Anda di halaman 1dari 29

TUGAS TENGAH SEMESTER ANALISIS SEKURITAS

Analisis Kinerja Portofoio

Disusun Oleh:

Andrew Deni Yonathan 1606880913

Genta Rama Sufis 1606881916

Muhammad Yusuf Rabiultsani 1606885031

Rangga Yusuf Aiyubi 1606828311

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2019

1
Statement of Authorship

I/We certify that this submission is my own work/the work of the group. All sources
used by me/the group have been documented. This piece of work has not previously been
submitted for assessment in this or any other subject either by an individual by a group. I
accept that this submission may be screened to detect the existence of plagiarism.

Name : Andrew Deni Yonathan 1606880913

: Genta Rama Sufis 1606881916

: Muhammad Yusuf Rabiultsani 1606885031

: Rangga Yusuf Aiyubi 1606828311

Subject Name : Riset Studi Kasus

Title : Tugas Akhir Analisis Sekuritas: Analisis Kinerja Portofolio

Date : 28 Maret 2019

Lecturer : Zaafri Ananto Husodo, Ph.D.

Signature 1 :

2 :

3 :

4 :

2
BAB I

SENTIMEN

1.1 Sustainable Development Goals (SDGs)


Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang
disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan,
mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. Tepatnya pada tanggal 25-27
September 2015, bertempat di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), para
pemimpin dunia secara resmi mengesahkan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals) sebagai kesepakatan pembangunan global. Kurang lebih
193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla turut mengesahkan
Agenda SDGs. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada
tahun 2030. (SDGsIndonesia, 2016). Sejak saat itu pula pemerintahan Indonesia mulai
menggencarkan pembangunannya dari infrastruktur hingga perbankan.

Gambar 1.1: SDGs

Hal tersebut menjadi sentimen utama kami secara global dalam pemilihan portofolio
saham. Negara-negara di dunia akan mendorong kemajuan pembangunan mereka, terutama
dalam bidang infrastruktur dan manufaktur, termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
target SDGs yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap negara pada tahun 2030. Tiap negara

3
akan menggencarkan pembangunannya di berbagai sektor, dan fokus sektor dari tiap negara
bisa berbeda-beda. Berdasarkan data-data McKinsey, dua sector; infrastruktur dan
manufaktur, dinilai menjadi salah satu faktor pendorong kemajuan pembangunan di
Indonesia.

1.2 Era Baru dalam Industri


Hampir seluruh topik kemajuan kini berkutat pada Industri 4.0, dimana teknologi
akan menjadi key factor dalam memajukan pembangunan. Dalam proyeksi infrastruktur dan
manufaktur, Indonesia dalam 10 tahun lagi akan mengalami transformasi dimana human
capital akan berkurang dalam angka yang cukup signifikan. Sektor perbankan di Indonesia
juga akan tidak ketinggalan dalam transformasi dalam mengembangkan teknologinya.
Terlihat dari bagaimana semakin banyak muncul produk digital banking dan virtual wallet di
Indonesia. Ditambah lagi, kini semakin banyaknya user yang menggunakan digital banking
tersebut serta user dari mobile banking dari tiap perbankan yang setiap tahun terus
meningkat.
Hal ini semakin mendorong pertumbuhan setiap perusahaan untuk turut berpartisipasi
dalam mentransformasikan perkembangan teknologi di Indonesia sehingga value perusahaan
dapat meningkatkan seiring berjalannya waktu. Berdasarkan data McKinsey, digitalisasi
dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengaruh peningkatan jumlah estimasi PDB
Indonesia sebesar 120 miliar USD di tahun 2025. Sektor yang paling besar memengaruhi
peningkatan PDB tersebut adalah sektor manufaktur dengan 34.4 miliar USD. Sektor kedua
yang paling memengaruhi peningkatan PDB tersebut adalah sektor retail dengan 24.5 miliar
USD. Untuk sektor transportasi dan pertambangan, masing-masing memberikan pengaruh
sebesar 15.5 miliar USD dan 14.8 miliar USD. Untuk sektor lainnya, memberikan pengaruh
di bawah 10 miliar USD terhadap PDB Indonesia di tahun 2025.
Dengan menganalisis sentimen-sentimen tersebut, kami mempertimbangkan
pemilihan saham berdasarkan sektor-sektor yang ada; yaitu sektor manufaktur sebanyak 3
emiten, sektor infrastruktur sebanyak 1 emiten, sektor retail sebanyak 1 emiten, dan sektor
perbankan sebanyak 1 emiten.

