Anda di halaman 1dari 28

BAB II..................KAJIAN LITERATUR....................

Penggantian tersebut dapat terjadi pada kreditur, debitur, maupun

obyek perikatan.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat digambarkan

paradigma kredit macet sebagai berikut :

Gambar 1.2 Bagan Paradigma

Pembinaan Kredit Macet

Meminimalisir Resiko Kredit


Macet dan Menambah
Profit
Penyelamatan Asset

D. Model Konseptual

Berdasarkan pada karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini

menggunakan desain Studi Kasus (Case Study) dengan metode analisis

deskriptif. Studi kasus dan Lapangan (Case and Field Study) merupakan

peneitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar

belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti, sedangkan

penelitian deskriptif (Descriptif Research) yaitu penelitian terhadap

masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi

(Sugiyono, 2010).
Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisa kelayakan calon debitur

yang mengajukan Kridit Perumahan Rakyat (KPR) dengan cara

memverifikasi kebenaran data nasabah dengan melakukan wawancara

terhadap nasabah baik melalui telpon, maupun mengunjungi langsung

nasabah pada waktu tertentu apabila pihak analisis kredit meragukan

kebenaran data nasabah tersebut. Verifikasi data nasabah meliputi

identitas nasabah, alamat nasabah, jenis dan lokasi usaha yang sedang

berjalan (dan lain-lain.........silahkan ditambahkan)

Disamping itu, peneliti melakukan BI Cheking melalui Sistem

Informasi Debitur di Bank Indonesia, serta melakukan trade cheking yaitu

pencarian informasi calon debitur, baik melalui informasi kantor, rekan

debitur, rekan bisnis debitur, atau tred record pengajuan nasabah dimasa

lalu jika nasabah sudah pernah mengajukan kredit. Hal ini dilakukan untuk

mencari data dan informasi apakah nasabah tidak termasuk daftar hitam

atau di black list oleh BI dan mencari tahu tentang prilaku dari nasabah (

dan lain-lain ......silahkan lengkapi)

Hal ini dilakukan dengan maksud untuk memberikan keakuratan data

dalam menganalisa kelayakan nasabah yang akan diproses kreditnya,

sehingga dapat menghasilkan keputusan kredit yang akurat, untuk

meminimalisir terjadinya kredit macet. Selanjutnya, akan dijadikan dasar

dalam melakukan pembinaan terhadap kredit macet dan penyelamatan

asset. Sehinggga resiko kredit macet dapat diminimalisir dalam upaya

meningkatkan profitabilitas dan ekuitas pada PT Bank Tabungan Negara

(Persero) Tbk. Kantor Cabang Depok.


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pemaparan Data Kredit Kategori Bermasalah dan Laba

Kategori Kolektibilitas Total Keredit


Pencapaian NPL Laba Kantor Cabang
Tahun (Dalam Rupiah) Brmasalah
(Rp)
Kol 3 Kol 4 Kol 5 ( Dalam Rupiah) (Dari Target 5 %)

2013 1.153 2.63 8.229 12.012 4.10% 41,361,000,000.00

2014 2.617 3.371 13.025 19.013 4.30% 54,895,000,000.00

2015 5.275 5.578 20.436 31.289 4.70% 74,893,000,000.00

2016 6.261 7.015 25.283 38.559 5.10% 55,039,000,000.00

2017 8.656 10.821 31.872 51.349 5.60% 59,487,000,000.00

Sumber : Unit Accounting & Control.

Tabel 2 .Tabel Data Kredit Kategori Bermasalah dan Laba 2013-2017


(dalam jutaan)

80000
70000
60000
50000
Kol 3
40000
30000 Kol 4

20000 Kol 5
10000
LABA
0
2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : Unit Accounting & Control.

Gambar 1.6.Pertumbuhan Kredit Kategori Bermasalah 2013-2017


(dalam rupiah)
Berdasarkan data diatas, di tahun 2013 komposisi kredit bermasalah di

dominasi oleh Kolektibilitas 5 yakni sebesar 67,7% atau sejumlah Rp.

8.229.702.133. Besaran tingkat kredit bermasalah disebabkan karena di tahun

2013 ekonomi Indonesia mengalami tren penurunan di bandingkan tahun

sebelumnya. Pertumbuhan yang ditargetkan sebesar 5,21% hanya dapat dicapai

sebesar 4,71%. Hal ini juga terlihat dari menurunnya sektor riil disebabkan

merosotnya jumlah ekspor akibat krisis ekonomi dunia pada 2008. Disinyalir hal ini

berpengaruh kepada debitur BTN yang tempat bekerjanya mengalami efek krisis

tersebut. Adanya kenaikan bunga kredit, akibat kenaikan BI Rate juga diduga

sebagai penyebab tingginya jumlah kredit macet.

