Anda di halaman 1dari 30

Analisis Pengaruh Variabel Fundamental dan Makro Ekonomi terhadap Harga Saham

Perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode


2014 - 2019

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Fundamental dan Teknikal

Dosen Pengampu:

TYAS DANARTI HASCARYANI, SE., ME.

Oleh :

BAGUS DWI BUDIMAN 195020400111021

Program Studi Ekonomi, Keuangan dan Perbankan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan wadah bagi perusahaan - perusahaan yang sedang
membutuhkan dana dengan mengeluarkan saham mereka pada pasar modal atau biasa
disebut Bursa Efek Indonesia. Bagi para investor sendiri ada banyak pilihan saham
perusahaan yang dapat mereka pilih, yang tentu saja memerlukan analisis yang matang,
apakah saham yang akan dibeli dapat memberi keuntungan atau justru sebaliknya di
waktu yang mendatang,
Baik analisis fundamental atau teknikal diperlukan untuk menentukan saham tersebut
layak atau tidak. Analisis fundamental merupakan analisis mendasar yang bertujuan
untuk menggali informasi baik itu kondisi ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan,
teknik ini lebih cenderung mempertimbangkan kinerja perusahaan dengan melihat
laporan keuangan suatu perusahaan. Sedangkan analisis teknikal lebih menekankan pada
penggunaan data historis mengenai perubahan harga saham, volume perdagangan, dan
indikator lainnya. Setiap investor mengunakan teknik analisis yang berbeda, dalam jangka
pendek biasanya investor menggunakan analisis teknikal untuk memperkirakan
pergerakan harga saham. Sedangkan analisis fundamental digunakan oleh investor dalam
jangka panjang untuk melihat kondisi kesehatan manajemen perusahaan, tentunya dengan
membandingkan laporan keuangan dari tahun ke tahun.

Melihat kondisi perkembangan zaman yang semakin canggih. Sektor yang juga
berpengaruh pada perkembangan teknologi ialah sektor telekomunikasi, alasannya ialah
dikarenakan teknologi informasi dan telekomunikasi akan semakin berkembang
kedepannya. Di era modern ini, dimana penggunaan telepon seluler dan internet yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data, hingga kuartal II tahun 2020 lalu
pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta atau 73,7% dari populasi. Terutama
di masa pandemi yang terjadi saat ini, dimana masyarakat dari pelajar hingga pekerja
dipaksa untuk Work From Home, tentunya hal ini sudah pasti meningkatkan jumlah
pemakaian internet. Hal tersebut yang banyak investor memilih sektor telekomunikasi
sebagai salah satu sektor yang memiliki prospek perkembangan yang baik untuk masa
yang akan datang.

Salah satu perusahaan yang berkembang dengan baik yaitu Telkom. Pada tanggal 1
Oktober 2020, saham Telkom secara signifikan melesat sebesar 7,42% ke level Rp. 2.750/
unit. Saham Telkom juga tercatat saham yang paling banyak diborong oleh para investor
asing senilai Rp.116,23 M. Disaat banyak perusahaan - perusahaan lain yang tertekan
akibat adanya pandemi, namun tidak bagi Telkom. Selain Telkom, XL Axiata mampu
meningkatkan pendapatan layanannya di masa pandemi sebesar 10 persen dibandingkan
tahun sebelumnya. 

Analisis Fundamental yang dilakukan oleh investor berdasarkan laporan keuangan


perusahaan yang digunakan untuk melihat kinerja perusahaan yang dipilih, hal tersebut
bertujuan untuk membantu investor dalam membuat keputusan membeli saham. Biasanya
investor menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan adalah proses
pengamatan index yang berhubungan pada laporan keuangan, laporan laba rugi, dan
laporan arus kas dengan tujuan untuk menentukan kinerja keuangan suatu perusahaan.
Pengukuran penelitian ini berdasarkan pada beberapa rasio keuangan dalam variabel
fundamental, yakni rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio pasar dan
rasio likuiditas. Selain menggunakan variabel fundamental, peneliti juga menggunakan
variabel makro ekonomi berupa Produk Domestik Bruto (PDB) yang nantinya akan
dihubungkan dengan pengaruh pada harga saham.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana variabel fundamental mempengaruhi harga saham pada perusahaan -
perusahaan sektor telekomunikasi?
2. Bagaimana variabel makro ekonomi mempengaruhi harga saham pada perusahaan -
perusahaan sektor telekomunikasi?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham pada sektor
telekomunikasi.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi terhadap harga saham pada
sektor telekomunikasi.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Harga Saham

Harga pada saham dibedakan menjadi beberapa macam yaitu open, high, low,
close, bid, dan offer.
a. Open merupakan harga awal atau pembukaan perdagangan disetiap harinya. Jadi,
ketika memasuki waktu perdagangan saham, setiap emiten akan mengeluarkan
harga open yang biasanya berdasarkan harga penutupan pada hari sebelumnya.
b. High merupakan harga tertinggi saham yang diperoleh dalam perdagangan.
Perolehan harga tertinggi ini terjadi karena banyaknya keinginan pembelian saham
daripada penjualannya, sehingga tren harga saham mengalami kenaikan yang
cukup signifikan pada waktu tertentu.
c. Low merupakan kondisi dimana harga saham menyentuh angka terendah yang
terjadi karena penjualan saham lebih banyak daripada pembeliannya, sehingga
menyebabkan tren harga saham menurun.
d. Close merupakan harga penutupan transaksi perdagangan saham pada periode
tertentu, harga penutupan yang terjadi akan menjadi patokan harga pembukaan
(open) pada perdagangan selanjutnya.
e. Bid merupakan harga penawaran untuk membeli saham, semakin banyak
keinginan investor untuk membeli saham maka bid akan cenderung tinggi.
f. Offer merupakan harga penawaran untuk menjual saham, apabila transaksi
penjualan yang dilakukan semakin cepat maka harga yang ditawarkan pada
penjualan saham akan semakin mendekati harga pasar transaksi sebelumnya.