4
1.3 Sentimen Sektoral

Gambar 1.2: Pergerakan Sektoral Saham di Bursa Efek Indonesia per Maret 2019

Beberapa saham yang kami pilih diantaranya bergerak pada sektor perbankan,
Infrastuktur, Manufaktur dan Retail. Dimulai dari pergerakan sektor Constrution yang
memiliki tren yang bagus, dimana tren ini menunjukan sifat dari perusahaan konstruksi yang
baik untuk dijangka panjang dimana seiring dengan berkembangnya proyek-proyek negara.
Sehingga dengan melihat tren seperti ini kami memiliki kepercayaan bahwa dalam jangka
panjang untuk sektor konstruksi akan menunjukan outlook yang positif.

Melangkah ke sektor kedua yaitu Perbankan yang dilambangkan dengan JK^FINA


dimana karakteristik umum dari sektor perbankan adalah stabil seiring dengan nilai tukar
mata uang sebuah negara terhadap nilai mata uang dollar Amerika Serikat. Terlepas dari itu
melihat dari tren perkembangannya menunjukan bahwa sektor keuangan cenderung bergerak
naik sehingga memutuskan kami untuk memilih sektor yang berhubungan dengan perbankan
karena selain pergerakan yang naik industri perbankan cenderung lebih stabil dikala sektor
lain bergolak karena faktor-faktor seperti kenaikan harga.

5
Pada sektor ketiga kami memiliki fokus pada pemilihan saham yang berasal dari
sektor manufaktur. Kami memiliki keyakinan dimana secara sektoral industri manufaktur
cenderung naik turun tetapi secara keseluruhan memiliki tren yang bagus kedepannya, seperti
kita ketahui bahwa sektor yang termasuk tahan terhadap kondisi perekonomian yaitu
Manufaktur dan Pariwisata (Sumber: Bursa Efek Indonesia). Ditambah lagi pemerintahan
Indonesia memiliki potensi untuk menaikan ekspor dengan menggenjot pertumbuhan
infrastruktur.

Terakhir kami melirik bagian Retail, berdasarkan analisis pergerakan harga


sektoralnya menunjukan bahwa kecenderungan dari sektor ini tidak menentu ada masa
dimana naik dan ada masa dimana sektor ini memiliki kemungkinan untuk turun. Tetapi
fokus kami pada sektor ini adalah melihat jangka pendek dimana saham-saham yang
tergabung dalam Trade atau lebih spesifiknya bergerak di bidang retail memiliki
kecenderungan bagus terhadap momen-momen seperti mendekati hari raya lebaran, tahun
baru serta natal.

1.4 Sektor Perbankan: Tinjauan Industri


Industri Outlook Perbankan 2018-2021
Saat ini dunia perbankan tentu dihadapi dengan perkembangan Financial Technology
yang sangat pesat. Hingga 2017 perusahaan yang mengembangkan teknologi finansial berada
di angka 165, dimana salah satu bisnisnya bergerak di bidang Payment (42,22%) dan
Lending (17,78%). Oleh karena itu banyak Bank yang melakukan transformasi perbankan
sesuai dengan fokus bisnisnya untuk mengikuti perkembangan zaman, diantaranya BRI (BRI
Spot) untuk keperluan kredit mikro.

Fokus: Financial Technology Disruption


Transformasi Peer-to-Peer Lending dan Payment System
Industri Fintech didominasi oleh P-to-P Lending dan payment system yang memakan
porsi hingga 60% dari total perusahaan Fintech yang memungkinkan perbankan mengalami
gangguan dalam penyaluran kredit dan layanan pembayaran. Untuk itu industri perbankan
banyak berinovasi terkait produk baru melalui teknologi dan berfokus kepada Customer

6
Centric Mindset yang titik beratnya pada Experience-Process-Decisioning pada sistem
aplikasinya.

Arah Investasi Perbankan: Digital Banking dan Big Data Analytics


Dalam 3 tahun kedepan perbankan di Indonesia akan melakukan investasi secara
bertahap pada digital Banking Platforms (90%) dan Big Data Analysis (78%) . Sehingga
para perbankan akan mengoptimalkan pelayanannya berbasis smartphone dan analisis
konsumen yang semakin akurat kedepannya. Semua optimalisasi ini digunakan untuk
melawan gempuran Fintech keluaran Go-jek (Gopay), Alibaba (Alipay) dan Grab (OVO)
dimana para perbankan menganggap mereka menjadi pesaing utama saat ini dalam hal
Financial Payment (PwC Survey).

Pelucuran Linkaja
Sebagai bentuk gempuran t erhadap Gopay, Alipay dan OVO, pemerintah Indonesia
melalui satuan bank-bank BUMN meluncurkan produk LinkAJA. Dimana produk ini
mengintergrasikan produk-produk E-cash dari setiap bank BUMN ditambah dengan T-Cash

7
dari telkomsel. Berdasarkan data dari Bisnis Indonesia jumlah pengguna integrasi produk ini
mencapai 32 juta, selain itu mereka memiliki keunggulan jaringan yang luas sebagai modal
untuk melawan competitor. Linkaja ini tentu berkembang dengan faktor makroekonomi
perkembangan pengguna smartphone di Indonesia yang mencapai 70 juta dari total penduduk
keseluruhan dan akan semakin berkembang.

Platform Kredit Online Perbankan: Overview


Untuk menghadapi gempuran Start-up berbasis kredit online di Indonesia, perbankan
memulai diversifikasi produk dalam hal platform kredit online. Sehingga dari segi bunga
yang ditawarkan memiliki daya kompetitif. Dan perbankan memiliki tingkat kepercayaan
dikalangan konsumen ketimbang Start-up. Dari segi tingkat bunga tentu bisa berkompetisi
dengan Uang Teman yang menetapkan bunga 1% per hari dengan tenor 10-30 hari.

Fokus: Sektor Mikro Outlook


Tingkat Kemudahan Usaha di Indonesia Meningkat tajam
Pemerintah Indonesia tengah fokus dalam pengembangan iklim investasi yang baik,
dengan cara menghapus regulasi yang berlawanan dengan kemudahan usaha. Dengan
kemudahan ini sejalan dengan perkembangan industri perbankan sebagai instrument
penyangga. Dengan ini prospek pelaku usaha sebagai konsumen perbankan akan semakin
meningkat. Index Indonesia pada Ease of Doing Business di peringkat 72 (2018) VS 94
(2017) dunia menandakan bahwa Indonesia siap untuk mengembangkan sektor usaha baik
kecil hingga besar dengan mengalirnya investasi uang tentunya berefek pada peningkatan
transaksi di perbankan.

Kemudahan Keuangan bagi Sektor Mikro


Bank Indonesia melakukan arahan kepada para perbankan untuk memberikan upaya
kredit bagi para pelaku sektor mikro dengan pengelolaan risiko tertentu. Ini digunakan untuk
alternative perbankankan selain kredit sektor korporasi dan ritel, tetapi banyak perbankan
masih memperlajari tingkat risiko dan pengelolaan atas kredit mikro yang baik. Semua ini
bukan tanpa alasan karena sektor mikro dan kecil menjadi pemberat pada GDP sebesar 62%
(Media Indonesia) sebagai dasar pemerintah mendorong akselerasi dibidang ini. Selain itu
menurut situs Tempo yang mengutip bahwa Indonesia memiliki standar investasi yang baik
dari lembaga rating Fitch dimana Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh dan pemerintah
yang stabil.

8
Jaringan perbankan yang kuat hingga ke tingkat mikro
Unit jaringan usaha Bank BRI yang terdiri dari BRI Unit dan TERAS masing-masing
menguasai 54,71% dan 27,33% dari total jaringan. Yang mengakibatkan Bank BRI memiliki
kekuatan untuk bermain di sektor kredit mikro yang tidak bisa diikuti oleh Bank lain. Kita
dapat melihat bahwa penyaluran kredit Bank BRI disektor mikro tumbuh sebesar 15,33%
pada 2018 yoy dapat menjadi bukti. Dan secara keseluruhan tumbuh 11,45% unggul dari
industri sebesar 8,24%.

Tabungan Simpedes, Senjata dongkrak dana pihak ketiga


Kenaikan dana pihak ketiga di sektor mikro mencatat pertumbuhan pesat yaitu 11,8%
pada 2018 yoy. Simpedes menjadi daya tarik karena suku bunga kompetitif untuk saldo
hingga 100 juta mendapatkan bunga 0,8% pa. Dibandingkan dengan Bank BCA pada 0,8%
pa dan Bank BNI pada 0,7% pa. Selain dari segi bunga, Dana tabungan ini mendominasi
DPK dari Bank BRI yang mencapai 85,27% dari total simpanan. Semua ini terjadi karena
Bank BRI menerapkan tabungan dana murah bagi masyarakat agar dapat menabung dengan
jumlah minimum.

Penguatan Infrastuktur: BRIsat instrument penguat Kredit Mikro


Bank BRI telah meluncurkan satelit tersendiri untuk mendongkrak jaringan wilayah
terpencil Indonesia hingga ke 15.000 titik (Kompas), jaringan ini mendorong aktivitas
perbankan yang lebih efisien. Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan
penyaluran kredit mikro yang lebih efisien kedepannya.

Danareksa, lini bisnis baru penguat BRI


Bank BRI memiliki entitas anak yang bergerak di perbankan syariah, jasa keuangan,
pembiayaan dan keuangan. Berdasarkan data laporan keuangan, laba anak usaha BRI
mencapai porsi 1,98% dari total keseluruhan laba bersih konsolidasi. Dengan bergabungnya
Danareksa memungkinkan Bank BRI melakukan konsolidasi jasa keuangan secara integrasi
kedepannya yang terdiri dari Sekuritas, Asuransi dan Asset Management. Sehingga
kedepannya promosi produk anak usaha dapat dilakukan dengan mudah.

Penguatan lini kredit di sektor Mikro


Bank BRI memiliki produk KUR dan KUPEDES yang tumbuh 14,5% pada 2018 yoy
dari total jumlah penyaluran kredit . Efeknya porsi laba dari sektor ini mencapai 52,97% dari
total laba konsolidasi, ini menjadi bukti bahwa bergerak di bidang sektor mikro memiliki

9
potensi yang prospektif kedepannya dan tidak dilakukan oleh bank lain. Penguatan kredit
mikro ini dikelola juga dengan tingkat NPL yang rendah yaitu 1,11% pada 2017.

1.5 Sektor Konstruksi: Tinjauan Industri


Anggaran Infrastuktur Indonesia yang semakin meningkat
Menurut data yang disajikan oleh PwC, menunjukan bahwa anggaran infrastuktur
menunjukan tren yang positif kedepannya pada 2014 angka pengeluaran infrastuktur berada
di angka $57.3 Billion Dollar dan pada 2025 diprediksi mencapai angka $138.6 Billion.
Selain itu Bank Indonesia juga mengeluarkan data bahwa lapangan usaha konstruksi akan
meningkat sekitar 7,3-7,7% pada 2019. Kenaikan ini menjadi indikasi bahwa terdapat banyak
sekali pembangunan yang ingin dilakukan oleh pemerintah. Secara statistik pertumbuhan
anggaran untuk infrastuktur dari kurun waktu 2017-2018 berada pada angka 6% yang dibagi
menjadi beberapa proyek besar seperti jalan, bandara dan bendungan.

Infrastruktur menjadi pusat Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi


Menurut laporan Bank Indonesia pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022
memiliki prospek pada kisaran 5,8-6,2%. Dasar pemerintah memiliki keyakinan seperti ini
adalah perbaikan dalam faktor produksi serta dalam jangka panjangnya berasal dari investasi
infrastruktur yang masih akan berlanjut dengan memakan dana hingga Rp. 4800 Triliun
dengan sebaran pada 245 proyek. Dimana pengembangan proyek ini kami meyakini apabila
telah jadi akan memberikan value added bagi perekonomian nasional.

Paket Kebijakan Ekonomi yang Sejalan dengan Perkembangan Infrastruktur


Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai macam paket kebijakan
perekonomian yang didalamnya mengatur tentang percepatan mulai dari reformasi di bidang
birokrasi, penegakan hukum dan kepastian usaha. Setiap faktor yang didorong oleh
pemerintah ini memiliki dampak salah satunya pada sektor investasi dan PDB. Efeknya yaitu
PDB Indonesia ditopang oleh infrastuktur yang dibiayai oleh pemerintah maupun swasta dan
diperkirakan akan semakin berlanjut kedepannya. Dan pada akhirnya infrastuktur yang telah
jadi tersebut akan memberikan sumbangsih kepada rakyat Indonesia dan dapat menekan
harga-harga.

Laba Waskita Karya pada 2018 mengalami pertumbuhan 2,08%


Menurut sumber dari CNBC Indonesia menyatakan bahwa laba yang dihasilkan
selama 2018 mengalami kenaikan sebesar 2,08%. Ini merupakan efek dari kenaikan
pendapatan sebesar 7,90% dari periode yang sama ditahun sebelumnya.

10
Realisasi Kontrak baru yang merosot
Walaupun mengalami kenaikan laba sebesar 2,08% ini memiliki kontradiksi dengan
realisasi kontrak yang dibukukan oleh Waskita Karya. Berdasarkan sumber yang berasal dari
Kontan, Waskita Karya hanya membukukan nilai kontrak sebesar 27,22 Triliun atau merosot
51,24%. Manajemen memberikan keterangan bahwa terdapat beberapa proyek yang
mengalami penundaan hingga 2019. Sehingga mengakibatkan Waskita Karya akan
menghitung target realisasi kontrak baru pada 2019.

Arus Kas Operasi yang mencatatkan Surplus


Bisnis.com melansir bahwa selama 2018 arus kas dari operasi Waskita Karya
mencatatkan nilai surplus sebesar Rp 3,03 Triliun,, setelah mengalami deficit selama dua
tahun berturut-turut. Faktor yang menyebabkan surplus diantaranya terdapat penerimaan
pembayaran dari proyek-proyek selama 2018. Kami memiliki keyakinan bahwa dengan
adanya kelancaran pembayaran maka akan membuat arus kas dan proyeksi penerimaan yang
lebih baik kedepannya.

1.6 Sektor Manufaktur Tekstil (Indorama dan Sritex)

Faktor Fundamental
Kenaikan Laba ditengah ketidakpastian global
Pada tahun buku 2017 Indorama berhasil membukukan kenaikan laba sebesar 53% YoY.
Ini menjadi prestasi tersendiri bagi Indorama dalam menjalankan bisnisnya ditengah situasi
perdagangan global yang tidak menentu akibat perang dagang yang baru dimulai pada awal
2017an. Atas dasar ini lah kami memilih saham Indorama karena perusahaan ini berhasil
mencetak laba ditengah memanasnya kondisi global.

Tingkat Sustainability Bisnis yang baik


Bisnis yang memiliki tingkat Sustainability yang cukup baik karena porsi untuk
ekspornya mencapai 67% dari total penjualan. Dan juga memiliki ekposure produk yang baik.
dimana konsumennya tersebar di 75 negara di seluruh dunia.

Faktor Teknikal

  Apabila melihat dari sektor teknikal maka sektor manufaktur memiliki pergerakan
yang cenderung meningkat untuk jangka panjang. Sehingga sektor ini cukup menjanjikan

11
untuk motif investasi dengan pergerakan index yang menjanjikan pada masa mendatang.
Namun data histori ini perlu didukung dengan faktor fundamental yang bagus dan Indo-Rama
Synthetics sangat bergantung dengan faktor eksternal seperti tingkat pertukaran mata uang
dan infrastruktur.

Yang menarik dan menjadi alasan kami memilih saham ini adalah pergerakan harga
sepanjang 2018 yang cukup fantastis. Dan saham ini menjadi pencetak rekor pertumbuhan
harga yang pesat pada perdagangan bursa tahunan 2018. Dimana saham Indorama mencetak
angka pertumbuhan 328% dari awal tahun 2018.

  Industri yang bergerak di bidang Manufaktur di Indonesia secara khusus belum


terspesifikasi berdasarkan bidangnya. Sehingga banyak faktor yang membedakan di setiap
segmen usahanya. Namun kami memiliki benang utama motor penggerak sektor manufaktur
seperti infrastruktur yang tengah dinaikan oleh pemerintah agar di masa mendatang terjadi
kemudahan dalam hal produksi barang dan jasa. Anggaran untuk infrastruktur tumbuh 45,0 %
pada 2017 YoY dengan fokus untuk pengembangan jalan, sarana kereta api, bandara dan
pembangunan infrastruktur daerah, melalui fasilitas seperti ini diharapkan kedepannya dapat
mengakselerasi bidang manufaktur.

12
1.7 Sektor Manufaktur: Japfa Comfeed

Faktor Fundamental

Sektor Manufaktur didorong agar meningkatkan Ekspor


Menurut data yang dilansir dari Bank Indonesia menyatakan bahwa sektor manufaktur
mendorong peningkatan ekspor seiring dengan meningkatnya produktivitas perekonomian.
Tetapi tetap akan memberatkan segi impor bagi industri manufaktur yang memiliki bahan
babaku yang berasal dari luar negeri. Dan Bank Indonesia menggaris bawahi impor untuk
bahan baku manufaktur masih dapat dikendalikan.

Sektor Manufaktur menjadi andalan untuk mengurangi ketergantungan pada pangsa ekspor
komoditas
Indonesia menurut Bank Indonesia masih memiliki basis ekpor berupa produk
komuditas dan pengelolaan sumber daya. Kedepannya sektor manufaktur termasuk
didalamnya produk primer akan berkontribusi setidaknya 30% dari total persentase ekspor.
Berdasarkan data historis di 2016 produk primer yang diekspor masih lebih rendah dari
komoditas dengan deviasi 1,8%. Dengan pembangunan jangka panjang yang lebih baik
melalui infrastruktur diharapkan kedepannya sektor manufaktur lebih bergairah untuk
meningkatkan ekspor yang selama ini cenderung naik turun dalam hal kapasitas ekspor.

Mencatatkan Net Profits yang gemilang


Pertumbuhan profit yang dihasilkan oleh Japfa Comfeed meningkat 236% YoY,
dimana pencetakan laba ini mencatatkan rekor terbaik dalam secara Japfa Comfeed. Tetapi
dilain sisi Operating Cost juga meningkat 21.8% YoY. Sehingga Japfa juga memiliki

13
proyeksi kedepannya terkait dengan net profit yang semakin meningkat dengan didukung
dengan penurunan cost dalam produksi.

Memiliki proyeksi EPS yang baik


Dengan melihat tingginya tingkat laba usaha mendorong Earning Perusahaan yang
meningkat kedepannya. Tetapi asumsi ini harus didorong dengan beberapa indikator seperti
harga bakan baku yang dapat dijaga dan tingkat produksi Japfa yang dapat diserap oleh pasar
secara penuh.

1.8 Sektor Retail


Kenaikan sektor karena peristiwa tahunan
Secara sektoral melalui ^JK.TRAD, sektor ini secara historikal mengalami fluktuasi
yang cukup sering intensitasnya. Tetapi kami memiliki optimisme melihat hingga setahun
kedepan sektor ini memiliki kecenderungan kenaikan karena beberapa faktor penunjang
seperti akan menghadapi liburan dan lebaran sebagai senjata retail terutama Matahari
Department Store untuk meraup pendapatan yang lebih baik.

14
Proyeksi Angka Inflasi
Pemerintah menetapkan inflasi 2019 secara prospek berada pada angka 3,5% dengan
deviasi plus minus 1%. Diharapkan dengan adanya tingkat inflasi seperti ini dapat
meningkatkan daya beli masyarakat terutama di bidang ritel. Selain itu didukung dengan
jumlah penduduk yang meningkat hingga kedepannya sebagai senjata ritel untuk menarik
konsumen dimana hingga 2021F jumlah penduduk Indonesia mencapai 271 juta jiwa.

Peningkatan Masyarakat Kelas menengah


Data World Bank menunjukan bahwa kelas menengah Indonesia sangat penting bagi
perekonomian di masa mendatang. Statistiknya menunjukan bahwa setidaknya 103,56 juta
orang di Indonesia termasuk kelas menengah dan berkontribusi pada 43 total konsumsi
negara (World Bank). Data ini juga didukung oleh Analisis Bapak Muhammad Afdi Nizar,
Peneliti di Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan yang mengatakan bahwa jumlah
kelas menengah pada 2025 mencapai 142,67 Juta jiwa dan bergerak tumbuh 2,35% setiap
tahunnya Efeknya pada sektor Retail adalah berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas
retail tokonya agar cocok dengan pangsa pasar masyarakat menengah karena struktur daya
beli masyarakat meningkat ke taraf yang lebih baik seperti Erajaya (ERAA.JK) juga
melakukan hal yang sama seperti fokus pada segmen Apple dan Xiaomi.

15
16
BAB II

ANALISIS

Kinerja Rasio Waskita

Analisis Teknikal Waskita

17
Analisis Fundamental Waskita

Melalui mekanisme valuasi dengan menggunakan metode FCFF Model, dapat dilihat bahwa
target harga WSKT dari sudut pandang fundamental perusahaan memiliki potensi
peningkatan harga sebesar 28.38%. Sedangkan, melalui metode analisis data historis WSKT
telah mengalami peningkatan harga dalam 12 bulan terakhir sebesar -16.12%. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa potensi tingkat pengembalian secara keseluruhan yang

18
dihasilkan oleh WSKT melalui kombinasi 50:50 analisis fundamental dan analisis teknikal
adalah sebesar 6.13%.

Kinerja Rasio INDORAMA

Analisis Teknikal INDORAMA

19
Analisis Fundamental INDORAMA

Melalui mekanisme valuasi dengan menggunakan metode FCFF Model, dapat dilihat bahwa
target harga INDR dari sudut pandang fundamental perusahaan memiliki potensi peningkatan
20
harga sebesar 72.01%. Sedangkan, melalui metode analisis data historis INDR telah
mengalami peningkatan harga dalam 12 bulan terakhir sebesar 200.60%. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa potensi tingkat pengembalian secara keseluruhan yang dihasilkan
oleh INDR melalui kombinasi 50:50 analisis fundamental dan analisis teknikal adalah sebesar
136.3%.

Kinerja Rasio SRITEX

Analisis Teknikal SRITEX

21
22
Analisis Fundamental SRITEX

Melalui mekanisme valuasi dengan menggunakan metode FCFF Model, dapat dilihat bahwa
target harga SRIL dari sudut pandang fundamental perusahaan memiliki potensi peningkatan
harga sebesar 12.26%. Sedangkan, melalui metode analisis data historis SRIL telah
mengalami peningkatan harga dalam 12 bulan terakhir sebesar 6.03%. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa potensi tingkat pengembalian secara keseluruhan yang dihasilkan oleh
SRIL melalui kombinasi 50:50 analisis fundamental dan analisis teknikal adalah sebesar
9.15%.

Kinerja Rasio JAPFA

23
Analisis Teknikal JAPFA

Analisis Fundamental JAPFA

Melalui mekanisme valuasi dengan menggunakan metode FCFF Model, dapat dilihat bahwa
target harga JPFA dari sudut pandang fundamental perusahaan memiliki potensi peningkatan
harga sebesar 5.56%. Sedangkan, melalui metode analisis data historis JPFA telah mengalami
peningkatan harga dalam 12 bulan terakhir sebesar 52.88%. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa potensi tingkat pengembalian secara keseluruhan yang dihasilkan oleh

24
JPFA melalui kombinasi 50:50 analisis fundamental dan analisis teknikal adalah sebesar
29.22%.

25
Kinerja Rasio BRI

Analisis Teknikal BRI

26
Analisis Fundamental BRI

Melalui mekanisme valuasi dengan menggunakan metode FCFF Model, dapat dilihat bahwa
target harga BBRI dari sudut pandang fundamental perusahaan memiliki potensi peningkatan
harga sebesar 31.14%. Sedangkan, melalui metode analisis data historis BBRI telah
mengalami peningkatan harga dalam 12 bulan terakhir sebesar 15.76%. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa potensi tingkat pengembalian secara keseluruhan yang dihasilkan
oleh BBRI melalui kombinasi 50:50 analisis fundamental dan analisis teknikal adalah sebesar
23.45%.

Kinerja Rasio ERAJAYA

27
Analisis Teknikal ERAJAYA

Analisis Fundamental ERAJAYA

Melalui mekanisme valuasi dengan menggunakan metode FCFF Model, dapat dilihat bahwa
target harga ERAA dari sudut pandang fundamental perusahaan memiliki potensi
peningkatan harga sebesar 15.96%. Sedangkan, melalui metode analisis data historis ERAA
telah mengalami peningkatan harga dalam 12 bulan terakhir sebesar 78.57%. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa potensi tingkat pengembalian secara keseluruhan yang dihasilkan

28
oleh ERAA melalui kombinasi 50:50 analisis fundamental dan analisis teknikal adalah
sebesar 47.28%.

Kesimpulan Kinerja Portfolio

Melalui kombinasi valuasi 50:50 dengan metode model FCFF yang berbasis
fundamental dan metode analisa data historis yang berbasis teknikal, dapat disimpulkan
kombinasi bobot yang optimal pada masing-masing emiten yang menjadi bagian dari
portofolio. Bobot yang dihasilkan sebesar 13.2% dari keseluruhan dan investasi ditempatkan
pada BBRI, 21.3% dari keseluruhan dan investasi ditempatkan pada ERAA, 32.4% dari
keseluruhan dan investasi ditempatkan pada JPFA, dan 33.1% dari keseluruhan dana
investasi ditempatkan pada INDR. Perpaduan bobot menghasilkan tingkat pengembalian
sebesar 66.34% dengan tingkat simpangan rata-rata 43.4% dan rasio Sharpe sebesar 1.52.

29

Anda mungkin juga menyukai