Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

WHO (World Health Organization) resmi menetapkan Corona Virus

(Covid-19) sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 dan ditetapkan sebagai

kedaruratan kesehatan masyarakat berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11

Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Virus ini

muncul pertama kali di Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019. Banyak negara di

dunia telah terjangkit virus ini. Kasus pertama di Indonesia sendiri dikomfirmasi

pada 2 Maret 2020. Pandemi virus Corona memberikan perubahan yang masif

dalam kehidupan manusia. Mulai dari bersosialisasi, belajar, beribadah, dan lain-

lain. Pandemi ini tidak hanya mengancam kesehatan saja akan tetapi juga

pertumbuhan perekonomian dunia. Untuk mencegah penyebaran Covid- 19,

negara-negara mulai memberlakukan physical dan social distancing, karantina

mandiri, lockdown, penggunakan masker, melakukan WFH (Work From Home)

serta pembatasan-pembatasan wilayah. Hal ini bertujuan demi mengurangi

perluasan Covid-19.

Berita di Katadata pada tanggal 29 Juni 2020, mengatakan bahwa

penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran

Covid-19 mengubah laju mobilitas penduduk. Hal ini turut mengakibatkan

perubahan pada pendapatan dan pola konsumsi masyarakat. Produk kesehatan

naik 73,3%, bahan makanan naik 65,8%, pulsa/paket data naik 56,6%, makanan

1
2

dan minuman jadi naik 46,1%, listrik naik 37,3%, transportasi umum naik hanya

7,8%, dan BBM naik hanya 7,3%. Pengeluaran untuk produk kesehatan, bahan

makanan, dan pulsa meningkat lebih dari 50%.

Seperti yang di beritakan Kontan pada tanggal 03 April 2020, bahwa

melansir data mingguan dari Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satu indeks

sektoral yang menopang pergerakan IHSG dalam sepekan, sektor barang

konsumsi (consumer goods) yang menguat 5,46%. Hal ini membuat dianggap

memiliki prospek yang cerah di masa depan karena kebutuhan Konsumsi dalam

kehidupan begitu besar. Namun dalam kondisi pandemi Covid-19 tidak hanya

pada sektor barang konsumsi saja yang dibutuhkan, tetapi kebutuhan dan

permintaan produk dari beberapa perusahaan sektor farmasi naik seperti obat-

obatan, suplemen tubuh, perlengkapan kesehatan, dan lain sebagainya.

Pasar modal Indonesia saat ini sedang lesu akibat pandemi Covid-19.

Banyak emiten mengalami penurunan harga saham. Harga saham yang menurun

dapat membuat asumsi di mata investor bahwa kinerja keuangan perusahaan

tengah bermasalah. Pada kondisi ini tidak sedikit perusahaan-perusahaan yang

mengalami penurunan harga sahamnya, bahkan dituliskan di dalam artikel

Kompas (2020), performa IHSG dikatakan melemah dikarenakan pandemi ini.

Dikatakan di dalam artikel tersebut hal ini disebabkan oleh para investor

memindahkan asetnya ke instrumen investasi yang lebih aman.

Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja

perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan ditambah
3

nilai pasar utang. Dengan demikan, penambahan dari jumlah ekuitas perusahaan

dengan utang perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan

dapat menggambarkan keadaan perusahaan. Dengan baiknya nilai perusahaan

maka perusahaan akan dipandang baik oleh para calon investor, demikian pula

sebaliknya nilai pemegang saham akan meningkat apabila nilai perusahaan

meningkat yang di tandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi

kepada pemegang saham (Hermuningsih, 2012:18).

Teori yang dapat digunakan pada nilai perusahaan yaitu Teori Sinyal

(Signalling Theory). Teori sinyal pertama kali diperkenalkan oleh Spence di

dalam penelitiannya yang berjudul Job Market Signaling. Spence (1973) dalam

Mariani dan Suryani (2018:61) mengemukakan bahwa isyarat atau signal

memberikan suatu sinyal, pihak pengirim (pemilik informasi) berusaha

memberikan potongan informasi relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak

penerima. Pihak penerima kemudian akan menyesuaikan perilakunya sesuai

dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut. Signalling Theory berarti signal

yang diberikan oleh manajemen perusahan kepada investor selaku petunjuk

mengenai prospek perusahaan tersebut (Brigham dan Houston, 2011:61).

Ketika eksekutif puncak meningkatkan kepemilikan di perusahaan,

mereka mengkomunikasikan ke pasar modal bahwa strategi diversifikasi

merupakan untuk kepentingan terbaik pemiliknya. Para pemimpin perusahaan

muda dalam penawaran umum perdana (IPO) menumpuk dewan direksi mereka

dengan berbagai kelompok direktur bergengsi untuk mengirim pesan kepada

calon investor tentang legitimasi perusahaan. Hal ini menggambarkan bagaimana


4

satu pihak bisa melaksanakan aksi untuk memberikan sinyal mutu yang

mendasarinya kepada pihak lain.

