Anda di halaman 1dari 12

Analisis Rasio Investor Laporan Keuangan

PT. Astra Internasional (ASII)


Periode 2017-2019

Oleh :
Kevin Bryan Maulana Dahlan (041811233031)
Azizah Ayu Prameswari (041811233038)

S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
1. Degree of Financial Leverage
Penggunaan utang disebut sebagai financial leverage. Semakin tinggi utang maka biaya
bunga juga semakin tinggi yang diikuti oleh financial leverage yang jadi tinggi juga. (DFL)
mengukur perubahan persentase EPS untuk perubahan unit dalam pendapatan operasional,
juga dikenal sebagai laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Rasio ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat leverage keuangan, semakin besar risiko finansialperusahaan
tersebut,karena banyak pendapatan yang berubah-ubah. Karena bunga biasanya merupakan
biaya tetap, leverage memperbesar pengembalian dan EPS.

𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑇ℎ𝑒 𝐷𝑒𝑔𝑟𝑒𝑒 𝑜𝑓 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
𝐸𝐵𝑇

7.361
2017 = = 0,51
14.394
8.356
2018 = = 0,58
14.281
8.156
2019 = = 0,57
14.182

Interpretasi : Hasil dari perhitungan di atas pada tahun 2017 ke 2018 meningkat dari 0,51%
ke 0,58% tetapi pada tahun 2019 degree of financial leverage mengalami penurunan yaitu
0,57%. Hal ini menandakan bahwa pada tahun 2017 jumlah hutang dan beban bunga tidak
setinggi pada tahun 2018 tetapi pada tahun 2019 jumlah hutang dan beban bunga menurun.

2. EPS (Earning Per Share)


Earning per Share (EPS) merupakan laba yang diperoleh per lembar saham biasa. Earning
per Share dapat dirumuskan seperti berikut ini.

EPS = (Net Income-Preferred Dividends) / Weighted Average Number of Common


Shares Outstanding
2017 = 536
2018 = 535
2019 = 466
Interpretasi : Hasil dari perhitungan di atas earning per share pada tahun 2017 hingga 2019
terus menurun. Pada tahun 2017 sebesar 536, pada tahun 2018 sebesar 535, dan pada tahun
2019 sebesar 466. Hal ini menandakan bahwa laba bersih tetap dan jumlah lembar saham
biasa yang beredar naik, laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
tetap, atau laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.

Diluted Earning per Share


Diluted earnings per share (diluted EPS) pada dasarnya adalah pendapatan yang
dihasilkan dari setiap saham perusahaan publik yang dihitung dengan asumsi bahwa semua
sekuritas yang dapat dikonversi dieksekusi sebagaimana mestinya. Alih-alih
mempertimbangkan hanya saham biasa yang ada, Diluted Earnings Per Share
mengasumsikan bahwa semua sekuritas termasuk obligasi konversi, saham preferen
konversi, opsi saham, waran serta hal-hal lain, yang dapat diubah menjadi saham biasa
diubah sebenarnya.
Diluted EPS adalah penting bagi pemegang saham hanya karena menetapkan laba yang
akan diperoleh pemegang saham dalam skenario terburuk. Jika entitas publik memiliki
lebih banyak jenis saham yang berbeda dalam kerangka modalnya, entitas tersebut harus
memberikan informasi yang berkaitan dengan Diluted EPS dan Basic EPS. Presentasi
informasi ini harus untuk laba bersih dan operasi yang ada dan disediakan pada laporan
laba rugi perusahaan.

𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 − 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑟𝑒𝑑 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑𝑠


𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑜𝑓 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 + 𝐴𝑙𝑙 𝐴𝑏𝑜𝑣𝑒 𝑝𝑜𝑡𝑒𝑛𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑜𝑓 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠

3. Price/Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) merupakan ratio yang mengukur tentang bagaimana investor
menilai prospek pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, dan tercermin pada
harga saham yang tersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh
perusahaan. Price Earning Ratio (PER) dapat dirumuskan seperti berikut ini.
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
PER =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

8.050
2017 = = 15,01
536

8.225
2018 = = 15,37
535

6.925
2019 = = 14,86
466

Interpretasi : Hasil dari perhitungan diatas bahwa price earning ratio pada tahun 2017
sebesar 15,01% artinya setiap 1 rupiah earning per share dihargai oleh pasar sebesar
15,01%, pada tahun 2018 jumlah price earning ratio naik sebesar 15,37% yang artinya
setiap 1 rupiah earning per share dihargai oleh pasar sebesar 15,37%, tetapi pada tahun
2019 terjadi penurunan sebesar 14,86% yang artinya setiap 1 rupiah earning per share
dihargai oleh pasar sebesat 14,86%. Kenaikan atau penurunan ini diakibatkan oleh kondisi
pasar dalam menilai saham.

4. PER (Percentage of Earning Retained)


Retained Earnings atau Laba Ditahan adalah sebagian atau keseluruhan laba yang
diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen. Jumlah laba yang tidak dibagi ini dapat digunakan oleh perusahaan
untuk tambahan modal atau untuk memperbesar modal perusahaan. Retained Earnings
merupakan kumpulan laba tahun berjalan dari sejak tahun pertama perusahaan berdiri
sampai dengan sekarang setelah dikurangi dengan dividen yang dibagi. Salah satu cara bagi
pemilik perusahaan mengetahui bagaimana kinerja dari perusahaannya selama beberapa
tahun adalah dengan mengetahui bagaimana pertumbuhan Laba Ditahan (Retained
Earnings).
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑁𝑜𝑛𝑟𝑒𝑐𝑢𝑟𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑡𝑒𝑚𝑠 − 𝐴𝑙𝑙 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑𝑠
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑁𝑜𝑛𝑟𝑒𝑐𝑢𝑟𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑡𝑒𝑚𝑠

13.777.000.000.000−40.483.553.140
2017 = = 0,99
13.777.000.000.000

13.676.000.000.000−40.483.553.140
2018 = = 0,99
13.676.000.000.000
13.663.000.000.000−40.483.553.140
2019 = = 0,99
13.663.000.000.000

Interpretasi : Hasil dari perhitungan percentage of earning retained diatas menunjukkan pada tahun
2017 hingga 2019 memiliki rasio yang sama yaitu 0,99%. Hal ini menandakan bahwa sebagian
atau keseluruhan laba yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan oleh perusahaan kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen tidak ada kenaikan dari tahun ke tahun

5. Dividend Payout Ratio


Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio yang mengukur berapa besar bagian laba
bersih setelah pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham. Dividend
Payout Ratio dapat dirumuskan seperti berikut ini.

DPR = Total Dividend / Net Income

40.483.553.140
2017 = = 0,003
13.777.000.000.000

40.483.553.140
2018 = = 0,003
13.676.000.000.000

40.483.553.140
2019 = = 0,003
13.663.000.000.000

Interpretasi: Dari perhitungan dividend payout ratio diatas menunjukkan dari tahun 2017
hingga 2019 memiliki rasio yang sama dari tahun ke tahun yaitu sebesar 0,003%. Hasil
yang sama ini dikarenakan jumlah total dividend dan net income yaitu sama dari tahun ke
tahun. Divident payout ratio ini dapat mempengaruhi keputusan investor.

6. Dividend Yield
Rasio ini mengukur seberapa besar tingkat keuntungan berupa dividen yang mampu
dihasilkan dari investasi pada saham. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar
dividen yang mampu dihasilkan dengan investasi tertentu pada saham.
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

1,02
2017 = = 0,00012
8.050
1,02
2018 = = 0,00012
8.225
1,02
2019 = = 0,00014
6.925
Interpretasi : Dari perhitungan dividend yield diatas menunjukkan pada tahun 2017 dan 2018
memiliki hasil yang sama yaitu 0,00012 yang artinya tingkat pengembalian adalah sebesar
0,00012% tetapi pada tahun 2019 mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,00014%. Pada dividend
yield PT Astra Internasional ini sangat rendah sehingga dapat mengakibatkan keputusan investor
yang berubah karena dari tahun ke tahun tidak ada kenaikan yang cukup baik.

7. Book Value per Share


Book Value per Share merupakan jumlah rupiah yang menjadi miliki setiap lembar saham
dalam modal perusahaan. Nilai buku ini adalah jumlah yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham pada waktu pembubaran (likuidasi) perusahaan bila aktiva dapat dijual
sebesar nilai bukunya. Book Value per Share dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Book Value per Share = Total Stockholders’ Equity - Preferred Stock Equity / Number of
Common Shares Outstanding

156.505.000.000.000
2017 = = 3.865
40.483.553.140

174.363.000.000.000
2018 = = 4.307
40.483.553.140

186.763.000.000.00
2019 =
40.483.553.140
= 4. 613
Interpretasi: Dari perhitungan book value per share diatas menunjukkan terjadi
peningkatan dari tahun 2017 hingga 2019. Pada tahun 2017 menunjukkan hasil 3.865, pada
tahun 2018 menunjukkan hasil 4.307, dan pada tahun 2019 menunjukkan hasil 4.613.
Kenaikan dari tahun ke tahun ini dikarenakan total saham atau saham preferred yang
dimiliki oleh PT Astra Internasional bertambah, sehingga hasil ini dapat memberikan
dampak positif bagi PT Astra Internasional terlebih untuk para investor.

8. Market to Book Value


Rasio ini mengukur penilaian pasar keuangan terhadap menajemen dan organisasi
perusahaan sebagai going concern. Nilai buku saham mencerminkan nilai historis dari
aktiva perusahaan. Perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi secara efisien
dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi daripada nilai buku asetnya.

𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒


𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑡𝑜 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 =
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

8.050
2017 : = 2,08
3.865,9

8.225
2018 : = 1,9
4.307

6.925
2019 : = 1,5
4.613,3

Interepretasi : Dari perhitungan market to book value diatas dari tahun 2017 hingga 2019
mengalami penurunan. Pada tahu 2017 menunjukkan hasil 2.08, pada tahun 2018 sebesar
1.9, dan pada tahun 2019 sebesar 1,5. Penurunan ini dapat diakibatkan karena pasar
keuangan menilai manajemen dan organisasi perusahaan yang dilakukan tidak berjalan
secara efisien dari tahun ke tahun.
9. Tobin’s Q
Rasio Tobin’s Q merupakan rasio yang mendefinisikan nilai perusahaan sebagai bentuk
dari nilai antara kombinasi antara aset (aktiva) berwujud dan aset (aktiva) tak berwujud.
Tobin’s Q dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Tobin’s Q = MV of Share + MV of debt / Book Value Total Assets, atau


Tobin’s Q = MV of Share + BV of Debt / Book Value Total Assets

8.050+139.325
2017 = = 0,49
295.380

8.225+170.348
2018 = = 0,52
344.711

6.925+165.195
2019 = = 0,48
351.958

Interpretasi : Dari perhitungan Tobin’s Q diatas pada tahun 2017 ke 2018 mengalami
kenaikan yaitu dari 0,49 ke 0,52 tetapi pada tahun 2019 mengalami penurunan yaitu 0,48%.
Dari hasil diatas bahwa dari tahun ke tahun tidak ada yang melampaui 1. Jika nilai rasio
kecil kurang dari 1, maka itu menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan
atau memaksimalkan nilai pasar.

Anda mungkin juga menyukai