GRAND THEORY
M IDDLE TEORY
Tandelilin (2010:102) mengemukakan return merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko
atas investasi yang dilakukannya. Hartono (2016:283) mengemukakan jenis-jenis return adalah
sebagai berikut:
1) Return Realisasian
Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasian
dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting karena digunakan sebagai salah
satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasian atau return histori ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspekstasian (expected return) dan risiko di masa datang.
2) Return Ekspektasian
Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasian yang sifatnya sudah terjadi,
return ekspektasian sifatnya belum terjadi.
Fahmi (2018:219) mengemukakan risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
perbedaan antara imbal hasil yang sesungguhnya (actual return) dan imbal hasil yang diharapkan
atau expected return (E(R)).
Fahmi (2018:220-222) mengemukakan jenis-jenis risiko adalah sebagai berikut:
1) Risiko Sistematis
Risiko sistematis (systematic risk) adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasikan, dengan kata
lain risikonya memiliki sifat untuk memengaruhi secara menyeluruh.
2) Risiko Tidak Sistematis
Risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) adalah suatu risiko yang hanya membawa
dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami unsystematic risk,
mereka masih memiliki kemampuan untuk mengatasinya karena perusahaan dapat menerapkan
berbagai strategi, seperti diversifikasi portofolio.
3) Total Risiko
Total risiko (total risk) adalah gabungan dari unsystematic risk dan systematic risk. Rumus yang
dapat digunakan untuk menghitung total risiko adalah:
Total risiko = Risiko tidak sistematis + Risiko sistematis
APPLIED THEORY
Tandelilin (2010:86 dan 88) mengemukakan bahwa informasi mengenai kinerja pasar saham
seringkali diringkas dalam suatu indeks yang disebut indeks pasar saham (stock market indexes).
Indeks pasar saham merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar.
Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham, maka indeks
pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock price index). Selain IHSG dan indeks LQ45,
BEI juga mengeluarkan beberapa indeks harga saham lainnya yang meliputi: Indeks Kompas
100, Indeks Sektoral, Jakarta Islamic Index, dan Indeks Papan Utama dan Indeks Papan
Pengembang.
Hipotesis dari penelitian ini adalah: Terdapat pembentukan portofolio saham optimal dengan
single index model pada saham-saham indeks SRI-KEHATI di Bursa Efek Indonesia. Dari
ketiga metode penilaian kinerja portofolio, yaitu metode indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen,
metode indeks mana yang memberikan kinerja terbaik pada indeks SRI-KEHATI di Bursa Efek
Indonesia adalah metode indeks Sharpe.
2. PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ
SEBAGAI DASAR KEPUTUSAN INVESTASI
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Business Management, Economic, and
Accounting National Seminar
Volume 1, 2020 | Hal. 1242 – 1256 Syifa Adhani Mulya, Alfida Aziz, Yul Tito Permadhy
GRAND THEORY
Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2017 hlm.25).
Dengan demikian, pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjual-belikan
sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham, obligasi, dan
reksa dana. Disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien,
karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana dapat memilih alternatif
investasi yang memberikan return yang paling optimal.
Investasi
Investasi atau penanaman modal adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di
masa yang akan datang (Tandelilin, 2017 hlm.1). Istilah investasi berkaitan dengan berbagai
macam aktivitas, baik pada aset riil maupun pada aset finansial. Investasi juga mempelajari
bagaimana mengelola kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam konteks investasi berarti
kesejahteraan yang sifatnya moneter yang bisa ditunjukkan oleh penjumlahan pendapatan yang
dimiliki saat ini dan nilai saat ini pendapatan di masa datang. Dalam pengertian yang lebih luas,
kapan saja seseorang memutuskan untuk tidak menghabiskan seluruh penghasilan saat ini,
mereka dihadapkan pada keputusan investasi. Investasi digunakan untuk memperbesar uangnya
guna konsumsi di masa mendatang.
Dalam hal ini, maka investasi dapat dipahami sebagai konsumsi yang ditunda.
Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan dalam investasi memiliki lima tahapan yang berjalan terus menerus sampai
tercapainya keputusan investasi yang baik. Ada lima tahap dari keputusan investasi (Tandelilin,
2017 hlm.11), yaitu:
1. Penentuan tujuan investasi,
2. Penentuan kebijakan investasi,
3. Pemilihan strategi portofolio,
4. Pemilihan asset,
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
APPLIED THEORY
Indeks LQ-45, yaitu indeks yang terdiri atas 45 saham pilihan dengan mengacu kepada dua
variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Sedangkan Jakarta Islamic Index
(JII), merupakan indeks yang terdiri atas 30 saham dan mengakomodasi indeks berdasarkan
syariat islam. Dalam indeks ini dimasukkan saham – saham yang memenuhi kriteria dalam
syariat islam.
Return pada Saham
Return dalam investasi saham merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung
risiko atas investasi yang dilakukannya. Sumber – sumber return investasi dalam bentuk saham
terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain(loss).
Risiko pada Saham
Risiko pada dasarnya merupakan ketidaksesuaian antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (return) oleh perusahaan.
MIDDLE THEORY
Pengertian Portofolio Saham
Menurut Halim (2018: 67), portofolio adalah kombinasi atau sekelompok aset, baik aset riil
maupun aset keuangan yang di miliki oleh investor. Inti dari pembentukan portofolio adalah
mengurangi risiko dengan mendiversifikasikannya dengan mengalokasikan sejumlah dana ke
berbagai alternatif investasi dengan korelasi negatif. Dalam hal ini, portofolio saham adalah
investasi yang terdiri dari berbagai saham dari perusahaan yang berbeda, dengan harapan
bahwa jika satu harga saham jatuh, investasi tidak akan rusak jika yang lain meningkat. Juga,
korelasi antara satu pengembalian saham dan saham yang lain akan mengurangi variance dari
pengembalian portofolio. Terdapat dua langkah yang di lakukan dalam proses investasi saham,
yaitu:
1. Melakukan analisis terhadap return dan risiko saham yang akan di masukkan ke dalam
portofolio.
2. Membentuk portofolio optimal dari saham yang akan di pilih. Aktivitas ini meliputi dana,
menghitung return dan risiko berbagai portofolio, dan memilih portofolio yang terbaik.
Return Portofolio
Menurut Jogiyanto (2017:331) return realisasi portofolio (portofolio realized return) merupakan
rata-rata tertimbang dari return realisasi masing- masing sekuritas tunggal di dalam portofolio
tersebut. Sedangkan return yang di harapkan pada portofolio merupakan rata-rata tertimbang
dari return-return yang di harapkan masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
Menurut Halim (2018:51) return ialah imbalan yang di peroleh dari investasi. Sedangkan
menurut Fahmi (2015:209) return merupakan kondisi yang di alami oleh perusahaan, institusi
dan individu atas keputusan investasi yang telah di buat, baik berupa keuntungan maupun
kerugian, dalam sebuah periode akuntansi. Tingkat pengembalian (return) dari aktivitas
investasi yang di tunjukkan oleh kinerja instrumen investasi yang di gunakan di pasar.
(Kurniawan,dkk, 2014) Pengembalian saham terdiri dari capital gain dan dividen return.
Capital gain di peroleh dengan membagi selisih antara harga jual dan harga beli saham per
saham dan dividen return di peroleh dengan membagi jumlah dividen per halaman dengan
harga saham per saham. (Halim, 2018:51).
APPLIED THEORY
Pengembangan konsep pengukuran kinerja portofolio terjadi pada akhir 1960-an, di pelopori
oleh William Sharpe, Treynor dan Michael Jensen. Tiga pengukuran ini di kenal sebagai
pengukuran gabungan kinerja portofolio, karena mereka menggabungkan pengembalian dan
risiko dalam perhitungan portofolio (Halim, 2018:79). Tiga ukuran kinerja tersebut sebagai
berikut:
a. Ukuran Kinerja Sharpe
Indeks Sharpe di kembangkan oleh William Sharpe dan sering di sebut sebagai rasio imbalan.
Itu mendasarkan perhitungan Indeks Sharpe pada konsep garis pasar modal (Capital Market
Line) sebagai kriteria yaitu, dengan membagi premi risiko portofolio ke dalam standar deviasi
(Halim, 2018:78).
Dapat di gunakan untuk mengklasifikasi berbagai portofolio berdasarkan kinerja Indeks
Sharpe. Semakin tinggi indeks Sharpe dari portofolio di bandingkan dengan portofolio lain,
semakin baik kinerja portofolio.
Kekurangan yang di miliki dari indeks Sharpe yaitu terletak pada salah satu variabel dalam
formula perhitungannya, ada pun kelebihan yang di miliki dari metode Sharpe yaitu indeks ini
menggunakan pembagian standar deviasi berarti bahwa indeks sharpe mengukur risiko total
(Rini dkk,2014).
b. Ukuran Kinerja Treynor
Indeks Treynor adalah ukuran kinerja portofolio yang di kembangkan oleh Jack Treynor dan
sering di sebut sebagai rasio imbalan (Jogiyanto, 2017:733). Sama seperti indeks Sharpe,
kinerja portofolio terlihat dalam indeks Treynor, tergantung pada tingkat pengembalian
portofolio dan ukuran risiko portofolio. Perbedaan dalam indeks Sharpe bukanlah garis pasar
modal seperti pada indeks Sharpe, tetapi penggunaan garis pasar sekuritas sebagai patokan.
Asumsi yang di gunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio terdiversifikasi dengan baik
sehingga risiko yang di anggap relevan adalah risiko sistematis (di ukur dalam beta).
Dalam menghitung indeks Treynor, hasilnya harus di pertimbangkan untuk memberikan
penilaian selama periode waktu tertentu, karena portofolio dan rasio pengembalian risiko
memerlukan waktu yang lama. Jika waktu yang di gunakan cukup singkat, risiko yang di hitung
dalam beta memberikan hasil yang tidak wajar.
Keuntungan dari indeks Treynor adalah menggunakan beta sebagai pembagi, yaitu indeks
Treynor mengukur risiko sistematis. Oleh karena itu, jika portofolio terdiversifikasi dengan
baik atau hampir semua pengembalian dari portofolio di pengaruhi oleh pasar, indeks Treynor
akan menghasilkan evaluasi yang baik. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa tidak cocok
ketika pasar negatif atau di gunakan pada tingkat pengembalian negatif. Karena bisa
memberikan hasil yang salah. Jika nilai beta yang di hasilkan menunjukkan nilai beta tidak
signifikan, metode ini juga tidak dapat di gunakan.
c. Ukuran Kinerja Jensen
Indeks Jensen adalah indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat pengembalian riil
yang di peroleh portofolio dan tingkat pengembalian yang di harapkan jika portofolio berada di
garis pasar modal. (Halim, 2018:79).
Indeks Jensen merupakan selisih antara return portofolio dengan return portofolio yang tidak
di kelola dengan cara khusus (hanya mengikuti return pasar). Menurut Jogiyanto (2017:742)
pengukuran menggunakan Sharpe (RVAR) dan Treynor (RVOL) sebenarnya mengukur sudut
portofolio. Semakin besar sudut atau kemiringan portofolio, semakin baik kinerja portofolio.
Selain sudut, kinerja portofolio juga dapat di tentukan oleh persimpangan. Semakin tinggi
persimpangan, semakin tinggi pengembalian portofolio. Pengukuran persimpangan ini di
perkenalkan oleh Michael C. Jensen pada tahun 1968.
