Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH CURRENT RATIO, INVENTORY TURNOVER, DAN

LAVERAGE TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN KEBIJAKAN


DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Pada Perusahaan Bank Swasta 3 Terbesar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2018 - 2022)

TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Pascasarjana Universitas
Pamulang

Oleh :
INDRAWAN
221015200053

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandemi Covid-19 memiliki dampak sangat luas dan besar terhadap kondisi

perekonomian. Bahkan dapat dikatakan telah hampir mengubah seluruh tatanan ekonomi dan

komersial dari berbagai departemen. Situasi ini mendorong para ahli untuk menggambar

model kegiatan yang komprehensif. Pilihan ini adalah konsekuensi logis akibat pandemi

Covid-19 juga memengaruhi perubahan perilaku konsumen untuk membeli berbagai produk

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Pramudita, 2020).

Ekonomi di awal 2021 masih berat, hal ini dapat dipantau dari sektor ritel. Sektor

ritel, hari ke hari, jumlah gerai ritel yang tutup. Industri ritel di Indonesia merupakan sektor

yang terkena dampak covid-19. Beberapa ritel memang telah melaporkan dampak covid-19

terhadap bisnis ritel. Seperti Matahari Department Store telah memperkirakan akan ada

penurunan pendapatan hingga

25 persen, bahkan nama-nama besar mulai dari Ramayana, sampai Giant jadi
contohnya.

Selebihnya masih banyak yang bertumbangan karena tak kuat dengan tekanan pandemi.

Penjualan ritel di Indonesia masih mengalami kontraksi pada Februari 2021, baik secara

bulanan (month-to- month/MtM) dan tahunan (year-on-year/YoY).


Namun pada Maret 2021, diperkirakan mulai ada perbaikan. Bank Indonesia (BI)

melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari

2021 sebesar 177,1. Terjadi kontraksi atau pertumbuhan negatif 2,7% MtM. Secara YoY,

kontraksinya mencapai 18,1%.

Sementara laba bersih diperkirakan turun hingga 75 persen. Penjualan pakaian pun

menurun sebesar 80 persen. Hal ini disebabkan karena banyak department store yang di tutup

sementara akibat pandemi covid-19. Penjualan bahan makanan menurun menjadi 45 persen

tahun 2020 bila dibandingkan dengan tahun lalu sebelum adanya pandemi covid-19.

Menurunnya jumlah konsumen yang berbelanja ke toko sebesar 50 persen selama masa

pandemi covid-19 ini. Penurunan kunjungan ke toko karena beberapa wilayah yang

menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Akibat terpuruknya penjualan dimasa pandemi covid-19 ini mempengaruhi beberapa

sektor. Beberapa toko ritel sedang mulai melakukan efesiensi. Dengan adanya perubahan jam

kerja sehingga mempengaruhi gaji karyawan serta adanya karyawan yang dirumahkan akibat

penjualan mengalami penurunan.

Dalam menghadapi situasi ini, beberapa toko ritel sudah mulai menciptakan ide-ide

yang inovatif. Memudahkan masyarakat untuk berbelanja. Untuk saat ini strategi transaksi

offline sekarang sangatlah berkurang, sedangkan konsumen sekarang beralih ke transaksi

online. Konsumen berbelanja hanya dengan lewat WhatsApp atau Shop and Talk akan

memudahkan konsumen dalam berbelanja. Tapi kontribusinya belum sebesar offline.

(Kompas.com, 2020)
Seiring dengan penanganan Covid-19 yang semakin baik, pemulihan ekonomi di

Indonesia juga terus menunjukkan tren yang membaik. Ekonomi Indonesia terus berada di

jalur positif, baik di Q2 maupun di Q3 tahun 2021. Hal ini juga tidak terlepas dari

pertumbuhan pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang merupakan kontribusi dari

aktivitas perdagangan ritel. Berdasarkan data dari BPS, jumlah ritel di Indonesia yang terdiri

dari pusat perbelanjaan dan toko swalayan pada tahun 2020 mencapai 2.133 unit.

Ditengah lesunya saham emiten ritel akibat pandemi, memang akan sangat

berpengaruh terhadap perusahaan-perusahaan yang mempunyai utang tinggi. Ada beberapa

perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kondisi suatu perusahaan

selain dilihat dari omzet yang diterima, juga bisa dilihat dari harga saham perusahaan

tersebut. Harga saham merupakan harga yang ditetapkan perusahaan bagi pihak lain yang

ingin memiliki hak kepemilikan saham. Nilai harga saham selalu berubah –ubah setiap

waktu. Kenaikan dan penurunan harga saham diperusahaan di Pasar modal berbanding lurus

dengan kinerja suatu perusahaan sesuai dengan peristiwa saat ini yaitu pandemi covid 19

pada perusahaan ritel mengalami penurunan signifikan pada harga saham.

Pasar modal menjadi salah satu alternatif dalam menyalurkan dana atau investasi bagi

pihak yang memerlukan modal maupun bagi pihak yang membutuhkan modal ke perusahaan

berupa saham, obligasi dan sebagainya (Fahmi, 2009). Perusahaan Ketika memutuskan untuk

mencari pendanaan salah satu pilihan perusahaan dengan menerbitkan saham karena saham

merupakan instrument investasi yang banyak dipilih oleh para investor untuk menanamkan

modalnya, saham juga mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik . Hal ini

dikarenakan semakin tinggi harga saham, maka akan semakin tinggi nilai perusahaan

tersebut.
Undang-undang pasar modal No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan

pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan

efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan

profesi yang berkaitan dengan efek. Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal

merupakan instrument jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham,

obligasi, reksa dana, waran, dan berbagai instrument derivative seperti option, futures dan

lain-lain.

Di Indonesia terdapat pasar modal yang Bernama Bursa Efek Indonesia, yang

memiliki peranan oenting dalam perkembangan perekonomian negara, karena dapat

memberikan sarana bagi masyarakat umum untuk berinvenstasi dan sebagai sarana untuk

mencari tambahan modal bagi perusahaan go-public.

Informasi yang tersedia merupakan cerminan dari harga saham di pasar modal.

Berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungan pasar modal, baik lingkungan ekonomi maupun

non-ekonomi, memiliki muatan informasi yang dimanfaatkan untuk dasar pengambilan

keputusan bagi investor sehingga merupakan faktor yang menetapkan naik turunnya harga

saham. Fluktuasi harga saham merupakan hal penting yang menjadi perhatian para investor

karena harga saham mencerminkan kinerja perusahaan. Saham merupakan surat berharga

yang diperdagangkan di pasar modal sebagai tanda bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.

Pemegang saham yang terdapat dalam suatu perusahaan turut memiliki sebagian dari

perusahaan tersebut. “Saham merupakan salah satu instrument pasar modal yang paling

menarik minat investor karena dapat memberikan tingkat keuntungan yang menarik (Sunardi

dan Permana,2019)

Menurut Sunardi dan Permana, 2019., mengemukakan bahwa keputusan investor

dalam hal membeli saham dapat menggunakan analisis investasi. Analisis investasi

merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para investor, mengingat tanpa analisis

yang baik dan rasional para


pemodal akan mengalami kerugian . Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan

suatu saham diatas harga saham dan keputusan menjual saham terjadi apabila nilai perkiraan

suatu saham dibawah harga saham.

Pasar modal menjadi salah satu alternatif dalam menyalurkan dana atau investasi bagi pihak

yang memerlukan modal maupun bagi pihak yang membutuhkan modal ke perusahaan

berupa saham, obligasi, dan sebagainya.

Harga saham adalah salah satu hal yang dijadikan indikator pengelolaan perusahaan

yang menunjukkan nilai dari surat prestasi perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan

keuntungan akan memberikan kepuasan bagi para investor . Semakin naik nilai harga saham,

maka semakin banyak pula saham perusahaan yang diminati oleh investor, dan dengan

demikian perusahaan akan memperoleh capital gain dan citra yang lebih baik sehingga

memudahkan bagi pihak manajemen untuk memperoleh dana.

Menurut Brigham dan Houston (2010), “harga saham menentukan kekayaan

pemegang saham.” Memaksimalisasi kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi

maksimalisasi harga saham perusahaan. Harga saham pada waktu tertentu akan bergantung

pada arus kas yang diharapkan diterima di masa yang akan datang.

Pada umumnya, investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan

dengan mengharapkan return atau keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan.

Return atau keuntungan yang akan diperoleh investor adalah dalam bentuk dividen maupun

capital gain. Dividen merupakan bagian laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada para

pemegang saham, sedangkan capital gain merupakan selisih positif antara perolehan

saham dengan harga pasar


saham. Dividen mempunyai dampak pada harga saham karena dividen memberikan informasi

atau isyarat tentang profitabilitas perusahaan.

Pembayaran dividen yang stabil sepanjang waktu, kemudian perusahaan

meningkatkan jumlah dividen yang dibayarkan, maka para investor percaya bahwa

manejemen menunjukkan perubahan positif pada prifitabilitas perusahaan yang diharapkan

diwaktu yang akan datang.

Pihak Investor cenderung lebih suka perusahaan untuk membagikan laba atau

keuntungan tersebut dalam bentuk dividen untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Akan

tetapi, manajemen juga harus memperhatikan kelangsungan perusahaan dengan menahan laba

untuk diinvestasikan lagi di masa mendatang. Oleh karena itu adanya perbedaan kepentingan

inilah akan membuat mekanisme pengawasan pemegang saham terhadap pihak manajemen.

Karena adanya kepentingan pribadi tersebut maka dibuatlah kebijakan dividen.

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan

dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba,

guna pembiayaan investasi dimasa mendatang.

Berdasarkan uraian diatas alasan peneliti menggunakan harga saham perusahaan ini

dikarenakan perusahaan ritel mengalami penurunan. Hal tersebutlah yang menjadi dasar

dalam penelitian ini yang diberi judul “Pengaruh Curent Ratio, Inventory Turnover, dan

Laverage terhadap Harga Saham dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening

(Study pada Perusahaan Bank Swasta 3Terbesar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2018-2022)”
B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat

diidentifikasikan masalah-masalah yang terjadi sebagai berikut :

1. Manajemen perusahaan harus dapat menemukan strategi dan cara yang tepat dalam

mempertahankan keberlangsungan bisnisnya yaitu dengan memaksimalkan nilai

perusahaan

2. Masih banyak investor yang belum mengetahui arti penting rasio profitabilitas untuk

menilai suatu perusahaan dengn harga saham

3. Terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini terdapat pembatasan ruang lingkup penelitian agar penelitian

dapat dilakukan lebih mendalam dan memecahkan masalah, untuk itu peneitian

dibatasi pada :

1. Dalam penelitian Dividen Policy ini menggunakan indikator Dividen Payout


Ratio

(DPR).

2. Dalam penelitian Laverage ini menggunakan indikator Debt to Equity Ratio


(DER)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasam dalam latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat

diketahui kebijakan dividen (dividen policy) menjadi pertimbangan penting bagi

perusahaan maupun
pemgang saham sebagai nilai perusahaan dalam pandangan investor, dari

permasalahan tersebut maka dapat dijelaskan rumusan masalah yaitu :

1. Apakah current ratio berpengaruh terhadap harga saham ?

2. Apakah inventory turnover berpengaruh terhadap harga saham ?

3. Apakah leverage atau debt to equity ratio berpengaruh terhadap harga saham ?

4. Apakah current ratio mempengaruhi kebijakan dividen secara simultan terhadap

harga saham ?

5. Apakah inventory turnover mempengaruhi kebijakan dividen secara simultan

terhadap harga saham ?

6. Apakah leverage mempengaruhi kebijakan dividen secara simultan terhadap

harga saham ?

7. Apakah current ratio, inventory turnover dan leverage mempengaruhi kebijakan

dividen secara simultan terhadap harga saham ?

8. Apakah current ratio, inventory turnover dan leverage berpengaruh terhadap harga

saham ?

9. Apakah harga saham dapat mempengaruh kebijakan dividen ?

E. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap harga saham.

2. Untuk mengetahui pengaruh inventory turnover terhadap harga saham.

3. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap harga saham.

4. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap kebijakan dividen.


5. Untuk mengetahui pengaruh inventory turnover terhadap kebijakan dividen

6. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen

7. Untuk mengetahui pengaruh current ratio, inventory turnover dan leverage

terhadap kebijakan dividen

8. Untuk mengetahui pengaruh current ratio, inventory turnover dan leverage

terhadap harga saham ?

9. Untuk mengetahui pengaruh harga saham terhadap kebijakan dividen


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN


HIPOTESIS

A. Kajian Teori

Relevan

1.Manajemen

Manajemen secara sederhana adalah mengatur, dari kata to manage. Pengaturan

dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu.

Jadi, manajemen merupakan suatu proses atau kegiatan yang tersusun untuk mewujudkan

tujuan yang direncanakan.

Menurut George R. Terry dalam buku Principles of Management (Sukarna, 2011:3),

mengatakan bahwa “management is the accomplishing of a predetermined objectives through

the efforts of other people”, atau manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan melalui atau bersama-sama orang lain. Manajemen sangat penting bagi setiap

aktivitas individu atau kelompok dalam organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Manajemen berorientasi pada proses (process oriented) yang berarti bahwa manajemen

membutuhkan sumber daya manusia, pegetahuan dan keterampilan agar aktivitas menjadi

lebih efektif atau dapat menhasilkan tindakan dalam mencapai kesuksesan.

Menurut Terry dan Rue (2015) menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu

proses yang khusus dengan memanfaatkan ilmu seni yaitu terdiri dari : perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading), dan pengawasan

(controlling).

Menurut Hasibuan(2013:1) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien.


Dari beberapa difinisi manajemen diatas, dapat dismpulkan bahwa menejemen adalah

suatu ilmu dan seni untuk melakukan fungsi perencaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan untuk mengatur dan mengelola berbagai sumber untuk mencapai tujuan yang

diinginkan secara efektif dan efisien.

Manajemen dalam kehidupan sehari-hari secara langsung maupun tidak langsung

sangat penting bagi seluruh orang atau perusahaan, oleh karena itu manajemen keuangan

sangat dibutuhkan bagi setia perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Manajamen

keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan naik

oleh individu, perusahaan pemerintah atau perusahaan swasta.

2. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan ialah aktivitas menejemen keuangan yang berkaitan erat dengan

pengelolaan keuangan perusahaan, termasuk lembaga yang berhubungan erat dengan sumber

pendanaan dan investasi keuangan perusahaan serta instrument keuanagan. Salah satu fungsi

perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan dalam pencapaian

tujuannya adalah manajemen keuangan perusahaan. Manajemen keuangan berkaitan dengan

perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset serta pembagian dividen kepada pemegang

saham dengan didasari beberapa tujuan umum.

Manajemen keuangan telah banyak di definisikan oleh para ahli, diantaranya Horne

dan Wachawicz (2012), manajemen keuangan (Financial Management) berkaitan dengan

perolehan asset, pendanaan, dan manajemen asset dengan didasari beberapa tujuan umum.

Jadi fungsi keputusan dalam menejemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga utama yaitu

investasi, pendanaa, dan manajemen asset.


Fahmi (2013) mengemukakan bahwa manajemen keuangan merupakan penggabungan

dari ilmu dan seni yang membahas, mengkaji, dan menganalisis tentang bagaimana seorang

manajer keuangan dapat mempergunakan seluruh sumber daya perusahaan untuk mencari

dana, mengelola dana, dan membagi dana dengan tujuan memberi profit atau kemakmuran

bagi para pemegang saham dan suistainability (keberlanjutan) usaha bagi perusahaan.

Cahyono (2012) menyatakan bahwa manjemen keuangan adalah mengelola aliran

dana organisasi untuk mencapai sesuatu sesuai dengan cara yang telah digariskan. Dana

organisasi yang dimaksud adalah yang berasal dari mereka yang memiliki perusahaan,

mereka yang meminjam uang kepada perusahaan, maupun akumulasi dana yang berasal dari

penyusutan.

Menejemen keuangan memiliki aktivitas yang luas dalam bidang keuangan karena

setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi-

fungsi keuanagan

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat

disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah penggabungan dari ilmu dan seni yang

membahas kegiatan seorang manajer yang berhubungan dengan pengaturan aktivitas

keuangan didalam perusahaan dimana didalamnya terdapat beberapa kegiatan diantaranya

bagaimana cara memperoleh dana, mengelola dana dan pengendalian fungsi-fungsi keuangan

sehingga mampu meberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Pentingnya penelitian ini dapat dijelaskan dengan dua teori yaitu agency theory (teori

keagenan) dan signalling theory (teori pensignalan). Pada teori 15 keagenan dijelaskan bahwa

pada sebuah perusahaan terdapat dua pihak yang saling berinteraksi, yaitu pemilik

perusahaan (pemegang saham) dan manajemen perusahaan. Pemilik lebih memaksimumkan

return, sedangkan
manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas. Alijoyo dan Zaini (2004)

menyatakan bahwa pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan pada teori keagenan

menciptakan “checks and balances”, sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para

manajer untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang maksimum dan return yang memadai

bagi para pemegang saham.

3. Teori Persinyalan (Signalling Theory)

Signaling theory pertama kali diperkenalkan oleh George Akerlof (1970) dalam

karyanya yang berjudul “The Market for Lemons”. Issu utama artikel Akerlof berkaitan

dengan kualitas dan ketidakpastian. Ilustrasi yang menggambarkan realitas tersebut yaitu

mengunakan pasar mobil. Mobil disederhanakan dalam dua kutup kualitas yaitu kualitas baik

dan kualitas buruk yang diberi istilah “lemons”. Jika penjual mobil bagus tidak memberikan

informasi atau sinyal mengenai kualitas mobilnya, maka akan berlaku hukum Gresham, “the

bad cars tend to drive out the good cars”. Penelitian Akerlof menunjukkan terjadinya asimetri

informasi antara penjual dan pembeli. Pembeli tidak memiliki informasi terkait spesifikasi

produk dan hanya memiliki persepsi umum mengenai produk tersebut. Sehingga pembeli

akan menilai semua produk pada harga yang sama.

Pemikiran Akerlof (1970) tersebut dikembangkan oleh Spence (1973) dalam model

keseimbangan sinyal (basic equilibrium signaling model). Spence (1973) memberikan

ilustrasi pada pasar tenaga kerja (job market) dan mengemukakan bahwa perusahaan yang

memiliki kinerja yang baik (superior performance) menggunakan informasi finansial untuk

mengirimkan sinyal ke pasar. Dari penelitiannya tersebut, Spence (1973) juga menemukan

bahwa cost of signal pada bad news lebih tinggi dari pada good news dan perusahaan yang

memiliki bad news mengirimkan sinyal yang tidak kredibel.


Hal tersebut memotivasi manajer untuk mengungkapkan informasi private untuk

mengurangi asimetri informasi dengan harapan dapat mengirimkan sinyal yang baik (good

news) tentang kinerja perusahaan ke pasar. Signalling theory menekankan kepada pentingnya

informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

perusahaan. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan

sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat

membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Sugiyanto, et al., 2017)

menyatakan perusahaan-perusahaan yang go public akan memiliki kewajiban untuk

menyampaikan laporan keuangan yang berkualitas.

Jika signal positif, pasar bereaksi sehingga meningkatkan harga saham yang selanjutnya

mempengaruhi kinerja perusahaan. Selanjutnya peningkatan nilai saham mencerminkan

peningkatan kinerja perusahaan, dalam hal ini return saham, tingkat pengembalian ekuitas dan

laba per saham 17 akan meningkat. Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan

(agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan

menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-

pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak

perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan

pendapat tentang laporan keuangan (Sugiyanto dan Etty 2018)

4. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika

satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu

jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut

(Jensen dan Meckling, 1976). Agency theory merupakan teori mengenai hubungan antara

principal (pemegang saham) dan agen dari prinsipal (manajer perusahaan).


Dalam arti luas, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dilihat sebagai

perhubungan kontrak antara pemegang sumber daya dengan manejer perusahaan. Dalam

konteks teori keagenan, semua individu bertindak atas kepentingan sendiri. Dengan demikian

terjadi perbedaan kepentingan antara agen dan pemilik. Hal inilah yang dapat memicu

terjadinya asimetri informasi (Sugiyanto dan Etty, 2018).

Teori Keagenan menjelaskan perilaku suatu perusahaan dari perspektif berbagai

kontrak antara berbagai pihak. Pemegang saham yang menyumbangkan dana bagi perusahaan

untuk beroperasi tidak dianggap sebagai pemilik perusahaan, mereka adalah pengambil risiko

perusahaan. Akibatnya, manajer memperoleh hak untuk membuat keputusan yang melampaui

apa yang ditentukan dalam kontrak mereka. Adalah sifat manusia untuk membuat keputusan

yang sesuai dengan minat individu itu tidak berbeda untuk manajer. Mereka akan membuat

keputusan yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan

pemegang saham.

B. Tinjauan Pustaka

1. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan efek dari kinerja keuangan perusahaan dari aktivitas

yang dilakukkan oleh perusahaan. Pada perusahaan yang telah go public nilai

perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham perusahaan yang diperjual belikan

pada bursa efek. Sedangkan pada perusahaan yang belum go public nilai perusahaan

adalah nilai yang terealisasi pada saat perusahaan tersebut dijual.

Menurut Harmono (2011) dan Sulistyanti (2017), nilai perusahaan dapat

diukur menggunakan harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya harga saham

perusahaan di pasar yang merupakan refleksi penilaian oleh public terhadap kinerja

perusahaan secara
riil. Dimana terbentuk karena kestabilan kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan

kekuatan penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di

pasar modal antara penjual dan para investor atau biasa disebut ekuibrium pasar.

Oleh karena itu, dalam teori keuangan pasar modal harga saham di pasar 22

disebut sebagai konsep nilai perusahaan. Nilai perusahaan tersebut menyebutkan

bahwa semakin tinggi harga saham suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula

tingkat pengembalian yang akan diterima investor. Dengan kata lain perusahaan

dengan harga saham yang tinggi mempunyai nilai yang baik karena dianggap mampu

mensejahterahkan para pemegang sahamnya.

Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi

akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Bringham dan Houston,

2011), semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai

perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan

nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan

pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang

merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen

asset.

Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan

penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar

saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan

yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang

peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang

pertumbuhan perusahaan. Nilai perusahaan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2018)

adalah merupakan tujuan normatif dari manajemen keuangan. Nilai perusahaan

merupakan harga yang bersedia dibayarkan oleh


calon pembeli apabila 23 perusahaan itu dijual, semakin tinggi nilai suatu perusahaan,

semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemegang saham (Husnan dan

Pudjiastuti, 2018). Memaksimalkan harga saham menjadi tujuan yang paling penting

untuk banyakan perusahaan (Brigham dan Houston, 2011). Menurut Keown et al

(2004), nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga dan ekuitas

perusahaan yang beredar. Dengan kata lain, nilai perusahaan merupakan harga yang

sedia dibayar oleh investor seandainya perusahaan dijual.

Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan,

sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga

tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. 24

Dalam memaksimalkan nilai perusahaan, manajemen perusahaan dapat melakukan

tiga keputusan keuangan.

2. Current Ratio

Current Ratio adalah Menurut Fahmi (2015:121), “Rasio lancar adalah ukuran yang

umum digunakan atau solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan

memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo”. Kasmir (2016:134) menyatakan

bahwa “Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat

ditagih secara keseluruhan”.

3. Leverage (Debt to Equity Ratio )

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan

antara total hutang dengan modal sendiri (Kasmir, 2011:166). Rasio ini dicari dengan

cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh

ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan

peminjam (kreditor)
dengan pemilik perusahaaan, dengan kata lain rasio ini berfungsi mengetahui setiap

rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang (Kasmir, 2013:157).

4. Saham
Saham merupakan tanda penyerta modal atas kepemilikan seseorang atau badan

dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas

yang menerbitkan surat berharga (penulis,tahun:halaman). Saham memberikan

indikasi kepemilikan atas perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak

menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). Para pemegang saham juga berhak memperoleh deviden yang dibagikan

oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham pun turut menanggung resiko sebesar

saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut.

Modal saham adalah unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan, sebagai bukti

kepemilikan atas saham , perseoran terbatas menerbitkan sertifikat sahamnya

(penulis,tahun:hal). Menurut Husnan dan Pudjiastuti dalam Viandita,dkk(2012),

saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut

untuk memperoleh baian dari prospek atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan

saham tersebut dan berbagai kondisi untuk melaksanakan hak tersebut.

a. Harga Saham

Harga saham merupakan ukuran indeks prestasi perusahaan yaitu seberapa jauh

manajemen telah berhasil mengelola perusahaan atasnama pemegang saham.

Dengan demikian modal merupakan indikator nilai perusahaan, yaitu bagaimana

meningkatkan kekayaan pemegang saham yang merupakan tujuan perusahaan secara

umum.
Harga saham dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Harga Nominal

Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan

oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang akan dikeluarkan.

2. Harga Perdana

Harga perdana adalah harga suatu saham yang tercatat pada saat saham tersebut

terdaftar di bursa efek untuk pertama kalinya.

3. Harga Pasar

Harga pasar merupakan harg ayang ditetapkan di bursa saham bagi saham

perusahaan public atau estiasi harga untuk perusahaan yang tidak memiliki saham.

4. Harga Penutupan

Harga penutupan merupakan harga transaksi jual beli saham di Bursa Efek

Indonesia yang dihentikan danakan dilanjutkan keesokan harinya.

Secara teori, saham timbul akibat adanya pengaruh dari berbagai faktor

ekonomi, seperti yang dijelaskan oleh Arifin (2002:116) mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi pegerakan saham, yaitu :” Pergerakan harga

saham yang terjadi di lantai bursa, terjasi karena beberapa bentuk pengaruh yang

terdiri dari kondisi fundamental emiten, hokum permintaan dan penawaran yang

terjadi, tingat suku bunga (SBI), valuta asing, dana asing yang ada di bursa, indeks

harga saham gabungan (IHSG),news dan issue.


Harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan

oleh investor dalam melakukan investasi karena harga saham menunjukkan prestasi

emiten, pergerakan harg asaham seaarah dengan kinerja emiten. Apabila emiten

mempunyai prestasi yang semakin baik maka keuntungan yang dapat dihasilkan dari

operasi usaha semakin besar. Pada kondisi yang demikian , harga saham emiten

yangbersangkutan cenderung naik. Harga saham juga menunjukkan nilai suatu

perusahaan. Nilai saham merupakan indeks yang tepat untuk efektifitas perusahaan .

Sehingga sering kali dikatakan memaksimumkan nilai perusahaan juga berarti

memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Dengan demikian semakin itnggi

harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan sebaliknya.

Oleh karena itu , setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat

memperhatikan harga sahamnya. Harga yang terlalu rendah sering diartikan bahwa

kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila harg asaham terlalu tinggi mengurangi

kemampuan investor untuk membeli sehingga menimbulkan harga saham sulit untuk

meningkat lagi. Dengan perubahan posisi keuangan, hal ini akan memperngaruhi

harga saham perusahaan. Laporan keuangan dirancang untuk membantu para

pemakai laporan untuk mengidentifikasi hubungan variable-variabel dari laporan

keuangan.

5. Kinerja Keuangan

Fahmi (2012:2) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang

dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan benar. Seperti

dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan

ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General

Aceptep Accounting
Priciple), dan lainnya. Mahendra et al., (2012) menambahkan bahwa kinerja

keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oeh calon investor

untuk menentukan investasi saham. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan 38

meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap

diminati khususnya oleh para calon investor.

C. Hasil Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun

ringkasan penelitian terdahulu terdapat dalam tabel sebagai berikut :

Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Arti kerangka pemikiran menurut Sugiyono (2014) adalah bentuk strategi konseptual

yang mengaitkan antara teori dengan berbagai faktor permasalahan yang dianggap penting

untuk diselesaikan, sehingga dalam hal lebih mengacu pada tujuan penelitian tersebut

dijalankan.

Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai nilai pasar karena kemakmuran pemegang

saham dapat dicapai dengan maksimum ketika harga saham perusahaan meningkat. Semakin

tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.

F. Hipotesis Penelitian
Hipotesisi (Sugiyono, 2015;64) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat kenyataan.

Dilakukan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,

belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi

hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,

belum jawaban yang empiris.


BAB III

METODOLOGI

PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Bank Swasta 3 Terbesar yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu Laporan Keuangan Perusahaan Bank Swasta Tahun 2018-2022. Data

diambil dari The Indonesia Capital Market Institue (TIMCI).

B. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian dibutuhkan adanya suatu metode, cara atau taktik

sebagai langkah-langah yang harus ditempuh oleh seseorang peneliti dalam

memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai suatu tujuan. Adapun metode yang

penulis gunakan adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif yang mendeskripsikan

Pengaruh Curent Ratio, Inventory Turnover, dan Laverage terhadap Harga Saham

dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening (Study pada Perusahaan

Bank Swasta 3 Terbesar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2022).

Menurut Sugiyono (2012;5) pengertian dari metode penelitian adalah sebagai

berikut : “Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu

pengetahuan tertentu pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,

memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

Dengan metode ini penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan

mengamati secara seksama menganai aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan

masalah yang sedang diteliti oleh penulis sehingga akan memperoleh data-data yang

dapat mendukung
penyusunan laporan penelitian. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian diproses

dan dianalisis lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari sehingga

memperoleh gambaran mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan

mengenai masalah yang diteliti.

Pendekatan deskriptif menurut Sugiyono (2012,53) adalah bahwa penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk menggetahui variabel mandiri,

baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variabel lain. Juliandi (2015:86) juga mengatakan bahwa

“analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif berarti menganalisis data untuk

meringkas dan mendeskripsikan data numerik agar mudah untuk diinerpretasikan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan data dalam

bentuk angka pada analisis statistik. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis

pengaruh dari Pengaruh Curent Ratio, Inventory Turnover, dan Laverage terhadap

Harga Saham dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening (Study pada

Perusahaan Bank Swasta 3 Terbesar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2018-2022).

Data penelitian tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Analisis

statsitik deskriptif. Penggunaan metode statistik deskriptif memiliki tujuan untuk

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang diantaranya dilihat dari rata-

rata, minimum, maksimum dan standar deviasi. Analisa ini mendeskripsikan data

sampel yang telah terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang bersifat umum. Teknik

analisis kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

data, penafsiran dari data tersebut serta penampilan dari hasilnya.


C. Design Penelitian

Dalam mempermudah suatu penelitian sangat dibutuhkan suatu desain atau

pola dari penelitian. Pola penelitian dimaksud untuk mempermudah alur penelitian

dan pemecahan suatu masalah. Desain penelitian pada penelitian ini dapat

digambarkan dalam gambar dibawah ini :

Gambar 3.1 Desain Penelitian Perusahaan Bank Swasta 3 Terbesar yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) Periode 2018-2022


D. Definisi Operasional Variabel

1. Definisi Variabel

Penelitian Menurut Sugiyono (2012;59) menjelaskan mengenai pengertian

variabel yaitu “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini penulis melakukan

pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen

penelitian. Menurut Sugiyono (2012;30), berdasarkan hubungan antara satu

variabel dengan variabel lain, maka variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Variabel Independen (X) Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

predicator, antecedent. Variabel independen adalah variabel yang mempengarui

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya varabel dependen (terikat).

Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah: data panel

unbalance adalah keadaan dimana unit cross- sectional memiliki jumlah observasi

time serries yang tidak sama. Menurut alan Prahutama (2012;40) Pemodelan data

panel pada dasarnya menggabungkan pembentukan model yang dibentuk

berdasarkan runtun waktu (time series) dan berdasarkan cross section : a. Model

dengan data time serries 𝑌𝑡 = 𝛼 + + ; t = 1,2 …..T; N: banyaknya data time series

b. Model dengan data cross section 𝑌𝑖 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖 + ; i = 1,2 …..N; N: banyaknya

data cross section Sehingga secara umum dalam model data panel dapat dituliskan

sebaai berikut : 𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑋𝑖𝑡 + ; i = 1,2 …..N; dan t = 1,2

……T Dimana : Y = variabel dependen 70 X = variabel independen merupakan

data time series N = banyaknya variabel dependen merupakan data cross sectional

(banyaknya bservasi) T = banyaknya waktu N x T = banyaknya data panel

Analisis ini
digunakan untuk melihat pengaruh dari variable Risk Profile Level 1 (NPL), Risk

Profile Level 2 (LDR) dan Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan

dengan kinerja keuangan sebagai variabel moderating. Dalam penelitian ini data

time series diperoleh melalui periode waktu yaitu tahun 2018 sampai 2022

sehingga data time series pada penelitian ini berjumlah 100 data. Adapun data

cross section diambil dari data jumlah perusahaan Perbankan yaitu 20 perusahaan

jumlah observasinya sejumlah 100. 2. Metode Estimasi model regeresi data panel

Dalam menganalisis data panel terdapat tiga model estimasi yang dapat dilakukan,

antara lain Common Effect Model (CEM), Fixed Efect Model (FEM), dan

Random Effect Model (REM). Hal ini dilakukan karena model regresi data panel

secara umum mengakibatkan kesulitan dalam spesifikasi modelnya, nilai

residualnya akan mempunyai tiga kemungkinan antara lain residual time series,

cross series maupun gabungan keduanya. 71 a. Common Effect Model (CEM)

Merupakan pendekatan model panel yang paling sederhana karena hanya

mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak

diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa

perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. (Basuki dan Prawoto;

2016). Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS)

atau tekhnik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel. Winarno

(2017:9.16) Analisis Common Effect Model (CEM) juga merupakan teknik yang

paling sederhana mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada, menunjukkan

kondisi yang sesungguhnya. Hasil analisis regresi dianggap berlaku pada semua

objek pada semua waktu. Persamaan regresinya dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan: Yit = Observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t.

Xit = Vektor ke
variabel independen dari unit ke-i dan diamati di waktu Ke - t Eit = Komponen

error yang diasumsikan harga mean 0 dan variasi Homogennya 72 b. Fixed Effect

Model (FEM) Model ini dapat menunjukkan perbedaan konstan antar objek

meskipun dengan koefisien regressor yang sama. Model ini juga

memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted

variables yang mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau cross

section. Model FEM dengan efek tetap maksudnya adalah bahwa satu objek,

memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian

pula dengan koefisien regresinya yang besarnya tetap dari waktu ke waktu (time

invariant). Persamaan model ini sebagai berikut : Keterangan: Yit = Observasi

dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t Xit = Vektor ke variabel

independen dari unit ke-i dan diamati di waktu ke-t d1i = Variabel dummy (semu)

untuk unit ke-i eit = Komponen error yang diasumsikan harga mean 0 dan variasi

homogennya. c. Random Effect Model (REM) 73 Pendekatan random effect

digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek tetap yang menggunakan

variabel semu, sehingga model mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan

variabel semu, metode efek random menggunakan residual, yang diduga memiliki

hubungan antar waktu dan objek. Namun, terdapat satu syarat untuk menganalisis

dengan menggunakan metode efek random, yaitu objek data silang harus lebih

besar dari banyaknya koefisien (Winarno, 2007:9.15). Regresi ini dapat dijelaskan

melalui uji Hausman test. Dasar pengambilan keputusan pada model random

effect adalah jika nilai cross section random memiliki nilai yang lebih besar dari

0,05 maka regresi yang tepat digunakan adalah model random effect. Persamaan

model ini yaitu sebagai berikut : 3. Uji pemilihan model data panel Dari tiga

pendekatan metoda data panel


tersebut, langkah selanjutnya adalah memilah dan memilih model yang terbaik

(best model) untuk analisa data panel. Pengujian yang dilakukan adalah

menggunakan Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange Multiplier. a. Chow Test

atau Likely hood test 74 Uji Chow ini digunakan untuk membandingkan antara

Common Effect Model dan Fixed Effect Model. Cara menghitungnya dengan

menggunakan hasil regeresi Fixed Effect Model. Hipotesis yang diuji sebagai

berikut: H0: Model CEM lebih baik dibandingkan model FEM. H1: Model FEM

lebih baik dibandingkan model CEM Aturan pengambilan keputusan terhadap

hipotesis sebagai berikut: a. Jika nilai probabilitas cross-section Chi-square <

0,05, maka ditolak dan diterima b. Jika nilai probabilitas cross-section Chi-square

0,05, maka diterima dan ditolak. b. Hausman test Uji Hausman membandingkan

antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Uji hausman dilakukan

dengan tujuan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan uji estimasi terbaik

antara random effect model atau fixed effect model. Hipotesis yang diuji sebagai

berikut: H0 : Model REM lebih baik dibandingkan model FEM. H1 : Model FEM

lebih baik dibandingkan model REM Aturan pengambilan keputusan terhadap

hipotesis sebagai berikut: a. Jika nilai probabilitas cross-section random < 0,05,

maka ditolak dan diterima. 75 b. Jika nilai probabilitas cross-section random 0,05,

maka diterima dan ditolak. C. Uji Lagrange Multiplier Test Uji Lagrange

Multiplier Test untuk memilih apakah model random effect model atau common

effect model yang paling tepat digunakan. Dimana hipotesisnya adalah : H0 =

diterima apabila nilai p cross section ≥ 0.05, maka digunakan common effect

model Ha = ditolak apabila nilai p cross section ≤ 0.05, maka digunakan random

effect model 4. Analisis Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian

hipotesis, maka peneliti terlebih dahulu


menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji

heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas. Pengujian ini

dilakukan dengan bantuan software Eviews 10. Uji Klasik ini dapat dikatakan

sebagai kriteria ekonometrika untuk melihat apakah hasil estimasi memenuhi

dasar linier klasik atau tidak. Setelah data dipastikan bebas dari penyimpangan

asumsi klasik, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis yakni uji individual (uji t),

pengujian secara serentak (uji F), dan koefisien determinasi (R2). Uji asumsi

klasik terdiri dari : 1) Uji Normalitas 76 Uji Klasik ini dapat dikatakan sebagai

kriteria ekonometrika untuk melihat apakah hasil estimasi memenuhi dasar linier

klasik atau tidak. Setelah data dipastikan bebas dari penyimpangan asumsi klasik,

maka dilanjutkan dengan uji hipotesis yakni uji individual (uji t), pengujian secara

serentak (uji F), dan koefisien determinasi (R2). Uji asumsi klasik terdiri dari : a.

Jika nilai probabilitas p > 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. b. Jika nilai

probabilitas p < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi

2) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heterokedastisitas. Heterokedastisitas menunjukan bahwa varians dari setiap error

bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan

bahwa varians dari error harus bersifat homogennya. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Breusch-Pagan dan Uji glejser.

Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : a. Jika nilai probability chi square

< 0,05 berati terdapat gejala heterokedastisitas 77 b. Jika nilai probability chi

square > 0,05 bearti tidak terdapat gejala heterokedastisitas 3)


Uji Multikolinearitas Tujuan dilakukannya uji multikolonieritas adalah untuk

melihat apakah model regresi memiliki korelasi antara variable independen satu

dengan yang lainnya. Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya

multikolinearitas ini adalah kesalahan standar penaksir semakin besar dan

probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar sehingga

mengakibatkan diperolehnya kesimpulan yang salah. Menurut Nachrowi dan

Usman (2006), Multikolinearitas merupakan korelasi atau hubungan linear yang

kuat di antara variabel-variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terdapat masalah multikolinearitas. Menurut Ghozali (2006) menyatakan

jika antar variabel independen ada korelasi atau nilai value inflation factor (VIF)

dibawah 10 dinyatakan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas, namun jika nilai

tolerance and value inflation factor (VIF) dari hasil regresi lebih besar dari 10

maka dapat dipastikan ada multikolinearitas diantara variable independen tersebut.

4) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t 78

dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan antara satu dengan lainnya. Model regresi

yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,2006). Asumsi mengenai

independensi terhadap residual (non autokorelasi) dapat diuji dengan

menggunakan uji Durbin-Watson (Field, 2009). Nilai statistik dari uji Durbin-

Watson berkisar di antara 0 dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang

lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.

(Ghozali,2006). 5. Analisis Regeresi Data Panel Metode analisis regresi bertujuan

untuk membantu peneliti yang membutuhkan alat untuk melakukan proyeksi


(peramalan). Menurut Gujarati dalam Ghozali (2017:195) menyatakan bahwa

teknik data panel adalah dengan menggabungkan jenis data cross-section dan time

series. Pada umumnya model regresi data panel dapat ditulis sebagai Berikut :

Y= a +𝑏1 𝑋1 + 𝑏2

𝑋2 + 𝑏3 𝑋3 + 𝑏4 𝑋4 + e Dimana : Y = Nilai Perusahaan A = Konstanta X1 = Risk

Profile Level 1 (NPL) X2 = Risk Profile Level 2 (LDR) X3 = Good Corporate

Governance (Nilai Komposit Self Assesment) X4 = Kinerja Keuangan 79 b1 =

Koefisien Regresi Risk Profile Level 1 (NPL) b2 = Koefisien Regresi Risk Profile

Level 2 (LDR) b3 = Koefisien Regresi Good Corporate Governance b4 =

Koefisien Regresi Kinerja Keuangan e = Standard Error 6. Pengujian Hipotesis 1)

Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan

diterima atau ditolak dilakukan uji-F. Pada dasarnya uji statistik F menunjukkan

apakah semua variabel bebas (variabel independent) mempunyai pengaruh secara

simultan terhadap variabel terikat (variable dependent). Bentuk pengujian nya

adalah : Hipotesis : H0 : Secara simultan Risk Profile Level 1 (NPL), Risk Profile

Level 2 (LDR), Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan tidak

berpengaruh siginifikan terhadap Nilai Perusahaan. H1 : Secara simultan Risk

Profile Level 1 (NPL), Risk Profile Level 2 (LDR), Good Corporate Governance

dan Kinerja Keuangan berpengaruh siginifikan terhadap Nilai Perusahaan Kriteria

pengujian : a. Jika nilai probabilitas (F-statistic) > 0,05 maka H0 diterima H1

ditolak, artinya secara secara simultan terdapat pengaruh yang tidak signifikan

dari Risk Profile Level 1 (NPL), Risk Profile Level 2 (LDR) , Good 80 Corporate

Governance dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan. b. Jika nilai

probabilitas (F-statistic) < 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara

secara simultan terdapat pengaruh signifikan dari Risk Profile Level 1 (NPL),

Risk
Profile Level 2 (LDR), Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan

terhadap Nilai Perusahaan. 2) Uji T Parsial (Uji t-test) Pengujian ini dilakukan

untuk mengetahui pengaruh suatu variabel independen terhadap variabel dependen

secara parsial. Bentuk pengujiannya adalah : Hipotesa : H0 : Secara parsial Risk

Profile Level 1 (NPL), Risk Profile Level 2 (LDR), Good Corporate Governance

dan Kinerja Keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

H1 : Secara parsial Risk Profile Level 1 (NPL), Risk Profile Level 2 (LDR), Good

Corporate Governance dan Kinerja Keuangan berpengaruh signifikan terhadap

Nilai Perusahaan. Kriteria pengujian : a. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0

diterima H1 ditolak, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan

dari Risk Profile 81 Level 1 (NPL), Risk Profile Level 2 (LDR), Good Corporate

Governance dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan b. Jika nilai

probabilitas (F-statistic) < 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima, artinya secara

secara parsial terdapat pengaruh signifikan dari Risk Profile Level 1 (NPL), Risk

Profile Level 2 (LDR), Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan

terhadap Nilai Perusahaan. 3) Koefisien Determinasi (R2 ) Uji ini pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi terdapat di 0 < R² < 1, dimana nilai R² yang

kecil berarti menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Apabila nilai R² mendekati

satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sehingga jika R²

= 0 maka diantara variable independen dan variabel dependen tidak mempunyai

hubungan, sedangkan jika R² = 1 maka diantara variabel independen dan

variable dependen
terdapat suatu hubungan yang kuat (Ghozali, 2013:97). 7. Moderating Regression

Analysis (MRA) Variabel moderasi merupakan variabel yang mempengaruhi

hubungan langsung antara variabel independen (bebas) dengan variabel dependen

(terikat). Variabel moderasi adalah variabel bebas yang dapat memperkuat atau 82

memperlemah hubungan antara variabel bebas yang lain terhadap variabel terikat.

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan aplikasi analisis regresi

variabel MRA (Moderating Regression Analysis). Menurut Ghozali (2018) uji

MRA bertujuan untuk mengontrol pengaruh pengaruh variabel moderasi melalui

pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sample penelitian. Dalam

penelitian ini MRA digunakan untuk menguji variabel moderasi yaitu kinerja

keuangan dalam hubungan antara Risk Profile Level 1 (NPL), Risk Profile Level 2

(LDR) dan Good Corporate Governance terhadap Nilai perusahaan. Cara menguji

regresi dengan variabel moderasi yaitu MRA atau uji interaksi dengan aplikasi

khusus untuk regresi linier dalam persamaan regresinya mengandung unsur

interaksi (perkalian 2 atau lebih variabel bebas). data berupa data statistik dan

ekonometrika secara cepat dan tepat, serta menghasilkan output yang yang

dikehendaki oleh para pengambil keputusan dan terpercaya. Statistik dapat

diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data,

meringkas atau menyajikan data kemudian menganalisis data dengan

menggunakan metode tertentu, dan menginterpretasikan hasil dari analisis

tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ari, S., Nurhayati, I., & Yudhawati, D. (2020). Pengaruh Earning Per Share (Eps), Return on
Equity (Roe) Dan Debt To Equity Ratio (Der) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Retail Trade. Manager : Jurnal Ilmu Manajemen, 3(2), 273.
https://doi.org/10.32832/manager.v3i2.3859

Dewi, I. K., & Solihin, D. (2020). Pengaruh Current Ratio Dan Net Profit Margin
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2015-2018. Jurnal Ilmiah Feasible (JIF),
2(2), 183. https://doi.org/10.32493/fb.v2i2.2020.183-191.6231

Fahmi, I. (2015). “Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab”. Bandung:
Alfabeta.

Handayani, K. M., Indarti, I., & Listiyowati, L. (2020). Pengaruh Kinerja Keuangan dan
Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel
Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmiah Aset, 21(2), 93–105.
https://doi.org/10.37470/1.21.2.150

Kasmir, (2016), “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta: PT Raja Grafindo

Kusumo, D., & Afandi, R. (2020). Table Of Content Article information


............................................ Rechtsidee. 7, 1–15.
https://doi.org/10.21070/ijins.v16i.558

Novita, H., & Situmorang, A. C. (2020). Pengaruh Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio
dan Inventory Turnover terhadap Harga Saham pada Perusahaan Consumer Goods
Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Owner, 4(1), 69.
https://doi.org/10.33395/owner.v4i1.188

Rachmad, D. (2020) Pengaruh Return On Asset, Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan
Inventory Turnover Terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor Barang
Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019
DOI: http://dx.doi.org/10.33087/ekonomis.v5i2.340
Setyabudi, T.G (2021). The Effect of Institutional Ownership, Leverage, and Profitability on
Firm Value with Dividend Policy as an Intervening Variable. Journal of Business and
Management Review, 2(7), 457–469. https://doi.org/10.47153/jbmr27.1632021

Setyabudi, T. G. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Kepemilikan


Institusional Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Intervening. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan (JIAKu), 1(1), 1–
19.

Sri Oktaryani, G. A., Sofiyah, S., Nugraha A.P, I. N., Gde Bisma, I. D., & Mandra, I. G.
(2016).
Pengaruh Free Cash Flow Dan Leverage Terhadap Harga Saham Dengan Kebijakan
Dividen Sebagai Variabel Intervening. Distribusi - Journal of Management and
Business, 4(2), 1–13. https://doi.org/10.29303/jdm.v4i2.10

Sri Wahyudi, A., Beny, B., & Daniel, D. (2020). Analisis Pengaruh Kapitalisasi Pasar Dan
Rasio Keuangan Terhadap Return Saham. Media Bisnis, 12(1), 9–16.
https://doi.org/10.34208/mb.v12i1.875

Susanti, N., Yaasmiin, N. N., Ramadanti, D. Z., Nugraha, M. A. D., Maghfiroh, N., &
Nasution,
Y. P. (2021). The Influence of Firm Size, Leverage, and Liquidity on Company
Performance through Dividend Policy in Manufacturing Companies Listed on the
Indonesia Stock Exchange 2015 - 2019 Period. Review of International Geographical
Education Online, 11(5), 3225–3237. https://doi.org/10.48047/rigeo.11.05.213

Welan, G., Rate, P. Van, & Tulung, J. E. (2019). Pengaruh profitabilitas, leverage dan
ukuran perusahaan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di bei periode 2015-2017. Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 7(4), 5664–5674.

Widyasti, I. G. A. V., & Putri, I. G. A. M. A. D. (2021). The Effect of Profitability ,


Liquidity , Leverage , Free Cash Flow , and Good Corporate Governance on Dividend
Policies ( Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock
Exchange 2017- 2019 ). American Journal of Humanities and Social Sciences
Research (AJHSSR), 5(1), 269–278. www.ajhssr.com

Wijaya, R. (2017). Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham
dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening. Jurnal Keuangan Dan
Perbankan, 21(3), 459–472. https://doi.org/10.26905/jkdp.v21i3.1432

Wiyono, G., & Ramlani, S. (2020). ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN , DAN
LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN
SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING ( Studi Pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar
di BEI. 4, 61–70

Anda mungkin juga menyukai