Dari berbagai jenis harga saham yang sudah dijelaskan, ada dua sifat harga
saham yang dapat dijadikan patokan tinggi rendahnya harga saham, yaitu:

a. Overvalued, merupakan harga saham yang sudah terlalu mahal atau mengalami
batas kewajaran dibandingkan dengan harga sebenarnya. Sehingga apabila saham
tersebut dibeli maka harganya akan mengalami penurunan.
b. Undervalued, merupakan harga saham yang terlalu murah dari batas maksimum
rendahnya harga saham. Biasanya saham yang mengalami undervalued harus
segera dibeli agar harga saham mengalami kenaikan.

Jenis harga saham berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi tiga, yaitu: Harga
Nominal (Par Value), Harga Dasar (Base Price), dan Harga Pasar (Market Price).
Dalam ketiga jenis harga tersebut, biasanya banyak masyarakat yang menggunakan
harga pasar karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung, bisa juga menggunakan harga penutupan (closing).

2.1.2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk


menganalisis saham dengan cara mempelajari mengenai keuangan mendasar dan
faktor ekonomi dari perusahaan untuk menilai harga saham perusahaan (Gumandi, 2011),
Analisis fundamental merupakan sebuah teknik analisis yang dianggap penting
sebelum berinvestasi saham. Suatu perusahaan perlu mempertahankan citra baik
kondisi fundamentalnya agar tetap mendapatkan kepercayaan dari investor. Ada
beberapa rasio keuangan fundamental yang secara umum digunakan, yakni :

A. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan profit atau keuntungan. Selain itu,
rasio profitabilitas juga mencerminkan kemampuan manajemen perusahaan dalam
mengalokasikan modal secara efektif dan efisien. Semakin tinggi rasio profitabilitas,
maka menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba semakin tinggi. Rasio
profitabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Return on Equity (ROE).

Return on Equity merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur sejauh mana


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih bagi para investor atau
pemilik dari investasi pemegang saham perusahaan dengan menggunakan modal
sendiri. ROE biasanya diukur dalam ukuran persen (%). Semakin nilai ROE
mendekati 100%, maka akan semakin bagus. ROE yang bernilai 100% menandakan
bahwa setiap 1 rupiah ekuitas pemegang saham dapat menghasilkan 1 rupiah dari laba
bersih perusahaan.
Laba Bersih sebelum pajak
ROE =
Ekuitas

B. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui


kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajiban atau utang, baik utang
jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio adalah rasio hutang
terhadap ekuitas atau keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas.

Laba Bersih sebelum pajak


Debt to Equity Ratio =
Ekuitas

C. Rasio Nilai Pasar

Rasio pasar merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui mahal atau
murahnya harga saham. Harga saham yang mahal disebut overvalued, sedangkan
harga saham yang murah disebut undervalued. Rasio pasar yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER).

PER digunakan untuk mengetahui mahal atau murahnya harga saham suatu
perusahaan. Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi menunjukkan bahwa harga
saham perusahaan tersebut semakin mahal. Tinggi rendahnya PER juga dapat melihat
besar atau kecilnya potensi memperoleh capital gain. PER yang terlalu tinggi tidak
selalu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut baik, maka dari itu untuk mengetahui
PER yang ideal dibutuhkan perbandingan terhadap tiga hal, yaitu membandingkan
dengan saham di sektor yang sama, membandingkan dengan saham yang memiliki
kualitas yang sama, dan melihat perkembangan laporan keuangannya dari periode
sebelumnya. Berikut adalah cara menghitung PER.

Harga Saham
Price Earning Ratio =
EPS

D. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan


dalam membayar utang jangka pendek dengan aset lancar (likuid). Jika perusahaan
tidak likuid maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Rasio Likuiditas yang
akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Current Ratio.
Current Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan dalam
membayar kewajiban (utang) jangka pendek yang akan jatuh tempo dengan aktiva
lancar yang tersedia. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang jangka
pendek, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka
pendek. Semakin rasio mendekati atau lebih 1x atau 100% maka semakin baik.

Aktiva Lancar
CR =
Utang Lancar

E. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas


sebuah perusahaan dalam menggunakan aktiva atau rasio yang digunaka untuk
mengukur efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan (Kasmir, 2016). Rasio
aktivitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset Turnover. Total
Asset Turn Over (TATO) digunakan untuk menghitung efektivitas penggunaan total
aktiva. Semakin tinggi rasio menggambarkan manajemen perusahaan semakin baik.

Penjualan
Total Asset Turnover =
Rata−Rata Total Aset

2.2. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.2. Hipotesis Penelitian

H 1 : Diduga variabel fundamental secara individu berpengaruh terhadap harga saham.


H 2 : Diduga variabel fundamental secara bersama - sama berpengaruh terhadap harga
saham.
H 3 : Diduga variabel makro ekonomi secara individu berpengaruh terhadap harga
saham.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif


adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadpa bagian - bagian dan feomena serta
kasualitas hubungan - hubungannya dengan tujuan untuk mengembangkan dan menggunakan
model - model matematis, teori - teori dan hipotesis yang berkaitan. Peneliti menjelaskan
hubungan, menguji hipotesis - hipotesis, mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah yang ingin dipecahkan. Metode penelitian yang dipakai adalah metode komparatif ,
yakni metode yang bertujuan untuk mencari jawaban yang mendasar tentang sebab akibat ,
dengan menganalisa faktor - faktor penyebab terjadinya suatu fenomena tertentu.

3.2. Populasi dan Penentuan Sampling

Menurut Sugiyono (1997: 57), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan - perusahaan telekomunikasi yang tercatat di BEI.

Sugiyono (2008: 118), Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta
karakteristik yang dimiliki oleh sebuah Populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan purposive sampling. Adapun kriterian dari sampel tersebut adalah :

1. Perusahaan Telkomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun


2014 - 2019.

2. Perusahaan - perusahaan yang telah terus menerus melaporkan laporan


keuangannya selama tahun 2014 - 2019.

Sesuai dengan kriteria tersebut sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
perusahaan yang terdapat dalam tabel ini :
No KODE NAMA EMITEN TANGGAL IPO
1 EXCL PT. XL Axiata 29 September 2005
2 FREN PT. Smartfren Telecom 29 November 2006
3 ISAT PT. Indosat 19 Oktober 1994
4 BTEL PT. Bakrie Telecom 3 Februari 2006
5 TLKM PT. Telkom Indonesia 14 November 1995

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono, definisi operasional variabel adalah suatu dimensi yang diberikan
pada suatu variabel dengan Tabel
memberikan arti Penelitian
3.1 Sampel atau menspesifikasikan kegiatan atau
membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Variabel
- variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.3.1. Variabel Terikat (Y).

Variabel dependen merupakan harga saham perusahaan - perusahaan


telekomunikasi yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia selama 6 tahun (2014 - 2019)
dari perusahaan telekomunikasi yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia.

3.3.2. Variabel Bebas (X).

Variabel Independen merupakan rasio - rasio keuangan setiap tahun selama 6


tahun (2014 - 2019) dari perusahaan telekomunikasi yang tercatat pada Bursa
Efek Indonesia dan juga faktor makro ekonomi yang berupa produk domestik bruto
selama 6 tahun (2014 - 2019).

Adapun uraian definisi operasional variabel antara lain sebagai berikut :

Variabel Konsep Variabel Operasional Definisi Operasional Formula


Variabel

Rasio Profitabilitas Return on Equity ( X 1 ) Merupakan perhitungan Laba Bersih sebelum pajak
Ekuitas
rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba
bersih dengan
menggunakan modal sendiri
dan menghasilkan laba
bersih yang tersedia bagi
pemilik atau investor.

Merupakan rasio hutang


terhadap ekuitas atau rasio Laba Bersih sebelum pajak
Ekuitas
Rasio Solvabilitas Debt to Equity Ratio ( keuangan yang
X 2) membandingkan jumlah
hutang dengan ekuitas.

Merupakan rasio yang


menggambarkan harga Harga Saham
Laba per Saham
Rasio Nilai Pasar Price Earning Ratio ( saham sebuah perusahaan
X 3) dibandingkan dengan
keuntungan yang dihasilkan
perusahaan

Merupakan rasio keuangan


yang memperbandingkan Aset Lancar
Kewawjiban Lancar
Rasio Likuiditas Current Ratio ( X 4) antara aktiva lancar dengan
utang lancar suatu
perusahaan.

Merupakan rasio yang


menunjukkan tingkat
Rasio Aktivitas Total Asset Turnover ( efisiensi penggunaan
X 5) keseluruhan aktiva Penjualan
Total Aktiva
perusahaan atau total aset
dalam menghasilkan
volume penjualan.

Merupakan nilai pasar


Pendapatan Gross Domestic semua barang dan jasa yang Pendapatan WNI di Indonesia
Product diproduksi oleh suatu + Pendapatan WNA di
negara pada periode Indonesia
tertentu.

Harga saham tahunan dari


Harga Saham Price (Y) perusahaan telekomunikasi
yang terdaftar di BEI
periode tahun 2014 - 29019.

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui metode dokumentasi. Dokumentasi menurut


Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan
informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan
serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Data - data rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari Bursa Efek Indonesia dan laporan tahunan dari
masing - masing perusahaan. Untuk data Produk Domestik Bruto didapatkan dari situs Badan
Pusat Statistik.

Data yang diambil dan digunakan dalam penelitian ini sendiri merupakan jenis data
sekunder, dimana data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain. Menurut Sugiyono (2014:137)
sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.

3.5. Metode Analisis Data


3.5.1. Pemilihan Model Data Panel

Pada pengujian regresi data panel terdiri dari 3 model data panel yakni
Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model. Sehingga
diperlukan adanya pengujian untuk menentukan model manakah yang baik untuk
digunakan, Adapun jenis dari pengujian tersebut teridir dari :

a. Uji Chow

Uji Chow yaitu untuk menentukan uji mana antara kedua yaitu model
common effect model dan fixed effect model. Hipotesis dalam Uji Chow adalah
sebagai berikut :

H0 : Common Effect Model


Ha : Fixed Effect Model

Jika probabilitas F > taraf signifikansi (0.05) maka terima H0 dan


begitu juga sebaliknya.

b. Uji Hausman

Uji Hausman yaitu untuk menentukan uji mana antara kedua model
yaitu random effect model dan fixed effect model. Hipotesis dalam Uji
Hausman adalah sebagai berikut :

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Jika probabilitas Chi - Square < taraf signifikansi (0.05) tolak H0 dan
begitu juga sebaliknya.

c. Uji Lagrange Multiplier

Uji Lagrange Multiplier untuk menentukan uji mana antara kedua


model yaitu Random Effect Model dan Common Effect Model. Hipotesis dalam uji
Lagrange Multiplier adalah sebagai berikut :

H0 : Common Effect Model


Ha : Random Effect Model
Jika nilai probaility Breusch-Pagan lebih besar dari taraf signifikan
(0.05) maka terima H0. Uji LM digunakan bila pada Uji Chow didapatkan
hasil Common Effect Model dan pada uji Hausman didapatkan hasil Random
Effect Model.

3.5.2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan


mendeskripsikan atau menggambarkan data yang sudah terkumpul dari nilai rerata
(mean), standar deviasi, varians, nilai maksimum, nilai minimum, range, dan
sebagainnya.

3.5.3. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk memperoleh hasil regresi yang memenuhi
kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau tidak bias. Kondisi BLUE atau
tidak bias tersebut akan didapatkan jika memenuhi uji asumsi klasik, asumsi tersebut
yaitu, data harus terdistribusi normal (uji normalitas), data harus linear, bebas
multikolinearitas (uji multikolinearitas), bebas autokorelasi (uji autokorelasi), dan
bebas heteroskedastisitas (uji heteroskedastisitas).

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali, uji normalitas merupakan suatu uji yang dilakukan


untuk menguji model regresi, apakah variabel independen dan variabel dependen
atau keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak normal (Ghozali, 2016). Jika
suatu variabel tidak terdistribusi secara normal, maka hasil uji statistik akan
mengalami penurunan. Pada model yang terdistribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal. Untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak dapat
menggunakan uji Jarque Bera. Hipotesis uji normalitas adalah sebagai beerikut :

H0 : Data yang digunakan dalam model regresi terdistribusi normal.

H1 : Data yang digunakan dalam model regresi tidak terdistribusi normal.

Keputusan yang diambil adalah jika nilai probabilitas JB lebih besar


kecil dari taraf signifikansi (0.05) maka terima H0 dan apabila nilai probabilitas JB
lebih besar dari taraf signifikansi (0.05) maka tolak H0.
b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah pada model


regresi terdapat korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2016). Jika terjadi
multikolinearitas antar variabel, maka dapat menyebabkan tingginya variabel
pada sampel, sehingga standar error besar. Akibatknya ketika dilakukan uji
terhadap koefisien, maka t hitung bernilai kecil dari t tabel. Hal tersebut
menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara variabel independen yang
dipengaruhi oleh variabel dependen. Untuk menentukan ada atau tidaknya
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antar variabel bebas.
Hipotesis uji multikolinearitas adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model regresi.

H1 : Terjadi gejala multikolinearitas dalam model regresi.

Keputusan yang diambil adalah jika ada variabel yang menunjukkan nilai
koefisien korelasi lebih besar dari 0.80 maka keputusan yang diambil adalah tolak H0
dan begitu sedangkan jika tidak ada yang menujukkan nilai koefisien korelasi lebih
besar dari 0.80 maka terima H0.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah sebuah uji yang digunakan untuk melihat


ketidaksamaan varians dari residual pada model regresi dari sebuah pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual berbeda, maka disebut
heteroskedastisitas. Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mengetahui apakah data terjadi heteroskedastisitas perlu
dilakukan uji dengan uji glesjer. Hipotesis uji heteroskedastisitas adalah :

H0 : Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.

H1 : Terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.

Keputusan yang diambil adalah jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05
(alpha) maka H0 diterima dan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (alpha) maka
H0 ditolak.
d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi ketika dalam suatu model regresi terdapat korelasi antar
variabel residual pada periode t dengan residual pada periode t-1. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama
lain (Ghozali,2016). Permasalahan ini sering terjadi pada data time series, sedangkan
pada data cross section masalah autokorelasi relatif jarang terjadi.

Cara yang biasanya digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah
autokorelasi yaitu dengan melakukan uji Durbin Watson, dengan aturan pengambilan
keputusan sebagai berikut:

a. Jika d < dL atau d > 4 – dL, maka terdapat autokorelasi.


b. Jika dU < d < 4 – dU, maka tidak terdapat autokorelasi.
c. Jika dL < d < dU atau 4 – dU < d < 4 – dL, maka tidak ada keputusan.

3.5.4. Koefisien Determinasi ( R2)

Koefisien determinasi ( R2) digunakan untuk menguji goodness-fit dari model


regresi (Ghozali, 2013). Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan model regresi untuk menjelaskan variasi dari variabel dependen.
Hasil dari koefisien regresi dapat memberikan gambaran seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen, sedangkan sisanya dijelaskn oleh
variabel diluar model.
Interval pada koefisien regresi bernilai 0 < R2 < 1, dimana semakin mendekati
1 maka model regresi akan semakin baik, karena variabel dependen dapat
menjelaskan variabel dependen dengan baik. Sebaliknya, semakin mendekati nol
maka model regresi semakin buruk, karena variabel dependen dominan dijelaskan
oleh variabel stokastik.

3.5.5. Regresi Linear Berganda

Analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear berganda. Pengujian regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Teknik analisis dengan
metode ini untuk memprediksi nilai dari variabel dependen jika nilai variabel
independennya mengalami penurunan atau kenaikan, serta untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah memiliki
hubungan positif (Searah) atau negatif (Ghozali, 2016).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan Sektor
telekomunikasi periode 2014 - 2019. Sedangkan variabel independen dalam penelitian
ini yaitu Return On Equity, Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) , Total
Asset Turn Over (TATO), Price Earning Ratio (PER), dan Gross Domestic Product
(GDP). Berikut adalah bentuk persamaan dalam penelitian ini, yaitu:

Y it = ❑1it + ❑2 X 1it + ❑3 X 2it + ❑4 X 3 it + ❑5 X 4 it + ❑6 X 5 it + ❑7 X 6 it +it

Keterangan :

Y : Harga saham perusahaan sektor telekomunikasi

❑1 : Intercept

❑2- ❑7 : Koefisien Regresi

X1 : Return On Equity

X2 : Debt to Equiy Ratio

X3 : Price Earning Ratio

X4 : Current Ratio

X5 : Total Asset Turn Over

X6 : Gross Domestic Product

i : Jenis Perusahaan

t : Waktu

3.5.6. Pengujian Hipotesis

a. Uji t (Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui secara parsial pengaruh dari masing-


masing variabel independen (ROA, CR, DAR, TATO, PER, PDB) terhadap
harga saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonsia
periode 2014 - 2019. Hipotesis uji t adalah sebagai berikut :
Ha : Variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
H0 : Variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.

Dengan keputusan yang diambil adalah sebagai berikut :

Probabilitas > , keputusan yang diambil adalah menerima H 0.

Probabilitas < , keputusan yang diambil adalah menolak H 0.

b. Uji F (Simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen


secara menyeluruh atau secara bersama sama terhadap variabel dependen. Hipotesis
dari uji F adalah sebagai berikut :

H0 : Variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap


variabel terikat.

Ha ; Variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap


variabel terikat.

Dengan keputusan yang diambil adalah sebagai berikut :

Probabilitas > , keputusan yang diambil adalah menerima H 0.

Probabilitas < , keputusan yang diambil adalah menolak H 0.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pemilihan Model Data Panel

4.1.1. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic   d.f.  Prob. 

Cross-section F 3.865594 (4,19) 0.0184


Cross-section Chi-square 17.862876 4 0.0013

Berdasarkan hasil uji chow di atas diperoleh nilai probabilitas F sebesar


0.0184 yang lebih kecil daripada taraf signifikan (0.05) sehingga diambil kesimpulan
bahwa terima Ha atau dipilih Fixed Effect Model.

4.2. Analisis Statistik Deskriptif

Hasil dari analisis variabel Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Price Eaning
Ratio, Current Ratio, Total Asset Turnover, Gross Domestic Product, dan Price dengan
menggunakan eviews adalah sebagai berikut :

CURRENT_RA
PRICE ROE DER PER TIO TATO GDP
 Mean  2238.333  0.016680  1.301000 -31.23633  0.498133  0.406000  50325000
 Median  2557.500  0.027500  1.595000 -1.445000  0.449500  0.450000  49925000
 Maximum  6450.000  0.740300  3.580000  84.40000  1.350000  0.860000  59100000
 Minimum  50.00000 -0.348000 -1.260000 -1224.830  0.000000  0.000000  41800000
 Std. Dev.  2036.108  0.249047  1.490317  226.9311  0.369776  0.232358  6105254.
 Skewness  0.222003  1.122198 -0.420219 -5.088712  0.533090 -0.161942  0.073115
 Kurtosis  1.749320  5.071388  2.109383  27.30627  2.652309  1.908107  1.665692

 Jarque-Bera  2.201678  11.65995  1.874419  867.9682  1.572037  1.621412  2.252201


 Probability  0.332592  0.002938  0.391719  0.000000  0.455655  0.444544  0.324295

 Sum  67150.00  0.500400  39.03000 -937.0900  14.94400  12.18000  1.51E+09


 Sum Sq. Dev.  1.20E+08  1.798714  64.41027  1493434.  3.965285  1.565720  1.08E+15

 Observations  30  30  30  30  30  30  30

Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif


4.2.1. Return on Equity

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai minimum -0.348000 yang dimiliki


oleh PT Smartfren Telecom dan nilai maksimum 0.740300 yang dimiliki oleh PT. Bakrie
Telecom. Rata - rata ROE memiliki nilai sebesar 0.016680 dengan standar deviansi
sebesar 0.249047.

4.2.2. Debt to Equity Ratio

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai minimum -1.260000 yang dimiliki


oleh PT. Bakrie Telecom dan nilai maksimum 3.580000 yang dimiliki oleh PT. Indosat.
Rata - rata DER memiliki nilai sebesar 1.301000 dengan standar deviasi sebesar 1.490317.

4.2.3. Price Earning Ratio

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai minimum -1224.830 yang dimiliki


oleh PT. XL Axiata dan nilai maksimum 84.40000 yang dimiliki oleh PT. XL Axiata. Rata
- rata PER memiliki nilai sebesar -31.23633 dengan standar deviasi sebesar 226.9311.

4.2.4. Current Ratio

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai minimum 0.000000 yang dimiliki


oleh PT.Bakrie Telecom, hal ini berkaitan dengan PT. Bakrie Telecom yang telah disanksi
oleh BEI dari 2016 - 2019 dikarenakan performa perusahaannya yang telah menurun
tajam dan juga utang yang menumpuk lalu nilai maksimum sebesar 1.350000 yang
dimiliki oleh PT. Telkom Indonesia. Rata - rata Current Ratio memiliki nilai sebesar
0.498133 dengan standar deviasi sebesar 0.369776.

4.2.5. Total Asset Turnover

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai minimum 0.000000 yang dimilik oleh
PT. Bakrie Telecom, berkaitan dengan sanksi yang diberikan BEI pada PT. Bakrie
Telecom lalu nilai maksimum 0.860000 yang dimiliki oleh PT. XL Axiata. Rata - rata
Total Asset Turnover perusahaan telekomuni memiliki nilai sebesar 0.406000 dengan
standar deviasi sebesar 0.232358.

4.2.6. Gross Domestic Product

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai minimum 41800000 yakni nilai GDP
Indonesia pada tahun 2014 dan nilai maksimum 59100000 yakni nilai GDP Indonesia
pada tahun 2019. Rata - rata GDP Indonesia tahun 2014 - 2019 memiliki nilai
sebesar 50325000 dengan standar deviasi 2036.108.

4.1.7. Price

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai minimum 50.00000 yang dimiliki


oleh PT. Bakrie Telecom selama 6 tahun berturut turut sebagai akibat sanksi dari Bursa
Efek Indonesia lalu nilai maksimum 6450.000 yang dimiliki oleh PT. Indosat. Rata - rata
harga saham perusahaan telekomunikasi memiliki nilai sebesar 2238.333 dengan
standar deviasi sebesar 2036.108.

4.3. Pengujian Asumsi Klasik

Asumsi klasik sendiri merupakan syarat - syarat yang harus dipenuhi agar model
regresi linear OLS agar model tersebut menjadi valid sebagai alat penduga. Terdiri dari
beberapa tahap yakni uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterosdeskastisitas, uji
autokorelasi.

4.3.1. Uji Normalitas

12
Series: Standardized Residuals
Sample 2014 2019
10
Observations 30

8 Mean -8.88e-17
Median -0.072662
6 Maximum 1.836089
Minimum -2.055017
Std. Dev. 0.912443
4
Skewness 0.078690
Kurtosis 2.950191
2
Jarque-Bera 0.034062
0 Probability 0.983113
-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Tabel 4.2 Uji Normalitas Jarque Bera


Ditunjukkan bahwa probabilitas Jarque Bera memiliki nilai 0.98311. Bila
dibandingkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,05 maka nilai probabilitas Jarque
Bera memiliki nilai lebih besar (0.421683 > 0,05) sehingga keputusan yang diambil adalah
terima H0 atau data yang digunakan dalam model regresi berdistribusi normal.

4.3.2. Uji Multikolinearitas


CURRENT_
RATIO DER PER ROE TATO GDP
CURRENT_RA
TIO  1.000000  0.378278 -0.058668 -0.071188  0.713857 -0.100470
DER  0.378278  1.000000 -0.232083 -0.570293  0.358876 -0.016054
PER -0.058668 -0.232083  1.000000  0.036719 -0.178648  0.210378
ROE -0.071188 -0.570293  0.036719  1.000000  0.046906 -0.180182
TATO  0.713857  0.358876 -0.178648  0.046906  1.000000  0.025162
GDP -0.100470 -0.016054  0.210378 -0.180182  0.025162  1.000000
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas

Pada hasil uji multikolinearitas di atas, tidak ada variabel yang menunjukkan
nilai koefisien korelasi di atas 0.8. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0
atau data yang digunakan dalam model regresi terbebas dari gejala multikolinearitas.

4.3.3 Uji Heterosdeskastisitas

Dependent Variable: RESABS


Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 05/28/21 Time: 21:34
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 30
Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 1289.101 849.9824 1.516620 0.1458


ROE 0.686388 320.2625 0.002143 0.9983
DER 30.11017 129.4110 0.232671 0.8185
PER 0.204820 0.288355 0.710305 0.4861
CURRENT_RATIO -101.6232 631.9156 -0.160818 0.8739
TATO -67.66766 360.3267 -0.187795 0.8530
GDP -1.30E-05 1.21E-05 -1.075277 0.2957

Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas (Glesjer)

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
masing - masing variabel independen memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari
0.05 (alpha). Sehingga keputusan yang diambil ialah terima H0 yakni tidak terjadi
gejala heterosdeskastisitas.

4.3.4 Uji Autokorelasi


R-squared
Tabel 4.5 Uji 0.981718
Autokorelasi (Durbin Watson)
    Mean dependent var 5.180607
Adjusted R-squared 0.972096     S.D. dependent var 3.969340
S.E. of regression 1.095391     Sum squared resid 22.79773
F-statistic 102.0288     Durbin-Watson stat 1.995142
Prob(F-statistic) 0.000000

Tabel 4.6 Uji Durbin Watson


Berdasarkan tabel distribusi DW dan nilai Durbin Watson yang diperoleh dari
hasil output regresi di atas maka diperoleh nilai DW, DL, DU, 4 - DU, 4 - DL sebagai
berikut :

DW : 1.995142

DL : 1.02762

DU : 1.85022

4 - DU : 2.14978

4 - DL : 2.97238

Berdasarkan nilai - nilai yang diperoleh di atas, nilai DW 1.995142 terletak di


antara DL 1.02762 dan DU 1.85022 sehingga kesimpulan yang diambil adalah tidak
terjadi gejala autokorelasi.

4.4. Koefisien Determinasi ( R2)

R-squared 0.981718     Mean dependent var 5.180607


Adjusted R-squared 0.972096     S.D. dependent var 3.969340
S.E. of regression 1.095391     Sum squared resid 22.79773
F-statistic 102.0288     Durbin-Watson stat 1.995142
Prob(F-statistic) 0.000000
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai R-squared dengan nilai 0.981718. Maka
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi ( R2)
dapat diambil kesimpulan bahwa variasi naik turunnya variabel Y (price) dapat dijelaskan
oleh variabel X (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Gross Domestic Product, Price
Earning Ratio, Return On Equity, Total Asset Turnover) sebesar 98% sedangkan sisanya
sebesar 2% dijelaskan oleh variabel - variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.5 Analisis Regresi Linear Berganda

Dependent Variable: PRICE


Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)
Date: 05/28/21 Time: 21:52
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 30
Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 3534.473 389.7509 9.068545 0.0000


ROE 1003.227 293.8333 3.414273 0.0029
DER -104.3516 38.13432 -2.736423 0.0131
PER 0.055502 0.292788 0.189565 0.8517
CURRENT_RATIO -705.5783 303.7460 -2.322922 0.0314
TATO 1762.574 416.3606 4.233286 0.0004
GDP -3.06E-05 4.14E-06 -7.395534 0.0000

Berdasarkan hasil output regresi di atas maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

Price = 3534.473it + 1003.227 ROEit + −104.3516 DERit + 0.055502 PER it +


−705.5783 CR it + 1762.574 TATOit + -3.06E-05
GDPit +it

Dari persamaan di atas maka dapat diperoleh interpretasi sebagai berikut :

C ( β 1) = 3534.473, artinya apabila ROE, DER, PER, CR, TATO dan GDP
bernilai 0, maka nilai Price adalah sebesar 3534.473.

ROE ( X 1 ) = 1003.227, artinya dengan asumsi variabel bebas lain tetap, maka
setiap peningkatan satu satuan ROE akan meningkatkan Price sebesar
1003.227.

DER ( X 2 ¿ = -104.3516, artinya dengan asumsi variabel bebas lain tetap, maka
setiap peningkatan satu satuan DER akan menurunkan Price sebesar
104.3516.
PER ( X 3 ¿ = 0.055502, artinya dengan asumsi variabel bebas lain tetap, maka
setiap peningkatan satu satuan PER akan meningkatkan Price sebesar
0.055502.

CR ( X 4 ¿ = -705.57832, artinya dengan asumsi variabel bebas lain tetap, maka


setiap peningkatan satu satuan CR akan menurunkan Price sebesar
705.57832.

TATO ( X 5 ¿ = 1762.574, artinya dengan asumsi variabel bebas lain tetap, maka
setiap peningkatan satu satuan TATO akan meningkatkan Price
sebesar 1762.574.

GDP ( X 6 ¿ = 3.06E-05, artinya dengan asumsi variabel bebas lain tetap, maka
setiap peningkatan satu satuan GDP akan meningkatkan Price sebesar
3.06E- 05.

4.6. Pengujian Hipotesis

4.6.1. Uji t (parsial)

Uji t digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh masing - masing variabel


independennya secara parsial terhadap variabel dependennya. Hasil dari uji t tersebut
adalah sebagai berikut :

Dependent Variable: PRICE


Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)
Date: 05/28/21 Time: 21:52
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 30
Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 3534.473 389.7509 9.068545 0.0000


ROE 1003.227 293.8333 3.414273 0.0029
DER -104.3516 38.13432 -2.736423 0.0131
PER 0.055502 0.292788 0.189565 0.8517
CURRENT_RATIO -705.5783 303.7460 -2.322922 0.0314
TATO 1762.574 416.3606 4.233286 0.0004
GDP -3.06E-05 4.14E-06 -7.395534 0.0000
Berdasarkan hasil output regresi di atas diperoleh hasil uji t yang dapat
Tabel 4.8 Uji t (parsial)
interpretasi adalah sebagai berikut :
a. Variabel X 1 (Return on Equity) dengan nilai probabilitas t 0.0029. Dimana nilai
0.0029 < 0.05 (alpha). Maka tolak H0 variabel Return on Equity berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap variabel Y (price).

b. Variabel X 2 (Current Ratio) dengan nilai probabilitas t 0.0314. Dimana nilai 0.0314
< 0.05 (alpha). Maka tolak H0 atau variabel Current Ratio tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap variabel Y (price).

c. Variabel X 3 (Debt to Equity Ratio) dengan nilai probabilitas t 0.0131. Dimana nilai
0.0131< 0.05 (alpha). Maka tolak H0 atau variabel Debt to Equity Ratio berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap variabel Y (price).

d. Variabel X 4 (Price Earning Ratio) dengan nilai probabilitas t 0.8517. Dimana nilai
0.8517 > 0.05 (alpha). Maka terima H0 atau variabel Price Earning Ratio tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel Y (price).

e. Variabel X 5 (Total Asset Turnover) dengan nilai probabilitas t 0.0004. Dimana nilai
0.0004< 0.05 (alpha). Maka tolak H0 atau variabel Total Asset Turnover berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap variabel Y (price).

f. Variabel X 6 (Gross Domestic Product) dengan nilai probabilitas t 0.0000. Dimana


nilai 0.0000 > 0.05 (alpha). Maka tolak H0 atau variabel X (GDP) berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap variabel Y (price).

4.6.2 Uji F (simultan)

R-squared 0.981718     Mean dependent var 5.180607


Adjusted R-squared 0.972096     S.D. dependent var 3.969340
S.E. of regression 1.095391     Sum squared resid 22.79773
F-statistic 102.0288     Durbin-Watson stat 1.995142
Prob(F-statistic) 0.000000

Tabel 4.9 Uji F (simultan)

Berdasarkan hasil output regresi yang dapat dilihat pada tabel di atas,
diperoleh nilai prob.(F-statistic) 0.000000. Dimana nilai prob.(F-statistic) 0.000009 <
0.005 (alpha). Sehingga diambil kesimpulan untuk tolak H0 atau variabel - variabel X
(Current Ratio, Debt to Equity ratio, Gross Domestic Product, Price Earning Ratio,
Return on Equity, Total Asset Turnover) memiliki pengaruh secara simultan terhadap
variabel Y (price).
4.7. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang menguji pengaruh antara Return on Equity, Debt to
Equity Ratio, Price Earning Ratio, Current Ratio, Total Asset Turnover, Gross Domestic
Product terhadap harga saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil uji goodness of fit menunjukkan hasil adjusted R2= 0.972096, artinya bahwa
sebesar 97% variabel terikat berupa harga saham perusahaan telekomunikasi dapat dijelaskan
oleh variabel - variabel bebas yang dilibatkan dalam penelitian dan sisanya sebesar 3% dapat
dijelaskan oleh variabel - variabel diluar variabel penelitian

Lalu pada uji F, diperoleh nilai probabilitas F sebesar 0.000000, dimana 0.000000
lebih kecil daripada nilai signifikansi 0.05 yang artinya variabel - variabel bebas (Return on
Equity, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Current Ratio, Total Asset Turonver,
Gross Domestic Product) berpengaruh secara simultan atau bersama - sama terhadap variabel
terikat berupa harga saham perusahaan telekomunikasi. Sedangkan untuk uji secara parsial
atau uji t sendiri adalah sebagai berikut :

4.7.1. Pengaruh Return on Equity terhadap Harga Saham Perusahaan


Telekomunikasi

Return on Equity mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba bersih bagi para investor dengan menggunakan modal sendiri.
Semakin tinggi nilai ROE atau semakin mendekati 100% maka menandakan betapa
baiknya perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan modal dari pemegang
saham. Berdasarkan hasil penelitian ROE berpengaruh signifikan secara positif
terhadap harga saham yang artinya semakin tinggi tingkat ROE juga akan
meningkatkan harga saham. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Febryanto (2014) dan Puspitasari (2013) yang menyatakan bahwa
ROE memiliki pengaruh terhadap harga saham.

4.7.2. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham Perusahaan


Telekomunikasi

Debt to Equity Ratio merupakan sebuah rasio keuangan yang membandingkan


jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan jumlah hutang pada perusahaan harus
berada pada jumlah yang proporsional. Perusahaan dengan rasio yang kecil lebih
diincar oleh para investor karena rasio yang kecil menandakan bahwa perusahaan
memiliki kewajiban yang kecil. Berdasarkan hasil penelitian DER berpengaruh
signifikan secara negatif terhadap harga saham yang artinya meningkatnya DER juga
akan meningkatkan harga saham.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astrid
Amanda, Darminto, dan Achmad Husaini (2012) yang menyatakan bahwa DER
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Terdapat 2 pandangan investor
terhadap DER, para investor yang memandang ini sebagai tanggung jawab
perusahaan terhadap kewajibannya dengan kreditor. Di sisi lain terdapat juga para investor
yang melihat bahwa perusahaan yang tumbuh pasti akan memerlukan hutang sebagai dana
tambahan untuk memenuhi pendanaan pada perusahaan yang tumbuh.

4.7.3. Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Harga Saham Perusahaan


Telekomunikasi

Price Earning Ratio merupakan rasio yang menggambarkan harga saham


sebuah perusahaan dibandingkan dengan laba yang dihasilkan oleh perusahaan
Analisa PER suatu perusahaan juga dapat dilakukan dengan membandingkan PER
dalam industri sejenisnya jika lebih kecil dari rata - rata maka dianggap relatif lebih murah.
Berdasarkan hasil penelitian PER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2011)
yang menyatakan PER tidak berpengaruh terhadap harga saham namun berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2011) dan Suroto (2012) yang
menyatakan bahwa PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Perbedaan ini
muncul kemungkinan karena adanya perbedaan dari tahun dan perbedaan perusahaan
yang diteliti.

4.7.4. Pengaruh Current Ratio terhadap Harga Saham Perusahaan


Telekomunikasi

Current Ratio merupakan alat yang digunakan untuk menilai apakah aset
lancar dapat melunasi kewajiban lancar atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian Current
Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil
penelitian Current Ratio berpengaruh signifikan secara negatif terhadap harga saham
yang artinya meningkatnya Current Ratio akan menurunkan harga saham. Hasil penelitian
ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosa Yuminisa Amrah (2018)
yang menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh signifikan secara negatif terhadap
harga saham.

Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan adanya manajemen likuiditas


yang buruk karena kelebihan dana yang dimiliki perusahaan tidak digunakan oleh
perusahaan tersebut untuk membayar dividen, utang jangka panjang dan investasi
lainnya yang sebenarnya dapat memberikan return yang lebih tinggi kepada
perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Hal ini dapat mencerminkan bahwa
perusahaan tersebut tidak melakukan manajemen arus kas dan investasi yang baik.
Akibatnya, investor menjadi kurang tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut,
sehingga jumlah permintaan saham akan mengalami penurunan

4.7.5. Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Harga Saham Perusahaan


Telekomunikasi

Total Asset Turnover merupakan rasio yang mengukur kemampuan


perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya dengan membandingkan
penjualan bersih dengan total aset rata - rata. Berdasarkan hasi penelitian Total Asset
Turnover berpengaruh signifikan secara positif terhadap harga saham yang artinya setiap
meningkatnya Total Asset Turnover maka akan juga meningkatkan harga saham.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fery Dian Susanti
(2016) yang menyatakan bahwa Total Asset Turonver berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.

4.7.6. Pengaruh Gross Domestic Product terhadap Harga Saham Perusahaan


Telekomunikasi

Gross Domestic Product adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. GDP sendiri merupakan salah satu
metode untuk menghitung pendapatan nasional. Berdasarkan hasil penelitian GDP
berpengaruh singifikan secara positif terhadap harga saham yang artinya setiap
meningkatnya GDP maka juga akan meningkatkan harga saham. Hasil penelitian ini
sama dengan hasil penelitian Ilma Mufidatul Lutfiana (2017) yang menyatakan bahwa
GDP berpengaruh terhadap harga saham.
BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh variabel Current Ratio, Debt to Equity


Ratio, Price Eaning Ratio, Return on Equity, Total Asset Turnover, Gross Domestic Product
terhadap harga saham perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan


sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga H1 diterima. Hal ini
dapat diartikan bahwa Current Ratio dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan atas pertimbangan dalam pembelian saham sehingga

2. Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan sektor
telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga H1 diterima. Hal ini
dapat diartikan bahwa Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan atas pertimbangan dalam pembelian saham.

3. Price Earning Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga H1 ditolak. Hal ini
dapat diartikan bahwa Price Earning Ratio tidak dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan atas pertimbangan dalam pembelian saham.

4. Return on Equity berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan


telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga H1 diterima. Hal ini
dapat diartikan bahwa Return on Equity dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan atas pertimbangan dalam pembelian saham.

5. Total Asset Turnover berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan


telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga H1 diterima. Hal ini
dapat diartikan bahwa Total Asset Turnover dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan atas pertimbangan dalam pembelian saham.

6. Gross Domestic Product berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan


telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga H3 diterima. Hal ini
dapat diartikan bahwa Gross Domestic Product dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan atas pertimbangan dalam pembelian saham.

7. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Return on Equity, Debt to Equity


Ratio, Price Earning Ratio, Total Asset Turnover, Current Ratio, dan Gross Domestic
Product secara bersama - sama (simultan) berpengaruh terhadap harga saham
telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga H2 diterima.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan pada penelitian ini, maka beberapa
saran yang ingin dikemukakan adalah :

1. Perusahaan hendaknya menjaga agar Current Ratio tidak begitu tinggi, karena nilai
yang begitu tinggi dapat menandakan bahwa perusahaan memiliki manajemen arus
kas yang kurang baik, sehingga dapat menurunkan permintaan dan harga saham menurun.

2. Perusahaan hendaknya juga menjaga agar Debt to Equity Ratio tidak begitu tinggi,
karena apabila nilai tersebut cukup tinggi dapat menandakan bahwa perusahaan
memiliki kewajiban yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekuitas yang dimiliki
sehingga dapat menurunkan permintaan dan harga saham.

3. Perusahaan hendaknya mengupayakan agar nilai Total Asset Turnover selalu tinggi
karena nilai ini dapat merepresentasikan kemampuan perusahaan dalam menggunakan
aktivanya secara efektif sehingga diharapkan dapat meningkatkan permintaan dan
harga saham.

4. Perusahaan hendaknya dapat menjaga agar nilai ROE tetap tinggi karena nilai yang
tinggi tersebut menandakan bahwa perusahaan mampu memperoleh laba dengan
menggunakan ekuitas yang dimiliki sehingga dapat menaikkan permintaan dan harga
saham.

5. Hendaknya perusahaan dapat secara stabil meningkatkan Gross Domestic Bruto


dari tahun ke tahun karena ini dapat menandakan bahwa perekonomian negara
mengalami pertumbuhan positif sehingga dapat menggairahkan usaha bisnis
perusahaan - perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai