Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERKULIAHAN

PASAR MODAL

Analisis Fundamental Terhadap Pasar Modal dan Pasar Uang

Disusun oleh :

Kelompok 11

Agnestie Leona Dewi 111211182

Dhella Amanda Y.F 111211185

Isthika Fakhrunnisa 111211188

M Syamquan Al Qausir Gumay Putra 111211189

Mohamad Tegar 111211191

Dosen Pengampu :

Safto Adi Wibowo, SE, MM

PEMBAHASAN

A. Pendahuluan

Pengertian analisis fundamental adalah analisis yang mengamati hal-hal yang berhubun
gan dengan kondisi keuangan perusahaan. Analisis fundamental mempelajari faktor-faktor y
ang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan kedepannya. Analisis fundamental adalah met
ode evaluasi yang digunakan untuk mengukur nilai intrinsik atau sebenarnya dari suatu instr
umen investasi, seperti saham, obligasi, atau mata uang. Pendekatan ini melibatkan studi te
ntang berbagai faktor ekonomi, industri, dan perusahaan yang mempengaruhi harga aset da
lam pasar modal dan pasar uang.
Dalam pasar modal, analisis fundamental melibatkan penilaian terhadap laporan keuang
an, kondisi industri, posisi perusahaan di dalam persaingan pasar, jajaran manajemen, serta
berbagai faktor internal dan eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Analisis ini dilakukan untuk menentukan nilai wajar suatu saham atau obligasi dan memban
dingkannya dengan harga pasar saat ini, sehingga investor dapat menentukan apakah aset
tersebut berpotensi menghasilkan imbal hasil yang baik.
Sementara itu, dalam pasar uang, analisis fundamental melibatkan penilaian kondisi eko
nomi makro, seperti suku bunga, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi, serta faktor politik dan p
eristiwa global yang mungkin mempengaruhi nilai tukar mata uang. Pendekatan ini membant
u investor menentukan kondisi pasar saat ini dan membuat keputusan tentang kapan untuk
membeli atau menjual aset uang.
Secara keseluruhan, analisis fundamental bertujuan untuk membantu investor membuat
keputusan investasi yang lebih baik berdasarkan pemahaman yang solid tentang kondisi per
usahaan atau aset yang dianalisis.

B. Pengertian Pasar Modal dan Pasar Uang

Pasar modal adalah pasar yang memfasilitasi transaksi jual beli instrumen keuangan jangka
panjang, seperti saham, obligasi, dan sekuritas lainnya. Pasar modal bertujuan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan perusahaan dan organisasi dengan dana yang
dibutuhkan untuk ekspansi dan pengembangan. Di pasar modal, perusahaan dapat mengumpulkan
dana dengan menjual saham atau menerbitkan obligasi kepada investor, sementara investor
diharapkan untuk mendapatkan keuntungan berupa dividen atau pengembalian atas investasi
mereka.

Sedangkan Pasar uang adalah pasar yang memfasilitasi transaksi jual beli instrumen keuangan
jangka pendek, seperti sertifikat deposit, surat utang negara, dan instrumen lainnya yang memiliki
jangka waktu kurang dari satu tahun. Tujuan pasar uang adalah untuk memberikan likuiditas dan
jangka pendek pembiayaan kepada perusahaan, bank, dan lembaga keuangan lainnya. Pasar uang
memudahkan redistribusi dana antara pihak yang memiliki surplus dana dan mereka yang
membutuhkan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek mereka.

Keduanya memainkan peran penting dalam perekonomian dengan menyediakan sumber dana dan
likuiditas yang diperlukan untuk pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

C. Lembaga yang melibatkan pasar modal dan pasar uang

Lembaga yang terlibat dalam pasar modal dan pasar uang, di antaranya:
1. Lembaga keuangan, seperti bank dan perusahaan asuransi, yang menyediakan dana
dan kredit kepada perusahaan serta individu.
2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator yang mengawasi dan mengatur pasar
modal dan pasar uang di Indonesia.
3. Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menyediakan fasilitas untuk transaksi saham,
obligasi, dan instrumen pasar modal lainnya.
4. Kustodian dan rekening efek, yang bertugas menjaga dan mengelola efek yang
dimiliki investor.
5. Perusahaan efek, seperti broker dan dealer, yang membantu investor dalam
melakukan transaksi di pasar modal.
6. Pelaku pasar, seperti investor, emiten, dan analis, yang berperan dalam menentukan
harga dan dinamika pasar.
7. Lembaga penilaian investasi, seperti lembaga pemeringkat dan lembaga riset
independen, yang membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang
tepat.

