
Makin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham tersebut cenderung bergerak
naik. Sebaliknya makin banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham tersebut akan
bergerak turun. Namun dalam jangka panjang, kinerja perusahaan emiten dan pergerakan harga
saham umumnya bergerak searah. Meskipun demikian, tidak ada bursa saham yang terus
menerus naik dan juga tidak ada bursa saham yang terus menerus turun. pergerakan harga saham
selama jangka waktu tertentu umumnya membentuk suatu pola tertentu. Untuk itulah diperlukan
suatu analisis teknikal agar dapat memilih saham yang aman. Analisis teknikal hingga kini
digunakan sebagian orang sebagai salah satu tools di dalam berinvestasi. Hampir tak terelakkan
dari berbagai investasi tersebut tidak menggunakan indikator analisa teknikal. (IDX, 2010:94).
Analisis teknikal yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Simple Moving Average (SMA)
dan Relative Strength Index (RSI) dengan periode pengamatan daily trading, selama bulan Juli
2012-Juli 2013. Simple moving average dan relative strength index merupakan salah satu
penyusun sistem dalam trading. Keduanya memiliki tingkat keakuratan yang berbeda dalam
penentuan sinyal jual dan sinyal beli. Simple moving average dapat dijadikan sebagai indikator
untuk mengenali tren dengan membandingkan pergerakan harga terhadap garis SMA. Sebuah
sinyal yang dihasilkan oleh simple moving average didasarkan pada crossover yang terjadi baik
dengan harga maupun dengan SMA yang berbeda periode. Sedangkan RSI dapat didefinisikan
sebagai indikator yang mengukur kekuatan relatif pasar berdasarkan perbandingan antara
kenaikan dan penurunan, yang ditampilkan dalam bentuk indeks yang bergerak antara level 0
(nol) hingga 100.
2.5 Chart
Pemakaian chart atau grafik dalam analisa tehnikal adalah hal yang sangat penting, karena satu
satunya objek analisa tehnikal adalah pergerakan harga yang dapat di lihat dari chart. Terdapat
tiga jenis chart yang paling sering di gunakan dalam analisa tehnikal saat ini yaitu:
a. Line Chart
Line chart atau grafik garis adalah merupakan jenis chart yang paling sederhana, line chart
menggambarkan perubahan harga dari waktu ke waktu dengan satu jenis data saja, biasanya data
yang di gunakan adalah harga penutupan, harga terakhir yang di catat pada akhir sesi
perdagangan
b. Bar Chart
Bar Chart atau yang di kenal juga dengan Grafik OHLC merupakan salah satu grafik yang
paling sering di gunakan dalam analisa tehnikal forex trading saat ini, hal ini di sebabkan karena
grafik mengandung empat macam data yaitu:
Open : Harga pembukaan atau harga yang tercatat pertama kali pada saat
pembukaan sesi perdangan pada periode waktu tertentu.
High : Harga tertinggi pada periode tertentu
Low : Harga terendah pada periode waktu tertentu
Close : Harga penutupan pada periode waktu tertentu
Karena grafik ini mengandung keempat data di atas maka bar chart juga di sebut
Grafik OHLC (Open, High, Low, Close).
c. Candlestick Chart
Candlestick chart mengandung data yang sama dengan bar chart, perbedaannya hanya terletak
tampilannya saja, candlestick chart, lebih menarik karena dapat di berikan warna warni, grafik
jenis ini mempunyai tiga bagian penting yaitu :
Di beberapa contoh gambar candlestick chart, pada tipe grafik forex bearish di beri warnah
merah sedangkan pada grafik forex bullish di beri warna hijau, saat ini pada umumnya trader
lebih menyukai candlestick chart, karena lebih jelas menunjukkan pergerakan harga, baik bullish
maupun bearish.
Menurut Gumilang (2012), RSI dikembangkan oleh Welles Wilder yang merupakan indikator
momentum osciliator (RSI yang hanya bisa bergerak diantara selang penilaian) yang mengukur
kecepatan dan perubahan pergerakan harga. Salah satu kegunaan RSI yang popular adalah untuk
menentukan oversold (jenuh jual) dan overbought (jenuh beli). RSI pada umumnya ditentukan
pada level 30-70 point. bila RSI berada pada dilevel 30 indikasi oversold atau jenuh jual yaitu
kebalikan dari overbought dimana kondisi ketika harga dianalisa secara tehnikal cukup murah.
