Anda di halaman 1dari 8

Rekor! Utang Pemerintah Tembus Rp7.

554,2 Triliun per November


2022

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan posisi utang pemerintah Indonesia


hingga akhir November 2022 tercatat sebesar Rp7.554,2 triliun.

Nominal utang pemerintah Indonesia naik sekitar Rp57,5 triliun dari posisi Oktober 2022 yang
tercatat sebesar Rp7.496,7 triliun. Adapun, rasio utang setara 38,65 persen terhadap produk
domestik bruto atau PDB Indonesia.

"Rasio utang terhadap PDB dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan
diversifikasi portofolio yang optimal," tulis Kementerian Keuangan dalam buku APBN Kita
Edisi Desember 2022, dikutip Jumat (23/12/2022).

Komposisi utang pemerintah didominasi oleh penerbitan surat berharga negara (SBN) sebesar
Rp6.697,83 triliun. Ini terdiri dari SBN domestik Rp5.297,81 triliun dan SBN valuta asing
(valas) sebesar Rp1.400,02 triliun.

SBN domestik sendiri mayoritas berasal dari surat utang negara (SUN) sebesar Rp4.317,74
triliun dan surat berharga syariah negara (SBSN) sebesar Rp980,08 triliun. Sedangkan, SBN
valas juga didominasi oleh SUN sebesar Rp1.066,68 triliun dan SBSN sebesar Rp333,34 triliun.
Kemudian, sisa utang pemerintah berasal dari pinjaman senilai Rp856,42 triliun yang diperoleh
dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp17,52 triliun dan pinjaman luar negeri Rp838,90 triliun.

Lebih lanjut, pinjaman luar negeri mayoritas berasal dari pinjaman multilateral sebesar Rp510,35
triliun, diikuti pinjaman bilateral Rp278,06 triliun, dan bank komersil Rp50,49 triliun.

Sebagai porsi utang terbesar, kepemilikan SBN saat ini didominasi oleh perbankan dan diikuti
Bl. Sedangkan, kepemilikan investor asing tercatat terus menurun sejak 2019 yang mencapai
38,57 persen, hingga akhir 2021 tercatat 19,05 persen, dan mencapai 14,64 persen per 15
Desember 2022.

"Hal tersebut menunjukkan upaya pemerintah yang konsisten dalam rangka mencapai
kemandirian pembiayaan dan didukung likuiditas domestik yang cukup. Kendati demikian,
dampak dari normalisasi kebijakan moneter terhadap pasar SBN tetap masih perlu diwaspadai,"
tulis kemekeu buku APBN Kita.
Harga Telur Hingga Beras Naik Berjamaah, Cabai Merah Meroket Paling Tinggi

Harga bahan pokok terpantau meningkat dengan momen datangnya hari raya Natal dan
Tahun Baru (Nataru). Berdasarkan daftar Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok
Kementerian Perdagangan (SP2KP Kemendag) harga bahan pokok meningkat lebih tinggi
selama periode liburan dibandingkan dengan tanggal 23 November lalu. Komoditas cabai rawit
merah menjadi komoditas dengan kenaikan harga tertinggi.

"Per 23 Desember 2022, harga cabai rawit merah mencapai Rp54.300 per kilogram (kg), naik
12,42% dibandingkan periode yang sama bulan lalu Rp48.300 per kg bulan lalu," demikian
dituliskan oleh Kemendag, Minggu (25/12/2022).

Kenaikan harga tertinggi kedua adalah komoditas telur ayam ras, naik 8,97% dari Rp29.000 per
kg menjadi Rp31.600 per kg. Posisi ketiga dengan kenaikan tertinggi ditempati oleh komoditas
cabai merah keriting, yaitu sebesar 8,96%. Harga cabai merah keriting mencapai Rp37.700 per
kg dibandingkan Rp36.300 per kg bulan lalu.
Harga daging ayam ras pun naik 6,94% menjadi Rp37.000 per kg dibandingkan bulan lalu, yaitu
Rp34.600 per kg. Harga bawang putih pun terpantau naik 5,79% menjadi Rp27.400 per kg dari
Rp25.900 per kg bulan lalu.

Harga beras medium dan harga cabai merah besar sama-sama mengalami kenaikan sebesar
2,75%. Harga beras medium tercatat Rp11.200 per kg dibandingkan Rp10.900 per kg bulan lalu.
Sedangkan harga cabai merah besar mencapai Rp37.300 per kg dibandingkan Rp36.300 per kg.

Komoditas bawang merah mengalami kenaikan harga 1,89% menjadi Rp37.800 per kg
dibandingkan Rp37.100 per kg bulan lalu.