Keuntungan dari metode Jensen adalah menambahkan faktor alfa untuk menunjukkan kinerja
portofolio berbeda dari beta, dan sama seperti metode treynor akan memberikan hasil evaluasi
yang baik jika portofolio terdiversifikasi dengan baik. Kelemahan dari metode ini juga tidak
dapat di gunakan atau memberikan hasil yang salah jika mulai beta yang di hasilkan
menunjukkan nilai beta tidak signifikan.
GRAND THEORY
Investasi merupakan aktivitas yang berkaitan dengan menanamkan sejumlah dana pada aset
riil maupun aset finansial seperti tanah , emas , saham, deposito, obligasi serta bentuk
lainnya. Kesadaran masyarakat dalam berinvestasi semakin meningkat, selain menabung
pada bank, alternatif lain investasi misalnya berinvestasi pada saham, reksadana, investasi
pada pasar uang dan lain sebagainya. Pilihan berinvestasi tidak hanya bergantung pada
tingkat keuntungan yang diharapkan melainkan juga pada besarnya risiko yang mungkin
dihadapi. Seorang investor akan dihadapkan pada berbagai investasi yang memiliki return
dan risiko yang berbeda-beda. Hal ini mengharuskan investor untuk mampu membuat
analisis investasi sebelum menanamkan dananya (Nalini, 2014).
Tingginya tingkat risiko yang akan dihadapi investor, menyebabkan investor harus
mengambil langkah antisipasi salah satunya yaitu melalui diversifikasi. Diversifikasi pada
risiko tidak sistematis dilakukan lewat pembentukan portofolio. Pentingnya pembentukan
portofolio adalah untuk memaksimalkan fungsi dan nilai suatu aset agar memeroleh
keuntungan lebih besar dengan tingkat risiko tertentu, atau memeroleh keuntungan tertentu
dengan tingkat risiko paling minimal (Lee et al. 2015). Salah satu alat analisa yang biasanya
digunakan para peneliti untuk melakukan analisis portofolio adalah model Markowitz (Aj
Du dan Ward, 2009).
Investasi sering diartikan sebagai kegiatan menanamkan dana yang dimiliki sekarang
dengan ekspetasi akan ada keuntungan yang diperoleh dimasa mendatang. Tandelilin
(2010:102) mengemukakan bahwa return merupakan bentuk pengembalian yang diterima
investor atas keberaniannya menanggung risiko investasi. Serta merupakan salah satu faktor
yang memotivasi investor untuk terus berinvestasi . Jika investor membeli saham, yield
adalah besarnya dividen yang dibagikan kepada investor , namun apabila perusahaan
mengambil kebijakan tidak membagi dividen tersebut maka dividen ini akan menjadi laba
ditahan yang digunakan untuk investasi selanjutnya. Komponen kedua dari return adalah
capital gain/capital loss, yaitu kenaikan atau penurunan harga surat berharga.
Berbagai risiko yang timbul akibat berinvestasi selalu berusaha diminimalkan oleh investor.
Risiko investasi terjadi ketika terdapat perbedaan antara tingkat pengembalian yang
sesungguhnya dengan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor . Tandelilin
(2010:103), membagi risiko menjadi beberapa sumber yang memengaruhi besarnya
investasi, yaitu risiko inflasi, risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko mata
uang, dan risiko bisnis.
Investasi terdiri dari risiko sistematis (risiko pasar) dan risiko tidak sistematis (risiko
manajemen). Diversifikasi merupakankegiatan membentuk suatu portfolio, didalam
portofolio tersebut terdapat berbagai jenis investasi sehingga risiko dari portofolio dapat
berkurang.Portofolio adalah kumpulan atau kombinasi berbagai sekuritas yang dibentuk
sedemikian rupa hingga dapat mencapai tujuan investor. Teori portoflio model Markowitz
didasari beberapa asumsi, yaitu : Periode melakukan investasi tunggal, misalnya satu tahun,
biaya transaksi ditiadakan, investor mendasarkan preferensinya terhadap return harapan dan
risiko, tidak terdapat pinjaman dan simpanan bebas risiko.