Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN KEUANGAN

PASAR KEUANGAN

Dosen Pengampu : Agatha Cristhy Situru, S.E., M.M

Tugas Kelompok :

Disusun Oleh :

1. Annzil Z. Mohtar

2. Maulana P. Deo Putra Utomo

3. Muhammad Indra Andrianto

4. Muhammad Mansur

5. Wahyu Puji Imawan

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN KOTA TERNATE

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar keuangan merupakan pasar yang menyediakan produk keuangan baik berupa aset fisik
surat berharga atau valuta asing. Beberapa ahli menyebutkan bahwa, pasar keuangan adalah
seluruh industri dan prosedur untuk menjembatani pembeli dan penjual instrumen keuangan.
Pasar keuangan memiliki berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital
market), pasar modal merupakan pasar yang di perjual - belikannya modal jangka panjang dalam
bentuk surat berharga seperti obligasi dan saham jangka waktu surat berharga yang ditawarkan
biasanya berumur lebih dari satu tahun (Kasmir. 2010:15).

Menurut Kamaludin dan Rini (2012 : 23) pasar modal merupakan pasar untuk sekuritas
jangka panjang, seperti saham dan obligasi. Pasar modal memiliki berbagai perusahaan dan
sektor industri yang tergabung di dalamnya, salah satunya yaitu perusahaan manufaktur.
Manufaktur merupakan salah satu perusahaan yang bergabung didalam pasar modal. Pihak
manufaktur mempunyai peranan yang sangat besar untuk memajukan perkembangan pasar
modal, pihak manufaktur juga selalu mendukung kegiatan yang ada di dalam pasar modal demi
kelancaran transaksi pasar modal di bursa efek.

Dalam melakukan investasi dipasar modal, para investor memerlukan berbagai macam
informasi baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lainnya yang
relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam 2 suatu negara, informasi yang diperoleh dari
perusahaan lazimnya di dasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan
keuangan (Laksono, 2006).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasar Keuangan

Pasar uang adalah bagian dari sistem keuangan yang berhubungan dengan kegiatan
perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai dengan satu tahun
dalam mata uang rupiah dan valuta asing, yang berperan dalam transmisi kebijakan moneter,
pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem pembayaran. Menurut Eko
Sudarmanto, dkk, pasar uang atau yang disebut juga dengan money market adalah tempat
pertemuan abstrak dimana para pemilik dana jangka pendek dapat menawarkan kepada calon
pemakai yang membutuhkannya baik secara langsung ataupun melalui perantara.

Singkatnya, pasar uang adalah tempat instrumen pendanaan jangka pendek diperdagangkan
oleh pemilik modal kepada peminjam modal. Pasar uang hadir untuk menjawab kebutuhan akan
sejumlah biaya atau dana jangka pendek yang harus dipenuhi secepat mungkin. Pasar ini juga
disebut sebagai pasar kredit jangka pendek karena instrumen yang diperdagangkan memiliki
periode waktu singkat, yakni hingga satu tahun. Instrumen pasar uang dapat dikonversi menjadi
uang tunai dengan cepat dan dengan biaya yang relatif rendah. Selain itu, transaksi dalam pasar
uang juga memiliki risiko harga rendah karena jatuh tempo yang singkat.

Pasar uang menempati tempat sentral dalam sistem keuangan modern. Sebagai sumber
pendanaan, pasar uang diharapkan mampu mendukung iklim pendanaan yang efisien. Pasar uang
juga turut berperan penting dalam menentukan keberlangsungan kebijakan moneter, stabilitas
perekonomian nasional, serta kelancaran perputaran rupiah.

2.2 Jurnal Internasional

Financial Markets and The Allocation of Capital

By Jeffrey Wurgler

Yale School of Management, BOX 208200, CT 06520-8200, USA.

Abstract
Pasar keuangan tampaknya meningkatkan alokasi modal. Di 65 negara, negara-negara
dengan sektor keuangan yang maju meningkatkan investasi lebih banyak pada industri-industri
yang sedang berkembang, dan mengurangi investasi lebih banyak pada industri-industri yang
sedang menurun, dibandingkan negara-negara dengan sektor-sektor keuangan yang belum
berkembang. Efisiensi alokasi modal berkorelasi negatif dengan luasnya kepemilikan negara
dalam perekonomian, berkorelasi positif dengan jumlah informasi firm spesifik dalam return
saham domestik, dan berkorelasi positif dengan perlindungan hukum terhadap investor
minoritas. Secara khusus, hak-hak investor minoritas yang kuat tampaknya membatasi investasi
berlebihan di industri-industri yang sedang menurun.

1. Introduction

Tugas mendasar perekonomian adalah mengalokasikan modal secara efisien. Untuk


mencapai hal tersebut, modal seharusnya ditanamkan pada sektor-sektor yang diharapkan
memberikan imbal hasil yang tinggi dan ditarik pada sektor-sektor yang prospeknya buruk.

Sejak lama dan karena berbagai alasan, para ekonom menduga bahwa pasar keuangan
formal dan lembaga-lembaga terkait meningkatkan proses alokasi modal dan dengan demikian
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu teori populer adalah bahwa harga pasar
sekunder yang efisien membantu investor membedakan investasi yang baik dari investasi yang
buruk, melalui mekanisme seperti Tobin's Q. Mekanisme lainnya adalah pemberi pinjaman dan
perantara menyaring proyek-proyek buruk (Bagehot, 1873; Schumpeter, 1912, Dia-mond, 1984;
Boyd dan Prescott, 1986). Teori keagenan berpendapat bahwa tekanan dari investor eksternal,
seperti serta kepemilikan manajerial, mendorong manajer untuk menerapkan kebijakan investasi
yang memaksimalkan nilai (Jensen, 1986); pada gilirannya, undang-undang yang efektif
terhadap penyalahgunaan dana investor minoritas menentukan pasokan pendanaan untuk proyek-
proyek yang baik (La Porta et al., 1997).

Terlepas dari teori ini, hanya ada sedikit bukti langsung mengenai apakah dan bagaimana
pasar keuangan meningkatkan alokasi modal. Makalah ini mengambil langkah untuk mengisi
kesenjangan tersebut, Kumpulan data dasar adalah panel pembentukan modal bruto (investasi)
dan nilai tambah (penjualan dikurangi harga barang setengah jadi) yang terdiri dari 65 negara, 28
industri, dan 33 tahun. Temuan utama adalah bahwa pasar keuangan negara maju, yang diukur
dengan ukuran pasar saham dan kredit domestik relatif terhadap PDB, berhubungan dengan
alokasi modal yang lebih baik. Negara-negara maju secara finansial meningkatkan investasi lebih
banyak pada industri-industri mereka yang sedang berkembang dan menurunkan investasi lebih
banyak pada industri-industri mereka yang sedang menurun. Jadi, meskipun "negara-negara
maju secara finansial mungkin tidak berinvestasi pada tingkat yang lebih tinggi (Carlin dan
Mayer, 1998; Beck et al., 2000), mereka tampaknya mengalokasikan investasi mereka dengan
lebih baik.

Misalnya, elastisitas investasi industri terhadap nilai tambah beberapa kali lebih tinggi di
Jerman, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat dibandingkan di negara-negara yang belum
berkembang secara finansial seperti Bangladesh, India, Panama, dan Turki. Dibandingkan
dengan negara-negara dengan besar pasar keuangan, negara-negara lain melakukan investasi
berlebihan pada industri mereka yang sedang menurun dan kurang berinvestasi pada industri
yang sedang berkembang. Karena pertumbuhan nilai tambah berkorelasi positif dengan Tobin's
Q (yang, sayangnya, tidak dapat dibangun untuk berbagai macam negara dan industri), hasil ini
menunjukkan bahwa "pembangunan keuangan membantu suatu negara memanfaatkan peluang
investasinya dengan lebih baik. Dengan demikian, "pasar dan institusi keuangan melakukan lebih
dari sekedar memberikan tontonan sampingan bagi perekonomian niil; mereka melakukan fungsi
alokatif mendasar. Meskipun 'variabel pasar keuangan tidak mampu menjelaskan seluruh variasi
kualitas alokasi modal lintas negara, variabel-variabel tersebut mampu menjelaskan secara
proporsional.