Harga minyak goreng kemasan sederhana terpantau melampaui batas harga eceran tertinggi
(HET) Rp14 ribu per liter. Harga migor kemasan sederhana ini naik 1,86% menjadi Rp16.400
per liter dibandingkan Rp16.100 per liter bulan lalu.
Ini Ramalan Bank Mandiri Soal Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan
berada di level 5%.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, perekonomian Indonesia akan
melanjutkan kinerja yang cukup baik di sepanjang kuartal IV 2022 ini.
Ia memaparkan, angka inflasi pada dua bulan terakhir cenderung terkendali sehingga sepanjang
tahun ini atau year to date, inflasi mencapai 4,82% pada November 2022. Jika menggunakan
asumsi tingkat inflasi rata-rata di bulan Desember, maka inflasi akhir tahun 2022 diperkirakan
berada pada kisaran 5,4% hingga 5,6%.
"Angka inflasi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan konsensus pasar yang memperkirakan
inflasi pada akhir tahun bisa tembus 6,7%," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa
(20/12/2022).
Selanjutnya, kinerja neraca perdagangan Indonesia juga masih positif dengan dukungan sektor
komoditas. Pada bulan November, neraca Perdagangan mencatatkan angka USD 5,16 miliar atau
melanjutkan surplus sepanjang 31 bulan terakhir.
"Dengan neraca perdagangan tersebut Indonesia dapat dipastikan Neraca Transaksi Berjalan
(NTB) atau Current Account Balance Indonesia akan mengalami surplus dalam kisaran 1% dari
PDB," sebutnya.
Kemudian, aliran modal asing kembali masuk ke dalam pasar obligasi Indonesia seiring dengan
fokus investor global yang mulai berubah dari tingkat inflasi ke tingkat pertumbuhan ekonomi
global, terutama di Amerika Serikat (AS).
Tercatat nett buy investor asing mencapai Rp 46,6 triliun dalam periode tersebut sehingga jika
kita melihat kepemilikan asing di pasar obligasi, saat ini mencapai 14,7% atau lebih tinggi
dibandingkan posisi awal November 2021 yang mencapai 13,9%.

"Investor asing mulai masuk ke pasar Obligasi Pemerintah RI dalam satu setengah bulan
terakhir," pungkasnya.
Pengusaha Ngomong Resesi: Sebut Dolar Rp
15.800, Ekonomi 5,3%

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 secara


keseluruhan akan berada di kisaran +5,00% s/d +5,30% (yoy) dengan Inflasi di antara +3,60%
s/d +5,00% serta rata rata nilai tukar Rupiah terhadap USD di kisaran 15.200 - 15.800 per dolar
USD. Di sisi lain Presiden Joko Widodo sudah berulang kali menyebut ancaman resesi di tahun
depan.

"Kok Apindo terlihat optimistis, ya karena Kita lihat di tengah resesi global, tapi ekonomi
domestik bisa berjalan dengan baik, jadi paling penting domestik seperti apa. Tantangannya ada
di nilai tukar Rupiah, Rasionalnya di angka Rp 15.800 di level atas," kata Ketua Umum Apindo,
Hariyadi Sukamdani dalam konferensi pers, Selasa (21/12/22).

Proyeksi rentang pertumbuhan tersebut berdasarkan pertimbangan atas tiga hal utama, pertama
adalah pemulihan ekonomi yang berjalan cukup baik di tahun 2022, diantaranya sebagai hasil
dari sejumlah program proteksi sosial dan pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Kedua, sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang tepat untuk meredam berbagai dampak dari
inflasi global dan kelesuan ekonomi dunia. Ketiga, sayangnya terdapat kurang konsistennya
pelaksanaan agenda reformasi struktural yang berpotensi menyebabkan pertumbuhan ekonomi
yang tidak inklusif. Sementara itu di tahun ini juga pertumbuhan ekonomi masih di sekitar 5%.

"Apindo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 akan berkisar dari perkiraan
terendah +5,30% (yoy) sampai dengan prediksi tertingginya +5,40% (yoy). Proyeksi tersebut
didasarkan pada hasil pertumbuhan (yoy) yang diperoleh di Q1 (5,01%), Q2 (5,44%), dan Q3
sebesar 5,72% yang menunjukkan tren kenaikan sejak awal 2022 serta tumbuh di atas berbagai
ekspektasi," kata Hariyadi.

"Hasil pertumbuhan di ketiga kuartal tersebut memberikan pattern yang prediktif terhadap
proyeksi pertumbuhan di Q4 2022 (yoy) maupun untuk keseluruhan 2022 (yoy)," lanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai