NPM : A22220003
Prodi : Magister Manajemen Angkatan XIX
Tugas : Manajemen Investasi dan Portofolio
Dosen : Prof. Mokhamad Anwar, SE, M.Si., Ph.D
Relative Valuation Tchniques terdapat 2 metode yaitu PBV (Price to Book Value) yang
menunjukkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan
(emiten).Nilai buku per saham ini dihitung dengan cara membagi Total Modal
Perusahaan dengan Total Saham Beredar. Untuk mengetahui apakah saham
tersebut mengalami underpriced atau overpriced, harus membandingkannya
dengan harga wajar yang diperoleh dari PBV rata-rata industri sejenis
dikalikan dengan nilai buku per saham perusahaan. Semakin besar BVS maka
semakin besar aktiva yang dimiliki oleh investor dari kepemilikannya terhadap
satu lembar saham perusahaan.Metode ke 2 adalah PER (Price Earning Ratio)
menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan laba.
Untuk menghitung harga saham dengan model PER adalah mengalikan Laba Bersih
per Saham (EPS) dengan PER rata-rata industri. Semakin tinggi PER, semakin
tinggi tingkat kepercayaan investor terhadap masa depan suatu perusahaan
(Rianiningsih, 2007).
Underpricing dalam Penilaian Harga Saham Perdana Harga penawaran saham di
pasar perdana adalah hasil kesepakatan
antara emiten dengan underwriter. Apabila harga saham di pasar sekunder
pada hari pertama perdagangan saham secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan harga penawaran di pasar perdana, maka saham
mengalami underpricing. Menurut Husnan (2005), penilaian suatu saham juga
dapat menggunakan pedoman sebagai berikut:
1. NI > harga pasar saat ini: Underpriced (harga terlalu murah atau rendah)
2. NI < harga pasar saat ini: Overpriced (harga terlalu mahal atau tinggi)
3. NI = harga pasar saat ini: harganya wajar
Analisis Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Kondisi Perseroan
Analisis ini menyangkut penilaian umum perekonomian dan pengaruh
potensialnya terhadap kondisi pasar modal, seperti pertumbuhan ekonomi,
suku bunga dan inflasi. Karena ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi
secara langsung kegiatan seluruh industri dalam negeri sehingga membawa
dampak pada kondisi perdagangan dalam pasar modal (Miles, 2005)
Analisis Industri Sejenis Kondisi industri juga berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.Investor yang meyakini bahwa kondisi ekonomi menjanjikan prospek
investasi yang bagus, juga harus memperoleh derajat keyakinan yang tinggi terhadap
kondisi industri.
Siklus Hidup Industri Menurut Reilly (1999) siklus hidup industri dapat dibedakan
menjadi beberapa tahap, yaitu:
1) Tahap Awal Tahap awal suatu industri yang ditandai dengan munculnya teknologi
baru atau produk baru dan masih sulit untuk menentukan calon
pemimpin pasar.
2) Tahap Konsolidasi Pada tahap ini produk mulai banyak digunakan dan
pertumbuhan industri tampak lebih cepat dibanding jenis industri lain. Saat mencapai
tahap konsolidasi pertumbuhan laba industri akan meningkat pesat.
3) Tahap Kematangan Fase ini ditandai persaingan yang lebih ketat dari
perusahaanperusahaan di dalam industri.Perusahaan pada fase ini memiliki arus kas
yang stabil.
4) Tahap Penurunan Relatif
Analisis Lima Kekuatan
1) Rivalitas antar Perusahaan Persaingan atau rivalitas dalam industri dipengaruhi
oleh jumlah, keberanian dan ukuran perusahaan yang ada di dalam industri, serta
persaingan dalam industri dipengaruhi oleh pertumbuhan industri.
2) Ancaman Pendatang Baru Ancaman pendatang baru berdampak pada keseimbangan
antara permintaan dan penawaran.Apabila jumlah penawaran lebih besar dari
jumlah permintaan, maka intensitas persaingan semakin tinggi.
3) Ancaman Produk Substitusi Diferensiasi produk dengan meningkatkan kualitas dan
perbandingan harga, dapat meminimalkan dampak ancaman produk dan jasa
substitusi.
4) Daya Tawar Konsumen Posisi daya tawar konsumen berhubungan dengan
keseimbangan antara penawaran perusahaan dengan permintaan
konsumen.Konsumen melakukan backward integration untuk meningkatkan posisi
daya tawarnya.
5) Hubungan Kerjasama dengan Perusahaan Lain Setiap perusahaan biasanya akan
bekerjasama dengan perusahaan lain untuk menyediakan layanan tertentu, maupun
untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan suatu barang atau jasa.
Siklus Bisnis Menurut Jones (2000) siklus bisnis industri dapat diklasifikasikan dalam
beberapa bentuk, yaitu:
1) Industri yang Bertumbuh Terdiri dari perusahaan-perusahaan dengan ekspektasi
pertumbuhan laba sangat tinggi di atas rata-rata seluruh industri.
2) Industri Defensif Industri defensif merupakan industri yang tidak terlalu
terpengaruh oleh resesi dan kondisi ekonomi yang buruk.
3) Industri Siklikal Merupakan industri yang sangat terpengaruh kondisi ekonomi.
4) Industri yang Sensitif Terhadap Suku Bunga Jenis industri ini sensitif terhadap
perubahan suku bunga.
Analisis kinerja perusahaan merupakan proses evaluasi kondisi
perekonomian dan risiko suatu perusahaan. Tujuan dari analisis ini adalah
untuk menciptakan pandangan yang mendalam mengenai kinerja sekarang dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Diantara beberapa teknis
analisis kinerja perusahaan yang ada, alat analisis yang paling sering
digunakan adalah analisis rasio. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk
membuat perbandingan data keuangan yang berarti melalui rasio keuangan,
yaitu rasio antar waktu yang dapat dilakukan untuk memprediksi arah
pergerakan rasio dan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio
perusahaan sejenis lainnya.Dalam industri perbankan terdapat perbedaan rasio-rasio
keuangan yang digunakan sebagai indikator pengukuran kinerja perusahaan. Rasio
keuangan yang dapat digunakan sebagaimana dalam Surat Edaran Bank
Indonesia tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan ditambah dengan
beberapa rasio yang umum diperhitungkan untuk mengukur kinerja bank yaitu
pertama Rasio Permodalan, yaitu CAR, Rasio Aktiva Produktif, yang terdiri dari
kualitas aset produktif (KAP), NPL-Gross, NPL-Neto, PPAP/CKPN terhadap aset
produktif, Pemenuhan PPAP/CKPN; Rasio Rentabilitas, yang terdiri dari ROA,
ROE, NIM, BOPO; dan Rasio Likuiditas, yaitu LDR.
Setelah dilakukan valuasi dengan menggunakan pendekatan DDM, PER, dan
PBV diperoleh hasil nilai intrinsik saham perdana Perseroan berada pada
kisaran Rp525,00 – Rp824,60. per lembar saham.
Pertumbuhan ekonomi terus-menerus mengalami peningkatan yang
didukung dengan penurunan BI rate dan penguatan nilai tukar rupiah,
namun kondisi pasar modal cenderung belum stabil yang terlihat dari
pergerakan IHSG yang fluktuatif akibat krisis perekonomian global.
Kinerja industri perbankan semakin meningkat yang ditandai dengan
peningkatan laba, pertumbuhan kredit dan DPK, serta penurunan NPL
(gross). Sedangkan dari kondisi persaingan yang ada, Perseroan terletak pada
posisi yang strategis karena merupakan salah satu BPD yang memiliki
jaringan cabang yang luas dan didukung dengan masih besarnya potensi
pertumbuhan UMKM, serta beberapa keunggulan bersaing.
Pada tahun 2011, jika dilihat dari rasio-rasio keuangan Perseroan mulai dari
CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR mengalami kemunduran kinerja
jika dibandingkan dengan tahun 2010. Namun, penurunan ini tidak terlalu
signifikan dan dinilai masih cukup baik terutama jika dibandingkan dengan
rata-rata industri perbankan.
Penurunan harga saham Perseroan disebabkan karena penurunan laba
bersih yang bisa menjadi sinyal negatif bagi investor. Peneliti
mengindikasikan bahwa penurunan laba bersih pasca IPO ini sebagai
implikasi dari tindakan manajemen laba pada laporan laba rugi periode
sebelum IPO yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara menunda atau
menggeser periode pengakuan beban penyisihan kerugian nilai atas aset.