Anda di halaman 1dari 14

1.

ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN


METODE INDEKS SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN PADA KELOMPOK
SAHAM INDEKS SRI-KEHATI DI BURSA EFEK INDONESIA
Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik (e): 2503-4790 | ISSN-Print (p): 2086-1117 Volume
11 Nomor 1, Maret 2020 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Balikpapan Dwi Susilowati, Juwari, Chinta Noviadinda.

GRAND THEORY

Martalena dan Malinda (2011:1) mengemukakan investasi merupakan bentuk penundaan


konsumsi masa sekarang untuk memperoleh konsumsi di masa yang akan datang, di mana di
dalamnya terkandung unsur risiko ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas
penundaan tersebut.
Martalena dan Malinda (2011:2) mengemukakan bentuk-bentuk investasi adalah sebagai berikut:
1) Real Assets
Investasi dalam bentuk nyata (dapat dilihat, diukur, disentuh). Contoh: tanah, bangunan, emas,
dan lain-lain.
2) Financial Assets
Investasi dalam bentuk surat berharga. Contoh: commercial paper, sertifikat deposito, saham,
obligasi, reksadana. Financial assets yang bersifat jangka pendek diperdagangkan di pasar uang,
sedangkan yang bersifat jangka panjang diperdagangkan di pasar modal.
Untung (2011:7) mengemukakan pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai
perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri
(stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities)
maupun oleh perusahaan swasta (private sectors).
Martalena dan Malinda (2011:12) mengemukakan instrumen pasar modal adalah saham,
obligasi, reksadana, dan lain-lain. Setiap instrumen memiliki karakteristik, keuntungan, dan
risiko yang berbeda-beda.
Fahmi (2018:17) mengemukakan portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang secara khusus
mengkaji tentang upaya yang dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam
berinvestasi seminimal mungkin, termasuk dengan menganekaragamkan risiko tersebut.
Hartono (2017:387) mengemukakan bahwa portofolio efisien (efficient portofolio) dapat
didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan return ekspektasian terbesar dengan risiko
yang tertentu atau memberikan risiko yang terkecil dengan return ekspektasian yang tertentu.
Portofolio-portofolio efisien belum berupa portofolio optimal. Portofolio efisien adalah
portofolio yang baik, tetapi belum yang terbaik. Portofolio efisien hanya mempunyai satu faktor
yang baik, yaitu faktor return ekspektasian atau faktor risikonya, belum terbaik keduanya (lihat
kembali definisinya). Portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi return
ekspektasian dan risiko terbaik.

M IDDLE TEORY
Tandelilin (2010:102) mengemukakan return merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko
atas investasi yang dilakukannya. Hartono (2016:283) mengemukakan jenis-jenis return adalah
sebagai berikut:
1) Return Realisasian
Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasian
dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting karena digunakan sebagai salah
satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasian atau return histori ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspekstasian (expected return) dan risiko di masa datang.
2) Return Ekspektasian
Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasian yang sifatnya sudah terjadi,
return ekspektasian sifatnya belum terjadi.
Fahmi (2018:219) mengemukakan risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
perbedaan antara imbal hasil yang sesungguhnya (actual return) dan imbal hasil yang diharapkan
atau expected return (E(R)).
Fahmi (2018:220-222) mengemukakan jenis-jenis risiko adalah sebagai berikut:
1) Risiko Sistematis
Risiko sistematis (systematic risk) adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasikan, dengan kata
lain risikonya memiliki sifat untuk memengaruhi secara menyeluruh.
2) Risiko Tidak Sistematis
Risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) adalah suatu risiko yang hanya membawa
dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami unsystematic risk,
mereka masih memiliki kemampuan untuk mengatasinya karena perusahaan dapat menerapkan
berbagai strategi, seperti diversifikasi portofolio.
3) Total Risiko
Total risiko (total risk) adalah gabungan dari unsystematic risk dan systematic risk. Rumus yang
dapat digunakan untuk menghitung total risiko adalah:
Total risiko = Risiko tidak sistematis + Risiko sistematis

APPLIED THEORY
Tandelilin (2010:86 dan 88) mengemukakan bahwa informasi mengenai kinerja pasar saham
seringkali diringkas dalam suatu indeks yang disebut indeks pasar saham (stock market indexes).
Indeks pasar saham merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar.
Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham, maka indeks
pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock price index). Selain IHSG dan indeks LQ45,
BEI juga mengeluarkan beberapa indeks harga saham lainnya yang meliputi: Indeks Kompas
100, Indeks Sektoral, Jakarta Islamic Index, dan Indeks Papan Utama dan Indeks Papan
Pengembang.
Hipotesis dari penelitian ini adalah: Terdapat pembentukan portofolio saham optimal dengan
single index model pada saham-saham indeks SRI-KEHATI di Bursa Efek Indonesia. Dari
ketiga metode penilaian kinerja portofolio, yaitu metode indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen,
metode indeks mana yang memberikan kinerja terbaik pada indeks SRI-KEHATI di Bursa Efek
Indonesia adalah metode indeks Sharpe.
2. PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ
SEBAGAI DASAR KEPUTUSAN INVESTASI
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Business Management, Economic, and
Accounting National Seminar
Volume 1, 2020 | Hal. 1242 – 1256 Syifa Adhani Mulya, Alfida Aziz, Yul Tito Permadhy

GRAND THEORY
Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2017 hlm.25).
Dengan demikian, pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjual-belikan
sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham, obligasi, dan
reksa dana. Disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien,
karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana dapat memilih alternatif
investasi yang memberikan return yang paling optimal.

Investasi
Investasi atau penanaman modal adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di
masa yang akan datang (Tandelilin, 2017 hlm.1). Istilah investasi berkaitan dengan berbagai
macam aktivitas, baik pada aset riil maupun pada aset finansial. Investasi juga mempelajari
bagaimana mengelola kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam konteks investasi berarti
kesejahteraan yang sifatnya moneter yang bisa ditunjukkan oleh penjumlahan pendapatan yang
dimiliki saat ini dan nilai saat ini pendapatan di masa datang. Dalam pengertian yang lebih luas,
kapan saja seseorang memutuskan untuk tidak menghabiskan seluruh penghasilan saat ini,
mereka dihadapkan pada keputusan investasi. Investasi digunakan untuk memperbesar uangnya
guna konsumsi di masa mendatang.
Dalam hal ini, maka investasi dapat dipahami sebagai konsumsi yang ditunda.
Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan dalam investasi memiliki lima tahapan yang berjalan terus menerus sampai
tercapainya keputusan investasi yang baik. Ada lima tahap dari keputusan investasi (Tandelilin,
2017 hlm.11), yaitu:
1. Penentuan tujuan investasi,
2. Penentuan kebijakan investasi,
3. Pemilihan strategi portofolio,
4. Pemilihan asset,
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.

Indeks Harga Saham


Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham di bursa
(Cita Yustisia dkk., 2017 hlm.338). Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya
pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif
atau lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui tren pergerakan harga saham saat ini
apakah sedang naik, stabil, atau turun.
MIDDLE THEORY
Teori Portofolio
Teori portofolio pertama kali dicetuskan oleh Harry Max Markowitz pada tahun 1952 yang
dipublikasi secara luas pada The Journal of Finance dengan judul “Portfolio Selection” dan
dikenal dengan istilah teori mean-variance. Teori ini menekankan pada usaha dalam
memaksimalkan expected return (mean) dan meminimumkan ketidakpastian atau risiko
(varians) untuk memilih dan menyusun portofolio optimal. Prinsip utama dalam pembentukan
portofolio yakni diversifikasi yang menitikberatkan pada dua hal, yaitu tingkat pengembalian
dan risiko.
Teori ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena dimana jika saham yang memiliki risiko tinggi
disatukan kedalam satu portofolio maka risiko portofolio tersebut akan lebih kecil
dibandingkan risiko saham secara individu. Inti dari teori ini adalah mengajarkan bagaimana
mengkombinasikan berbagai saham kedalam suatu portofolio sehingga dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal dengan risiko tertentu atau memperoleh keuntungan tertentu
dengan risiko yang minimal.
Pengertian Portofolio
Portofolio adalah bidang ilmu yanga mengkaji tentang cara yanga dapat dilakukan investor
untuk menurunkan risiko seminimal mungkin dalam berinvestasi termasuk dengan cara
menganekaragamkan risiko tersebut (Fahmi, 2015 hlm.2). Portofolio merupakan investasi
dalam berbagai jenis surat berharga baik dalam bentuk saham, obligasi, produk derivarif,
maupun produk - produk pasar uang lainya dengan komposisi bobot investasi yang berbeda-
beda untuk setiap jenis efek.
Pembentukan portofolio dimaksudkan untuk mengurangi risiko dengan dilakukannya
diversifikasi pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi negatif (Pebriyanti dkk, 2018).
Berkorelasi negatif berarti tidak memiliki hubungan yang signifikan antar alternatif investasi
sehingga ketika salah satu alternatif investasi mengalami kerugian maka alternatif investasi
lainya tidak akan terpengaruh.
Portofolio Efisien
Portofolio yang efisien merupakan portofolio yang memberikan expected return terbesar
dengan tingkat risiko yang sama atau memberikan expected return yang sama dengan tingkat
risiko yang kecil Hartono (2017, hlm.364). Ciri dari portofolio efisien adalah dengan
memberikan imbal balik terbesar pada risiko tertentu, atau portofolio yang memberikan risiko
paling kecil dengan tingkat return tertentu. Hal ini bergantung pada asumsi tentang bagaimana
perilaku investor dalam membuat keputusan investasi (Zuhrotul dkk., 2018).
Portofolio Optimal
Portofolio optimal merupakan bagian dari portofolio efisien, sehingga satu portofolio optimal
merupakan satu portofolio efisien tetapi satu portofolio efisien belum tentu merupakan
portofolio optimal (Hartono, 2017 hlm. 365). Portofolio optimal merupakan kombinasi dari
risiko dan expected return terbaik.
Terdapat tiga konsep portofolio optimal (Tandelilin, 2017 hlm.162), yaitu: (1) portofolio efisien
dan portofolio optimal, (2) fungsi utilitas dan kurva indiferen, dan (3) aset bebas risiko dan aset
berisiko. Preferensi investor terhadap portofolio akan berbeda- beda karena tiap investor
memiliki fungsi utilitas yang berbeda, sehingga portofolio untuk masing - masing investor akan
berbeda.

Perbedaan Portofolio Efisien dengan Portofolio Optimal


Portofolio efisien merupakan portofolio yang baik, tetapi bukan yang terbaik. Portofolio terbaik
adalah portofolio optimal. Portofolio efisien hanya mempunyai satu faktor terbaik, yaitu faktor
expected return atau faktor risikonya. Sedangkan untuk portofolio optimal adalah portofolio
yang memiliki kombinasi expected return dan tingkat risiko yang terbaik. Portofolio optimal
ditentukan dari portofolio efisien yang merupakan portofolio yang memberikan expected return
terbesar dengan tingkat risiko tertentu atau memberikan tingkat risiko yang terkecil dengan
expected return tertentu (Irni Yunita, 2018).
Teori Portofolio Model Markowitz
Model Markowitz merupakan model pertama yang memberikan cara untuk memilih berbagai
saham dan membentuknya dalam satu portofolio (Purwanto, 2017 hlm.62). Bahkan sampai saat
ini model Markowitz menjadi model yang paling banyak digunakan oleh para investor untuk
membentuk portofolio. Dengan menggunakan model Markowitz, investor dapat menghitung
return paling optimal dalam membentuk suatu portofolio.
Model Markowitz dimulai dengan asumsi bahwa seorang investor mempunyai sejumlah uang
tertentu untuk berinvestasi pada saat ini (Suripto, 2015 hlm.24). Uang tersebut akan
diinvestasikan untuk jangka waktu tertentu atau yang biasa disebut holding price. Pada akhir
waktu periode investasi, investor akan menjual sekuritas yang telah dibeli pada awal periode
dan kemudian menggunakan hasilnya untuk dibelanjakan sebagai konsumsi atau diinvestasikan
kembali dalam berbagai jenis sekuritas. Kontribusi penting dari ajaran Markowitz adalah
bahwa risiko portofolio tidak boleh dihitung dari penjumlahan semua risiko aset – aset yang
ada dalam portofolio, tetapi harus dihitung dari kontribusi risiko masing – masing aset tersebut
terhadap risiko portofolio (Tandelilin, 2017 hlm.127).
Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2017 hlm.25).
Dengan demikian, pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjual-belikan
sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham, obligasi, dan
reksa dana. Disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien,
karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana dapat memilih alternatif
investasi yang memberikan return yang paling optimal.

APPLIED THEORY
Indeks LQ-45, yaitu indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu kepada dua
variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Sedangkan Jakarta Islamic Index
(JII), merupakan indeks yang terdiri atas 30 saham dan mengakomodasi indeks berdasarkan
syariat islam. Dalam indeks ini dimasukkan saham – saham yang memenuhi kriteria dalam
syariat islam.
Return pada Saham
Return dalam investasi saham merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung
risiko atas investasi yang dilakukannya. Sumber – sumber return investasi dalam bentuk saham
terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain(loss).
Risiko pada Saham
Risiko pada dasarnya merupakan ketidaksesuaian antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (return) oleh perusahaan.

3. ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO SAHAM BERBASIS METODE SHARPE,


TREYNOR, DAN JENSEN UNTUK KESEHATAN INVESTASI
SAHAM (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2018)
E-JRA Vol. 09 No. 06 Februari 2020
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
Endang Utami, Aprilia Musiin, Anik Malikah
M. Cholid Mawardi
GRAND THEORY
Pengertian Pasar Modal
Menurut Fahmi (2015:48) pasar modal (capital market) merupakan tempat bagi berbagai pihak
(perusahaan) kemudian akan di gunakan sebagai dana tambahan atau untuk memperkuat dana
perusahaan. Ini adalah alat pembiayaan untuk lembaga lain seperti pasar modal, perusahaan
pemerintah, dan alat untuk kegiatan investasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi
berbagai kegiatan perdagangan dan kegiatan terkait lainnya. Pasar modal memainkan peran
penting bagi perekonomian sebuah negara karena melakukan dua fungsi secara bersamaan:
ekonomi dan keuangan. Pasar modal di katakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas atau alat yang menggabungkan dua dana, yaitu mereka yang kelebihan
dana (investor) dan mereka yang membutuhkan dana (emiten). Dengan pasar modal, mereka
yang kelebihan dana dapat menginvestasikan dana ini dengan harapan mendapatkan
pengembalian, penerbit (dalam hal ini, perusahaan) dapat menggunakan reksa dana tanpa harus
menunggu dana dari operasi perusahaan.

MIDDLE THEORY
Pengertian Portofolio Saham
Menurut Halim (2018: 67), portofolio adalah kombinasi atau sekelompok aset, baik aset riil
maupun aset keuangan yang di miliki oleh investor. Inti dari pembentukan portofolio adalah
mengurangi risiko dengan mendiversifikasikannya dengan mengalokasikan sejumlah dana ke
berbagai alternatif investasi dengan korelasi negatif. Dalam hal ini, portofolio saham adalah
investasi yang terdiri dari berbagai saham dari perusahaan yang berbeda, dengan harapan
bahwa jika satu harga saham jatuh, investasi tidak akan rusak jika yang lain meningkat. Juga,
korelasi antara satu pengembalian saham dan saham yang lain akan mengurangi variance dari
pengembalian portofolio. Terdapat dua langkah yang di lakukan dalam proses investasi saham,
yaitu:
1. Melakukan analisis terhadap return dan risiko saham yang akan di masukkan ke dalam
portofolio.
2. Membentuk portofolio optimal dari saham yang akan di pilih. Aktivitas ini meliputi dana,
menghitung return dan risiko berbagai portofolio, dan memilih portofolio yang terbaik.

Return Portofolio
Menurut Jogiyanto (2017:331) return realisasi portofolio (portofolio realized return) merupakan
rata-rata tertimbang dari return realisasi masing- masing sekuritas tunggal di dalam portofolio
tersebut. Sedangkan return yang di harapkan pada portofolio merupakan rata-rata tertimbang
dari return-return yang di harapkan masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
Menurut Halim (2018:51) return ialah imbalan yang di peroleh dari investasi. Sedangkan
menurut Fahmi (2015:209) return merupakan kondisi yang di alami oleh perusahaan, institusi
dan individu atas keputusan investasi yang telah di buat, baik berupa keuntungan maupun
kerugian, dalam sebuah periode akuntansi. Tingkat pengembalian (return) dari aktivitas
investasi yang di tunjukkan oleh kinerja instrumen investasi yang di gunakan di pasar.
(Kurniawan,dkk, 2014) Pengembalian saham terdiri dari capital gain dan dividen return.
Capital gain di peroleh dengan membagi selisih antara harga jual dan harga beli saham per
saham dan dividen return di peroleh dengan membagi jumlah dividen per halaman dengan
harga saham per saham. (Halim, 2018:51).