Bila RSI dilevel 70 overbought atau jenuh beli yaitu kondisi ketika harga dinilai terlalu tinggi
dan sebaiknya investor yang telah memiliki saham dibawah harga ini dapat merealisasikan
keuntungannya. Pada level 45-50 dapat dijadikan range trading untuk jangka pendek
3. Metodologi Penelitian
2.10Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Indriantoro dan Supomo
(2002), penelitian kualitatif mempunyai tujuan untuk menyusun teori, memandang teori sebagai
hasil proses induksi dari pengamatan terhadap fakta (pengumpulan informasi). Kemudian
dideskripsikan dengan penjelasan-penjelasan yang mendukung hasil dari pengamatan tersebut.
Analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah analisis teknikal dengan menggunakan
metode Simple Moving Average (SMA) dan Relative Strength Index (RSI).
Alat analisis dalam penelitian ini adalah 2 (dua) alat analisis tehnikal yaitu Simple Moving
Average (SMA) dan Relative Strength Index (RSI). Alasan penggunaan SMA dan RSI ini adalah
karena keduanya merupakan salah satu penyusun sistem dalam trading. Sehingga kebanyakan
investor menggunakan dua alat analisis ini secara bersamaan untuk menghasilkan sinyal
transaksi. SMA dan RSI memiliki tingkat keakuratan yang berbeda dalam penentuan sinyal jual
dan sinyal beli. Sebuah sinyal yang dihasilkan oleh simple moving average didasarkan pada
crossover yang terjadi baik dengan harga maupun dengan SMA yang berbeda periode.
Sedangkan RSI dapat didefinisikan sebagai indikator yang mengukur kekuatan relatif pasar
berdasarkan perbandingan antara kenaikan dan penurunan, yang ditampilkan dalam bentuk
indeks yang bergerak antara level 0 (nol) hingga 100
Dalam penelitian ini, hanya akan melakukan perhitungan dengan menggunakan double
crossover antara 2 (dua) garis Simple Moving Average (SMA). Crossover yang digunakan adalah
kombinasi periode 10 dan 50. Kemudian perpotongan yang terjadi diantara kedua periode SMA
tersebut, akan memberikan sinyal beli atau sinyal jual. Sinyal jual dan sinyal beli akan
dikonfirmasi kebenarannya setelah 1 (satu) minggu terjadi perpotongan diantara kedua periode
SMA. Jika SMA periode 10 memotong keatas SMA periode 50, maka akan terjadi bullish atau
trend naik dimana terdapat sinyal untuk membeli. Begitu pula sebaliknya jika SMA periode 10
memotong kebawah SMA periode 50, maka akan terjadi bearish atau trend turun, dimana
saatnya lebih baik untuk menjual saham tersebut.
2. Analisis Data
4.1 Analisis Data
Dalam penelitian ini akan membandingkan keakuratan 2 (dua) alat analisis tehnikal dalam
memberikan sinyal jual dan sinyal beli yaitu Simple Moving Average dan Relative Strength
Index. Simple moving average yang digunakan adalah SMA periode 10 dan SMA periode 50,
kemudian Relative strength index menggunakan level 30-70. Dalam candlestick chart
perpotongan simple moving average, SMA periode 10 (fast moving) akan ditampilkan dengan
warna biru dan SMA periode 50 (slow moving) dengan warna hitam. Untuk RSI akan
ditampilkan dengan warna merah yang dibatasi dengan garis level 30-70. Kedua analisis tehnikal
tersebut akan memberikan sinyal beli maupun sinyal jual dari keempat saham yaitu Bank Central
Asia, Bank Negara Indonesia, Bank Mandiri, dan Bank Rakyat Indonesia.
Berikut adalah grafik analisis harga saham Bank Negara Indonesia berdasarkan perpotongan
SMA periode 10 dan SMA 50 pada gambar 11.
