Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING


VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH PANDEMI COVID-19
MASUK KE INDONESIA
(STUDI KASUS PADA SAHAM IDX30)

Oleh:
IDA BAGUS PRADANA S
(A1C016064)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini pasar modal di Indonesia telah berkembang sangat pesat, hal ini dapat
dibuktikan dari bertambahnya perusahaan yang melakukan IPO dari tahun ke tahun,
sehingga banyak perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pasar modal memiliki
peranan penting dalam kegiatan ekonomi di berbagai negara, terutama di negara yang
sedang berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Usaha suatu negara ini
dapat melalui perluasan sektor industri manufaktur dengan memadukan sumber daya
manusia dengan kekayaan alam yang dimiliki negara tersebut. Pertumbuhan suatu
perusahaan dapat dilihat dari peningkatan penjualan, peningkatan perusahaan dalam
memperoleh laba bersih serta peningkatan pada harga saham perusahaan itu sendiri.
Adanya pertumbuhan perusahaan ini tentunya berdampak terhadap pertumbuhan
ekonomi yang mengakibatkan naiknya tingkat kemakmuran masyarakat.
Pasar modal memberikan manfaat bagi perusahaan-perusahaan yang ingin
memperluas usahanya, manfaat adanya pasar modal ini antara lain seperti tersedianya
sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan sekaligus memungkinkan
alokasi dana secara optimal, memberikan wahana investasi yang beragam bagi
investor sehingga memungkinkan melakukan investasi di berbagai macam
perusahaan serta penyebaran kepemilikan perusahaan sampai pada lapisan
masyarakat menengah. Pasar modal juga menyediakan beragam informasi yang dapat
dibutuhkan oleh investor, baik informasi yang tersedia dipublik maupun informasi
pribadi sehingg memudahkan para investor dalam mengambil keputusan berinvestasi
disuatu perusahaan. Sebagai sumber pendanaan perusahaan serta penggerak
perekonomian nasional, pasar modal tentunya di pengaruhi oleh lingkungan ekonomi
maupun non ekonomi. Pengaruh lingkungan ekonomi mikro seperti kinerja
perusahaan, perubahan strategi perusahaan, pengumuman laporan keuangan atau
dividen perusahaan selalu mendapat tanggapan dari pelaku pasar di pasar modal.
Selain itu, perubahan lingkungan ekonomi makro seperti perubahan suku bunga
tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah, turut berpengaruh pada fluktuasi
harga dan volume perdagangan di pasar modal, sedangkan pengaruh lingkungan non
ekonomi seperti adanya wabah yang menyerang suatu negara sehingga
mempengaruhi harga dan volume perdagangan di bursa efek, karena perstiwa ini
berkaitan erat dengan kestabilan perekonomian suatu negara. Berita bahwa adanya
bencana yang mengancam perekomomian negara biasanya mendapat respon negative
dari pelaku pasar. Adanya wabah memiliki pengaruh terhadap kondisi ekonomi di
sebuah negara dikarenakan semua kegiatan perekonomian tidak dapat berjalan secara
normal. Dalam hal ini banyak karyawan akan kehilangan pekerjaanya, perusahan
banyak tutup akibat perolehan laba yang tidak sesuai dengan beban yang dikeluarkan,
serta pendapatan negara dari sektor pariwisata akan menurun drastis.
Di tahun 2020 suatu wabah menyerang Indonesia dan menyebar hampir ke
seluruh provinsi di Indonesia. Wabah ini dikenal dengan sebutan covid-19, nama
covid-19 ini merujuk pada singkatan dari “coronavirus disease 2019”. Penyakit ini
mengakibatkan penderita mengalami demam, batuk kering dan kesulitan bernafas.
Pada penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan
kegagalan multiorgan. Adapun tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan
infeksi dari penyakit ini seperti tetap berada dirumah, menghindari berpegian dan
beraktivitas di tempat umum, sering mencuci tangan dengan sabun dan air selama
minimum 20 detik, tidak menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
tidak dicuci serta mempraktikan higiene pernafasan yang baik. Adanya wabah ini
tentunya membuat seluruh masyarakat di Indonesia tidak dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya. Peristiwa masuknya covid-19 ke Indonesia merupakan suatu
informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku pasar.
Umumnya suatu informasi mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan
investasi. Dalam pasar modal yang efisien, pasar akan berekasi secara cepat terhadap
semua informasi yang relevan.
Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu
pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar
akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar . Reaksi pasar ini
dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan
menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat
dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan
memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung
informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar (Hartono, 2017:643).
Selain menggunakan abnormal return, reaksi pasar modal terhadap informasi
juga dapat dilihat melalui parameter trading volume activity, dimana bila investor
menilai sesuatu peristiwa mengandung informasi maka peristiwa tersebut akan
mengakibatkan keputusan perdagangan diatas keputusaan normal. Jika pasar bereaksi
dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan yang baru yang
sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar ini disebut
dengan pasar efisien. Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan
informasinya saja tetapi juga dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi,
tetapi juga dapat dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan
berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Reaksi pasar ini sebagai suatu
sinyal terhadap informasi adanya suatu peristiwa tertentu mempengaruhi nilai
perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan saham
yang terjadi. Para Investor juga dapat melakukan pengamatan tentang informasi
volume perdagangan dikaitkan dengan harga saham. Penelitian mengenai dampak
wabah covid -19 ini terhadap abnormal return dan aktivitas volume perdagangan
saham dilakukan melalui event study. Event study ini dilakukan untuk mengamati
pergerakan harga saham di pasar modal ketika terjadi suatu peristiwa dan mengetahui
apakah terdapat imbal balik investasi yang tidak biasa yang diterima oleh para
investor akibat terjadinya peristiwa tersebut. Tingkat kepekaan dinamika pasar modal
dipengaruhi oleh faktor makro baik faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi.
Terdapat beberapa penelitian tentang pengaruh event study terhadap abnormal
return dan trading volume activity dengan hasil yang berbeda beda. Alexander dan
Kadafi ( 2018 ) melakukan penelitian tentang Analisis abnormal return dan trading
volume activity sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan hasil tidak ada perbedaan antara abnormal return dan
trading volume activity sebelum dan sesudah stock split. Hal ini bisa disebabkan
karena investor tidak menganggap infromasi pengumuman stock split sebagai sutau
sinyal positif atau good news dari perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh penelitian Sutanto et al. (2019) tentang Analisis perbedaan abnormal
return dan trading volume activity saham sebelum dan sesudah Pilkada Serentak 9
Desember 2015 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan abnormal return dan
trading volume activity sebelum dan sesudah event. Namun hasil tersebut berbeda
dengan penelitian Zoraya et al. (2020) tentang dampak Pilkada Serentak 27 Juni 2018
terhadap abnormal return dan aktivitas volume perdagangan saham di BEI, dengan
hasil terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity sebelum dan
sesudah event. Dari beberapa penelitian diatas dapat dikatakan bahwa setiap
kandungan informasi dari suatu peristiwa memiliki kekuatan yang berbeda-beda agar
dapat mempengaruhi abnormal return dan trading volume activity.
Dari beberapa peristiwa yang terjadi di Indonesia, salah satu peristiwa terbaru
yang hendak kita uji kandungan informasinya terhadap aktivitas bursa efek adalah
peristiwa masuknya wabah covid-19 ke Indonesia yang diumumkan oleh Bapak
Presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020. Menurut Hartono (2017) bahwa
saham IDX30 merupakan 30 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi
pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Oleh karena itu,
penelitian ini berupaya untuk melakukan event study mengenai perbandingan
abnormal return dan trading volume activity dengan menggunakan saham IDX30
sebagai sampel.
Tabel 1.1
Perubahan Indeks IDX30 (26 Februari – 03 Maret 2020 )