Penanganan kredit bermasalah BTN Kantor Cabang Depok pada tahun 2013

difokuskan kepada kolektibilitas 3 dengan harapan dapat menimimalisir jumlah

Kolektibilitas 3 menuju ke Kolektibilitas 4. Unit collection berasumsi bahwa apabila

debitur sudah mencapai kepada Kolektibilitas 4 maka 70% akan beralih ke

Kolektibilitas 5. Tindakan restrukturisasi khususnya Perpanjangan jangka waktu

kredit dan penghapusan denda adalah tindakan yang paling banyak dilakukan saat

itu. Hal ini terbukti efektif dilihat pada tahun 2014, pertumbuhan kolektibilitas 4

tumbuh paling sedikit, hanya 22% dibandingan dengan Kolektibilitas 3 yang

tumbuh 55% dan kolektibilitas 5 tumbuh sebesar 36%. Akan tetapi pergeseran

Kolektibilitas 2 terbilang cukup besar, menyebabkan di tahun 2014, jumlah

kolektibilitas 3 tumbuh 55%. Ditahun 2013 jumlah Laba masih terbilang aman

karena mampu mencapai angka Rp. 41 Milyar.


Beralih ke tahun 2014, Laba BTN Kantor cabang depok tumbuh 33% menjadi

Rp.54.895.746.690. Pertumbuhan laba disebabkan terjaganya Debitur lancar

khususnya Debitur kurang dari 1 tahun. Disamping itu realisasi Kredit Pemilikan

Rumah juga tumbuh sebesar 112%. Perekonomian Indonesia di tahun 2014

membaik dibandingkan tahun 2013 dilihat dari terjaganya inflasi dan menguatnya

nilai tukar rupiah. Di tahun 2014 penanganan di fokuskan di seluruh Kolektibilitas

bermasalah, mulai dari sistem penagihan yang dilakukan di setiap tanggal 7

sampai Novasi yang didorong oleh Divisi Kantor Pusat Bank BTN untuk

ditempatkannya personil khusus disetiap cabang untuk monitoring NPL. Evaluasi

setiap Triwulan dilaporkan kepada petugas tersebut dan akan dievaluasi langsung

oleh Kantor Pusat. Hal ini berbeda karena ditahun sebelumnya evaluasi NPL

hanya dilakukan di masing-masing cabang dan dimonitor oleh kepala cabang. Hal

ini dinilai efektif karena pertumhan kredit bermasalah saat itu bila di rata-rata tidak

lebih dari 40%. Hanya Kolektibilitas 3 saja yang tumbuh diatas 50%.

Beralih ke tahun 2015, jumlah kredit bemasalah tumbuh lebih dari 50%

dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan banyak debitur yang

mengalami kenaikan suku bunga promo fix rate 1 tahun dari 7,49% p.a. menjadi

14% p.a. yang menyebabkan membengkaknya jumlah angsuran mereka.

Kenaikan angsuran bisa mencapai 30% dari angsuran sebelumnya. Penagihan

mulai dirasakan berat, banyak nasabah yang kecewa karena pihak bank dianggap

tidak menginformasikan kenaikan suku bunga tersebut melalui surat. Penagihan

Kolektibilitas 2 dan 3 nilai semakin berat, karena karakter nasabah menjadi kurang
baik. Pembinaan difokuskan di Kolektibilitas 5 dimana tindakan penyelamatan

banyak dilakukan. Mekanisme lelang tiap bulan pun menjadi solusi. Akan tetapi

sulitnya menjual rumah agunan menjadi tantangan dikarenakan kondisi fisik

bangunan sudah tidak marketable. Malah ada rumah yang sudah menjadi puing

saja. Kurangnya konsistensi dan pengalaman petugas juga dinilai menjadi salah

satu kelemahan, alhasil kolektibilitas 5 tetap tumbuh tinggi sebesar 56%. Strategi

manajemen Bank BTN memfokuskan untuk meningkatkan target realisasi kredit

untuk menurunkan jumlah NPL secara persentase. Kebijakan-kebijakanpun mulai

diperlonggar, misalnya diperbolehkan akad kredit indent walapun sertifikat induk

masih dalam pengurusan. Terjaganya debitur lancar juga menyebabkan naiknya

jumlah laba di tahun 2015. Tetapi strategi pembinaan kredit bermasalah ditahun

2015 dinilai kurang efektif karena tingkat persentase kredit bermasalah masih

sangat tinggi.

Beralih ke tahun 2016, ekonomi Indonesia ditahun tersebut turun dan hanya

mampu mencapai 5,78% dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2015 sebesar

6,26%, pelambatan ekonomi ini juga diduga akibat situasi politik menjelang pemilu

dan pilgub. Hal ini juga menyebabkan investor mengambil sikap wait and see

menunggu lahirnya pemimpin baru nanti. Hal ini menyebabkan tingkat investasi

banyak yang lari ke luar negeri sehingga lesunya perekonomian saat itu.

Peningkatan aktivitas pembinaan difokuskan diseluruh kolektibilitas bermasalah.

Kantor pusat Bank BTN pun menjalankan program SMS blast untuk reminder

kepada nasabah khususnya yang suku bunga promonya akan berakhir. Sulitnya
melakukan tindakan penyelamatan pada tahun ini disebabkan sulitnya menjual

agunan disebabkan administrasi yang belum lengkap. 70% agunan yang akan

dieksekusi malah tidak terjual akibat dokumen belum siap dilelang akibat belum

terpasangnya Hak Tanggungan akibat peraturan di tahun 2006 yang

memperbolehkan tidak memasang Hak Tanggungan kepada kredit dibawah plafon

kredit Rp. 50.000.000. mayoritas rumah subsidi tahun 2006 hanya sekitar 50-60

juta rupiah, dan didominasi oleh KPR bersubsidi. Melihat hal itu ditahun 2015 Bank

BTN Kantor Cabang Depok fokus kepada tindakan restrukturisasi, mulai dari

perpanjangan jangka waktu, penghilangan denda sampai perubahan perubahan

syarat kredit lainnya. Perubahan dan rotasi karyawan dalam membina debiturpun

dilakukan, hal ini ditujukan agar debitur tidak menganggap remeh petugas bank

yang datang dan menghindari adanya kenyamanan debitur apabila ditagih. Di

tahun 2015 pula manajemen pusat meluncurkan program Desk Call, yaitu kantor

pusat membatu menghubungi debitur melalui telepon, dan program ini dinilai

positif karena petugas kantor cabang tidak perlu menelepon kembali dan fokus

untuk terjun ke lapangan. Hal ini terbukti efektif dilihat dari pertumbuhan kredit

bermasalah tidak lebih dari 30%. Akan tetapi laba tercatat turun sebesar 27%.

Walaupun persentase kredit bermasalah tumbuh tidak terlalu besar tetapi

nominalnya semakin besar dari tahun ke tahun dan menyebabkan besarnya

penyisihan aktiva. Penurunan laba ini juga diduga besarnya dana mahal yang

diberikan dalam program simpanan sehingga spread rate semakin tipis.


Berlanjut ditahun 2017, merupakan tahun politik yang dikhawatirkan akan

menimbulkan sedikit kebisingan dan kegaduhan politik. Ditambah dengan adanya

suksesi kepemimpinan nasional, sedikit-banyak hal ini akan mempengaruhi

perekonomian Indonesia. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena 2016 dinilai

stabil, inflasi dan nilai tukar rupiah dinilai stabil dan terkedali. Strategi di 2017

adalah fokus penurunan Kolektibilitas 5 dan mengeksekusi agunan kredit

bermasalah, sistem jual agunan secara gelonggongan pun dilakukan, artinya

investor dapat mengambil 1 proyek bermasalah. Akan tetapi banyak gugatan yang

datang dari debitur dikarenakan eksekusi surat kuasa menjual, Banyak dokumen

yang ternyata tidak dipasang hak tanggungan oleh pihak Bank, ditambah lagi

penurunan tingkat penjualan di rumah lelang, kemudian banyak proses

restrukturisasi yang tidak efektif menyebabkan debitur tetap tidak sanggup

membayar angsutran. Akan tetapi laba tercatat tumbuh, menjadi Rp

59.478.994.376 atau tumbuh sebesar 8,07%, total kredit bermasalah tumbuh dari

Rp. 38 Milyar menjadi Rp. 51 Milyar. Hal ini membuktikan NPL semakin besar dari

tahun ke tahun dan proses pembinaan kredit bermasalah di Bank BTN KC Depok

tidak efektif.

Menurut narasumber, pada dasarnya semakin tinggi jumlah kredit kategori

bermasalah akan menyebabkan penurunan laba akibat adanya penyisihan aktiva

produktif dari posisi laba berjalan. Inti dari bagian Collection adalah untuk

menurunkan jumlah kredit dengan kategori bermasalah, atau setidaknya tidak ada
pergeseran kategori, misalnya dari Kolektibilitas 3 menjadi Kolektibilitas 4, ataupun

Kolektibilitas 4 bergeser menjadi Kolektibilitas 5. Salah satu upaya lain untuk

menurunkan kredit bermasalah adalah dengan memperbanyak proses produksi,

akan tetapi itu hanya akan menurunkan kredit bermasalah dalam persentase,

bukan secara nominal.

Ada dua hal utama dalam penanganan kredit bermasalah, pertama adalah

Pembinaan, dimana komposisi dari pembinaan terdiri dari penagihan dan

restrukturisasi. Hal utama yang kedua adalah penyelamatan kredit dimana

tindakannya meliputi Litigasi, Lelang hak tanggungan, Surat kuasa menjual,

Cessie, dan Novasi. Dua hal utama tersebut dapat dilakukan dengan berdasarkan

tingkat resiko penyelesaian dan biaya melalui analisa cost & benefit serta analisa

resiko

Seluruh upaya penyelamatan kredit kategori bermasalah sebagaimana yang

dijelaskan diatas sudah dilakukan unit Consumer Collecting & Remedial sejak

2013, akan tetapi dalam pelaksanaan dilapangan terdapat faktor eksternal yang

sulit untuk diprediksi. Bila di telaah lebih mendalam terjaganya kredit bermasalah

di 2014 dikarenakan suku bunga pinjaman ditahun tersebut masih termasuk

rendah, melonjaknya jumlah kredit bermasalah di tahun 2015 dikarenakan masa

kredit dengan bunga fix sudah berakhir, sehingga debitur harus membayar bunga

plus pokok dimana 2 tahun sebelumnya debitur mendapatkan suku bunga rendah

dan pembayaran pokoknya belum penuh. Ditahun 2015 kredit bermasalah


didominasi oleh kredit perumahan bersubsidi, lalu disusul oleh kredit komersial non

perumahan. Ditahun 2016 peningkatan jumlah kredit bermasalah di Bank BTN

Kantor Cabang Depok dikarenakan melemahnya usaha sektor perumahan yang

dibiayai serta pelemahan ekonomi yang menyebabkan kemampuan membayar

debitur menurun. Sebenarnya jumlah kredit bermasalah sangat dipengaruhi oleh

kualitas proses kredit pada awalnya, apabila kualitas proses kreditnya ketat dan

prudent, maka jumlah kredit bermasalah pasti bisa ditekan.

Berdasarkan hasil kajian diatas dan berdasarkan hasil analisa peneliti yang

menggunakan metode Tringulasi dengan membandingkan antara hasil penelitian

dengan kenyataan dilapangan sudah sesuai atau belum. Hasil analisa

penanganan kredit macet yang dilakukan dengan dua cara yaitu pembinaan dan

penyelamatan selama lima periode bahwa penanganan kredit macet sudah

berjalan maksimal dengan bukti tren dari tahun ke tahun walaupun setiap tahun

angka kredit bermasalah itu naik dikarenakan adanya peningkatan target kredit

dari tahun ke tahun sehingga penurunan penanganan kredit macet belum terlihat

efektif. Dan hasil dari analisa penelitian ini dengan kondisi kenyataan dilapangan

sesuai bahwa banyak kendala dilapangan yang diluar kendali petugas sehingga

penanganan kredit macet tersebut belum efektif.


2. Pembinaan Kredit Macet

1) Penagihan

Penagihan dilakukann terhadap nasabah yang usahanya masih berprospek

dan dianggap masih mempunyai iktikad baik, namun telah menunjukkan gejala-

gejala kearah kredit bermasalah harus dilakukan penagihan secara intensif kepada

nasabah agar memenuhi seluruh kewajibannya.

2) Restrukturisasi Kredit

Restrukturisasi Kredit adalah terminologi keuangan yang banyak digunakan

dalam perbankan, yang artinya adalah upaya perbaikan yang dilakukan dalam

kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi

kewajibannya.

Berdasarkan keterangan Narasumber, agar restrukturisasi berhasil dengan baik,

diperlukan itikad debitur sebagai berikut:

a. Berinisiatif.

b. Bersedia memikul kerugian.

c. Mempunyai Bisnis Plan.

Debitur harus mempunyai insiatif atau semangat untuk terus berjuang

menghadapi kesulitan bisnisnya. Ibaratnya seorang pasien yang sedang sakit,

maka debitur harus punya semangat juang dan keinginan untuk tetap hidup.

Diperlukan tindakan menyeluruh, karena Bank disini bertindak sebagai seorang


dokter yang akan menyembuhkan penyakit, jadi debitur harus transparan, agar

penyakitnya benar-benar dapat dideteksi, sehingga pengobatannya juga tepat.

Bersedia memikul kerugian, karena dalam restrukturisasi, kita tak berbicara

mendapatkan keuntungan, namun mengurangi risiko kerugian, sehingga pada

dasarnya debitur dan Bank sama-sama mendapatkan kerugian atau kehilangan

beberapa kesempatan. Dari sisi Bank, harus mencadangkan PPAP, yang

mengurangi kesempatan Bank untuk mengelola dana yang dihimpunnya guna

membiayai bisnis debitur lain yang membutuhkan. Mengapa debitur harus

mempunyai Bisnis Plan, karena dengan membuat Bisnis Plan, debitur masih dapat

melihat prospek usaha ke depan, dapat membuat proyeksi arah perusahaan, dan

membuat cash flow nya. Bagi nasabah kecil, debitur bisa mengemukakan

rencananya pada Account Officer, dan nantinya AO akan membantu dalam

membuat rencana cash flow nya.

Dari sisi prospek usaha, maka restrukturisasi akan berhasil jika:

a. Net Cash Flow Positif

Berarti debitur masih mempunyai laba operasional, masih dapat menutup

biaya untuk operasional perusahaan, membiayai gaji karyawan, serta biaya

lain agar usaha tetap berjalan.

b. Multiplier Effect
Usaha yang mempunyai efek multiplier harus mendapat perhatian, karena

dengan restrukturisasi diharapkan perusahaan dapat tetap hidup, yang

kehidupan ini akan mempengaruhi perkembangan usaha lainnya.

c. Prospek Produk dan Jasa

Dari sisi produk dan jasa yang dihasilkan, masih ada kemungkinan untuk

tumbuh dan bisa mampu bersaing. Disini diperlukan riset agar mampu

menghasilkan produk dan jasa, yang dapat menembus pasar.

d. Ada peluang efisiensi

Usaha debitur, selain berupaya menghasilkan produk dan jasa yang mampu

bersaing di pasar, juga masih ada peluang efisiensi yang dapat dilakukan,

sehingga bilamana target cash flow tak tercapai, masih ada margin yang

berasal dari efisiensi.

e. Diharapkan produk dan jasa yang dihasilkan mempunyai daya saing untuk

mempertahankan perusahaan tetap hidup.

Pada akhirnya yang penting adalah kemauan kerjasama dari debitur. Dalam

restrukturisasi kredit, sebagaimana telah dijelaskan dalam tulisan di atas, maka

sebetulnya Bank hanya berfungsi membantu dari sisi strategi finansial, serta

berperan sebagai konsultan dan risk doctor, namun upaya lainnya harus dilakukan

oleh debitur. Debitur harus bisa menilai dan memperbaiki berbagai fungsi dalam

perusahaan, seperti fungsi manajemen, operasional, organisasi, sumber daya

manusia, Research & Development serta pemasaran. Bisnis Plan diperlukan agar

Bank dan debitur dapat bersama-sama menilai strategi restrukturisasi secara


komprehensif yang dilakukan debitur, sehingga Bank dalam membantu dari sisi

finansial, sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan.

Peran negosiator sebagai meliputi kapasitas membantu perbaikan usaha

debitur, berperan sebagai konsultan, sebagai risk doctor, untuk mencari dan

meneliti dimana sebetulnya letak kesulitan dan apa yang menjadi problem utama,

sehingga bisa disusun strategi restrukturisasi untuk penyelematan usaha, yang

pada gilirannya juga akan menyelamatkan fasilitas kredit yang dinikmati debitur di

Bank. Peran negosiator, yang biasanya diperankan oleh AO, manajer bisnis,

manajer bidang restrukturisasi kredit, sangat penting untuk keberhasilan

restukturisasi kredit.

Menurut Narasumber, karakteristik Bank sebagai negosiator antara lain

sangat seksama dan memahami implikasi penyelesaian masalah sabar dan tidak

kenal lelah, tidak pro dan kontra terhadap konflik, selalu meneliti, bertanya,

mendengar dan belajar, yakin, optimis, tanpa sifat arogan, mampu membujuk atau

mengancam jika diperlukan.

Dari kriteria tersebut, Bank harus mampu melatih dan mendidik para stafnya

menjadi negosiator yang ulung. Narasumber menyarankan agar para staf ini harus

memahami masalah hukum dan perundang-undangan agar tidak salah langkah,

memahami ilmu ekonomi dan kuat di bidang matematika, karena analisa

restrukturisasi memerlukan berbagai alternatif perhitungan dengan berbagai

perbandingan, memahami ilmu psikologi manusia, karena berhadapan dengan

debitur pada saat kondisi debitur yang sedang stres. Pada akhirnya, yang paling
penting adalah usaha keras, keinginan untuk memperbaiki, berpikir positif, karena

dengan selalu berpikir positif dan kerja keras, kita dapat melalui berbagai

hambatan dan rintangan.

Proses Restrukturisasi Kredit adalah sebagai berikut:

Gambar 1.5 Pola Pembinaan Restrukturisasi Kredit

Salah satu upaya Restukturisasi Kredit dengan kategori bermasalah adalah

Perpanjangan Jangka Waktu Kredit dimana pengertiannya adalah perpanjangan

jangka waktu yang diberikan kepada debitur sehingga debitur dapat melunasi

kreditnya. Tujuan proses perpanjangan jangka waktu ini adalah mengupayakan


usaha debitur menjadi sehat atau lancar kembali sehingga kredit dapat dilunasi

pada saat jatuh tempo perpanjangan.

Kebijakan Perpanjangan Jangka Waktu Kredit harus dilakukan melalui

pertimbangan selektif atas dasar analisa cash flow perusahaan debitur. Jangka

waktu perpanjangan dihitung sesuai dengan kemampuan membayar kembali

debitur berdasarkan hasil proyeksi cashflow dan coverage agunan setelah

restrukturisasi harus memenuhi ketentuan yang berlaku.

Kriteria nasabah yang berhak diberikan fasilitas Perpanjangan Jangka Waktu

Kredit adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai itikad baik, namun belum memiliki kemampuan melunasi seluruh

kewajiban kredit.

b. Prospek usaha baik dan mampu membayar kredit.

c. Prospek usaha yang baik, antara lain.

1. Kegiatan usaha masih bisa men-generate income yang cukup untuk

membayar kewajiban kredit.

2. Masih terdapat permintaan pasar.

3. Usaha memiliki potensi untuk berkembang.

4. Memiliki kinerja usaha yang baik di masa lalu.

Persyaratan Debitur yang berhak mendapatkan fasilitas perpanjangan jangka

waktu kredit adalah sebagai berikut :


a. Debitur mengajukan permohonan restrukturisasi kredit secara tertulis.

b. Surat permohonan dilengkapi data :

c. Laporan keuangan (Neraca & Laba Rugi).

d. Proyeksi cash flow.

e. Proyeksi keuangan (Neraca & Laba Rugi).

f. Kondisi/prestasi proyek/usaha.

g. Laporan pemasaran/penjualan.

h. Rekening giro 3 bulan terakhir.

i. Informasi lain yang berhubungan dengan usaha debitur.

Salah satu upaya Restukturisasi Kredit dengan kategori bermasalah adalah

Penundaan Pembayaran Bunga Kredit. Pengertian dari Penundaan Pembayaran

Bunga Kredit adalah keringanan yang diberikan kepada debitur dengan cara

menangguhkan sebagaian atau seluruh bunga kredit untuk menyehatkan usaha

debitur.

Tujuan dari fasilitas Penundaan Pembayaran Bunga Kredit adalah

mengurangi tekanan cashflow dan likuiditas akibat usaha yang kurang lancar.

Diharapkan usaha debitur menjadi sehat kembali dan kredit dapat dilunasi.

Kebijakan Penundaan Pembayaran Bunga Kredit harus dilakukan melalui

pertimbangan selektif atas dasar analisa cash flow perusahaan debitur. Lama

penundaan pembayaran bunga dihitung sesuai dengan kemampuan membayar


kembali debitur berdasarkan hasil proyeksi cashflow dan coverage agunan setelah

restrukturisasi harus memenuhi ketentuan yang berlaku.

Kriteria debitur yang berhak menerima fasilitas Penundaan Pembayaran Bunga

Kredit adalah sebagai berikut:

a. Mempunyai itikad baik, namun belum memiliki kemampuan melunasi seluruh

kewajiban kredit.

b. Prospek usaha baik dan mampu membayar kredit.

c. Prospek usaha yang baik, antara lain:

d. Kegiatan usaha masih bisa men-generate income yang cukup untuk membayar

kewajiban kredit.

e. Masih terdapat permintaan pasar.

f. Usaha memiliki potensi untuk berkembang.

g. Memiliki kinerja usaha yang baik di masa lalu.

Persyaratan Debitur yang berhak mendapatkan fasilitas Penundaan

Pembayaran Bunga Kredit adalah sebagai berikut:

a. Debitur mengajukan permohonan restrukturisasi kredit secara tertulis.

b. Surat permohonan dilengkapi data:

1. Laporan keuangan (Neraca & Laba Rugi).

2. Proyeksi cash flow.

3. Proyeksi keuangan (Neraca & Laba Rugi).

4. Kondisi/prestasi proyek/usaha.
5. Laporan pemasaran/penjualan.

6. Rekening giro 3 bulan terakhir.

7. Informasi lain yang berhubungan dengan usaha debitur.

Salah satu upaya Restukturisasi Kredit dengan kategori bermasalah adalah

Perubahan Syarat Kredit Lainnya. Perubahan Syarat Kredit Lainnya adalah

perubahan-perubahan dan/atau penambahan dan/atau pengurangan yang

dilakukan terhadap syarat kredit yang telah diperjanjikan sebelumnya dengan

debitur.

Tujuan dari fasilitas Penundaan Perubahan Syarat Kredit Lainnya adalah

mengurangi tekanan cashflow dan likuiditas akibat usaha yang kurang lancar.

Diharapkan usaha debitur menjadi sehat kembali dan kredit dapat dilunasi.

Kebijakan Perubahan Syarat Kredit Lainnya harus dilakukan melalui

pertimbangan selektif atas dasar analisa cash flow perusahaan debitur. Fasilitas ini

dihitung sesuai dengan kemampuan membayar kembali debitur berdasarkan hasil

proyeksi cashflow dan coverage agunan setelah restrukturisasi harus memenuhi

ketentuan yang berlaku.

Kriteria debitur yang berhak menerima fasilitas Perubahan Syarat Kredit Lainnya

adalah sebagai berikut:

a. Mempunyai itikad baik, namun belum memiliki kemampuan melunasi seluruh

kewajiban kredit.
b. Prospek usaha baik dan mampu membayar kredit.

c. Prospek usaha yang baik, antara lain :

1. Kegiatan usaha masih bisa men-generate income yang cukup

untuk membayar kewajiban kredit.

2. Masih terdapat permintaan pasar.

3. Usaha memiliki potensi untuk berkembang.

4. Memiliki kinerja usaha yang baik di masa lalu.

Persyaratan Debitur yang berhak mendapatkan fasilitas Perubahan Syarat

Kredit Lainnya adalah sebagai berikut:

a. Debitur mengajukan permohonan restrukturisasi kredit secara tertulis.

b. Surat permohonan dilengkapi data :

1. Laporan keuangan (Neraca & Laba Rugi).

2. Proyeksi cash flow.

3. Proyeksi keuangan (Neraca & Laba Rugi).

4. Kondisi/prestasi proyek/usaha.

5. Laporan pemasaran/penjualan.

6. Rekening giro 3 bulan terakhir.

7. Informasi lain yang berhubungan dengan usaha debitur.

Salah satu upaya Restukturisasi Kredit dengan kategori bermasalah adalah

Pengurangan Tunggakan Bunga dan atau Denda dimana pengertiannya adalah

keringanan yang diberikan Bank kepada debitur untuk membayar tunggakan


bunga dan atau denda kurang dari tunggakan bunga dan atau denda yang

seharusnya dibayar. Tujuan proses PenguranganTunggakan Bunga atau denda ini

adalah mengupayakan usaha debitur menjadi sehat atau lancar kembali sehingga

kredit dapat dilunasi.

Kebijakan PenguranganTunggakan Bunga atau Denda diberikan dalam rangka

rangka restrukturisasi kredit:

a. Jenis pembayaran pokoknya

1. Yang akan melunasi seluruh tunggakan bunga dan denda, atau

2. Yang membayar sebagian pokok kredit,

b. Dipertimbangkan secara selektif, atas dasar analisa cashflow perusahaan

debitur,

c. Diberikan kepada debitur yang belum mendapatkan penurunan suku bunga

kredit.

d. Coverage agunan setelah restrukturisasi harus memenuhi ketentuan.

Kriteria nasabah yang berhak diberikan fasilitas Kebijakan Pengurangan

Tunggakan Bunga atau Denda adalah sebagai berikut:

a. Mempunyai itikad baik, namun belum memiliki kemampuan melunasi seluruh

kewajiban kredit.

b. Prospek usaha baik dan mampu membayar kredit.

c. Prospek usaha yang baik, antara lain :


d. Kegiatan usaha masih bisa men-generate income yang cukup untuk membayar

kewajiban kredit.

e. Masih terdapat permintaan pasar atas produk yang dihasilkan

f. Pembayaran secara tunai dengan dana sendiri.

Persyaratan Debitur yang berhak mendapatkan fasilitas Kebijakan

PenguranganTunggakan Bunga atau Denda adalah sebagai berikut :

a. Debitur mengajukan permohonan restrukturisasi kredit secara tertulis.

b. Surat permohonan dilengkapi data:

a. Laporan keuangan (Neraca & Laba Rugi).

b. Proyeksi cash flow.

c. Proyeksi keuangan (Neraca & Laba Rugi).

d. Kondisi/prestasi proyek/usaha.

e. Laporan pemasaran/penjualan.

f. Rekening giro 3 bulan terakhir.

g. Informasi lain yang berhubungan dengan usaha debitur.

3. Penyelamatan Kredit Dalam Penanganan Kredit Bermasalah

1) Litigasi

Litigasi adalah mendayagunakan lembaga peradilan yang ada baik peradilan

negeri, peradilan niaga, ataupun Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN).

Penyelamatan kredit bermasalah melalui lembaga hukum seperti Peradilan


atau Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang negara atau badan lainnya

dikarenakan langkah penyelamatan sudah tidak memungkinkan kembali.

Melalui direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara yaitu dengan

menyerahkan piutan dapat mempercepat, mempersingkat dan mengefektifkan

penagihan piutang.

Persiapan dengan menempuh jalur Litigasi adalah sebagai berikut:

a. Mengecek kelengkapan dokumen untuk proses litigasi, antara lain

1. SKf, SPn, SP I, SP II, SP III.

2. Dokumen legalitas agunan, khususnya sertifikat.

3. Rekening Koran.

b. Apabila dokumen untuk melakukan proses litigasi masih belum lengkap, maka

dokumen segera dilengkapi.

c. Debitur yang belum dilakukan penagihan dengan optimal dan belum diberikan

solusi penyelesaian kredit, diberikan solusi penyelesaian atas permasalahanya

melalui restrukturisasi atau penyelesaian kredit secara persuasif.

d. Melakukan analisa cost benefit litigasi yang akan ditempuh Bank.

e. Mengajukan usulan litigasi yang akan ditempuh sesuai dengan hasil analisa

kepada pemutus penyelesaian kredit.

a. Jenis Litigasi
1. Penyerahan Pengurusan Piutang ke Panitia Urusan Piutang Negara

(PUPN).

Bank menyerahkan pengurusan kredit macet kepada PUPN/KP2LN. Namun

sejak terbitnya PP 33/2006 tgl. 6 Oktober 2006, BUMN tidak dapat lagi

menyerahkan ke PUPN.

2. Lelang Hak Tanggungan.

Bank selaku pemegang hak tanggungan (HT) dapat langsung mengajukan

permohonan lelang HT kepada KPKNL.Untuk pra lelang, dapat

menggunakan jasa Balai Lelang Swasta.

3. Lelang Eksekusi Hak Tanggungan.

Bank mengajukan permohonan lelang eksekusi Hak Tanggungan. Pihak

yang mengajukan permohonan lelang Hak Tanggungan kepada KPKNL

adalah Pengadilan Negeri.

4. Gugatan Wanprestasi Melalui Pengadilan Negeri.

Bank mengajukan permohonan gugatan wanprestasi melalui Penagdilan

Negeri.

5. Lelang Hak Tanggungan

Mengacu pada Pasal 6 jo. Pasal 20 ayat (1) huruf a UUHT: Apabila debitur

cedera janji Pemegang HT Pertama mempunyai hak untuk menjual obyek


HT atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

Salah satu cara untuk menyelesaikan kredit macet/NPL adalah dengan

lelang Hak Tanggungan (HT) sebagaimana diatur dalam UU No. 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan (UUHT).Untuk pelaksanaan lelang eksekusi

HT, maka SKMHT atau SKMH harus ditingkatkan terlebih dahulu menjadi

SHT dan biaya yang timbul sehubungan dengan peningkatan tersebut

menjadi beban debitur.

Prosedur Lelang hak tanggungan adalah sebagai berikut:

a) Langsung mengajukan permohonan lelang HT kepada Kantor Lelang / KPKNL

(d/h. KP2LN) ) sebagaimana pasal 6 UUHT.

1. Kelebihan: Proses lebih cepat, efisisien, dan tidak memerlukan

biaya tinggi.

2. Kekurangan: Tidak adanya keputusan pengadilan yang berkekuatan

hukumtetap (hanya mengandalkan title eksekutorial pada SHT).

b) Atau terlebih dahulu mengajukan fiat kepada Pengadilan Negeri setempat

sebagaimana pasal 14 UUHT.

i. Kelebihan: Adanya kepastian hukum berupa keputusan pengadilan

yang berkekuatan hukum tetap dan title eksekutorial pada SHT.

ii. Kekurangan: Proses lama dan biaya tinggi.


2) Surat Kuasa Menjual (SKM)

Dalam pelaksanaan SKM diperlukan berkas administrasi sebagai berikut:

a. Foto Copy Dokumen

1. Perjanjian Kredit

2. Akte Jual Beli

3. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan Kuasa Menjual/Sertifikat Hak

Tanggungan

4. Sertifikat HGB/HM

5. IMB

6. Surat Peringatan I, II, III & Wanprestasi

3) Cessie

Cessie adalah pengalihan hak atas kebendaan tak bertubuh (intangible

goods) kepada pihak ketiga. Kebendaan tak bertubuh di sini biasa

berbentuk piutang atas nama.

a. Syarat Cessie

Cessie dapat dilakukan melalui akta otentik atau akta bawah tangan. Syarat

utama keabsahan cessie adalah pemberitahuan cessie tersebut kepada pihak

terhutang untuk disetujui dan diakuinya. Pihak terhutang di sini adalah pihak

terhadap mana si berpiutang memiliki tagihan.

b. Praktek Pelaksanaan Cessie


1. Para pihak, yaitu pihak yang memiliki piutang (Transferor) dan pihakyang akan

menerima pengalihan piutang (transferee).

2. Pernyataan pengalihan piutang oleh Transferor kepada Transfereedan

pernyataan penerimaan pengalihan piutang tersebut oleh Transferee dari

Transferor.

3. Syarat adanya pemberitahuan dari Transferor kepada pihak yang berhutang

dan penegasan si berhutang ini bahwa ia menerima pengalihan hutangnya

(atau piutang si Transferor) kepada Transferee.

Akta cessie biasanya dibuat dalam hubungan dengan perjanjian hutang

piutang biasa dalam konteks perdagangan (pembelian dan penjualan barang

dagangan secara cicilan), perjanjian pinjaman (kredit).

4) Novasi

Salah satu upaya Penyelamatan Kredit dengan kategori bermasalah adalah

Novasi/Alih Debitur. Novasi/Alih Debitur Adalah pengalihan hutang/kewajiban

debitur (berikut asset) baik sebagian atau seluruhnya kepada Pihak lain yang

dalam hal ini yang berganti/beralih debitur.

Tujuan dari Novasi/Alih Debitur adalah mengganti debitur yang sudah tidak

mampu melanjutkan proyeknya dengan debitur baru yang memiliki kemampuan

dan kredibilitasnya baik. Diharapkan usaha debitur menjadi sehat kembali dan

kredit dapat dilunasi.


Kebijakan Novasi/Alih Debitur dipertimbangkan secara selektif, atas dasar

analisa cashflow perusahaan debitur. Pertimbangan persetujuan harus dengan

pembayaran sebagian kewajiban debitur lama.

Kriteria debitur yang berhak dilakukan Novasi/Alih Debitur adalah Debitur baru

tidak terafiliasi dengan debitur lama.Debitur baru mempunyai itikad baik dan

mampu untuk memenuhi kewajiban kredit.

Persyaratan Debitur yang potensi untuk dilakukannya Novasi/Alih Debitur

adalah sebagai berikut:

a. Debitur lama mengajukan permohonan novasi/alih debitur secara tertulis.

b. Surat permohonan dilengkapi data debitur lama dan calon debitur baru.

Akta-akta untuk Novasi/Alih Debitur meliputi Pengalihan Hutang/ Novasi:

a. PK baru

b. Pengakuan Hutang

c. SKMHT

d. AJB

e. Kuasa Menjual

Anda mungkin juga menyukai