Gambar 11. Hasil Output Amibroker SMA periode 10 dan 50 Bank Negara Indonesia Tbk
(BBNI)
Berikut adalah grafik analisis harga saham Bank Mandiri berdasarkan perpotongan SMA periode
10 dan 50 pada gambar 12.
Gambar 12. Hasil Output Amibroker SMA periode 10 dan 50 Bank Mandiri (Persero) Tbk
(BMRI)
Berikut adalah grafik analisis harga saham Bank Rakyat Indonesia berdasarkan perpotongan
SMA 10 dan SMA 50 pada gambar 13:
Gambar 13. Hasil Output Amibroker SMA periode 10 dan 50 Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk (BBRI)
Secara ringkas hasil analisis sinyal jual dan sinyal beli dari RSI dapat dilihat pada tabel 5.
Pada periode Juli 2012 – Juli 2013 terjadi beberapa sinyal jual dan beli pada RSI seperti yang
Secara ringkas hasil analisis sinyal jual dan sinyal beli dari RSI dapat dilihat pada tabel 6:
Secara ringkas hasil analisis sinyal jual dan sinyal beli dari RSI dapat dilihat pada tabel 7:
Secara ringkas hasil analisis sinyal jual dan sinyal beli dari RSI dapat dilihat pada tabel 8:
Tanggal Tanggal Kondisi Sinyal Kebenaran
Konfirmasi Grafik Sinyal
18 Januari 2013 25 Januari 2013 Overbought Jual Benar
13 Februari 2013 20 Februari 2013 Overbought Jual Benar
28 Februari 2013 7 Maret 2013 Overbought Jual Salah
1 Mei 2013 8 Mei 2013 Overbought Jual Benar
13 Juni 2013 20 Juni 2013 Oversold Beli Salah
25 Juni 2013 2 Juli 2013 Oversold Beli Benar
Tabel 8. Sinyal jual dan sinyal beli dari RSI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
4.4 Perbandingan Keakuratan antara Simple Moving Average dan Relative Strength Index
Tabel 9 merupakan tabel kekuratan Simple Moving Average dan Tabel 10 merupakan tabel
keakuratan Relative Strength Index pada 4 (empat) bank sektor perbankan saham Blue Chips
pada periode Juli 2012 – Juli 2013 dengan menggunakan kedua analisis tehnikal di atas, jika
sinyal benar maka akan diberi nilai 1, dan jika sinyal salah maka nilainya 0.
No Bank Tanggal Sinyal Nilai
SMA
1 Bank Central Asia 13 Juli 2012 Beli 1
11 Oktober 2012 Beli 1
30 Mei 2013 Jual 1
23 Juli 2013 Beli 1
2 Bank Negara Indonesia 6 Juli 2012 Beli 1
16 Agustus 2012 Jual 1
18 September 2012 Beli 1
15 November 2012 Jual 1
4 Januari 2013 Beli 1
31 Mei 2013 Jual 1
3 Bank Mandiri 10 Desember 2012 Jual 1
16 Januari 2013 Beli 1
29 Mei 2013 Jual 1
4 Bank Rakyat Indonesia 3 Juli 2012 Beli 1
6 November 2012 Jual 1
9 Januari 2013 Beli 1
11 April 2013 Jual 0
26 April 2013 Beli 1
7 Juni 2013 Jual 1
31 Juli 2013 Jual 1
Tingkat Keakuratan 95 %
Tabel 10. Hasil keakuratan Simple Moving Average
No Bank Tanggal Sinyal Nilai
RSI
1 Bank Central Asia 14 November 2012 Jual 1
4 Februari 2013 Jual 1
25 Februari 2013 Jual 1
11 Juni 2013 Beli 1
2 Bank Negara Indonesia 8 Januari 2013 Jual 0
1 Februari 2013 Jual 1
1 Maret 2013 Jual 1
13 Juni 2013 Beli 0
25 Juni 2013 Beli 1
3 Bank Mandiri 31 Juli 2012 Jual 1
28 Februari 2013 Jual 0
12 Juni 2013 Beli 1
9 Juli 2013 Beli 1
4 Bank Rakyat Indonesia 18 Januari 2013 Jual 1
13 Februari 2013 Jual 1
28 Februari 2013 Jual 0
1 Mei 2013 Jual 1
13 Juni 2013 Beli 0
25 Juni 2013 Beli 1
Tingkat Keakuratan 75%
Tabel 11. Hasil keakuratan Relative Strength Index
5. Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Analisis tehnikal dengan menggunakan simple moving average dan relative strength index
memiliki hasil dan tingkat keakuratan yang berbeda. Kesimpulan yang dapat diambil dari
evaluasi analisis tehnikal pada saham blue chips sektor perbankan periode Juli 2012-Juli 2013
adalah sebagai berikut :
1. Analisis tehnikal dengan menggunakan simple moving average pada keempat bank
diperoleh tingkat keakuratan 95%, dimana terjadi 10 sinyal beli dan 10 sinyal jual. Dari
ke 20 sinyal tersebut terdapat 1 sinyal yang keliru (false signal).
2. Analisis tehnikal dengan menggunakan relative strength index pada keempat bank
diperoleh tingkat keakuratan 75%, dimana juga terjadi 10 sinyal beli dan 10 sinyal jual.
Dari ke 20 sinyal tersebut terdapat 5 sinyal yang keliru (false signal).
3. Berdasarkan dua kesimpulan diatas dan dari kedua analisis tehnikal tersebut, simple
moving average dapat dikatakan lebih akurat daripada relative strength index,
dikarenakan ketika terjadi sinyal jual maupun beli, pada perpotongan garis simple moving
average lebih memberikan sinyal yang benar setelah melihat pada 1 (satu) minggu
setelah terjadinya perpotongan. Pada RSI, sinyal jual atau beli yang diberikan, belum
pasti merupakan sinyal yang sebenarnya (false signal) meskipun setelah melakukan
pengamatan selama 1 (minggu) kemudian dikarenakan pengaruh tren yang kuat terhadap
grafik.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik saran yaitu :
1. Penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah alat analisis tehnikal yang lainnya
seperti Bollinger Band, sehingga lebih dapat melihat perbandingan keakuratan dalam
mengambil keputusan investasi saham.
2. Menggunakan software analisis tehnikal yang lain, seperti Metastock.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. 2013. Analisis Tehnikal Metode Relative Strength Index pada Index Sahan dan Index
Komposit. 25 Maret 2013. http://library.gunadarma.ac.id
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. PT. Asdi Mahasatya: Jakarta.
Bagin, Villeesandy Menaken. 2012. Analisis Pergerakan Mata Uang EUR/USD, USD/JPY DAN
EUR/JPY Menggunakan Analsisis Teknikal Metode RSI, MACD DAN Bollinger Bands
Periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2011. 23 Oktober 2013 .
http://thesis.binus.ac.id/doc/Cover/2011-2-00373-AK%20Cover001.pdf
Ganesh, Andrian. 2009. Analisis Teknikal Harga Saham Indeks Kompas 100 Sektor
Pertambangan Periode Februari – Juli 2008. 27 Maret 2013.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 11262/H09aga.pdf?sequence=2
Gumilang, Husni. 2012. Amibroker Sebuah Pengantar dan Charting Tools. HGU Publishing:
Bogor
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Unit Penerbit dan
Pencetak AMP YKPN: Yogyakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Manajemen
dan Akuntansi. BPFE: Yogyakarta.
Noer, Maz. Daftar Perusahaan Blue Chips di Indonesia. Catatan Maz Noer. 31 Juli 2013.
http://matahati99.blogspot.com/2012/06/daftar-perusahaan-blue-chips-di.html.
Wicaksono, Arif. Saham Perbankan Masih Potensial. Tribunnews.com. Sugiyarto (Ed). 15 Mei
2013. http://www.tribunnews.com/2012/11/07/saham-perbankan-masih-potensial
www.idx.co.id. 2010. Sekolah Pasar Modal Bursa Efek Indonesia Kelas Basic. ---
www.idx.co.id. 2010. Sekolah Pasar Modal Bursa Efek Indonesia Kelas Intermediate. ---
----------. Daftar Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Wikipedia Ensiklopedia
Bebas. 17 Mei 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_ perusahaan_
yang_tercatat_di_Bursa_Efek Indonesia.
_____.2009. Pedoman Penulisan Karya Imiah Universitas Lampung. Edisi Revisi. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
www.idx.co.id