Tanggal IDX30 Poin


26 Februari 2020 504.16 -
27 Februari 2020 487.80 -16.36
28 Februari 2020 480.39 -7.41
3 Maret 2020 487.71 7.32
4 Maret 2020 504.85 17.14
5 Maret 2020 503.62 -1.23

Tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa saham IDX30 mengalami penurunan


selama 3 hari sebelum terjadi pengumuman masuknya covid-19 ke Indonesia, yaitu
pada tanggal 26 Februari 2020 ke tanggal 28 Februari 2020 terjadi penurunan sebesar
23.77 poin menjadi 480.39.
Sedangkan 3 hari terakhir setelah peristiwa pengumuman covid-19 masuk ke
Indonesia, terjadi cukup banyak fluktuasi yaitu pada tanggal 3 Maret 2020 dan 4
Maret 2020 mengalami peningkatan yaitu sebesar 7.32 poin menjadi 487.71. dan
17.14 poin menjadi 504.85 kemudian mengalami penurunan sebesar 1.23 poin
menjadi 503.62 pada tanggal 5 Maret 2020.
Alasan pemilihan event masuknya covid-19 ke Indonesia ini digunakan
sebagai obyek penelitian adalah karena adanya wabah ini mengakibatkan masyarakat
tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi sebagaimana mestinya, sehingga hal ini
tentunya mengganggu stabiltas ekonomi nasional. Berdasarkan kondisi tersebut,
maka event study mengenai kaitan antara abnormal return dan trading volume
activity dengan peristiwa masuknya covid-19 ke Indonesia perlu dilakukan dengan
tujuan untuk menguji kekuatan muatan informasi dari suatu peristiwa terhadap
aktivitas di bursa, atau dengan kata lain akan mengamati reaksi pasar modal terhadap
suatu event berupa intervensi dari stakeholder menyangkut kebijakan yang harus
diambil dalam mengurangi kepanikan yang terjadi di bursa dalam penelitian yang
berjudul
“ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING
VOLUME ACTIVITY SEBELUM DAN SESUDAH PANDEMI COVID-19
MASUK KE INDONESIA ( STUDI KASUS PADA SAHAM IDX30 ) ”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah apakah terdapat perbedaan yang siginifikan atas abnormal return dan trading
volume activity pada saham IDX30 sebelum dan sesudah covid-19 masuk ke
Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang siginfikan
atas abnormal return dan trading volume activity pada saham IDX30 sebelum dan
sesudah Masuknya covid-19 ke Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang abnormal
return dan trading volume activity terhadap suatu peristiwa (wabah covid-19).
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengambilan
keputusan berinvestasi. Investor tak hanya fokus pada kondisi ekonomi, tetapi
perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan
kondisi social akibat terjadinya suatu wabah penyakit.
3. Manfaat kebijakan
Hasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
regulator dalam membuat kebijakan dalam perdagangan saham.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal (signalling theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spence
(1973) mengemukakan bahwa isyarat atau signal memberikan suatu sinyal, pihak
pengirim (pemilik informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan yang
dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan
menyesuaikan prilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut
(Gayatri et al., 2015 ).
Signalling theory dalam penelitian ini terkait dengan adanya informasi yang
menjadi sinyal atau indikasi dari abnormal return dan trading volume activity dari
saham suatu perusahaan terhadap investor dan pelaku pasar lainnya. Sinyal suatu
peristiwa dapat dilihat dari reaksi harga saham dan jumlah perdagangan saham,
pengumuman suatu berita dikatakan mempunyai kandungan informasi jika
memberikan abnormal return dan trading volume activity yang signifikan terhadap
pasar. Dengan adanya indikasi ini, maka investor dan pelaku pasar akan dapat
menentukan sikapnya sebelum dan setelah adanya pengumuman terhadap suatu
peristiwa.
2.1.2 Efisiensi Pasar
Secara umum, efisiensi pasar (market efficiency) didefinisikan oleh Beaver
(1989) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Menurut
Fatma (1970) dalam (Hartono 2017:606) menyajikan tiga macam bentuk utama dari
efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam dari bentuk informasi, yaitu informasi masa
lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat, sebagai
berikut ini:
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form).
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas
mencerminkan secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi
masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form).
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh
mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all
publicly available information ) termasuk informasi yang berada di laporan-
laporan keuangan perusahaan emiten.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk
informasi yang privat.
Ketiga bentuk pasar efisien ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan
ketiga bentuk pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif, yaitu bentuk lemah
merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan
bagian dari bentuk kuat (Hartono, 2017:610).
2.1.3 Pasar Modal
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu
antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan
sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan
menjual saham atau obligasi. Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian dari
perusahaan. Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam
untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun
waktu tertentu yang sudah disepakati (Hartono, 2017:29).
Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di
pasar modal (Hartono, 2017:33). Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh
perusahaan dijual di pasar primer (primary market). Surat berharga yang baru dijual
dapat berupa penawaran perdana ke publik (initial public offering atau IPO) atau
tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah going public (sekuritas
tambahan ini sering disebut dengan seasoned new issues). Selanjutnya surat berharga
yang sudah beredar diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market).
Tipe lain dari pasar modal adalah pasar ketiga (third market) dan pasar
keempat (fourth market). Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga
pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang
mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pasar keempat
merupakan pasar modal yang dilakukan di antara institusi berkapasitas besar untuk
menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat merupakan umumnya
menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dengan jumlah
blok besar (Hartono, 2017:33).
2.1.4 Indeks Pasar Modal
Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati
pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas (Hartono, 2017:166). Berikut ini beberapa
indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang secara terus menerus
disebarluaskan melalui media cetak maupun elektornik, sebagai salah satu pedoman
bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal.
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks yang mengukur kinerja harga
semua saham yang tercatat di Papan Utama dan Papan Pengembangan Bursa
Efek Indonesia.
2. IDX80, indeks yang mengukur kinerja harga dari 80 saham yang memiliki
likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental
peruahaan yang baik.
3. LQ45, Indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki
likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental
perusahaan yang baik.
4. IDX30, Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki
likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental
perusahaan yang baik.
5. IDX Quality30, Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang
secara historis perusahaan relatif memiliki profitabilitas tinggi, solvabilitas
baik, dan pertumbuhan laba stabil dengan likuiditas transaksi serta kinerja
keuangan yang baik.
6. IDX Value30, Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang
memiliki valuasi harga rendah dengan kualitas transaksi serta kinerja
keuangan yang baik.
7. IDX Growth30, Indeks Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham
yang memiliki tren harga relatif terhadap pertumbuhan laba bersih dan
pendapatan dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.
8. IDX ESG Leaders, Indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham
yang memiliki penilaian Environmental, Sosial dan Governance (ESG) yang
baik dan tidak tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan serta memiliki
likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.
9. IDX High Deviden 20, Indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham
yang membagikan deviden tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki
deviden yield yang tinggi.
10. IDX BUMN20, Indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham
perusahaan tercatat yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan afiliasinya.
11. Indeks Saham Syariah Indonesia/ Indonesia Sharia Stock Index (ISSI), Indeks
yang mengukur kinerja harga seluruh saham di Papan Utama dan Papan
Pengembangan yang dinyatakan sebagai saham syariah sesuai dengan Daftar
Efek Syariah (DES) yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
12. Jakarta Islamic Index 70 (JII70), indeks yang mengukur kinerja harga dari 70
saham syariah yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas
transaksi yang tinggi.
13. Jakarta Islamic Index (JII), indeks yang mengukur kinerja harga dari 30
saham syariah yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas
transaksi yang tinggi.
14. IDX SMC Composite, indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham
yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah.
15. IDX SMC Liquid, indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham
dengan likuiditas tinggi yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah.
16. KOMPAS100, indeks yang mengukur kinerja harga dari 100 saham yang
memiliki likuiditas yang baik dan kapitalisasi pasar yang besar.
17. BISNIS-27, indeks yang mengukur kinerja harga dari 27 saham yang dipilih
oleh Komite Indeks Bisnis Indonesia.
18.MNC36, indeks yang mengukur kinerja harga dari 36 saham yang memiliki
kinerja positif yang dipilih berdasarkan kapitalisasi pasar, likuiditas transaksi
dan fundamental serta rasio keuangan.
19. Investor33, indeks yang mengukur kinerja harga dari 33 saham yang dipilih
dari 100 Perusahan Tercatat terbaik versi Majalah Investor yang dipilih
berdasarkan kapitalisasi pasar, likuiditas transaksi dan fundamental serta rasio
keuangan.
20. Infobank15, indeks yang mengukur kinerja harga dari 15 saham perbankan
yang memiliki faktor fundamental yang baik dan likuiditas perdagangan yang
tinggi.
21. SMinfra18, indeks yang mengukur kinerja harga dari 18 saham yang
konstituennya dipilih dari sektor-sektor infrastruktur, penunjang infrastruktur,
dan pembiayaan infrastruktur (dari sektor perbankan) yang dipilih berdasarkan
kriteria tertenu.
22. SRI-KEHATI, indeks yang mengukur kinerja harga saham dari 25 perusahaan
tercatat yang memiliki kinerja yang baik dalam mendorong usaha-usaha
berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial,
dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Sustainable and Responsible
Investment (SRI).
23. PEFINDO25, indeks yang mengukur kinerja harga saham dari 25 perusahaan
tercatat kecil dan menengah yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan
likuiditas transaksi yang tinggi.
24. PEFINDO i-Grade, indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham
perusahaan tercatat yang memiliki peringkat investment grade dari PEFINDO
(idAAA hingga idBBB-) yang berkapitalisasi pasar paling besar.
25. Indeks Papan Utama, indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham
tercatat di Papan Utama Bursa Efek Indonesia.
26. Indeks Papan Pengembangan, indeks yang mengukur harga seluruh saham
tercatat di Papan Pengembangan Bursa Efek Indonesia.
27. Indeks Sektor Pertanian, indeks yang mengkur kinerja harga seluruh saham di
Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di sektor pertanian,
mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA).
28. Indeks Sektor Pertambangan, indeks yang mengkur kinerja harga seluruh
saham di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di sektor
Pertambanga, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).
29. Indeks Sektor Industri Dasar dan Kimia, indeks yang mengkur kinerja
harga seluruh saham di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat
di sektor Industri Dasar dan Kimia, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock
Industrial Classification (JASICA).
30. Indeks Sektor Aneka Industri, indeks yang mengkur kinerja harga seluruh
saham di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di sektor
Aneka Industri, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial
Classification (JASICA).
31. Indeks Sektor Industri Barang Konsumsi, indeks yang mengukur kinerja harga
seluruh saham di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di
sektor industri Barang Konsumsi, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock
Industrial Classification (JASICA).
32. Indeks Sektor Properti, Real Estat, dan Kontruksi Bangunan, indeks yang
mengukur kinerja harga seluruh saham di Papan Utama dan Papan
Pengembangan yang terdapat di sektor Properti, Real Estat, dan Konstruksi
Bangunan, mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).
33. Indeks Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, indeks yang mengukur
kinerja harga seluruh saham di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang
terdapat di sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, mengacu pada
klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA).
34. Indeks Sektor keuangan, indeks yang mengukur kinerja harga seluruh saham
di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di sektor Keuangan,
mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA).
35. Indeks Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi, indeks yang mengukur kinerja
harga seluruh saham di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat
di sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi, mengacu pada klasifikasi Jakarta
Stock Industrial Classification (JASICA).
36. Indeks Sektor Manufaktur, indeks yang mengukur kinerja harga seluruh
saham di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang terdapat di 3 Sektor
yaitu (1) Industri Dasar dan Kimia, (2) Aneka Industri (3) Industri Barang
Konsumsi. mengacu pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification
(JASICA).