Saya menemukan bukti bahwa alokasi modal ditingkatkan melalui setidaknya tiga
mekanisme. Pertama, negara-negara dengan pasar saham yang memasukkan lebih banyak
informasi firm spesifik ke dalam harga saham individu) negara-negara yang memiliki lebih
sedikit sinkronisitas harga saham yang diukur oleh Morck dkk. (2000) menunjukkan alokasi
modal yang lebih baik. Hal ini konsisten dengan anggapan bahwa pasar yang lebih besar
memiliki harga yang lebih informatif (mungkin karena arbitrase yang lebih efektif yang
difasilitasi oleh likuiditas dan biaya transaksi yang rendah) yang membantu investor dan manajer
membedakan barang-barang yang baik dan investasi buruk melalui pengukuran Q yang lebih
akurat.

Kedua, alokasi modal membaik seiring menurunnya kepemilikan negara. Negara-negara


dengan kepemilikan negara yang luas tidak banyak meningkatkan investasi pada industri-industri
yang sedang berkembang dan tidak banyak mengurangi investasi pada industri-industri yang
sedang menurun. Hal ini tidak mengherankan karena, di perusahaan-perusahaan milik negara,
alokasi sumber daya cenderung tidak dipandu oleh maksimalisasi nilai dibandingkan dengan
motif politik terlebih lagi, keterbatasan anggaran yang terbatas dan pemantauan yang buruk
memberikan sedikit insentif bagi para manajer di perusahaan-perusahaan milik negara. Bukti di
sini mendukung pandangan Shleifer (1998, hal. 144) bahwa 'penghapusan alokasi sumber daya
yang bermotif politik tidak diragukan lagi merupakan manfaat utama privatisasi di seluruh dunia.
Ketiga, hak investor minoritas yang kuat, sebagaimana diukur oleh La Porta dkk. (1998),
dikaitkan dengan alokasi modal yang lebih baik. Manfaat alokasi dari hak-hak investor
nampaknya diperoleh melalui pembatasan investasi berlebih pada industri-industri yang
mengalami penurunan dibandingkan dengan meningkatkan pasokan "pendanaan kepada industri-
industri yang sedang berkembang. Hasil ini dapat dijelaskan oleh teori arus kas bebas Jensen
(1986) yang menyatakan bahwa kas yang dihasilkan dari operasi diinvestasikan kembali secara
tidak efisien di industri- industri yang mengalami penurunan, khususnya di negara-negara di
mana investor minoritas tidak dapat menolaknya.

Apakah alokasi modal yang lebih baik merupakan alasan mengapa pembangunan
keuangan dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi? Beberapa penulis telah mengemukakan hal
ini, termasuk Gold-smith (1969), McKinnon (1973), Shaw (1973), dan Greenwood dan
Jovanovic (1990). Saran ini didukung oleh beberapa bukti empiris, baik yang bersifat anekdot
maupun sistematis.Bagehot (1873) mengutip alokasi modal yang lebih baik sebagai alasan utama
pertumbuhan Inggris yang relatif cepat pada pertengahan hingga akhir abad ke-19. Jayaratne dan
Strahan memberikan bukti bahwa hasil mereka di tingkat negara bagian AS mencerminkan
peningkatan kualitas portofolio pinjaman bank, yaitu peningkatan alokasi modal mereka. Juga,
dalam studi lintas negara mereka, Beck et al. menyimpulkan bahwa hubungan antara keuangan
dan pertumbuhan adalah peningkatan efisiensi alokasi, sebagaimana ditunjukkan oleh fakta
bahwa pembangunan keuangan (khususnya, sektor perbankan) sangat terkait bukan dengan
akumulasi modal yang lebih tinggi melainkan dengan pertumbuhan produktivitas yang lebih
tinggi, yang mana adalah bagaimana peningkatan alokasi modal dinyatakan dalam kerangka
akuntansi pertumbuhan mereka. Hasil dari makalah ini tidak mendukung alasan pajak transaksi
sekuritas yang diberikan oleh Keynes (1936) dan Summers dan Summers (1989); Schwert dan
Seguin (1993) mensurvei literatur ini. Para pendukung pajak transaksi sekuritas biasanya
berargumentasi bahwa pajak tersebut akan memberikan dampak yang cukup besar untuk
menghilangkan beberapa kepentingan yang murni spekulatif dari pasar keuangan dan
membiarkan kepentingan riil dan alokatif bekerja tanpa terkekang. pasir selalu lebih baik. Pasar
keuangan paling likuid di dunia juga merupakan pasar yang mengalokasikan modal paling
efisien.

2. Data dan Metodologi Penelitian

Karena saya tertarik untuk membandingkan efisiensi alokasi modal di berbagai sistem
keuangan, ketersediaan data internasional yang sebanding merupakan kendala yang

signifikan . Pada bagian ini saya pertama-tama menjelaskan data dan metodologi yang

akan digunakan untuk menghitung estimasi efisiensi alokasi modal khusus negara dan

kemudian data sistem keuangan yang akan digunakan untuk mengeksplorasi faktor-faktor

yang menentukan estimasi tersebut. pembentukan modal, nilai tambah, dan output hingga 28
industri manufaktur ISIC tiga digit (standar klasifikasi internasional yang kira-kira sesuai dengan
industri SIC dua digit), di beberapa lusin negara, setiap tahun selama periode 1963 hingga 1995
Nilai tambah didefinisikan sebagai nilai pengiriman barang yang diproduksi (output) dikurangi
biaya barang setengah jadi dan jasa yang diperlukan (tetapi tidak termasuk tenaga kerja), dengan
penyesuaian yang sesuai dilakukan untuk persediaan "barang jadi, barang dalam penyelesaian".,
dan bahan mentah. Dengan kata lain, ukuran nilai tambah ini mencerminkan nilai tambah tenaga
kerja dan juga modal. Pembentukan modal tetap bruto didefinisikan sebagai biaya perolehan aset
tetap baru dan bekas dikurangi nilai penjualan aset tetap bekas, dimana aset tetap meliputi tanah,
bangunan, serta mesin dan peralatan (United Nations Statistical Osce, 1983). Perhatikan bahwa
merger dalam suatu industri tidak akan dihitung sebagai pembentukan modal, namun merger
antar industri akan dihitung sebagai peningkatan modal dalam industri pihak pengakuisisi dan
pengurangan modal dalam industri perusahaan yang diakuisis Ini diinginkan untuk tujuan kita.

Pada data CD-ROM saya menambahkan data sekitar 50 tahun negara yang tersedia dalam
volume hard copy G/S terbaru. Bahkan setelah penambahan ini, sebagian besar negara tidak
memiliki data lengkap untuk 28 industri dan 33 tahunnya. Beberapa negara tidak melaporkan
data untuk berbagai industri manufaktur. Misalnya, Barbados, Libya, dan Swaziland biasanya
melaporkan kurang dari sepuluh industri per tahun. Kamerun dan Malawi juga melaporkan
jumlah industri yang kurang dari sepuluh dalam beberapa tahun yang signifikan. Hal ini mungkin
mencerminkan kombinasi statistik agregat yang tidak sesuai yang dikumpulkan oleh negara
tersebut serta kurangnya diversifikasi industri yang nyata.

2.3 Journal Internasional

The Law of One Price in Financial Markets

Owen A. Lamont and Richard H. Thaler

1. Introduction

Baik bagi perusahaan ilmiah maupun bagi masyarakat jika mempunyai undang-undang
yang mapan. Fisika memiliki hukum yang sangat baik, seperti hukum gravitasi. Apa yang
dimiliki ilmu ekonomi? Hukum pertama dalam perekonomian jelas merupakan hukum
penawaran dan permintaan, dan merupakan hukum yang baik. Kami akan mencalonkan sebagai
undang-undang kedua “hukum satu harga”, yang selanjutnya disebut Undang-undang. Undang-
undang menyatakan bahwa barang yang identik harus mempunyai harga yang sama. Misalnya,
satu ons emas harus memiliki harga yang sama (dinyatakan dalam dolar AS) di London seperti di
Zurich, jika tidak, emas akan mengalir dari satu kota ke kota lain. Teori ekonomi mengajarkan
kita untuk mengharapkan Undang-Undang ini berlaku tepat di pasar yang kompetitif tanpa biaya
transaksi dan tanpa hambatan perdagangan, namun dalam praktiknya, rincian tentang institusi
pasar penting dalam menentukan apakah pelanggaran terhadap Undang-undang dapat terjadi.

Misalnya saja aspirin. Misalkan, sebagai argumen, bahwa aspirin Bayer dan aspirin
merek toko adalah produk yang identik, namun Bayer harganya dua kali lipat karena beberapa
konsumen percaya (secara keliru, dalam contoh ini) bahwa Bayer lebih baik. Akankah kita
berharap pasar menghilangkan perbedaan harga ini? Karena nama merek Bayer adalah merek
dagang, maka (secara hukum) tidak mungkin untuk terjun ke bisnis pembelian aspirin merek
toko dan mengemasnya kembali dalam botol Bayer. Ketidakmampuan untuk mengubah merek
toko menjadi Bayer menghalangi satu metode yang mungkin digunakan para arbitrase untuk
mendorong kedua harga menuju kesetaraan. Kemungkinan lain bagi para arbitrase adalah
mencoba menjual aspirin Bayer yang lebih mahal hari ini, dengan bertaruh bahwa perbedaan
harga akan menyempit setelah pembeli Bayer “sadar.” Cara kerja short-selling seperti ini:
seorang arbitrase akan meminjam beberapa botol dari pemilik koperasi, menjual botol-botol
tersebut hari ini dan berjanji kepada pemilik untuk mengganti botol-botol yang dipinjam dengan
botol-botol Bayer yang setara di masa depan. Perhatikan bahwa ada dua masalah yang
menghambat strategi ini. Pertama, tidak ada cara praktis untuk menjual produk konsumen secara
singkat, dan kedua, tidak ada cara untuk memprediksi kapan konsumen akan melihat kesalahan
dalam cara mereka. Contoh aspirin mengilustrasikan unsur-unsur penting dalam pelanggaran
hukum satu harga. Pertama, beberapa pelaku harus memiliki keyakinan yang salah bahwa
terdapat perbedaan nyata antara dua barang identik, dan kedua, harus ada beberapa hambatan
untuk mencegah arbitrase rasional memulihkan kesetaraan harga yang diprediksi oleh
rasionalitas. Bisakah kondisi ini bertahan di pasar keuangan, dimana biaya transaksi kecil, short-
selling diperbolehkan dan persaingan sangat ketat? 192 Jurnal Perspektif Ekonomi Masalah-
masalah ini membatasi kekuatan arbitrase, dan di sebagian besar pasar barang konsumen,
Undang-undang ini mungkin dilanggar secara drastis. Secara tradisional, para ekonom
berpendapat bahwa Undang-undang tersebut dapat diterapkan hampir sama persis di pasar
keuangan karena cara kerja arbitrase. Arbitrase, yang didefinisikan sebagai pembelian dan
penjualan sekuritas yang sama secara bersamaan dengan dua harga berbeda, mungkin merupakan
konsep paling penting dalam keuangan modern. Tidak adanya peluang arbitrase merupakan dasar
dari hampir semua teori keuangan modern, termasuk penentuan harga opsi dan struktur modal
perusahaan. Di pasar modal, Undang-undang menyatakan bahwa sekuritas yang identik (yaitu,
sekuritas dengan imbal hasil yang sama di negara bagian tertentu) harus memiliki harga yang
sama; jika tidak, investor yang cerdas dapat memperoleh keuntungan tak terbatas dengan
membeli yang murah dan menjual yang mahal. Hal ini tidak mengharuskan semua investor
bersikap rasional atau canggih, hanya cukup investor (tertimbang dolar) yang mampu mengenali
peluang arbitrase. Berdasarkan asumsi standar, UU tersebut harus berlaku di pasar keuangan
karena jika beberapa investor salah mengira bahwa saham bernomor ganjil pada suatu saham
lebih baik daripada saham bernomor genap, maka arbitrase yang rasional akan mencegah para
investor tersebut menaikkan harga saham bernomor ganjil. saham (tidak seperti pasar aspirin
yang dibahas di atas). Terlebih lagi, tidak seperti perdagangan internasional yang memerlukan
waktu untuk memindahkan emas secara fisik dari London ke Zurich, kita bisa berharap bahwa
Undang-undang ini akan berlaku tidak hanya dalam jangka panjang, namun hampir seketika,
karena seseorang dapat dengan cepat membeli dan menjual sekuritas.

Tidak seperti undang-undang yang diberlakukan pemerintah yang melarang membuang


sampah sembarangan di trotoar, Undang-undang ini tidak mewajibkan aparat penegak hukum
untuk menegakkan undang-undang yang melarang membuang sampah sembarangan uang kertas
$100. Sebaliknya, Hukum ini ditegakkan oleh para hakim arbitrase sebagai produk sampingan
dari mengikuti motif keuntungan egois mereka, yaitu mengambil uang kertas $100. Dalam hal
ini, hukum satu harga, meski tidak otomatis seperti hukum gravitasi, tampak seperti hukum yang
tidak boleh dilanggar dalam pasar modal yang berfungsi dengan baik. Karena alasan ini, para
ahli teori menggunakannya sebagai kondisi minimal yang tidak kontroversial, sebuah titik awal
yang mengarah pada implikasi lain. Berdasarkan Undang-undang tersebut, mereka telah
membangun bangunan besar teori keuangan modern, termasuk proposisi struktur modal
Modigliani-Miller, formula penetapan harga opsi Black-Scholes, dan teori penetapan harga
arbitrase. Namun ternyata penerapan UU tersebut di pasar keuangan tidaklah sekontroversial
yang diperkirakan semula. Selama sekitar satu dekade terakhir, banyak pelanggaran telah
terdeteksi. Kami mensurvei beberapa hal yang lebih menarik di sini dan kemudian
mempertimbangkan implikasinya terhadap cara kita berpikir tentang pasar keuangan.

2.4 Jurnal Nasional

ANALISIS PENGARUH PASAR KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PASAR


KEUANGAN DI INDONESIA

Annisa Lati Polia, Chenny Seftarita

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah

Vol.2 No. 4 November 2017 : 489-499


1. Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pasar keuangan global terhadap
pasar keuangan di Indonesia melalui indikator pasar modal Amerika Serikat/ New York Stock
Exchange (NYSE), Eropa London Stock Exchange Group (LSE.L), dan Tiongkok Sanghai Stock
Exchange (SSE) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia. Penelitian ini
mengunakan data runtun waktu bulanan dari bulan Januari 2006 hingga Desember 2016 dengan
Model yang digunakan adalah model Error Corection Model (ECM). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam jangka panjang semua variabel memilki pengaruh dan terkointgrasi
pada uji stationeritas residual, dan dalam jangka pendek melalui estimasi ECM, semua variabel
juga memilki pengaruh antar variabel dan terkointegrasi, dan adanya perubahan yang terjadi
pada NYSE dan L.SE.I. secara positif lebih besar mempengaruhi perubahan bagi IHSG,
dibandingkan SSE. Hal ini mengharuskan agar Indonesia bisa mengatisipasi untuk segala bentuk
perubahan yang akan terjadi pada pasar keuangan global, yang dapat mempengaruhi pasar
keuangan di indonesia. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menambahkan
variabel-variabel lainnya seperti jenis-jenis dari pasar modal negara lainnya, serta metode yang
berbeda dan lebih baik lagi.

2. Pendahuluan

Pasar keuangan yang termasuk di dalamnya pasar modal, merupakan indikator yang perlu
diperhatikan untuk menjaga kestabilan perekonomian. Pertumbuhan dan pelemahan ekonomi
dapat dilihat dari keadaan pasar modal yang dimilikinya dan hal ini tidak terlepas dari adanya
pengaruh pasar keuangan oleh negara lain. Muklis (2016), menyebutkan secara faktual pasar
modal telah menjadi pusat saraf finansial (financial nerve centre) pada dunia ekonomi modern
dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak mungkin dapat eksis tanpa adanya pasar modal
yang tangguh, dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik. Terlihat pada laporan
World Federation Of Exchanges (WFE) 2015, terdapat 10 bursa saham terbesar di dunia, yang
menjadi tempat terbaik untuk melakukan kegiatan investasi, berupa transaksi jual beli terhadap
saham termasuk saham komoditas, saham keuangan maupun saham-saham perusahan teknologi,
dan diantara 10 bursa saham tersebut, terdapat 3 negara yang memiliki bursa saham terbesar ini,
yaitu meliputi negara Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok (Chromler, 2016).
Besarnya bursa saham yang dimiliki oleh ke tiga negara tersebut, menunjukan bahwa
negara tersebut telah bagus melakukan kegiatan ekonominya melalui pasar saham, terhadap
kondisi perekonomian negaranya di pasar keuangan, serta akan menjadikan bursa saham yang
akan dapat mempengaruhi terhadap kondisi pasar keuangan negara lain secara global.

Adanya krisis keuangan yang terjadi sejak tahun 2000 (Amerika Serikat pada tahun 2007.
krisis keuangan yang dipicu oleh runtuhnya Lehman Brothers pada tahun 2008. Krisis keuangan
global (GFC) tahun 2007-2009 umumnya dianggap sebagai krisis keuangan terburuk dan
penurunan ekonomi terbesar sejak Depresi Besar 1929-1939 (Gang-ji, 2017), dan krisis utang
Eropa pada tahun 2010) tidak hanya krisis keuangan nasional atau regional, tetapi krisis yang
parah melanda ekonomi global. Pada tahun 2015 China menjadi negara yang mengalami crash di
pasar saham pada bulan Juni, serta efek dari peristiwa black swan yang juga terjadi dua bulan
kemudian pada tanggal 24 Agustus 2015 pada pasar saham global, sehingga hal tersebut
mengakibatkan efek terhadap beberapa negara, di mana dua indeks komposit utama China
mengalami penurunan satu hari yang melebihi 8 persen, indeks saham di Amerika Serikat
merosot lebih dari 1000 poin di menit-menit pembukaan, dan indeks saham di Jepang dan
negara-negara Eropa juga telah turun lebih dari 4 persen (T sai, 2017).

Peristiwa-peristiwa tersebut secara langsung maupun tudak langsung, akan memberikan


dampak secara melebar ke seluruh dunia dan mengakibatkan bursa saham pada setiap negara
akan mengalami efek, walaupun efek tersebut akan berbeda-beda pada setiap negaranya, begitu
juga di Indonesia IHSG merupakan sebuah indikator yang sering digunakan untuk melihat
terjadinya fluktuasi dari jual beli saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fluktuasi
tersebut bisa saja terjadi karena adanya faktor yang mempengaruh kondisi ekonomi dari negara -
negara lain.

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji tentang masalah hubungan pasar keuangan
global dan pasar keuangan Indonesia. Dengan masalah yang ditimbulkan dari pasar keuangan
tersebut, penulis akan melihat bagaimana pengaruh pasar keuangan global terhadap indeks harga
saham gabungan (IHSG) di Indonesia. Dimana pasar keuangan global dalam penelitian ini
meliputi pasar modal Amerika serikat/ New York Stock Exchange (NYSE), Eropa/ London Stock
Exchange Group (LSE.L), dan Tiongkok/ Sanghai Stock Exchange (SSE) dengan melihat data
pergerakan harga saham ke empat negara, serta informasi yang mendukung dari tahun 2006 -
2016 yang bersumber dari website yahoo finance, Bank Indonesia, serta instansi dan referensi
terkait lainnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Error Correction Model
(ECM), Penggunaan metode ini didasarkan pada kemampuan metode tersebut untuk
menganalisis hubungan antar variabel dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek.
Analisis dalam jangka panjang mengunakan persamaan kointegrasi, sedangkan analisis jangka
pendek mengunakan ECM (Sofyan, 2015).

Tujuan metode ECM ini yaitu untuk melihat seberapa besar perubahan antar variabel
yang dapat memberikan pengaruh dalam dua situasi yaitu dimana hasil estimasi pada jangka

panjang yang dilihat dari nilai residualnya untuk melihat kointegrasi yang yang terjadi pada
pasar keuangan global terhadap IHSG, kemudian pada hasil estimasi ECM untuk melihat jangka

pendek yang terjadi pada pasar keuangan global terhadap IHSG, sehingga dapat memperlihatkan

hasil apakah pasar keuangan global hanya mempengaruhi dalam jangka panjang terhadap IHSG

atau hanya memiliki pengaruh dalam jangka pendek, atau memilki hubungan dan pengaruh baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjangnya.

2.4 Jurnal Nasional

RELASI PASAR KEUANGAN DAN KINERJA INOVASI : STUDI PENDAHULUAN


PADA PASAR KEUANGAN INDONESIA

Vitradesie Noekent

1. Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis relasi struktur pendanaan pasar keuangan
terhadap kinerja inovasi pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
menguji dua hipotesis: relasi positif pasar modal dan relasi negatif pasar kredit terhadap kinerja
inovasi. Hipotesis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara
sekuensial. Hasil pengujian menunjukkan dukungan yang signifikan untuk kedua hipotesis.
Temuan ini mendukung argumen keunggulan pendanaan yang berasal dari internal untuk
aktivitas penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan produk inovatif
.

2. Pendahuluan

Inovasi merupakan aktivitas strategis yang berperan meningkatkan pertumbuhan ekonomi


dan keunggulan kompetitif sebuah negara dalam jangka panjang (Porter, 2000). Berkompetisi
secara efektif di pasar internasional, bisnis yang dilangsungkan sebuah negara harus melakukan
inovasi secara berkelanjutan serta meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Inovasi dan
peningkatan keunggulan bersaing berasal dari investasi pada aset yang berwujud maupun aset tak
berwujud (Hall, 1993). Dalam kegiatan investasi, pasar keuangan berperan kritis dalam
memobilisasi simpanan, mengevaluasi kelayakan proyek, mengelola risiko, mengawasi kinerja
manajer, dan memfasilitasi transaksi. Perkembangan pasar keuangan menjadi salah satu penentu
kesuksesan kinerja inovasi suatu negara (Brown et al., 2013). Studi empiris yang menjelaskan
bagaimana kedua hal ini dapat terhubung, masih belum banyak dilakukan (Hsu et al., 2014).
Penelitian ini dilakukan untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan cara menganalisis variabel
penghubung perkembangan pasar keuangan dan pertumbuhan ekonomi, yaitu: kinerja inovasi.
Pasar keuangan suatu negara terdiri dari pasar modal yang menyediakan mekanisme pendanaan
ekuitas dan pasar kredityang menyediakan mekanisme pendanaan melalui liabilitas. Pendanaan
yang berasal dari pasar modal dan pasar kredit memiliki relasi yang berbeda terhadap kinerja
inovasi perusahaan. Studi Kortum dan Lerner (2000) terhadap 20 industri manufaktur yang
mengalami booming di Amerika Serikat selama tahun 1965–1992 menunjukkan bahwa kinerja
inovatif perusahaan dapat meningkat karena keberadaan venture capital yang menyediakan
pendanaan dalam bentuk ekuitas. Studi lain milik Blair dan Lital dalam Hall dan Lerner (2010)
menjelaskan fenomena leverage buy out (LBO) oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat
dan Inggris tahun 1980an. Hasil studi menyimpulkan bahwa LBO dilakukan perusahaan pemula
dengan karakteristik produk dan jasa berteknologi tinggi namun tidak memiliki cukup kolateral.

Adapun kondisi yang berbeda ditunjukkan oleh studi Blass dan Yosha (2001) dengan
konteks Israel sebagai negara berkembang. Studi mereka menghasilkan kesimpulan bahwa
perusahaan-perusahaan Israel yang tercatat di Bursa Efek Amerika Serikat menggunakan ekuitas
untuk mendanai aktivitas penelitian dan pengembangannya, sebaliknya, perusahaan yang hanya
tercatat di Bursa Efek Israel menggunakan pendanaan yang berasal dari pemerintah atau
perbankan. Perbedaan antara studi Kortum dan Lerner (2000) dan Blass dan Yosha (2001)
menjadi motivasi pertama dari studi pendahuluan ini yaitu menganalisis relasi pasar modal dan
pasar kredit terhadap kinerja inovasi.

3. Metode Penelitian

Disain Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka dibutuhkan disain penelitian yang


menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan secara
berurutan/sekuensial. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian
pertama dan selanjutnya, pendekatan kualitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan kedua.
Kedua pendekatan ini bersifat komplementer untuk menambah daya penjelas dan kontribusi
penelitian, selain menutupi kekurangan yang terjadi dari digunakannya pendekatan tunggal.

Definisi Operasional Variabel

Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari database Bursa
Efek Indonesia yang dipublikasikan secara berkala. Pemilihan proksi untuk masing-masing
variabel dijustifikasi berdasarkan penelitian terdahulu. Berdasarkan kajian literatur, penelitian
terdahulu menggunakan beragam proksi untuk mengukur kinerja inovasi, seperti: rasio penjualan
tahunan untuk produk baru yang dihasilkan perusahaan (He & Wong, 2004) Fosfuri & Tribo,
2008); anggaran penelitian dan pengembangan (Liu & Buck, 2007), jumlah paten (He & Wong,
2004). Menurut Johannessen et al. (2001) inovasi dipertimbangkan sebagai kebaruan (newness),
namun memiliki perbedaan mendasar dengan invensi yang tidak selalu melibatkan proses
komersialisasi. Berdasar kriteria kebaruan, Johannessen et al. (2001) menyatakan bahwa
kebaruan terletak pada: 1) produk baru; 2) jasa baru; 3) metode produksi baru; 4) pasar baru yang
dibuka oleh perusahaan; 5) sumber bahan baku baru; dan 6) cara atau strategi baru dalam
mengelola Perusahaan.
2.5 Jurnal Nasional

INTEGRASI PASAR KEUANGAN INDONESIA DI ASEAN: PENDEKATAN FORWARD


LOOKING

HERMADA DEKIAWAN

1. Abstrak

Tulisan ini mencoba menganalisis pasar keuangan terintegrasi di Indonesia Asean,


kecuali Brunei dan Vietnam. Dalam tulisan ini, integrasi diungkapkan oleh respon suku bunga
terhadap kurs diskon/premi ke depan pada suku bunga silang. Di dalam pelaku ekonomi secara
umum menilai keputusan aktualnya berdasarkan melihat ke belakang, namun dalam Penelitian
ini, akan menganalisis dampak ekspektasi masyarakat pada periode mendatang keputusan
sebenarnya. Metode ke depan dalam tulisan ini adalah menggunakan kointegrasi pendekatan dan
unit jangka panjang F.CM (Error Correction Model) dari data pertunjukan. Hasilnya
menunjukkan bahwa kinerja masyarakat di bidang keuangan pasar terintegrasi yang ditunjukkan
oleh respons suku bunga terhadap kurva ke depan, secara signifikan. Namun dampaknya masih
relatif kecil. Melihat ke depan Signifikansi menunjukkan bahwa kondisi sebenarnya dipengaruhi
oleh masyarakat harapan tentang masa depan.

2. Pendahuluan

Integrasi pasar keuangan merupakan salah satu hal penting dalam konteks ekonomi
global. Hal ini disebabkan banyaknya aspek ekonomi yang terkait dalam integrasi keuangan
melalui suku bunga dan kurs seperti perdagangan internasional, investasi portofolio serta unsur
spekulasi dalam upaya mendapatkan keuntungan. Konsekuensi dari hal tersebut adalah
banyaknya dimensi yang berpengaruh pada integrasi pasar keuangan melalui determinasi suku
bunga dan kurs, baik yang bersifat ekonomi dan non ekonomi.

Menurut Tucker,et.al (1991) integrasi pasar keuangan suatu negara disebabkan oleh
antara lain: aliran dana yang semakin meningkat, bertambahnya kepemilikan investor asing
terhadap aset keuangan dan riil di suatu negara, penetrasi lembaga keuangan asing terhadapa
pusat-pusat keuangan, investasi saham secara internasional, banyaknya perusahaan yang
terdaftar di bursa saham asing serta kecenderungan mengendum hambatan yang sejak dulu
mengurangi transaksi lintas batas antar negara. Di sisi lain, motivasi investor dalam melakukan
investasi internasional didasari oleh beberapa latar belakang seperti kondisi perekonomian suatu
negara yang lebih baik dan menarik jika dibandingkan dengan negaranya sendiri, harapan
terhadap nilai kurs, tingkat bunga serta alasan diversifikasi internasional

Penentuan kurs valuta asing secara umum dapat dilihat berdasarkan hga pendekatan yang
ada, yaitu pendekatan neraca pembayaran, pendekatan moneter dan pendekatan keseimbangan
portofolio. Dalam pendekatan neraca pembayaran, kurs valuta asing ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran pasar oleh pelaku ekonomi.

3. Metode Pilihan

Model Terlihat Ke Depan

Pada prinsipnya, banyak cara yang dapat dipergunakan untuk mengkaji integrasi pasar
keuangan suatu Negara berdasarkan model forward looking atau lebih sering dikenal sebagai
forward looking buffer stock. menurunkan model ini, seperti yang dinyatakan oleh Insukindro
(1996) karena memang belum ada kesepakatan mengenai penurunan model tersebut. Namun
penurunan model ini didasarkan apda anggapan bahwa agen ekonomi meminimumkan dua
macam biaya, yaitu biaya ketidakseimbangan dan biaya penyesuaian.

2.6 Jurnal Nasional

KAJIAN AWAL TENTANG MONEY LAUNDERING SERTA IMPLIKASINYA DALAM


PASAR KEUANGAN INTERNASIONAL

Hariyadi Ramelan, dan Delfianto Ras

1. Abstrak
Perkembangan teknologi perbankan internasional dalam dekade terakhir ini telah
memberikan jalan bagi tumbuhnya jaringan-jaringan perbankan yang semula lokal/regional
menjadi suatu lembaga keuangan yang global. Kecenderungan tersebut ternyata juga
memberikan kesempatan bagi para pelaku money laundering untuk turut memanfaatkan
kecanggihan jaringan layanan perbankan. Uang hasil transaksi ilegal (obat bius/ narkotika,
senjata gelap, suap/korupsi/ manipulasi serta fraud perbankan) telah menjadi “legal” dalam
dunia bisnis di pasar keuangan internasional. Dalam posisi ini, perbankan internasional
khususnya International Offshore Banking Centres (IOBC) dengan segala aspek
perlindungan data serta keleluasaan pajaknya telah menjadi lembaga intermediasi yang
sangat diminati oleh para money launderer. Namun pada sisi yang lain, juga merupakan
lembaga yang sangat rentan terhadap proses placement, layering ataupun integration.

2. Pendahuluan

The war against money launderer is not over . Kalimat tersebut nampaknya bukan
sekedar slogan kosong bagi Pemerintah Amerika Serikat dalam memberantas kegiatan money
laundering. Hal tersebut paling tidak terbukti pada hasil “Operation Cassablanca” yang
berlangsung akhir bulan Maret 1999. Dua bank besar Mexico, yakni Bancomer dan Banco
Serfin dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Federal (Fed Court) Los Angeles, dalam kasus
money laundering. Dua bank besar tersebut diharuskan membayar denda masingmasing USD
9,9 juta dan USD 4,7 juta. Kedua bank juga terbukti bersalah dan mengaku bertanggung
jawab penuh bahwa karyawan-karyawan banknya telah melakukan money laundering atas
hasil-hasil ilegal narkotik. Pada saat yang bersamaan di London, Dinas Pajak Dalam Negeri
Inggris melakukan razia terhadap 2 kantor akuntan besar dan juga rumah pengacara serta
akuntan yang terbukti berupaya menghindari objek pajak yang diperoleh dari money
laundering. Contoh-contoh tersebut hanya menggambarkan situasi mikro dari satu
konsekuensi bercampurnya “uang halal” yang secara resmi masuk dalam hitungan otoritas
moneter dengan uang haram yang merupakan hasil kegiatan melawan hukum dalam bisnis
keuangan internasional.

3. Batasan, Teknik dan Regulasi dalam Kegiatann Moey Loundering


A. Batasan dan Proses Kegiatan Money Laundering
Tak ada batasan money laundering secara umum, namun demikian money laundering
secara khusus dapat diartikan pencucian uang (laundering money from illicit proceeds), yakni
sebagai suatu proses dimana para kriminal berupaya untuk menyembunyikan sumber dan
kepemilikan hasil-hasil aktivitas kriminal yang melawan hukum. Dalam textbook, ada empat
faktor yang umum terdapat dalam kegiatan money laundering. Pertama, pemilik uang dan
sumber sesungguhnya uang tersebut harus disembunyikan. Kedua, bentuk pengambilan uangnya
harus diubah. Ketiga, jejak proses pencucian uang harus disamarkan dalam upaya
menghilangkan jejak jika seseorang menelusuri proses uang dari awal hingga akhir. Keempat,
pengawasan melekat terhadap uang (dirty money) harus dipertahankan

B. Teknik-Teknik Money Laundering

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh The FATF 4) (The Financial Action Task Force)
sepanjang tahun 1996-1997, teknik-teknik yang dilakukan dalam pencucian uang dapat
dikategorikan dalam 2 cara umum yakni:

1. Cara tradisional.

Cara tradisional dalam money laundering adalah dengan cara menyelundupkan secara
fisik uang tunai hasil transaksi ilegal ke luar negeri (perbatasan nasional suatu negara). Cara lain
yang juga relatif konvensional adalah menggunakan pedagang valuta asing, lawyers maupun
akuntan pribadi.

2. Cara-cara Modern.

Berkembangnya teknologi baru dibidang perbankan antara lain elektronic money (e–
money) telah memberikan ancaman baru dalam teknik money laundering yang lebih canggih.
Tiga cara yang mungkin dilakukan adalah melalui : Stored value cards, internet/ network based
systems dan hybrid systems. Namun demikian, aplikasi ke tiga cara ini dalam sistem pembayaran
masih relatif belum termanfaatkan. Hal yang sulit untuk dilacak justru hasil-hasil ilegal yang
ditransfer melalui International Electronic Fund Transfer. Berdasarkan pengalaman di Inggris,
ciri-ciri yang sering dilakukan oleh money launderer antara lain menggunakan institusi yang
terkait (perbankan) serta Pedagang Valuta Asing (PVA), lawyer, serta accountant.

C. Regulasi Kegiatan Money Laundering


Sebagaimana diketahui, bank ataupun lembaga finansial lainnya merupakan lembagalembaga
yang sangat rentan bagi kemungkinan penyusupan hasil-hasil transaksi ilegal (secret money).
Rentannya lembaga-lembaga tersebut dari kegiatan money laundering dimungkinkan baik dalam
proses placement, layering maupun integration. Berkaitan dengan upaya untuk mencegah dan
memerangi kegiatan money laundering tersebut, perlu adanya aturan hukum yang mengikat
secara internasional dan berkekuatan hukum yang tetap. Rezim yang dapat dijadikan contoh
untuk pencegahan kegiatan money laundering adalah Inggris. Mengapa demikian, karena
London sebagai salah satu pusat pasar keuangan terbesar dunia, merupakan target yang menarik
bagi para pencuci uang. Pasar finansial London yang terkenal dengan kemajuan dan
transparannya sangat memberi peluang untuk memuluskan tahapan-tahapan kegiatan money
laundering, apakah itu placement, layering dan integrasi. Kondisi ini lebih membuka peluang
setelah diperkenalkan Euro sebagai mata uang tunggal Eropa yang secara tidak langsung telah
menurunkan kontrol dan hambatan-hambatan dalam rangka pasar tunggal Eropa, khususnya
untuk mobilitas barang-barang, jasa, orang dan modal secara leluasa di seluruh Eropa.

4. Beberapa Upaya dan Antisipatif terhadap Kegiatan Money Loundering

Sebagaimana diuraikan di atas, kegiatan money laundering memiliki dampak instabilitas


pada sistem finansial dunia. Faktor instabilitas tersebut tidak hanya bersumber dari turn over
yang sangat besar (300 – 400 milyar USD per tahun), namun juga berasal dari perkembangan
teknologi seperti EFT (cyber payment) yang memungkinkan pembayaran transfer berlangsung
dengan mobilitas yang tinggi dengan mengoptimalkan jaringan perbankan internasional sebagai
lembaga intermediasi. Kondisi ini memberikan suatu implikasi yang sangat luas dan kompleks
dalam upaya menciptakan kestabilan masyarakat global di pasar finansial. Implikasi tersebut
menuntut adanya suatu langkah kerjasama preventif dan represif yang berskala internasional
terhadap kegiatan money laundering. Satu upaya upaya penting yang telah dilakukan oleh
masyarakat internasional adalah dibentuknya FATF yang salah satu rekomendasinya menyatakan
bahwa “countries should monitor the physical cross border transportation of cash and bearer
instruments without impeding in any way the freedom at capital movement”. Rekomendasi ini
merupakan kunci utama dalam pemahaman konsep “know your customer” approach.

2.7 Jurnal Nasional

1. Abstrak
Ketidakpastian pasar keuangan di negara berkembang, termasuk Indonesia, dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yang berbeda dengan negara maju. Penggunaan kertas ini analisis deskriptif
untuk meneliti dan menganalisis pasar keuangan Indonesia di pembatalan cra. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pasar keuangan Indonesia ditentukan oleh faktor-faktor nonfundamental,
seperti kebijakan publik. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menguraikan beberapa
faktor yang mempengaruhi pasar keuangan yang sering diabaikan dalam beberapa literatur.

2. Pendahuluan

Ketidakwajaran pasar keuangan telah didokumentasikan secara cukup lengkap dalam


literatur (Schwert,2003). Berbagai penelitian melaporkan adanya ketidakwajaran keuangan yang
di sebabkan oleh berbagai faktor, yang juga telah dijelaskan secara mendetail. Namun demikian,
penelitian tersebut lebih terfokus pada pasar Amerika Utara dan Eropa, yang merupakan negara
negara maju. Ketidakwajaran keuangan untuk pasar Asia sekarang ini berkembang dengan pesat
karena itu, diperlukan pembahasan pasar-pasar yang seadang berkembang pesat ini, dalam hal ini
tentang ketidakwajaran keuangan. Pada khususnya di Indonesia. Berbagai faktor yang
mempengaruhi pasar keuangan dapat di klasifikasikan ke dalam 2 kelompok sebagai berikut:

1. Faktro fundamental, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi keuangan Perusahaan
(misalnya: EPS, PER)

2. Faktor non-fundamental, yaitu faktor-faktor di luar kondisi keuangan Perusahaan (misalnya:


keadaan politik, deficit negara, kebijakan keuangan pemerintah)

Ketidakwajaran pasar keuangan merujuk kepada faktor non-fundamental, yaitu


bergeraknya pasar keuangan tanpa adanya pengaruh dari kondisi keuangan Perusahaan.
Ketidakwajaran ini dapat terjadi semakin tidak wajar lagi jika pengaruhnya justru bertentangan
dengan tren kondisi keuangan Perusahaan, misalnya pembelian yang semakin meningkat Ketika
harga saham meningkat.

Walaupun berbagai peuelitian puda umumaya berpendapat bahwa ketidak-wajaran pasar


keuangan dischabkan oleb faltor non-fundamental, namun belu ada pengcrucutan mengenai'
faktor non-funda-mental yang mana yang dominan dalam berbagai keaduan ekonomi. Secara
khasus, belum ada kesepahaman mengenai faktor penentu pasar kcuangan di saat Krisis.
Penelitian-penelitian terburu mem-fokuskan diri pada penjelasan lepas faktor waktu - misalnya
faktor bulanan. Ini memunculkan dugsan bahwa kecenderungan ketidakwajaran pasar keuangan
disebabkan oleh kesalahan pengumpulan data atau metode statistik (Keim, 19K9). Menurut tcori
ini, efek ketidakwajaran tersebut merapakan akibat kesalahan spesifikasi model, yang
mengabaikan faktor risiko pada bulan-bulan tertentu, Ini berarti hahwa investor tidak dapat
juengendalkan data dan harga yang diambinñada waktu-waktu ketika fukter risiko itu diabaikan.
Penjclasan lain didasarkan pada informasi har yang disajikan olch herbagai perusalaian pada
akhir tahun fiskal, yang juga dikenul sebugai hipolesis informasi (Rozelt dan Kincy, 1976).
Informasi berkala mengalir secara berubah-ubah sejalan dengan perbedaan kategori investor, dan
dengan dernikian berubah pula tingkat dan kocepatan penycbaran informasi. Babkan ada pula
penclitian yang mengaitkas data ketidakwajaran pasar keuungan dengan kascenderungan orang
menunds pekerjaan, schingga hal ini mengurangi kecepatan reaksi investor terhadap suatu
informasi (Miller,

1990), Teori window dressing secara menarik mengaitkan ketidakwajaran pasar keuangan
dengan perilaku pengelola keuangan untuk mencipsakan persepsi positif tentang kinerja
kewangan perusahnan dengan mempernainkan waktu pelepasan informasi kevangan, dengan
harapan ini akan mempengaruhi klien mereka. Penélitian ini berpendapat bahwa ketidakwajaran
kenangan lebih disebabkan oleh kesalahan sistematik (Ilaugen dan Lakonishok, 1989). Dalam
berbagui penelitian, faktor waktu dipandang schagai faktor penting pada pasar negara maju -
walaupun tidak dalam pasar negara berkembang. Berbagai penelitian untuk pasar negara
berkembang mulai bermunculan,misalnya mengenai hipotesis tax-loss selling menggunakan
saham bulanan di 18 pasar negara berkembang pada 1987-1995 (Fountas dan Segredakis, 2002).
Penelitian di atas menvebutkan sangat sedikitnya pengaruh waktu terhadap ketidakwajaran pusar
keuangan di negara-negara yang ditcliti. Hal yang sama juga diungkapkan melalui penelitian
terhadap pasar keuangan di Jordania (Maghayerch, 2003). Menggunakan standar Generalized
Autoregressive Con- ditional Heleroskedasticity (GARCH) dan model Exponential GARCI
(EGARCH) terhadap keuntungan harian Bursa Saham Amian selama 1994-2002, ditemukan
sedikit sekali pengaruh waktu pada ketidakwajaran pasar keuangan.

2.8 Study Kasus Dalam Pasar Uang


Konsekuensi Jika Membeli Mobil dari Pelaku Kasus KorupsiSekitar 7 bulan yang lalu
saya membeli 1 unit mobil bekas dengan harga wajar/harga pasar, komplit dengan surat-surat
BPKB, STNK pajak hidup, Buku Panduan dan kunci cadangan, disertai dengan kwitansi jual beli
yang sah dan beberapa orang saksi. Setelah kira-kira 7 bulan saya pakai, saya ingin membayar
pajak tahunan, tetapi saya terkejut karena kata orang Samsat tidak bisa sebab diblokir KPK
akibat kasus korupsi pencucian uang. Sudah 5 biro jasa saya coba, hasilnya sama, diblokir
kepolisian. Saya berusaha menanyakan perihal masalah tersebut kepada yang punya mobil, tetapi
mereka berusaha untuk menutupi dan tidak transparan menjelaskan masalah mobil tersebut,
dengan kata lain tidak mau bertanggung jawab. Sampai sekarang saya bingung menghadapi
masalah ini, saya berusaha untuk menyelidiki masalah mobil yang saya beli dan ternyata mobil
tersebut hasil korupsi dari anak yang punya mobil tersebut yang dihibahkan/diberikan kepada
bapaknya yang namanya tertera pada BPKB mobil tersebut. Yang ingin saya pertanyakan: apa
yang harus saya lakukan? Apakah mobil saya bisa disita KPK? Kalaupun terjerat pencucian uang
kenapa orang yang namanya tertera pada BPKB tersebut tidak ditahan kepolisian? Karena setahu
saya, menerima hasil dari korupsi bisa terjerat kasus pencucian uang. Mohon penjelasan dari
bapak/ibu sekalian, sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

Jawaban:

Membeli mobile hasil korupsi

Masyarakat pada umumnya meremehkan pentingnya proses balik nama atas Buku
Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) ketika membeli sebuah mobil bekas. Hal ini menjadi
penting biasanya ketika mobil bekas yang dibeli ternyata bermasalah di kemudian hari, dan
sudah merupakan rahasia umum jika hukum kebiasaan yang berlaku di tengah masyarakat kita
ketika membeli sebuah mobil bekas hanya “mendasarkan” sahnya jual beli ketika si Pembeli
menerima lembar kwitansi kosong yang di dalamnya tertera tanda tangan dari si Penjual/Pemilik
sebelumnya yang namanya tercantum dalam BPKB.
Sebelum menjawab pertanyaan Saudara terkait langkah hukum apa yang harus dilakukan ketika
mengetahui jika mobil bekas yang telah Saudara beli merupakan hasil dari tindakan korupsi dari
anak si Penjual/Pemilik sebelumnya yang namanya tercantum dalam BPKB, berikut akan kami
informasikan terlebih dahulu dasar hukum terkait.
Bahwa mobil (penumpang) merupakan jenis Kendaraan Bermotor yaitu kendaraan yang
digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin (selain Kendaraan yang berjalan di atas rel)
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 7 dan angka 8 juncto Pasal 47 undang-
undang nomor nomor 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkutan jalan (UULLAJ).
Supaya Kendaraan Bermotor dapat melintasi jalan maka wajib diregistrasi sebagaimana
telah diatur dalam ketentuan Pasal 64 ayat (1) UULLAJ, dan sebagai bukti bahwaKendaraan
Bermotor telah diregistrasi maka Pemilik diberi Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB),
Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) Bermotor, dan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor (Pasal 65 ayat (2) UULLAJ).
Sebagai bagian yang penting untuk diketahui adalah bahwa BPKB berlaku selama
kepemilikannya tidak dipindahtangankan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 70 ayat
(1) UULLAJ. Implikasi hukumnya ketika diaplikasikan dalam permasalahan hukum yang
Saudara hadapi, sepanjang nama pemilik yang tertera dalam BPKB masih tercantum nama
pemilik mobil sebelumnya, maka Saudara tidak dapat dikatakan sebagai Pemilik mobil
tersebut secara hukum, meskipun secara fisik mobil tersebut telah berada dalam penguasaan
Saudara berikut dengan STNK dan telah terdapat asli kwitansi pembayaran lunas terkait jual
belinya.
Adapun terdapat kewajiban bagi Pemilik mobil sebelumnya untuk melaporkan kepada
Kepolisian Republik Indonesia jika kepemilikan Kendaraan Bermotor telah beralih sebagaimana
diatur dalam ketentuan Pasal 71 ayat (1) huruf c UULLAJ, dan ditegaskan kembali
dalam Pasal 43 ayat (1) Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.
Demikianlah seharusnya BPKB mobil tersebut wajib untuk dilakukan proses balik nama
jika Saudara telah membelinya dari Pemilik sebelumnya. Dan sebagai informasi tambahan untuk
saat ini setiap proses balik nama Kendaraan Bermotor harus diberi BPKB yang baru
berdasarkan petunjuk teknis yang terdapat pada Telegram Kapolri Nomor 2339/VIII/2010
yang diberlakukan sejak tanggal 10 Juni 2010, dimana yang dimaksud dengan BPKB baru
tersebut ialah BPKB yang belum digunakan secara materiil atau masih kosong.
Apabila kemudian disinyalir mobil tersebut merupakan hasil tindak pidana korupsi dari anak si
Pemilik mobil sebelumnya, maka selama dalam BPKB mobil tersebut nama Saudara belum
tertera sebagai Pemilik maka masih terbuka peluang dilakukannya tindakan hukum berupa
penyitaan selama proses penyidikan berlangsung oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (“KPK”)
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 26 undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi (UuU No. 31 Tahun 1999) juncto pasal 39 ayat (1)huruf e
Kitab undang-undang hukum aceh pidana (KUHAP).
Bahkan apabila si pelaku yang diduga melakukan tindak pidana korupsi kemudian diadili, tidak
tertutup peluang dijatuhkannya putusan pengadilan berupa pidana tambahan dalam bentuk
perampasan barang sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf a UU No.
31 Tahun 1999.
Menyikapi permasalahan hukum Saudara, kami memiliki beberapa saran dalam bentuk langkah
hukum sebagai berikut:
1. Bahwa secara hukum Saudara tidak berkedudukan sebagai pemilik terhadap mobil tersebut
sebab dalam BPKB masih tercantum nama Pemilik sebelumnya sebagai pemilik. Sehingga
apabila diperoleh dugaan kuat jika mobil tersebut merupakan hasil dari tindak pidana korupsi,
maka Penyidik KPK dapat melakukan penyitaan terhadap mobil tersebut untuk kepentingan
proses penyidikan.
Hal ini tentu saja merugikan Saudara yang semula beritikad baik membeli mobil tersebut dari
Pemilik sebelumnya. Apabila Saudara menghadapi kondisi demikian maka Saudara dapat
mengajukan permohonan pinjam pakai barang bukti kepada pihak yang berwenang dalam hal ini
adalah KPK karena terkait dugaan tindak pidana korupsi dengan disertai alasan (contohnya
mobil tersebut berpengaruh besar bagi Saudara untuk dapat bekerja) dan bukti terkait yang
menerangkan jika Saudara adalah Pembeli yang beritikad baik ketika membeli mobil
tersebut yang dibuktikan dengan adanya asli kwitansi pembayaran pelunasan pembelian mobil
yang ditandatangani oleh Pemilik mobil sebelumnya.Bahkan bilamana diperlukan dalam surat
permohonan tersebut Saudara dapat lampirkan surat pernyataan yang pada pokoknya
menyatakan hal-hal sebagai berikut:
1.1. kesediaan merawat dan tidak mengubah bentuk, wujud dan warna barang bukti (benda yang
disita),
1.2. kesediaan untuk menghadirkan barang bukti (benda yang disita) bila diperlukan sewaktu-waktu,
dan
1.3. Kesediaan untuk tidak memindahtangankan barang bukti kepada pihak lain.
Bahwa secara eksplisit pada ketentuan Pasal 46 KUHAP tidak ada mengatur mengenai hal
pinjam pakai benda yang dikenakan penyitaan. Namun hal tersebut dapat dilihat
dalam Lampiran Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor: M.01.PW.07.03 Tahun 1982 tentang Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
Selain itu, mengenai pinjam pakai barang bukti dalam suatu perkara tindak pidana pada
umumnya (bukan pada tindak pidana korupsi) pedoman pelaksanaannya dapat dilihat
dalam Pasal 23 Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian Republik Indonesia.
Meskipun praktiknya, KPK saat ini belum memiliki instrumen hukum yang mengatur hal pinjam
pakai barang bukti terkait dengan tindak pidana korupsi, sekiranya langkah hukum yang kami
sampaikan dapat menjadi salah satu alternatif upaya yang dapat diusahakan dengan adanya
pertimbangan bahwa Saudara adalah Pembeli yang beritikad baik salah satunya terbukti dari
tindakan Saudara yang telah membeli mobil tersebut sesuai dengan harga yang wajar sesuai
harga pasar saat itu.
2. Bahwa apabila di kemudian hari terhadap si pelaku tindak pidana korupsi (anak si pemilik mobil
sebelumnya) dijatuhkan putusan akhir yang memuat pidana tambahan berupa perampasan barang
bergerak yang diperoleh dari tindak pidana korupsi (Pasal 18 ayat (1) huruf a UU No. 31
Tahun 1999) yang salah satunya termasuk mobil yang telah Saudara beli, maka langkah hukum
yang dapat Saudara tempuh berdasarkan ketentuan Pasal 19 UU No. 31 Tahun 1999 adalah
sebagai berikut:
2.1. mengajukan surat keberatan pada pengadilan yang bersangkutan paling lambat 2 (dua) bulan
setelah putusan pengadilan dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum, namun pengajuan surat
keberatan ini tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan,
2.2. selanjutnya hakim akan meminta keterangan penuntut umum dan pihak yang berkepentingan,
2.3. setelah mendengarkan keterangan dari penuntut umum dan pihak yang berkepentingan maka
akan dikeluarkan sebuah penetapan hakim, yang bilamana penuntut umum atau pihak yang
berkentingan berkeberatan terhadap isi penetapan tersebut, dapat meminta kasasi kepada
Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Menjawab pertanyaan Saudara selanjutnya terkait hal tidak ditahannya Pemilik yang namanya
tertera pada BPKB mobil oleh KPK, tentunya diperlukan infomasi sejauh mana perkembangan
proses penyidikan terkait dengan tindak pidana korupsi yang dimaksud telah berlangsung.Namun
secara normatif dasar penahanan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan suatu tindak
pidana (berdasarkan bukti yang cukup) didasarkan alasan sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 21 ayat (1) KUHAP, sebagai berikut:
1. dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa
akan melarikan diri,
2. dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa
akan merusak atau menghilangkan barang bukti, dan/atau
3. dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa
akan mengulangi tindak pidana.

Anda mungkin juga menyukai