Menurut Ratnasari et al., (2017), signaling theory mengemukakan

tentang bagaimana sebaiknya suatu perusahaan memberikan sinyal kepada

pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berbentuk informasi mengenai apa yang

telah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan kemauan pemilik. Sinyal

dapat berbentuk promosi ataupun informasi lain yang melaporkan jika perusahaan

tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Berkaitan dengan hal tersebut, pentingnya nilai perusahaan juga telah

membuat banyak para peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian. Ada

berbagai penelitian yang mengkaji tentang nilai perusahaan dan determinannya.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor yang diprediksi mempengaruhi nilai

perusahaan yaitu likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.

Pada penelitian ini variabel pertama likuiditas akan dipelajari sebagai

determinan nilai perusahaan. Likuiditas menjadi perhatian serius pada perusahaan

karena likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu (Fahmi,

2017:3). Artinya apabila perusahaan timbul tagihan utang maka akan mampu

memenuhi utang tersebut. Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi

kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo maka perusahaan tersebut

merupakan perusahaan yang likuid dan begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan teori sinyal, likuiditas berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan karena perusahaan harus memberikan informasi berupa laporan


5

keuangan kepada pihak luar (investor dan kreditor). Hal tersebut dikarenakan

terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak eksternal. Sebagai hasil

dari tanda waktu yang lebih baik ini, investor membeli banyak saham yang

menyebabkan kenaikan harga saham saat ini, likuiditas mampu memberi sinyal

pada stakeholder tentang naik/ turunnya nilai perusahaan. Sinyal ini akan

memberi tanda bagi investor untuk membeli/ menjual saham yang menyebabkan

kenaikan/ penurunan harga saham (Hardaniyah, 2020:2).

Selanjutnya, variabel kedua solvabilitas akan dipelajari sebagai

determinan nilai perusahaan. Solvabilitas merupakan rasio untuk menilai

kompetensi dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya

apabila suatu saat dilikuidasi (Sutrisno, 2013;81). Kewajiban jangka panjang yaitu

kewajiban untuk membayar pinjaman yang jatuh temponya lebih dari satu tahun.

Solvabilitas dalam teori sinyal menyatakan bahwa semakin tinggi

tingkat hutang pada perusahaan, resiko yang ditanggung oleh perusahaan juga

semakin besar. Sehingga dapat menjadi sinyal buruk bagi investor untuk

berinvestasi karena profitabilitas perusahaan menurun. Sebaliknya, rendahnya

hutang perusahaan maka laba yang diperoleh semakin tinggi karena dalam

melunasi kewajiban tidak terlalu berat. Hal tersebut menunjukkan keuangan

perusahaan baik dan akan membangun kepercayaan investor terhadap perusahaan

(Hardaniyah, 2020:97).

Selanjutnya, variabel ketiga profitabilitas akan dipelajari sebagai

determinan nilai perusahaan. Menurut Kasmir (2014:39) menyatakan bahwa rasio

profitabilitas ini juga dapat memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen


6

perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang didapatkan dari hasil penjualan serta

pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi

perusahaan. Rasio profitabilitas suatu perusahaan bisa dikatakan baik apabila

dapat memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan modal

yang maupun dengan aktiva, semakin tingginya rasio ini, maka semakin tinggi

nilai perusahaan artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat.

Dalam teori sinyal yang memuat informasi berupa tingginya

profitabilitas pada perusahaan menunjukkan prospek perusahaan tersebut baik

sehingga investor merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan

meningkat. Bagi kreditur, Return On Asset (ROA) yang tinggi pada perusahaan

dapat dijadikan sinyal untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi

kewajibannya (Brigham & Houston, 2017:287).

Pada penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya perbedaan antara

data pada laporan keuangan perusahaan sektor konsumsi yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2019-2021 dengan teori nilai perusahaan. Berdasarkan

tabel 1.1 dibawah ini, peneliti menggunakan 10 perusahaan yang merupakan data

empiris untuk melihat permasalahan yang ada pada perusahaan sektor konsumsi

pada tahun 2019-2021 dengan menggunakan variabel Tobin Q untuk melihat nilai

perusahaan, Current Ratio (CR) untuk melihat likuiditas, Debt Of Equity Ratio

(DER) untuk untuk melihat solvabilitas dan Return On Assets (ROA) untuk

melihat profitabilitas.

Tabel 1.1
Rata-rata Tobin Q, CR, DR dan ROA 10 Perusahaan Sektor Konsumsi Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia
Tahun Tobin Current Debt Return On
7

Q Ratio Ratio Assets


2019 1,45 0,37 0,49 5,82
2020 1,39 0,45 0,53 3.01
2021 1,13 0,35 0,47 3,31
Sumber : Laporan keuangan 3 tahunan pada 10 perusahaan (diolah) 2022

Tabel diatas memperlihatkan rata-rata data empiris nilai Tobin Q, CR,

DR dan ROA pada 10 perusahaan sektor konsumsi yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2019-2021. Rata-rata nilai perusahaan pada tahun 2019-

2021 cenderung menurun setiap tahunnya, dimana nilai perusahaan tertinggi yaitu

pada tahun 2019 sebesar 1,45 sedangkan terendah pada tahun 2021 sebesar 1,13.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa setiap tahunnya perusahaan-perusahaan

sektor konsumsi cenderung menurun dipengaruhi musim pandemi yang membuat

harga saham suatu perusahaan yang mempengaruhi pelanggan, seperti krisis atau

tekanan ekonomi (Luthfiana, 2021:37).

Rata-rata likuiditas pada tahun 2019-2021 naik dan menurun setiap

tahunnya, dimana likuiditas tertinggi yaitu pada tahun 2020 sebesar 0,45

sedangkan terendah pada tahun 2021 sebesar 0,35. Jika tingkat likuiditasnya

rendah maka kas yang dimiliki rendah pula, hal tersebut dapat dipengaruhi musim

pandemi sehingga dapat mempengaruhi investor untuk menanamkan modalnya

(Luthfiana, 2021;38).

Rata-rata solvabilitas pada tahun 2019-2021 naik dan menurun setiap

tahunnya, dimana solvabilitas tertinggi yaitu pada tahun 2020 sebesar 0,53

sedangkan terendah pada tahun 2021 sebesar 0,47. Semakin tinggi rasio

solvabilitas maka semakin tinggi pula resiko kerugiannya sehingga bisa

menyebabkan nilai suatu perusahaan menurun. Apabila nilai suatu perusahaan


8

menurun maka harga saham perusahaan pun akan mengalami penurunan (Sumarni

dan Soeprihanto, 2014:19).

Rata-rata profitabilitas pada tahun 2019-2021 naik dan menurun setiap

tahunnya, dimana profitabilitas tertinggi yaitu pada tahun 2021 sebesar 3,31

sedangkan terendah pada tahun 2020 sebesar 3,01. Semakin tinggi rasio

solvabilitas maka semakin tinggi pula resiko kerugiannya sehingga bisa

menyebabkan nilai suatu perusahaan menurun. Pada tahun 2021 kenaikan

profitabilitas signifikan meningkat, ini membuktikan di tahun 2021 profitabilitas

perusahaan sektor konsumsi mulai membaik. Semakin tinggi profitabilitas

menunjukkan kinerja yang optimal bagi suatu perusahaan, sehingga dapat

memberikan tingkat kepercayaan yang besar terhadap investor pada perusahaan

tersebut.

Dari pemaparan latar belakang di atas mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian

lebih lanjut, dengan disusun dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh

Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Selama

Pandemi Covid-19 Pada Perusahaan Sektor Konsumsi di Bursa Efek

Indonesia”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dijelaskan diatas, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut :


9

1. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan selama

pandemi Covid-19 pada perusahaan sektor konsumsi di Bursa Efek

Indonesia ?

2. Apakah solvabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan selama

pandemi Covid-19 pada perusahaan sektor konsumsi di Bursa Efek

Indonesia ?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan selama

pandemi Covid-19 pada perusahaan sektor konsumsi di Bursa Efek

Indonesia ?

4. Apakah likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas berpengaruh terhadap

nilai perusahaan selama pandemi Covid-19 pada perusahaan sektor

konsumsi di Bursa Efek Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan selama

pandemi Covid-19 pada perusahaan sektor konsumsi di Bursa Efek

Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh solvabilitas terhadap nilai perusahaan

selama pandemi Covid-19 pada perusahaan sektor konsumsi di Bursa

Efek Indonesia.
10

3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

selama pandemi Covid-19 pada perusahaan sektor konsumsi di Bursa

Efek Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas

terhadap nilai perusahaan selama pandemi Covid-19 pada perusahaan

sektor konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka diharapkan hasil penelitian ini

dapat digunakan untuk :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

memberikan wawasan pengetahuan dalam menganalisis pengaruh

likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan sektor konsumsi di Bursa Efek Indonesia..

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu :

a. Bagi Penulis

Penulis dapat menambah pengetahuan dan menerapkan ilmu

ekonomi khususnya dalam pasar modal pada institusi yang menjadi

tempat bekerja nantinya.

b. Bagi Investor
11

Manfaat praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna

sebagai masukan bagi investor dalam mempertimbangkan

pengambilan keputusan investasi khususnya pada perusahaan

Industri di Bursa Efek Indonesia

c. Bagi Akademisi

Sebagai tambahan bahan kepustakaan di bidang ekonomi

manajemen keuangan khususnya pada Universitas Syiah Kuala.

Anda mungkin juga menyukai