APPLIED THEORY
Pengembangan konsep pengukuran kinerja portofolio terjadi pada akhir 1960-an, di pelopori
oleh William Sharpe, Treynor dan Michael Jensen. Tiga pengukuran ini di kenal sebagai
pengukuran gabungan kinerja portofolio, karena mereka menggabungkan pengembalian dan
risiko dalam perhitungan portofolio (Halim, 2018:79). Tiga ukuran kinerja tersebut sebagai
berikut:
a. Ukuran Kinerja Sharpe
Indeks Sharpe di kembangkan oleh William Sharpe dan sering di sebut sebagai rasio imbalan.
Itu mendasarkan perhitungan Indeks Sharpe pada konsep garis pasar modal (Capital Market
Line) sebagai kriteria yaitu, dengan membagi premi risiko portofolio ke dalam standar deviasi
(Halim, 2018:78).
Dapat di gunakan untuk mengklasifikasi berbagai portofolio berdasarkan kinerja Indeks
Sharpe. Semakin tinggi indeks Sharpe dari portofolio di bandingkan dengan portofolio lain,
semakin baik kinerja portofolio.
Kekurangan yang di miliki dari indeks Sharpe yaitu terletak pada salah satu variabel dalam
formula perhitungannya, ada pun kelebihan yang di miliki dari metode Sharpe yaitu indeks ini
menggunakan pembagian standar deviasi berarti bahwa indeks sharpe mengukur risiko total
(Rini dkk,2014).
b. Ukuran Kinerja Treynor
Indeks Treynor adalah ukuran kinerja portofolio yang di kembangkan oleh Jack Treynor dan
sering di sebut sebagai rasio imbalan (Jogiyanto, 2017:733). Sama seperti indeks Sharpe,
kinerja portofolio terlihat dalam indeks Treynor, tergantung pada tingkat pengembalian
portofolio dan ukuran risiko portofolio. Perbedaan dalam indeks Sharpe bukanlah garis pasar
modal seperti pada indeks Sharpe, tetapi penggunaan garis pasar sekuritas sebagai patokan.
Asumsi yang di gunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio terdiversifikasi dengan baik
sehingga risiko yang di anggap relevan adalah risiko sistematis (di ukur dalam beta).
Dalam menghitung indeks Treynor, hasilnya harus di pertimbangkan untuk memberikan
penilaian selama periode waktu tertentu, karena portofolio dan rasio pengembalian risiko
memerlukan waktu yang lama. Jika waktu yang di gunakan cukup singkat, risiko yang di hitung
dalam beta memberikan hasil yang tidak wajar.
Keuntungan dari indeks Treynor adalah menggunakan beta sebagai pembagi, yaitu indeks
Treynor mengukur risiko sistematis. Oleh karena itu, jika portofolio terdiversifikasi dengan
baik atau hampir semua pengembalian dari portofolio di pengaruhi oleh pasar, indeks Treynor
akan menghasilkan evaluasi yang baik. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa tidak cocok
ketika pasar negatif atau di gunakan pada tingkat pengembalian negatif. Karena bisa
memberikan hasil yang salah. Jika nilai beta yang di hasilkan menunjukkan nilai beta tidak
signifikan, metode ini juga tidak dapat di gunakan.
c. Ukuran Kinerja Jensen
Indeks Jensen adalah indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat pengembalian riil
yang di peroleh portofolio dan tingkat pengembalian yang di harapkan jika portofolio berada di
garis pasar modal. (Halim, 2018:79).
Indeks Jensen merupakan selisih antara return portofolio dengan return portofolio yang tidak
di kelola dengan cara khusus (hanya mengikuti return pasar). Menurut Jogiyanto (2017:742)
pengukuran menggunakan Sharpe (RVAR) dan Treynor (RVOL) sebenarnya mengukur sudut
portofolio. Semakin besar sudut atau kemiringan portofolio, semakin baik kinerja portofolio.
Selain sudut, kinerja portofolio juga dapat di tentukan oleh persimpangan. Semakin tinggi
persimpangan, semakin tinggi pengembalian portofolio. Pengukuran persimpangan ini di
perkenalkan oleh Michael C. Jensen pada tahun 1968.
Keuntungan dari metode Jensen adalah menambahkan faktor alfa untuk menunjukkan kinerja
portofolio berbeda dari beta, dan sama seperti metode treynor akan memberikan hasil evaluasi
yang baik jika portofolio terdiversifikasi dengan baik. Kelemahan dari metode ini juga tidak
dapat di gunakan atau memberikan hasil yang salah jika mulai beta yang di hasilkan
menunjukkan nilai beta tidak signifikan.

4. PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL MENGGUNAKAN MODEL


MARKOWITZ
E-Jurnal Manajemen, Vol. 8, No. 7, 2019 :4213-4238 ISSN : 2302-8912
Ni Putu Eka, Cahya Setyawati, Gede Merta Sudiartha
1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud)

GRAND THEORY
Investasi merupakan aktivitas yang berkaitan dengan menanamkan sejumlah dana pada aset
riil maupun aset finansial seperti tanah , emas , saham, deposito, obligasi serta bentuk
lainnya. Kesadaran masyarakat dalam berinvestasi semakin meningkat, selain menabung
pada bank, alternatif lain investasi misalnya berinvestasi pada saham, reksadana, investasi
pada pasar uang dan lain sebagainya. Pilihan berinvestasi tidak hanya bergantung pada
tingkat keuntungan yang diharapkan melainkan juga pada besarnya risiko yang mungkin
dihadapi. Seorang investor akan dihadapkan pada berbagai investasi yang memiliki return
dan risiko yang berbeda-beda. Hal ini mengharuskan investor untuk mampu membuat
analisis investasi sebelum menanamkan dananya (Nalini, 2014).
Tingginya tingkat risiko yang akan dihadapi investor, menyebabkan investor harus
mengambil langkah antisipasi salah satunya yaitu melalui diversifikasi. Diversifikasi pada
risiko tidak sistematis dilakukan lewat pembentukan portofolio. Pentingnya pembentukan
portofolio adalah untuk memaksimalkan fungsi dan nilai suatu aset agar memeroleh
keuntungan lebih besar dengan tingkat risiko tertentu, atau memeroleh keuntungan tertentu
dengan tingkat risiko paling minimal (Lee et al. 2015). Salah satu alat analisa yang biasanya
digunakan para peneliti untuk melakukan analisis portofolio adalah model Markowitz (Aj
Du dan Ward, 2009).
Investasi sering diartikan sebagai kegiatan menanamkan dana yang dimiliki sekarang
dengan ekspetasi akan ada keuntungan yang diperoleh dimasa mendatang. Tandelilin
(2010:102) mengemukakan bahwa return merupakan bentuk pengembalian yang diterima
investor atas keberaniannya menanggung risiko investasi. Serta merupakan salah satu faktor
yang memotivasi investor untuk terus berinvestasi . Jika investor membeli saham, yield
adalah besarnya dividen yang dibagikan kepada investor , namun apabila perusahaan
mengambil kebijakan tidak membagi dividen tersebut maka dividen ini akan menjadi laba
ditahan yang digunakan untuk investasi selanjutnya. Komponen kedua dari return adalah
capital gain/capital loss, yaitu kenaikan atau penurunan harga surat berharga.
Berbagai risiko yang timbul akibat berinvestasi selalu berusaha diminimalkan oleh investor.
Risiko investasi terjadi ketika terdapat perbedaan antara tingkat pengembalian yang
sesungguhnya dengan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor . Tandelilin
(2010:103), membagi risiko menjadi beberapa sumber yang memengaruhi besarnya
investasi, yaitu risiko inflasi, risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko mata
uang, dan risiko bisnis.
Investasi terdiri dari risiko sistematis (risiko pasar) dan risiko tidak sistematis (risiko
manajemen). Diversifikasi merupakankegiatan membentuk suatu portfolio, didalam
portofolio tersebut terdapat berbagai jenis investasi sehingga risiko dari portofolio dapat
berkurang.Portofolio adalah kumpulan atau kombinasi berbagai sekuritas yang dibentuk
sedemikian rupa hingga dapat mencapai tujuan investor. Teori portoflio model Markowitz
didasari beberapa asumsi, yaitu : Periode melakukan investasi tunggal, misalnya satu tahun,
biaya transaksi ditiadakan, investor mendasarkan preferensinya terhadap return harapan dan
risiko, tidak terdapat pinjaman dan simpanan bebas risiko.

Anda mungkin juga menyukai