obyek perikatan.
D. Model Konseptual
deskriptif. Studi kasus dan Lapangan (Case and Field Study) merupakan
belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti, sedangkan
(Sugiyono, 2010).
Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisa kelayakan calon debitur
identitas nasabah, alamat nasabah, jenis dan lokasi usaha yang sedang
debitur, rekan bisnis debitur, atau tred record pengajuan nasabah dimasa
lalu jika nasabah sudah pernah mengajukan kredit. Hal ini dilakukan untuk
mencari data dan informasi apakah nasabah tidak termasuk daftar hitam
atau di black list oleh BI dan mencari tahu tentang prilaku dari nasabah (
80000
70000
60000
50000
Kol 3
40000
30000 Kol 4
20000 Kol 5
10000
LABA
0
2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : Unit Accounting & Control.
sebesar 4,71%. Hal ini juga terlihat dari menurunnya sektor riil disebabkan
merosotnya jumlah ekspor akibat krisis ekonomi dunia pada 2008. Disinyalir hal ini
berpengaruh kepada debitur BTN yang tempat bekerjanya mengalami efek krisis
tersebut. Adanya kenaikan bunga kredit, akibat kenaikan BI Rate juga diduga
Penanganan kredit bermasalah BTN Kantor Cabang Depok pada tahun 2013
kredit dan penghapusan denda adalah tindakan yang paling banyak dilakukan saat
itu. Hal ini terbukti efektif dilihat pada tahun 2014, pertumbuhan kolektibilitas 4
tumbuh 55% dan kolektibilitas 5 tumbuh sebesar 36%. Akan tetapi pergeseran
kolektibilitas 3 tumbuh 55%. Ditahun 2013 jumlah Laba masih terbilang aman
khususnya Debitur kurang dari 1 tahun. Disamping itu realisasi Kredit Pemilikan
membaik dibandingkan tahun 2013 dilihat dari terjaganya inflasi dan menguatnya
sampai Novasi yang didorong oleh Divisi Kantor Pusat Bank BTN untuk
setiap Triwulan dilaporkan kepada petugas tersebut dan akan dievaluasi langsung
oleh Kantor Pusat. Hal ini berbeda karena ditahun sebelumnya evaluasi NPL
hanya dilakukan di masing-masing cabang dan dimonitor oleh kepala cabang. Hal
ini dinilai efektif karena pertumhan kredit bermasalah saat itu bila di rata-rata tidak
lebih dari 40%. Hanya Kolektibilitas 3 saja yang tumbuh diatas 50%.
Beralih ke tahun 2015, jumlah kredit bemasalah tumbuh lebih dari 50%
mengalami kenaikan suku bunga promo fix rate 1 tahun dari 7,49% p.a. menjadi
mulai dirasakan berat, banyak nasabah yang kecewa karena pihak bank dianggap
Kolektibilitas 2 dan 3 nilai semakin berat, karena karakter nasabah menjadi kurang
baik. Pembinaan difokuskan di Kolektibilitas 5 dimana tindakan penyelamatan
banyak dilakukan. Mekanisme lelang tiap bulan pun menjadi solusi. Akan tetapi
bangunan sudah tidak marketable. Malah ada rumah yang sudah menjadi puing
saja. Kurangnya konsistensi dan pengalaman petugas juga dinilai menjadi salah
satu kelemahan, alhasil kolektibilitas 5 tetap tumbuh tinggi sebesar 56%. Strategi
jumlah laba di tahun 2015. Tetapi strategi pembinaan kredit bermasalah ditahun
2015 dinilai kurang efektif karena tingkat persentase kredit bermasalah masih
sangat tinggi.
Beralih ke tahun 2016, ekonomi Indonesia ditahun tersebut turun dan hanya
6,26%, pelambatan ekonomi ini juga diduga akibat situasi politik menjelang pemilu
dan pilgub. Hal ini juga menyebabkan investor mengambil sikap wait and see
menunggu lahirnya pemimpin baru nanti. Hal ini menyebabkan tingkat investasi
banyak yang lari ke luar negeri sehingga lesunya perekonomian saat itu.
Kantor pusat Bank BTN pun menjalankan program SMS blast untuk reminder
kepada nasabah khususnya yang suku bunga promonya akan berakhir. Sulitnya
melakukan tindakan penyelamatan pada tahun ini disebabkan sulitnya menjual
agunan disebabkan administrasi yang belum lengkap. 70% agunan yang akan
dieksekusi malah tidak terjual akibat dokumen belum siap dilelang akibat belum
kredit Rp. 50.000.000. mayoritas rumah subsidi tahun 2006 hanya sekitar 50-60
juta rupiah, dan didominasi oleh KPR bersubsidi. Melihat hal itu ditahun 2015 Bank
BTN Kantor Cabang Depok fokus kepada tindakan restrukturisasi, mulai dari
syarat kredit lainnya. Perubahan dan rotasi karyawan dalam membina debiturpun
dilakukan, hal ini ditujukan agar debitur tidak menganggap remeh petugas bank
tahun 2015 pula manajemen pusat meluncurkan program Desk Call, yaitu kantor
pusat membatu menghubungi debitur melalui telepon, dan program ini dinilai
positif karena petugas kantor cabang tidak perlu menelepon kembali dan fokus
untuk terjun ke lapangan. Hal ini terbukti efektif dilihat dari pertumbuhan kredit
bermasalah tidak lebih dari 30%. Akan tetapi laba tercatat turun sebesar 27%.
penyisihan aktiva. Penurunan laba ini juga diduga besarnya dana mahal yang
perekonomian Indonesia. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena 2016 dinilai
stabil, inflasi dan nilai tukar rupiah dinilai stabil dan terkedali. Strategi di 2017
investor dapat mengambil 1 proyek bermasalah. Akan tetapi banyak gugatan yang
datang dari debitur dikarenakan eksekusi surat kuasa menjual, Banyak dokumen
yang ternyata tidak dipasang hak tanggungan oleh pihak Bank, ditambah lagi
59.478.994.376 atau tumbuh sebesar 8,07%, total kredit bermasalah tumbuh dari
Rp. 38 Milyar menjadi Rp. 51 Milyar. Hal ini membuktikan NPL semakin besar dari
tahun ke tahun dan proses pembinaan kredit bermasalah di Bank BTN KC Depok
tidak efektif.
produktif dari posisi laba berjalan. Inti dari bagian Collection adalah untuk
menurunkan jumlah kredit dengan kategori bermasalah, atau setidaknya tidak ada
pergeseran kategori, misalnya dari Kolektibilitas 3 menjadi Kolektibilitas 4, ataupun
akan tetapi itu hanya akan menurunkan kredit bermasalah dalam persentase,
Ada dua hal utama dalam penanganan kredit bermasalah, pertama adalah
Cessie, dan Novasi. Dua hal utama tersebut dapat dilakukan dengan berdasarkan
tingkat resiko penyelesaian dan biaya melalui analisa cost & benefit serta analisa
resiko
dijelaskan diatas sudah dilakukan unit Consumer Collecting & Remedial sejak
2013, akan tetapi dalam pelaksanaan dilapangan terdapat faktor eksternal yang
sulit untuk diprediksi. Bila di telaah lebih mendalam terjaganya kredit bermasalah
kredit dengan bunga fix sudah berakhir, sehingga debitur harus membayar bunga
plus pokok dimana 2 tahun sebelumnya debitur mendapatkan suku bunga rendah
kualitas proses kredit pada awalnya, apabila kualitas proses kreditnya ketat dan
Berdasarkan hasil kajian diatas dan berdasarkan hasil analisa peneliti yang
penanganan kredit macet yang dilakukan dengan dua cara yaitu pembinaan dan
berjalan maksimal dengan bukti tren dari tahun ke tahun walaupun setiap tahun
angka kredit bermasalah itu naik dikarenakan adanya peningkatan target kredit
dari tahun ke tahun sehingga penurunan penanganan kredit macet belum terlihat
efektif. Dan hasil dari analisa penelitian ini dengan kondisi kenyataan dilapangan
sesuai bahwa banyak kendala dilapangan yang diluar kendali petugas sehingga
1) Penagihan
dan dianggap masih mempunyai iktikad baik, namun telah menunjukkan gejala-
gejala kearah kredit bermasalah harus dilakukan penagihan secara intensif kepada
2) Restrukturisasi Kredit
dalam perbankan, yang artinya adalah upaya perbaikan yang dilakukan dalam
kewajibannya.
a. Berinisiatif.
maka debitur harus punya semangat juang dan keinginan untuk tetap hidup.
mempunyai Bisnis Plan, karena dengan membuat Bisnis Plan, debitur masih dapat
melihat prospek usaha ke depan, dapat membuat proyeksi arah perusahaan, dan
membuat cash flow nya. Bagi nasabah kecil, debitur bisa mengemukakan
b. Multiplier Effect
Usaha yang mempunyai efek multiplier harus mendapat perhatian, karena
Dari sisi produk dan jasa yang dihasilkan, masih ada kemungkinan untuk
tumbuh dan bisa mampu bersaing. Disini diperlukan riset agar mampu
Usaha debitur, selain berupaya menghasilkan produk dan jasa yang mampu
bersaing di pasar, juga masih ada peluang efisiensi yang dapat dilakukan,
sehingga bilamana target cash flow tak tercapai, masih ada margin yang
e. Diharapkan produk dan jasa yang dihasilkan mempunyai daya saing untuk
Pada akhirnya yang penting adalah kemauan kerjasama dari debitur. Dalam
sebetulnya Bank hanya berfungsi membantu dari sisi strategi finansial, serta
berperan sebagai konsultan dan risk doctor, namun upaya lainnya harus dilakukan
oleh debitur. Debitur harus bisa menilai dan memperbaiki berbagai fungsi dalam
manusia, Research & Development serta pemasaran. Bisnis Plan diperlukan agar
debitur, berperan sebagai konsultan, sebagai risk doctor, untuk mencari dan
meneliti dimana sebetulnya letak kesulitan dan apa yang menjadi problem utama,
pada gilirannya juga akan menyelamatkan fasilitas kredit yang dinikmati debitur di
Bank. Peran negosiator, yang biasanya diperankan oleh AO, manajer bisnis,
restukturisasi kredit.
sangat seksama dan memahami implikasi penyelesaian masalah sabar dan tidak
kenal lelah, tidak pro dan kontra terhadap konflik, selalu meneliti, bertanya,
mendengar dan belajar, yakin, optimis, tanpa sifat arogan, mampu membujuk atau
Dari kriteria tersebut, Bank harus mampu melatih dan mendidik para stafnya
menjadi negosiator yang ulung. Narasumber menyarankan agar para staf ini harus
debitur pada saat kondisi debitur yang sedang stres. Pada akhirnya, yang paling
penting adalah usaha keras, keinginan untuk memperbaiki, berpikir positif, karena
dengan selalu berpikir positif dan kerja keras, kita dapat melalui berbagai
jangka waktu yang diberikan kepada debitur sehingga debitur dapat melunasi
pertimbangan selektif atas dasar analisa cash flow perusahaan debitur. Jangka
kewajiban kredit.
f. Kondisi/prestasi proyek/usaha.
g. Laporan pemasaran/penjualan.
Bunga Kredit adalah keringanan yang diberikan kepada debitur dengan cara
debitur.
mengurangi tekanan cashflow dan likuiditas akibat usaha yang kurang lancar.
Diharapkan usaha debitur menjadi sehat kembali dan kredit dapat dilunasi.
pertimbangan selektif atas dasar analisa cash flow perusahaan debitur. Lama
kewajiban kredit.
d. Kegiatan usaha masih bisa men-generate income yang cukup untuk membayar
kewajiban kredit.
4. Kondisi/prestasi proyek/usaha.
5. Laporan pemasaran/penjualan.
debitur.
mengurangi tekanan cashflow dan likuiditas akibat usaha yang kurang lancar.
Diharapkan usaha debitur menjadi sehat kembali dan kredit dapat dilunasi.
pertimbangan selektif atas dasar analisa cash flow perusahaan debitur. Fasilitas ini
Kriteria debitur yang berhak menerima fasilitas Perubahan Syarat Kredit Lainnya
kewajiban kredit.
b. Prospek usaha baik dan mampu membayar kredit.
4. Kondisi/prestasi proyek/usaha.
5. Laporan pemasaran/penjualan.
adalah mengupayakan usaha debitur menjadi sehat atau lancar kembali sehingga
debitur,
kredit.
kewajiban kredit.
kewajiban kredit.
d. Kondisi/prestasi proyek/usaha.
e. Laporan pemasaran/penjualan.
1) Litigasi
penagihan piutang.
3. Rekening Koran.
b. Apabila dokumen untuk melakukan proses litigasi masih belum lengkap, maka
c. Debitur yang belum dilakukan penagihan dengan optimal dan belum diberikan
e. Mengajukan usulan litigasi yang akan ditempuh sesuai dengan hasil analisa
a. Jenis Litigasi
1. Penyerahan Pengurusan Piutang ke Panitia Urusan Piutang Negara
(PUPN).
sejak terbitnya PP 33/2006 tgl. 6 Oktober 2006, BUMN tidak dapat lagi
menyerahkan ke PUPN.
Negeri.
Mengacu pada Pasal 6 jo. Pasal 20 ayat (1) huruf a UUHT: Apabila debitur
HT, maka SKMHT atau SKMH harus ditingkatkan terlebih dahulu menjadi
biaya tinggi.
1. Perjanjian Kredit
Tanggungan
4. Sertifikat HGB/HM
5. IMB
3) Cessie
a. Syarat Cessie
Cessie dapat dilakukan melalui akta otentik atau akta bawah tangan. Syarat
terhutang untuk disetujui dan diakuinya. Pihak terhutang di sini adalah pihak
Transferor.
4) Novasi
debitur (berikut asset) baik sebagian atau seluruhnya kepada Pihak lain yang
Tujuan dari Novasi/Alih Debitur adalah mengganti debitur yang sudah tidak
dan kredibilitasnya baik. Diharapkan usaha debitur menjadi sehat kembali dan
Kriteria debitur yang berhak dilakukan Novasi/Alih Debitur adalah Debitur baru
tidak terafiliasi dengan debitur lama.Debitur baru mempunyai itikad baik dan
b. Surat permohonan dilengkapi data debitur lama dan calon debitur baru.
a. PK baru
b. Pengakuan Hutang
c. SKMHT
d. AJB
e. Kuasa Menjual