2.1.5 Saham IDX30


Indeks ini diluncurkan pada tanggal 23 April 2012 yang berisi dengan 30
saham kapitalisasi terbesar di LQ45. Pemilihan saham dilakukan setiap 6 bulan, yaitu
pada awal bulan Februari dan Agustus. Tanggal basis perhitungan adalah 30
Desember 2004 dengan nilai awal indeks adalah 100 yang dihitung sama dengan
indeks lain yaitu menggunakan rata-rata timbangan kapitalisasi pasar (value
weighted).
Kriteria pemilihan saham di IDX30 adalah nilai transaksi, frekuensi transaksi,
total hari transaksi dan tentu saja kapitalisasi pasarnya. Aspek kualitatif yang juga
dipertimbangkan adalah kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan faktor-faktor
lain yang berhubungan dengan pertumbuhan perusahaannya (Hartono, 2017:179).
Pembobotan dalam perhitungan Indeks IDX30 sama dengan perhitungan pada IHSG
dan Indeks LQ-45, yaitu sebagai berikut:

Nilai Pasar ₜ
Indeks IDX30t = x 100
Nilai Dasar

Keterangan :
Indeks IDX30t : indeks IDX30 hari ke t
Nilai Pasar : rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di bursa
dikalikan dengan harga pasar perlembarnya) dari saham umum
dan saham preferen pada hari ke-t
Nilai Dasar : sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari tanggal 13 Juli 1994
2.1.6 Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasian yang sudah terjadi atau return ekpektasian yang belum terjadi tetapi
yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang (Hartono, 2017:283). Dalam
pengambilan keputusan investasi, perlu dipertimbangkan antara risiko dan tingkat
pengembalian, sehingga pertimbangan risiko harus menjadi faktor utama dalam
pengambilan keputusan investasi. Investor harus memastikan bahwa keputusan
investasi yang diambilnya memberikan return yang sepadan dengan risiko yang
ditanggungnya (Sukamulija, 2017:75).
2.1.7 Return Realisasian (Realized Return)
Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasian dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return
realisasian atau return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return
ekspektasian (expected return) dan risiko dimasa datang (Hartono, 2017:283).
Menurut Hartono (2017:283) beberapa pengukuran return realisasian yang
banyak digunakan adalah return total (total return) yang merupakan return
keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu, relatif return (return
relative), kumulatif return (return cumulative) dan return disesuaian (adjusted
return).
2.1.8 Return Ekspektasian (Expected Return)
Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang digunakan
untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini penting dibandingkan dengan
return historis karena return ekspektasian merupakan return yang diharpakan dari
investasi yang dilakukan (Hartono, 2017:300). Dengan kata lain, return ekspektasian
adalah return diharapkan oleh investor di masa yang akan datang. Brown dan Warner
(1985) dalam Hartono (2017:668), mengestimasi return espektasian menggunakan
model estimasi mean-adjusted model, market model dan marked-adjusted model.
1. Mean-adjusted Model
Model sesuaian rata-rata (Mean-adjusted model) menganggap bahwa return
ekspektasian bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasian
sebelumya selama periode estimasi (estimation period), sebagai berikut:
t2

E[Ri,t] = ∑
Rᵢ , ⱼ
j=t 1

Keterangan:
E[Ri,t] = return ekspektasian sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai t2.
Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode sebelum periode
peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan periode pengamatan
atau jendela peristiwa (event window).
2. Market Model
Perhitungan return ekspektasian dengan model pasar (market model) ini
dilakukan dengan dua tahap, yaitu pertama membentuk model ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi, dan kedua menggunakan model
ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasian di periode jendela (Hartono,
2017:668). Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS
(Ordinary Least Square) dengan persamaan:
Ri,j = αi + βi ‧ RMj + ɛi,j
Keterangan:
Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
αi = intercept untuk sekuritas ke-i
βi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i
RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung
dengan rumus:
RMj = (IHSGj – IHSGj-1)
ɛi,j = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
3. Market-Adjusted Model
Model sesuaian-pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa penduga
yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar
pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan
periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang
diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar (Hartono, 2017:679).
E[Ri,t] = RMit

