Anda di halaman 1dari 73

i

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN NON


PERFORMING LOAN TERHADAP PEMBERIAN KREDIT
UMKM OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

PROPOSAL SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


METODOLOGI PENELITIAN

OLEH:
NABILA AGUSTINA
NIM: 0191032146

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN SEKOLAH TINGGI


ILMU EKONOMI DEWANTARA
BOGOR
2021
ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah atas petunjuk dan rahmat


Nya, sehingga dapat diselesaikan Rencana Penelitian Skripsi berjudul “analisis
pengaruh dana pihak ketiga dan non performing loan terhadap pemberian kredit
umkm oleh bank perkreditan rakyat di indonesia“.

Pada Rencana Penelitian ini, kami sadari bahwa hasilnya masih jauh
dari sempurna sehingga terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis
memohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan.

Bogor, Desember 2021


Penyusun
iii

DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................. 4
A. Pengertian Kredit ......................................................................................... 4
B. Fungsi kredit ................................................................................................ 5
C. Unsur – unsur Kredit .................................................................................... 6
D. Jenis – jenis Kredit ....................................................................................... 7
E. Kredit Usaha Rakyat (KUR)......................................................................... 8
F. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) ................................................ 9
G. Prinsip pemberian Kredit ........................................................................... 12
H. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 15


A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 15
B. Jenis dan Sumber ....................................................................................... 15
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 15
D. Teknik Analisis Data ................................................................................. 16
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA 20
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus berkontribusi terhadap produk domestik
bruto (PDB) dari tahun ke tahun. Kontribusi UMKM terhadap PDB atas dasar harga konstan
sebesar Rp 7.034,1 triliun pada 2019, naik 22,9% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp
5.721,1 triliun. Sementara kontribusi UMKM terhadap PDB atas dasar harga berlaku sebesar Rp
9.580,8 triliun. Kontribusi ini naik 5,7% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 9.062,6 triliun.
Tidak hanya itu, UMKM Indonesia berkontribusi dalam menyerap 119,6 juta atau 96,92% dari
total tenaga kerja di unit usaha Indonesia. Penyerapan tenaga kerja ini meningkat 2,21% dari
2018. Walaupun di tahun 2020 dan tahun 2021 kontribusi UMKM mengalami penurunan
terhadap PDB tetapi tidak bisa dijadikan dasar kurang pentingnya UMKM penurunan tersebut
tidak lepas dari kondisi perekonomian yang masih lesu akibat Covid-19.

Besarnya kontribusi UMKM dikarenakan mayoritas unit usaha Indonesia disumbangkan dari
UMKM. Sebanyak 64,2 juta atau 99,99% unit usaha Indonesia adalah UMKM. Rinciannya
sebanyak 63,4 juta adalah Usaha Mikro (UMi), 783,1 ribu adalah Usaha Kecil (UK), dan 60,7
ribu Usaha Menengah (UM). Sementara Usaha Besar (UB) hanya sebanyak 5,5 ribu atau 0,01%
dari total unit usaha Indonesia. Tenaga kerja yang terserap dari unit usaha ini sebanyak 3,6 juta
atau 3% dari total tenaga kerja Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pendanaan UMKM di beberapa negara, bagian

terbesar dari pendanaan sektor UMKM diperoleh melalui pendanaan internal, yaitu melalui dana

setoran dari pemilik usaha tersebut. Sementara bagian terbesar pendanaan eksternal diperoleh

dari kredit bank. Industri perbankan selayaknya terus mendukung upaya pengembangan

UMKM sebagai salah satu pendorong/penggerak perekonomian Indonesia. Usaha mikro yang

pemainnya jelas merupakan rakyat kecil dan dalam jumlah banyak sangat perlu dikembangkan
5

terutama untuk menopang kestabilan kondisi sosial politik yang merupakan prasyarat mutlak

pembangunan perekonomian. Pengalaman di negara-negara maju menunjukkan bahwa UMKM

adalah sumber dari inovasi produksi dan teknologi, pertumbuhan wirausaha yang kreatif dan

inovatif, dan penciptaan tenaga kerja.

Dalam kaitan ini, terdapat beberapa faktor yang membuat kredit terhadap UMKM menjadi

terbatas, antara lain: UMKM memiliki tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan perusahaan

besar, UMKM memiliki tingkat kegagalan bisnis yang lebih besar sehingga lebih berisiko,

UMKM memiliki informasi keuangan yang terbatas, UMKM memiliki tingkat jaminan yang

lebih kecil. Dalam kondisi Indonesia dimana perbankan masih mendominasi lembaga keuangan,

peran perbankan sangat diperlukan dalam mengembangkan UMKM melalui penyaluran kredit

yang berpihak kepada UMKM.

Perilaku perbankan dalam penawaran atau pemberian kredit nya dipengaruhi oleh berbagai

faktor termasuk kondisi perbankan itu sendiri. Salah satu faktor penting bagi bank dalam

menjalankan operasi nya adalah dana pihak ketiga (DPK). Dendawijaya (2009)

mendefinisikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai dana berupa simpanan dari masyarakat.

Dana Pihak Ketiga (DPK) ini lah sumber penghasilan dari bank. Bank dapat memanfaatkan

dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan

bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Pemberian kredit merupakan

aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, sehingga

pertumbuhan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan kredit meningkat.

Non Performing Loan (NPL) adalah salah satu indikator untuk menilai kinerja

bank, karena apabila Non Performing Loan (NPL) tinggi menunjukkan indikator

gagalnya sebuah Bank dalam mengelola bisnis. Indikator gagalnya sebuah bank tersebut
6

antara timbul masalah Likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), Rentabilitas

(utang tidak bisa ditagih), serta Solvabilitas (modal berkurang) yang pada akhirnya

berdampak juga pada penurunan kredit.

1.2. Perumusan Masalah

Mengacu dari latar belakang yang sudah disampaikan sebelumnya, maka masalah yang

dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap pemberian kredit UMKM

pada Bank Perkreditan Rakyat?

2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap pemberian kredit UMKM

pada Bank Perkreditan Rakyat?

3. Bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL), dan Dana Pihak Ketiga (DPK)

secara bersama-sama terhadap pemberian kredit UMKM pada Bank Perkreditan

Rakyat?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan latar belakang diatas, maka tujuan yang hendak

dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk Menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap


pemberian kredit UMKM.
2. Untuk Menganalisis pengaruh Non Performing Loans (NPL) terhadap pemberian
Kredit UMK
3. Untuk Menganalisis pengaruh Non Performing Loan (NPL), dan Dana Pihak

Ketiga (DPK) secara bersama-sama terhadap pemberian kredit UMKM pada Bank

Perkreditan Rakyat?
7

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berminat akan
permasalahan yang di bahas. Berikut:
1. Secara Teoritis
Diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya manajemen
keuangan, terutama bagi para akademisi yang ingin menganalisis Non Performing
Loan (NPL), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) serta pengaruhnya dalam pemberian
kredit UMKM.
2. Secara Praktis
Dengan mengetahui bagaimana sebetulnya preferensi dari setiap Bank dalam
menyalurkan kredit kepada sektor UMKM, ke depan akan dapat
dirumuskan bentuk kebijakan yang dapat diterapkan terhadap perbankan dalam
pemberian kredit UMKM.
 Apakah perlu ada pembedaan kebijakan perkreditan terhadap setiap kelompok
perbankan?
 Apakah perlu ada aturan yang mewajibkan bank memberikan kredit kepada
sektor UMKM dalam porsi tertentu?
Hal-hal tersebut menjadi rangkaian pertanyaan yang diharapkan dapat terjawab
dan ditindaklanjuti setelah diperoleh gambaran yang jelas mengenai hal tersebut dari
hasil penelitian ini.

1.5. Sistematika Penulisan


8

Sistematika dalam metodolodi penelitian ini, di susun sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, ruang lingkup penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori, kajian penelitian terdahulu, definisi operasional,

kerangka penelitian dan hipotesis.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi jenis penelitian, variable penelitian, lokasi dan waktu penelitian,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

4. BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

Bab ini berisi gambaran umum lokasi penelitian dan hasil

penelitian.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


9

2.1.1. Kredit

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud

dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.

Dalam kaidah yang umum berlaku, terdapat prinsip-prinsip yang


menjadi acuan bagi perbankan untuk menilai calon debiturnya dan
selalu menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian kredit, yang
dikenal dengan Princip 5C’s (Character, Capacity, Capital, Collateral, dan
Condition of Economi). Character terkait dengan keyakinan bank terhadap
sifat atau watak calon debitur. Capacity menyangkut keyakinan bank
terhadap kemampuan calon debitur dalam membayar kembali kreditnya,
Capital berhubungan dengan sumber-sumber pembiayaan calon debitur
dalam usaha yang dilakukan, Collateral merupakan jaminan fisik/non fisik
dari calon debitur, dan Condition of Economies terkait dengan kondisi
ekonomi saat ini dan masa depan.
10

2.1.2. Bank

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 perbankan adalah

segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

kegiatan usahanya. Dalam Undang- undang tersebut, bank diartikan sebagai

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Sesuai Undang-Undang No.10 Tahun 1998, dengan melihat

operasionalisasinya, bank dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank

Perkreditan Rakyat.

Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang

dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Dalam

melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian. Menurut data dari Otoritas Jasa


11

Keuangan (OJK), jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diindonesia per

Januari 2021 ada sebanyak 1.503 BPR dengan 5.885 kantor.

Bank Umum adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya
12

memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Sementara Bank Perkreditan

Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secaa konvensional

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

jasa dalam lalulintas pembayaran. Dengan demikian, sifat dan jasa yang

diberikan bank umum mencakup seluruh jasa perbankan yang ada, termasuk

wilayah operasinya yang dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia,

bahkan di luar negeri.

2.1.3. Karakteristik Bank

Fungsi utama sebuah bank adalah sebagai lembaga intermediasi,

artinya bertindak sebagai perantara dari pihak yang mempunyai

kelebihan dana untuk disalurkan pada pihak yang kekurangan dana. Oleh

karenanya dapat dipahami bahwa sebagian besar dana yang disalurkan

bank bukan berasal dari modal pemilik bank melainkan pihak lain

seperti para deposan maupun bank lain sehingga pada setiap neraca

bank, ratio debt to equity akan selalu besar.


13

Bank merupakan lembaga yang paling banyak dikenai

peraturan. Peraturan tersebut dimaksudkan untuk melindungi

kepentingan para deposan maupun debt holder dari berbagai risiko.

Pihak yang paling berkompeten mengawasi lembaga perbankan adalah bank

sentral. Risiko yang


14

dihadapi oleh bank cukup banyak, diantaranya adalah risiko yang

dikarenakan oleh tingkat suku bunga. Menurut Golin kegagalan sebuah

bank dapat terjadi karena buruknya kualitas pengawasan terhadap kredit,

yang antara lain karena kurangnya tingkat kepatuhan terhadap ketentuan,

pertumbuhan kredit yang melebihi kemampuan bank dalam mengelola

aset kredit tersebut, ataupun karena pengetahuan petugas analis

keuangan bank yang masih minim. Lebih jauh menurut Golin,

karakteristik perbankan ditandai dengan tingkat persaingan suku bunga yang

ketat.

Selanjutnya dalam menghimpun dana perlu dipertimbangkan

risiko yang terkait, diantaranya :

a) Risiko likuiditas (liquidity risk), risiko bank mengalami kekurangan

likuiditas karena kemungkinan deposan sewaktu-waktu dapat

menarik dananya (probability fund withdrawn).

b) Risiko bunga (interest rate risk), risiko bank membiayai assets dengan

jenis dana tertentu yang tidak sama jangka waktu reviewing bunganya,

yang kemudian bunganya mengalami perubahan.


15

c) Risiko kredit (credit risk), risiko dimana bank tidak dapat membayar

bunga kepada nasabah atau kreditur tidak dapat membayar bunga

kepada bank. Tingginya suku bunga dana yang dibayar oleh bank

memungkinkan penetapan bunga kredit yang tinggi, sehingga

debitur tidak dapat


16

membayanya dan akhirnya bank juga tidak dapat membayar bunga

kepada deposan.

d) Risiko modal (capital risk), risiko yang langsung berpengaruh terhadap

modal dan leverage (equity terhadap assets). Oleh sebab itu apabila

biaya dana tinggi risiko modal akan besar karena apabila rugi akhirnya

akan memperkecil modal.

4. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut Dahlan Siamat (2005) salah satu alasan terkonsentrasinya

usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank

sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit

dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara

moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam

bentuk kredit. Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak

Ketiga) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh

bank (Dendawijaya,
17

2005). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas

adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang

membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit

(Kasmir, 2008). Dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar dari

beberapa sumber dana sehingga jumlah dana pihak ketiga yang

berhasil
18

dihimpun oleh suatu bank akan mempengaruhi kemampuannya

dalam menyalurkan kredit (Kasmir, 2008).

Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank dalam dalam

bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito tabungan atau yang

dapat dipersamakan dengan itu. Dana pihak ketiga terdiri dari : 1)

Simpanan Giro (Demand Deposit); 2) Simpanan Tabungan (Saving Deposit);

3) Simpanan Deposit (Time Deposit).

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei

2004 dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dapat

berupa giro, tabungan, dan deposito :

a. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap

saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah

pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

b. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat


19

ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

c. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan

dengan bank.
20

5. Analisis Non Performing Loan

Non performing loan (NPL) menggambarkan tingkat kualitas aset

sebuah bank, yang mana indikator Non performing loan (NPL) yang

baik dapat dibandingkan dengan rata-rata nilai Non performing loan (NPL)

industri bank, jika nilai Non performing loan (NPL) sebuah bank lebih rendah

dari nilai Non performing loan (NPL) industri maka dapat dikatakan aset bank

tersebut berkualitas rendah. Formula yang digunakan untuk mengukur

Non perf

orm

ing
loa

n (NPL):
21

6. Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah:

a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:
22

1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang
23

bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan

bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:
24

1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Di Indonesia, peran UMKM selama ini lebih dilihat sebagai sumber

kesempatan kerja dan motor penggerak utama perekonomian pedesaan, di

luar sektor pertanian. Pada saat perekonomian Indonesia dilanda krisis di

tahun

1998, beberapa pengamat berpendapat bahwa UMKM terbukti lebih mampu

bertahan dibandingkan dengan usaha besar. Hal ini disebabkan karena sifat

UMKM yang kurang bergantung pada pasar formal dan lembaga keuangan

sehingga mereka dapat merespon lebih cepat dan lebih fleksibel

terhadap guncangan yang datang secara tiba-tiba (sudden shock)

dibandingkan dengan usaha besar.


25

Dalam kaitan dengan kemampuan pendanaan, sebagian besar

pembiayaan UMKM berasal dari pihak internal, yaitu dana dari pemilik

usaha. Sementara pendanaan dari eksternal lebih banyak diperoleh melalui

kredit perbankan. Dengan kondisi tersebut UMKM terkesan sangat

lemah karena ketergantungan pembiayaan eksternal kepada bank relatif

tinggi,
26

sementara mereka tidak memiliki akses yang luas untuk mencari

pendanaan lain seperti melalui pasar modal. Akibatnya bila terjadi

shock kepada perbankan maka dampaknya terhadap UMKM akan

langsung terasa karena umumnya bank menjadi lebih “pilih-pilih” untuk

menyalurkan kreditnya. Bahkan dengan alasan kesalahan penilaian dan

moral hazard, ketersediaan kredit bagi UMKM akan semakin berkurang.

Umumnya hubungan pembiayaan antara bank dengan UMKM dapat

dilakukan melalui 4 cara yaitu dengan mempelajari sisi financial statement,

asset, credit scoring, dan relationship lending. 3 cara pertama merupakan

cara yang umum dilakukan oleh bank dalam pemberian kredit termasuk

kepada usaha skala besar. Cara tersebut memerlukan “hard information”

dan mengedepankan aspek informasi keuangan dari UMKM, seperti

laporan keuangan, ketersediaan kolateral, ataupun penilaian aspek

keuangan lain yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian

kredit. Sementara relationship lending lebih merupakan pencarian

informasi secara informal (soft information) yang dilakukan melalui

pembinaan hubungan dengan pemilik UMKM maupun lingkungan

sekitarnya.
27

Pada relationship lending, keputusan untuk mempertimbangkan pemberian

kredit kepada UMKM didasarkan pada informasi yang diperoleh

secara informal dari pemilik usaha dan masyarakat sekitar lokasi UMKM

tersebut. Informasi yang diperoleh umumnya tidak hanya berupa

informasi keuangan seperti laporan keuangan, kolateral ataupun credit

score, namun mungkin juga berupa informasi lainnya yang dapat

memberikan gambaran potensi usaha UMKM tersebut. Umumnya

pula UMKM cenderung mempertahankan hubungan seperti ini dengan

banknya.

Bank besar, cenderung menghindari relationship lending seperti ini

sehingga lebih mengutamakan hard information. Dapat dimaklumi

apabila bank- bank besar lebih memilih memberikan kredit/pembiayaan

kepada perusahaan besar yang memiliki informasi dan data keuangan yang

jelas ketimbang UMKM yang data keuangannya kadang kurang

memenuhi persyaratan formal yang diminta oleh bank.


28

2.2. Penelitian Terdahulu

Berikut ini ringkasan penelitian terdahulu yang variabel nya sama

dengan yang akan saya teliti.

No. Peneliti / Judul Variabel Metod Hasil Penelitian


e
Penelitian Penelitia
1.
Marulak Sinambela n DPK Peneliti
Regresi DPK memiliki pengaruh positif ter-
1 (2016) / PENGARUH NPL hadap Penyaluran Kredit PT Bank
DANA PIHAK KETIGA BRI, sedangkan NPL berpengaruh
(DPK) DAN negatif terhadap penyaluran
NON PERFORMING kredit PT Bank BRI.
LOAN Variabel independen yang paling
(NPL) dominan berpengaruh terhadap
TERHADAP PEMBERIAN penyaluran Kredit PT Bank BRI.
KREDIT PT adalah dana pihak ketiga (DPK ).
BANK RAKYAT Berdasarkan Uji F dapat
INDONESIA disimpulkan bahwa rasio DPK dan
(PERSERO) TBK. NPL secara bersama- sama
berpengaruh signifikan terhadap
Penyaluran Kredit PT Bank BRI.

2.I Made Dana CAR Regresi 1. CAR berpengaruh positif


2 (2018) / Pengaruh NPL Analisis terhadap penyaluran KUR.
CAR, NPL, dan ROA ROA Jalur 2. ROA berpengaruh negatif
terhadap penyaluran KUR.
Terhadap Penyaluran
3. NPL berpengaruh negatif
Kredit Usaha Rakyat terhadap penyaluran ROA.
(Studi Kasus Pada Bank
Rakyat Indonesia Tbk)
29

3.Retno Murnisari DPK Regresi 1. Variabel Dana Pihak Ketiga


3 (2018) / PENGARUH DPK, berpengaruh terhadap
NPL, CAR DAN LDR NPL penyaluran kredit pada bank
TERHADAP PENYALURAN yang terdaftar di Indeks LQ45
CAR
KREDIT (Studi Kasus Pada tahun 2014-2018.
Bank yang Terdaftar di 2. Variabel Non Performing Loan
LDR
Indeks LQ45 Tahun 2014- tidak berpengaruh kredit
2018) pada bank yang terdaftar di
Indeks LQ45 tahun 2014-
2018.
3. Variable Loan to Deposit Ratio
tidak berpengaruh terhadap
penyaluran kredit pada bank
yang terdaftar tahun 2014-
2018.
4. Variabel Loan to Deposit Ratio
berpengaruh terhadap
penyaluran kredit pada bank
yang terdaftar di Indeks LQ45
tahun 2014-2018.
5. Variabel Dana Pihak Ketiga
merupakan variable yang
paling dominan berpengaruh
terhadap penyaluran kredit
pada bank yang terdaftar di
Indeks LQ45 tahun 2014-
2018.
4 4.Anis Nuranisa CAR Regresi 1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
(2018) / Pengaruh CAR, NPL Linier berpengaruh signifikan
NPL, DPK, Biaya DPK Berganda terhadap Loan to Deposit
Operasional Terhadap BOPO Ratio (LDR).
Pendapatan Operasional 2. Non Performing Loan (NPL),
(BOPO) Terhadap pertumbuhan Dana Pihak
Likuiditas Yang Diukur Ketiga (DPK), dan Biaya
Dengan Loan To Deposit Operasional terhadap
Ratio Pada Perusahaan
Pendapatan Operasional
(BOPO) tidak berpengaruh
Perbankan Yang Tercatat
terhadap Loan to Deposit
di Bursa Efek Indonesia
Ratio (LDR).

Sumber: Jurnal dan Skripsi


30

;2.3. Kerangka Pemikiran

Besarnya jumlah kredit oleh perbankan tidak terlepas dari kondisi


internal perbankan itu sendiri, khususnya kondisi rasio keuangan
(karakteristik perbankan).

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Dana Pihak Ketiga


(DPK)

Kredit UMKM

Non Performing Loan


(NPL)
31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis explanatory research yaitu

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian

hipotesa, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

bebas (NPL dan DPK) terhadap variabel terikat (Kredit UMKM).

3.2 Variabel dan Pengukuran

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent

variable), dan variabel terikat (dependent variable).

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kredit UMKM.

Pengukuran dari Variabel dependen tersebut dijelaskan pada tabel 1 di bawah

ini:
32

Tabel 1

Pengukuran Variabel Dependen

NO Definsi Operasional Pengukuran Skala

Total kredit UMKM yang Ln jumlah nominal


1 Rasio

disalurkan bank kredit UMKM yang

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Non performing loan

(NPL) dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pengukuran tersebut secara detail

dijelaskan pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2

Pengukuran Variabel Independen

Variabel Definisi

No
Perbandingan antara
kredit bermasalah
dengan total kredit Kredit Bermasalah
1 bank Total Kredit
NPL Rasio

Dana simpanan
nasabah Pihak Ketiga
Total Simpanan Dana
2 yang dihimpun bank
Pihak Ketiga
33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis explanatory research yaitu

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian

hipotesa, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

bebas (NPL dan DPK) terhadap variabel terikat (Kredit UMKM).

3.2 Variabel dan Pengukuran

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent

variable), dan variabel terikat (dependent variable).

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kredit UMKM.

Pengukuran dari Variabel dependen tersebut dijelaskan pada tabel 1 di bawah

ini:

Tabel 1
Pengukuran Variabel Dependen

NO Definsi Operasional Pengukuran Skala

Total kredit UMKM yang Ln jumlah nominal


1 Rasio

disalurkan bank kredit UMKM yang


2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Non performing loan

(NPL) dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pengukuran tersebut secara detail

dijelaskan pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2

Pengukuran Variabel Independen

No Variabel Definisi Pengukuran Skala

Perbandingan Skala
kreditantara
bermasalah
NPL dengan total kredit Kredit Bermasalah Rasio
1 bank Total Kredit

Dana simpanan
nasabah Pihak
DPK Ketiga Total Simpanan
2 yang dihimpun Dana
bank
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan data Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang

ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.4 Objek Penelitian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, objek adalah hal, perkara, atau

orang yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan kata lain objek penelitian

adalah sesuatu yang menjadi fokus dari sebuah penelitian.


Menurut Sugiyono (2014:20) objek penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Objek penelitian adalah nasabah Bank

Perkreditan Rakyat, Bogor.

3.5 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh Bank Perkreditan Rakyat yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2020.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia

data bulan januari 2015 sampai dengan bulan desember 2020. Karena

laporan data sesuai bulan maka jumlah sampel adalah jumlah total bulan

yaitu 72.
3.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang penulis terapkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Observasi tidak langsung yaitu dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan terhadap obyek penelitian guna melihat kondisi yang sebenarnya.

2. Dokumentasi dan Bibliografis adalah cara untuk memperoleh data yang

bersumber dari bahan-bahan tertulis serta mengumpulakn data dengan cara

mempelajari dan mencari referensi atau literatur dari buku.

Pada dasarnya terdapat dua jenis data yang digunakan, yaitu:

1. Data Primer yaitu semua data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk

menjawab suatu permasalahan penelitiannya.

2. Data Sekunder yaitu data yang telah tersedia, namun telah pernah digunakan

untuk menjawab permasalahan penelitian lain.

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data

publikasi Bank Indonesia yang diperoleh dari publikasi Statistik Perbankan


Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia ataupun Otoritas Jasa Keuangan

dan dipublikasikan dalam website bi.go.id d pada periode tahun 2015-2020.


3.7 Teknik Analisis Data

Dari data-data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan model

analisis regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program software

SPSS. Sebelum dilakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu dianalisis

statistik deskriptif dan uji asumsi klasik.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai

minimum, maximum, mean, dsn standar deviasi dari setiap variabel.

2. Uji Asumsi Klasik

Pada dasarnya penyusunan model regresi berganda harus menguji

asumsi-asumsi yang ada pada regresi linear berganda. Uji tersebut berupa

multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Multikolinearitas menunjukkan bahwa antara variabel independennnya

mempunyai hubungan langsung (berkorelasi). Cara mendeteksi gangguan

multikolinearitas ini adalah sebagai berikut :


1) Menganalisa matrik korelasi dengan melihat besaran nilai korelasi

antar sesama variable bebas. Pedoman dari suatu model regresi yang

bebas dari gangguan multikolinearitas adalah sebagai berikut:


a) Jika mempunyai nilai korelasi < 0.85, maka tidak

terdapat gejala multikolinearitas

b) Jika mempunyai nilai korelasi > 0.85, maka terdapat gejala

multikolinearitas

2) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari Nilai Tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF). Pedoman pengambilan keputusannya adalah :

a) Tidak terjadi Multikolinearitas, jika nilai Tolerance > 0.1

b) Terjadi Multikolinearitas, jika nilai Tolerance ≤ 0.1

c) Tidak terjadi Multikolinearitas, jika nilai VIF < 10.00

d) Terjadi Multikolinearitas, jika nilai VIF > 10.00

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Uji


autokorelasi dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson atau

juga disebut DW test.

Deteksi Autokorelasi Positif

Jika d < dL maka terdapat autokorelasi positif,

Jika d > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif,

Jika dL< d < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat

disimpulkan.
Deteksi Autokorelasi Negatif

Jika (4-d) < dL maka terdapat autokorelasi negatif

Jika (4-d) > dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif,

Jika dL< (4-d) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak

dapat disimpulkan.

Dalam beberapa literatur untuk data berentuk time series atau

berdasarkan waktu seperti data sampel dalam penelitian ini, untuk

melakukan uji regresi ketidak autokorelasian tidak diharuskan atau

autokorelasi bisa diabaikan tetapi nanti penulis akan melakukan uji

autokorelasi hanya sebagai info pengetahuan.

a. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

suatu model regresi linear telah terjadi perbedaan varians dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk melakukan Uji

heterokedastisitas bisa menggunakan grafik scatter plot dan juga uji


glejser. Dalam grafik scatter plot apabila penyebaran data terlihat acak

dan tidak membentuk pola khusus maka dapat dikatakan bahwa tidak

terjadi gejala heterokedastik dan pada uji glejser jika probabilitas

signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% atau 0.05 maka tidak


terdapat heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini penulis hanya akan

mengunakan uji glejser.

3. Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda dinyatakan dengan hubungan persamaan

regresi (Sugiono, 2013: 276) :

Keterangan

��, ��, , � = Variabel Independen


� = Variable Dependen
=

a
β1, β2, .… βn = Koefisien regresi

+
+ + ……………… (3.1)

Persamaan sesuai Model Penelitian :

lnKredit UMKM = a + β1NPL + β2lnDPK+ e

Keterangan:

lnKreditUMKM = Variabel dependen

a = Konstanta

β = Koefisien regresi yang menunjukkan angka


peningkatan atau penurunan variabel dependen

yang didasarkan pada variabel independen

NPL = Non Performing Loan

lnDPK = logaritma normal dari Data Dana Pihak Ketiga

e = eror

a. Analisis Koefisien Korelasi (R)

Analisis Korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi

(hubungan) linier antara dua variable atau lebih. Korelasi tidak

menunjukan hubungan fungsional atau dengan kata lain analisis korelasi

tidak membedakan antara variabel dependent dengan variabel

independent.

Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien

korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linier dan arah

huungan dua variabbel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua

variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X

tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi juga. Sebaliknya, jika koefisien

korelasi negative, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik.


Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi

rendah (dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan interprestasi


mengenai kekuatan hubugan antara dua variabel penulis memberikan

kriteria sebagai berikut (sarwono : 2006) :

1) 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

2) 0 – 0.25: Korelasi sangat lemah

3) 0.25 – 0.5 : Korelasi cukup

4) 0.5 – 0.75 : Korelasi kuat

5) 0.75 – 0.99 : Korelasi sangat kuat

6) 1 : Korelasi sempurna

b. Analisis Determinasi Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi

yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan

rumus menurut Sugiyono (2013) sebagai berikut :

D = R2x 100%. ...................................(3.2)

Dimana:

D = Koefisien determinasi
R = Koefisien korelasi berganda

Karena analisis ini mengunakan bantuan software SPSS maka nilai R2

sudah bisa langsung dibaca pada output tanpa perlu menghitung lagi.
c. Uji Parsial (Uji Statistik t)

Untuk membuktikan hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji-t.

Penggunaan uji-t dalam penelitian ini dimaksudkan agar dapat diketahui

seberapa besar pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap variabel

terikat secara parsial. Uji hipotesis dengan t-test secara individual pada

taraf kesalahan yang dipilih yaitu pada taraf 5% (α = 0,05).

Dasar Pengambilan keputusan :

Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dan t tabel

1. Jika nilai t hitung > t tabel maka variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependent

2. Jika nilai t hitung < t tabel maka variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependent

Jika hasil t hitung bertanda negatif (-) ataupun positif (+) hanya

menunjukan arah pengaruh bukan nilai. Cara membaca t tabel ( df = n-

k) dimana n = jumlah responden, k = jumlah variabel independen. Untuk

regresi dibaca pada taraf kesalahan 2 sisi 5%, α= 5% : 2 = 2.5% (0.025)

Berdasarkan nilai signifikasi hasil output SPSS


1. Jika nilai sig. < 0.05 maka variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependent

2. Jika nilai sig. > 0.05 maka variabel independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependent


d. Uji F

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variable

independen (X) memiliki hubungan secara bersama-sama terhadap

variabel dependen (Y). Cara yang digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh signifikan uji F ada dua. Cara yang pertama kita

dapat membandingkan antara nilai F Hitung dengan F tabel. Sedangkan

cara kedua, kita dapat membandingkan nilai signifikasi atau nilai

probabilitas dari hasil perhitungan SPSS apakah nilai signifikasi tersebut

lebih besar atau lebih kecil dari nilai standar statistik yang digunakan

yaitu 0.05.

Dasar pengambilan Keputusan dalam Uji F berdasarkan F hitung dan F

tabel :

1. Jika nilai F hitung > F tabel maka variabel Independent (bebas)

secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependent (terikat).


2. Sebalikny jJika nilai F hitung < F tabel maka variabel Independent

(bebas) secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel

dependent (terikat).

Rumus Membaca F tabel : df (N1) = K-1, df(N2) = n - K

Keterangan :

K = jumlah variabel independen dan dipenden (semua variabel)


n = jumlah responden atau sampel penelitian

Dasar pengambilan Keputusan dalam Uji F berdasarkan nilai signifikasi

hasil output SPSS :

1. Jika nilai sig. < 0.05 maka variabel independen secara simultan

berpengaruh terhadap variabel dependent

2. Jika nilai sig. > 0.05 maka variabel independen secara simultan

tidak berpengaruh terhadap variabel dependent

Anda mungkin juga menyukai