D. Bentuk Institusi Pasar Modal dan Pasar Uang

KSEI, KPEI, dan IDX merupakan tiga institusi yang berperan penting dalam pasar modal
Indonesia.

1. KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia): KSEI adalah lembaga penyimpanan dan
penyelesaian efek di Indonesia. Fungsi utama KSEI adalah untuk menyediakan jasa
penitipan, kliring, dan penyelesaian transaksi efek di pasar modal. KSEI memastikan
bahwa aset yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia disimpan dengan aman
dan transaksi penjualan atau pembelian efek dilakukan secara efisien.

2. KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia): KPEI merupakan lembaga yang


menyediakan sistem kliring dan penjaminan transaksi di pasar modal Indonesia.
Tujuan utama KPEI adalah untuk mengendalikan risiko sistemik yang mungkin timbul
dari kegagalan pihak yang terlibat dalam transaksi (seperti investor, perusahaan,
atau pialang) untuk memenuhi janji dan kewajiban mereka.

3. IDX (Indonesia Stock Exchange): IDX adalah pasar saham di Indonesia yang
menyediakan tempat bagi perusahaan dan investor untuk melakukan transaksi
saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya. Di sini, investor dapat membeli
dan menjual saham perusahaan yang terdaftar di IDX. Tujuan IDX adalah untuk
menciptakan pasar yang aman, teratur, dan transparan, sehingga investor memiliki
kepercayaan untuk berinvestasi.

Ketiga institusi ini bekerja sama untuk memastikan bahwa pasar modal Indonesia
beroperasi dengan lancar, efisien, dan aman.
4. Indosurya Trade: Indosurya Trade adalah divisi dari PT. Indosurya Bersinar Sekuritas,
sebuah perusahaan sekuritas di Indonesia yang menyediakan layanan untuk
bertransaksi di pasar modal. Indosurya Trade menawarkan berbagai produk dan
layanan, termasuk transaksi saham, obligasi, reksa dana, serta layanan riset dan
analisis pasar. Selain itu, Indosurya Trade juga menyediakan platform online trading
yang memudahkan investor untuk memantau portofolio investasi mereka dan
melakukan transaksi secara real-time.

5. Yuk Nabung Saham: "Yuk Nabung Saham" adalah sebuah program edukasi dan
kampanye yang digagas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia
(IDX) untuk mendorong masyarakat Indonesia agar mulai berinvestasi di pasar
saham. Program ini dirancang untuk memberikan edukasi mengenai pasar modal
dan manfaat memiliki saham sebagai bagian dari portofolio investasi. Tujuan "Yuk
Nabung Saham" adalah untuk membantu meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai pasar saham dan menumbuhkan minat berinvestasi di pasar modal
Indonesia.

Dalam rangka "Yuk Nabung Saham", banyak perusahaan sekuritas, termasuk


Indosurya Trade, mengadakan berbagai acara dan promosi untuk membantu
masyarakat dalam memulai investasi di pasar saham, seperti seminar, kelas edukasi,
dan layanan konsultasi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah investor
di pasar modal dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

E. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan metode evaluasi instrumen keuangan berdasarkan faktor


ekonomi, industri, dan perusahaan yang mencakup studi kualitatif dan kuantitatif. Berikut adalah
beberapa pendekatan dalam analisis fundamental:

1. Kinerja Keuangan: Evaluasi kinerja keuangan perusahaan melalui laporan keuangan


seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Melalui analisis rasio keuangan,
seperti rasio laba, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio efisiensi, investor dapat
menilai kesehatan perusahaan.
2. Valuasi Saham: Penilaian harga yang wajar dari saham perusahaan menggunakan
metode valuasi seperti Price to Earnings (P/E), Price to Sales (P/S), Price to Book (P/B),
serta Dividend Discount Model dan Discounted Cash Flow (DCF).

3. Industri dan Persaingan: Studi tentang industri tempat perusahaan beroperasi, faktor
yang mempengaruhinya, tren industri, dan profil pesaing perusahaan. Analisis ini
membantu investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan dalam konteks industri
yang lebih luas.

4. Strategi Bisnis dan Manajemen: Evaluasi strategi bisnis, struktur organisasi, kinerja, dan
reputasi tim manajemen perusahaan. Investigasi ini memberikan informasi tentang
bagaimana perusahaan dijalankan dan seberapa efektif tim manajemen dalam
melaksanakan strategi mereka.

5. Ekonomi Makro: Analisis kondisi ekonomi makro seperti pertumbuhan PDB, tingkat
inflasi, suku bunga, kondisi pasar tenaga kerja, dan kebijakan moneter serta fiskal yang
mungkin berdampak pada kinerja perusahaan dan prospek industri.

6. Kebijakan Regulasi: Penelitian terkait perubahan kebijakan pemerintah dan regulasi


yang dapat mempengaruhi industri atau perusahaan secara positif atau negatif.

7. Analisis SWOT: Analisis kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang


(Opportunities), dan ancaman (Threats) yang dihadapi oleh perusahaan, untuk
memahami faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja perusahaan.
Dengan menerapkan pendekatan-pendekatan ini dalam analisis fundamental, investor
dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang perusahaan, pasar, dan kondisi
ekonomi, yang pada akhirnya membantu dalam pengambilan keputusan investasi yang
lebih baik dan berbasis informasi.

F. Ekonomi Analisis

Ekonomi analisis adalah suatu pendekatan dalam ilmu ekonomi yang digunakan untuk mengkaji,
memahami, dan menjelaskan perilaku ekonomi individu, rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah. Analisis ekonomi melibatkan studi tentang bagaimana sumber daya yang terbatas
dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Pendekatan ini mencakup
pemahaman tentang konsep-konsep dasar seperti penawaran, permintaan, produksi, konsumsi,
distribusi, pasar, dan harga. Ekonomi analisis juga membantu dalam pengambilan keputusan dan
perencanaan strategis di berbagai sektor ekonomi.

Menghitung Earnings Per Share (EPS) adalah salah satu cara untuk mengukur nilai perusahaan
dan seberapa baik investasi bagi pemegang saham. Secara sederhana, EPS menunjukkan laba bersih
yang dihasilkan perusahaan per lembar saham yang beredar. Berikut adalah cara menghitung EPS:
EPS = (Laba Bersih - Dividen Saham Preferen) / Jumlah Saham Biasa yang Beredar

1. Laba Bersih: Ini adalah pendapatan total perusahaan dikurangi semua pengeluaran,
termasuk pajak, bunga, dan biaya operasional lainnya.
2. Dividen Saham Preferen: Ini adalah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
preferen. Jika perusahaan tidak memiliki saham preferen, maka angka ini akan menjadi nol.
3. Jumlah Saham Biasa yang Beredar: Ini adalah jumlah saham biasa yang beredar di pasaran.

Menghitung EPS akan membantu investor mengevaluasi apakah suatu perusahaan menghasilkan
laba yang cukup untuk membenarkan investasi mereka. Perlu diingat bahwa EPS adalah salah satu
indikator dari banyak indikator yang digunakan para investor untuk menilai perusahaan. Selalu
bijaksana untuk melihat berbagai metrik dan mengkaji informasi sebanyak mungkin sebelum
membuat keputusan investasi.

PER (Price to Earnings Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk menilai nilai suatu perusahaan
dan membandingkannya dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. PER mengukur berapa
banyak yang harus dibayarkan investor untuk setiap unit laba. Ini dapat membantu menentukan
apakah harga saham perusahaan saat ini mahal atau murah relatif terhadap potensi laba yang
dihasilkan perusahaan.

Cara menghitung PER adalah sebagai berikut:

PER = Harga Saham / Earnings Per Share (EPS)

1. Harga Saham: Ini adalah harga pasar saat ini dari saham perusahaan.
2. Earnings Per Share (EPS): Ini adalah laba bersih perusahaan (pendapatan dikurangi
pengeluaran) dibagi dengan jumlah saham yang beredar, seperti yang telah dijelaskan dalam
jawaban sebelumnya.

PER yang lebih rendah menunjukkan bahwa harga saham perusahaan saat ini lebih murah relatif
terhadap laba yang dihasilkan, sementara PER yang lebih tinggi berarti harga saham lebih mahal.
Namun, penting untuk menilai PER dalam konteks industri dan perusahaan sejenis, karena angka
absolut mungkin tidak selalu mencerminkan nilai yang sebenarnya.

DER (Debt to Equity Ratio) adalah rasio keuangan yang menunjukkan proporsi antara
hutang dan ekuitas yang digunakan perusahaan untuk membiayai asetnya. Ini adalah ukuran penting
untuk menilai risiko keuangan dan kestabilan perusahaan. DER yang tinggi dapat menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki banyak hutang, yang bisa menjadi risiko bagi investor, sementara DER
yang rendah berarti perusahaan lebih bergantung pada pembiayaan melalui ekuitas.

Cara menghitung DER adalah sebagai berikut:

DER = Total Hutang / Total Ekuitas

1. Total Hutang: Ini adalah jumlah kewajiban finansial jangka pendek dan jangka panjang
perusahaan yang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang.
2. Total Ekuitas: Ini adalah selisih antara total aset dan total liabilitas perusahaan, mencakup
saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan.
DER yang ideal bervariasi tergantung pada industri dan struktur perusahaan. Beberapa industri
cenderung memiliki tingkat hutang yang lebih tinggi secara alami, seperti industri telekomunikasi
dan infrastruktur. Oleh karena itu, penting untuk membandingkan DER perusahaan dengan rata-rata
industri serta perusahaan lain dalam industri yang sama sebelum membuat keputusan investasi.

ROE (Return on Equity) adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk menciptakan keuntungan dari investasi yang dilakukan oleh pemegang saham. Ini adalah salah
satu metrik yang digunakan oleh investor untuk menilai seberapa efisien perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan dengan ekuitas yang ada. ROE memberikan gambaran tentang seberapa
baik perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan modal yang diberikan oleh pemegang
saham.

Cara menghitung ROE adalah sebagai berikut:

ROE = Net Income / Average Shareholder's Equity

1. Net Income: Ini adalah laba bersih perusahaan yang dihasilkan selama periode tertentu,
biasanya dalam satu tahun. Laba bersih dihitung dengan mengurangkan pengeluaran, bunga,
pajak, dan biaya lainnya dari pendapatan perusahaan.
2. Average Shareholder's Equity: Ini adalah jumlah ekuitas pemegang saham rata-rata selama
periode yang sama. Anda dapat menghitung ekuitas ini dengan menambahkan ekuitas di
awal dan akhir periode, lalu dibagi dengan dua.

Setelah Anda memiliki kedua angka ini, Anda cukup membagi laba bersih dengan ekuitas rata-
rata untuk mendapatkan ROE. Sebagai contoh, jika perusahaan memiliki laba bersih sebesar Rp100
juta dan ekuitas pemegang saham rata-rata sebesar Rp500 juta, maka ROE-nya adalah 20% (100
juta / 500 juta).

ROE yang tinggi biasanya menunjukkan bahwa manajemen perusahaan efektif dalam
menghasilkan keuntungan dari investasi pemegang saham. Namun, penting untuk membandingkan
ROE perusahaan dengan industri dan perusahaan sejenis untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang kinerja relatif perusahaan.

ROA (Return on Assets) adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa efisien perusahaan dalam
menghasilkan laba dari asetnya. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa baik perusahaan
mengelola asetnya untuk menghasilkan keuntungan. ROA juga dapat membantu investor
menentukan seberapa baik perusahaan melaksanakan strategi investasi dan pengelolaan asetnya
untuk

mencapai pertumbuhan keuntungan.


Cara menghitung ROA adalah sebagai berikut:

ROA = Net Income / Total Aset

1. Net Income: Ini adalah laba bersih perusahaan yang dihasilkan selama periode tertentu,
biasanya dalam satu tahun. Laba bersih dihitung dengan mengurangkan pengeluaran, bunga,
pajak, dan biaya lainnya dari pendapatan perusahaan.
2. Total Aset: Ini adalah jumlah seluruh aset perusahaan yang mencakup aset lancar, aset
tetap, dan aset jangka panjang lainnya.

Setelah Anda memiliki kedua angka ini, Anda cukup membagi laba bersih dengan total aset
untuk mendapatkan ROA. Sebagai contoh, jika perusahaan memiliki laba bersih sebesar Rp100 juta
dan total aset sebesar Rp1 miliar, maka ROA-nya adalah 10% (100 juta / 1 miliar).

Sebuah ROA yang tinggi biasanya menunjukkan bahwa perusahaan efisien dalam menghasilkan
laba dari asetnya, sedangkan ROA yang rendah dapat menunjukkan bahwa perusahaan kurang
efisien dalam mengelola asetnya. Namun, penting untuk membandingkan ROA perusahaan dengan
industri dan perusahaan sejenis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kinerja
relatif perusahaan.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari analisis fundamental terhadap pasar modal dan pasar uang adalah bahwa
analisis ini membantu investor dalam mengevaluasi kinerja keuangan dan prospek masa depan suatu
perusahaan atau instrumen investasi. Analisis fundamental mencakup penilaian terhadap faktor-
faktor ekonomi makro, kondisi industri, dan kinerja keuangan perusahaan, seperti laba, penjualan,
dan posisi pasar.
Dalam pasar modal, analisis fundamental membantu investor dalam memilih saham-saham
yang memiliki prospek pertumbuhan tinggi atau memiliki valuasi yang menarik. Hal ini penting agar
investor dapat mengoptimalkan return investasi mereka serta mengendalikan risiko yang mungkin
timbul.

Sedangkan dalam pasar uang, analisis fundamental digunakan untuk menilai instrumen
investasi jangka pendek, seperti deposito, sertifikat deposito, dan surat berharga negara. Analisis ini
penting untuk memastikan likuiditas dan keamanan investasi, serta membantu investor dalam
mengambil keputusan investasi yang tepat sesuai dengan profil risiko mereka.

Secara keseluruhan, analisis fundamental merupakan salah satu alat penting dalam
pengambilan keputusan investasi di pasar modal dan pasar uang, karena memungkinkan investor
untuk memahami dengan lebih baik kondisi ekonomi, industri, dan perusahaan yang menjadi objek
investasi sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan terinformasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku klasik meliputi ; ‘’Security Analysis’’ oleh Benjamin Graham dan David Dodd, dan ‘’The
Intellegent Investor’’ oleh Benjamin Graham
2. Investopedia,Seeking Alpha,dan Yahoo Finance, Spotify, I-Tunes, YouTube merupakan
wawasan dan diskusi dari para ahli
3. Laporan analisis dari perusahaan riset seperti Morningstar , Goldman Sachs, dan J.P. Morgan
4. 1. Graham, B., & Dodd, D. (1934). Security Analysis: Principles and Technique. McGraw-
Hill.
5. 2. Graham, B. (1949). The Intelligent Investor. Harper & Brothers.
6. 3. Damodaran, A. (2002). Investment Valuation: Tools and Techniques for Determining
the Value of Any Asset. Wiley.
7. 4. Malkiel, B. (1973). A Random Walk Down Wall Street. W.W. Norton & Company.
8. 5. Klarman, S. (1991). Margin of Safety: Risk-averse Value Investing Strategies for the
Thoughtful Investor. HarperCollins.
9. 6. Fisher, P. (1958). Common Stocks and Uncommon Profits. John Wiley & Sons.
10. 7. Lynch, P., & Rothchild, J. (1989). One Up On Wall Street: How To Use What You
Already Know To Make Money In Market. Simon & Schuster.
11. 8. Greenblatt, J. (2005). The Little Book That Beats the Market. John Wiley & Sons.
12. 9. Buffett, M., & Clark, D. (1997). Buffettology: The Previously Unexplained Techniques
That Have Made Warren Buffett the World's Most Famous Investor. Scribner.
13. 10. O'Neil, W. J. (1988). How to Make Money in Stocks: A Winning System in Good
Times and Bad. McGraw-Hill Education.

Anda mungkin juga menyukai