Keterangan:
E[Ri,t] = return ekspektasian sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
RMit = return pasar dari sekuritas ke-i pada periode ke-t
2.1.9 Return Taknormal (Abnormal Return)
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi
terhadap return normal (Hartono, 2017:667). Return normal yang merupakan return
yang diharapkan oleh investor (expected return). Setiap keputusan investasi saham
mempunyai tujuan untuk mendapatkan return (holding period return), baik berupa
capital gain maupun deviden (Sukamulija, 2017:82).
Studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return) dari
sekuritas yang mungkin terjadi sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Hal ini
dapat dikatakan bahwa abnormal return terjadi apabila dipicu oleh adanya suatu
peristiwa tertentu, misalnya kejadian-kejadian luar biasa, suasana politik, stocksplit,
penawaran perdana, suspend dan lain-lain.
Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi
dengan return ekspektasian (Hartono, 2017:668). Formulasi abnormal return sebagai
berikut:
RTNᵢ,ₜ = Rᵢ,ₜ - E[Rᵢ,ₜ]

Keterangan :
RTNᵢ,ₜ = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke – t
Rᵢ,ₜ = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
E[Rᵢ,ₜ] = return ekspektasian (Expected return) sekuritas ke-i untuk periode
peristiwa ke-t
2.1.10 Aktivitas Volume Perdagangan (Trading Volume Activity)
Menurut Sinurat dan Ilham (2021), trading volume activity merupakan suatu
indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi
melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal.
Perubahan volume perdagangan saham di pasar modal menunjukan aktivitas
perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investor. Volume
perdagangan saham yang mengalami perubahan mencerminkan adanya kegiatan
perdagangan saham dan kebijakan investasi yang dilakukan investor. Aktivitas
volume perdagangan menunjukan respon investor terhadap kandungan informasi dari
suatu pengumuman. Apabila terkandung informasi dalam suatu pengumuman maka
akan mempengaruhi aktivitas volume perdagangan.
Foster (1986) dalam Husnan (2009) menyatakan bahwa trading volume
activity diukur dengan formulasi sebagai berikut:
Jumlah saham yang diperdagangkan
Trading Volume Activity =
Jumlah saaham yang beredar
Untuk mengetahui Trading Volume Activity saham didapatkan dari perhitungan
jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dibagi dengan jumlah saham
yang beredar pada waktu tertentu.
2.1.11 Studi Peristiwa (Event Study)
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman (Hartono, 2017:643). Event study dapat digunakan untuk menguji
kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga
digunakan untuk menguji efisiensi pasar setengah kuat.
Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah
kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi
dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman
mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi
pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan
dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur
dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return. Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan
memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung
informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar (Hartono, 2017:644).
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa studi peristiwa (event study)
dirancang untuk menganalisis adanya reaksi pasar terhadap informasi atas suatu
peristiwa yang terjadi. Peristiwa tersebut untuk mengetahui ada tidaknya abnormal
return yang diperoleh oleh pemegang saham. Selain itu, studi peristiwa juga dapat
digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa atau
pengumuman.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh suatu peristiwa
(ekonomi, politik, sosial, lingkungan, dan lainnya) terhadap abnormal return dan
trading volume activity sebagai berikut:
Zoraya, et al. (2020) meneliti tentang pengaruh peristiwa Pilkada serentak 27
Juni 2018 terhadap abnormal return dan trading volume activity. Metode analisis
yang digunakan adalah one sample kolmogrov-smirnov test dan paired sample t-test
dengan sampel saham LQ 45. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan
abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah Pilkada serentak
27 Juni 2018.
Suparsa dan Ratnadi (2014) meneliti tentang pengaruh pengumuman kenaikan
harga BBM terhadap abnormal return dan trading volume acivity. Metode analisis
yang digunakan adalah kolmogrov-smirnov test dan paired sample t-test dengan
sampel saham LQ 45. Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan abnormal
return dan trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga
BBM.
Sutanto et al. (2019) meneliti tentang pengaruh peristiwa Pilkada serentak 9
Desember 2015 terhadap abnormal return dan trading volume activity. Metode
analisis yang digunakan adalah kolmogrov-smirnov test dan one paired sample t-test
dengan sampel saham perusahaan LQ 45. Hasil penelitian menunjukan tidak ada
perbedaan abnormal return dan tading volume activity sebelum dan sesudah Pilkada
serentak 9 Desember 2015
Alexander dan Kadafi (2018) meneliti tentang pengaruh stock split terhadap
abnormal return dan trading volume activity. Metode analisis yang digunakan adalah
kolmogrov-smirnov test dan wilcoxon signed rank test dengan sampel perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukan tidak ada
perbedaan abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah stock
split.
Sadikin (2011) meneliti tentang pengaruh peristiwa pemecahan saham
terhadap abnormal return dan trading volume activity. Metode analisis yang
digunakan adalah kolmogrov-smirnov test dan paired sample t-test dengan sampel
perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini
menunjukan tidak ada perbedaan pada abnormal return namun terdapat perbedaan
pada trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham.
Pamungkas et al. (2015) meneliti tentang pengaruh Pemilu Presiden Indonesia
tahun 2014 terhadap abnormal return dan trading volume activity. Metode analisis
yang digunakan adalah kolmogrov-smirov test dan wilcoxon signed rank test dengan
sampel saham Indeks Kompas100. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan
abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah Pemilu Presiden
Indonesia tahun 2014.

Wulan et al. (2018) meneliti tentang pengaruh pengumuman Unusual Market


Activity terhadap abnormal return dan trading volume activity. Metode analisis yang
digunakan adalah paired sample t-test dan wilcoxon signed rank test dengan sampel
perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dalamp pengumuman UMA tahun
2015 sampai 2017. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan abnormal return
dan trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman Unusual Market
Activity.

Anisa et al. (2020) meneliti tentang pengaruh january effect terhadap


abnormal return dan trading Volume Activity. Metode analisis yang digunakan adalah
one sample kolmogrov-smirnov test dan paired sample t-test dengan sampel saham
LQ 45. Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan abnormal return dan
trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa januarry effect.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Peneliti dan Variabel dan


No. Judul Event Hasil
Tahun metode analisis

1. Intan Zoraya, Dampak Pemilihan Abnormal Terdapat perbedaan


Trisna Murni, Pilkada Kepala return abnormal return
Fachri Eka Serentak 27 Daerah Trading volume dan trading volume
Saputra, Juni 2018 activity activity sebelum
Syamsul terhadap dan sesudah event
Bahri, Paulus Abnormal Metode analisis
Suluk Return dan
One Sample
Kananlua Aktivitas
Kolmogrov-
(2020) Volume
Smirnov Test
Perdagangan
dan Paired
Saham di BEI
Sample T-Test

2. I Made Joni Perbedaan Pengumuma Abnormal Tidak ada


Suparsa dan Abnormal n kenaikan return perbedaan
Ni Made Dwi Return dan harga BBM Trading volume abnormal return
Ratnadi Trading activity dan trading volume
(2014) Volume activity sebelum
Activity atas Metode analisis dan sesudah event
Pengumuman
Kolmogrov-
Kenaikan
Harga BBM Smirnov Test
pada Saham
dan Paired
yang
Tergolong LQ Sample T-Test
45

3. Cindy Analisis Pemilihan Abnormal Tidak ada


Sutanto, Dion Perbedaan Kepala return perbedaan
Dewa Barata Abnormal Daerah Trading volume abnormal return
dan Diyan Return dan activity dan trading volume
Lestari Trading activity sebelum
(2019) Volume Metode analisis dan sesudah event
Activity
Kolmogrov-
Saham
Sebelum dan Smirnov Test
Sesudah
dan One Paired
Pilkada
Serentak 9 Sample T-Test
Desember
2015

4. Alexander Analisis Stock split Abnormal Tidak ada


dan M. Amin Abnormal return perbedaan
Kadafi Return dan Trading volume abnormal return
(2018) Trading activity dan trading volume
Volume activity sebelum
Activity Metode analisis dan sesudah event
Sebelum dan
Kolmogrov-
Sesudah
Stock Split Smirnov Test
pada
dan Wilcoxon
Perusahaan
yang Signed Rank
Terdaftar di
Test
Bursa Efek
Indonesia

5. Ali Sadikin Analisis Pemecahan Abnormal Tidak ada


(2011) Abnormal Saham return perbedaan
Return Saham Trading volume abnormal return
dan Volume activity namun pada
Perdagangan Trading volume
Saham, Metode analisis activity
Sebelum dan menunjukan
Kolmogrov-
Sesudah perbedaan sebelum
Peristiwa Smirnov Test dan sesudah event
Pemecahan
dan Paired
Saham (Studi
pada Sample T-Test
Perusahaan
yang Go
Publik di
Bursa Efek
Indonesia)

6. Aryo Pengaruh Pemilihan Abnormal Terdapat perbedaan


Pamungkas, Pemilu Umum return abnormal return
Suhadak dan Presiden Trading volume dan trading volume
M.G Wi Indonesia activity activity sebelum
Endang N.P Tahun 2014 dan sesudah event
(2015) terhadap Metode analisis
Abnormal
Kolmogrov-
Return dan
Trading Smirnov Test
Volume
dan Wilcoxon
Activity (Studi
pada Signed Rank
Perusahaan
Test
pada yang
Tercatat
sebagai
Anggota
Indeks
Kompas 100)

7. Dewi Cahya Analisis Unusual Abnormal Terdapat perbedaan


Wulan, Siti Abnormal Market return abnormal return
Trading volume
Ragil Return dan Activity dan trading volume
activity
Handayani Trading activity sebelum
dan Ferina Volume dan sesudah event
Nurlaily Activity Metode analisis
(2018) terhadap Paired Sample
Pengumuman
Unusual T-Test dan
Market Wilcoxon
Activity (Studi
pada Signed Rank
Perusahaan Test
yang
Terdaftar
dalam
Pengumuman
Unusual
Market
Activity di
BEI Tahun
2015-2017)

8. Silvia Anisa, Analisis January Abnormal Tidak ada


Moh. Amin January Effect return perbedaan
dan Junaidi Effect Trading volume abnormal return
(2020) terhadap activity dan trading volume
Abnormal activity sebelum
Return dan Metode analisis dan sesudah event
Trading
One Sample
Volume
Activity pada Kolmogrov-
Perusahaan
Smirnov Test
LQ-45 yang
Terdaftar di dan Paired
Bursa Efek
Sample T-Test
Indonesia
Periode 2015-
2018

2.3 Kerangka Konseptual


Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman (Hartono, 2017:643). Untuk mengukur suatu reaksi pasar atas
pengumuman dapat menggunakan abnormal return dan trading volume activity.
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi
terhadap return normal (Hartono, 2017:667). Pasar modal dapat bereaksi terhadap
peristiwa yang mempunyai kandungan informasi. Peristiwa ini tidak hanya ekonomi,
melainkan politik, sosial, keamanan, serta bencana alam maupun non alam. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan peristiwa bencana non alam yaitu masuknya
covid-19 ke Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Pengujian dilakukan tiga hari
sebelum (t-3) dan tiga hari sesudah (t+3) sesudah untuk mengetahui apakah peristiwa
tersebut mempengaruhi abnormal return dan trading volume activity. Penelitian ini
menggunakan kolmogrov-smirnov test dan paired sample t-test. Guna lebih jelasnya
dirumuskan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Sebelum Covid-
19 Masuk (t-3)

Rata-Rata
Abnormal
H1
Return
Setelah
Covid-19
Masuk( t+3)

Covid-19 Saham
di IDX30
Indonesia
Sebelum Covid-
19 Masuk (t+3)

Rata-Rata
Trading Volume H2
Activity
Sebelum Covid-
2.4 Pengembangan Hipotesis 19 Masuk (t-3)
Signalling theory mengindikasikan bahwa informasi yang diperoleh investor
dalam suatu peristiwa dapat diterima dengan baik oleh investor (Hafidz, 2020).
Pengumuman suatu berita dikatakan mempunyai suatu informasi jika memberikan
abnormal return dan trading volume activity yang signifikan. Umumnya informasi
berasal dari kondisi internal maupun eksternal suatu peruahaan. Covid-19 merupakan
suatu wabah yang saat ini ada di Indonesia. Adanya wabah ini mengakibatkan
aktivitas ekonomi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Ada banyak
perusahaan yang mengalami penutupan dan karyawan diharuskan untuk tidak
bekerja sementara. Hal tersebut diduga dapat menjadi sinyal negatif bagi investor di
pasar modal.
Berdasaran uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu:
H1: “Terdapat perbedaan yang signifkan atas rata-rata abnormal return pada saham
IDX30 sebelum dan sesudah masuknya covid-19 ke Indonesia”.
H2: “Terdapat perbedaan yang signifikan atas rata-rata trading volume activity pada
saham IDX30 sebelum dan sesudah masuknya covid-19 ke Indonesia”.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi peristiwa (event study) yang menganalisis
adanya abnormal return dan trading volume activity sebagai akibat dari adanya suatu
peristiwa. Peristiwa yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah masuknya covid-
19 ke Indonesia.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada saham IDX30 yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia periode Februari s.d. Maret tahun 2020. Alasan pemilihan saham IDX30
sebagai lokasi penelitian karena saham IDX30 merupakan saham yang memiliki
likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental yang
baik.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham yang termasuk saham
IDX30. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu
penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel sebagai
berikut:
1. Saham-saham teraktif yang masuk dalam perhitungan IDX30 selama tahun
2020 mulai Februari s.d. Maret 2020.
2. Saham IDX30 yang tidak di suspend selama periode pengamatan ±3 hari (26
Februari s.d. 5 Maret 2020).
3. Tidak melakukan corporate action di sekitar periode peristiwa.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sampel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian

No Kriteria Jumlah Saham

1 Saham yang masuk dalam perhitungan 30


IDX30 selama tahun 2020 mulai Februari s.d.
Maret 2020

2 Saham IDX30 yang di suspend selama (0)


periode pengamatan ±3 hari (26 Februari s.d.
5 Maret 2020

3 melakukan corporate action di sekitar (0)


periode peristiwa

Sampel Penelitian 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi,
yaitu dengan melakukan pencatatan atas dokumen yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia .
3.5 Jenis dan Sumber Data
3.5.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif berupa data yang berbentuk angka. Data kuantitatif dalam penelitian ini
adalah data berupa harga penutupan saham, volume perdagangan saham dan indeks
harga saham gabungan sebelum pengumuman covid-19 masuk ke Indonesia (tanggal
26 s.d. 28 Februari), pada saat pengumuman (tanggal 2 Maret) dan setelah
pengumuman ( tanggal 3 s.d. 5 Maret).

3.5.2 Sumber Data


Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder penelitian
ini diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
3.6 Periode Peristiwa
Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama 7 hari, terdiri
dari tiga hari sebelum peristiwa (t-3), hari terjadi peristiwa (t0) dan tiga hari setelah
peristiwa (t+3). Penentuan jendela peristiwa selama 3 hari sebelum dan sesudah
masuknya covid-19 ke Indonesia dilakukan untuk menghindari efek dari peristiwa
lain yang dapat mempengaruhi peristiwa yang diamati. Selain itu juga didasarkan
pada pengumuman masuknya covid-19 ke Indonesia yang terjadi pada tanggal 2
Maret 2020.
3.7 Definisi Operasional variabel
Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Return Saham
Return saham merupakan keuntungan yang diterima atas investasi suatu
saham pada periode tertentu .
P t−Pt −1
Ri,t =
P t−1
Keterangan:
Ri,t = return saham harian sekuritas i pada periode t
Pi,t = harga saham harian sekuritas i pada periode t
Pi,t-1 = harga saham harian sekuritas i pada periode t-1
2. Return Pasar
Return pasar dalam penelitian ini dengan melihat indeks IDX30 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Indeks IDX 30 ₜ−Indeks IDX 30 ₜ ⎽ ₁
Rmt =
Indeks IDX 30 ₜ ⎽ ₁

Keterangan:
Indeks IDX30t = Indeks IDX30 pada periode t
Indeks IDX30t-1 = Indeks IDX30 pada periode t-1
Rmt = return pasar pada periode t
3. Return Ekspektasi
Perhitungan return ekspektasi dalam penelitian ini menggunakan model
penyesuaian pasar (Market Adjusted Model), yakni dengan melihat Indeks
IDX30.
E[Ri,t] = Rmit
Keterangan:
E[Ri,t] = Expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Rmit = Return pasar dari sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
4. Abnormal return
Abnormal return merupakan selisih antara return saham dengan return
ekspektasi.
RTNᵢ,ₜ = Rᵢ,ₜ - E[Rᵢ,ₜ]
Keterangan:
RTNᵢ,ₜ = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke – t
Rᵢ,ₜ = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t
E[Rᵢ,ₜ] = return ekspektasian (Expected return) sekuritas ke-i untuk periode
peristiwa ke-t
5. Rata-rata abnormal return
Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas
tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata return taknormal
seluruh sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa.
Rata-rata abnormal return dhitung sebagai berikut:
k

RRTNt = ∑ RTN ¿
i=1

Keterangan:
RRTNt = rata-rata return tak normal pada hari ke-t
RTNit = jumlah return tak normal untuk saham ke-i pada hari ke-t
K = jumlah sekuritas
6. Akumulasi abnormal return
Akumulasi return taknormal atau cumulative abnormal return merupakan
penjumlahan return taknormal hari sebelumnya di dalam periode peristiwa
untuk masing-masing sekuritas, sebagai berikut:
t
ARTNi,t = ∑ RTN i , a
a=t 3

Keterangan:
ARTNi,t = akumulasi return taknormal sekuritas ke-i pada hari ke-t, yang di
akumulasi dari return taknormal sekuritas ke-i mulai hari awal periode
peristiwa (t3) sampai hari ke-t
RTNi,a = retrun taknormal (abnormal return) untuk sekuritas ke-i pada hari
ke-a, yaitu mulai hari awal periode peristiwa sampai hari ke-t
Jika terdapat k buah saham, maka akumulasi rata-rata return taknormal atau
cumulative average abnormal return (CAAR) dapat dihitung sebagai berikut:
k

ARRTNt = ∑ ARTN ¿
i=1

Keterangan:
ARRTNt = akumulasi rata-rata return taknormal pada hari ke-t
ARTNi,t = akumulasi return taknormal sekuritas ke-i pada hari ke t
k = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa
3.8 Metode Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normaitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak. Angka statistik yang semakin kecil nilainya,
menunjukan distribusi data semakin normal. Salah satu penyebab yang menjadikan
data tidak berdistribusi normal adalah karena terdapat beberapa item data yang
bersifat outliers, yaitu data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat
berbeda jauh dari observasi-observasi lainnnya dan muncul dalam bentuk nilai
ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi. Untuk menguji
normalitas suatu data dapat dilakukan dengan uji Kolmogrov-Smirnov. Apabila
probabilitas hasil uji Kolmogrov-Smirnov > α (0,05) berarti data penelitian
terdistribusi normal dan apabila < α (0,05) berarti data penelitian tidak terdistribusi
secara normal.
b. Uji Paired Sample T-Test
Paired Sample T-Test atau lebih dikenal dengan pre post design adalah
analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subyek yang sama terhadap
suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Pengukuran pertama dilakukan
sebelum diberi perlakuan tertentu dan pengukuran kedua dilakukan
sesudahnya. Dasar pemikirannya sederhana, yaitu bahwa apabila suatu
perlakuan tidak memberi pengaruh maka perbedaan rata-rata adalah nol.
Adapun ketentuan dalam pengujian ini adalah apabila signifikasi t > α maka
Ha ditolak dan H0 diterima, sebaliknya apabila signifikasi t < α (0,05) maka
Ha diterima dan H0 ditolak. Analisis ini digunakan apabila data berdistribusi
normal, jika tidak digunakan uji wilcoxon.

DAFTAR PUSTAKA
Azis, Musdalifah, Sri Minarti, dan Maryam Nadir. 2015. Manajemen Investasi
Fundamental, Teknikal, Perilaku Investor dan Return Saham. Edisi Pertama.
Deepublish: Yogyakarta.
Khoo, Adam, dan Concrad Alvin Lim. 2015. Secrets of Millionaire Investor. PT Elex
Media Komputindo: Jakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2017. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kesebelas.
BPFE: Yogyakarta.
Suganda, T. Renald. (2018). Event Studi: Teori dan Pembahasan Reaksi Pasar
Modal Indonesia. Edisi Pertama. CV Seribu Bintang: Malang.
Alexander, M. Amin Kadafi. (2018). Analisis Abnormal Return dan Trading Volume
Activity Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Manajemen. Volume 10 No.1. Hal 1-6.
Sutanto, Cindy, Dion Dewa Barata, Diyan Lestari. (2019). Analisis Perbedaan
Abnormal Return dan Trading Volume Activity Saham Sebelum dan Sesudah Pilkada
Serentak 9 Desember 2015. Kalbisocio Jurnal Bisnis dan Komunikasi. Volume 6
No.1. Hal 71-79.
Zoraya, Intan, Trisna Murni, Fachri Eka Saputra, Syamsul Bahri, dan Paulus Suluk
Kananlua. (2020). Dampak Pilkada Serentak 27 Juni 2018 Terhadap Abnormal
Return dan Aktivitas Volume Perdagangan Saham di BEI. Jurnal Riset Manajemen
dan Bisnis. Volume 5 No.1. Hal 13-28.
Gayatri, Ni Wayan Febry Diyan, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra, I Ketut
Sunarwijaya. (2019). Risiko Kredit, Risiko Likuiditas Risiko Operasional dan
Profitabilitas. Jurnal Riset Akuntansi. Volume 9 No.1. Hal 73-83.
Sukamulija, Sukmawati. 2017. Pengantar Permodelan Keuangan dan Analisis Pasar
Modal. ANDI: Yogyakarta.
Suparsa, I Made Joni, Ni Made Dwi Ratnadi. (2014). Perbedaan Abnormal Return
dan Trading Volume Activity atas Pengumuman Kenaikan Harga BBM pada Saham
yang Tergolong LQ-45. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Volume 7 No.2.
Hal 382-389.
Sadikin, Ali. (2011). Analisis Abnormal Return Saham dan Volume Perdagangan
Saham Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemecahan Saham (Studi pada Perusahaan
yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Volume
12 No.1. Hal 25-34.
Pamungkas, Aryo, Suhadak, dan M.G Wi Endang N.P. (2015). Pengaruh Pemilu
Presiden Indonesia Tahun 2014 terhadap Abnormal Return dan Trading Volume
Activity (Studi pada Perusahaan pada Perusahaan yang Tercatat Sebagai Anggota
Indeks Kompas100). Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 20 No.1. Hal 1-9.
Gozhali, I. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Edisi
Kesembilan. Undip: Semarang.
Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian
untuk skripsi, Tesis dan Disertai Ilmu Manajemen. Universitas Diponegoro:
Semarang.
Kontributor Wikipedia. Penyakit Koronavirus 2019. Wikipedia, Ensiklopedia Bebas.
Oktober 8, 2020, 00.40 UTC. Tersedia di:
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_koronavirus_2019. Diakses pada 12 Oktober,
2020.
Bursa Efek Indonesia, Indeks. https://www.idx.co.id/produk/indeks/. (Diakses 12
Desember 2020).
Wulan, DC, Siti Ragil Handayani, Ferina Nurlaily. (2018). Analisis Abnormal Return
dan Trading Volume Activity terhadap Pengumuman Unusual Market Activity (Studi
pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Pengumuman Unusual Market Activity di BEI
Tahun 2015-2017). Jurnal Administrasi Bisnis. Volume 61 No.1. Hal 173-180.
Anisa, Silvia, Moh. Amin, Junaidi. 2020. Analisis Januari Effect terhadap Abnormal
Return dan Trading Volume Activity pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2015-2018. E-JRA. Volume 9 No.8. Hal 64-75.
Husnan, S. 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP
YKPN: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai